Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fisika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari zat dan interaksi komponen-
komponennya. Sudah dikenal di masyarakat umum bahwa Fisika merupakan salah satu bidang
ilmu yang tergolong “keras” atau tidak mudah dipahami. Fisika dianggap sebagai mata pelajaran
dengan kumpulan rumus-rumus yang menjerumuskan siswa dengan hafalan yang memusingkan
kepala. Anggapan tersebut, didukung oleh fakta bahwa banyak dari siswa memiliki nilai Fisika
termasuk yang terendah di antara seluruh mata pelajaran di sekolah sampai perguruan tinggi.
Hal ini sungguh memprihatinkan, karena sains merupakan ilmu dasar yang harus dikuasai
terlebih dahulu dalam rangka penguasaan teknologi pada jaman modern ini. Kita lihat saja,
setiap perkembangan sebuah teknologi hampir dapat dipastikan didahului oleh penemuan sebuah
gejala fisis baik di tataran makro, mikro sampai nano. Kembali kami ingatkan tentang tujuan
pembelajaran Fisika dalam kurikulum pendidikan dinegara kita. Di sana disebutkan agar peserta
didik memiliki kemampuan-kemampuan sebagai berikut:
1. Membentuk sikap positif terhadap fisika dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam
serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.
2. Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerja sama
dengan orang lain
3. Mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan danmenguji
hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan,
mengolah, dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan
tertulis.
4. Mengembangkan kemampuan bernalar dalam berpikir analisis induktif dan deduktif dengan
menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwaalam dan
menyelesaian masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
5..Menguasai konsep dan prinsip fisika serta mempunyai keterampilan
mengembangkan pengetahuan, dan sikap percaya diri sebagai bekal untuk melanjutkan pendid
ikan pada jenjang yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian karakteristik?
2. Apakah pengertian pembelajaran fisika?
3. Apakah karakteristik dalam pembelajaran fisika?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui pengertian karakteristik
2. Mengetahui pengertian pembelajaran fisika
3. Mengetahui karakteristik dalam pembelajaran fisika
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Karakteristik Pembelajaran Fisika

B. Hakikat Pembelajaran Fisika


Pada tingkat SMA/MA, fisika Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara
mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi
juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi
peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih
lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran menekankan
pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik
menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk mencari
tahu dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang
lebih mendalam tentang alam sekitar.
Fisika merupakan salah satu cabang IPA yang mendasari perkembangan teknologi maju
dan konsep hidup harmonis dengan alam. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan
komunikasi dewasa ini dipicu oleh temuan di bidang fisika material melalui penemuan piranti
mikroelektronika yang mampu memuat banyak informasi dengan ukuran sangat kecil. Sebagai
ilmu yang mempelajari fenomena alam, fisika juga memberikan pelajaran yang baik kepada
manusia untuk hidup selaras berdasarkan hukum alam. Pengelolaan sumber daya alam dan
lingkungan serta pengurangan dampak bencana alam tidak akan berjalan secara optimal tanpa
pemahaman yang baik tentang fisika.
Berdasarkan Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 bahwa pada tingkat SMA/MA,
Pelajaran Fisika dipandang penting untuk diajarkan sebagai mata pelajaran tersendiri dengan
beberapa pertimbangan. Pertama, selain memberikan bekal ilmu kepada peserta didik, mata
pelajaran Fisika dimaksudkan sebagai wahana untuk menumbuhkan kemampuan berpikir yang
berguna untuk memecahkan masalah di dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, mata pelajaran
Fisika perlu diajarkan untuk tujuan yang lebih khusus yaitu membekali peserta didik
pengetahuan, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan untuk memasuki
jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu dan teknologi.
Selanjutnya secara garis besar pembelajaran Fisika seperti yang diungkapkan oleh Abu
Hamid (Suryono; 2012), adalah sebagai berikut: Garis besar, hakikat pembelajaran fisika adalah
sebagai berikut:
1) Proses belajar Fisika bersifat untuk menentukan konsep, prinsip, teori, dan hukum-hukum alam,
serta untuk dapat menimbulkan reaksi, atau jawaban yang dapat dipahami dan diterima secara
objektif, jujur dan rasional.
2) Pada hakikatnya mengajar Fisika merupakan suatu usaha untuk memilih strategi mendidik dan
mengajar yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan, dan upaya untuk menyediakan
kondisi-kondisi dan situasi belajar Fisika yang kondusif, agar murid secara fisik dan psikologis
dapat melakukan proses eksplorasi untuk menemukan konsep, prinsip, teori, dan hukum-hukum
alam serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
3) Pada hakikatnya hasil belajar Fisika merupakan kesadaran murid untuk memperoleh konsep dan
jaringan konsep Fisika melalui eksplorasi dan eksperimentasi, serta kesadaran murid untuk
menerapkan pengetahuannya untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya
sehari-hari.
Berdasarkan pendapat Abdul Hamid di atas, maka dapat dikatakan bahwa pembelajaran
fisika dipandang sebagai suatu proses untuk mengembangkan kemampuan memahami konsep,
prinsip maupun hukum-hukum fisika sehingga dalam proses pembelajarannya harus
mempertimbangkan strategi atau metode pembelajaran yang efektif dan efisien. Pembelajaran
fisika di sekolah menengah merupakan salah satu mata pelajaran IPA yang dapat menjadi
wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Dalam pembelajaran fisika,
pengalaman proses sains dan pemahaman produk sains dalam bentuk pengalaman langsung akan
sangat berarti dalam membentuk konsep siswa. Hal ini juga sesuai dengan tingkat perkembangan
mental siswa SMA yang berada pada fase transisi dari konkrit ke formal, akan sangat
memudahkan siswa jika pembelajaran Sains mengajak anak untuk belajar merumuskan konsep
secara induktif berdasar fakta-fakta empiris di lapangan.
Mata pelajaran fisika SMA sebagai bagian dari matapelajaran IPA di SMA merupakan
kelanjutan pelajaran fisika di SMP yang mempelajari sifat materi, gerak, dan fenomena lain yang
ada hubungannya dengan energi. Selain itu, juga mempelajari keterkaitan antara konsep-konsep
fisika dengan kehidupan nyata, pengembangan sikap dan kesadaran terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan alam dan teknologi beserta dampaknya (Buku Kurikulum SMA, 2012: 1).
Di dalam buku kurikulum tersebut juga disebutkan bahwa matapelajaran fisika SMA
berfungsi antara lain memberikan bekal pengetahuan dasar kepada siswa untuk dapat diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari dan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Masih dari Buku Kurikulum SMA, ruang lingkup bahan kajian fisika di SMA dikembangkan
dari bahan kajian fisika di SMP yang diperluas sampai kepada bahan kajian yang mengandung
konsep abstrak dan dibahas secara kuantitatif analitis.

C. Karakteristik Pembelajaran Fisika


1. Karakteristik Keilmuan Fisika
Karakteristik fisika berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis, sehingga fisika bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-
fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.
Pemahaman tentang karakteristik fisika ini berdampak pada proses belajar fisika di sekolah.
Sesuai dengan karakteristik fisika, fisika di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi
peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih
lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan karakteristik fisika
pula, cakupan fisika yang dipelajari di sekolah tidak hanya berupa kumpulan fakta tetapi juga
proses perolehan fakta yang didasarkan pada kemampuan menggunakan pengetahuan dasar
fisika untuk memprediksi atau menjelaskan berbagai fenomena yang berbeda. Cakupan dan
proses belajar fisika di sekolah memiliki karakteristik tersendiri.
a) Fisika mempunyai nilai ilmiah.
Kebenaran dalam Fisika dapat dibuktikan lagi oleh semua orang dengan menggunakan
metode ilmiah dan prosedur seperti yang dilakukan terdahulu oleh penemunya.
b) Fisika merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, dan dalam
penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam.
c) Fisika merupakan pengetahuan teoritis.
Teori Fisika diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan
melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan. penyusunan teori, eksperimentasi,
observasi dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain.
d) Fisika merupakan suatu rangkaian konsep yang saling berkaitan.
Menggunakan bagan-bagan konsep yang telah berkembang sebagai suatu hasil eksperimen
dan observasi, yang bermanfaat untuk eksperimentasi dan observasi lebih lanjut (Depdiknas.
2006).
e) Fisika meliputi empat unsur, yaitu produk, proses, aplikasi dan sikap.

Produk dapat berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum. Proses merupakan prosedur pemecahan

masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi pengamatan, penyusunan hipotesis,

perancangan eksperimen, percobaan atau penyelidikan. pengujian hipotesis melalui

eksperimentasi; evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan.

2. Karakteristik Belajar Fisika


a) Proses belajar fisika melibatkan hampir semua alat indera, seluruh proses berpikir, dan
berbagai macam gerakan otot.
Contoh: untuk mempelajari pemuaian pada benda, kita perlu melakukan serangkaian
kegiatan yang melibatkan indera penglihat untuk mengamati perubahan ukuran benda
(panjang, luas, atau volume), melibatkan gerakan otot untuk melakukan pengukuran
dengan menggunakan alat ukur yang sesuai dengan benda yang diukur dan cara
pengukuran yang benar, agar diperoleh data pengukuran kuantitatif yang akurat.
b) Belajar fisika dilakukan dengan menggunakan berbagai macam cara (teknik). Misalnya:
observasi, eksplorasi, dan eksperimentasi.
c) Belajar fisika memerlukan berbagai macam alat, terutama untuk membantu pengamatan.
Hal ini dilakukan karena kemampuan alat indera manusia itu sangat terbatas. Selain itu, ada
hal-hal tertentu bila data yang kita peroleh hanya berdasarkan pengamatan dengan indera,
akan memberikan hasil yang kurang obyektif, sementara itu fisika mengutamakan
obyektivitas. Contoh: pengamatan untuk mengukur suhu benda diperlukan alat bantu
pengukur suhu yaitu termometer.
d) Belajar fisika seringkah melibatkan kegiatan-kegiatan temu ilmiah (misal seminar,
konferensi atau simposium), studi kepustakaan, mengunjungi suatu objek, penyusunan
hipotesis, dan lain-lain.
Kegiatan tersebut kita lakukan semata-mata dalam rangka untuk memperoleh pengakuan
kebenaran temuan yang benar-benar obyektif. Contoh: sebuah temuan ilmiah baru untuk
memperoleh pengakuan kebenaran, maka temuan tersebut harus dibawa ke persidangan
ilmiah lokal, regional, nasional, atau bahkan sampai tingkat Internasional untuk
dikomunikasikan dan dipertahankan dengan menghadirkan ahlinya.

e) Belajar fisika merupakan proses aktif.


Belajar fisika merupakan sesuatu yang harus siswa lakukan, bukan sesuatu yang dilakukan
untuk siswa. Proses belajar fisika, siswa mengamati obyek dan peristiwa, mengajukan
pertanyaan, memperoleh pengetahuan, menyusun penjelasan tentang gejala alam, menguji
penjelasan tersebut dengan cara-cara yang berbeda, dan mengkomunikasikan gagasannya
pada pihak lain.
Keaktifan secara fisik saja tidak cukup untuk belajar fisika, siswa juga harus memperoleh
pengalaman berpikir melalui kebiasaan berpikir dalam belajar fisika. Para ahli pendidikan
dan pembelajaran fisika menyatakan bahwa pembelajaran fisika hendaknya melibatkan
siswa dalam berbagai ranah, yaitu ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif.

Jurnal
Fisika sebagai ilmu dasar memiliki karakteristik yang mencakup bangun ilmu yang terdiri atas fakta,
konsep, prinsip, hukum, postulat, dan teori serta metodologi keilmuan. Fisika dalam mengkaji objek-
objek telaahnya yang berupa bendabenda serta peristiwa-peristiwa alam menggunakan prosedur yang
baku yang biasa disebut metode/proses ilmiah.
Mundilarto (2010, p.3) menyatakan bahwa “fisika merupakan ilmu yang berusaha memahami aturan-
aturan alam yang begitu indah dan dengan rapih dapat dideskripsikan secara matematis”. Koballa &
Chiapetta, (2010, p.105) menyatakan bahwa fisika sebagai bagian dari sains (IPA) pada hakekatnya
merupakan 1) pengumpulan pengetahuan (a body of knowledge),2) cara atau jalan berpikir (a way of
thinking), 3) cara untuk penyelidikan (a way of investigating) tentang alam semesta ini, 4) interaksi
dengan teknologi dan sosial (it’s interaction with technology and society).
Dari beberapa pendapat tentang fisika di atas, maka dapat disimpulkan bahwa fisika merupakan ilmu
pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala alam. Fisika disajikan dalam bentuk yang sederhana yang
diterjemahkan dalam bahasa matematika dan dapat dipahami serta diperoleh dari hasil penelitian,
percobaan, pengukuran, penyajian secara matematis.
Tujuan pembelajaran fisika yaitu meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik, sehingga mereka
tidak hanya mampu dan terampil dalam bidang psikomotorik dan kognitif, melainkan juga mampu
menunjang berpikir sistematis, objektif dan kreatif. Proses pembelajaran fisika yang tidak sesuai dengan
hakikat pembelajaran fisika kurang memberi kesempatan pada peserta didik untuk terlibat aktif dalam
proses-proses ilmiah, keterampilan proses sains, dan kurang melatih keterampilan higher order thinking
skills. Liliasari (2011, p.9) menyatakan pencapaian tujuan tersebut pembelajaran sains bukan ditentukan
pada konsep semata, melainkan lebih diarahkan pada efek iringan pembelajaran yang salah satunya
adalah HOTS.

Anda mungkin juga menyukai