Anda di halaman 1dari 24

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Hakikat Fisika

Collette dan Chiappetta (1994: 30) menyatakan bahwa “sains pada

hakikatnya merupakan sebuah kumpulan pengetahuan (a body of

knowledge), cara atau jalan berpikir (a way of thinking), dan cara untuk

penyelidikan (a way of investigating)”. Menurut Collette dan Chiappetta

hakikat IPA atau sains dipandang sebagai ilmu yang komprehensif.

Fisika adalah bagian dari sains. Sains berasal dari kata scientia yang

berarti pengetahuan. Membicarakan hakikat fisika sama halnya dengan

membicarakan hakikat sains karena fisika merupakan bagian yang tak

terpisahkan dari sains. Oleh karena itu, karakteristik fisika pada dasarnya

sama dengan karakteristik sains pada umumnya. Dalam jurnalnya, Supahar

(2014) menyatakan bahwa Nature of Physics atau hakikat fisika terdiri atas

(1) physics as a product aspect or a body of knowledge, (2) physics as an

attitude aspect or a way of thinking, and (3) physics as a process aspect or

a way of investigating. Maksud dari pernyataan berikut yaitu bahwa fisika

sebagai produk atau body of knowledge, fisika sebagai sikap atau a way

of thinking, dan fisika sebagai proses atau a way of investigating.

Fisika sebagai produk yaitu body of knowledge. “the body of

knowledge produced from the scientific disciplines represents the creative

11
product of human invention that have occued over the centuries” (Collette

% Chiappetta, 1994: 39). Hal tersebut menjelaskan bahwa body of

knowledge merupakan hasil disiplin ilmu yang merupakan produk kreatif

dari penemuan manusia. Collette dan Chiappetta menjelaskan dalam

bukunya terdapat lima elemen dalam body of knowledge meliputi fakta,

konsep, prinsip, hukum, teori, dan model.

a. Fakta meliputi apa yang mampu kita lihat dan rasakan dengan panca

indera. Fakta dalam ilmu pengetahuan mendasari konsep, prinsip, dan

teori dalam sains.

b. Konsep adalah abstraksi dari berbagai kejadian, objek, fenomena dan

fakta. Konsep memiliki sifat-sifat dan atribut-atribut tertentu. Menurut

Bruner, Goodnow, dan Austin dalam Collette & Chiappetta (1994: 40)

menyatakan bahwa konsep memiliki lima elemen utama: (1) nama, (2)

definisi, (3) atribut, (4) nilai, (5) contoh.

c. Prinsip dan Hukum Istilah prinsip dan hukum sering sering digunakan

secara bergantian karena dianggap sebagai sinonim. Prinsip dan hukum

dibentuk oleh fakta atau fakta-fakta dan konsep atau konsep-konsep. Ini

sangat perlu dipahami bahwa, hukum dan prinsip fisika tidaklah

mengatur kejadian alam (fakta), melainkan kejadian alam (fakta) yang

dijelaskan keberadaannya oleh prinsip dan atau hukum.

d. Prinsip dan hukum adalah generalisasi konsep. Prinsip dan hukum

dibentuk berdasarkan fakta dan konsep. Gejala alam tidaklah tunduk

12
pada prinsip dan hukum, tetapi gejala alam mampu dijelaskan melalui

prinsip dan hukum.

e. Teori disusun untuk menjelaskan sesuatu yang terembunyi dan tidak

bisa diamati secara langsung. Teori bersifat tentatif sampai sesuatu

tersebut tak terbukti atau direvisi. Tidak semua teori mampu dibuktikan

secara eksperimen meski mampu diakui kebenarannya, sehingga teori

memiliki fungsi berbeda dengan fakta, konsep, dan hukum.

f. Istilah model sering digunakan dalam literatur ilmiah. Model ilmiah

adalah representasi dari sesuatu yang kita tidak bisa melihat. Secara

umum model adalah simpulan dari ide abstrak, hipotesis, dan teori.

The way of thinking merupakan hakikat fisika dimana gagasan

kreatif, atau ide-ide untuk menjelaskan suatu gejala alam dapat disusun.

Sikap tersebut mampu mendasari dalam setiap kegiatan pengukuran,

penyelidikan, dan percobaan. Dalam Collette & Chiappetta (1994)

dijelaskan sikap tersebut meliputi rasa percaya diri, rasa ingin tahu.

Fisika sebagai proses juga disebut a way of investigating

memberikan penjelasan bagaimana memahami fisika melalui studi objek,

dan peristiwa. Banyak sekali metode yang digunakan untuk membangun

hakikat ini. Seperti demonstrasi, observasi, eksperimen dan lain

sebagainya. The way of investigating diharapkan dalam menemukan ilmu

pengetahuan fisika melalui pengambilan hipotesis, penyelesaian masalah,

serta mampu memanipulasi variabel. Menurut Franz dalam Collette &

Chiappetta (1994: 36) aspek yang dapat dikembangkan dalam hakikat the

13
way of investigating yaitu: (1) observing, (2) collecting data, (3)

developing a hypothesis, (4) experimenting, (5) concluding.

2. Pembelajaran Fisika

Belajar adalah suatu proses yang diarahkan kepada tujuan, proses

berbuat melalui berbagai pengalaman. Dalam belajar siswa tidak

berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi

berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang mungkin dipakai

untuk mencapai tujuan pembelajaran. (Nana Sudjana, 2005: 28).

Sedangkan menurut Gagne (Ratna, 2011: 2) belajar dapat didefinisikan

sebagai suatu proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai

akibat pengalaman. Sehingga belajar dapat diartikan sebagai pengalaman

proses dimana siswa berinteraksi dengan lingkungan belajar guna

mencapai tujuan untuk membentuk siswa ke arah yang lebih baik.

Pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri dari kombinasi

dua aspek, yaitu: belajar tertuju kepada apa yang harus dilakukan oleh

siswa, mengajar berorientasi pada apa yang harus dilakukan oleh guru

sebagai pemberi pembelajaran (Jihad & Haris, 2008: 11).

Guru membutuhkan strategi untuk melaksanakan pembelajaran.

Strategi mengajar adalah pendekatan umum mengajar yang berlaku dalam

berbagai bidang materi dan digunakan untuk memenuhi berbagai tujuan

pembelajaran.. Strategi pembelajaran tertanam dalam model mengajar.

Model mengajar merupakan pendekatan spesifik yang memiliki tiga

memiliki ciri (Eggen & Kauchak, 2012: 7):

14
a. Tujuan: Model mengajar dirancang untuk membantu siswa

mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan memperoleh

pemahaman mendalam tentang bentuk spesifik materi.

b. Fase: Model mengajar mencakup serangkaian langkah yang sering

disebut “fase” yang bertujuan membantu siswa mencapai tujuan

pembelajaran yang spesifik.

c. Fondasi: Model mengajar didukung teori dan penelitian tentang

pembelajaran dan motivasi.

Fisika termasuk dalam sains, sehingga pembelajaran fisika sama

halnya dengan pembelajaran sains. Sund Carin (1993: 83) dalam bukunya

menyatakan untuk mampu melakukan pembelajaran sains di dalam kelas

harus sesuai gambar 1.

Aims

Evaluating Student Goals


and Teacher
Performance

Teaching Activities Planning

Behavioral/Performance
Objectives

Gambar 1. Siklus Pembelajaran Fisika Dalam Kelas

15
3. Perangkat Pembelajaran

Perangkat pembelajaran merupakan bahan yang harus disiapkan dan

dimiliki guru untuk mengajar. Menurut Zuhdan, dkk (2011: 16) perangkat

pembelajaran adalah alat atau perlengkapan untuk melaksanakan proses

yang memungkinkan pendidik dan peserta didik melakukan kegiatan

pembelajaran. Perangkat pembelajaran menjadi pegangan bagi guru dalam

melaksanakan pembelajaran baik di kelas, laboratorium atau di luar kelas.

Dalam Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses

Pendidikan Dasar dan Menengah disebutkan bahwa penyusunan perangkat

pembelajaran merupakan bagian dari perencanaan pembelajaran.

Perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk RPP yang mengacu

pada standar isi. Selain itu, dalam perencanaan pembelajaran juga

dilakukan penyiapan media dan sumber belajar, perangkat penilaian, dan

skenario pembelajaran. Berikut macam-macam perangkat pembelajaran.

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Menurut Permendikbud No. 81A Tahun 2013 tentang

Implementasi Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran, bahwa tahap

pertama dalam pembelajaran menurut standar proses yaitu perencanaan

pembelajaran yang diwujudkan dengan kegiatan penyusunan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Selanjutnya dijelaskan bahwa RPP

adalah rencana pembelajaran yang dikembangkan secara rinci dari suatu

materi pokok atau tema tertentu yang mengacu pada silabus. RPP

mencakup beberapa hal yaitu: (1) Data sekolah, mata pelajaran, dan

16
kelas/ semester; (2) Materi Pokok; (3) Alokasi waktu; (4) Tujuan

pembelajaran, KD dan indikator pencapaian kompetensi; (5) Materi

pembelajaran; metode pembelajaran; (6) Media, alat dan sumber

belajar; (7) Langkah-langkah kegiatan pembelajaran; dan (7) Penilaian.

b. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

LKPD adalah lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan

oleh peserta didik. Tugas yang diperintahkan dalam LKPD harus

mengacu pada kompetensi dasar yang akan dicapai peserta didik dalam

setiap kegiatan pembelajaran. Tugas tersebut dapat berupa tugas teoritis

dan tugas praktis (Abdul Majid, 2008: 176). LKPD digunakan sebagai

sarana untuk mengoptimalkan hasil belajar peserta didik dan

meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam proses belajar mengajar.

c. Instrumen Penilaian

Penilaian bertujuan untuk mengumpulkan informasi tentang

kemajuan belajar peserta didik. Dalam Permendikbud No. 81A Tahun

2013 tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran

dijelaskan bahwa penilaian dalam setiap mata pelajaran meliputi

kompetensi pengetahuan (kognitif), kompetensi keterampilan

(psikomotor) dan kompetensi sikap (afektif). Penilaian dilakukan

berdasarkan indikator-indikator pencapaian hasil belajar dari masing-

masing domain tersebut. Ada beberapa teknik dan instrumen penilaian

yang digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang kemajuan

peserta didik baik berupa tes maupun non-tes antara lain tes tertulis,

17
penilaian unjuk kerja, penilaian sikap, penilaian hasil karya, penilaian

portofolio dan penilaian diri.

4. Ranah Kognitif

Bloom (1956) membagi domain kognisi ke dalam 6 tingkatan.

Domain ini terdiri dari dua bagian: Bagian pertama berupa pengetahuan

dan bagian kedua berupa kemampuan dan keterampilan. Tiga level

pertama merupakan lower order thinking, sedangkan tiga level berikutnya

merupakan high order rhinking. Adapun penjabara level dalam taksonomi

Bloom sebagai berikut.

a. Mengingat (Remembering)

Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat

peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi,

prinsip dasar, dsb. Sebagai contoh, ketika diminta menjelaskan

manajemen kualitas, orang yg berada di level ini bisa menguraikan

dengan baik definisi dari kualitas, karakteristik produk yang berkualitas,

standar kualitas minimum untuk produk,

b. Memahami (Understanding)

Pemahaman sebagai kemampuan untuk memahami makna

materi. Hal ini dapat ditunjukkan dengan menerjemahkan materi dari

satu bentuk ke bentuk lainnya (kata-kata untuk nomor), menafsirkan

bahan (menjelaskan atau meringkas), dan memperkirakan masa depan

(memprediksi konsekuensi atau efek).

18
c. Mengaplikasikan (Applying)

Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk

menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus, teori, dsb di dalam

kondisi kerja. Sebagai contoh, ketika diberi informasi tentang penyebab

meningkatnya reject di produksi, seseorang yg berada di tingkat aplikasi

akan mampu merangkum dan menggambarkan penyebab turunnya

kualitas dalam bentuk fish bone diagram.

d. Menganalisis (Analysing)

Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisis

informasi yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan

informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau

hubungannya, dan mampu mengenali serta membedakan faktor

penyebab dan akibat dari sebuah skenario yg rumit. Sebagai contoh, di

level ini seseorang akan mampu memilah-milah penyebab

meningkatnya reject, membanding-bandingkan tingkat keparahan dari

setiap penyebab, dan menggolongkan setiap penyebab ke dalam tingkat

keparahan yg ditimbulkan.

e. Mengevaluasi (Evaluating)

Mengevaluasi adalah tahap dimana seseorang mampu

mengevaluasi dari informasi-informasi yang tersedia dan memberikan

penilaian terhadap informasi-informasi yang ada. Adapun kata kerja

operasional dalam tahap ini meliputi membandingkan, menilai,

mengarahkan dsb.

19
f. Mencipta (Create)

Menyatukan elemen-elemen untuk membentuk satu gagasan

umum yang koheren atau berfungsi menyusun atur elemen ke bentuk

atau struktur baru melalui penjanaan, perancangan dan penghasilan.

Mencipta merupakan tahhap akhir dari ranah kognitif taksonomi Bloom

yang telah terevisi.

5. Ranah Afektif

Penilaian afektif (sikap) sangat menentukan keberhasilan peserta

didik untuk mencapai ketuntasan dan keberhasilan dalam pembelajaran.

Seorang peserta didik yang tidak memiliki minat terhadap mata pelajaran

tertentu, maka akan kesulitan untuk mencapai ketuntasan belajar secara

maksimal. Sedangkan peserta didik yang memiliki minat terhadap mata

pelajaran, maka akan sangat membantu untuk mencapai ketuntasan

pembelajaran secara maksimal. Menurut Krathwol (1964) klasifikasi

tujuan domain afektif terbagi lima kategori.

a. Penerimaan (receiving)

Mengacu kepada kemampuan memperhatikan dan memberikan

respon terhadap sitimulasi yang tepat. Penerimaan merupakan tingkat

hasil belajar terendah dalam domain afektif.

b. Pemberian respon atau partisipasi (responding)

Satu tingkat di atas penerimaan. Dalam hal ini siswa menjadi

terlibat secara afektif, menjadi peserta dan tertarik.

20
c. Penilaian atau penentuan sikap (valuing)

Mengacu kepada nilai atau pentingnya kita menterikatkan diri

pada objek atau kejadian tertentu dengan reaksi-reaksi seperti

menerima, menolak atau tidak menghiraukan. Tujuan-tujuan tersebut

dapat diklasifikasikan menjadi “sikap dan opresiasi”.

d. Organisasi (organization)

Mengacu kepada penyatuan nilai, sikap-sikap yang berbeda

yang membuat lebih konsisten dapat menimbulkan konflik-konflik

internal dan membentuk suatu sistem nilai internal, mencakup tingkah

laku yang tercermin dalam suatu filsafat hidup.

e. Karakterisasi / pembentukan pola hidup (characterization by a value or

value complex)

Mengacu kepada karakter dan daya hidup sesorang. Nilai-nilai

sangat berkembang nilai teratur sehingga tingkah laku menjadi lebih

konsisten dan lebih mudah diperkirakan. Tujuan dalam kategori ini ada

hubungannya dengan keteraturan pribadi, sosial dan emosi jiwa.

6. Ranah Psikomotor

Psikomotorik adalah kemampuan yang menyangkut kegiatan otot dan

fisik. Menurut Davc (1970) klasifikasi tujuan domain psikomotor terbagi

lima kategori yaitu:

a. Peniruan

Terjadi ketika siswa mengamati suatu gerakan. Mulai memberi

respons serupa dengan yang diamati. Mengurangi koordinasi dan

21
kontrol otot-otot saraf. Peniruan ini pada umumnya dalam bentuk

global dan tidak sempurna.

b. Manipulasi

Menekankan perkembangan kemampuan mengikuti pengarahan,

penampilan, gerakan pilihan yang menetapkan suatu penampilan

melalui latihan. Pada tingkat ini siswa menampilkan sesuatu menurut

petunjuk-petunjuk tidak hanya meniru tingkah laku saja.

c. Ketetapan

Memerlukan kecermatan, proporsi dan kepastian yang lebih

tinggi dalam penampilan. Respon-respon lebih terkoreksi dan

kesalahan-kesalahan dibatasi sampai pada tingkat minimum.

d. Artikulasi

Menekankan koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan

membuat urutan yang tepat dan mencapai yang diharapkan atau

konsistensi internal di natara gerakan-gerakan yang berbeda.

e. Pengalamiahan

Menurut tingkah laku yang ditampilkan dengan paling sedikit

mengeluarkan energi fisik maupun psikis. Gerakannya dilakukan secara

rutin. Pengalamiahan merupakan tingkat kemampuan tertinggi dalam

domain psikomotorik.

22
7. Direct Instruction

Model mengajar dapat diartikan sebagai suatu rencana atau pola yang

digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi peserta didik, dan

memberi petunjuk kepada pengajar di kelas dalam setting pengajaran atau

setting lainnya.

Menurut Arends (2012: 296) ”A teaching model that is aimed at

helping student learn basic skills and knowledge that can be taught in a

step-by-step fashion. For our purposes here, the model is labeled the

direct instruction model”. Artinya: “Sebuah model pengajaran yang

bertujuan untuk membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan

pengetahuan yang dapat diajarkan langkah-demi-langkah. Untuk tujuan

tersebut, model yang digunakan dinamakan model pengajaran langsung.

Model pengajaran direct instruction dilandasi oleh teori belajar

perilaku yang berpandangan bahwa belajar bergantung pada pengalaman

termasuk pemberian umpan balik. Satu penerapan teori perilaku dalam

belajar adalah pemberian penguatan. Umpan balik kepada siswa dalam

pembelajaran merupakan penguatan yang merupakan penerapan teori

perilaku tersebut.

Model pembelajaran Direct Instruction memiliki karakteristik

hampir sama dengan metode pembelajaran yang diarahkan oleh guru

(teacher instruction). Pembelajaran ini juga terfokus pada kegiatan guru

dan pengorganisasian kelas.Tetapi, fokus utama pembelajaran ini terletak

pada belajar, dan penekanan pada keterlibatan siswa di dalam mengerjakan

23
tugas akademik dengan pengaturan waktu yang telah disesuaikan agar

siswa mencapai prestasi belajar yang tinggi.

Direct Instruction atau pengajaran langsung dirancang secara khusus

dapat menunjang proses belajar siswa berkenaan dengan pengetahuan

prosedural dan deklaratif yang dapat dipelajari selangkah demi selangkah.

Pengajaran ini berpusat pada guru tapi juga harus melibatkan peserta didik.

Jadi lingkungannya harus diciptakan yang berorientasi pada tugas-tugas

yang diberikan kepada peserta didik.

Berikut ciri-ciri Direct Instruction menurut Jihad, Haris (2008: 28)

a. Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa

termasuk prosedur penilaian belajar.

b. Sintaks/pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran.

c. Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang mendukung

berlangsung dan berhasilnya pengajaran.

Menurut Eggen & Kauchak (2012: 368) fase dalam melaksanakan

direct instruction sesuai tabel 1.

Tabel 1 Fase Pembelajaran Model Direct Instruction


Fase Tujuan
Fase 1 : Orientasi  Menarik perhatian siswa dan
menarik mereka ke dalam
Guru memperkenalkan pelajaran
pembelajaran
dan mereview pemahaman awal.
 Secara informal menilai
pemahaman siswa untuk
menjamin mereka memiliki
pemahaman minimum yang
dibutuhkan untuk memahami
keterampilan
Fase 2 : Demonstrasi  Mendorong keterlibatan siswa
 Memastikan bahwa siswa
Keterampilan baru disajikan,
memahami kerangka kerja

24
Fase Tujuan
dijelaskan, dan digambarkan konseptual untuk keterampilan
dengan contoh berkualitas-tinggi.
Fase 3 : Latihan Terstruktur  Memulai proses
mengembangkan keterampilan
Siswa melatih di bawah
 Memastikan keberhasilan siswa
bimbingan guru.
Fase 4 : Latihan Terbimbing  Melatih proses keterampilan
dalam penerapan
Siswa menerapkan pengetahuan
 Memberikan umpan balik pada
dan mendapat umpan balik dari
siswa
guru.
Fase 5 : Latihan Mandiri  Membangun otomatisitas
keterampilan
Siswa melatih sendiri
 Mendorong transfer ke konteks
keterampilan.

8. Gerak Lurus

a. Jarak, dan Perpindahan

Gerak sebuah benda dapat diketahui apabila posisi benda

setiap saat dalam ruang diketahui. Posisi benda dapat didefinisikan

sebagai lokasi benda pada suatu kerangka acuan yang dianggap

sebagai titik asal sistem koordinat (Serway & Jewett, 2009: 34).

Ketika sebuah benda bergerak lurus menempuh jarak tertentu, maka

menentukan berapa jarak yang telah ditempuh oleh benda tersebut pun

harus mengacu pada kerangka acuan.

Perpindahan merupakan besaran vektor Sedangkan jarak

merupakan besaran skalar. Menurut Serway & Jewett (2009: 36)

besaran vektor adalah besaran yang mempunyai nilai dan arah.

Sebaliknya, besaran skalar hanya memiliki nilai dan tidak mempunyai

arah. Ketika benda bergerak lurus dalam sumbu x bepindah dari posisi

25
awal xi ke posisi akhir xf . Maka, perpindahan atau perubahan posisi

benda dapat ditulis.

̅ (1)

b. Kecepatan

Ketika sebuah benda bergerak lurus dari posisi x1 ke posisi x2

selama interval waktu ∆t = t2 - t1, kecepatan rata-rata selama interval

waktu tersebut adalah.

̅ (2)

dengan:

̅ = kecepatan rata-rata (m/s)

= perubahan posisi atau perpindahan (m)

= perubahan waktu (s)

Seperti yang telah disebutkan di atas, bahwa perpindahan

merupakan contoh besaran vektor. Selain punya nilai juga punya arah.

Maka, kecepatan rata-rata benda yang bergerak selama selang waktu

tertentu termasuk besaran vektor juga. Kemudian besarnya nilai

kecepatan rata-rata benda tersebut bisa dinyatakan sebagai kelajuan

rata-rata. Kecepatan rata-rata melibatkan perpindahan benda ∆x,

sedangkan kelajuan rata-rata melibatkan jarak total yang ditempuh

oleh suatu benda (Halliday & Walker,2010: 17). Sehingga kelajuan

rata-rata dapat dituliskan ke dalam persamaan:

26
̅ (3)

dengan:

= kelajuan rata-rata (m/s)

∆t = perubahan waktu (s)

c. Percepatan

Benda yang kecepatannya berubah dikatakan mengalami

percepatan. Sebuah mobil yang kecepatannya naik dari 0 km/jam

sampai 70 km/jam berarti dipercepat. Begitu sebaliknya jika mobil

dengan kecepatan 70 km/jam tiba-tiba melakukan pengereman

maka, dikatakan mobil mengalami perlambatan. Apabila mobil

mengalami perubahan kecepatan dari kecil ke besar dalam waktu

yang lebih cepat dari mobil lainnya, dikatakan bahwa mobil

tersebut mendapat percepatan yang lebih besar. Dengan demikian

percepatan menyatakan seberapa cepat kecepatan sebuah benda

berubah (Giancoli, 2001: 28).

Percepatan rata-rata didefinisikan sebagai perbandingan antara

perubahan kecepatan dengan perubahan waktu yang diperlukan dalam

perubahan ini.

̅ (4)

dengan:

̅ = percepatan rata-rata (m/s2)

= perubahan kecepatan (m/s)

27
= perubahan waktu (s)

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa kecepatan

merupakan besaran vektor maka, percepatan rata-rata juga merupakan

besaran vektor yang mempunyai nilai dan juga arah.

d. Gerak Lurus Beraturan (GLB)

Gerak lurus beraturan didefinisikan sebagai gerak suatu benda

pada lintasan lurus dengan kecepatan tetap. Kecepatan dikatakan tetap

memiliki arti besar maupun arahnya tetap. Pada GLB tak terjadi

perubahan kecepatan sehingga tidak memiliki nilai percepatan. Obyek

gerak ini kecepatannya tetap atau tanpa percepatan, sehingga jarak

yang ditempuh dalam gerak lurus beraturan adalah kelajuan kali

waktu

(5)

dengan:

= jarak tempuh (m)

= kecepatan (m/s)

= waktu (s)

e. Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB)

Gerak lurus berubah beraturan sering disebut dengan gerak

satu dimensi yang memiliki percepatan konstan. Percepatan

konstan berarti ketika sebuah benda bergerak dalam selang waktu

tertentu, maka perubahan kecepatannya dalam selang waktu tertentu

selalu sama. Sehingga untuk benda yang bergerak dengan percepatan

28
konstant, percepatan rata-rata dan percepatan sesaat adalah sama

(Halliday & Walker, 2010: 23).

(6)

Akibat adanya percepatan, rumus jarak yang ditempuh tidak

lagi linier melainkan kuadratik.

(7)

dengan:

= Jarak yang ditempuh (m)

= kecepatan mula-mula (m/s)

= percepatan (m/s)

= waktu (s)

B. Hasil Penelitian Relevan

1. Pada tahun 2010, menurut hasil penelitian Sofiyah mengenai

menghasilkan bahwa model Direct Instruction lebih baik dari model

pembelajaran konvensional. Model tersebut mampu menguatkan

kemampuan prosedural serta deklaratif dari siswa. Karakter siswa yang

menggunakan model direct instruction sangat antusisas. Hal tersebut

ditunjukkan dengan perolehan rata-rata posttest 63,7 > dari pretest 53,6.

2. Pada tahun 2013, menurut hasil penelitian Dhany Efita Sari, Susilaningsih,

Elvida Ivada menegenai Penggunaan model Direct Instruction sebagai

Upaya Peningkatan Pemahaman Siswa Melalui Kertas Kerja menunjukkan

beberapa indikator sebagai berikut: (1) Siswa yang aktif selama apersepsi

29
menunjukkan peningkatan dari 72,73% pada siklus I menjadi 79,8% pada

siklus II. (2) Siswa yang aktif selama pembelajaran berlangsung

menunjukkan peningkatan dari 75,76% pada siklus I menjadi 81,82% pada

siklus II. (3) Tingkat pemahaman dan ketepatan penjelasan proses

pembuatan jurnal penyesuaian yang diamati selama proses diskusi

kelompok dan penyajian hasil diskusi melalui presentasi menunjukkan

peningkatan dari 76,77% pada siklus I menjadi 85,86% pada siklus II. (4)

Peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa dari 75,76% pada siklus I

menjadi 84,85% pada siklus II.

3. Pada tahun 2014, berdasar hasil penelitian I G. Sudirgayasa, I W. Suastra,

dan N. P. Ristiati mengenai Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis

Nature of Science (NOS) terhadap Kemampuan Aplikasi Konsep Biologi

dan pemahaman NOS Siswa Dalam Pembelajaran Biologi. Tujuan

penelitian ini adalah untuk: (1) Menganalisis perbedaan kemampuan

aplikasi konsep biologi dan pemahaman NOS antara siswa yang mengikuti

model pembelajaran berbasis NOS dengan siswa yang mengikuti model

pembelajaran langsung. (2) Menganalisis perbedaan kemampuan aplikasi

konsep biologi antara siswa yang mengikuti model pembelajaran berbasis

NOS dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran langsung. (3)

Menganalisis perbedaan pemahaman NOS antara siswa yang mengikuti

model pembelajaran berbasis NOS dengan siswa yang mengikuti model

pembelajaran langsung. Hasil penelitian menunjukkan: (1) Terdapat

perbedaan kemampuan aplikasi konsep biologi dan pemahaman NOS

30
antara siswa yang mengikuti model pembelajaran berbasis NOS dengan

siswa yang mengikuti model pembelajaran langsung (F=366,570;

p<0,05). (2) Terdapat perbedaan kemampuan aplikasi konsep biologi

antara siswa yang mengikuti model pembelajaran berbasis NOS dengan

siswa yang mengikuti model pembelajaran langsung (F=449,443;

p<0,05). (3) Terdapat perbedaan pemahaman NOS antara siswa yang

mengikuti model pembelajaran berbasis NOS dengan siswa yang

mengikuti model pembelajaran langsung (F=240,991; p<0,05). Hasil uji

lanjut dengan LSD menunjukkan bahwa model pembelajaran berbasis

NOS lebih unggul dibandingkan dengan model pembelajaran langsung

(p<0,05).

C. Kerangka Berpikir

Fisika merupakan ilmu tentang mengetahui peristiwa dan gejala alam

yang nantinya dapat dirumuskan secara matematis. Fisika mampu didekati

dengan hakikat sains dimana fisika tak hanya didekati secara satu arah saja.

Berdasar observarsi yang ada, pembelajaran fisika hanya memberikan rumus

dan mengandalkan kemampuan matematis. Hal tersebut sudah kabur dari

hakikat fisika yang sebenarnya.

Hakikat fisika memberikan beberapa pendekatan untuk mampu

mengenal lebih jauh mengenai fisika. Sesuai hakikatnya, fisika terdiri dari tiga

aspek dasar yaitu fisika sebagai ilmu, fisika sebagai sikap, dan fisika sebagai

proses. Dalam pembelajaran, fisika sebagai ilmu yaitu ranah kognitif, fisika

31
sebagai sikap yaitu ranah afektif, dan fisika sebagai proses yaitu ranah

psikomotor. Sudah menjadi kewajiban apabila peserta didik mampu

menguasai ketiga aspek tersebut sebagai keberhasilan dalam hasil belajar

fisika.

Model pembelajaran Direct Instruction yaitu model yang bersifat

membimbing peserta didik untuk menerima informasi secara tahap demi

tahap. Metode tersebut menerangkan materi secara tahap demi tahap serta

mampu memberikan contoh penggunaan suatu prosedur percobaan. Proses ini

mengandalkan kemampuan prosedural dan kemampuan deklaratif.

Kemampuan tersebut diharapkan dapat melatih peserta didik mengembangkan

kemampuan kognitif, keterampilan dalam menggunakan perangkat percobaan,

serta mampu mewujudkan sikap-sikap sesuai hakikat fisika.

Dari uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa perlu

dikembangkannya perangkat pembelajaran fisika model Direct Instruction

sesua Nature of Physics dengan harapan mamapu meningkatkan hasil belajar

peserta didik SMA sehingga dapat dijadikan sebagai referensi guru untuk

melakukan pembelajaran sesuai hakikat fisika.

32
OBSERVASI  Mengamati proses pembelajaran
fisika dalam kelas SMA

MUNCUL PERMASALAHAN  Peran guru kurang maksimal dalam


mengajarkan fisika di kelas
 Fisika diajarkan hanya secara
hafalan rumus dan tidak sesuai
Nature of Physics
 Peserta didik tidak menguasai aspek
kognitif, aspek afektif, aspek
psikomotor sesuai hakikat fisika.

SOLUSI  Merancang perangkat pembelajaran


fisika model Direct Instruction
 Perangkat pembelajaran fisika yang
mampu meningkatkan hasil belajar
peserta didik sesuai Nature of
Physics

PRODUK  Perangkat pembelajaran fisika


dengan model Direct Instruction
untuk meningkatkan hasil belajar
peserta didik sesuai Nature of
Physics
Gambar 2. Diagram Kerangka Berpikir

D. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan kerangka pikir, maka dapat disusun pertanyaan-pertanyaan

penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat kelayakan perangkat pembelajaran fisika model Direct

Instruction menurut ahli dan praktisi?

2. Bagaimana tingkat kualitas perangkat pembelajaran fisika model Direct

Instruction menurut ahli dan praktisi?

33
3. Bagaimana reliabilitas perangkat pembelajaran fisika model Direct

Instruction?

4. Seberapa efektif perangkat pembelajaran fisika SMA dengan model Direct

Instruction untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik sesuai Nature

of Physics?

34

Anda mungkin juga menyukai