SKRIPSI
Oleh
HALAMAN JUDUL
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEMARANG
SEMARANG
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha
Karena Kecelakaan Kerja”, dengan baik dan lancar sesuai dengan rencana.
sehingga dalam penyusunan Skripsi ini tidak sedikit mendapat bantuan, petunjuk,
serta saran-saran maupun arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan
rendah hati dan rasa hormat penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga
kepada:
2. Ibu B. Rini Heryanti, S.H., M.H., selaku Dekan Fakultas Hukum, Universitas
Semarang,
3. Ibu Endah Pujiastuti, S.H., M.H., selaku Dosen Pembimbing I yang telah
4. Ibu Tri Mulyani, S.Pd., S.H., M.H. selaku Dosen Pembimbing II yang telah
5. Ibu Efi Yulistyowati, S.H., M.Hum, selaku Dosen Wali yang telah
vi
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
”Jika kita mempunyai keinginan yang kuat dari dalam hati, maka seluruh alam
Persembahan
Dengan mengucap rasa syukur kepada Alaah SWT, skripsi ini saya persembahkan
kepada :
Orangtua tercinta, atas seluruh cinta dan kasihya dalam mendidik dan
mendukung dalam segala kondisi.
Kakak dan adik tersayang yang selalu memberikan semangat untuk
menyelesaikan skripsi ini.
Para dosen yang telah mendidik dan membimbing dengan sabar sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan.
Teman-teman seperjuangan yang memberi semangat untuk menyelesaikan
skripsi ini.
Semua orang yang selalu menanyakan kapan lulus.
viii
ABSTRAK
Kecelakaan dalam kerja sering terjadi, sehingga dalam penelitian ini akan
mengkaji terkait dengan putusan Pengadilan Hubungan Industrial tentang
pemutusan hubungan kerja karena kecelakaan kerja dengan mengangkat
permasalahan apa dasar pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Perselisihan
Hubungan Industrial dalam Putusan No.20/Pdt.Sus-PHI/G/2014/PN.Smg tentang
pemutusan hubungan kerja karena kecelakaan kerja beserta akibat hukumnya.
Jenis penelitian ini adalah penelitian yuridis normatif dengan spesifikasinya
diskriptif analitis. Adapun data yang dipergunakan adalah data sekunder dengan
analisis secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dasar pertimbangan
Majelis Hakim Pengadilan Perselisihan Hubungan Industrial dalam Putusan
No.20/Pdt.Sus-PHI/G/2014/PN.Smg yang memutus perkara mengenai pemutusan
hubungan kerja karena kecelakaan kerja didasarkan pada kondisi Penggugat yang
tidak bisa melakukan pekerjaan karena cacat buta permanen sehingga menurut
ketentuan Pasal 93 ayat (3) jo. Pasal 172 UU Ketenagakerjaan pekerja yang
mengalami cacat akibat kecelakaan kerja dan tidak bisa melakukan pekerjaan
setelah melampaui 12 (dua belas) bulan dapat mengajukan pemutusan hubungan
kerja dan diberikan uang pesangon, uang penghargaan masa kerja, dan uang
pengganti hak. Dikarenakan Penggugat tidak ada itikat baik untuk melakukan
pekerjaan setelah mengalami kecelakaan kerja, perbuatan Penggugat tersebut
dianggap mangkir oleh Hakim, maka sesuai ketentuan Pasal 168 ayat (3)
Penggugat hanya berhak menerima uang pisah sebesar Rp 16.192.500,-.
Sedangkan akibatnya berdasarkan UU Ketenagakerjaan Pasal 156 ayat (1), jika
Penggugat dianggap mengundurkan diri, maka perusahaan berdasarkan Pasal 168
ayat (3) wajib memberikan uang pisah sebesar Rp 16.192.500,- dan Pasal 172
wajib memberikan uang pesangon, uang penghargaan masa kerja, dan uang
pengganti hak.
ix
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
ABSTRAK ......................................................................................................... ix
E. Sistematika Penulisan......................................................................... 9
2. Pengertian Pengusaha................................................................. 12
x
D. Jaminan Sosial Bagi Pekerja ............................................................ 16
A. Simpulan .......................................................................................... 49
B. Saran................................................................................................. 50
DAFTAR PUSTAKA………………………………..…………………...…..51
xi
BAB I
PENDAHULUAN
dengan baik. Tenaga kerja adalah orang yang mampu melakukan pekerjaan
maka perlu dibentuk perlindungan tenaga kerja, karena banyak resiko yang
maupun hari tua, sudah ada penggantian yang sesuai atas apa yang telah di
kerjakannya.1
yang harmonis dan berkeadilan disertai dengan proteksi jaminan sosial yang
1
Zainal Asikin, dkk., Dasar-Dasar Hukum Perburuhan (Jakarta : Rajagrafindo
Persada, 2010), halaman 77
1
2
memberikan dampak kurang baik bagi produktifitas, secara normal tidak ada
bukanlah hal yang mudah dan bukan pula hal yang sulit. Kalau para pihak
2
Juanda Pangaribuan, Tuntunan Praktis Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial.
(Jakarta: PT Bumi Intitama Sejahtera, 2010), halaman 1
3
Tim Visi Yustisia, Buku Pintar Pekerja Terkena PHK: Dari Memperoleh Hak Yang
Semestinya Sampai Merintis Karier Baru. (Jakarta: Visimedia, 2015), halaman 70
3
(PHK) oleh pengusaha terhadap pekerja atau buruh sulit untuk dihindari,
walaupun kedua belah pihak telah membuat peraturan tertulis baik yang dibuat
ayat (1) yang menyatakan bahwa “Pengusaha, pekerja/ buruh, serikat pekerja/
serikat buruh, dan pemerintah, dengan segala upaya harus mengusahakan agar
menghasilkan kesepakatan maka kedua belah pihak dalam hal ini pengusaha
Republik Indonesia tahun 1945 Pasal 1 ayat (3) bahwa negara Indonesia
adalah negara hokum. Salah satu ciri-ciri negara hukum adalah peradilan yang
4
Juanda, op.cit., halaman 12
4
bebas dan tidak memihak. Dalam UU PPHI telah diatur pula mengenai
pekerja tersebut bekerja untuk diputus hubungan kerjanya dan meminta hak
tetap memberi gaji tiap bulan seperti biasa tetapi pihak perusahaan tidak
Sampai pada akhirnya secara tiba-tiba pekerja tersebut tidak mendapatkan gaji
lagi, kemudian pekerja menanyakan kepada pihak perusahaan atas gaji yang
sudah tidak diterimanya lagi dan pihak perusahaan menjawab bahwa gaji yang
diterima oleh pekerja tersebut adalah cicilan pesangon. Tetapi pekerja merasa
pihak perusahaan telah menipu dirinya karena sejak awal pihak perusahaan
5
mengatakan kalau uang yang diterima oleh pekerja nantinya adalah gaji bukan
kemudian telah diputus oleh Majelis Hakim yang tertuang dalam putusan
No.20/Pdt-Sus/PHI/G/2014.Pn.Smg.
Kecelakaan Kerja.
B. Perumusan Masalah
dalam penelitian ini pokok permasalahan yang akan dikaji lebih lanjut
kecelakaan kerja ?
1. Tujuan Penelitian
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoretis
b. Manfaat Praktis
a. Bagi Pemerintah
kecelakaan kerja.
b. Bagi Pengusaha
c. Bagi Pekerja/Buruh
kecelakaan kerja.
D. Keaslian Penelitian
penelitian yang mirip dengan penelitian ini. Memang ada beberapa penelitian,
(PHK).
1. Penulisan hukum yang dilakukan oleh I Gusti Bagus Oka Budi Sudarma
pada tahun 2017 dari Universitas Udayana dengan judul “Analisis Yuridis
2. Penulisan hukum yang dilakukan oleh Musrifah pada tahun 2013 dari
3. Penulisan hukum yang dilakukan oleh Dian Firdaus pada tahun 2016 dari
E. Sistematika Penulisan
ini, maka penulis menyusun dalam sistematika yang terdiri atas lima bab,
yaitu:
BAB I : Pendahuluan
sistematika penulisan.
hubungan industrial.
Tergugat.
BAB V : Penutup
Berisi tentang simpulan dari hasil penelitian serta saran bagi pihak
terkait.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
bahwa tenaga kerja adalah seluruh jumlah penduduk yang dianggap dapat
bekerja dan sanggup bekerja jika ada permintaan kerja. Alam. S yang
usia kerja dan memiliki pekerjaan, yang sedang mencari pekerjaan, dan
yang melakukan kegiatan lain seperti sekolah, kuliah dan mengurus rumah
11
12
antar negara.5
2. Pengertian Pengusaha
a. Setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang
5
Sugi Arto, “Pengetian Buruh”. (Online),
(http://artonang.blogspot.co.id/2014/12/pengertian-buruh.html, diakses, 29 Desember 2017)
13
asasi manusia, perlindungan fisik dan teknis serta sosial dan ekonomi melalui
norma yang berlaku dalam lingkungan kerja itu. Dengan demikian maka
melakukan pekerjaan;
sakit, mengatur persediaan tempat, cara dan syarat kerja yang memenuhi
perumahan pekerja;
6
Rocky Marbun, Jangan Mau Di-PHK Begitu Saja (Jakarta : Visimedia, 2010), halaman
16
7
Zainal Asikin, dkk., Dasar-Dasar Hukum Perburuhan (Jakarta : Rajagrafindo Persada,
2012), halaman 96
14
daya guna yang tinggi serta menjaga perlakuan yang sesuai dengan
penyakit kuman akibat pekerjaan, berhak atas ganti rugi perawatan dan
termasuk dalam hal pekerja tersebut tidak mampu bekerja karena sesuatu
8
Ibid, halaman 97
15
ditimbulkan oleh pesawat-pesawat atau alat kerja lainnya atau oleh bahan
dihadapi oleh tenaga kerja yang melakukan pekerjaan, karena pada umumnya
2. Cacat atau tidak berfungsinya sebagian dari anggota tubuh tenaga kerja
9
Zaeni Asyhadie, Aspek-Aspek Hukum Jaminan Sosial Tenaga Kerja Di Indonesia
(Jakarta : PT Rajagrafindo Persada, 2013), halaman 127
10
Ibid., halaman 125
16
perusahaan saja;
yang terjadi pada saat pulang dan pergi ke tempat kerja, dengan melalui
Tenaga Kerja yaitu suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk
atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang
11
Ibid., halaman 131
17
dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari
yaitu jaminan sosial yang didanai oleh peserta dan masih terbatas pada
tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja untuk selanjutnya akan
b. Jaminan Kematian;
12
Widhi W. Karni, “Sejarah Berdirinya PT Jamsostek (Persero)”. (Online)
(http://bbsnews.co.id/sejarah-berdirinya-pt-jamsostek-persero/, diakses tanggal 20 Juni 2018),
2018
18
kedua, Jaminan Kematian (JK) yaitu Jaminan yang diberikan kepada pekerja
Hari Tua (JHT) yaitu jaminan yang memberikan kepastian penerimaan yang
dibayarkan sekali atau berkala pada asat usia pekerja lima puluh lima (55)
tahun dikarenakan pada saat usia tua seseorang sudah tidak lagi mampu
dengan sebaik-baiknya.
bagi pekerja yang tidak mampu bekerja, cacat sebagian maupun cacat total
a. Perselisihan Hak
lembur dari kelebihan jam kerja, pembayaran upah lebih rendah dari
b. Perselisihan Kepentingan
(Non Litigasi)
1) Perundingan Bipartit
oleh salah satu pihak, maka pihak yang dirugikan dapat mengajukan
2) Mediasi
13
Undang-Undang No. 2 Tahun 2004 Pasal 3
22
netral.14
14
Undang-Undang RI No. 2 Tahun 2004 Pasal 1 angka 11
15
Undang-Undang RI No. 2 Tahun 2004 Pasal 1 angka 12
23
3) Konsiliasi
16
Rocky, op.cit., halaman 148
17
Undang-Undang RI No. 2 Tahun 2004 Pasal 1 angka 13
18
Undang-Undang RI No. 2 Tahun 2004 Pasal 1 angka 14
24
4) Arbitrase
yang disebut arbiter dan para pihak menyatakan akan menaati putusan
19
Undang-Undang RI No. 2 Tahun 2004 Pasal 1 angka 15
25
Arbiter adalah seorang atau lebih yang dipilih oleh para pihak
yang berselisih dari daftar arbiter yang ditetapkan oleh menteri untuk
20
Undang-Undang RI No. 2 Tahun 2004 Pasal 1 angka 16.
26
hukum formil. Untuk mengetahui apakah itu hukum acara, maka terlebih
dahulu harus diketahui bahwa hukum itu secara umum di bagi 2 (dua),
21
Undang-Undang RI No. 2 Tahun 2004 Pasal 55
27
kewajiban.22
22
Ugo, dan Pujiyo.” Hukum Acara Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Tata
cara dan Proses Penyelesaian Perselisihan Perburuhan”. (Jakarta:Sinar Grafika), halaman.5
23
Undang-Undang RI No. 2 Tahun 2004 Pasal 58
24
Undang-Undang RI No. 2 Tahun 2004 Pasal 60 angka 1
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
hukum yang dilakukan dengan cara meneliti atau mempelajari masalah dilihat
dari segi aturan hukumnya, meneliti bahan pustaka atau data sekunder. Penulis
B. Spesifikasi Penelitian
25
Moch Nazir.” Metode Penelitian”.(Jakarta: Ghalia Indonesia, 2008), halaman 84.
28
29
dalam penelitian hukum normatif, maka jenis data yang digunakan adalah data
sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh tidak secara langsung dari
menjadi:
1. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang terdiri dari norma
penelitian, yaitu:
Ketenagakerjaan.
26
Ibid., halaman 119.
30
dalam penelitian ini adalah buku, jurnal, hasil-hasil karya ilmiah para ahli
yang terkait dengan dasar pertimbangan hakim dan akibat hukum dari
2) Studi dokumentasi.
27
Moch Nazir, op.cit., halaman 111.
31
Industrial Semarang.
matematis. Data yang ada baik yang diperoleh dari hasil studi kepustakaan,
dan studi dokumentasi, secara yuridis akan dipaparkan dan dianalisis dengan
berlandaskan pada peraturan yang berlaku.28 sehingga dari sini akan diperoleh
28
Heribertus Sutopo, Pengantar Penelitian Kualitatif, (Surakarta: Puslitbang UNS, 2008),
halaman 8.
BAB IV
Kecelakaan Kerja.
a. Penggugat
b. Tergugat
Semarang.
2. Posisi Kasus
32
33
Tergugat sejak tahun 1999 sampai dengan tahun 2014 yang menerima
gaji terakhir sebesar Rp 1.079.000,- (satu juta tujuh puluh Sembilan ribu
Penggugat tiap bulan seperti biasa. Sampai pada bulan Oktober 2013
Tergugat beralasan bahwa gaji yang diterima oleh Penggugat selama ini
34
kerja dan penggantian hak kepada pihak pekerja Sdr. Jumadi sebagai
lima ratus enam puluh dua ribu enam ratus lima puluh rupiah) yang
= Rp 42.562.650,-
UMK Kota Semarang tahun 2013 sebesar Rp 1.209.100,- (satu juta dua
ratus ribu rupiah) dan Penggugat masih berhak atas upah sejak bulan
belas juta tiga ratus delapan puluh dua ribu tujuh ratus rupiah) dengan
Jumlah = Rp 12.382.700,-
3. Petitum
= Rp 42.562.650,-
(empat puluh dua juta lima ratus enam puluh dua ribu enam ratus
Jumlah = Rp 12.382.700,-
(dua belas juta tiga ratus delapan puluh dua ribu tujuh ratus rupiah)
PHI/G/2014/PN.Smg.
lalu lintas saat pulang kerja yang mengakibatkan cacat buta permanen
Tergugat dalam perkara PHK ini memberikan uang pesangon, uang masa
Upah pekerja sejak bulan Oktober 2013 sampai sekarang dibayar sesuai
38
(satu juta tujuh puluh sebilan ribu rupiah) per bulan atau dibawah Upah
Kota Semarang sebesar Rp 1.209.100,- (satu juta dua ratus sembilan ribu
lalu lintas selanjutnya tidak bisa bekerja lagi dan karena saat itu ada
dimulai sejak Oktober 2008 hingga Oktober 2013, yang mana untuk tiap
empat ratus dua puluh tiga ribu lima ratus rupiah), dan Tergugat menolak
pesangon yang diangsur oleh tergugat mulai Oktober 2008 hingga bulan
berdasarkan bukti-bukti surat dan saksi yang telah diajukan, dan hanya
Tergugat.
wajib membayar upah selama 1 tahun, dan setelah waktu itu pekerja
kondisi sakit yang tidak dapat melakukan pekerjaan. Maka satu tahun
Hubungan Kerja.
angka (6) pada bulan Oktober 2013 secara tiba-tiba Tergugat tidak
gaji yang diterima adalah cicilan pesangon, dengan fakta ini berarti sejak
Penggugat diminta pulang atau disuruh pulang di rumah saja nanti setiap
56.562.000,- ( lima puluh enam juta lima ratus enam puluh dua ribu
dibayarkan lagi oleh Tergugat. Hal ini diperkuat oleh keterangan saksi –
dibacakan.
untuk besarnya uang pisah adalah sebesar upah proses sejak bulan
(enam belas juta seratus sembilan puluh dua ribu lima ratus rupiah).
karena hubungan kerja antara Penggugat dan Tergugat sudah putus sejak
bulan Nopember 2013 sesuai petimbangan petitum angka (2) dan (3),
untuk pekerja yang tidak melakukan pekerjaan karena pekerja sakit yaitu
(empat) bulan kedua sebesar 75% (tujuh puluh lima perseratus) dari
upah, 4 (empat) bulan ketiga sebesar 50% (lima puluh perseratus) dari
upah, dan bulan selanjutnya sebesar 25% (dua puluh lima perseratus)
namun dari bulan Oktober 2008 hingga bulan Oktober 2013 Penggugat
tetap menerima gaji penuh dengan bukti slip gaji yang bertanda
ketentuan Pasal 156 ayat (2), uang penghargaan masa kerja 2 (dua) kali
ketentuan Pasal 156 ayat (3), dan uang pengganti hak 1 (satu) kali
pemutusan hubungan kerja pada tahun 2012 atau 4 (empat) tahun setelah
biasa tiap bulan hingga pada bulan Nopember 2013 Tergugat tidak
mengajukan gugatan karena hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 168
hari kerja atau lebih berturut-turut tanpa keteran gan secara tertulis yang
dilengkapi dengan bukti yang sah dan telah dipanggil oleh pengusaha 2
(dua) kali secara patut dan tertulis dapat diputus hubungan kerjanya
diterima oleh pekerja, Majelis Hakim menggunakan Pasal 168 ayat (3)
berhak menerima uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat
(4) dan diberikan uang pisah yang besarnya dan pelaksanaannya diatur
berlaku adil kepada kedua belah pihak, karena dalam ketentuan Pasal
156 ayat (4) menyebutkan bahwa uang penggantian hak yang diterima
oleh pekerja yaitu cuti tahunan yang belum diambil dan belum gugur,
dari uang pesangon dan/atau uang penghargaan masa kerja bagi yang
belas) bulan atau dari bulan Nopember 2013 hingga bulan Januari 2015
46
memutuskan :
(enam belas juta seratus sembilan puluh dua ribu lima ratus rupiah);
2. Akibat Hukum
terhadap Penggugat atau dalam hal ini pekerja dan Tergugat atau dalam
hal ini pengusaha. Akibat hukum adalah segala akibat yang terjadi dari
29
Ilmu Hukum, “Akibat Hukum”. (Online), (https://e-
kampushukum.blogspot.com/2016/05/akibat-hukum.html?m=1, diakses tanggal 1 Juli 2018),
2018.
48
membayar uang pesangon dan atau uang penggantian hak yang seharusnya
diterima”.
dianggap mengundurkan diri maka sesuai ketentuan Pasal 162 ayat (1)
sembilan puluh dua ribu lima ratus rupiah). Maka setelah dijatuhkannya
Penggugat dan Tergugat tidak lagi ada hubungan kerja dan Tergugat
tersebut.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
sebagai berikut :
cacat akibat kecelakaan kerja dan tidak bisa melakukan pekerjaan setelah
kerja dan diberikan uang pesangon, uang penghargaan masa kerja, dan
uang pengganti hak. Dikarenakan Penggugat tidak ada itikat baik untuk
Pasal 168 ayat (3) Penggugat hanya berhak menerima uang pisah sebesar
Rp 16.192.500,-.
berdasarkan Pasal 168 ayat (3) wajib memberikan uang pisah sebesar Rp
49
50
B. Saran
mengetahui apa yang harus dilakukan dan pekerja mengetahui hak yang
2. Bagi Pengusaha
3. Bagi Pekerja
Buku
Marbun, Rocky. Jangan Mau Di-PHK Begitu Saja. Jakarta : Visimedia, 2010.
Tim Visi Yustisia, Buku Pintar Pekerja Terkena PHK: Dari Memperoleh Hak
Yang Semestinya Sampai Merintis Karier Baru. Jakarta: Visimedia,
2015.
Peraturan Perundang-Undangan
51
52
Internet
(http://bbsnews.co.id/sejarah-berdirinya-pt-jamsostek-persero/, diakses