Anda di halaman 1dari 12

INKUIRI: Jurnal Pendidikan IPA P-ISSN: 2252-7893

Vol. 7, No. 2, 2018 (hal 220-231) E-ISSN: 2615-7489


https://jurnal.uns.ac.id/inkuiri DOI: 10.20961/inkuiri.v7i2.22978

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN DINAMIKA GERAK


BERBASIS INKUIRI TERBIMBING UNTUK SISWA
KELAS X SMA/MA

Enik Setianingsih1, Widha Sunarno2 dan Sukarmin3


1
Program Studi Magister Pendidikan Sains FKIP Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 57126, Indonesia
eniksetianingsihl@student..uns.ac.id
2
Program Studi Magister Pendidikan Sains FKIP Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 57126, Indonesia
widha sunarno@staff.uns.ac.id
3
Program Studi Magister Pendidikan Sains FKIP Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 57126, Indonesia
karmin.abdulkarim@staff.uns.ac.id

Abstrak

Pada saat memasuki belajar konsep fisika yang baru, siswa tidak datang dengan pikiran kosong tanpa
memiliki pengetahuan awal, siswa biasanya telah memiliki wawasan dari pengalaman sehari-hari dan
informasi sekitar. Kadang-kadang konsep awal yang telah di bangun siswa tidak sesuai dengan dengan
konsep ilmu yang sudah di sepakati oleh para ahli. Keadaan demikian disebut dengan miskonsepsi.
Penelitian pengembangan ini bertujuan untuk mengetahui:(1)karakteristik modul pembelajaran berbasis
inkuiri terbimbing untuk penurunan miskonsepsi pada materi dinamika gerak untuk siswa SMA kelas X,
(2) kelayakan modul pembelajaran berbasis inkuiri untuk menurunkan miskonsepsi pada materai
mekanika dinamika gerak untuk siswa SMA kelas X, (3) Ada penurunan miskonsepsi fisika setelah di
beri modul pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing pada materi dinamika gerak untuk siswa SMA kelas
X. Penelitian menggunakan metode pengembangan (R&D) yang mengacu pada model yang dikemukakan
oleh Thiagarajan, yang dilaksanakan dari bulan Juli 2015 hingga Mei 2016. Kelayakan media divalidasi
oleh ahli materi dan ahli media, validasi guru, dan validasi teman . Subjek uji coba penelitian ini adalah
siswa kelas X SMAN 2 Jombang tahun akademik 2015/2016 sebanyak 34 siswa dengan rincian 10 siswa
sebagai subjek uji coba terbatas dan 30 siswa sebagai subjek uji coba pemakaian. Modul disebarkan pada
guru-guru fisika SMA. Data hasil penelitian berupa nilai validasi modul oleh ahli, guru dan teman
sejawat, respon keterbacaan siswa, dan hasil penurunan miskonsepsi dengan menggunakan uji t-test
paired two sample for mean menggunakan software SPSS 18. Penelitian pengembangan yang telah
dilaksanakan memberikan kesimpulan : (1) langkah-langkah prosedur pengembangan yang dilakukan
untuk mengembangkan modul fisika berbasis inkuiri terbimbing materi dinamika gerak menggunakan
model 4-D yang diawali tahap 1 define yaitu melakukan studi literatur yang meliputi analisis siswa,
kurikulum dan materi, tahap 2 design yaitu pemilihan format modul, tahap 3 develop yaitu desain awal
modul, validasi produk, uji coba terbatas, perbaikan, uji coba luas, dan tahap 4 disseminate yaitu
penyebaran modul pada guru fisika SMA. Pengembangan yang dilakukan mengacu pada langkah yang
dinyatakan oleh Thiangarajan dan telah tervalidasi; (2) modul fisika berbasis inkuiri terbimbing materi
dinamika gerak untuk siswa kelas X SMA yang dikembangkan dinyatakan layak dengan kategori sangat
baik; (3) Ada penurunan miskonsepsi fisika setelah diberi modul berbasis inkuiri terbimbing pada materi
dinamika gerak.

Kata kunci: Miskonsepsi, Modul Fisika, Inkuiri Terbimbing

Pendahuluan pikiranyan kosong tanpa memiliki


pengetahuan awal. Siswa biasanya telah
Pada saat memasuki tahap konsep memiliki wawasan dari pengalaman sehari-
fisika yang baru, siswa tidak datang dengan hari dan informasi dari lingkungan sekitar.

220
Dalam pengalaman tersebut terbentuk menimbulkan pemahaman konsep yang
prakonsepsi atau sejenis “teori siswa” salah pada diri siswa. Selain kesalahan yang
mengenai peristiwa-peristiwa fisika dalam terdapat pada buku teks, sering kali siswa
lingkungan sehari-hari manusia. mengalami kesulitan dalam memahami
Prakonsepsi ini belum tentu benar, Jika tulisan yang terdapat pada buku teks, serta
dalam proses pembelajaran guru tidak terdapat juga buku fiksi sain yang
memperhatikan prakonsepsi, maka dalam konsepnya menyimpang demi menarik
kepala siswa akan terjadi percampuran pembaca. Hal-hal negative yang terdapat
prakonsepsi dengan konsep yang pada buku teks tersebut dapat menyebabkan
sebenarnya. Percampuran ini akan terjadinya miskonsepsi.
menyebabkan pengertian yang salah dalam Dari beberapa fakta di atas terlihat
diri siswa (Berg ,1990). bahwa terdapat beberapa faktor penyebab
Mengingat Siswa sendiri yang miskonsepsi. Menurut Paul Suparno (2005).
mengkonstruksikan pengetahuannya, maka Secara umum penyebab miskonsepsi ada
tidak mustahil dapat terjadi kesalahan lima kelompok yaitu siswa, guru, buku teks,
dalam mengkonstruksi. Kadang-kadang kontek dan cara mengajar.
konsep awal yang telah dibangun siswa Sebagai contoh miskonsepsi pada
tidak sesuai dengan konsep ilmiah yang materi Dinamika gerak. Sebuah tes
sudah disepakati oleh para ahli. Keadaan pendahuluan diberikan kepada siswa
demikian disebut dengan miskonsepsi. SMAN 2 Jombang yang telah menerima
Miskonsepsi tersebut biasanya sulit diatasi pelajaran tentang materi ini pada SMA
karena siswa cenderung mempertahankan kelas X dan SMP kelas VII akhirnya masih
konsep awal ini secara kokoh (Ibrahim, didapatkan kesalahan-kesalahan
2012). pemahaman siswa sebagai berikut, (1)
Pelajaran fisika, sangat rentang Benda diam, berarti tidak ada gaya. (2)
mengalami miskonsepsi. Miskonsepsi Agar benda bergerak dengan kecepatan
biasanya menyangkut kesalahan siswa tetap, harus ada gaya resultan dengan besar
dalam pemahaman hubungan antar konsep yang tetap ( > 0) dan arah sejajar dengan
atau juga pada beberapa bagian dalam gerak benda,. (3) Gaya normal sama dengan
konsep, misalnya dalam mekanika, gaya berat. (4) kecepatan hanya akan
termodinamika, kalor, optika geometri, bertambah jika gaya resultan pada benda
bunyi dan gelombang, listrik dan magnet, bertambah
dan fisika modern (Suparno, 2005 dan Pembelajaran inkuiri terbimbing
Berg, 1991). merupakan pembelajaran yang
Selain itu banyak siswa yang menggunakan cara pengumpulan informasi
berpendapat bahwa fisika sulit untuk yang relevan dan menggunakan analisis
dipelajari karena hanya merupakan logis melalui penyelidikan, serta investigasi
kumpulan rumus-rumus belaka yang kurang fenomena sekitar dengan arahan, petunjuk
dapat dimengerti maknanya. Pendapat ini yang berupa pertanyaan membimbing,
muncul karena kebiasaan belajar fisika sehingga siswa menyelesaikan
siswa yang berorientasi pada rumus-rumus permasalahan berdasarkan fakta yang
dan pembahasan soal secara langsung tanpa ditemukan (Joyce&Weil,2000).Inkuiri
mempelajari konsep-konsepnya. Sehingga terbimbing merupakan pembelajaran yang
siswa hanya menghafal rumus dan hanya mengarahkan siswa melakukan
terampil melakukan perhitungan tanpa penyelidikan untuk memperoleh dan
mengerti makna konsep yang dipelajari. mendapatkan informasi melalui
Kesulitan-kesulitan dalam memahami observasi/eksperimen untuk mencari
konsep fisika ini akan menyebabkan jawban atau memecahkan masalah
terjadinya miskonsepsi. Kesalahan- Pembelajaran inkuiri terbimbing
kesalahan yang terjadi pada buku teks dapat memiliki ciri-ciri; a) Menggunakan

221
keterampilan proses; b) Jawaban yang dirancang secara khusus dan jelas
dicari siswa tidak diketahui terlebih aktif berdasarkan kecepatan pemahaman masing-
dahulu; c) Siswa bersemangat untuk masing siswa, sehingga mendorong siswa
memecahkan masalah; d) Siswa untuk belajar sesuai dengan
menemukan solusi secara individu; e) kemampuannya.
Siswa mengusulkan cara-cara pengumpulan Modul berbasis inkuiri terbimbing
data dan pengamatan data; f) Hipotesis merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar
dirumuskan oleh siswa; g) Siswa yang melibatkan secara maksimal seluruh
melakukan penelitian secara kemampuan siswa untuk menganalisis,
individu/kelompok untuk menggumpulkan memecahkan permasalan berdasarkan
data untuk menguji hipotesis; h) Siswa fakta-fakta yang ditemukan dan didesain
mengolah data sampai menemukan untuk mendapatkan pemahaman
kesimpulan konseptual. Modul inkuiri terbimbing
Menurut Hamdani ( 2011 : 120), menggunakan sintaks inkuiri terbimbing: 1)
Bahan ajar adalah segala bentuk bahan atau observasi; 2) Merumuskan masalah; 3)
materi yang disusun secara sistematis yang Mengidentifikasi masalah; 4) membuat
di gunakan untuk membantu guru atau kesimpulan.
instruktur dalam melaksanakan kegiatan
belajar mengajar sehingga tercipta
lingkungan atau suasana yang Metode Penelitian
memungkinkan siswa untuk belajar.
Jenis penelitian yang digunakan
Selanjutnya menurut Daryanto ( 2013: 9)
adalah jenis penelitian pengembangan atau
“Modul merupakan salah satu bentuk bahan
Research and Develoment (R&D) yaitu
ajar yang dikemas secara utuh dan
penelitian yang menghasilkan suatu produk
sistematis, didalamnya memuat seperangkat
tertentu. Desain yang digunakan sebagai
pengalaman belajar yang terencana dan
dasar untuk mengembangkan modul
didesain untuk membantu peserta didik
berbasis inkuiri terbimbing ini adalah
menguasai tujuan belajar yang spesifik”
model 4-D (four-D model) yang
Menurut Depdiknas (2008), mendefinisikan
dikemukakan oleh Thiagarajan) Langkah-
modul sebagai alat atau sarana
langkah pengembangan modul fisika
pembelajaran yang berisi materi, metode,
berbasis inkuiri terbimbing ini
batsan-batasan, dan secara mengevaluasi
menggunakan model 4-D (define, design,
yang di rancang secara sistematis dan
develop and dessiminate).
menarik untuk mencapai kompetensi yang
1. Pendefinisian (Define)
diharapkan sesuai dengan kompleknya.
Tahap pendahuluan penelitian bertujua
Sedangkan Nasution ( 2003 : 205),
untuk menentukan dan mendefinisikan
mengemukakan modul dapat dirumuskan
kebutuhan-kebutuhan pembelajaran di
sebagai suatu unit yang lengkap yang
SMAN 2 Jombang, terutama pada kelas X.
berdiri sendiri dan terdiri atas suatu
Termasuk mengidentifikasi karakteristik
rangkaian kegiatan belajar yang disusun
siswa dan kondisi sekolah. Identifikasi
untuk membantu siswa mencapai sejumlah
potensi dan masalah yang ada dalam
tujuan yang di rumuskan secara khusus dan
pembelajaran khususnya pembelajaran
jelas.
fisika. Temuan-temuan yang diperoleh
Berdasarkan pendapat di atas dapat
dijadikan dasar langkah untuk perancangan
disimpulkan bahwa modul merupakan suatu
produk yang akan dibuat.
alat atau sarana pembelajaran yang didalam
Tahap pendahuluan dilakukan di SMAN 2
berupa materi, metode, dan evaluasi yang
Jombang yang dijadikan tempat penelitian
dibuat secara sistematis dan terstruktur
sehingga dapat ditemukan masalah-masalah
sebagai upaya untuk mencapai tujuan
yang ada pada sekolah tersebut. Observasi
kompetensi yang diharapkan. Modul
dilakukan dengan wawancara baik pada

222
guru fisika kelas X maupun pada siswa, menjalankan rencana penyelesaian masalah
pengamatan langsung, serta meggunakan yang telah direncanakan. Kegiatan ini
angket kebutuhan terhadap guru bidang diharapkan mampu membiasakan siswa
studi fisika dan siswa di sekolah tempat terlibat dalam proses penyelesaian masalah
penelitian. dalam kegiatan inkuiri terbimbing
Masalah yang ditemukan dijadikan dasar Kemudian dilanjutkan mengevaluasi
untuk merancang bahan ajar yang dapat jawaban yaitu berisi kegiatan evaluasi
membantu siswa dalam belajar. Maka pada jawaban pertanyaan/permasalahan yang
penelitian ini dikembangkan modul ingin diselesaikan. Kegiatan ini dilakukan
berbasis inkuiri terbimbing dengan untuk mengetahui hasil yang diperoleh
berpedoman pada kompetensi inti dan telah sesuai, lengkap dan menjawab
kompetensi dasar fisika kurikulum 2013, masalah. Disetiap akhir pembelajaran
materi pokok pada pengembangan ini yaitu terdapat tes kemanpuan awal miskonsepsi
dinamika gerak. Meningkatkan pemahaman yang bertujuan mengetahui seberapa besar
konsep dan matematis pada materi konsep yang dikuasai siswa, dan terdapat
dinamika gerak serta meningkatkan pemahaman konsep yang berisi materi-
kemampuan siswa dalam mengaplikasikan materi terkait dengan pembelajaran.
konsep pada kehidupan sehari-hari maka Selanjutnya produk awal berupa draft 1
diperlukan pengembangan modul yang modul fisika berbasis inkuiri terbimbing
memuat tentang konsep, besaran-besaran diserahkan kepada ahli untuk dilakukan
dinamika gerak secara metematis serta validasi. Validasi dilakukan untuk
aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. mengetahui kesahihan atau kevalidan isi
Pengembangan modul tersebut diharapkan dan format modul dari sebuah instrumen
dapat membantu proses belajar siswa berdasarkan kriteria tertentu. Proses
menjadi terorganisir sehingga siswa lebih validasi melibatkan ahli materi dan media,
mudah memahami konsep yang diberikan guru fisika, dan teman sejawat (peer
melalui pengembangan modul, dan akan review). Validasi ahli meliputi ahli media
diperoleh modul pembelajaran yang mampu dan ahli materi fisika. Validasi ahli materi
menjawab permasalahan yang dihadapi dan media ini untuk mengetahui kebenaran
siswa. isi dan format modul fisika berbasis inkuiri
terbimbing yang dikembangkan. Validasi
2. Perancangan (Design) guru meliputi dua guru, yaitu dua guru
Desain produk merupakan tahap fisika SMA yang bertujuan untuk
mengembangkan modul pembelajaran mengetahui kemungkinan keterlaksanan
fisika berbasis inkuiri terbimbing, yang pembelajaran menggunakan modul fisika
didalamnya menjabarkan materi dengan berbasis inkuiri terbimbing. Sedangkan
menggunakan tahapan-tahapan sesuai validasi teman sejawat (peer review) terdiri
dengan tahapan inkuiri terbimbing. Modul dari dua mahasiswa. Validasi peer review
fisika berbasis inkuiri terbimbing berisi bertujuan untuk mengetahui keterbacaan
pemfokusan pada masalah yaitu fenomena materi dan format. Validasi produk
dalam kehidupan sehari-hari sebagai dilakukan dengan menggunakan instrumen
tahapan awal, kemudian penjabaran aspek lembar validasi kegrafikan, lembar validasi
secara fisika dari fenomena di awal kelayakan isi dan lembar validasi kisi-kisi
pembelajaran, rencana pemecahan masala soal, setiap instrumen terdapat penilaian
yang berisi kegiatan perancangan/rencana serta kolom saran/koreksi. Hasil validasi ini
penyelesaian masalah dari siswa untuk menghasilkan produk draft II modul fisika
menyelesaikan masalah dalam kegiatan berbasis inkuiri terbimbing.
inkuiri terbimbing, melakukan eksperimen 3. Pengembangan (Develop)
yaitu berisi kegiatan eksperimen fisika yang Draft II yang dihasilkan, uji coba
melatih sikap ilmiah siswa, kejujuran, dan terbatas digunakan untuk mengetahui
objektivitas siswa, dalam kegiatan ini siswa

223
tingkat keterbacaan modul fisika berbasis sebagai respon guru terhadap modul fisika
inkuiri terbimbing yang dikembangkan. Hal berbasis inkuiri terbimbing.
ini menjadi dasar yang digunakan untuk Subyek penelitian terdiri dari dua
mengetahui kelemahan modul yang akan golongan yaitu: subyek ahli/pakar yang
digunakan sebagai acuan untuk refisi terdiri dari subjek analisis kebutuhan, ahli
sehingga didapatkan draf III yang siap diuji media, ahli materi, praktisi dan teman
coba pemakaian. Uji coba ini dilakukan sejawat. Subjek coba (user) dalam
oleh 10 siswa kelas X5 yang diambil penelitian dan pengembangan ini yaitu
berdasarkan peringkat 1 sampai 10. Siswa peserta didik kelas X semester satu siswa
membaca dan mempelajari modul berbasis SMA N 2 Jombang tahun pelajaran
inkuiri terbimbing yang dikembangkan, 2015/2016. Teknik penentuan sampel
kemudian mengisi angket keterbacaan. Hal dilakukan dengan pertimbangan tertentu,
tersebut dilakukan untuk memperoleh saran sampel ini lebih cocok digunakan pada
terkait modul pembelajaran yang penelitian deskriptif (Sugiyono, 2012).
dikembangkan. Jenis data yang dikumpulkan dalam
Hasil uji coba terbatas proses penelitian dan pengembangan ini
memungkinkan perlu adanya revisi. Hasil adalah jenis data kualitatif dan data
revisi berupa produk draft III yang akan kuantitatif. Data berupa hasil analisis
digunakan untuk uji coba diperluas. kebutuhan, data hasil validasi ahli, data
Hasil revisi uji coba terbatas digunakan hasil uji coba produk, dan uji coba
dalam proses pembelajaran pada sampel pemakaian yang berupa masukan,
lebih besar yaitu siswa-siswi kelas X6. Uji tanggapan, kritik, saran, serta perbaikan
coba besar atau pemakaian bertujuan untuk terhadap produk. Data yang diperoleh
mengetahui penurunan miskonsepsi siswa dalam tahap validasi dan uji coba berfungsi
setelah mengikuti proses pembelajaran untuk memberi masukan dalam merevisi
dengan menggunakan modul fisika berbasis serta menilai kelayakan modul
inkuiri terbimbing. Desain yang digunakan pembelajaran yang dikembangkan.
dalam penelitian pengembangan modul Instrumen yang digunakan dalam
fisika berbasis inkuiri terbimbing ini adalah penelitian ini berupa instrumen angket dan
Pre Experimental Design dengan bentuk soal tes. Angket dalam penelitian ini
One Group Pretest-Postest Design. seperti digunakan untuk mengumpulkan data
pada Tabel 1 berikut. tentang kelayakan modul fisika berbasis
inkuiri terbimbing yang dikembangkan
Tabel 1. Bagan one-group pretes – posttest ditinjau dari aspek materi dan aspek media.
Grup Pretes Variabel Menurut Arifin (2012: 118), angket
Postes
terikat
termasuk alat untuk mengumpulkan dan
R Eksperimen O1 X O2 mencatat data atau informasi, pendapat, dan
paham dalam hubungan kausal. Instrumen
tes digunakan untuk mengetahui
Keterangan:
pemahaman siswa terhadap materi setelah
O1 : Profil miskonsepsi sebelum perlakuan
O2 : Profil miskonsepsi sesudah perlakuan
mengikuti proses pembelajaran. Budiyono
X : Jenis perlakuan/treatment (2011: 8) menyatakan, tes merupakan
seperangkat pertanyaan yang disetiap butir
1. Penyebaran (Desseminate) pertanyaan mempunyai jawaban yang
dianggap benar. Agar diperoleh data yang
Penyebaran dilakukan ke beberapa valid, tes yang digunakan untuk evaluasi
guru fisika SMA di Jombang. Sehingga harus valid. Tes yang valid berarti tes yang
produk modul fisika berbasis inkuiri digunakan untuk mendapatkan data
terbimbing. dapat tersebar dan digunakan (mengukur) itu valid. Valid berarti tes
oleh guru-guru fisika SMA. Guru juga
diminta mengisi angket yang hasilnya

224
tersebut dapat digunakan untuk mengukur Hasil Penelitian dan Pembahasan
apa yang seharusnya diukur (ketepatan).
Analisis data dan uji coba Hasil dari setiap tahapan prosedur
pengembangan produk terdiri dari analisis pengembangan yang dilakukan adalah:
kualitatif dan analisis kuantitatif. Hasil tes 1. Tahap Pendefinisian (Define)
berupa data pretest, posttest, dan Uji-t Kegiatan penelitian dan
Paired two sample for mean digunakan pengembangan pada tahap 1 yaitu
untuk mengetahui pengaruh modul pendefinisian yang meliputi analisis
pembelajaran terhadap penurunan kebutuhan. Analisis kebutuhan dilakukan
miskonsepsi siswa pada materi yang untuk mengumpulkan informasi tentang
diajarkan. Data yang diperoleh dari hasil uji kebutuhan modul guru sebagai alternatif
coba produk di kelas dikonversikan menjadi untuk panduan mengajar atau menyusun
nilai dengan menggunakan persamaan skenario pembelajaran. Analisis kebutuhan
(Riduwan, 2004) yaitu ini dilakukan menggunakan angket
kebutuhan siswa dan angket kebutuhan
guru, yang melibatkan enam siswa dan dua
guru mata pelajaran fisika.
Analisis penurunan miskonsepsi dapat Berdasarkan hasil analisis angket
diketahui berdasarkan uji-t paired two pengungkap kebutuhan guru dan siswa serta
sample for mean,bila Pearson Correlation observasi yang dilakukan diperoleh
berharga negatif ada penurunan kesimpulan bahwa diperlukan modul
miskonsepsi,dan pembelajaran fisika untuk membantu siswa
Teknik analisis data hasil validasi untuk dalam memahami materi.
kelayakan produk dilakukan dengan Tahap selanjutnya dilakukan
menggunakan perhitungan rating scale analisis peserta didik, kurikulum dan
Sugiyono (2011) menyatakan bahwa rating materi. Berdasarkan keterangan guru, siswa
scale lebih fleksibel, tidak terbatas untuk memiliki kemampuan yang masih kurang.
mengukur sikap saja tetapi juga dapat Pengamatan buku ajar yang digunakan
digunakan untuk mengukur persepsi siswa, diketahui bahwa buku yang
responden terhadap fenomena lainnya, digunakan siswa dalam proses
seperti mengukur status sosial, ekonomi pembelajaran yaitu LKS yang hanya sedikit
kelembagaan, pengetahuan, kemampuan, memuat ringkasan materi. Siswa yang
proses kegiatan dan lain-lain. Langkah menggunakan buku penunjang lain
analisis data menggunakan perhitungan jumlahnya sedikit. Buku-buku yang
rating scale dalah sebagai berikut: digunakan sepenuhnya belum menunjang
1) Tabulasi semua data yang diperoleh siswa dalam belajar sehingga siswa kurang
untuk setiap komponen, sub komponen termotivasi. Hal ini sesuai menurut
dari butir penilaian yang tersedia dalam Hamdani (2011) bahwa belajar terjadi
instrumen penilaian ketika ada interaksi antara individu dengan
2) Menghitung skor hasil pengumpulan lingkungan, dapat juga berupa buku untuk
data memotivasi siswa. Dengan demikian buku
3) Menentukan skala pada perhitungan ajar yang kurang menunjang pembelajaran
rating scale dengan persamaan sebagai membuat siswa kurang termotivasi untuk
berikut: belajar.
Pada saat dilakukan analisis,
= STtiap butir x JI x JR. kurikulum yang digunakan sekolah adalah
kurikulum tingkat satuan pendidikan dan
menerapkan SK-KD sesuai dengan standar
isi. SMAN 2 Jombang menerapkan
kurikulum 2013, sehingga modul yang

225
dikembangkan menggunakan kurikulum Modul dikembangkan melalui tiga tahap
2013. yaitu perancangan, pengumpulan bahan dan
2. Tahap Perancangan (Design) materi, dan penyusunan. Pada tahap
Tahap perencanaan dan pembuatan perancangan modul ditentukan
modul dilakukan identifikasi materi pokok spesifikasinya, kemudian dibuat rencana
pembelajaran dan tujuan kegiatan format desain. Tahap ini didukung oleh
pembelajaran untuk memperoleh gambaran Microsoft Word 2007. Tahap pengumpulan
yang akan dimasukkan ke dalam modul bahan dan materi yang berasal dari
fisika berbasis inkuiri terbimbing. beberapa sumber, seperti buku-buku
Pemilihan format sesuai dengan format rujukan, situs pendidikan, makalah dan
kriteria modul yang diadaptasi dari Modul gambar-gambar pendukung. Tahap
berbasis inkuiri terbimbing merupakan penyusunan dilakukan ketika bahan dan
suatu rangkaian kegiatan belajar yang materi sudah terkumpul.
melibatkan secara maksimal seluruh 3. Validasi Modul
kemampuan siswa untuk menganalisis, Validasi dilakukan dengan
memecahkan permasalahan berdasarakan menggunakan instrumen lembar validasi
fakta-fakta yang ditemukan dan didesain silabus, lembar validasi RPP, lembar
untuk mendapatkan pemahaman konseptual validasi kisi-kisi soal dan lembar validasi
(Rusche & Jason,2011). Modul inkuiri modul pembelajaran hasil pengembangan.
terbimbing menggunakan sintaks inkuiri Menurut Daryanto (2010: 23) validasi
terbimbing: 1) observasi; 2) Merumuskan dilakukan dengan cara meminta bantuan
masalah;3) Mengidentifika masalah, ahli yang menguasai kompetensi yang
penjabaran aspek fisikanya, rencana dipelajari.
pemecahan masalah, menjalankan rencana Validasi menghasilkan draf II dari
pemecahan masalah, dan mengevaluasi produk pengembangan. Validasi dilakukan
jawaban. Modul pembelajaran dirancang oleh 2 pakar atau dosen ahli dari
dengan materi dinamika gerak dengan Universitas Sebelas Maret, 2 orang guru
tahapan pembelajaran sesuai dengan sintak fisika yaitu 1 guru fisika SMAN 1 Ngoro
pembelajaran inkuiri terbimbing yang telah dan 1 guru fisika SMAN 2 Jombang, serta 2
dirumuskan dalam silabus dan RPP. teman sejawat. Validator yang terlibat
Pemilihan format modul pembelajaran meliputi dosen pakar validator 1 (V1) dan
dilakukan berdasarkan format dengan validator 2 (V2), validator guru SMA, guru
mengkaji kriteria modul pembelajaran validator 1 (G1) dan guru validator 2 (G2),
fisika yang diterbitkan oleh Depdiknas. serta 2 teman sejawat terdiri dari teman
Pada tahapan desain dan pembuatan modul sejawat 1 (S1) dan teman sejawat 2 (S2).
yang disusun dengan konsultasi pada dosen Hasil penilaian validasi draf I disajikan
pembimbing, didapat produk awal berupa pada tabel 1 sampai tabel 2.
draf I terdiri dari silabus, RPP, kisi-kisi
soal, dan modul hasil pengembangan. Tabel 1. Hasil Validasi oleh Ahli
Desain menurut Oemar Hamalik cit Validator ke Jumlah Kategori
I 228 Sangat baik
Daryanto (2010: 16) yaitu suatu petunjuk II 230 Sangat baik
yang memberikan dasar, arah, tujuan, dan Nilai keseluruhan 458 Sangat baik
teknik yang ditempuh dalam memulai dan Berdasarkan Tabel 1, hasil validasi
melaksanakan suatu kegiatan. Kedudukan modul yang dilakukan oleh ahli adalah: ahli
desain dalam pengembangan modul yaitu 1 dan untuk ahli 2. Kategori nilai tersebut
sebagai salah satu komponen prinsip adalah “sangat baik”. Kedua validator ahli
pengembangan modul yang mendasari dan juga menyatakan bahwa modul fisika
memberi arah teknik dan tahapan berbasis Inkuiri terbimbing yang
penyusunan modul. dikembangkan ini valid dan layak
digunakan.

226
Tabel 3. Hasil Uji Coba Kelompok Kecil
Tabel 2. Hasil Respon dari Teman Sejawat dan Aspek Skor Kategori
Guru Fisika Kelayakan Modul 77 SB
keseluruhan
Jumlah Kategori
Reviewer Jumlah keseluruhan Aspek Kelayakan penyajian 80 SB
I 223 Aspek Kegrafikan 80 SB
Guru 432 SB Aspek isi 73 B
II 209
Teman I 229 Aspek kesesuaian dengan 78 SB
461 SB pembelajaran inkuiri
Sejawat II 232
terbimbing
Berdasarkan Tabel 2, hasil respon
dari 2 guru fisika SMA menberikan Tabel 3 menyajikan rangkuman hasil
kategori sangat baik. Sedangkan untuk uji coba terbatas yang telah dilakukan.
teman sejawat, hasil respon dari 2 teman menunujukkan bahwa angket respon yang
sejawat masing - masing menberikan . diberikan kepada siswa terkait modul
kategori sangat baik. pembelajran berbasis Inkuiri Terbimbing,
Validator dan reviewer juga secara keseluruhan mendapat respon yang
memberikan saran perbaikan gambar cover, sangat baik.
gambar kurang jelas, font sesuai ejaan 5. Uji Coba Diperluas
EYD, konsisten dalam penulisan dalam Uji coba dilaksanakan mulai tanggal
kegiatan belajar. Setelah dilakukan 12 Nopember 2015 sampai 25 Nopember
perbaikan, tahap ini menghasilkan draf II 2015. Uji coba pemakaian di kelas
modul fisika berbasis Inkuiri Terbimbing. dilaksanakan pada siswa kelas X-6 di
4. Uji Coba Terbatas SMAN 2 Jombang Kabupaten Jombang.
Uji coba terbatas dilaksanakan pada Sebelum modul pembelajaran fisika
tanggal 7 Nopember 2015 di laboraturium berbasis Inkuiri Terbimbing
SMAN 2 Jombang Jawa Timur pada kelas diimplementasikan dalam pembelajaran,
X5 yang terpilih sebagai sampel uji coba terlebih dahulu siswa diberikan pretest.
penelitian. Uji coba terbatas dilakukan Soal pretest terdiri dari 15 butir soal pilihan
untuk mengetahui tingkat keterbacaan siswa ganda dan dilaksanakan pada tanggal 11
pada modul pembelajaran fisika berbasis Nopember 2015 yang diikuti 30 siswa. Soal
Inkuiri Terbimbing pada materi dinamika yang digunakan telah divalidasi oleh dua
gerak hasil pengembangan. Tingkat dosen ahli, dua guru fisika, dan dua peer
keterbacaan siswa terhadap modul diketahui review atau teman sejawat, kemudian soal
melalui respon siswa terkait modul yang berjumlah 20 butir diuji reliabilitas
pembelajaran fisika berbasis Inkuiri dan dilakukan analisis butir instrumen
Terbimbing hasil pengembangan, siswa menggunakan uji daya pembeda dan tingkat
diminta mengisi angket respon siswa. kesukaran pada 34 siswa kelas X-5
Sebelum mengisi angket respon siswa, Jombang. Dari 20 butir soal yang
pastikan siswa telah mempelajari modul diujicobakan diperoleh soal yang baik
dan melakukan tahapan-tahapan kegiatan sebanyak 15 soal digunakan untuk uji tes
pembelajaran yang terdapat dalam modul. pada uji coba pemakaian yaitu pada pretest
Uji coba terbatas dilakukan 10 siswa untuk dan protest. Setelah dilakukan pretest,
membaca dan melakukan kegiatan yang siswa diberikan modul fisika berbasis
terdapat dalam modul serta mengisi angket Inkuiri Terbimbing. Modul fisika berbasis
respon yang disediakan. Hal ini sesuai Inkuiri Terbimbing digunakan sebagai
dengan pendapat Dick dan Carey modul inti dalam proses pembelajaran di
(2005:291) bahwa jumlah yang diperlukan kelas. Setelah materi pembelajaran selesai,
dalam evaluasi kelompok kecil hanya kemudian siswa diberikan soal posttest.
terdiri dari delapan sampai sepuluh orang. Hasil pretest dan posttest disajikan pada
Adapun hasil persentase angket respon Tabel 4.
secara umum pada tabel 3.

227
Tabel 4 Perbandingan persentase siswa yang Persentase
mengalami miskonsepsi sebelum dan sesudah Sumber miskonsepsi
pelakuan pembelajaran berbasis inkuiri Awal Akhir (+)/(-)
terbimbing
Persentase gesekan
Sumber miskonsepsi

Awal Akhir (+)/(-) Jika benda di dorong


tapi tetap diam, maka
Jika benda bergerak 70,0 43,3 26,7
gaya dorong lebih
searah dengan gaya kecil dari pada gaya
penyebab gerak benda 50,0 23,3 26.7 gesekan
pasti gaya tersebut
lebih besar dari gaya
yang melawan Tabel 4 Ada beberapa soal yang perlu
Jika benda bergerak diperhatikan terkait dengan penurunan
searah dengan gaya
penyebab gerak benda 30,0 30,0 0,0
miskonsepsi yang diperoleh. Tingkat
pasti gaya tersebut penurunan miskonsepsi pada soal nomor 2,
lebih besar dari gaya 8, dan 10 kurang dari 10%. Alasan logis
yang melawan
Gayadi perlukan untuk perolehan ini didasarkan pada jumlah
60.0 40,0 20,0
mempertahankan jawaban salah dan CRI yang diberikan
benda yang bergerak siswa. Pada postes ketiga soal tersebut,
Gaya di perlukan
untuk 70,0 33,3 36,7 jumlah siswa yang menjawab salah telah
mempertahankan berkurang, tetapi mereka memberikan CRI
benda yang bergerak yang lebih tinggi dari pretes. Akibatnya,
Percepatan gerak
40,0 6,7 33,3 perhitungan menyimpulkan adanya
benda berbanding lurus
dengan massa benda penurunan yang kecil.
Percepatan gerak Karena miskonsepsi naik pada soal
50,0 20,0 30,0
benda berbanding lurus
dengan massa benda nomor 2,8 dan nomor 10, perlu dilakukan
Berat benda = massa 56,6 40,0 16,6 analisis lebih mendalam mengenai
benda
Gaya normal selalu
perbandingan pengetahuan siswa pada saat
43,3 40,0 3,3 pretes dan postes.
sejajar dengan sumbu
Y
Gaya aksi-reaksi besar Tabel 5 Perbandingan pengetahuan siswa pada saat
sama, berlawanan arah pretes dan postes nomor 2
bekerja pada benda 43,3 40,0 13,3 Pretes Postes Jum No Absen
yang berbeda (tanpa lah
memperhatikan titik TK TK 1 24
kerja) TTK TK 7 4,7,8,15,19,27,30
Gaya aksi-reaksi besar MK TK 9 5,11,13,14,16,21,22,23,2
sama, berlawanan arah 9
bekerja pada benda 46,7 43,3 3,4 MK MK 6 6,9,12,20,25,26
yang berbeda (tanpa
TTK MK 2 1,18
memperhatikan titik
TK MK 2 10,29
kerja).
TTK TTK 3 2,3,17
Tidak ada jaminan besar
gaya aksi-rekasi sama 33,3 23,3 10
dengan besar gaya Berdasarkan tabel tersebut, dapat
reaksi
Tidak ada jaminan besar dipaparkan bahwa modul pembelajaran
gaya aksi-rekasi sama 43,3 23,3 20 berbasis inkuiri terbimbing memiliki
dengan besar gaya pengaruh yang berbeda pada beberapa
reaksi
Jika benda di dorong siswa. Dari siswa yang awalnya
tapi tetap diam, maka
40,0 26,7 13,3
miskonsepsi (MK) sebanyak 9 siswa,
gaya dorong lebih modul pembelajaran berbasis inkuiri
kecil dari pada gaya
gesekan terbimbing mampu menurunkan 30%
Jika benda di dorong menjadi 9 siswa menjadi tahu konsep (TK).
tapi tetap diam, maka 33,3 20,0 13,3
gaya dorong lebih
Perubahan dari tidak tahu konsep (TTK)
kecil dari pada gaya menjadi miskonsepsi (MK) sebanyak 2

228
siswa membuktikan bahwa siswa yang Pretes Postes Jumlah No Absen
MK MK 5 5,12,16,18,28
menjawab salah menaikkan CRI-nya. Siswa TTK MK 6 1,15,20,28,29,30
memberikan CRI yang naik karena berpikir TK MK 5 6,8,9,10,19
bahwa keyakinan harus meningkat setelah TTK TTk 5 25,22,21,13,9
pembelajaran, baik jawaban salah maupun
benar. Perubahan dari tahu konsep (TK) Berdasarkan Tabel 7 di atas, seperti
menjadi miskonsepsi (MK) sebanyak 2 halnya dengan soal nomor 10, perubahan
orang menunjukkan bahwa keterlaksanaan dari tidak tahu konsep (TTK) menjadi
modul pembelajaran berbasis inkuiri miskonsepsi (MK) sebanyak 6 siswa
terbimbing perlu diperbaiki dan membuktikan bahwa siswa yang menjawab
disempurnakan. Miskonsepsi (MK) 9 siswa salah menaikkan CRI-nya. Perubahan dari
tidak berubah pada pretes dan postes tahu konsep (TK) menjadi miskonsepsi
membuktikan adanya miskonsepsi yang (MK) sebanyak 5 orang menunjukkan
permanen pada soal ini sehingga sulit bahwa keterlaksanaan modul pembelajaran
diperbaiki. berbasis inkuiri terbimbing perlu diperbaiki
dan disempurnakan. Miskonsepsi (MK) 5
Tabel 6 Perbandingan pengetahuan siswa pada siswa tidak berubah pada pretes dan postes
saat pretes dan postes nomor 8 membuktikan yang permanen pada soal ini
Pretes Postes Jumlah No Absen sehingga sulit diperbaiki. Miskonsepsi
TK TK 0 -
TTK TK 6 5,9,10,14,15,21 (MK) yang awalnya berjumlah 14 siswa
MK TK 6 11,13,16,22,25,28 hanya turun 43,3%, artinya hanya 3 siswa
MK MK 6 2,7,8,20,24,29 yang berubah menjadi tahu konsep (TK).
TTK MK 6 4,18,19,26,30,23
TK MK 2 1,6
Hal ini juga disebabkan tingkat kerumitan
TTK TTk 4 3,12,17,27 soal yang lebih tinggi soal-soal sebelumnya
Analisis data pretest dan postest dilakukan
Berdasarkan Tabel 6 di atas, seperti melalui tahap uji prasyarat terlebih dahulu
halnya dengan soal nomor 8, perubahan yaitu uji normalitas dan homogenitas. Jika
dari tidak tahu konsep (TTK) menjadi data normal dan homogen maka uji
miskonsepsi (MK) sebanyak 6 siswa selanjutnya menggunakan uji parametrik,
membuktikan bahwa siswa yang menjawab tetapi jika data tidak normal dan homogen
salah menaikkan CRI-nya. Perubahan dari maka dilakukan uji non prametrik.
tahu konsep (TK) menjadi miskonsepsi Uji normalitas digunakan untuk
(MK) sebanyak 2 orang menunjukkan mengetahui data berdistribusi normal atau
bahwa keterlaksanaan modul pembelajaran tidak, sedangkan uji homogenitas
berbasis inkuiri terbimbing perlu diperbaiki digunakan untuk mengetahui kesamaan
dan disempurnakan. Miskonsepsi (MK) 6 variansi data. Uji normalitas dan
siswa tidak berubah pada pretes dan postes homogenitas menggunakan program SPSS
membuktikan yang permanen pada soal ini 18. Analisis statistik untuk uji normalitas
sehingga sulit diperbaiki. Miskonsepsi menggunakan uji Kolmogorov-sminova dan
(MK) yang awalnya berjumlah 13 siswa uji homogenitas menggunakan uji Lavene's
hanya turun 40%, artinya hanya 6 siswa test. Hasil analisis disajikan pada tabel 5.
yang berubah menjadi tahu konsep (TK).
Hal ini juga disebabkan tingkat kerumitan Tabel 5. Analisis Normalitas dan Homogenitas
No Yang Jenis Uji Sig Keputusan
soal yang lebih tinggi soal-soal Di uji
sebelumnya. 1 Norma Kolmogorov- 0,200 Ho =
-litas sminov diterima
Tabel 7 Perbandingan pengetahuan siswa pada 2 Homo- Lavene's test 0,389 Ho =
saat pretes dan postes nomor 10 genitas diterima
Pretes Postes Jumlah No Absen
TK TK 1 2 Berdasarkan hasil pada Kolmogorov-
TTK TK 5 4,5,14,23,26
MK TK 3 3,11,24 sminova untuk nilai pretest diperoleh

229
signifikansi 0,200 yang berarti nilai Tabel 8. Respon Guru Fisika Terhadap Modul Fisika
signifikansinya kurang dari 0,05. Sehingga Berbasis inkuiri terbimbing
Aspek Skor (%) Kategori
H0 diterima, kesimpulannya nilai ujian Kelayakan Modul Keseluruhan 94 SB
tengah semester berdistribusi normal. Kelayakan penyajian 95 SB
Berdasarkan uji Lavene's test, Kegrafikan 96 SB
didapatkan signifikansi 0,389 yang berarti Isi 93 SB
Kesesuaian dengan 90 SB
nilai signifikansinya lebih dari 0,05 pembelajaran problem solving
sehingga Ho diterima, kesimpulannya
variansi data homogen. Hasil uji normalitas Tabel 8. menunjukkan bahwa
dan homogenitas menunjukkan bahwa angket respon yang diberikan kepada 10
sebaran data tidak terdistribusi normal dan guru terkait modul pembelajaran yang telah
bersifat homogen, diberikan, secara keseluruhan modul
penyajian, kegrafikan, isi, dan kesesuaian mendapatkan respon sangat baik. Aspek
dengan pembelajaran inkuiri terbimbing dari modul meliputi aspek isi, aspek bahasa,
masing- masing mendapatkan respon sangat aspek kegrafikan, aspek kelayakan
baik. Hasil respon siswa ini menunujukkan penyajian, aspek kesesuaian dengan
bahwa modul fisika berbasis inkuiri pembelajaran inkuiri terbimbing masing-
terbimbing dengan materi dinamika gerak masing mendapatkan respon sangat baik.
yang dikembangkan layak untuk digunakan. Dari hasil perolehan respon guru dalam
Tahapan selanjutnya yaitu dilaksanakan kategori sangat baik sehingga dapat
tahap Disseminate (penyebaran) agar dinyatakan bahwa modul berbasis inkuiri
diperoleh saran dan masukan terhadap terbimbing dengan materi elastisitas yang
modul hasil pengembangan. dikembangkan layak untuk digunakan.
6. Tahap Penyebaran (Disseminate)
Pada tahap penyebaran, modul
fisika berbasis inkuiri terbimbing ving Kesimpulan dan Rekomendasi
materi dinamika gerak disebarkan ke 10
guru fisika SMA di kabupaten Jombang. Langkah-langkah pengembangan
Penyebaran modul seharusnya dilakukan yang dilakukan untuk mengembangkan
pada forum MGMP, tetapi karna tidak ada modul fisika berbasis inkuiri terbimbing
agenda kegiatan guru MGMP di kabupaten materi Dinamika adalah melakukan studi
Jombang maka penyebaran dilakukan pada literatur yang meliputi analisis siswa,
sekolah-sekolah SMA di kabupaten kurikulum dan materi, pemilihan format
Jombang. Penyebaran dilakukan pada 4 modul, desain awal modul, validasi produk,
guru fisika SMAN 2 Jombang, 2 guru fisika uji coba terbatas, perbaikan, uji coba
SMAN 3 Jombang, 1 guru fisika SMAN 1 pemakaian, dan penyebaran modul pada
Ngoro, 1 guru fisika SMAN 1 Mojoagung, guru MGMP. Pengembangan yang
dan 2 guru fisika SMAN 1 Jogoroto. dilakukan mengacu pada langkah yang
Setelah diberikan modul fisika berbasis dinyatakan oleh Thiangarajan dan telah
inkuiri terbimbing materi elastisitas, guru- tervalidasi. Modul fisika berbasis inkuiri
guru diberikan angket untuk mengetahui terbimbing materi dinamika gerak untuk
respon guru-guru terhadap modul yang siswa kelas X SMA yang dikembangkan
telah dikembangkan. Respon guru-guru dinyatakan layak berdasarkan indikator
terhadap modul fisika berbasis inkuiri kelayakan media baik dari segi kelayakan
terbimbing materi dinamika gerak disajikan isi, maupun kelayakan kegrafikan, serta
pada tabel 8. daya tarik yang berada pada kategori sangat
baik. Pencapaian hasil belajar peserta didik
setelah mengikuti proses pembelajaran
menggunakan modul fisika berbasis inkuiri
terbimbing mengalami penurunan
miskonsepsi.

230
Berdasarkan hasil penelitian yang Riduwan. (2004). Belajar Mudah Penelitian
telah dilakukan, maka diajukan beberapa untuk Guru, Karyawan, dan Peneliti
saran sebagai berikut: (1) Bagi guru, Muda. Bandung.
pemanfaatan produk berupa modul fisika Sugiyono. (2011). Metode Penelitian
berbasis inkuiri terbimbing oleh guru secara Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
maksimal dan membantu guru untuk Bandung: Alfabeta.
mengembangkan modul atau bahan ajar . (2012). Statistika untuk Penelitian. Bandung:
dengan tema yang lain. Berdasarkan uji Alfabeta.
coba lapangan, pembelajaran dengan
menggunakan modul fisika berbasis inkuiri Sani, Abdulah S. 2014. Pembelajaran Sainstifik
Untuk Implementasi Kurikulum
terbimbing dapat meningkatkan hasil 2013.Jakarta: Bumi Aksara.
belajar siswa dan siswa merasa senang. (2)
Bagi peneliti berikutnya, Penelitian ini Suparno,Paul 2005. Miskonsepsi dan
mengembangkan modul fisika inkuiri Perubahan Konsep Pendidikan Fisika
terbimbing pada materi dinamika gerak, Jakarta: PT Grasindo
peneliti berikutnya disarankan . 2007 Metodologi Pembelajaran Fisika,
mengembangkan modul fisika dengan Yogyakarta : Universitas Sanata
materi yang lain. Penelitian pengembangan Dharma Press.
modul fisika berbasis inkuiri terbimbing Thiagarajan & Semmel. (1974). Instructional
materi dinamika gerak materi untuk siswa development for training teacher of
kelas X SMA diharapkan memacu peneliti exceptional children. Bloomington
selanjutnya untuk selalu melakukan inovasi Indiana: Indiana University.
dalam pembelajaran, serta mengikuti
perkembangan sains.

Daftar Pustaka
Arifin, Zainal. (2012). Evaluasi Pembelajaran.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Berg, Euwe Van Den.1991. Miskonsep Fisika
dan Remidiasi salatiga. Universitas
Kristen Satya Wacana
Budiyono. (2011). Penilaian Hasil Belajar.
Surakarta: Pascasarjana UNS.
Daryanto. (2010). Belajar dan Mengajar.
Bandung: Yrama Widya
Departemen Pendidikan Nasional 2013. Badan
Standart Nasional Pendidikan (BSNP).
( on line) 20 juni 2014
Dick, W. Cary. And Carey, J.O. (2005). The
Systematic Design of Instruction.
Boston: Omegatype Typography,
Incoperation.
Hamdani. (2011). Strategi Belajar Mengajar.
Bandubg: Pustaka Setia
Ibrahim, Muslimin. 2012. Konseps
Miskonsepsi, dan cara
pembelajarannya Surabaya: UNESA
University Press.

231

Anda mungkin juga menyukai