id
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Hakikat Pembelajaran Fisika
a. Hakekat Fisika
Menurut Gerthsen Fisika adalah suatu teori yang menerangkan
gejala-gejala alam sesederhana mungkin dan bermassa jenis menemukan
hubungan antara kenyataan-kenyataan persyaratan utama untuk
pemecahkan masalah dengan mengamati gejala-gejala tersebut (Herbert
Druxes, Gernot Born, dan Frizt Siessen, 1986: 3).
Mata pelajaran Fisika adalah salah satu mata pelajaran dalam
rumpun sains yang dapat mengembangkan kemampuan analitis induktif
dan deduktif dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
peristiwa alam sekitar, baik secara kualitatif maupun kuantitatif dengan
menggunakan matematika, serta dapat mengembangkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap percaya diri (Depdiknas, 2003:6).
Sementara menurut Brockhaus dan Gerthsen pengertian Fisika
antara lain:
a. Menurut Brockhaus, Fisika adalah pelajaran tentang kejadian
dalam alam, yang memungkinkan penelitian dalam percobaan,
pengukuran apa yang didapat, penyajian serta matematis dan
berdasarkan pengetahuan umum.
b. Menurut Gerthsen, Fisika adalah suatu teori yang menerangkan
gejala-gejala alam yang sederhana dan berusaha menemukan
hubungan antara pernyataan-pernyataan. Prasyarat dasar untuk
memecahkan persoalan ialah mengamati gejala-gejala tersebut
Herbert (1986: 3).
8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10
11
12
10 - 11) yaitu: Start with the essential question, design a plan for the
project , design a plan for the project , create a schedule , monitor
the students and the progress of the project, assess the outcome, dan
evaluate the experience. Tahapan-tahapan tersebut akan merupakan
langkah-langkah yang dilalui siswa dalam mengerjakan proyek yaitu
dimaulai dari sebuah pertanyaan esensial yang menjadi landasan siswa
dalam melakukan proyek dilanjutkan dengan perencanaan proyek
kemudian siswa membuat menyusun jadwal aktivitas dalam
menyelesaikan proyek. Tahapan selanjutnya adalah guru melakukan
monitor terhadap aktivitas siswa selama menyelesaikan proyek.
Tahapan terakhir adalah refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek
yang sudah dijalankan pada akhir proses pembelajaran.
13
14
15
16
17
18
19
20
21
Sikap ilmiah ini perlu dibiasakan dalam berbagai forum ilmiah, misalnya
dalam diskusi, seminar, loka karya, dan penulisan karya ilmiah. Sikap ilmiah
dapat dibedakan dari sekedar sikap terhadap sains, karena sikap terhadap
sains hanya terfokus pada apakah siswa suka atau tidak suka terhadap
pembelajaran sains. Tentu saja sikap positif terhadap pembelajaran sains akan
memberikan kontribusi tinggi dalam pembentukan sikap ilmiah siswa.
Metode ilmiah didasari oleh sikap ilmiah. Sikap ilmiah semestinya
dimiliki oleh setiap penelitian dan ilmuwan. Menurut Cecep Sumarna (2008 :
169) sikap ilmiah adalah bagian terpenting dari prosedur berpikir ilmiah.
Adapun sikap ilmiah yang dimaksud meliputi 6 karkteristik adalah :
a. Rasa ingin tahu (Scientific curiosity). Rasa ingin tahu ditujukan
untuk memahami keberadaan, hakikat, fungsi hal tertentu dan
hubungannya dengan hal-hal lain, ada rasa ingin tahu yang menjadi
pemicu munculnya pertanyaan serta dilakukannya penyelidikan,
pemeriksaan, penjelajahan, percobaan dalam rangka mencapai
pemahaman.
b. Spekulatif. Merupakan sikap ilmiah yang diperlukan untuk
mengajukan hipotesis-hipotesis (bersifat deduktif) untuk mencari
solusi permasalahan
c. Objekif. Dimaknai dengan sikap yang selalu sedia untuk mengakui
subjektivitas (bersifat relative) terhadap apa yang dianggap benar
d. Keterbukaan. Adalah kesediaan untuk mempertimbangkan semua
masukan yang relevan mengenai permasalahan yang dikerjakan
e. Kesediaan untuk menunda penilaian. Tidak memaksakan diri untuk
memperoleh jawaban jika penyelidikan belum memperoleh bukti
yang diperlukan
f. Tentatif. Artinya tidak bersikap dogmatis terhadap hipotesis maupun
simpulan, tetap menyadari bahwa tingkat kepastian pembuktian
selalu kurang dari seratus persen dan selalu memungkinkan untuk
meninjau kembali terhadap apa yang diyakini benar
22
23
24
25
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26
27
28
penting, tapi ini saja tidak cukup. Oleh karena itu kita perlu untuk
secara signifikan mengurangi emisi gas rumah kaca untuk
membatasi skala perubahan iklim.
4) Pilihan untuk mengurangi emisi, termasuk penggunaan sumber
energi rendah karbon seperti angin, matahari dan nuklir,
penghapusan dan penyimpanan karbon dioksida di mana bahan
bakar fosil masih digunakan dan lebih e!sien penggunaan energi.
Namun demikian skala perubahan yang diperlukan akan
menimbulkan tantangan yang signifikan pada teknologi
(Supangat, 2014: 7).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29
30
31
B. Kerangka Berpikir
Proses pembelajaran di kelas XI MIA 5 SMA Negeri 3 Surakarta,
berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan bahwa banyak siswa yang belum
tuntas, selain itu juga siswa belum mengembangkan sikap ilmiahnya dalam
pembelajaran dan siswa menganggap bahwa Fisika sekedar teoritis. Hal ini
disebabkan strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru belum berjalan
dengan baik.
Akibat dari kurang tepatnya pemilihan model pembelajaran siswa
menjadi kurang kreatif dalam memecahkan masalah, sikap ilmiah dan hasil belajar
menjadi rendah. Pemilihan model yang tepat serta efektif harus disesuaikan
dengan tujuan pembelajaran, materi yang disampaikan, kondisi siswa, dan sarana
yang tersedia, sehingga dapat dilihat apakah model yang diterapkan efektif.
Pemanasan Global merupakan salah satu materi pokok dalam pelajaran
Fisika bagi siswa kelas XI SMA Negeri 3 Surakarta. Materi ini memerlukan daya
pemahaman dan berkaitan erat dalam kehidupan siswa sehingga akan lebih
menyenangkan jika dibuat proyek disertai dengan produk. Dengan adanya proyek
commit to user
tersebut siswa akan berusaha menemukan solusi dari masalah yang ada di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
32
33
siswa dan prestasi belajar Fisika siswa. Hasil penelitian terhadap sikap ilmiah
siswa pada Siklus I sebesar 113,50 dan pada Siklus II sebesar 110,00, kedua siklus
dikategorikan dengan kategori tinggi. Dalam hal prestasi belajar, terjadi
peningkatan nilai rata-rata dan nilai ketuntasan belajar Fisika siswa yaitu dari
80,84 dengan persentase ketuntasan belajar 81,25 % pada siklus I menjadi 82,88
dengan persentase ketuntasan belajar 87,50 % pada siklus II. Penelitian lain juga
telah dilakukan oleh Ni Putu Mas Wulandari, I Wayan Suastra dan A.A.Istri
Agung Rai Sudiatmika (2014) dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran
Berbasis Proyek Terhadap Sikap Ilmiah Siswa SMP Negeri Pada Tahun Pelajaran
2013/2014”. Hasil penelitiannya adalah terdapat perbedaan sikap ilmiah yang
signifikan antara kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan model PjBL
dan kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran
konvensional (t = 4,698; p < 0,05).
Model PjBL selain mengacu pada proses juga mengacu pada
pembelajaran bermakna dimana siswa tidak hanya mengetahui materi yang
diajarkan secara teoritis tetapi juga aplikatif dalam kehidupan sehari-hari sehingga
siswa lebih mudah memahami konsep materi yang diajarkan. Apabila siswa
mudah memahami konsep materi maka dapat meningkatkan kemampuan kognitif.
Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa model PjBL dapat meningkatkan
kemampuan kognitif Fisika siswa antara lain penelitian Wibowo dan Suhandi
(2013:1) dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan Model Science Creative
Learning (SCL) Fisika Berbasis Proyek untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Kognitif dan Keterampilan Berpikir Kreatif. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan model SCL Fisika berbasis
proyek dapat meningkatkan hasil belajar kognitif Fisika siswa. Penelitian Yance,
dkk (2013: 48) dengan judul “Pengaruh Penerapan Model Project Based Learning
(PjBL) terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Batipuh
Kabupaten Tanah Datar” juga memperoleh hasil bahwa pembelajaran Fisika
dengan model PjBL berpengaruh pada hasil belajar Fisika Siswa kelas XI.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti dan guru bermaksud
commit toyang
menerapkan sebuah model pembelajaran userinovatif yaitu model PjBL untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
34
dapat meningkatkan sikap ilmiah dan kemampuan kognitif Fisika siswa. Skema
kerangka berpikir dapat dilihat pada Gambar 2.1
AKAR MASALAH
Pemberian konsep Fisika secara
PERMASALAHAN teoritis dan belum aplikatif.
Sikap Ilmiah dan kemampuan Proses belajar mengajar kurang
kognitif Fisika siswa rendah memfasilitasi berkembangnya
sikap ilmiah siswa.
AKIBAT
Siswa cenderung pasif dalam
pembelajaran dan menerima
SOLUSI begitu saja informasi yang
Penerapan Model Project Based diberikan oleh guru.
Pemahaman konsep Fisika
Learning (PjBL) siswa rendah.
Pembelajaran masih bersifat
teoritis dan belum aplikatif
pada masalah-masalah
lingkungan.
TAHAPAN PjBL
MANFAAT
1. Memulai dengan pertanyaan
mendasar. Melatih siswa untuk bertanya
2. Merencanakan desain proyek. dan berpendapat.
3. Membuat jadwal. Melatih sikap imiah siswa
4. Mengawasi siswa dan kemajuan dengan adanya banyak
proyek. interaksi dan diskusi.
5. Penilaian terhadap hasil. Melatih siswa untuk
6. Mengevaluasi pengalaman. mengkonstruk pengetahuannya
sendiri.
Menanamkan kepada siswa
TARGET bahwa Fisika tidak hanya
Sikap ilmiah dan kemampuan teoritis tetapi aplikatif
kognitif Fisika siswa meningkat
35
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka berpikir di atas, dapat
dikemukakan hipotesis tindakan sebagai berikut:
1. Penerapan model PjBL dapat meningkatkan sikap ilmiah siswa kelas XI MIA
5 SMA Negeri 3 Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015 pada materi pokok
Pemanasan Global.
2. Penerapan model PjBL dapat meningkatkan kemampuan kognitif Fisika siswa
kelas XI MIA 5 SMA Negeri 3 Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015 pada
materi pokok Pemanasan Global.
commit to user