Anda di halaman 1dari 6

A.

Ankilostomiasis (Cacing Tambang)

Cacing ini pertama kali ditemukan di daerah tropis dan subtropis. Insiden tertinggi
terutama ditemukan pada penduduk di Indonesia yang hidup di daerah pedesaan
khususnya daerah perkebunan. Seringkali golongan pekerja perkebunan yang langsung
berhubungan dengan tanah mendapat infeksi lebih dari 70%. Kebiasaan berdefekasi di
tanah dan pemakaian tinja sebagai pupuk kebun penting dalam penyebaran infeksi. Untuk
menghindari infeksi ini antara lain ialah dengan memakai alas kaki.
Ankilostomiasis adalah infeksi pada usus halus yang disebabkan oleh satu atau
lebih spesies cacing tambang ( Ancylostoma duodenale, Necator americanus). Manusia
merupakan tuan rumah utama infeksi cacing tambang. Cacing dewasa hidup di sepertiga
bagian atas usus halus, melekat pada mukosa usus, dan dapat bertahan selama 7 tahun
atau lebih. Cacing tambang menghisap lebih banyak darah bila dibandingkan dengan
Trichuris trichiura.
Seekor Ancylostoma duodenale menghisap 0,16-0,34 ml darah per hari,
sedangkan seekor Necator americanus menghisap 0.03 - 0,05 ml darah per hari. Luka
yang diakibatkan gigitan Ancylostoma duodenale lebih berat dibandingkan kerusakan
yang diakibatkan Necator americanus, selain itu diduga Ancylostoma duodenale
memproduksi zat antikoagulan yang lebih kuat dibanding Necator americanus. Cacing
ini menyebabkan laserasi pada kapiler villi usus halus dan menyebabkan perdarahan lokal
pada usus. Sebagian dari darah akan ditelan oleh cacing dan sebagian keluar bersama
dengan tinja. Pada infeksi sedang (angka telur pergram tinja lebih dari 5000) kehilangan
darah dapat dideteksi dalam tinja rata rata 8 ml per hari, sehingga menimbulkan gejala
anemia dan defisiensi besi (Siregar, 2015).
Ancylostoma duodenale berukuran lebih besar daripada Necator americanus.
Pada Ancylostoma duodenale betina ukurannya 10-13 mm x 0,6 mm. jantan 8-11 mm x
0,4-0,5 mm. Cacing ini berbentuk seperti hurup C. Pada Necator 18 americanus betina
ukurannya 9-11 mm x 0,4 mm, jantan 7-9 mm x 0,3 mm. Cacing ini berbentuk seperti
hurup S. Rongga mulut ke dua jenis cacing ini besar. Pada Ancylostoma doudenale ada 2
pasang gigi ventral sedangkan Necator americanus mempunyai benda kitin berupa
sepasang benda pemotong berbentuk bulan sabit di dinding ventral dan sepasang lagi
yang kurang nyata pada dinding dorsal. Cacing jantan mempunyai bursa kopulatris pada
ekornya sementara cacing betina ekornya runcing. Telur cacing tambang berukuran 60
mikron x 40 mikron bentuk oval, berdinding tipis, jernih, berisi embrio terdiri dari 2-8 sel
dalam tinja segar. Larva rabditiform panjangnya kira-kira 250 mikron sedangkan larva
filariform kira-kira 600 mikron.
a. Siklus hidup
Cacing dewasa hidup di rongga usus halus. Cacing betina dan jantan berkopulasi
kemudian cacing betina bertelur dan telur keluar bersama tinja. Cacing betina Necator
americanus setelah kopulasi mengeluarkan telur sebanyak 9000 butir sedangkan
Ancylostoma duodenale kira-kira 10.000 butir. Cacing tambang dapat berkembang
secara optimal pada tanah berpasir yang hangat dan lembab, telur di tanah tumbuh dan
berkembang menjadi embrio dalam 24-48 jam pada suhu 23 sampai 30 °C dan
menetas menjadi larva. Telur pada lingkungan yang sesuai di alam luar akan menetas
menjadi larva rabditiform dan dalam waktu 3 hari larva tersebut akan berubah menjadi
larva filariform yang infektif dan menembus kulit manusia.
b. Cara infeksi
Cara infeksinya adalah ketika larva filariform menembus kulit kemudian
menembus kapiler darah menuju ke jantung kanan lalu ke paru-paru, bronkus ke trakea
kemudian ke laring dan karena rangsangan batuk akan tertelan menuju ke usus halus
dan menjadi dewasa. Migrasi melalui darah dan paru-paru berlangsung selama satu
minggu, sedangkan siklus dari larva menjadi dewasa berlangsung 7–8 minggu.
c. Gejala Klinis
Gejala klinis dapat ditimbulkan oleh cacing dewasa ataupun larvanya. Bila larva
infektif menembus kulit dan jumlah larva yang masuk banyak maka dapat terjadi
reaksi alergi terhadap cacing berupa gatal-gatal yang menimbulkan warna merah pada
kulit (terbentuk makulopapula dan eritema yang terbatas). Penyakit cacing tambang
pada hakekatnya adalah infeksi kronis dan orang yang dihinggapinya sering tidak
menunjukkan gejala akut. Gejala yang disebabkan oleh cacing dewasa biasanya tidak
timbul sampai tampak adanya anemia. Infeksi
Ancylostoma duodenale lebih berat dan gejala ditimbulkan oleh jumlah cacing
yang lebih sedikit daripada infeksi Necator americanus sebab Ancylostoma duodenale
menghisap lebih banyak darah. Tiap cacing Necator americanus yang menghisap
darah penderita akan menimbulkan kekurangan darah sampai 0,1 cc sehari sedangkan
cacing dewasa Ancylostoma duodenale sampai 0,34 cc sehari. Akibat dari anemia itu
maka penderita akan tampak pucat, daya tahan berkurang dan prestasi kerja menurun.
Infeksi cacing tambang umumnya berlangsung secara menahun. Cara menegakkan
diagnosa penyakit adalah dengan pemeriksaan tinja.
Anemia defisiensi besi yang terjadi akibat infeksi cacing tambang selain memiliki
gejala dan tanda umum anemia, juga memiliki manifestasi khas seperti atrofi papil
lidah, telapak tangan berwarna jerami, serta kuku sendok. Juga terjadi pengurangann
kapasitas kerja, bahkan dapat terjadi gagal jantung akibat penyakit jantung anemia
(Zahriati, 2017).
d. Pencegahan
Infeksi cacing tambang bisa dicegah dengan tidak menyentuh tanah secara langsung,
dan menggunakan alas kaki jika berkunjung ke daerah endemik cacing tambang,
membersihan makanan dan sayuran yang akan dikonsumsi, mencuci tangan sebelum
makan, mengonsumsi air siap minum yang bersih atau matang dan tidak memupuk
sayuran dengn tinja manusia (Zahriati, 2017).
B. Jenis Pekerja
Pekerja yang berisiko terkena infeksi Ankilostomiasis (cacing tambang) yaitu pekerja
tambang, pekerja perkebunan dan petugas pengolah sampah di TPA.
C. Etiologi Penyakit
a. Anemia
Anemia adalah suatu kondisi ketika tubuh kekurangan sel darah yang mengandung
hemoglobin untuk menyebarkan oksigen ke seluruh organ tubuh. Dengan kondisi
tersebut, penderita biasanya akan merasa letih dan lelah, sehingga tidak dapat
melakukan aktivitas secara optimal. Anemia dapat terjadi dalam jangka waktu
pendek maupun panjang, dengan tingkat keparahan ringan sampai berat.
b. Gejala
1. Badan terasa lemas dan cepat lelah
2. Kulit terlihat pucat atau kekuningan
3. Detak jantung tidak beraturan
4. Napas pendek
5. Pusing dan berkunang-kunang
6. Nyeri dada
7. Tangan dan kaki terasa dingin
8. Sakit kepala
9. Sulit Berkonsentrasi
10. Insomnia
11. Kaki kram.
c. Penyebab
Anemia terjadi pada saat tubuh kekurangan sel darah merah sehat yang
mengandung hemoglobin. Tubuh tidak cukup memproduksi sel darah merah.
1. Terjadi perdarahan yang menyebabkan tubuh kehilangan darah lebih cepat
dibanding kemampuan tubuh untuk memproduksi darah
2. Kelainan pada reaksi tubuh dengan menghancurkan sel darah merah yang sehat.
Anemia akibat kekurangan zat besi. Anemia jenis ini merupakan yang paling
umum terjadi di seluruh dunia. Kekurangan zat besi dapat menyebabkan tubuh
mengalami anemia dikarenakan sumsum tulang membutuhkan zat besi untuk
membuat sel darah. Anemia dapat terjadi pada wanita hamil yang tidak
mengonsumsi suplemen penambah zat besi. Anemia juga dapat terjadi pada
perdarahan menstruasi yang banyak, tukak organ (luka), kanker, dan penggunaan
obat pereda nyeri seperti aspirin. Gejala-gejala yang umumnya dialami penderita
anemia kekurangan zat besi adalah:
1. Memiliki nafsu makan terhadap benda-benda aneh seperti kertas, cat atau es
(kondisi ini dinamakan pica)
2. Mulut terasa kering dan pecah-pecah di bagian sudutnya
3. Kuku yang melengkung ke atas (koilonychia)
d. Pencegahan
Beberapa jenis anemia tidak dapat dihindari, akan tetapi anemia yang disebabkan
oleh kekurangan vitamin dan zat besi dapat dicegah dengan cara mengatur pola
makan. Beberapa makanan yang dapat membantu mencegah anemia antara lain
adalah:
1. Makanan yang kaya akan zat besi, seperti daging sapi, kacang-kacangan, sereal
yang diperkaya zat besi, sayuran berdaun hijau gelap, dan buah kering
2. Makanan yang kaya akan asam folat, seperti buah-buahan, sayuran berdaun hijau
gelap, kacang hijau, kacang merah, kacang tanah, gandum, sereal, pasta, dan nasi
3. Makanan yang kaya akan vitamin B12, seperti daging, susu, keju, sereal, dan
makanan dari kedelai (tempe atau tahu)
4. Makanan yang kaya akan vitamin C, seperti jeruk, merica, brokoli, tomat, melon,
dan stroberi. Makanan-makanan tersebut dapat membantu penyerapan zat besi.
e. Pengendalian
1. Subtitusi
a. Mengganti peralatan kerja yang sudah tidak layak
b. Mebersihkan peralatan kerja yang telah digunakan
2. Administratif
a. Pelatihan dan pengawasan sanitasi lingkungan
b. Melakukan pemeriksaan dan perawatan harian
3. Isolasi
4. APD
a. Memakai masker
b. Memakai sarung tangan
c. Memakai alas kaki
d. Memakai baju lengan panjang
DAFTAR PUSTAKA

Siregar Charles. 2015. Pengaruh Infeksi Cacing Usus yang Ditularkan Melalui Tanah pada
Pertumbuhan Fisik Anak Usia Sekolah Dasar. Pelidiatri Sari. Volume 8, No. 2.
Anonim. 2017. Anemia. Diambil dari: https://www.alodokter.com/anemia
Anonim. 2017. Infeksi Cacing Tambang. Diambil dari : https://www.alodokter.com/infeksi-
cacing-tambang
Sandjaja Analia. 2014. Infeksi Cacing Tambang. Diambil dari :
http://www.kerjanya.net/faq/6584-infeksi-cacing-tambang.html
Debby,dkk. 2013. Pengaruh Lama Kerja dan Penggunaan Alat Pelindung Diri Terhadap Penyakit
Kecacingan Pada Petugas Pengelola Sampah Di TPA Sumompo Kota Manado. Jurnal
Pengaruh Lama Kerja. Volume 3 No. 1.

Anda mungkin juga menyukai