Anda di halaman 1dari 56

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pembelajaran Sains

Interaksi antara manusia dan alam terabstraksi dalam fenomena

pengamatannya hingga menghasilkan suatu ilmu pengetahuan (science). Sains

merupakan kebenaran alami yang terungkap atas pemikiran hingga dihimpun

menjadi satu kesatuan ilmu yang utuh. Sains didefinisikan sebagai pengetahuan

(knowledge) yang didapatkan dengan cara sistematis tentang struktur dan perilaku

dari segala fenomena yang ada di jagat raya dan isinya, baik fenomena alam maupun

sosial (Hamdani, 2011). Secara umum sains memberikan manfaat yang luas bagi

kelangsungan hidup manusia. The Liang Gie (cit. Hamdani, 2011) menjelaskan:

Manfaat sains adalah mengungkapkan suatu kebenaran, menambah


pengetahuan agar lebih terampil dalam mengarungi bahtera hidup,
meningkatkan pemahaman terhadap suatu gejala alam, menjelaskan proses
sebab akibat dari suatu kejadian, memperkirakan suatu kejadian yang akan
terjadi, mengendalikan alam agar sesuai dengan yang diharapkan,
menerapkan suatu kaidah alam, menghasilkan sesuatu yang berguna untuk
kehidupan umat manusia masa kini dan masa datang.

Manfaat sains yang begitu luas dalam aspek kehidupan manusia

menjadikannya sebagai suatu objek kajian ilmu yang terus digali dan dipelajari.

Salah satunya adalah melalui pembelajaran di sekolah. Pembelajaran adalah

membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar dengan


commit
proses komunikasi dua arah (Sagala, to user
2011). Suatu proses lingkungan seseorang

14
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15

secara disengaja dikelola untuk memungkinkan turut serta dalam tingkah laku

tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi

tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan (Corey cit. Sagala

2011). Pembelajaran fisika sebagai salah satu subjek sains dipandang sangat

berpotensi dalam mengembangkan sikap siswa dalam belajar.

Pembelajaran sains khususnya fisika pada umumnya hanya menuntut siswa

untuk lebih banyak mempelajari konsep-konsep dan prinsip-prinsip sains secara

verbalistis, hapalan, pengenalan rumus-rumus, dan pengenalan istilah-istilah melalui

serangkaian latihan secara verbal. Pembelajaran seperti ini memerlukan suatu

revolusi sehingga hasil belajar lebih optimal. Suparno (2009) mengemukakan

permasalahan-permasalahan sehubungan dengan mata pelajaran fisika, meliputi:

a. Materi fisika dianggap sulit oleh siswa karena banyak rumus dan hitungan

b. Banyak siswa mudah merasa loyo dan kurang daya tahan dalam menghadapi

bahan fisika yang dianggap sulit dan banyak hitungan

c. Guru fisika kurang professional/menarik/dekat dengan siswa, sehingga kurang

dapat membantu siswa senang belajar fisika dan masih mengajarkan miskonsepsi

d. Sarana sekolah tidak lengkap terutama dengan fasilitas dan sarana pendidikan

e. Pembelajaran fisika kurang meningkatkan gairah siswa belajar fisika

f. Kurikulum fisika masih belum tepat dengan situasi lapangan tempat belajar siswa

Tujuan pembelajaran Fisika dalam kurikulum pendidikan di Indonesia

meliputi (Depdiknas, 2006):

1) Membentuk sikap positif terhadap fisika dengan menyadari keteraturan dan

keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.


commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16

2) Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis, dan dapat

bekerjasama dengan orang lain

3) Mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan,

dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrumen

percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, serta

mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis.

4) Mengembangkan kemampuan bernalar dalam berpikir analisis induktif dan

deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan

berbagai peristiwa alam dan menyelesaian masalah baik secara kualitatif maupun

kuantitatif.

5) Menguasai konsep dan prinsip fisika serta mempunyai keterampilan

mengembangkan pengetahuan, dan sikap percaya diri sebagai bekal untuk

melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta mengembangkan

ilmu pengetahuan dan teknologi

Pembelajaran fisika ditujukan untuk mendidik siswa agar mampu

mengembangkan kemampuan pengamatan dan eksperimentasi serta berpikir taat

asas. Kemampuan ini ditekankan pada pelatihan daya pikir dan bernalar secara

eksperimental. Proses tersebut dapat digali dari lingkungan alam sekitar siswa

maupun di laboratorium melalui percobaan dan penggunaan alat-alat praktikum

didalamnya. Perolehan pengalaman belajar menjadi bagian integral dalam kegiatan

belajar siswa.

Pengalaman belajar yang diberikan pada siswa dapat memberikan jalan bagi

pemahaman dalam proses menyerap informasi pembelajaran. Pemahaman konsep-


commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17

konsep untuk kemudian memahami prinsip yang menyatakan hubungan antara

konsep adalah langkah awal dan sangat fundamental dalam belajar fisika. Sehingga

dalam pembelajaran fisika, unsur kepemahaman atau pengertian jauh lebih dominan

daripada unsur hafalan.

Pemahaman berarti cara yang ditempuh untuk mengerti akan suatu objek

dengan mempelajarinya lebih mendalam. Bloom (1956 cit. Plunkett 2008) membagi

pemahaman ke dalam tiga aspek, yaitu translation (menterjemahkan), interpretation

(menafsirkan), dan extrapolation (menjelaskan). Pemahaman akan objek sains

khususnya fisika dapat dilakukan dengan menterjemahkan setiap gejala yang muncul

dalam pengamatan untuk selanjutnya ditafsirkan sebagai bentuk pengetahuan baru.

Kemampuan untuk menjelaskan kembali gejala yang muncul dan tafsiran terhadap

proses maupun dampaknya berarti mengindikasikan pemahaman yang mendalam

pada objek tersebut.

Pembelajaran tradisional dianggap prosedur yang efektif dalam

membelajarkan materi sains, padahal hanya efektif dalam penggunaan waktu

mengajar, tetapi pola pikir inovatif dan kreatif, pola pikir tingkat tinggi, serta

kemampuan bekerja sama dengan orang lain tidak dapat dibentuk dalam prosesnya.

Artinya pengalaman belajar siswa yang bermanfaat dalam kehidupannya kelak di

masyarakat menjadi tidak tergali. Hamdani (2011) mengemukakan bahwa

pengembangan dan peningkatan kemampuan dasar siswa bergantung pada

pengalamannya. Praktikum dapat menjadi suatu peranan dalam memberi pengalaman

bagi siswa khususnya pengalaman yang menggali kemampuan berpikir dan bernalar.

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18

Pembelajaran sains dalam mencapai tujuannya yang efisien dan efektif

memerlukan perencanaan yang matang terhadap segala komponen pembelajaran.

Proses pembelajaran akan efektif manakala guru memanfaatkan sarana dan prasarana

dengan tepat dan perencanaan matang dalam pemanfaatannya (Sanjaya, 2009). Hal

ini dilakukan dengan menyusun perangkat pendukung proses belajar mengajar yang

inovatif dan progresif.

2. Penyusunan Perangkat Pembelajaran

Perangkat pembelajaran merupakan perangkat yang digunakan dalam proses

pembelajaran (Trianto, 2010). Perangkat tersebut digunakan sebagai pendukung

kegiatan belajar mengajar yang berorientasi pada pencapaiaan tujuan pembelajaran.

Perangkat pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini meliputi silabus,

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), instruksi praktikum, dan tes hasil belajar

(THB). Instruksi praktikum dijabarkan dalam poin tersendiri.

a. Silabus

Silabus merupakan salah satu produk yang dikembangkan dari analisis

kurikulum. Silabus berisikan garis-garis besar materi pelajaran, kegiatan

pembelajaran, dan rancangan penilaian. Komponen silabus meliputi standar

kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok pembelajaran, kegiatan pembelajaran,

indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.

Pengembangan silabus berdasar pada prinsip-prinsip (Trianto, 2010),

meliputi: (1) ilmiah, yaitu seluruh materi dan kegiatan yang tercakup dalam silabus

harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan. (2) Relevan, yaitu

cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19

sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spritual

peserta didik. (3) Sistematis, yaitu komponen-komponen silabus saling berhubungan

secara fungsional dalam mencapai kompetensi. (4) Konsisten, artinya ada hubungan

yang konsisten antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok/pembelajaran,

pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian. (5) Memadai, artinya

cakupan komponen dalam silabus cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi

dasar. (6) Aktual dan kontekstual, bahwa cakupan komponen silabus memerhatikan

perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan

peristiwa yang terjadi. (7) Fleksibel, bahwa seluruh komponen silabus dapat

mengakomodasi keragaman siswa, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi

di sekolah dan tuntutan masyarakat. (8) Menyeluruh, artinya komponen silabus

mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, psikomotor, dan afektif).

Penyusunan silabus yang baik memerlukan langkah-langkah penyusunan

yang sistematis. Hal ini agar silabus benar-benar memetakan gambaran umum

pembelajaran yang akan dilaksanakan. Langkah-langkah dalam mengembangkan

silabus meliputi: (1) mengkaji standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD),

(2) mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran, (3) mengembangkan kegiatan

pembelajaran, (4) merumuskan indikator pencapaian kompetensi, (5) penentuan jenis

penilaian, (6) menentukan alokasi waktu, (7) menentukan sumber belajar.

SK dan KD disusun berdasar pada kajian tuntutan kompetensi lulusan setiap

mata pelajaran atau bidang studi. Pemetaan yang dilakukan sehubungan dengan

penyusunan silabus yaitu pertama dengan mengidentifikasi SK dan KD yang terdapat

pada standar isi (Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006) untuk dipolakan/dipetakan


commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20

sesuai dengan berbagai pendekatan, seperti prosedural, hierarkis, tingkat kesulitan

materi, dari konkrit ke abstrak, sehingga akan ditemukan pola keterkaitan. Kedua

adalah dengan menentukan pola pendekatan yang akan digunakan sehingga

disesuaikan urutannya baik dari segi keilmuan maupun tingkat psikologi

perkembangan siswa. Pengurutan hanya dilakukan pada tingkat kelas yang sama

dengan urutan yang tidak harus sama persis dengan standar isi.

Materi pembelajaran merupakan butir-butir bahan pembelajaran pokok yang

digunakan siswa untuk mencapai suatu KD. Materi pokok pembelajaran

diidentifikasi dengan pendekatan yang dapat memudahkan pendidik untuk

membelajarkan materi tersebut kepada siswa. Hal ini ditempuh dengan mengurutkan

materi berdasar tingkat kesukarannya serta diklasifikasikan dalam 4 jenis uraian

(Trianto, 2010) yaitu fakta, konsep, prosedur, dan prinsip. Materi pelajaran diuraikan

mencakup keluasan dan kedalaman materi. Keluasan materi mengarah pada

banyaknya materi yang perlu dimasukkan sementara kedalaman menyangkut detail

konsep-konsep pada materi yang harus dipelajari siswa. Pengurutan materi berdasar

tingkat kesukaran maka memberi ruang berpikir bagi siswa untuk menyerap

informasi secara detail. Santrock (2010) mengemukakan bahwa anak secara bertahap

untuk memproses informasi sehingga secara bertahap pula dalam mendapatkan

pengetahuan dan keahlian yang kompleks.

Kegiatan pembelajaran dalam proses belajar mengajar dirangkaikan menjadi

pengalaman belajar bagi siswa. Kegiatan yang menuntut keterlibatan fisik dan mental

siswa dalam interaksinya dengan sumber belajar dicapai dengan berbagai metode

pembelajaran. Metode yang bervariasi mempengaruhi keikutsertaan siswa dalam


commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21

belajar. Siswa dapat terhindar dari kebosanan dalam mempelajari bahan. Uno (2009)

mengemukakan bahwa kebosanan siswa dapat diatasi dengan kaidah dan teknik

pembelajaran yang bervariasi. Pengembangan kegiatan belajar memperhatikan hal-

hal sehubungan dengan siswa meliputi kecakapan hidup, cakupan seluruh

aspek/ranah pembelajaran (kognitif, psikomotor, afektif), dan penugasan baik

terstruktur atau mandiri.

Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai

oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan

keterampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik siswa, mata

pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah, serta dirumuskan dalam kata kerja

operasional yang terukur dan dapat diobservasi. Indikator digunakan sebagai dasar

penyusunan alat penilaian. Perumusan indikator memerlukan telaah SK dan KD

dalam hal karakteristiknya dengan memperhatikan kata kerja operasional yang

digunakan. Perbedaan dalam penggunaan kata kerja operasional misalnya antara

kompetensi yang menuntut penguasaan konsep/prinsip dengan kompetensi yang

menuntut kemampuan operasional/prosedural.

Penilaian pencapaian kompetensi siswa didasarkan pada indikator yang telah

dirumuskan. Setiap indikator dapat dikembangkan dalam tiga instrumen penilaian

mengacu pada ranah pembelajaran, yaitu ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif.

Bentuk instrumen penilaian untuk mata pelajaran fisika meliputi tes dan nontes.

Penilaian tes yaitu tes tertulis dalam bentuk pilihan ganda atau uraian yang menuntut

jawaban dengan penjabarannya berdasarkan kata-kata siswa sendiri. Penilaian nontes

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22

melalui pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa

tugas/produk, dan laporan hasil praktik.

Alokasi waktu ditentukan untuk setiap kompetensi dasar berdasar pada

jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu. Hal ini dengan

mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan dan kedalaman materi,

tingkat kesulitan, serta tingkat kepentingan kompetensi dasar. Alokasi waktu yang

dicantumkan dalam silabus.

Sumber belajar adalah rujukan, objek, bahan yang digunakan untuk kegiatan

pembelajaran baik berupa media cetak dan elektronik, narasumber, serta lingkungan

fisik, alam, sosial, dan budaya. Sumber belajar dimanfaatkan secara fungsional untuk

membantu optimalisasi hasil belajar. Penentuan sumber belajar didasarkan pada

standar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi pokok/pembelajaran, kegiatan

pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.

Bahan ajar disusun oleh pendidik untuk tujuan dapat dimanfaatkan oleh siswa

dalam proses belajarnya termasuk acuan materi didalamnya. Bahan ajar dapat berupa

cetak maupun non cetak. Bahan ajar cetak berupa buku, modul, lembar kerja,

handout, foto, atau gambar. Bahan ajar non cetak dapat berupa VCD, CD interaktif,

atau bahan presentasi. Bahan ajar dapat bervariasi sesuai dengan karakteristik materi.

Proses pembelajaran yang efektif adalah proses pembelajaran yang menggunakan

berbagai ragam sumber belajar (Sanjaya, 2009).

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan panduan langkah-langkah

yang akan dilakukan oleh guru dalam proses belajar-mengajar. Orientasi rencana
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23

pembelajaran ini adalah pembelajaran terpadu yang menjadi pedoman bagi guru

dalam tugas mengajar. RPP disusun untuk setiap pertemuan dengan ragam kegiatan

terbagi menjadi tiga rencana pembelajaran, yaitu bagian kegiatan awal, inti, dan

penutup. Komponen-komponen dalam RPP meliputi SK, KD, indikator hasil belajar,

tujuan pembelajaran, strategi pembelajaran, materi pembelajaran, langkah-langkah

kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan penilaian.

Standar kompetensi merupakan kemampuan minimal yang harus dimiliki

siswa setelah selesai mengikuti suatu mata pelajaran tertentu pada jenjang

pendidikan yang ditempuhnya. Standar kompetensi selanjutnya diturunkan ke dalam

kemampuan minimal pada tingkat penguasaan konsep dalam mata pelajaran yaitu

sebagai kompetensi dasar. Kompetensi dasar bersifat umum dan masih sulit untuk

diukur ketercapaiannya. Hal ini diperlukan adanya perumusan indikator yang dapat

diobservasi ketercapaiannya sebagai hasil belajar siswa.

Indikator merupakan tujuan-tujuan esensial dari proses pembelajaran.

Indikator disusun dengan mengacu pada jenjang materi dan kemampuan siswa. “The

instructional goal is statement that describes what it is that student will be able to do

after they have completed instruction” (Dick & Carey cit. Sanjaya 2009). Indikator

dengan kata lain adalah perolehan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.

Tujuan pembelajaran merupakan hasil pengembangan dari indikator.

Penyusunannya menggunakan kata kerja operasional sama seperti perumusan

indikator. Perbedaan hanya pada jabarannya yang mana tujuan pembelajaran lebih

rinci dalam menerangkan kegiatan untuk pencapaian suatu indikator. Komponen

pokok yang perlu diperhatikan dalam perumusan tujuan pembelajaran meliputi siapa
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24

subjek belajar, tingkah laku yang diharapkan, kondisi yang harus ditunjukkan subjek

belajar, dan standar kualitas serta kuantitas hasil belajar (standar minimal). Standar

minimal untuk kompetensi yang menuntut keterampilan teknis harus tercapai

seluruhnya karena berhubungan dengan kualitas pembelajaran yang dihasilkan

(Sanjaya, 2009).

Strategi belajar yang bervariasi dapat membantu siswa dalam proses belajar

yang menyenangkan sehingga dapat mempelajari bahan dengan baik. Teori “mastery

learning” menjelaskan bahwa kebanyakan siswa dapat mempelajari apa yang

diajarkan sekolah jika pembelajaran disajikan secara menarik dan sistematis” (Bloom

cit. Cummings, 1984). Konsep dasar dari strategi belajar mengajar meliputi: (1)

menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan perilaku belajar, (2) menentukan

pilihan terkait pendekatan tehadap masalah belajar mengajar, memilih prosedur,

metode dan teknik belajar mengajar, serta (3) norma dan kriteria keberhasilan

kegiatan belajar mengajar.

Bahan atau materi pelajaran adalah segala sesuatu yang menjadi isi kurikulum

dan harus dikuasai siswa sesuai dengan KD dalam rangka pencapaian SK setiap mata

pelajaran dalam satuan pendidikan. Materi pelajaran pada hakikatnya adalah pesan-

pesan yang ingin disampaikan pada siswa untuk dikuasai. Pesan yang disampaikan

dapat berupa ide, data/fakta, maupun konsep. Bentuk pesan berupa kalimat, tulisan,

dan gambar/tanda. Pesan tersebut akan dapat diterima oleh siswa jika mengandung

makna. Kriteria agar pesan dalam materi pelajaran bermakna meliputi kebaharuan,

berdasar pada pengalaman siswa, menggugah emosi, dan mengandung unsur humor.

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25

Langkah-langkah yang dikembangkan dalam RPP mengadopsi sintaks

pembelajaran terpadu serta mengacu pada materi pelajaran yang disajikan. Sintaks

yang dimaksud terkait cara penyampaian materi dan terfokus pada peningkatan

kualitas pembelajaran. Kualitas tersebut adalah pencapaian indikator hasil belajar

sesuai kurikulum. Langkah pembelajaran memberikan jalan bagi siswa untuk

menemukan pengalaman belajarnya. Pengalaman belajar berbeda untuk setiap ranah

kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hal ini karena masing-masing ranah memiliki

karakteristik berbeda.

Sumber belajar dan penilaian yang tertuang dalam RPP merupakan hasil dari

kutipan pada silabus yang disusun sebelumnya. Sumber belajar sebagai media belajar

dapat dimanfaatkan oleh siswa dalam mempelajari materi. Penilaian bertujuan untuk

mengetahui tingkat keberhasilan dari tahap pegajaran. Hasilnya digunakan sebagai

feedback bagi guru dalam merancang pembelajaran lebih lanjut.

c. Tes Hasil Belajar (THB)

Hasil belajar berkaitan dengan perolehan kemampuan siswa sesuai dengan

tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Peran guru dalam penilaian hasil belajar

ini adalah dengan merancang instrumen tes maupun nontes yang dapat memberikan

data tentang keberhasilan siswa dalam pencapaian hasil belajarnya. Proses desain

meliputi merancang instrumen, cara mengggunakan instrumen, dan kriteria

keberhasilannya.

Tes hasil belajar disusun setelah indikator pembelajaran ditetapkan. Hal ini

karena indikator lebih bersifat spesifik dan terukur dibanding kompetensi dasar

sebagai pencapaian hasil belajar siswa. Item tes harus paralel dengan indikator hasil
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26

belajar. Tes pengukur keberhasilan atau sering dikenal dengan istilah Penilaian

Acuan Patokan (PAP). Dick and Carey (cit. Sanjaya, 2009) menyebutkan tes ini

digunakan jika fungsinya sebagai tes prasyarat, tes awal (pretest), tes akhir (posttest),

tes pengukur kemajuan (progress test).

Tes prasyarat adalah tes yang digunakan untuk mrengukur kemampuan

tertentu pada siswa sebagai syarat untuk memiliki kemampuan lain. Tes awal adalah

tes yang digunakan untuk mengukur seberapa jauh siswa telah memiliki kemampuan

mengenai hal-hal yang akan dipelajari. Tes akhir adalah tes yang digunakan untuk

mengukur kemampuan siswa dalam menguasai kompetensi tertentu seperti yang

dirumuskan dalam indikator hasil belajar. Tes pengukur kemajuan adalah tes yang

diberikan secara insidental selama siswa sedang dalam proses mempelajari satu unit

pelajaran.

Pengembangan tes pengukur keberhasilan belajar memperhatikan beberapa

hal dalam prosesnya, meliputi: (1) item tes diturunkan dari indikator hasil belajar, (2)

item tes berorientasi pada hasil belajar, (3) item tes menjelaskan kondisi hasil belajar

yang ditunjukkan, (4) setiap indikator disusun lebih dari satu item tes, (5) tes disusun

dalam berbagai tipe item.

Jenis tes hasil belajar terbagi menjadi dua, yaitu tes buatan guru dan tes

standar (Sanjaya, 2009). Tes buatan guru cenderung pada materi yang terbatas yang

berguna untuk mengumpulkan informasi tentang tingkat penguasaan materi pada

siswa atau untuk melihat efektivitas proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.

Berdasarkan cara pelaksanaannya tes terbagi menjadi tes tertulis, tes lisan, dan tes

perbuatan.
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27

Tes esai termasuk dalam jenis tes tertulis dengan bentuk tes meminta siswa

menjawab pertanyaan secara terbuka. Artinya siswa menjelaskan atau menguraikan

jawaban terkait materi dengan kalimat yang disusunnya sendiri. Tes esai dapat

menilai proses mental siswa terutama dalam kemampuannya menyusun jawaban

secara sistematis dan kesanggupan menggunakan bahasa. Secara garis besar tes hasil

belajar merupakan bagian dari evaluasi dalam perencanaan pembelajaran yang

berorientasi pada pencapaian tujuan pembelajaran khususnya dan tujuan pendidikan

pada umumnya.

3. Klasifikasi Tujuan Pendidikan

Langkah awal dalam merancang rencana program pembelajaran adalah

merumuskan tujuan. Perumusan tujuan dirunut dari tujuan umum hingga tujuan

khusus pendidikan. Psikologi perkembangan membagi kemampuan anak yang sangat

luas menjadi tiga bagian besar, yaitu psikoafektif, psikomotorik, dan psikokognitif

(Baraja cit. Chatib, 2013).

a. Domain Afektif

Aspek kemampuan ini berkaitan dengan nilai dan sikap. Penilaian pada aspek

ini terlihat antara lain pada kedisiplinan atau sikap hormat terhadap guru.

Kemampuan afektif berkaitan erat dengan kecerdasan emosi (EQ) anak (Nasution cit.

Chatib, 2013). Kemampuan afektif secara luas disebut juga karakter.

Kemampuan afektif memiliki empat dimensi utama, yaitu respons dan

kemampuan membangun relasi dengan diri sendiri, orang lain, lingkungan yang

selalu berubah, dan relasi dengan Tuhan sebagai sang pencipta dan tujuan perjalanan

kehidupan. Pusat Kurikulum Kementerian Pendidikan Nasional menetapkan 18


commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28

karakter utama dalam Sistem Pendidikan Nasional meliputi (Chatib, 2013): (1)

religius, (2) jujur, (3) toleransi, (4) disiplin, (5) kerja keras, (6) kreatif, (7) mandiri,

(8) demokratis, (9) rasa ingin tahu, (10) semangat kebangsaan, (11) cinta tanah air,

(12) menghargai prestasi, (13) bersahabat/komunikatif, (14) cinta damai, (15) gemar

membaca, (16) peduli lingkungan, (17) peduli sosial, dan (18) tanggung jawab.

Kemampuan afektif sangat penting untuk membawa dua kemampuan lainnya, yaitu

psikomotorik dan kognitif.

b. Domain Psikomotorik

Aspek psikomotorik berkaitan dengan kemampuan gerak fisik yang

mempengaruhi sikap mental. Aspek ini menunjukkan kemampuan atau keterampilan

(skill) siswa setelah menerima sebuah pengetahuan. Domain psikomotorik terbagi

atas tujuh kategori, yaitu persepsi, kesiapan, respon terbimbing, mekanisme, respon

yang kompleks, adaptasi, dan originasi (Simpson cit. Sagala, 2011).

Tujuan psikomotorik merupakan tujuan yang banyak berhubungan dengan

pencapaian hasil belajar pada aspek keterampilan motorik siswa. Sagala (2011)

mengemukakan bahwa hasil belajar psikomotorik yang diperoleh pada dasarnya

merupakan lanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan afektif

(kecenderungan untuk berperilaku). Gabungan dari ketiga domain tersebut

digambarkan dalam 3H (Sanjaya, 2009) yaitu “Head” (kepala) atau pengembangan

bidang intelektual (kognitif), “Heart” (hati), yaitu pengembangan sikap (afektif), dan

“Hand” (tangan) atau pengembangan keterampilan (psikomotorik).

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29

c. Domain Kognitif

Domain kognitif adalah tujuan pendidikan yang berhubungan dengan

kemampuan intelektual atau kemampuan berpikir. Domain kognitif terdiri atas enam

tingkatan, yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

Tiga tingkatan tujuan kognitif yang pertama, yaitu pengetahuan, pemahaman, dan

aplikasi digolongkan sebagai tujuan kognitif tingkat rendah, sedangkan tiga tingkatan

berikutnya berupa analisis, sintesis, dan evaluasi dikatakan sebagai tujuan kognitif

tingkat tinggi. Klasifikasi tujuan bersifat penjenjangan, artinya setiap tujuan yang ada

dibawahnya merupakan prasyarat untuk tujuan berikutnya yang lebih tinggi.

Aspek kemampuan kognitif berkaitan dengan intelegensi (IQ) anak. Pada

sistem pendidikan formal, aspek ini menjadi pusat perhatian dalam pengembangan

hasil belajar dibandingkan dua aspek sebelumnya yaitu afektif dan psikomotor.

Sistem pendidikan cenderung menitikberatkan kemampuan kognitif sebagai indikator

keberhasilan pendidikan. Chatib (2013) menjelaskan bahwa tekanan kognitif yang

berlebihan bisa menyebabkan otak anak mengalami downshifting, yaitu pengecilan

volume otak, yang berakibat menghambat proses berpikir dan belajar, serta

cenderung menyebabkan perilaku negatif.

Siswa memiliki tingkat kemampuan belajar yang berbeda pada awal proses

pembelajaran. Hal ini terkait perbedaan karakteristik mula-masuk (Cummings, 1984)

yang berbeda-beda pada diri siswa. Tingkat kognitif mula-masuk yang berbeda ini

menjadi penyebab adanya perbedaan dalam menguasai suatu bahan yang disajikan.

Telaah terhadap kemajuan belajar masing-masing siswa sejak awal ditambah dengan

pemberian pelajaran khusus bagi siswa yang belum sepenuhnya paham, maka dapat
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30

menghapuskan ketidaksamaan karakteristik mula-masuk. Hasilnya seluruh siswa

dapat menguasai bahan dan tidak akan ada perbedaan kognitif.

Banyak faktor yang menjadi dasar dalam menunjukkan pencapaian hasil

belajar siswa. Hasil belajar yang dimaksud terkait hasil dari proses belajar kognitif.

Perhatian siswa terhadap materi pelajaran yang disajikan memberikan pengaruh yang

besar dalam perolehan hasil belajarnya. Uno dan Mohamad (2011) mengemukakan

bahwa siswa memusatkan secara penuh pada belajar sehingga waktu curah

perhatiannya tinggi. Lebih lanjut dijelaskan bahwa berdasar hasil penelitian,

tingginya waktu curah terbukti meningkatkan hasil belajar.

4. Pengembangan Instruksi Praktikum

Praktikum merupakan salah satu bagian integral dari pembelajaran fisika.

Proses dalam praktikum mampu menggali berbagai keterampilan siswa melalui

berbagai kegiatan yang dapat menstimulasi daya pikir hingga bertindak dalam

menyelesaikan masalah terkemuka. Eksplorasi secara mendalam terhadap suatu topik

pelajaran dalam kegiatan praktikum menjadikan pemahaman lebih mendasar untuk

selanjutnya terbiasa membentuk ide-ide kreatif yang terorganisasi. Suparno (2009)

memaparkan bahwa belajar fisika hanya dapat lebih mendalam dan siswa mudah

mengerti jika siswa dapat melakukan praktikum dengan mengalami proses fisis yang

dijelaskan.

Kegiatan praktikum atau percobaan sains pada umumnya yang

diselenggarakan baik sekolah menengah maupun di perguruan tinggi merupakan

praktikum tradisional. Pola kegiatan atau aktivitas laboratorium tradisional adalah

siswa diberi tahu prinsip/teori/konsep sains. Selanjutnya siswa


commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31

menguji/memverifikasi kebenaran teori/prinsip/konsep tersebut. Kegiatan

laboratorium seperti ini cenderung mendorong siswa untuk tidak jujur, karena hasil

pengamatannya dikendalikan oleh teori/prinsip/konsep yang sudah diketahuinya. Hal

ini berarti kegiatan laboratorium sains yang diharapkan sebagai wahana

pengembangan keterampilan dan sikap ilmiah tidak dapat tercapai. Kelemahan

lainnya terletak pada proses kegiatannya yaitu modul praktikum pada laboratorium

tradisional disajikan secara rinci memuat prosedur-prosedur baku yang harus

dilaksanakan siswa tahap demi tahap. Petunjuk praktikum yang terlalu rinci

mengakibatkan kurang merangsang siswa untuk mengembangkan daya nalar untuk

merencanakan dan menyelesaikan persoalan yang dihadapinya.

Kegiatan praktikum yang melatihkan banyak keterampilan kepada siswa

menjadi tonggak pembelajaran yang mampu mendukung pembelajaran siswa. Hal ini

karena aspek penting dari pengajaran adalah membantu siswa dalam belajar. Siswa

dibantu mengembangkan kelancaran yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas

kognitif secara kompeten (Beck cit. Santrock, 2010). Kegiatan praktikum

memberikan kesempatan bagi siswa untuk melakukan proses ilmiah dengan

mengamati gejala fisis dan merangkumkan konsep atau hukum yang dapat ditarik

dari hasil pengamatan tersebut.

Praktikum dimaksudkan untuk pemahaman konsep-konsep fisika. Dukungan

dalam prosesnya meliputi alat dan ruang yang tersedia serta instruksi praktikum yang

merupakan bagian penting dalam membimbing dan membina siswa yang akan

melakukan kegiatan praktikum. Instruksi tersebut bukan merupakan runtutan

langkah-langkah yang harus diikuti oleh siswa melainkan instruksi yang mampu
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
32

memotivasi siswa untuk berusaha menggali pengetahuan (penuh pertanyaan) dan

berusaha mencari jawaban. Instruksi praktikum mengandung komponen-komponen

yang berbeda sesuai jenis praktikum fisika yang dilakukan. Komponen-komponen

instruksi praktikum fisika dasar terdiri atas: a) tujuan praktikum; b) teori pendukung;

c) manual alat-alat ukur atau cara kerja alat ukur; d) langkah-langkah pengamatan; e)

lembar pengamatan; f) tugas dan pertanyaan (Kardiawarman, 1995).

Tujuan praktikum diuraikan dengan jelas dan selalu mengacu pada pokok

bahasan. Sebuah instruksi praktikum tidak memuat tujuan praktikum yang terlalu

banyak. Jika sebuah praktikum memiliki banyak konsep-konsep yang harus dikaji

maka dipisah menjadi dua atau tiga praktikum.

Teori dalam instruksi praktikum bukan berupa jabaran penurunan teori,

melainkan hanya bersifat sebagai pendukung saja. Artinya, bisa berbentuk tugas atau

pertanyaan untuk memantapkan pemahaman konsep fisika yang bersangkutan. Tes

mengenai kemapanan konsep fisika pada siswa akan lebih baik dilakukan sebelum

praktikum dimulai. Hal ini untuk memperoleh gambaran awal siswa terkait materi.

Manual atau cara kerja alat akan sangat membantu siswa dalam menentukan

langkah-langkah praktikum. Hal ini menuntut siswa untuk memahami teori secara

matang dan mampu menentukan variabel-variabel yang harus diukur dengan

menentukan alat yang dimanfaatkan dalam pengukuran. Manual alat ukur diperlukan

untuk menghindari kerusakan alat ukur dan menjaga keselamatan siswa. Pemahaman

yang baik terhadap cara kerja alat dapat mengurangi resiko akan kerusakan alat

tersebut.

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
33

Langkah-langkah pengamatan diuraikan secara jelas dan runtut. Hal ini

bertujuan agar siswa dapat terbimbing secara bertahap dalam menemukan hasil

pengamatan yang sesuai. Penguraian secara jelas bukan berarti bahwa langkah demi

langkah dituliskan dalam instruksi praktikum. Uraian langkah-langkah pengamatan

dapat disajikan dalam bentuk pertanyaan yang menuntut siswa untuk berpikir kritis

dalam proses pengambilan data. Pertanyaan yang diajukan dapat dirancang untuk

memaksa siswa memahami dengan baik konsep fisika yang sedang dipelajarinya.

Lembar pengamatan berfungsi sebagai indikator benar atau salah kegiatan

pengamatan yang dilakukan siswa. Lembar pengamatan dengan fungsinya ini dapat

dinyatakan dalam bentuk tugas. Hal ini mengacu pada tujuan praktikum yang

diharapkan sudah siswa pahami sejak awal. Artinya ketepatan siswa dalam

menentukan variabel yang diamati tergantung dari pemahaman akan tujuan

praktikum dan hasil lembar pengamatan yang mereka kerjakan.

Tugas dan pertanyaan mencakup proses analisis dan penarikan kesimpulan.

Tugas yang diberikan dapat berupa analisa data oleh siswa dengan menggunakan

pendekatan grafik maupun kajian teori yang telah dipahami sebelumnya. Akhir dari

pertanyaan dalam tugas ini diarahkan pada penarikan kesimpulan.

5. Keterampilan Generik Sains

Sains merupakan salah satu objek belajar yang tinjauan didalamnya memuat

situasi atau area kompetensi hingga kemungkinan diaplikasikan. Sains dapat

digunakan untuk siswa melatih kompetensinya (Hamdani, 2011). Kompetensi siswa

berawal dari kemampuan dasar untuk menerima dan meresapi setiap gejala sains

yang dipelajari. Sains secara tidak langsung akan menggali kemampuan siswa dalam
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
34

menggunakan berbagai konsep dari berbagai disiplin ilmu untuk memenuhi

kebutuhan dalam berbagai situasi kehidupannya saat berada dalam kelompok

masyarakat. Alasannya adalah karena ilmu sains khususnya fisika dipandang sebagai

suatu disiplin kerja yang dapat menghasilkan sejumlah keterampilan generik untuk

bekal bekerja diberbagai profesi yang lebih luas (Brotosiswoyo, 2001).

Keterampilan generik merupakan bentuk kebutuhan yang sangat diperlukan

dalam menghadapi tantangan hidup dimasa depan. Keterampilan ini dibahasakan

dalam istilah yang berbeda-beda untuk setiap negara yang mengembangkannya.

Definisi tentang keterampilan generik yang digeneralisasi dari berbagai pengertian

yaitu sebagai bentuk keterampilan lintas pekerjaan dan lintas kehidupan.

Pembelajaran fisika berpotensi mengembangkan keterampilan generik yang

kelak sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari, baik bagi mereka yang akan

meniti karier dalam bidang sains maupun yang tidak. Keterampilan generik yang

dimaksud adalah: (1) keterampilan mengamati (langsung maupun tak langsung), (2)

kesadaran akan skala besaran (sense of scale), (3) keterampilan menggunakan bahasa

simbolik, (4) keterampilan menggunakan logika taat asas, (5) keterampilan

melakukan inferensi logika, (6) keterampilan menggunakan hukum sebab-akibat, (7),

keterampilan mengembangkan model matematik, dan (8) keterampilan

mengembangkan konsep.

a. Pengamatan

Fisika merupakan ilmu tentang gejala dan perilaku alam sepanjang dapat

diamati oleh manusia. Artinya bahwa proses pengamatan yang berhubungan dengan

indra manusia memberikan kontribusi besar bagi setiap individu untuk mempelajari
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
35

ilmu fisika. Berkat pengamatan yang mendalam akan interaksi yang terjadi di alam

ini dapat memunculkan berbagai pemahaman tentang konsep alam itu sendiri.

Ilmu fisika mengkaji gejala dan perilaku alam secara kualitatif dan kuantitatif.

Unsur kecermatan dan ketelitian sangat diperlukan dalam mengembangkan

keterampilan pengamatan. Pengamatan yang dimaksud meliputi pengamatan

langsung dan pengamatan tidak langsung.

1) Pengamatan Langsung

Pengamatan langsung adalah mengamati objek yang diamati secara langsung.

Contohnya saat mengukur dampak percepatan gravitasi bumi pada benda. Posisi

benda saat demi saat dapat diukur di laboratorium fisika dasar dengan menggunakan

alat Atwood.

Pengamatan langsung dapat menumbuhkan kebiasaan baik pada diri siswa,

khususnya dalam kejujuran. Aspek pendidikan yang diperoleh dari pengamatan

langsung adalah fakta bahwa ilmu fisika dapat menjadi ilmu yang tangguh, karena

hasil pengamatan dilandasi dengan sikap jujur. Sikap kejujuran akan timbul karena

ukuran keberhasilan kegiatan pengamatan lebih ditekankan pada kejujurannya, bukan

pada kesesuaian hasil pengamatan itu dengan teori fisika yang ada.

Aspek pendidikan lainnya terkait pengamatan langsung adalah kesadaran

akan batas-batas ketelitian yang dapat diwujudkan. Indra pengamatan maupun alat

laboratorium yang digunakan memiliki keterbatasan. Teori kesalahan dalam praktek

laboratorium dapat menumbuhkan kebiasaan baik pula pada siswa. Indikator

pengamatan langsung yaitu menggunakan sebanyak mungkin indra dalam

mengamati percobaan/fenomena alam, mengumpulkan fakta-fakta hasil percobaan


commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
36

atau fenomena alam, dan mencari perbedaan dan persamaan (Brotosiswoyo cit.

Widodo, 2008).

2) Pengamatan Tidak Langsung

Keterbatasan indra menyebabkan banyak gejala dan perilaku alam tidak dapat

diamati secara langsung. Peranan pengamatan tidak langsung dapat dilakukan untuk

mengatasi keterbatasan indra. Hal ini terkait dalam pembelajaran yang mengandung

objek-objek molekul, atom, elektron, proton, dan lainnya yang tidak pernah dapat

dilihat secara langsung oleh mata.

Salah satu contoh pengamatan tak langsung adalah dalam pengajaran teori

kinetik gas dengan menggunakan KIT gas ideal pada prosesnya yaitu memahami

kelakuan gas dalam wadah yang ditempatinya. Hal ini dianalogikan dengan

pengamatan terhadap pergerakan gotri yang bebas dan acak dalam tabung KIT.

Hubungan antara apa yang ditangkap oleh indra dengan objek pengamatan tidak

terlihat, tetapi kesimpulannya dapat dipercaya dan diuji kebenarannya lewat cara-

cara lain. Berdasarkan cara dalam proses menggali keterampilan generik ini, maka

indikator keterampilan generik pengamatan tidak langsung yaitu menggunakan alat

ukur sebagai alat bantu indra dalam mengamati percobaan/gejala alam

(Brotosiswoyo cit. Widodo, 2008).

b. Kesadaran Tentang Skala Besaran

Bidang garapan ilmu fisika dalam skala ruang meliputi objek-objek dari

rentangan yang sangat besar (jagad raya) hingga yang sangat kecil (elektron). Peran

kesadaran akan skala besaran sangat fundamental dalam mempelajari ilmu fisika.

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
37

Molekul yang sangat kecil hanya dapat dilihat dengan mikroskop elektron.

Sementara elektron dalam ukuran yang jauh lebih kecil lagi.

Teori kinetik gas menjelaskan jumlah gas dalam suatu volume tertentu

dengan istilah jumlah mol. Satu mol zat mengandung partikel penyusun (atom

maupun molekul) sebesar bilangan Avogadro, yaitu NA = 6,022 × 10 23 partikel.

Skala yang sangat besar jika dibandingkan dalam skala sebenarnya yang dapat

ditemui dalam hal-hal yang berwujud konkret.

Sense of scale dalam jumlah benda perlu ditanamkan pada pengajaran fisika.

Mengingat banyak pembahasan fisika dilukiskan dalam ungkapan tulisan atau rumus,

maka tanpa keterampilan akan sense of scale pembahasan itu kurang dapat dipahami

makna konkretnya di alam. Indikator keterampilan sense of scale yaitu menyadari

obyek-obyek alam dan kepekaan yang tinggi terhadap skala numerik sebagai

besaran/ukuran skala mikroskopis ataupun makroskopis (Brotosiswoyo cit. Widodo,

2008).

c. Bahasa Simbolik

Kemampuan berbahasa menjadikan manusia unik dibandingkan makhluk

hidup lainnya. Bahasa mengantarkan manusia untuk berpikir secara sistematis dan

teratur dalam upaya menggali pengetahuannya. Manusia disebut animal symbolicum

(Cassirer cit. Suriasumantri, 2007) karena dalam kegiatan berpikirnya manusia

menggunakan simbol. Ilmu fisika cenderung menggunakan banyak simbol sebagai

bahasa ungkapan terhadap konsep-konsep yang ada dalam ilmu fisika itu sendiri.

Bahasa pada dasarnya mempunyai tiga fungsi pokok yaitu fungsi ekspresif

atau emotif, fungsi afektif atau praktis, dan fungsi simbolik atau logik (Tim dosen
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
38

Filsafat Ilmu, 2003). Komunikasi ilmiah sebagai bentuk transfer ilmu pengetahuan

memperhatikan fungsi bahasa sebagai fungsi simbolik dalam kajiannya. Hal ini

karena komunikasi ilmiah bertujuan menyampaikan informasi berupa pengetahuan

dengan bahasa yang terbebas dari unsur emotif. Artinya fungsi simbolik dipandang

sebagai bahasa yang logik dan komunikatif yang tidak hanya menyampaikan fakta-

fakta dengan simbol tetapi juga untuk dapat diterima orang lain dengan jelas akan

maknanya.

Kebanyakan konsep menjadi tidak bermakna karena kurang dipahaminya arti

dibalik konsep itu sendiri. Belum tersampaikannya makna dari konsep itu adalah

sebagai akibat banyak faktor, baik dari guru maupun siswa. Guru dalam perannya

sebagai fasilitator pada proses pembelajaran memegang peranan komunikasi yang

utama. Blumer dan Herbert (cit. Plunkett, 2008) dalam Symbolic Interactionism

Theory mengemukakan pengertian komunikasi yaitu proses interaksi simbolik dalam

bahasa tertentu dengan cara berpikir tertentu untuk pencapaian pemakanaan tertentu

pula, yang kesemuanya terstrukstur secara sosial. Peranan ini berada pada kegiatan

melatihkan bahasa simbolik siswa dalam pembelajaran sains khususnya

pembelajaran fisika. Suriasumantri (2007) mengemukakan bahwa:

Bahasa memungkinkan manusia berpikir secara abstrak melalui transformasi


objek-objek yang faktual menjadi simbol-simbol yang bersifat abstak.
Adanya transformasi ini menjadikan manusia dapat berpikir melalui suatu
objek tertentu meskipun objek tersebut secara faktual tidak berada dalam
suatu tempat secara bersamaan saat kegiatan berpikir dilakukan.

Banyak perilaku alam khususnya perilaku yang dapat diungkapkan secara

commit todengan
kuantitatif yang tidak dapat diungkapkan user bahasa komunikasi sehari-hari.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
39

Sifat kuantitatif tersebut menyebabkan adanya keperluan untuk menggunakan bahasa

yang kuantitatif pula. Contohnya pada pembahasan variabel hubungan mikroskopik

dan makroskopik gas ideal, gerak partikel dalam wadah dijelaskan dengan meninjau

kubus berisi satu molekul sebagai “bahasa” ungkapannya. Pergerakan molekul tegak

lurus terhadap dinding kubus mengaplikasikan teorema impuls momentum dan

hukum II Newton dalam penjabaran persamaannya. Simbol-simbol dalam variabel

makroskopik meliputi tekanan (p), volume (V), dan suhu (T), sementara variabel

mikroskopis meliputi massa molekul (m), kecepatan (v), dan momentum (P).

Bahasa simbolik dapat dilatihkan, namun tidak semua orang/siswa dapat

dilatih untuk fasih dalam kemampuan bahasa simbolik. Kalkulus dalam fisika

dimaksudkan sebagai “bahasa” atau alat untuk mengungkapkan sejumlah hukum atau

perangai alam. Pengajaran sebaiknya selalu mengaitkan topik peristiwa, aturan, atau

perangai alam yang ingin dibahasakan. Kesederhanaan serta makna dari ungkapan-

ungkapan simbolik itu dalam kaitan dengan gejala atau peristiwa alam yang ingin

dibahasakan perlu memperoleh prioritas. Kebiasaan untuk menuliskan bahasa

simbolik yang belum diketahui maknanya perlu dicegah dalam pembelajaran.

Indikator keterampilan generik bahasa simbolik sebagai petunjuk dalam

bentuk pencapaiannya meliputi (Brotosiswoyo cit. Widodo, 2008):

1) Memahami simbol, lambang, dan istilah

2) Memahami makna kuantitatif satuan dan besaran dari persamaan

3) Menggunakan aturan matematis untuk memecahkan masalah/fenomena gejala

alam

4) Membaca suatu grafik/diagram, tabel, serta tanda matematis


commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
40

d. Kerangka Logika Taat Asas

Matematika sebagai bahasa yang sangat cermat memiliki sifat yang

memudahkan dalam menguji ketaat-asasan (self-consistency). Terdapat keyakinan

dalam fisika bahwa aturan alam ini memiliki sifat taat-asas secara logika (logically

self-consistent). Peranan ini saling berhubungan dalam membentuk bidang kajian

fisika dan matematika.

Contoh sederhana yang dapat ditampilkan sebagai logika taat asas adalah

hukum yang menghasilkan sebuah formulasi untuk gas dengan kerapatan rendah.

Secara empirik ditemukan hukum Boyle, hukum Charles, dan hukum Gay Lusac.

Jika ketiga hukum tadi dirangkum dalam suatu kesatuan dengan menggunakan

ungkapan matematika, maka ada semacam “keganjilan” dari segi ketaatasasannya

secara logika. Persamaan yang dihasilkan berlaku pada suatu gas yang massanya

tetap. Massa suatu gas adalah tetap jika diletakkan dalam suatu wadah yang tidak

bocor. Jika massa atau mol gas diubah, misalnya dengan menggandakan mol gas, n,

dengan menjaga tekanan dan suhu tetap, ternyata dihasilkan volum V yang ganda

(lipat dua) juga. Sehingga diperoleh suatu konstanta tetap dari percobaan yaitu R

(konstanta gas universal), dan dihasilkan persamaan umum yang berlaku untuk gas

ideal.

Kasus lain adalah “keganjilan” antara hukum-hukum mekanika Newton

dengan elektrodinamika Maxwell. Elektrodinamika meramalkan bahwa kecepatan

gelombang elektromagnetik tidak akan terpengaruh oleh gerak sumber maupun

pengamatnya, sedangkan mekanika Newton memperbolehkan kecepatan objek untuk

bertambah atau berkurang sesuai dengan gerak sumber ataupun pengamat.


commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
41

“Keganjilan” itulah yang kemudian melahirkan teori relativitas Einstein. Mekanika

Newton dalam lanjutannya dikoreksi sehingga secara logika keduanya taat-asas

(Brotosiswoyo, 2001).

Berdasarkan contoh-contoh tersebut dapat dipahami bahwa dalam

mengembangkan keterampilan generik ini diawali dengan munculnya beberapa

argumen terdahulu. Lebih lanjut kesimpulan umum terhadap argumen-argumen

tersebut dikaji secara valid untuk dapat diterima sebagai kebenaran secara logika.

Indikator pencapaian siswa dalam keterampilan generik kerangka logika taat asas ini

yaitu mencari hubungan logis antara dua aturan atau lebih.

e. Inferensi Logika

Inferensi logika adalah kemampuan siswa dalam menggunakan logika untuk

melakukan penafsiran atau penarikan kesimpulan. Inferensi logika ini terintegrasi

dalam proses ilmiah yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran atau suatu

kegiatan percobaan atau eksperimen. Brotosiswoyo (2001) mengemukakan bahwa

dalam melakukan inferensi logika siswa mempertanyakan apa saja konsekuensi-

konsekuensi logis yang dapat ditarik dari gejala-gejala yang teramati. Konsekuensi-

konsekuensi logis yang muncul harus dapat diterjemahkan kembali dalam ungkapan-

ungkapan nyata sebagai gejala atau perilaku alam baru, yang dapat diamati atau

diukur. Jika hasil pengamatan atau pengukuran, gejala atau perilaku alam baru

menunjukkan bahwa hal itu benar, maka bertambahlah khasanah siswa tentang gejala

dan perilaku alam yang dapat dirangkum oleh hukum alam yang sudah dimiliki.

Kegiatan laboratorium (percobaan) memberikan pengalaman yang berguna

bagi siswa dalam mengembangkan kemahiran berfikir menggunakan inferensi


commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
42

logika. Pengalaman yang diberikan lainnya adalah bahwa dalam kegiatan

laboratorium siswa tidak harus selalu digiring untuk mengusulkan hipotesis yang

“benar” dan mendapat dukungan data. Hal yang jauh lebih penting adalah untuk

mengembangkan pola pikir yang biasa dilakukan oleh ilmuwan secara jujur dan

konsisten.

Penalaran merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan pengetahuan.

Proses berpikir harus dilakukan dengan suatu cara yang valid (sahih) agar

pengetahuan yang dihasilkan melalui penalaran tersebut mempunyai dasar

kebenaran. Suatu penarikan kesimpulan terhadap hasil dari kegiatan berpikir

dianggap valid jika proses penarikan kesimpulan dilakukan menurut cara tertentu

yang disebut logika. Logika secara luas didefinisikan sebagai pengkajian untuk

berpikir secara sahih (Sahakian dan Sahakian cit. Suriasumantri, 2007).

Logika memegang peranan penting dalam proses kajian ilmiah khususnya

fisika yang menyangkut hukum alam. Keyakinan akan peran logika dalam

pengendalian hukum-hukum alam menyebabkan matematika menjadi “bahasa”

hukum alam yang tepat. Sebuah aturan yang diungkapan dalam matematika dapat

menggali konsekuensi-konsekuensi logis yang dilahirkan lewat inferensi logika.

Contoh hubungan inferensi logika misalnya dari teori relativitas Einstein yang

mempersoalkan kecepatan cahaya. Kesimpulan yang diperoleh bahwa dalam

kerangka kecepatan terdapat hubungan sepadan antara massa benda dan energi

dengan E = mc2. Hasil inferensi logika itu bukan ilusi belaka karena menunjukkan

kebenaran kesimpulan berdasarkan hasil percobaan. Contoh inferensi logika lainnya

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
43

dalam ilmu fisika yaitu menyajikan kesimpulan yang benar-benar ada di alam untuk

sifat-sifat gas ideal berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan KIT gas ideal.

Indikator terhadap pencapaian keterampilan generik inferensi logika meliputi

(Brotosiswoyo cit. Widodo, 2008):

1) Memahami aturan-aturan

2) Berargumentasi berdasarkan aturan

3) Menjelaskan masalah berdasarkan aturan

4) Menarik kesimpulan dari suatu gejala berdasarkan aturan/hukum-hukum terdahulu

f. Hukum Sebab Akibat

Kerancuan seringkali muncul dalam menyimpulkan aturan yang dianggap

sebagai hukum alam. Pengamatan yang dilakukan pada dua buah objek dengan

hubungan fakta tinjauan kurang relevan sebagai bentuk sebab akibat. Akhirnya dapat

memunculkan ketidaksetujuan dalam penarikan kesimpulan.

Hukum –hukum gas ideal memberikan hubungan persamaan berdasar pada

variasi yang dikenai pada setiap variabel. Pada hukum Boyle jika gas didalam suatu

ruang ditekan sambil mempertahankan suhunya konstan, maka volumenya akan

berkurang dan sebaliknya jika memperbesar volume sebuah gas dengan

mempertahankan suhunya tetap, maka akan didapatkan tekanan yang berkurang.

Hukum Charles. Merumuskan bahwa perbandingan besarnya volume zat dengan

suhunya akan selalu menunjukkan hasil yang konstan. Gay Lussac memberikan

penjelasan bahwa perbandingan tekanan terhadap suhu selalu menghasilkan nilai

yang konstan. Artinya setiap variasi yang diberikan dapat mempengaruhi variabel

terkait lainnya, baik dalam perbandingan lurus maupun terbalik. Jadi, sebuah aturan
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
44

dapat dinyatakan sebagai hukum sebab akibat apabila ada reproducibility dari akibat

sebagai fungsi dari penyebab yang dapat dilakukan kapan saja dan oleh siapa saja.

Sebagian besar dari aturan fisika yang disebut “hukum” adalah hukum sebab-

akibat yang umumnya dikenal dengan istilah korelasi. Bagian-bagian tertentu dalam

fisika memang dikenal pula istilah korelasi antara gejala alam, tetapi tidak

disimpulkan sebagai hukum sebab akibat. Indikator pencapaian keterampilan generik

hukum sebab-akibat yaitu menyatakan hubungan antar dua variabel atau lebih dalam

suatu gejala alam tertentu dan memperkirakan penyebab gejala alam (Brotosiswoyo

cit. Widodo, 2008).

g. Pemodelan Matematik

Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari

pernyataan yang ingin disampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat artifisial

yang akan memiliki arti setelah sebuah makna diberikan didalamnya (Suriasumantri,

2007). Rumus-rumus yang melukiskan hukum-hukum alam dalam fisika adalah

buatan manusia yang ingin menginterpretasikan gejala dan perangai alam tersebut

baik dalam bentuk kualitatif maupun kuantitatif. Ungkapan model tersebut

diterapkan melalui penggunaan bahasa matematika. Hakikat model ini dalam fisika

dikenal pula model alternatif (tidak harus hanya satu model).

Bahasa verbal yang umum digunakan dalam komunikasi sehari-hari tidak

bersifat eksak dalam penjelasan dan ramalannya. Hal ini menyebabkan daya prediktif

dan kontrol ilmu kurang cermat dan tepat (Suriasumantri, 2007). Matematika melalui

konsep pengukuran yang kuantitatif mampu meningkatkan daya prediktif dan kontrol

dari ilmu. Angka tidak bertujuan menggantikan kata-kata melainkan suatu unsur
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
45

dalam menjelaskan persoalan yang menjadi pokok masalah utama agar menjadi lebih

sederhana dan jelas.

Contoh pemodelan matematik misalnya pada Teori Kinetik Gas.

Menghubungkan besaran makroskopis gas ideal ke dalam pemodelan matematik

dengan mengubah hubungan besaran yang telah divariasikan kedalam bentuk bahasa

matematis, misalnya perbandingan lurus antara tekanan dan suhu dimodelkan p ∞ T,

perbandingan terbalik antara tekanan dan volume dimodelkan p ∞ 1/V, serta

perbandingan lurus antara volume dan suhu dimodelkan V ∞ T. Selain hal tersebut

mengubah hubungan besaran makroskopis gas ideal yang diwakili oleh alat

percobaan kedalam bentuk sketsa/grafik.

Pelajaran fisika cenderung mengarah pada doktrin penerimaan terhadap

hukum yang sudah ada dan harus dipahami sesuai hukum tersebut. Padahal secara

luas jika memang terdapat lebih dari satu cara dalam pemahaman akan model

tersebut maka dapat dijelaskan alternatifnya masing-masing. Alternatif yang

digunakan memiliki kekurangan dan kelebihannya tersendiri. Sajian alternatif akan

membantu siswa untuk memahami secara mendalam terhadap makna dari ilmu fisika

yang sedang dipelajarinya.

Latihan pemodelan matematik gejala-gejala alam dapat pula diajarkan dengan

membuat objek-objek yang sederhana misalnya peluruhan badan radioaktif dan

penurunan suhu secangkir kopi panas. Pemanfaatan komputer dalam proses

pemodelan menjadikan pengajaran lebih mudah dan menarik. Hal ini karena siswa

diberi kebebasan untuk bereksperimen dengan model-model yang dikarangnya

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
46

sendiri. Cara ini mendidik para siswa untuk mempunyai sikap “berpikir alternatif”

(tidak bersikeras dengan satu macam cara untuk memahami sebuah permasalahan).

Indikator pencapaian keterampilan generik untuk pemodelan matematik

meliputi (Brotosiswoyo cit. Widodo, 2008):

1) Mengungkapkan fenomena/masalah dalam bentuk sketsa gambar/grafik

2) Mengungkapkan fenomena dalam bentuk rumusan

3) Mengajukan alternatif penyelesaian masalah

h. Membangun Konsep

Gejala alam tidak seluruhnya dipahami menggunakan bahasa sehari-hari.

Terkadang sebuah konsep atau pengertian baru harus dibangun sementara tidak ada

padanannya dengan pengertian-pengertian yang sudah terdahulu. Pembahasan listrik

dan magnet yaitu ditemukan interaksi antara dua benda yang tidak saling

bersinggungan. Agar dapat memahami maknanya, dibuatlah konsep yang dinamakan

medan (medan listrik, medan magnet, lalu medan gravitasi).

Konsep baru tidak hanya cara pandang yang baru melainkan juga mempunyai

manfaat. Contohnya konsep entropi pada termodinamika. Diferensial terjadi jika

transaksi kalor nilainya dibagi oleh nilai suhu absolut T. Fungsi yang dibangun dari

diferensial entropi tersebut dalam kenyataannya melukiskan derajat ketidakteraturan

dari sistem yang dibahas.

Contoh lain untuk keterampilan membangun konsep yaitu interpretasi

molekuler untuk suhu pada teori kinetik gas. Hal ini bahwa suhu merupakan

pengukuran langsung dari energi kinetik molekul rata-rata. Pada materi yang sama,

membangun konsep energi pada proses-proses gas ideal.


commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
47

Istilah energi awalnya bukan istilah sehari-hari. Permulaan dari aturan

mekanika Newton yang bertolak dari pengertian gaya, kemudian dibangun konsep

energi sebagai ukuran sebuah potensi yang dapat dimanfaatkan untuk melakukan

suatu kerja atau usaha yang dapat sewaktu-waktu diperlukan. Akhirnya penggunaan

istilah tersebut memasyarakat.

Tugas yang tidak mudah adalah menanamkan konsep-konsep fisika kedalam

benak siswa yang belajar sehingga dapat memahami benar maknanya. Hal ini karena

dalam pembahasan fisika lebih lanjut konsep-konsep itu akan sering digunakan.

Kemungkinan menjadi variabel yang ikut berperan dalam konsep lainnya pun bisa

terjadi (Brotosiswoyo, 2001). Indikator pencapaian untuk keterampilan generik

membangun konsep adalah menambah konsep baru.

6. Teori Kinetik Gas

a. Persamaan Umum Gas Ideal

Gas dengan komposisi kimia apapun pada suhu tinggi dan tekanan rendah

cenderung memperlihatkan suatu hubungan sederhana tertentu diantara sifat-sifat

makroskopisnya tentang tekanan, volume, dan suhu. Gas didefinisikan sebagai

bentuk zat yang stabil diatas suhu tertentu, memiliki kerapatan rendah dan volum

serta bentuknya sepenuhnya bergantung pada tempatnya. Gambar 2.1 menunjukkan

gas dimodelkan sebagai kumpulan molekul-molekul yang bergerak bebas diruang.

commit toSecara
Gambar 2.1. Partikel Gas Bergerak user Acak dalam Suatu Wadah
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
48

Gas ideal secara fisik didefinisikan sebagai gas yang interaksi antar

molekulnya sangat kecil sehingga dapat diabaikan. “In molecular terms, an ideal gas

is a gas whose molecules exert no attractive forces one another and therefore have

no potential energy” (Sears and Zemansky, 2012). Gas ideal dalam istilah molekular

merupakan gas yang tidak berinteraksi satu sama lain, hal ini menyebabkan gas tidak

memiliki energi potensial.

Kumpulan molekul-molekul dalam suatu wadah yang saling bertumbukan

satu dengan yang lain menyebabkan tukar-menukar besaran dinamik satu dengan

yang lain, yaitu pertukaran momentum dan energi. Akhirnya terjadi distribusi energi

diantara molekul yang sesuai dengan keadaan setimbang. Hal ini dikenal sebagai

teori kinetik gas (dari kata Yunani kinesis yang berarti gerak), yaitu didasarkan pada

model molekul yang selalu bergerak dan bertumbukan.

Tekanan antar atom dalam gas sangat lemah dan dianggap gaya-gaya tersebut

tidak ada melainkan hanya sebagai suatu pendekatan. Tidak ada volume standar pada

suhu tertentu, sehingga tidak ada pemisahan kesetimbangan untuk atom-atom gas.

Volume gas sepenuhnya ditentukan oleh wadah yang menampung gas tersebut (Vi

dalam persamaan merupakan sebuah variabel, bukan pada perubahan volume dari

nilai awal). Persamaan keadaan menyatakan hubungan makroskopis tekanan (p),

volume (V), dan suhu (T) dengan mikroskopis gas yaitu massa (m). Jika gas dijaga

pada tekanan (kerapatan) sangat rendah maka disebut sebagai gas ideal yang mana

dapat menyederhanakan persamaan keadaan.

Jumlah gas dalam suatu keadaan volume tertentu diistilahkan dengan jumlah

mol, n. Satu mol zat apapun adalah representasi dari banyaknya molekul penyusun
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
49

zat tersebut sejumlah bilangan Avogadro NA = 6,022 x 1023 molekul. Bilangan


12
Avogadro, NA, didefinisikan sebagai jumlah atom karbon dalam 12 gram C.

Hubungan jumlah mol dan massa suatu zat:

n = m/M (2.1)

Dengan M adalah massa zat dalam molar yang dinyatakan dalam g/mol.

Gambar 2.2. Gas Ideal yang Dikurung dalam Tabung

Gambar 2.2 menunjukkan suatu gas ideal dikurung dalam wadah tabung yang

volumenya dapat diubah-ubah dengan menggerakkan piston. Wadah diasumsikan

tidak bocor sehingga jumlah mol gas akan tetap konstan. Pertama, ketika gas dijaga

pada suhu konstan, tekanan gas akan berbanding terbalik terhadap volume (hukum

Boyle). Kedua, ketika tekanan gas dijaga konstan, volume gas akan berbanding lurus

terhadap suhu gas (hukum Charles dan Gay Lussac). Persamaan keadaan diperoleh:

pV = nRT (2.2)

Persamaan 2.2 dikenal sebagai hukum gas ideal, dengan R adalah konstanta

gas universal dan n adalah jumlah mol sampel gas. Konstanta gas universal dimaksud

karena saat tekanan mendekati nol, nilai pV/nT yang diperoleh pada percobaan
commit
banyak sampel gas memberikan nilai to user
R yang sama. Konstanta R akan memiliki nilai
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
50

yang berbeda untuk gas yang berbeda, tetapi pada keadaan suhu cukup tinggi dan

tekanan rendah memberikan nilai yang sama untuk semua gas.

R = 8314 J kmol-1 K-1digunakan jika tekanan p dalam Pa (atau N m-2), volum V

dalam m3, n dalam kmol, dan T dalam kelvin (K).

R = 0,082 L atm mol-1 K-1 digunakan jika tekanan p dalam atm, volum V dalam liter

(L), n dalam mol, dan T dalam K.

Volume yang dimiliki oleh 1 mol gas apapun pada tekanan atmosfer dan suhu

0oC (273 K) adalah 22,4 L. Gas ideal dengan massa konstan (nR, jumlah mol

konstan), maka kuantitas pV/T juga konstan. Hal ini memberikan persamaan keadaan

untuk dua keadaan dari massa gas yang sama:

= = (2.3)

Variabel n pada persamaan 2.2 dapat digantikan dengan persamaan 2.1 yaitu

massa zat (n=m/M), menjadi:

pv = RT (2.4)

Dari persamaan tersebut dapat diperoleh kerapatan gas (ρ=m/V):

ρ= (2.5)

Sifat semua gas nyata akan mendekati abstraksi sifat gas ideal jika kerapatan gas

cukup rendah (Halliday dan Resnick, 1990).

Persamaan gas ideal ditunjukkan berdasar pada hasil eksperimen. Tinjauan

yang diberikan adalah pada sistem piston. Silinder memiliki piston bergerak dan

dilengkapi dengan pengukur tekanan dan termometer. Tekanan, volume, dan suhu

dapat divariasikan dalam eksperimen. Sears and Zemansky (2012) memberikan


commit to user
penjelasan tersebut:
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
51

The cylinder has a movable piston and is equipped with a pressure gauge and
a thermometer. The pressure, volume, and temperature can be varied and we
can pump any desire mass of any gas into the cylinder. Measurements of the
behaviour of gases at low pressure lead to several conclusions: First, If we
double the number of moles, keeping the pressure and temperature constant,
the volume double. (The volume V is proportional to the numbers of moles n
and thus to the number of molecules). Second, if we double the pressure,
holding the temperature T and amount of substance n constant, we compress
the gas to one-half of its initial volume. (Boyle’s law, a contemporary of
Newton states that pV = constant when n and T are constant). Volume varies
inversely with the pressure p. Third, the pressure is directly proportional to
the absolute (Kelvin) temperature. Thus, if we double the absolute
temperature. Keeping the volume and quantity of material constant, the
pressure double. This is called Charles’s law, it states that p = (constant) T
when n and V are constant.”(Silinder memiliki piston bergerak dan
dilengkapi dengan pengukur tekanan dan termometer. Tekanan, volume, dan
suhu dapat bervariasi. Pengukuran perilaku gas pada tekanan rendah
memberikan beberapa kesimpulan: Pertama, jika jumlah mol menjadi dua kali
lipat sementara tekanan dan temperatur dijaga konstan, maka volume akan
bertambah. (volume V sebanding dengan jumlah mol n dan juga jumlah
molekul). Kedua, jika tekanan dilipatgandakan, menjaga suhu T dan jumlah
mol n konstan, maka gas berkurang hingga setengah volume awal. (Hukum
Boyle, yang hidup sezaman dengan Newton menyatakan bahwa pV = konstan
ketika n dan T konstan). Volume berbanding terbalik dengan tekanan p.
Ketiga, tekanan berbanding lurus dengan suhu mutlak. Jika suhu
dilipatgandakan dan menjaga volume dan kuantitas bahan konstan, tekanan
akan meningkat. Hasil ini merupakan hukum Charles yang menyatakan
bahwa tekanan dan suhu berubah ketika n dan V adalah konstan).

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
52

Hukum gas ideal juga dinyatakan dalam jumlah molekul total N. Oleh karena

jumlah molekul total sama dengan hasil perkalian jumlah mol dengan bilangan

Avogadro NA, maka persamaan:

pV = nRT = N/NA . RT = NkBT (2.6)

Variabel kB adalah konstanta Boltzmann yang bernilai kB = R/NA = 1,38 × 10-23 J/K.

b. Hubungan Tekanan, Suhu, dan Energi Kinetik Gas

1) Hubungan Tekanan dan Energi Kinetik

Variabel makroskopis dalam teori kinetik gas dapat digabungkan dalam

variabel mikroskopisnya, yaitu dengan menganggap gas sebagai sekumpulan partikel

yang memiliki massa, momentum, dan kecepatan. Asumsi yang diberikan pada

model gas ideal meliputi:

1. Gas terdiri dari partikel-partikel identik yang disebut molekul.

2. Partikel-partikel gas bergerak dalam lintasan lurus dengan kelajuan tetap dan

geraknya adalah acak.

3. Gerak partikel hanya disebabkan oleh tumbukan dengan partikel lain ataupun

dengan dinding wadahnya, artinya gaya tarik-menarik antar partikel dianggap

tidak ada. Interaksi hanya terjadi antar molekul yang berjarak pendek.

4. Tumbukan antar partikel gas, baik antar partikel ataupun dengan dinding

wadahnya tidak menyebabkan kehilangan energi (tumbukan lenting sempurna).

5. Selang waktu antara tumbukan partikel berlangsung sangat singkat.

6. Volume partikel gas sangat kecil dibandingkan dengan wadah yang ditempatinya

sehingga dapat diabaikan.

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
53

7. Semua partikel gas memenuhi berlakunya hukum-hukum Newton tentang gerak

yang diterapkan dalam statistika.

Sejumlah besar partikel yang memenuhi hukum gerak Newton memiliki

energi yang terbagi merata pada setiap derajat kebebasan. Derajat kebebasan adalah

cara bebas (gerak) yang dapat dilakukan oleh molekul/partikel untuk menyerap

energi. Gas ideal mengandung molekul yang melakukan gerak rotasi, vibrasi, dan

translasi sebagai cara bebasnya dalam menyerap energi.

Berdasarkan jumlah atomnya, gas terbagi menjadi gas monoatomik (beratom

tunggal) dan gas diatomik (beratom dua). Molekul gas diatomik disamping

melakukan gerak translasi, molekul juga melakukan gerak rotasi dan vibrasi.

Molekul gas monoatomik hanya melakukan gerak translasi, yaitu energi yang ada

masing-masing digunakan untuk gerak translasi pada arah x, y, dan z. Molekul gas

monoatomik seperti Helium (He), Neon (Ne), dan Argon (Ar).

Tinjauan gas ideal secara sederhana adalah pada gas monoatomik. Gerak

rotasi dan getaran molekul tidak mempengaruhi secara rata-rata dalam pergerakan

gas. Sejumlah N molekul gas ideal menempati suatu ruang bervolume V. Hubungan

mikroskopik dan makroskopik yang pertama adalah tinjauannya pada tekanan N

molekul gas ideal terhadap dinding wadah yang ditempatinya.

Gambar 2.3 menunjukkan gerakan molekul dalam wadah. Pergerakan

molekul menyebabkan tekanan pada dinding wadah. Wadah tersebut mengandung

sejumlah besar molekul. Wadah memiliki sisi yang sama sepanjang L dengan

tinjauannya pada sumbu x, y, dan z.

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
54

Gambar 2.3. Sebuah Molekul Menumbuk Dinding Kubus Secara Elastis


Sempurna

Peninjauan diwakili oleh salah satu molekul untuk memberikan kemudahan.

Hubungan tekanan dan energi kinetik partikel (penurunan rumus pada lampiran 32)

dihubungkan dalam persamaan:

p= Ek (2.7)

Makna fisis persamaan tersebut adalah tekanan suatu gas sebanding dengan

jumlah molekul per satuan volumenya dan sebanding dengan energi kinetik translasi

rata-rata dari molekulnya. Terdapat hubungan antara besaran makroskopis (tekanan,

p) dan mikroskopis (nilai rata-rata kuadrat kelajuan molekul, v ).

2) Hubungan Suhu dan Energi Kinetik

Energi kinetik translasi total per mol dari molekul-molekul suatu gas ideal

adalah sebanding dengan suhu. Suhu dari suatu gas dihubungkan dengan energi

kinetik translasi total yang diukur terhadap titik pusat massa dari gas tersebut.

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
55

Hubungan suhu dan energi kinetik gas (penurunan rumus pada lampiran 32)

dinyatakan dalam persamaan:

Ek = 3/2 . kB T (2.8)

Persamaan (2.8) menunjukkan bahwa energi kinetik gas berbanding lurus

dengan suhu dan tidak bergantung pada volume maupun banyak molekul gas. Energi

kinetik translasi rata-rata molekul adalah . Karena v = v , dan laju molekul

pada arah sumbu x, y, dan z adalah sama, maka:

Ek = mv = mv = mv = k T (2.9)

Maknanya adalah setiap derajat kebebasan translasi menyumbangkan

sejumlah energi yang sama, sebesar k T kepada gas. Generalisasi terhadap hasil

memberikan teorema ekipartisi energi:

Setiap derajat kebebasan menyumbangkan k T kepada energi sistem,

dimana derajat kebebasan yang mungkin selain berhubungan dengan translasi


muncul dari rotasi dan getaran molekul. (Serway dan Jewett, 2010)

Gas monoatomik atau beratom tunggal baik pada suhu tinggi maupun pada

suhu rendah hanya melakukan gerak translasi sehingga energi yang ada masing-

masing digunakan untuk gerak translasi pada arah sumbu x, y, dan z. Molekul gas

monoatomik (seperti He, Ne, dan Ar) memiliki energi kinetik sebesar:

E = k T (2.10)

Molekul gas diatomik atau beratom dua (seperti H2, O2, dan N2), disamping

melakukan gerak translasi, molekul juga melakukan gerak rotasi dan vibrasi. Jenis

gerak yang timbul tergantung pada suhu molekul gas. Gerak molekul diatomik pada
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
56

suhu rendah (misalnya pada suhu kamar), hanya pada gerak translasi dan rotasi.

Energi kinetiknya adalah:

E = k T (2.11)

Gerak yang dilakukan molekul diatomik pada suhu tinggi yaitu translasi, rotasi dan

vibrasi. Sehingga energi kinetiknya adalah:

E = k T (2.12)

Molekul yang terdiri lebih dari dua atom akan memiliki ketiga kemungkinan

gerak, baik pada suhu tinggi maupun suhu rendah. Khusus untuk suhu tinggi, ketiga

kemungkinan gerak masih tinggi lagi karena adanya gerak vibrasi antar atom dalam

molekul. Besar energi kinetiknya dirumuskan:

E = k T (2.13)

Bilangan 3, 5, dan 7 pada persamaan (2.10), (2.11), (2.12), dan (2.13) inilah yang

disebut derajat kebebasan.

Energi kinetik translasi total dari N molekul gas adalah N dikalikan energi

rata-rata per molekul (persamaan 2.8), maka:

K = N. mv = Nk T = nRT (2.14)

Konstanta Boltzmann kB=R/NA dan n=N/NA untuk jumlah mol gas. Pada gas

monoatomik, persamaan tersebut melambangkan energi dalam gas (Edalam). Maka

bisa disimpulkan bahwa energi dalam dari suatu gas ideal hanya bergantung pada

suhunya.

Molekul bergerak secara acak dengan kecepatan berbeda. “Some of the

molecules have speeds less than average speed and some have speeds that are
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
57

greater than average” (Wilson and Buffa, 1997). Akar kuadrat dari disebut

kelajuan akar kuadrat rata-rata atau root-mean-square (rms) dari molekul yaitu

semacam kelajuan molekular rata-rata. Catatan bahwa nilai vRMS berbeda dengan

nilai rata-rata ( ).

v = v = = (2.15)

Variabel M adalah massa molar dalam kilogram per mol dan sama dengan

mNA. Persamaan 2.15 menunjukkan bahwa pada suhu tertentu molekul-molekul gas

yang lebih ringan bergerak lebih cepat daripada molekul-molekul gas yang lebih

berat. Artinya nilai bernilai besar untuk gas ringan dan bernilai kecil untuk gas

berat. Gas hidrogen dengan massa molekul 2 g/mol, bergerak empat kali lebih cepat

daripada gas oksigen dengan massa molekul 32 g/mol. Fakta ini menjelaskan

mengapa molekul yang lebih ringan, seperti hidrogen dan helium, lebih mudah

bergerak lepas dari permukaan bumi dibanding molekul yang lebih berat seperti

nitrogen dan oksigen.

Laju molekul-molekul secara individu akan mengalami perubahan besar yang

mana ada suatu distribusi karakteristik laju molekul suatu gas bergantung pada

temperatur (Halliday dan Resnick, 1996). Sewaktu temperatur meningkat, maka laju

vRMS akan semakin besar. Banyaknya molekul yang mempunyai laju yang lebih besar

daripada suatu laju yang diberikan akan bertambah pula jumlahnya. Tumbukan-

tumbukan yang terjadi antara gas akan menyebabkan kondisi laju semua molekul gas

berubah (tidak lagi dalam kecepatan yang sama).

Molekul dalam gas tidak memiliki kecepatan yang sama secara keseluruhan.
commit to user
Kurva 2.4 menunjukkan bahwa peningkatan temperatur menyebabkan kecepatan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
58

molekul yang semakin tinggi pula. Hal ini terlihat dari ketinggian kurva yang

semakin menjadi landai menuju kecepatan yang lebih tinggi. Kurva ketiga distribusi

kecepatan ini disebut distribusi Maxwell-Boltzmann.


Jumlah partikel

Kecepatan
Gambar 2.4. Distribusi Kecepatan Molekul Gas pada Tiga Keadaan Suhu
Berbeda

c. Proses-proses Gas Ideal

Hukum pertama termodinamika (∆Edalam = Q + W) menghubungkan

perubahan energi dalam dari sebuah sistem dengan perpindahan energi oleh suatu

usaha atau kalor. Gas mengalami proses-proses yang terkait hukum pertama

termodinamika dalam aplikasinya, meliputi proses isotermik, isobarik, dan isokorik.

1) Proses Isotermik

Robert Boyle (1627-1691) melakukan

percobaan yang menghasilkan sebuah fakta bahwa

“jika gas didalam suatu ruang ditekan sambil

mempertahankan suhunya konstan, maka volumenya

akan berkurang dan tidak mungkin untuk

menjaganya tetap konstan pula, sebaliknya jika

memperbesar volume sebuah gas dengan

Gambar 2.5. Piston commit to user suhunya


mempertahankan tetap, maka akan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
59

didapatkan tekanan yang berkurang”. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tekanan

berbanding terbalik dengan volumenya, jika suhu dipertahankan konstan. Hukum

Boyle berlaku untuk semua macam gas, asalkan kerapatannya relatif rendah. Secara

matematis dirumuskan:

pV = konstan

Gas yang berada dalam dua keadaan keseimbangan yang berbeda pada suhu konstan,

diperoleh:

p V =p V (2.16)

Gambar 2.6. Kurva Isotermik

Proses yang dialami gas pada suhu tetap disebut proses isotermik. Proses ini

dapat dihasilkan dengan mencelupkan tabung ke dalam kolam air dingin atau

meletakkan tabungnya bersentuhan dengan reservoir bersuhu tetap. Grafik hubungan

antara volume dan tekanan gas seperti gambar 2.6 pada suhu tetap akan

menghasilkan kurva hiperbola yang disebut suatu isotermik.

Energi dalam suatu gas ideal merupakan fungsi suhu. Sehingga proses

isotermik yang melibatkan gas ideal, ∆E dalam=0. Hukum pertama termodinamika

bahwa perpindahan energi Q harus sama dengan negatif dari usaha yang dilakukan
commit to user
pada gas.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
60

Q=-W (2.17)

Artinya setiap energi yang masuk dalam sistem berupa kalor dipindahkan keluar dari

sistem berupa usaha. Akibatnya tidak ada perubahan energi dalam yang terjadi pada

proses isotermik (Serway dan Jewett, 2010).

2) Proses Isobarik

Jacques Charles (1746-1823) melalui eksperimen menemukan suatu hasil

bahwa temperatur absolut sebanding dengan volume gas jika tekanan dijaga konstan

(Tipler, 1998).

= konstan atau = (2.18)

Persamaan 2.18 merupakan hukum Charles. Rumusan tersebut mengartikan

bahwa perbandingan besarnya volume zat dengan suhunya akan selalu menunjukkan

hasil yang sama (Ishaq, 2007). Kurva pada gambar 2.7 yang terbentuk disebut kurva

isobarik.
p

ΔV

Gambar 2.7. Kurva Isobarik

Sebuah proses yang terjadi pada tekanan tetap disebut proses isobar. Proses

isobar dapat dihasilkan dengan memperbolehkan piston bergerak dengan bebas

sehingga selalu dalam keadaan seimbang, antara gaya netto dari gas yang mendorong

keatas dan berat piston ditambah commit to user


gaya dari tekanan atmosfer yang mendorong ke
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
61

bawah. Besarnya kalor dan usaha biasanya tidak nol dalam proses ini. Usaha yang

dilakukan pada gas dalam suatu proses isobar adalah:

W = - p (Vf – Vi) (2.19)

(Serway dan Jewett, 2010)

3) Proses Isokhorik

Gay Lussac menemukan kenyataan lain dalam suatu eksperimen yang

dilakukan, yaitu untuk gas dengan kerapatan rendah berlaku “ketentuan”: jika suatu

gas dibuat pada volume tetap, maka tekanannya akan sebanding dengan suhu. Hal ini

menunjukkan bahwa perbandingan tekanan terhadap suhu selalu menghasilkan nilai

yang konstan.

= konstan atau = (2.20)

Persamaan 2.20 merupakan hukum Gay Lussac. Kurva yang terjadi disebut

kurva isokhorik atau bervolum konstan.

Δp

Gambar 2.8. Kurva Isokhorik

Proses isokhorik dapat dihasilkan dengan menjepit piston pada posisi yang

telah ditentukan. Hukum pertama termodinamika menjelaskan bahwa pada proses

isokhorik, W = 0, sehingga:
commit to user
∆E dalam = Q (2.21)
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
62

Persamaan 2.21 menyatakan bahwa jika energi ditambahkan oleh kalor ke

sistem yang dijaga supaya volumenya tetap, maka seluruh energi yang dipindahkan

tetap berada dalam sistem sebagai suatu peningkatan dari energi dalamnya.

Contohnya pada kaleng cat semprot yang dilemparkan ke dalam api. Energi masuk

ke sistem (gas dan kaleng) dalam bentuk kalor, menembus dinding logam kaleng.

Akibatnya, suhu, dan juga tekanan dalam kaleng naik hingga kalengnya dapat

meledak (Serway dan Jewett, 2010).

4) Proses Adiabatik

Proses adiabatik adalah proses saat tidak ada energi yang dipindahkan sebagai

kalor antara sistem dan lingkungan. Jika gas dimampatkan atau dikembangkan

dengan cepat, maka energi yang dipindahkan keluar atau ke dalam sistem oleh kalor

relatif sedikit sehingga dapat diabaikan, Q = 0. Energi dalam pada proses adiabatik

hanya bergantung suhunya, perubahan energi dalam pada proses adiabatik sama

dengan perubahan pada proses isokhorik antara suhu-suhu yang sama, yaitu

dEdalam=W.

Gambar 2.9. Kurva Adiabatik

Contoh proses adiabatik adalah ekspansi yang sangat lambat dari suatu gas

yang terisolasi termal dari lingkungannya. Gas ideal yang mengalami ekspansi
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
63

adiabatik diasumsikan berada dalam kesetimbangan. Hal ini membuat persamaan pV

= nRT berlaku untuk keadaan gas tersebut. Tekanan dan volume suatu gas ideal pada

saat kapanpun selama berada pada proses adiabatik dihubungkan oleh persamaan

pVγ=konstan, dengan γ = Cp/Cv diasumsikan konstan selama proses adiabatik

berlangsung. Ketiga variabel dalam hukum gas ideal p, V, dan T berubah selama

proses adiabatik.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan terkait pengembangan instruksi praktikum berbasis

keterampilan generik sains diantaranya:

1. Penelitian Paul Suparno (2008) berkaitan dengan pembelajaran kelompok

terbimbing yang diterapkan dalam pengajaran materi Teori Kinetik Gas. Hasil

penelitian yang diperoleh adalah siswa lebih aktif dan kreatif, lebih senang, lebih

mengerti dan lebih memahami teori kinetik gas. Persamaan dalam penelitian

yang dilaksanakan adalah materi Teori Kinetik Gas. Sementara perbedaan

terletak pada proses pembelajaran dalam penelitian ini memanfaatkan instruksi

praktikum berbasis keterampilan generik sains dan sampel penelitian yaitu pada

siswa sekolah menengah (SMA).

2. Penelitian oleh Liliasari et. al (2009) mengenai pembelajaran berbasis ICT

dengan software pembelajaran berupa multimedia interaktif untuk

mengembangkan berpikir sains dan memperjelas aspek mikroskopik pada topik-

topik, Reproduksi Hewan (Biologi), Tekanan Osmotik Larutan (kimia), dan

Elastisitas. Kelebihan penelitian ini adalah mampu menghasilkan pencapaian

keterampilan generik sains oleh siswa pada jenjang menengah dan tinggi.
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
64

Keterampilan pemodelan matematik dan bahasa simbolik dalam penelitian

masih menunjukkan pencapaian rendah. Kesamaan pada penelitian yang

dilakukan adalah keterampilan generik yang dikaji yaitu pada bahasa simbolik.

Sementara perbedaan penelitian adalah pada materi yang diajarkan yaitu Teori

Kinetik Gas.

3. Penelitian Research and Development oleh Saptorini (2008) menemukan

peningkatan keterampilan generik sains bagi mahasiswa melalui perkuliahan

praktikum kimia analisis instrumen berbasis inkuiri pada hasil signifikan yaitu

penguasaan keterampilan generik sains sampai pada tingkat harga N-gain tinggi

dan sedang, meskipun keterampilan generik logical frame dan hukum sebab

akibat belum optimal dikembangkan. Kesamaan dalam penelitian yang

dilaksanakan adalah jenis keterampilan generik sense of scale sebagai objek

tinjauan. Sementara perbedaan terletak pada disiplin ilmu yang dikaji (fisika)

dan subjek belajar yang dipilih adalah siswa SMA.

4. Penelitian gabungan antara pengembangan dan eksperimen oleh Simatupang

(2011) terkait pengembangan, implementasi, dan pembuatan perangkat asesmen

berbasis kelas dalam mata kuliah pemindahan tenaga. Hasil yang diperoleh

adalah perangkat asesmen berbasis kelas efektif meningkatkan pemahaman

konsep, kemampuan komunikasi, penalaran, dan pemecahan masalah

mahasiswa. Kesamaan dalam penelitian ini adalah pada tahap ujicoba, data

dikumpulkan melalui observasi kelas, wawancara dengan guru dan siswa, serta

analisis hasil pekerjaan siswa pada instruksi praktikum. Sementara perbedaan

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
65

terletak pada sampel yang dilibatkan, materi pembelajaran, dan produk yang

dikembangkan.

5. Penelitian tindakan kelas oleh Elly Nirmala (2007) terkait upaya meningkatkan

pemahaman konsep Teori Kinetik Gas di kelas XI diperoleh hasil bahwa

memanfaatkan alat bantu berupa tabung teori kinetik gas pada pembelajaran

fisika dapat meningkatkan hasil belajar dari 52% hingga 81% pada siswa secara

klasikal. Persamaan dalam penelitian adalah pada materi dan media yang

digunakan. Sementara perbedaan terletak pada jenis penelitian yang

menggunakan penelitian pengembangan.

6. Penelitian Eugenia (2009) terkait pengembangan keterampilan generik pada

siswa lingkungan pembelajaran yang didukung dengan teknologi informasi

diperoleh hasil bahwa siswa dapat berubah dari pembelajar pasif menjadi

pembelajar aktif. Hal ini berkaitan dengan penerapan diskusi informasi untuk

siswa berbagi ide dan pemikiran mereka. Kesamaan dalam penelitian ini adalah

cara yang ditempuh dalam pelaksanaan pembelajaran dengan metode diskusi

informasi. Perbedaan terletak pada jenis keterampilan generik yang

dikembangkan.

7. Penelitian Bennett et al. (1999) menemukan bahwa segala usaha untuk

mendapatkan pemahaman empiris dalam praktek memerlukan konseptualisasi

dan pengembangan model keterampilan generik didalamnya.

8. Penelitian Badcock et al. (2010) terkait pengembangan keterampilan generik

pada tingkat universitas memperoleh hasil bahwa peningkatan keterampilan

generik mahasiswa meningkat seiring dengan kemajuan yang dicapai dalam


commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
66

studi yang ditempuh. Perbedaan penelitian terletak pada jenis keterampilan

generik yang dikembangkan, yaitu bepikir kritis, kemampuan interpersonal,

pemecahan masalah, dan komunikasi tulisan.

9. Penelitian Stasz (1998) tentang keterampilan generik dalam implikasi

pendidikan berorientasi bidang pekerjaan diperoleh hasil bahwa keterampilan

tinggi dan bervariasi lebih dibutuhkan dalam dunia kerja saat ini. Penelitian yang

dikembangkan berusaha untuk melatihkan keterampilan generik yang bervariasi

dan dapat diaplikasikan nantinya saat bekerja dalam pekerjaan yang sebenarnya.

10. Penelitian Leckey dan McGuigan (1997) pengembangan keterampilan generik

pada pendidikan tinggi menunjukkan bahwa meskipun pandangan yang sama

akan pentingnya keterampilan generik tetapi sejauh mana keterampilan generik

tersebut dikembangkan dalam pengajaran berbeda antara pengajar dan

mahasiswa.

11. Penelitian Baine (1987) terkait fungsi tes dan pengajaran dengan keterampilan

generik pada pendidikan anak usia dini di negara berkembang. Fakta-fakta

penelitian disajikan untuk menantang anggapan umum terkait tugas siswa. Hasil

bahwa meskipun fakta penelitian bisa diperoleh suatu waktu tetapi secara umum

tidak mempengaruhi praktek tes dan pengajaran di negara berkembang.

C. Kerangka Berpikir

Fisika sebagai salah satu disiplin ilmu yang memiliki peranan dalam

membekali para lulusan dengan pola pikir yang maju dan berorientasi pekerjaan.

Keterampilan generik yang dapat dilatihkan dalam pembelajaran fisika mampu

mengatasi permasalahan pembelajaran. Permasalahan tersebut khususnya dalam


commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
67

usaha mempelajari konten fisika yang cenderung memuat variabel-variabel serta

istilah kompleks agar lebih bermakna.

Pemaknaan dalam pembelajaran dapat diperoleh dari proses belajar yang kaya

akan penggalian makna itu sendiri. Praktikum merupakan salah satu proses yang

dapat ditempuh karena dapat memberikan pengalaman bagi siswa. Proses praktikum

memberikan kesempatan pada siswa untuk mempelajari hal yang abstrak menjadi

nyata.

Kegiatan praktikum memerlukan suatu acuan yang dapat dimanfaatkan siswa

untuk bekerja secara terorganisir sehingga diperoleh hasil belajar yang sesuai.

Instruksi praktikum merupakan salah satu sumber belajar yang dapat dikembangkan

untuk membimbing dan membina siswa dalam proses belajarnya. Hal ini berorientasi

pada pemahaman konsep fisika pada siswa yang lebih terstruktur. Keterampilan

generik yang dimuat dalam instruksi dapat mewarnai tahapan didalamnya dengan

proses-proses belajar yang mengarah pada terlatihnya keterampilan generik itu

sendiri. Hasil lainnya adalah titik temu pada konsep fisika yang sedang dipelajari

siswa dapat tercapai khususnya materi teori kinetik gas yang difokuskan dalam

pengembangan instruksi praktikum ini.

Instruksi praktikum yang berbasis keterampilan generik sains tidak hanya

berupa tahapan-tahapan yang harus diikuti siswa, melainkan suatu instruksi yang

memberikan kesempatan bagi siswa untuk ikut ambil bagian pada proses praktikum

yang menggali keterampilan generik pada diri mereka. Tahapan dalam instruksi

merepresentasikan indikator keterampilan generik sains yang dilatihkan. Adapun

keterampilan generik yang dimuat sebanyak 8 jenis keterampilan, yaitu pengamatan


commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
68

(langsung dan tak langsung), kesadaran akan skala, bahasa simbolik, kerangka logika

taat asas, inferensi logika, hukum sebab akibat, pemodelan matematik, dan

membangun konsep. Siswa terlatih sesuai dengan pemahamannya terhadap topik.

Adanya KIT teori kinetik gas yang tidak terlepas dari tahapan dalam instruksi dapat

lebih memperkaya pengalaman siswa dalam belajar. Sebelum langkah kerja

dilakukan, terdapat tahapan yang menggali pengetahuan awal siswa. Pengetahuan

yang dimaksud berupa isian terhadap pertanyaan-pertanyaan berdasarkan pada

penjelasan guru atau contoh-contoh yang sering ditemui dalam kehidupan.

Selanjutnya siswa melakukan percobaan, baik untuk menemukan hasil sesuai dengan

pengetahuan awal yang diperoleh maupun menemukan konsep yang justru

memberikan pengetahuan baru bagi mereka.

Metode dalam pembelajaran fisika dengan instruksi praktikum berbasis

keterampilan generik sains ini adalah dengan menggunakan metode diskusi informasi

dan presentasi. Artinya selain bekerja secara mandiri dalam upaya menggali

keterampilan generik, siswa juga dituntut bekerja secara kolaboratif. Susunan dari

instruksi praktikum berbasis keterampilan generik sains yaitu: a) tujuan praktikum;

b) teori pendukung; c) manual alat-alat ukur atau cara kerja alat ukur; d) langkah-

langkah pengamatan; e) lembar pengamatan; f) tugas dan pertanyaan.

Instruksi praktikum berbasis keterampilan generik sains ini membantu siswa

untuk menemukan konsep fisika yang terkonstruksi serta terlatihkan keterampilan

generik sains pada diri siswa. Pemahaman yang lebih mendalam dan bermakna dapat

tercapai melalui kegiatan secara langsung dan diperolehnya data percobaan yang

mengarah pada kebenaran konsep. Pemahaman yang lebih bertahan lama terhadap
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
69

topik yang sedang dipelajari pun sangat diharapkan dalam prosenya. Akhirnya hasil

belajar siswa dalam ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif dapat meningkat.

Skema kerangka berpikir seperti pada gambar 2.10.

Peranan Fisika Sebagai Disiplin Kerja

Permasalahan

Konten fisika Rendahnya Perlunya


cenderung kompleks pencapaian pemaknaan dalam
sehingga dipandang keterampilan generik proses
rumit terkait pemahaman pembelajaran
variabel-variabel

Pengembangan Instruksi
Praktikum Berbasis
Keterampilan Generik

Kerja
Metode Proses pembelajaran
kolaboratif
eksperimen fisika
siswa

Peningkatan hasil
belajar kognitif,
psikomotorik, dan
afektif serta
terlatihkannya
keterampilan generik
sains

Gambar 2.10.commit
SkematoKerangka
user Berpikir

Anda mungkin juga menyukai