Anda di halaman 1dari 75

A.

HAKIKAT BELAJAR FISIKA

1. Apa itu Fisika ?

Fisika adalah ilmu alam yang mengajari materi beserta gerak dan perilakunya dalam
lingkup ruang dan waktu, bersamaan dengan konsep yang berkaitan dengan energi dan gaya.
Tujuan utama fisika adalah memahami bagaimana alam semesta bekerja.

Kata fisika berasal dari bahasa Yunani “physic” yang artinya alam. Jadi ilmu fisika
adalah suatu ilmu pengetahuan yang didalamnya mempelajari tentang sifat dan fenomena
alam atau gejala alam serta seluruh interaksi yang ada didalamnya. Di dalam mempelajari
fenomena atau gejala alam, fisika menggunakan proses yang terdiri dari pengamatan,
pengukuran, analisis, dan penarikan kesimpulan. Kesimpulan yang diperoleh harus
berdasarkan sikap yang ilmiah, yaitu objektif, menghargai fakta-fakta, jujur, sabar, tidak
mudah menyerah, ulet dan teliti dalam mengambil suatu kesimpulan.

Pengertian fisika menurut para ahli :

1. Bambang Ruwanto

Menurut Bambang Ruwanto Fisika adalah bagian dari ilmu dasar atau sains dan ialah
salah satu ilmu yang fundamental.

2. Gerthsen (1958)

Menurut Gerthsen fisika merupakan sebagai suatu teori yang menerangkan gejala-
gejala alam sesederhana mungkin dan berusaha menemukan hubungan antara kenyataan-
kenyataannya. Permasalahan dasar untuk memecahkan persoalannya ialah mengamati gejala-
gejala tersebut.

3. Young, Hough D

Menurut Young, Hough D fisika merupakan salah satu ilmu yang sangat dasar dari
berbagai ilmu pengetahuan.

4. Dahmen (1977)
Menurut Dahman fisika merupakan sebagai suatu uraian tertutup tentang semua
kejadian fisis yang didasarkan pada beberapa hukum dasar.

5. Mikrajudin

Menurut Mikrajudin fisika merupkan cabang paling utama dalam sains karena
berbagai prinsipnya menjadi dasar bagi saetiap cabang sains lainnya.

6. Osa Pauliza

Menurut Osa Pauliza Fisika adalah sesuatu yang bisa diukur dan mempunyai nilai
yang dinyatakan dalam bentuk satuan.

7. Ensiklopedia

Menurut Ensiklopedia Fisika adalah ilmu yang didalamnya mempelajari benda


beserta gerakannya juga manfaatnya bagi manusia.

8. Efrizon Umar

Menurut Efrizon Umar Fisika merupakan salah satu ilmu yang didasarkan pada
besaran-besaran ilmu fisika

9. Brockhaus (1972)

Menurut Brockhaus fisika merupakan sebagai pelajaran tentang kejadian alam yang
memungkinkan penelitian, percobaan, pengukuran apa yang didapat, penyajian secara
sistematis, dan berdasarkan peraturan-peraturan umum.

10. KBBI

Menurut KBBI Fisika merupakan ilmu tentang zat dan energi seperti panas, bunyi,
cahaya dll.

11. Weizacher (1979)

Menurut Weizacher fisika merupakan sebagai teori peramaian alternatif-alternatif


yang secara empiris dengan percobaan dapat dibeda-bedakan.
12. Deruxes (1986:12)

Menurut Deruxes fisika merupakan sebagai ilmu pengetahuan yang berusaha


menguraikan serta menjelaskan hukum alam dan kejadian-kejadian dalam alam dengan
gambaran menurut pemikiran manusia.

13. Kusuma (1992 : 24)

Menurut Kusuma fisika merupakan ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala alam
yang terjadi pada suatu materi atau energi yang menempati ruang dan memiliki massa. Fisika
merupakan cabang ilmu pengetahuan alam yang mempelajari gejala alam secara keseluruhan

2. Teori Belajar Fisika

Sebenarnya, belajar adalah merupakan persoalan setiap manusia. Hampir semua


pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, kegemaran, dan sikap seseorang itu terbentuk dan
berkembang karena belajar. Kegiatan belajar terjadi tidak saja pada situasi formal di sekolah
akan tetapi juga di luar sekolah seperti di lingkungan keluarga, lingkungan pergaulan di
tengah-tengah masyarakat.

Para ahli pendidikan maupun ahli psikologi pada umumnya sependapat bahwa dalam
pengertian belajar terkandung beberapa unsur. Adapun unsur-unsur pokok yang terkandung
di dalam pengertian belajar adalah : 1) belajar sebagai proses, 2) perolehan pengetahuan dan
keterampilan, 3) perubahan tingkah laku, dan 4) aktivitas diri. Berdasarkan uraian tersebut,
maka pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai proses diperolehnya pengetahuan atau
keterampilan serta perubahan tingkah laku melalui aktivitas diri. Menurut pandangan teori
kognitif Gestalt, manusia sebagai sumber dari semua kegiatan dan dia bebas membuat pilihan
dalam setiap situasi. Teori ini menganggap bahwa tingkah laku manusia hanyalah ekspresi
dari kondisi kejiwaan seseorang.

Implikasi teori Gestalt pada pengembangan pendekatan pembelajaran Fisika di kelas


adalah lebih menekankan pada aspek pemahaman, kemampuan berpikir, dan aktivitas siswa.
Dari uraian tersebut berarti apabila teori kognitif ini digunakan sebagai dasar pijakan dalam
mengembangkan pendekatan pembelajaran Fisika di kelas, maka aspek pemahaman
merupakan inti dari proses belajar. Belajar yang sebenarnya haruslah Kapita Selekta
Pendidikan Fisika; Mundilarto 2 memberikan pemahaman, artinya kunci utamanya adalah
dimengertinya hal-hal yang dipelajari.

Adapun ciri-ciri belajar menurut teori Gestalt adalah sebagai berikut : 1. Tergantung
pada kemampuan dasar 2. Tergantung pada pengalaman masa lalu 3. Tergantung pada
pengaturan situasi yang dihadapi 4. Pemecahan soal yang dilandasi pemahaman dapat
diulangi dengan mudah 5. Sekali pemahaman diperoleh, maka dapat digunakan pada situasi-
situasi lain yang sejenis. Teori Piaget menyatakan bahwa seorang anak menjadi tahu dan
memahami lingkungannya melalui jalan berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungan
tersebut.

Menurut teori ini, siswa harus membangun pengetahuannya sendiri melalui observasi,
eksperimen, diskusi, dan lain-lain. Lebih lanjut dikatakan bahwa pengetahuan dibangun
sendiri oleh siswa melalui proses asimilasi dan akomodasi. Dengan proses asimilasi, siswa
mencoba untuk memahami lingkungannya menggunakan struktur kognitif atau pengetahuan
yang sudah ada tanpa mengadakan perubahan-perubahan. Melalui proses akomodasi, siswa
mencoba memahami lingkungannya dengan terlebih dulu memodifikasi struktur kognitif
yang sudah ada untuk membentuk struktur kognitif baru berdasarkan rangsangan yang
diterimanya.

Jelaslah bahwa proses konstruksi pengetahuan dalam diri seseorang melibatkan


pengetahuan yang sudah dimiliki. Pendapat tersebut sejalan dengan pengertian belajar
menurut perspektif konstruktivisme yang mengatakan bahwa belajar merupakan suatu proses
dapat dimengertinya pengalaman oleh seseorang berdasarkan pengetahuan yang sudah
dimiliki. Seseorang berinteraksi dengan benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di
lingkungan sekitarnya melalui penggunaan pancaindera yang tak mungkin terpisah dari
pengetahuan yang sudah ada termasuk keyakinan-keyakinan dan kesan-kesan.

Menurut Ausubel, belajar akan mempunyai makna bagi siswa apabila dapat diperoleh
pengetahuan baru. Lebih lanjut dikatakan bahwa proses belajar bermakna adalah
terhubungnya ide-ide baru dengan struktur kognitif untuk membentuk pengetahuan baru.
Jadi, adanya pengetahuan yang relevan sangat diperlukan agar terjadi proses belajar
bermakna.
Kapita Selekta Pendidikan Fisika; Mundilarto 3 Berdasarkan uraian tersebut di atas,
jelaslah kiranya bahwa kemampuan seseorang Kapita Selekta Pendidikan Fisika; Mundilarto
4 Situasi soal sebenarnya dapat dideskripsikan dengan berbagai cara, seperti menggunakan
kata-kata, gambar, diagram vektor, ataupun simbol-simbol matematik. Namun, kita sebaiknya
mengetahui cara mana yang paling cocok untuk menggambarkan situasi soal yang kita
hadapi. Deskripsi pengetahuan diperlukan untuk menginterpretasi prinsip Fisika yang lebih
kompleks dan berkaitan dengan beberapa konsep. Oleh karena itu, kemampuan siswa dalam
membuat deskripsi pengetahuan Fisika sangat berperanan dalam keberhasilan
menginterpretasi suatu prinsip Fisika yang melibatkan beberapa konsep.

Kemampuan siswa dalam menggunakan pengetahuan Fisika tergantung pada seberapa


efektif pengetahuan tersebut terorganisasi. Selanjutnya, pemecahan soal Fisika menjadi
semakin mudah jika banyak tersedia informasi yang diperlukan. Oleh karena itu, penting
sekali untuk diperhatikan bahwa pengetahuan Fisika yang terorganisasi secara efektif akan
memudahkan dalam pemecahan soal-soal Fisika. Kenyataan yang kita jumpai seringkali
justru mengindikasikan bahwa siswa pada umumnya cenderung mengelompokkan
pengetahuan Fisika yang mereka peroleh menjadi bagian-bagian yang seolah-olah tidak
saling berkaitan.

3. Bagaimana seharusnya Fisika diajarkan ?

Pendidikan bertujuan untuk menyiapkan seseorang secara pribadi mampu memenuhi


kebutuhan-kebutuhan hidupnya secara bertanggung jawab. Dengan demikian, pendidikan
sains harus dapat membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman dan kebiasaan
berpikir dalam memenuhi kebutuhan hidupnya maupun mengatasi berbagai masalah yang
dihadapi. Sekolah tidak perlu dituntut untuk mengajarkan terlalu banyak materi tetapi
sebaiknya lebih difokuskan pada hal-hal pokok yang bersifat fungsional dalam rangka literasi
sains serta mengajarkannya secara lebih efisien dan efektif.

Tujuan utama pengajaran Fisika adalah membantu siswa memperoleh sejumlah


pengetahuan dasar yang dapat digunakan secara fleksibel. Fleksibilitas ini didasari oleh dua
alasan yaitu : 1. Tujuan pengajaran sains bukan akumulasi berbagai fakta tetapi lebih pada
kemampuan siswa dalam menggunakan pengetahuan dasar untuk memprediksi dan
menjelaskan berbagai gejala alam. Kapita Selekta Pendidikan Fisika; Mundilarto 5 2.
Siswa harus mampu memahami perkembangan serta perubahan ilmu dan teknologi
yang sangat cepat. Mata pelajaran Fisika di SMU bertujuan agar siswa mampu menguasai
konsepkonsep Fisika dan saling keterkaitannya serta mampu menggunakan metode ilmiah
yang dilandasi sikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehingga
lebih menyadari keagungan Tuhan Yang Maha Esa.

Pengetahuan Fisika akan bermanfaat bagi siswa hanya jika pengetahuan tersebut
mempunyai fleksibilitas terhadap studi lanjut maupun dunia kerja. Harus diingat bahwa
pendidikan sains tidak semata-mata ditujukan untuk menghasilkan saintis, akan tetapi lebih
pada usaha membantu siswa memahami arti pentingnya berpikir secara kritis terhadap ide-ide
baru yang nampaknya bertentangan dengan pengetahuan yang telah diyakini kebenarannya.
Fisika menganggap bahwa benda-benda maupun segala peristiwa di alam dunia ini terjadi
dengan mengikuti pola-pola tertentu serta dapat dipelajari dan dipahami melalui studi yang
cermat dan sistematis.

Para ahli Fisika percaya bahwa melalui pengguna Kapita Selekta Pendidikan Fisika;
Mundilarto 6 tidak tepat. Guru terlalu mengandalkan metode pembelajaran yang cenderung
bersifat informatif sehingga pengajaran Fisika menjadi kurang efektif karena siswa
memperoleh pengetahuan Fisika yang lebih bersifat nominal daripada fungsional. Akibatnya
siswa tidak mempunyai keterampilan yang diperlukan dalam pemecahan masalah karena
siswa tidak mampu menerapkan pengetahuan yang telah dipelajari untuk memecahkan soal-
soal Fisika yang dihadapi. Siswa dapat belajar dengan lebih mudah tentang sesuatu hal yang
nyata dan dapat diamati melalui pancainderanya.

Dengan menggunakan pengalamannya siswa sedikit demi sedikit dapat


mengembangkan kemampuannya untuk memahami konsep-konsep abstrak serta
memanipulasi simbol-simbol, berpikir logik, dan melakukan generalisasi. Hal ini
menunjukkan bahwa kebanyakan siswa sangat tergantung pada kehadiran contoh-contoh
konkret terutama tentang ide-ide baru. Pengalaman-pengalaman konkret akan sangat efektif
dalam membantu proses belajar hanya jika terjadi dalam konteks struktur konseptual yang
relevan.

Kesulitan beberapa siswa dalam memahami konsep-konsep abstrak sering


dipengaruhi oleh kemampuannya dalam mengingat dan menjelaskan istilah-istilah teknis.
Sains/Fisika bukanlah sekedar bangun pengetahuan, cara-cara pengumpulan dan pembuktian
pengetahuan sebab sains/Fisika juga merupakan aktivitas sosial yang menggabungkan nilai-
nilai kemanusiaan seperti rasa ingin tahu, kreativitas, imajinasi, dan keindahan. Oleh karena
itu, dalam belajar Fisika siswa harus dapat merasakan bahwa nilainilai ini sebagai bagian dari
pengalamannya.

Siswa harus dapat merasakan bahwa sains sebagai proses untuk perluasan wawasan
dan peningkatan pemahaman tentang alam dan segala isinya. Guru sains seringkali
menganggap siswa sebagai ‘kamera video’ yang secara pasif dan otomatis merekam semua
informasi yang disampaikan dalam kelas atau buku teks. Seharusnya guru memahami bahwa
siswa sebagai konsumen aktif yang berhak memilih dan mempunyai persepsi subjektif.
Pengetahuan awal, harapan-harapannya, maupun prasangka-prasangkanya akan menentukan
informasi-informasi mana yang dipilih dan menjadi perhatiannya.

Selanjutnya, apa-apa yang dipilih dan menarik perhatiannya akan menentukan apa
yang akan dipelajari. Apabila siswa diharapkan dapat menerapkan ide-ide untuk situasi baru,
maka mereka harus diberi banyak kesempatan untuk berlatih. Siswa harus diberi soal-soal
dengan Kapita Selekta Pendidikan Fisika; Mundilarto 7 tingkat kesulitan yang disesuaikan
dengan tingkat kematangan berpikirnya. Soal-soal Fisika yang hanya menekankan
formalisme matematik dalam pemecahannya, tidak efektif jika digunakan untuk mengukur
pemahaman konseptual. Jika siswa diharapkan mampu menerapkan ide-ide untuk situasi
baru, maka mereka harus berlatih menerapkannya dalam situasi yang benar-benar baru.
Apabila mereka hanya berlatih menjawab soal-soal yang jawabannya sudah dapat ditebak
atau soal-soal yang tidak realistis, maka mereka sebenarnya tidak belajar Fisika.

Demikian juga, para siswa tidak akan dapat belajar berpikir kritis, menganalisis
informasi, mengkomunikasikan ide-ide ilmiah, membuat argumentasi logis, bekerja sebagai
anggota tim maupun memperoleh keterampilan-keterampilan lain yang dikehendaki, kecuali
jika mereka berlatih melakukannya dalam berbagai macam konteks. Faktor latihan akan
berpengaruh terhadap kemampuan siswa memecahkan soal-soal Fisika. Setiap pengalaman
dalam bidang pendidikan yang dialami seseorang baik formal maupun informal, di dalam
maupun di luar sekolah akan diperlihatkan dalam penampilannya pada tes-tes yang
menyangkut aspek tingkah laku tertentu yang relevan.

Dengan demikian, latihan intensif menggunakan soal-soal yang serupa dengan tes
akan dapat meningkatkan hasil tes, walaupun hal ini belum tentu diiringi dengan peningkatan
aspek tingkah laku baku yang diujikan. Oleh karena itu, keadaan ini akan mengurangi tingkat
validitas tes yang bersangkutan sebab tes akan menjadi alat ukur yang kurang bermutu. Tes
menjadi alat yang tidak tepat untuk memastikan apakah seseorang telah berhasil
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang diujikan.

Kelemahan tersebut dapat diatasi apabila latihan-latihan yang diberikan lebih


ditekankan pada aspek penerapan keterampilan berpikir dan bukan sekedar hafalan. Jika
latihan penerapan keterampilan kognitif berjalan efektif, maka hal tersebut dapat
meningkatkan kemampuan mengatasi tugas-tugas intelektual yang diberikan di kemudian
hari. Latihan-latihan pemecahan soal seperti itulah yang diharapkan dapat meningkatkan
produktivitas kerja intelektual seseorang tidak hanya pada tes-tes tetapi juga dalam pekerjaan
akademik maupun aktivitas-aktivitas kehidupan sehari-hari yang tergantung pada pengalaman
belajar.

Terdapat beberapa bentuk soal Fisika yang masing-masing memiliki kelebihan dan
kekurangan. Namun demikian, soal berbentuk uraian mempunyai manfaat sangat penting
Kapita Selekta Pendidikan Fisika; Mundilarto 8 yakni dapat digunakan untuk mengukur
kemampuan siswa dalam hal memilih, mengorganisasi, membuat hubungan antar konsep,
prinsip serta mengkomunikasikannya secara jelas dan tepat. Hal ini tidak mungkin diperoleh
melalui penggunaan soal berbentuk pilihan ganda.

Di samping itu, dengan soal-soal berbentuk uraian siswa tidak mungkin mendapatkan
jawaban benar hanya dengan cara menerka-nerka. Soal berbentuk uraian dapat dibuat lebih
efektif dengan jalan merumuskan pertanyaannya sejelas mungkin sehingga tak ada
interpretasi yang berbeda-beda di antara para siswa. Penilaian jawaban soal berbentuk uraian
didasarkan pada kualitas jawaban. Penilaian ini diusahakan agar seobjektif mungkin dan tidak
tergantung pada faktor-faktor maupun kesan-kesan di luar materi soal, melainkan lebih
tergantung pada pemahaman dan kemampuan yang ditunjukkan.

Pengajaran Fisika yang hanya berusaha memberikan sekumpulan fakta dan


pengetahuan kepada para siswa mengakibatkan pemahaman yang sangat sedikit dan tentu
saja tidak mengembangkan kebebasan intelektual. Tetapi mengajarkan cara-cara berpikir
ilmiah sebagai suatu perangkat prosedur yang terpisah dari substansi metode ilmiah adalah
juga akan sia-sia. Guru Fisika harus membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan ilmiah
tentang dunia dan kebiasaan berpikir ilmiah pada saat yang bersamaan.
Mata pelajaran Fisika Sekolah Menengah Umum (SMU) sebagai bagian dari mata
pelajaran IPA di SMU merupakan kelanjutan pelajaran Fisika di Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama (SLTP) yang mempelajari sifat materi, gerak, dan fenomena lain yang ada
hubungannya dengan energi. Selain itu, juga mempelajari keterkaitan antara konsep-konsep
Fisika dengan kehidupan nyata, pengembangan sikap dan kesadaran terhadap perkembangan
ilmu pengetahuan alam dan teknologi beserta dampaknya. Di dalam buku kurikulum tersebut
juga disebutkan bahwa mata pelajaran Fisika SMU berfungsi antara lain memberikan bekal
pengetahuan dasar kepada siswa untuk dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan
untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Masih dari Buku Kurikulum
SMU, ruang lingkup bahan kajian Fisika di SMU dikembangkan dari bahan kajian Fisika di
SLTP yang diperluas sampai kepada bahan kajian yang mengandung konsep abstrak dan
dibahas secara kuantitatif analitis.

4. Definisi Fisika Sebagai Produk

Definisi fisika sebagai produk adalah kumpulan hasil kegiatan empirik dan analitik
yang telah dilakukan para ahli berabad-abad yang lalu yang berupa fakta, konsep, prinsip dan
hukum, rumus, teori dan model. Fisika sebagai proses artinya strategi atau cara yang
dilakukan para ahli dalam menemukan berbagai hal tersebut sebagai implikasi adanya
temuan-temuan tentang kehjadian-kejadian atau peristiwa alam.

a. Fakta

Fakta adalah keadaan atau kenyataan yang sesungguhnya dari segala peristiwa yang
terjadi di alam. Fakta merupakan dasar bagi konsep, prinsip, hukum, teori atau model.
Sebaliknya kita juga dapat menyatakan bahwa, konsep, rumus, prinsip, hukum, teori, dan
model keberadaannya adalah untuk menjelaskan dan memahami fakta.

b. Konsep

Konsep adalah abstraksi dari berbagai kejadian, objek, fenomena dan fakta. Konsep
memiliki sifat-sifat dan atribut-atribut tertentu. Menurut Bruner, Goodnow dan Austin
(collette dan chiappetta: 1994) konsep memiliki lima elemen atau unsur penting yaitu nama,
definisi, atribut, nilai (value), dan contoh. Yang dimaksud dengan atribut itu misalnya adalah
warna, ukuran, bentuk, bau, dan sebagainya. Sesuai dengan perkembangan intelektual anak,
keabstrakan dari setiap konsep adalah berbeda bagi setiap anak. Menurut Herron dan kawan-
kawan (dalam Collette dan Chiappetta 1994), konsep fisika dapat dibedakan atas konsep yang
baik contoh maupun atributnya dapat diamati, konsep yang contohnya dapat diamati tetapi
atributnya tidak dapat diamati, dan konsep yang baik contoh maupun atributnya tidak dapat
diamati.

c. Prinsip dan hukum

Istilah prinsip dan hukum sering digunakan secara bergantian karena dianggap
sebagai sinonim. Prinsip dan hukum dibentuk oleh fakta-fakta dan konsep-konsep. Ini sangat
perlu dipahami bahwa, hukum dan prinsip fisika tidaklah mengatur kejadian alam (fakta),
melainkan kejadian alam (fakta) yang dijelaskan keberadaannya oleh prinsip dan atau hukum.

d. Rumus

Rumus adalah pernyataan matematis dari suatu fakta, konsep, prinsip, hukum, dan
teori. Dalam rumus kita dapat melihat saling keterkaitan antara konsep-konsep dan variable-
variabel. Pada umumnya prinsip dan hukum dapat dinyatakan secara matematis.

e. Teori

Teori disusun untuk menjelaskan sesuatu yang tersembunyi atau tidak dapat langsung
diamati, misalnya teori atom, teori kinetik gas, teori relativitas. Teori tetaplah teori tidak
mungkin menjadi hukum atau fakta. Teori bersifat tentatif sampai terbukti tidak benar dan
diperbaiki. Hawking (1988) yang dikutip oleh Collette dan Chiappetta (1994) menyatakan
bahwa “kita tidak dapat membuktikan kebenaran suatu teori meskipun banyak hasil
eksperimen mendukung teori tersebut, karena kita tidak pernah yakin bahwa pada waktu yang
akan dating hasilnya tidak akan kontradiksi dengan teori tersebut, sedangkan kita dapat
membuktikan ketidakbenaran suatu teori cukup dengan hanya satu bukti yang menyimpang.
Jadi, teori memiliki fungsi yang berbeda dengan fakta, konsep maupun hukum”

f. Model

Model adalah sebuah presentasi yang dibuat untuk sesuatu yang tidak dapat dilihat.
Model sangat berguna untuk membantu memahami suatu fenomena alam, juga berguna untuk
membantu memahami suatu teori. Sebagai contoh, model atom Bohr membantu untuk
memahami teori atom.

5. Fisika sebagai proses

IPA sebagai proses atau juga disebut sebagai “a way of investigating” memberikan
gambaran mengenai bagaimana para ilmuwan bekerja melakukan penemuan-penemuan. Jadi
IPA sebagai proses memberikan gambaran mengenai pendekatan yang digunakan untuk
menyusun pengetahuan. Dalam IPA dikenal banyak metoda yang menunjukkan usaha
manusia untuk menyelesaikan masalah. Para ilmuwan astronomi misalnya, menyusun
pengetahuan mengenai astronomi dengan berdasarkan kepada observasi dan prediksi.
Ilmuwan lain banyak yang menyusun pengetahuan dengan berdasarkan kepada kegiatan
laboratorium atau eksperimen yang terfokus pada hubungan sebab akibat.

Sampai pada tahap ini kiranya cukup jelas bahwa, untuk memahami fenomena alam
dan hukum-hukum yang berlaku, perlu dipelajari objek-objek dan kejadian-kejadian di alam
itu. Objek-objek dan kejadian-kejadian alam itu harus diselidiki dengan melakukan
eksperimen dan observasi serta dicari penjelasannya melalui proses pemikiran untuk
mendapatkan alasan dan argumentasinya. Jadi pemahaman fisika sebagai proses adalah
pemahaman mengenai bagaimana informasi ilmiah dalam fisika diperoleh, diuji, dan
divalidasikan. Dari uraian di atas kiranya dapat disimpulkan bahwa pemahaman fisika
sebagai proses sangat berkaitan dengan kata-kata kunci fenomena, dugaan, pengamatan,
pengukuran, penyelidikan, dan publikasi. Pembelajaran yang merupakan tugas guru termasuk
ke dalam bagian mempublikasikan itu.

Dengan demikian pembelajaran fisika sebagai proses hendaknya berhasil


mengembangkan keterampilan proses sain pada diri siswa. Indikator dari setiap keterampilan
proses yang meliputi: mengamati, mengklasifikasi, mengukur, mengajukan pertanyaan,
merumuskan hipotesis, merencanakan penyelidikan, menafsirkan, dan
mengkomunikasikan, adalah seperti daftar di bawah ini.

a. Indikator mengamati (observasi):

 Menggunakan alat indera yang sesuai.


 Memberi penjelasan apa yang diamati.
 Memilih bentuk pengamatan yang sesuai.
 Mencatat persamaan, perbedaan, keteraturan.
 Membandingkan
 Membuat pengamatan dalam perioda tertentu.
 Mencatat kekecualian/atau hal yg tak diharapkan.
 Menjelaskan suatu pola.
 Menemukenali (identifikasi menurut pola tertentu).

b. Indikator mengklasifikasi /mengkatagori/seriasi:

 Memberi urutan pada peristiwa yang terjadi.


 Mencari persamaan dan perbedaan.
 Menentukan kriteria pengelompikkan.
 Menempatkan pada kelompok tertentu berdasarkan kriteria.
 Memilih (memisahkan dengan jumlah kelompok tertentu).
 Mengelompokkan berdasarkan ciri-ciri tertentu yang ditemukan dalam
pengamatan
 Memisahkan dengan berbagai cara.

c. Indikator mengukur/melakukan pengukuran:

 Memilih alat ukur yang sesuai


 Memperkirakan dengan lebih tepat
 Menggunakan alat ukur dengan ketepatan tertentu
 Menemukan ketidakpastian pengukuran

d. Indikator mengajukan pertanyaan:

 Mengajukan sebanyak mungkin pertanyaan.


 Mengidentifikasi pertanyaan yang dapat dijawab dengan penemuan ilmiah.
 Mengubah pertanyaan menjadi bentuk yang dapat dijawab dengan percobaan.
 Merumuskan pertanyaan berlatar belakang hipotesis (jawab dapat dibuktikan).

e. Indikator merumuskan hipotesis:


 Merncoba menjelaskan pengamatan dalam terminologi konsep dan prinsip.
 Menyadari fakta bahwa terdapat beberapa kemungkinan untuk menjelaskan
suatu gejala.
 Menggunakan penjelasan untuk membuat prediksi dari sesuai yang dapat
diamati atau dibuktikan

f. Indikator merencanakan penyelidikan/percobaan:

 Merumuskan masalah.
 Menemukenali variabel kontrol.
 Membandingkan variabel bebas dan variabel terikat.
 Merancang cara melakukan pengamatan untuk memecahkan masalah
 Memilih alat dan bahan yang sesuai
 Menentukan langkah-langkah percobaan
 Menentukan cara yang tepat untuk mengumpulkan data

g. Indikator menginterpretasi/menafsirkan informasi:

 Menarik kesimpulan.
 Menggunakan kunci atau klasifikasi.
 Menyadari bahwa kesimpulan bersifat tentatif
 Menggeneralisasi.
 Membuat dan mencari pembenaran dari kesimpulan sementara
 Membuat prediksi berdasarkan pola atau patokan tertentu

h. Indikator berkomunikasi:

 Mengikuti penjelasan secara verbal.


 Menjelaskan kegiatan secara lisan, menggunakan diagram.
 Menggunakan tabel, grafik, model, dll, untuk menyajikan informasi.
 Memilih cara yang paling tepat untuk menyajikan informasi.
 Menghargai adanya perbedaan dari audien, dan memilih metoda yang tepat.
 Mendengarkan laporan, menanggapi dan memberikan saran.
 Memberi sumbangan saran pada kelompok diskusi.
 Menggunakan sumber tidak langsung untuk memperoleh informasi.
 Menggunakan teknologi informasi yang tepat.

6. Fisika sebagai sikap

Pengertian fisika sebagai sikap adalah adanya proses fisika sebelumnya diawali
dengan adanya suatu kegiatan kreatifitas seperti percobaan, pengukuran, pengamatan dan
penyelidikan lalu semua ini bisa terlaksana berkat pemikiran yang dimiliki. Setelah adanya
pemikiran maka muncullah sikap dan tindakan yang dilakukan untuk membuktikan
pemikirannya sesuai atau tidak sesuai. Bisa dikatakan fisika sebagai sifat dipengaruhi oleh
pemikiran dan argumentasi ilmuwan dalam berkerja. Jadi dengan pemikirannya orang
bertindak dan bersikap, sehingga akhirnya dapat melakukan kegiatan-kegiatan ilmiah
itu.Pemikiran-pemikiran para ilmuwan yang bergerak dalam bidang fisika itu
menggambarkan, rasa ingin tahu dan rasa penasaran mereka yang besar, diiringi dengan rasa
percaya, sikap objektif, jujur dan terbuka serta mau mendengarkan pendapat orang lain.
Sikap-sikap itulah yang kemudian memaknai hakekat fisika sebagai sikap atau “a way of
thinking”. Oleh para ahli psikologi kognitif, pekerjaaan dan pemikian para ilmuwan IPA
termasuk fisika di dalamnya, dipandang sebagai kegiatan kreatif, karena ide-ide dan
penjelasan-penjelasan dari suatu gejala alam disusun dalam fikiran. Oleh sebab itu, pemikiran
dan argumentasi para ilmuwan dalam bekerja menjadi rambu-rambu penting dalam kaitannya
dengan hakekat fisika sebagai sikap.
B. TEORI-TEORI BELAJAR

PENDAHULUAN

Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk suatu
perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memiliki sikap menjadi bersikap benar,
dari tidak terampil menjadi terampil melakukan sesuatu. Belajar tidak hanya sekedar
memetakan pengetahuan atau informasi yang disampaikan. Namun bagaimana melibatkan
individu secara aktif membuat atau pun merevisi hasil belajar yang diterimanya menjadi
suatu pengalamaan yang bermanfaat bagi pribadinya. Pembelajaran merupakan suatu sistim
yang membantu individu belajar dan berinteraksi dengan sumber belajar dan lingkungan.

Teori adalah seperangkat azaz yang tersusun tentang kejadian-kejadian tertentu dalam
dunia nyata dinyatakan oleh McKeachie dalam grendel 1991 : 5 (Hamzah Uno, 2006:4).
Sedangkan Hamzah (2003:26) menyatakan bahwa teori merupakan seperangkat preposisi
yang didalamnya memuat tentang ide, konsep, prosedur dan prinsip yang terdiri dari satu atau
lebih variable yang saling berhubungan satu sama lainnya dan dapat dipelajari, dianalisis dan
diuji serta dibuktikan kebenarannya. Dari dua pendapat diatas Teori adalah seperangkat azaz
tentang kejadian-kejadian yang didalamnnya memuat ide, konsep, prosedur dan prinsip yang
dapat dipelajari, dianalisis dan diuji kebenarannya. Teori belajar adalah suatu teori yang di
dalamnya terdapat tata cara pengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa,
perancangan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas.

1. Teori Belajar Menurut Robert M. Gagne

Robert M. Gagne adalah seorang ahli psikologi yang banyak melakukan penelitian
mengenai fase-fase belajar, tipe-tipe kegiatan belajar, dan hirarki belajar. Dalam
penelitiannya ia banyak menggunakan materi matematika sebagai medium untuk
mengujipenerapan teorinya (Depdiknas, 2005:13).

Sebagaimana tokoh-tokoh lainnya dalam psikologi pembelajaran, Gagne berpendapat


bahwa belajar dipengaruhi oleh pertumbuhan dan lingkungan, namun yang paling besar
pengaruhnya adalah lingkungan individu seseorang. Lingkungan indiviu seseorang meliputi
lingkungan rumah, geografis, sekolah, dan berbagai lingkungan sosial. Berbagai lingkungan
itulah yang akan menentukan apa yang akan dipelajari oleh seseorang dan selanjutnya akan
menentukan akan menjadi apa ia nantinya.

Bagi Gagne, belajar tidak dapat didefinisikan dengan mudah karena belajar itu
bersifat kompleks. Dalam pernyataan tersebut, dinyatakan bahwa hasil belajar akan
mengakibatkan perubahan pada seseorang yang berupa perubahan kemampuan, perubahan
sikap, perubahan minat atau nilai pada seseorang. Perubahan tersebut bersifat menetap
meskipun hanya sementara.

Menurut Gagne, ada tiga elemen belajar, yaitu individu yang belajar, situasi stimulus,
dan responden yang melaksanakan aksi sebagai akibat dari stimulasi. Selanjutnya, Gagne
juga mengemukakan tentang sistematika delapan tipe belajar, sistematika lima jenis belajar,
fase-fase belajar, implikasi dalam pembelajaran, serta aplikasi dalam pembelajaran.

A. Sistematika ”Delapan Tipe Belajar” Menurut Gagne

Menurut Robert M. Gagne, ada 8 tipe belajar, yaitu:

1) Tipe belajar tanda (Signal learning)

Belajar dengan cara ini dapat dikatakan sama dengan apa yang dikemukakan oleh
Pavlov. Semua jawaban/respons menurut kepada tanda/sinyal.

2) Tipe belajar rangsang-reaksi (Stimulus-response learning)

Tipe ini hampir serupa dengan tipe satu, namun pada tipe ini, timbulnya respons juga
karena adanya dorongan yang datang dari dalam serta adanya penguatan sehingga seseorang
mau melakukan sesuatu secara berulang-ulang.

3) Tipe belajar berangkai (Chaining Learning)

Pada tahap ini terjadi serangkaian hubungan stimulus-respons, maksudnya adalah


bahwa suatu respons pada gilirannya akan menjadi stimulus baru dan selanjutnya akan
menimbulkan respons baru.

4) Tipe belajar asosiasi verbal (Verbal association learning)


Tipe ini berhubungan dengan penggunaan bahasa, dimana hasil belajarnya yaitu
memberikan reaksi verbal pada stimulus/perangsang.

5) Tipe belajar membedakan (Discrimination learning)

Hasil dari tipe belajar ini adalah kemampuan untuk membeda-bedakan antar objek-
objek yang terdapat dalm lingkungan fisik.

6) Tipe belajar konsep (Concept Learning)

Belajar pada tipe ini terutama dimaksudkan untuk memperoleh pemahaman atau
pengertian tentang suatu yang mendasar. Konsep merupakan simbol berpikir. Hal ini
diperoleh dari hasil membuat tafsiran terhadap fakta. Dengan konsep dapat digolongkan
binatang bertulan belakang menurut ciri-ciri khusus (kelas), seperti kelas mamalia, reptilia,
amphibia, burung, ikan. Dapat pula digolongkan, manusia berdasarkan ras (warna kulit) atau
kebangsaan, suku bangsa atau hubungan keluarga. Kemampuan membentuk konsep ini
terjadi jika orang dapat melakukan diskriminasi.

7) Tipe belajar kaidah (RuleLearning)

Tipe belajar ini menghasilkan suatu kaidah yang terdiri atas penggabungan beberapa
konsep. Hukum, dalil atau rumus adalah rule (aturan). Tipe belajar ini banyak terdapat dalam
semua pelajaran di sekolah, seperti benda menyusut jka didinginkan, besar sudut dalam
persegi sama dengan 360 derajat. Belajar aturan ternyata mirip dengan verbal chaining
(rangkaian verbal), terutama jika aturan itu tidak diketahui artinya. Oleh karena itu setiap
dalil atau rumus yang dipelajari harus dipahami artinya.

8) Tipe belajar pemecahan masalah (Problem solving)

Tipe belajar ini menghasilkan suatu prinsip yang dapat digunakan untuk memecahkan
suatu permasalahan. Upaya pemecahan masalah dilakukan dengan menghubungkan berbagai
urusan yang relevan dengan masalah itu. Dalam pemecahan masalah diperlukan waktu,
adakalanya singkat adakalanya lama. Juga seringkali harus dilalui berbagai langkah, seperti
mengenal tiap unsur dalam masalah itu, mencari hubungannya dengan aturan (rule) tertentu.
B. Sistematika “Lima Jenis Belajar” Menurut Gagne

Sistematika ini tidak jauh berbeda dengan sistematika delapan tipe belajar, dimana
isinya merupakan bentuk penyederhanaan dari sistematika delapan tipe belajar. Uraian
tentang sistematika lima jenis belajar ini memperhatikan pada hasil belajar yang diperoleh
siswa. Hasil belajar ini merupakan kemampuan internal yang telah menjadi milik pribadi
seseorang dan memungkinkan orang tersebut melakukan sesuatu yang dapat memberikan
ptrestasi tertentu.

Sistematika ini mencakup semua hasil belajar yang dapat diperoleh, namun tidak
menunjukkan setiap hasil belajar atau kemampuan internal satu-persatu. Akan tetapi
memgelompokkan hasil-hasil belajar yang memiliki ciri-ciri sama dalam satu kategori dan
berbeda sifatnya dari kategori lain. Maka dapat dikatakan, bahwa sistematika Gagne meliputi
lima kategori hasil belajar. Kelima kategori hasil belajar tersebut adalah informasi verbal,
kemahiran intelektual, pengaturan kegiatan kognitif, keterampilan motorik, dan sikap.

1) Informasi verbal (Verbal information)

Merupakan pengetahuan yang dimiliki seseorang dan dapat diungkapkan dalam


bentuk bahasa, lisan, dan tertulis. Pengetahuan tersebut diperoleh dari sumber yang juga
menggunakan bahasa, lisan maupun tertulis. Informasi verbal meliputi ”cap verbal” dan
”data/fakta”. Cap verbal yaitu kata yang dimiliki seseorang untuk menunjuk pada obyek-
obyek yang dihadapi, misalnya ’kursi’. Data/fakta adalah kenyataan yang diketahui, misalnya
’Ibukota negara Indonesia adalah Jakarta’.

2) Kemahiran intelektual (Intellectual skill)

Yang dimaksud adalah kemampuan untuk berhubungan dengan lingkungan hidup dan
dirinya sendiri dalam bentuk suatu representasi, khususnya konsep dan berbagai
lambang/simbol (huruf, angka, kata, dan gambar). Kategori kemahiran intelektual terbagi lagi
atas empat subkemampuan, yaitu:

a. Diskriminasi jamak, yaitu kemampuan seseorang dalam mendeskripsikan benda yang


dilihatnya.
b. Konsep, ialah satuan arti yang mewakili sejumlah obyek yang memiliki ciri-ciri sama.
Konsep dibedakan atas konsep konkret dan konsep yang harus didefinisikan. Konsep
konkret adalah pengertian yang menunjuk pada obyek-obyek dalam lingkungan fisik.
Konsep yang didefinisiskan adalah konsep yang mewakili realitas hidup, tetapi tidak
langsung menunjuk pada realitas dalam lingkungan hidup fisik.
c. Kaidah, yaitu kemampuan seseorang untuk menggabungkan dua konsep atau lebih
sehingga dapat memahami pengertiannya.
d. Prinsip. Dalam prinsip telah terjadi kombinasi dari beberapa kaidah, sehingga terbentuk
suatu kaidah yang bertaraf lebih tinggi dan lebih kompleks. Berdasarkan prinsip
tersebut, seseorang mampu memecahkan suatu permasalahan, dan kemudian
menerapkan prinsip tersebut pada permasalahan yang sejenis.

3) Pengaturan kegiatan kognitif (Cognitive strategy)

Merupakan suatu cara seseorang untuk menangani aktivitas belajar dan berpikirnya
sendiri, sehingga ia menggunakan cara yang sama apabila menemukan kesulitan yang sama.

4) Keterampilan motorik (Motor skill)

Adalah kemampuan seseorang dalam melakukan suatu rangkaian gerak-gerik jasmani


dalam urutan tertentu, dengan mengadakan koordinasi antara gerak-gerik berbagai anggota
badan secara terpadu.

5) Sikap (Attitude)

Merupakan kemampuan seseorang yang sangat berperan sekali dalam mengambil


tindakan, apakah baik atau buruk bagi dirinya sendiri.

C. Fase-Fase Belajar

Fase-fase belajar ini berlaku bagi semua tipe belajar. Menurut Gagne, ada 4 buah fase
dalam proses belajar, yaitu:

1) Fase penerimaan (apprehending phase)

Pada fase ini, rangsang diterima oleh seseorang yang belajar. Ini ada beberapa
langkah. Pertama timbulnya perhatian, kemudian penerimaan, dan terakhir adalah pencatatan
(dicatat dalam jiwa tentang apa yang sudah diterimanya).
2) Fase penguasaan (Acquisition phase)

Pada tahap ini akan dapat dilihat apakah seseorang telah belajar atau belum. Orang
yang telah belajar akan dapat dibuktikannya dengan memperlihatkan adanya perubahan pada
kemampuan atau sikapnya.

3) Fase pengendapan (Storage phase)

Sesuatu yang telah dimiliki akan disimpan agar tidak cepat hilang sehingga dapat
digunakan bila diperlukan. Fase ini berhubungan dengan ingatan dan kenangan.

4) Fase pengungkapan kembali (Retrieval phase)

Apa yang telah dipelajari, dimiliki, dan disimpan (dsalam ingatan) dengan maksud
untuk digunakan (memecahkan masalah) bila diperlukan. Jika kita akan menggunakan apa
yang disimpan, maka kita harus mengeluarkannya dari tempat penyimpanan tersebut, dan
inilah yang disebut dengan pengungkapan kembali. Fase ini meliputi penyadaran akan apa
yang telah dipelajari dan dimiliki, serta mengungkapkannya dengan kata-kata (verbal) apa
yang telah dimiliki tidak berubah-ubah.

Menurut Gagne, fase pertama dan kedua merupakan stimulus, dimana terjadinya
proses belajar,sedangkan pada fase ketiga dan keempat merupakan hasil belajar.

D. Implikasi Teori Gagne dalam Pembelajaran

1) Mengontrol perhatian siswa.


2) Memberikan informasi kepada siswa mengenai hasil belajar yang diharapkan guru.
3) Merangsang dan mengingatkan kembali kemampuan-kemampuan siswa.
4) Penyajian stimuli yang tak bisa dipisah-pisahkan dari tugas belajar.
5) Memberikan bimbingan belajar.
6) Memberikan umpan balik.
7) Memberikan kesempatan pada siswa untuk memeriksa hasil belajar yang telah
dicapainya.
8) Memberikan kesempatan untuk berlangsungnya transfer of learning.Memberikan
kesempatan untuk melakukahn praktek dan penggunaan kemampuan yang baru
diberikan.
E. Aplikasi Teori Gagne dalam Pembelajaran

Karakteristik materi matematika yang berjenjang (hirarkis) memerlukan cara belajar


yang berjenjang pula. Untuk memahami suatu konsep dan/atau rumus matematika yang lebih
tinggi, diperlukan pemahaman yang memadai terhadap konsep dan/atau rumus yang ada di
bawahnya.

F. Kesimpulan

Teori belajar Gagne pada mulanya terdiri dari delapan sistematika, namun Gagne
menyederhanakannya menjadi lima jenis belajar. Akan tetapi, diantara keduanya terdapat
hubungan, yaitu tipe belajar 1, 2, dan 6 tertampung dalam sikap, meleui aspek afektif, konatif
dan kognitif. Hasil tipe belajar 3 tertampung dalam keterampilan motorik, melalui
terbentuknya rangkaian gerak-gerik. Hasil tipe belajar 4 tertampung dalam informasi verbal,
melalui pemberian cap verbal dam terbentuknya rangkaian verbal. Hasil tipe belajar 5 dan 6
tertampung dalam kemahiran intelektual melaui konsep, kaidah, dan prinsip. Hasil tipe
belajar 7 dan 8 tretampumg dalam pengaturan kegiatan kognitif.

Dengan demikian jelaslah bahwa kedua sistematika itu tidak berdiri lepas yang satu
dari yang lain, namun “sistematika lima jenis belajar”lebih bermanfaat untuk diterapkan
dalam menganalisis proses balajar mengajar di sekolah karena dibedakan dengan tegas antara
aspek hasil dan aspek proses dalam pembelajaran.

2. Teori Belajar Menurut Piaget

Jean Piaget adalah seorang tokoh pendidikan yang dilahirkan di Neuchâtel, Swiss,
pada tanggal 9 Agustus 1896. Ayahnya bernama Arthur Piaget sedangkan ibunya bernama
Rebecca Jackson. Ayahnya adalah seorang profesor sastra sedangkan ibunya orangnya cerdas
dan energik. Jean Piaget terkenal dengan teorinya tentang perkembangan psikologis manusia.
Selama penelitian Piaget semakin yakin akan adanya perbedaan antara proses pemikiran anak
dan orang dewasa. Ia yakin bahwa anak bukan merupakan suatu tiruan dari orang dewasa.
Anak bukan hanya berpikir kurang efisien dari orang dewasa, melainkan berpikir secara
berbeda dengan orang dewasa. Itulah sebabnya mengapa Piaget yakin bahwa ada tahap
perkembangan kognitif yang berbeda dari anak sampai menjadi dewasa.
Tujuan teori Piaget adalah untuk menjelaskan mekanisme dan proses perkembangan
intelektual sejak masa bayi dan kemudian masa kanak-kanak yang berkembang menjadi
seorang individu yang dapat bernalar dan berpikir menggunakan hipotesis-hipotesis.

Piaget menyimpulkan dari penelitiannya bahwa organisme bukanlah agen yang pasif
dalam perkembangan genetik. Perubahan genetic bukan peristiwa yang menuju kelangsungan
hidup suatu organisme melainkan adanya adaptasi terhadap lingkungannya dan adanya
interaksi antara organisme dan lingkungannya.

Piaget mengembangkan teori perkembangan kognitif yang cukup dominan selama


beberapa dekade. Dalam teorinya Piaget membahas pandangannya tentang bagaimana anak
belajar. Menurut Jean Piaget, dasar dari belajar adalah aktivitas anak bila ia berinteraksi
dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisiknya. Pertumbuhan anak merupakan suatu
proses sosial. Anak tidak berinteraksi dengan lingkungan fisiknya sebagai suatu individu
terikat, tetapi sebagai bagian dari kelompok sosial. Akibatnya lingkungan sosialnya berada
diantara anak dengan lingkungan fisiknya. Interaksi anak dengan orang lain memainkan
peranan penting dalam mengembangkan pandangannya terhadap alam. Melalui pertukaran
ide-ide dengan orang lain, seorang anak yang tadinya memiliki pandangan subyektif terhadap
sesuatu yang diamatinya akan berubah pandangannya menjadi obyektif.

Proses belajar haruslah di sesuaikan dengan perkembagan syaraf seorang anak,


dengan bertambahnya umur maka susunan saraf seorang akan semakin kompleks dan
memungkinkan kemampuannya semakin meningkat. Karena itu proses belajar seseorang
akan mengikuti pola dan tahap perkembangan tertentu sesuai dengan umurnya. Perjenjangan
ini bersifat hierarki, yaitu melalui tahap-tahap tertentu sesuai dengan umurnya. Seseorang
tidak dapat mempelajari sesuatu yang diluar kemampuan kognitifnya. Dalam perkembangan
intelektual ada tiga hal penting yang menjadi perhatian Piaget yaitu :

1. Struktur, Piaget memandang ada hubungan fungsional antara tindakan fisik, tindakan
mental dan perkembangan logis anak-anak. Tindakan (action) menuju pada operasi-
operasi dan operasi-operasi menuju pada perkembangan struktur-struktur.
2. Isi, merupakan pola perilaku anak yang khas yang tercermin pada respon yang
diberikannya terhadap berbagai masalah atau situasi yang dihadapinya.
3. Fungsi, Adalah cara yang digunakan organisme untuk membuat kemajuan intelektual.
Menurut Piaget perkembangan intelektual didasarkan pada dua fungsi yaitu organisasi
dan adaptasi. Organisasi memberikan pada organisme kemampuan untuk
mengestimasikan atau mengorganisasi proses-proses fisik atau psikologis menjadi
sistem-sistem yang teratur dan berhubungan. Adaptasi, terhadap lingkungan
dilakukan melalui dua proses yaitu asimilasi dan akomodasi.

Menurut Pieget, proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yaitu asimilasi,
akomodasi dan equilibrasi.

1. Asimilasi, adalah proses penyatuan informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada
dalam benak siswa.
2. Akomodasi, adalah proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi baru.
3. Equilibrasi, adalah proses penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan
akomodasi.

Menurut Piaget, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap
perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk
melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman
sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan
rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif,
mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.

Tahap perkembangan kognitif menurut Piaget dibagi menjadi 4 tahap antara lain:
1. Tahap sensorimotor (umur 0 – 2 tahun)

Pada tahap sensorimotor, anak mengenal lingkungan dengan kemampuan sensorik


yaitu dengan penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan. Karakteristik tahap ini
merupakan gerakan-gerakan akibat suatu reaksi langsung dari rangsangan. Anak mengatur
alamnya dengan indera(sensori) dan tindakan-tindakannya(motor), anak belum mempunyai
kesadaran-kesadaran adanya konsepsi yang tetap.

Anak mulai belajar dan mengendalikan lingkungannya melalui kemampuan panca


indra dan gerakannya. Perilaku bayi pada tahap ini semata-mata berdasarkan pada stimulus
yang diterimanya. Sekitar usia 8 bulan, bayi memiliki pengetahuan object permanence yaitu
walaupun objek pada suatu saat tak terlihat di depan matanya, tak berarti objek itu tidak ada.
Sebelum usia 8 bulan bayi pada umumnya beranggapan benda yang tak mereka lihat berarti
tak ada. Pada tahap ini, bayi memiliki dunianya berdasarkan pengamatannya atas dasar
gerakan/aktivitas yang dilakukan orang-orang di sekelilingnya.

Contohnya diatas ranjang seorang bayi diletakkan mainan yang akan berbunyi bila
talinya dipegang. Suatu saat, ia main-main dan menarik tali itu. Ia mendengar bunyi yang
bagus dan ia senang. Maka ia akan mencoba menarik-narik tali itu agar muncul bunyi
menarik yang sama.

2. Tahap persiapan operasional (2 – 7 tahun)

Tahap persiapan operasional adalah suatu proses berpikir logis, dan merupakan
aktifitas mental bukan aktifitas sensorimotor. Pada tahap ini anak belum mampu
melaksanakan operasi-operasi mental. Unsur yang menonjol dalam tahap ini adalah mulai
digunakannya bahasa simbolis, yang berupa gambaran dan bahasa ucapan. Dengan
menggunakan bahasa, inteligensi anak semakin maju dan memacu perkembangan pemikiran
anak karena ia sudah dapat menggambarkan sesuatu dengan bentuk yang lain. Pada tahap ini
anak sudah mampu berpikir sebelum bertindak, meskipun kemampuan berpikirnya belum
sampai pada tingkat kemampuan berpikir logis. Masa 2-7 tahun, kehidupan anak juga
ditandai dengan sikap egosentris, di mana mereka berpikir subyektif dan tidak mampu
melihat obyektifitas pandangan orang lain, sehingga mereka sukar menerima pandangan
orang lain. Ciri lain dari anak yang perkembangan kognisinya ada pada tahap preporational
adalah ketidakmampuannya membedakan bahwa 2 objek yang sama memiliki masa, jumlah
atau volume yang tetap walau bentuknya berubah-ubah. Karena belum berpikir abstrak, maka
anak-anak di usia ini lebih mudah belajar jika guru melibatkan penggunaan benda yang
konkrit daripada menggunakan hanya kata-kata.

Contohnya: anak bermain pasar-pasaran dengan uang dari daun. Kemudian dalam
penggunaan bahasa, anak menirukan apa saja yang baru ia dengar. Ia menirukan orang lain
tanpa sadar. Hal ini dibuat untuk kesenangannya sendiri. Tampaknya ada unsur latihan disini,
yaitu suatu pengulangan untuk semakin memperlancar kemampuan berbicara meskipun tanpa
disadari.

3. Tahap operasi konkret (7 – 11 tahun)


Tahap operasi konkret dinyatakan dengan perkembangan system pemikiran yang
didasarkan pada peristiwa-peristiwa yang langsung dialami. Anak masih menerapkan logika
berpikir pada barang-barang yang konkret, belum bersifat abstrak maupun hipotesis. Pada
umumnya, pada tahap ini anak-anak sudah memiliki kemampuan memahami konsep
konservasi (concept of conservacy), yaitu meskipun suatu benda berubah bentuknya, namun
massa, jumlah atau volumenya adalah tetap. Anak juga sudah mampu melakukan observasi,
menilai dan mengevaluasi sehingga mereka tidak se-egosentris sebelumnya. Kemampuan
berpikir anak pada tahap ini masih dalam bentuk konkrit, mereka belum mampu berpikir
abstrak, sehingga mereka juga hanya mampu menyelesaikan soal-soal pelajaran yang bersifat
konkrit. Aktifitas pembelajaran yang melibatkan siswa dalam pengalaman langsung sangat
efektif dibandingkan penjelasan guru dalam bentuk verbal (kata-kata).

Misalnya suatu gelas diisi air. Selanjutnya dimasukkan uang logam sehingga
permukaan air naik. Anak pada tahap operasi konkreat dapat mengetahui bahwa volume air
tetap sama.

4. Tahap operasi formal (11 tahun keatas)

Tahap operasi formal merupakan tahap akhir dari perkembangan kognitif secara
kualitas. Pada tahap ini anak mampu bernalar tanpa harus berhadapan dengan objek atau
peristiwanya langsung. Mereka mampu mengajukan hipotesa, menghitung konsekuensi yang
mungkin terjadi serta menguji hipotesa yang mereka buat. Kalau dihadapkan pada suatu
persoalan, siswa pada tahap perkembangan formal operational mampu memformulasikan
semua kemungkinan dan menentukan kemungkinan yang mana yang paling mungkin terjadi
berdasarkan kemampuan berpikir analistis dan logis.

Dalam perkembngan formal operasional, anak yang sudah menjelang atau sudah
menginjak masa remaja, yakni usia 11-15 tahun, akan dapat mengatasi masalah keterbatasan
pemikiran. Dalam perkembangan kognitif akhir ini seorang remaja telah memiliki
kemampuan mengkoordinasikan baik secara simultan (serentak) maupun berurutan dua
ragam kemampuan kognitif, yakni:

a. kapasitas menggunakan hipotesis


b. kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak
Dalam dua macam kemampuan kognitif yang sangat berpengaruh terhadap kualiatas
skema kognitif itu tentu telah dimiliki oleh orang-orang dewasa. Oleh karenanya, seorang
remaja pelajar yang telah berhasil menempuh proses perkembangan formal operasional
secara kognitif dapat dianggap telah mulai dewasa. Dalam perkembangan intelektual, ada tiga
aspek yang diteliti oleh Piaget, yaitu struktur (merupakan organisasi mental tingkat tinggi), isi
(pola perilaku yang khas tercermin pada respon), fungsi (untuk membuat kemajuan-kemajuan
intelektual). Lima faktor yang mempengaruhi transisi tingkat perkembangan intelektual yaitu
: kedewasaan, pengalaman, fisik, pengalaman logika matematis, transmisi sosial, proses
keseimbangan. Berikut adalah Tingkat perkembangan intelektual.

3. Teori Belajar Kognitif Jerome S. Bruner

Sebelum menjelaskan bagaimana teori belajar kognitif Jerome S. Bruner, alangkah


baiknya memahami apa itu kognitivisme dan pengertian belajar.. Sehubungan dengan
kelemahan teori behaviorisme yang telah dikemukakan banyak para ahli dan pemikir
pendidikan yang kurang puas terhadap ungkapan para behavioris bahwa belajar sekedar
hubungan antara stimulus dan respon. Menurut teori ini perilaku seorang ditentukan oleh
persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya.
Menurut teori kognitif belajar merupakan proses internal yang mencakup ingatan, retensi,
pengolahan informasi, emosi dan aspek kejiwaan lainnya.

Belajar pada hakikatnya adalah proses modifikasi gagasan-gagasan yang telah ada
pada diri pebelajar (Sadia, et al., 2004). Belajar adalah pembentukan pengertian atas
pengalaman-pengalaman dalam hubungannya dengan pengetahuan yang telah dimiliki
sebelumnya (prior knowledge). Aktivitas pebelajar mengkonstruksi pengetahuan adalah dari
merefleksi kegiatan fisik dan mental.

Belajar Fisika pada hakikatnya merupakan cara ideal untuk memperoleh kompetensi
yang berupa ketrampilan, memelihara sikap, dan mengembangkan pemahaman konsep yang
berkaitan dengan pengalaman sehari-hari. Ketrampilan, sikap dan konsep ini tidak dapat
dipisahkan satu dengan yang lainnya. Belajar fisika ini pada dasarnya bertujuan untuk
menguasai produk yang berupa kumpulan hukum, teori, prinsip, aturan, dan rumus-rumus
yang terbangun oleh konsep-konsep sesuai proses pengkajiannya. Adapun produk sains
terutama fisika merupakan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, prinsip,
hukum, dan teori mengenai gejala alam.
A. Teori Belajar Kognitif

Teori belajar kognitif ini lebih menekankan arti penting proses internal, mental
manusia dalam pandangan para ahli kognitif tingkah laku manusia yang tampak tak dapat
diukur dan diterangkan tanpa melibatkan proses mental, seperti " motivasi, kesengajaan,
keyakinan dan sebagainya. Dalam perspektif psikologi kognitif, belajar pada dasarnya adalah
peristiwa mental, bukan peristiwa behavioral yang bersifat jasmaniah meskipun hal-hal yang
bersifat behavioral tampak lebih nyata dalam hampir setiap peristiwa belajar siswa. Jadi pada
dasarnya, teori belajar kognitif lebih menekankan pada bagaimana prosesnya daripada
hasilnya. Ketika diimplikasikan pada belajar, maka yang terjadi adalah bagaimana proses
belajar itu sendiri, daripada hasil dari belajar. Artinya proes belajar itu bukanlah suatu hal
yang sederhana akan tetapi kompleks, bisa meliputi proses, bagaimana seseorang itu
memperoleh suatu pengetahuan, bagaimana rasa, kejiwaannya dan respon yang ditimbulkan
dari kegiatan belajar. Psikologi kognitif ini dikembangkan oleh beberapa ahli, seperti Jean
Piaget, Jerome S. Bruner, & Ausubel, Gagne. Selanjutnya mengenai pembahasan teori belajar
psikologi kognitif menurut Bruner. Dalam pandangannya Belajar yang terpenting adalah cara
bagaimana orang memilih, mempertahankan, dan menstranformasi informasi secara efektif.
Bruner memusatkan perhatiannya pada masalah apa yang dilakukan manusia dengan
informasi yang diterimanya dan apa yang dilakukannya sesudah memperoleh informasi yang
diskret itu mencapai pemahaman yang memberikan kemampuan padanya. Dapat disimpulkan
pada intinya belajar menurut Bruner adalah terdapat suatu proses, tidak terjadi begitu saja.
Proses tersebut ialah bagaimana mengolah informasi yang diterima secara baik.

Ada beberapa pokok pembahasan yang dipaparkan Bruner dalam teorinya:

 Belajar Penemuan (Discovery Learning)

Salah satu model intruksional kognitif yang sangat berpengaruh ialah model dari
Jerome Bruner yang dikenal dengan nama Belajar Penemuan. Dasar dari teori Bruner adalah
ungkapan Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan aktif saat belajar di kelas
(konsepnya adalah belajar dengan menemukan discovery learning. Bruner menganggap
bahwa Belajar Penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia
dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Berusaha sendiri untuk mencari
pemecahan masalah serta pengetahuan yang benar-benar bermakna. Bruner menyarankan
agar siswa hendaknya belajar melalui partisipasi secara aktif dengan konsep dan prisnsip-
prinsip agar memperoleh pengalaman dan melakukan eksperimen yang mengiinkan mereka
untuk menemukan prinsip-prinsip itu sendiri. Dalam implikasinya pada proses pembelajaran,
siswa mengorganisasikan bahan pelajaran yang dipelajarinya dengan suatu bentuk akhir yang
sesuai dengan tingkat kemajuan berpikir anak. Siswa didorong untuk belajar dengan diri
mereka sendiri. Siswa belajar melalui aktif dengan kosep-konsep dan prinsip-prinsip.
Menurut teori ini, proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu aturan (termasuk konsep, teori, definisi
dan sebagainya) melalui contoh-contoh yang menggambarkan aturan yang menjadi
sumbernya. Siswa dibimbing secara induktif untuk memahami suatu kebenaran umum.
Lawan dari pendekatan ini disebut Belajar Ekspositori (belajar dengan cara menjelaskan).
Dalam hal ini siswa diberi informasi umum untuk diminta menjelaskan informasi tersebut
melalui contoh-contoh khusus dan konkret.

Pengetahuan yang diperoleh dengan Belajar penemuan menunjukkan beberapa


kebaikan. Pertama, pengetahuan itu bertahan lama atau lama diingat bila dibandingkan
dengan pengetahuan yang dipelajari dengan cara-cara lain. Kedua, hasil belajar penemuan
mempunyai efek transfer yang lebih baik daripada hasil belajar lainnya. Dengan kata lain,
konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang dijadikan milik kognitif seorang lebih mudah
diterapkan pada situasi yang baru. Ketiga, secara menyeluruh Belajar Penemuan meningktkan
penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir secara bebas. Secara khusus Belajar
penemuan melatih ketrampilan kognitif siswa untuk menemukan dan memecahkan masalah-
masalah tanpa pertolongan orang lain. Belajar penemuan juga dapat membangkitkan
keingintahuan siswa, memberi motivasi untuk bekerja terus sampai menemukan jawaban-
jawaban lagi, mengajarkan ketrampilan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain
dan meminta para siswa untuk menganalisis dan memanipulasi informasi, tidak hanya
menerima saja. Pada dasarnya Belajar Penemuan sarat akan makna. Dengan Belajar
Penemuan mendorong siswa untuk aktif dan memberikan motivasi dalam belajar sehingga
melatih kemampuan kognitifnya untuk memecahkan suatu permasalahan.

B. Tahap Perkembangan Intelektual dalam Proses Belajar

Menurut Bruner seiring dengan pertumbuhan kognitif, para pembelajar harus melalui
tiga tahap intelektual, meliputi tahap enaktif, Ikonik dan Simbolik.
 Enaktif

Seseorang belajar tentang dunia melalui respon atau aksi-aksi terhadap suatu objek.
Dalam memahami dunia sekitarnya anak menggunakan ketrampilan dan pengetahuan
motorik seperti meraba, memegang, mencengkram, menyentuh, mengggit dan sebagainya.
Anak-anak harus diberi kesempatan bermain dengan berbagai bahan/alat pembelajaran
tertentu agar dapat memahami begaimana bahan/alat itu bekerja.

 Ikonik

Pembelajaran terjadi melalui penggunaan model- model dan visualisasi verbal. Anak-
anak mencoba memahami dunia sekitarnya melalui bentuk-bentuk perbandingan (komparasi)
dan perumpamaan, dan tidak lagi memerlukan manipulasi objek-objek pembelajaran secara
langsung.

 Simbolik

Siswa sudah mampu menggambarkan kapasitas berpikir dalam istilah-istilah yang


abstrak. Dalam memahami dunia sekitarnya anak-anak belajar melalui simbol-simbol bahasa,
logika, matematika dan sebagainya. Huruf dan lambang bilangan merupakan contoh system
simbol. Fase simbolik merupakan tahap final dalam pembelajaran.

Scaffolding

Bruner menegaskan bahwa guru yang efektif harus membantu pembelajar dan
memimbingnya untuk melewati ketiga fase tersebut, dengan suatu proses yang disebut
Scaffolding. Inilah cara siswa membangun pemahaman. Pada akhirnya melalui Scaffolding,
siswa dibimbing menjadi pembelajar yang mandiri. Tujuan pokok pendidikan menurut
Bruner adalah bahwa guru harus memandu para siswanya sehingga mereka dapat
membangun basis pengetahuannya sendiri dan bukan karena diajari melalui memori hafalan
(rote memorization) informasi-informasi baru dipahami siswa dengan cara
mengklasifikasinya berlandaskan pengetahuan yang terdahulu yang dimilikinya. Menurut
Bruner, interkoneksi antara pengetahuan baru dengan pengetahuan terdahulu menghasilkan
reorganisasi dari struktur kognitif yang kemudian menciptakan makna dan mengijinkan
individu memahami secara mendalam informasi baru yang diberikan.
C. Fase-Fase dalam Proses Belajar

Belajar merupakan proses aktif dengan cara siswa mengkonstruksi gagasan baru atau
konsep baru berlandaskan pengetahuan awal yang telah dimilikinya. Pembelajar memilih dan
mengolah informasi, membangun hipotesis, dan membuat keputusan yang berlangsung dalam
struktur kognitifnya. Karena belajar merupakan aktivitas yang berproses, sudah tentu
didalamnya terjadi perubahan-perubahan yang bertahap. Perubahan tersebut timbul melalui
tahap-tahap yang antara satu dengan lainnya berkaitan secara berurutan. Menurut Bruner,
dalam proses pembelajaran siswa menempuh tiga fase, yaitu:

 Informasi,

Seorang siswa yang sedang belajar memperoleh sejumlah keterangan


mengenai materi yang sedang dipelajari. Diantara informasi yang diperoleh itu
ada yang sama sekali baru dan beridiri sendiri ada pula yang berfungsi menambah,
memperluas dan memperdalam pengetauan yang sebelumnya.
 Transformasi,

Dalam fase ini informasi yang telah diperoleh, dianalisis, diubah atau
ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrak atau konseptual.
 Evaluasi,

Dalam tahap evaluasi ini, menilai sejauh mana informasi yang telah
ditransformasikan dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala atau memecahkan
masalah yang dihadapi.

D. Alat-Alat Mengajar

Jerome Bruner membagi alat instruksional dalam 4 macam menurut fungsinya, yaitu :

a. Alat untuk menyampaikan pengalaman “vicarious”. Yaitu menyajikan bahan-bahan

kepada murid-murid yang sedianya tidak dapat mereka peroleh dengan pengalaman

langsung yang lazim di sekolah. Ini dapat dilakukan melalui film, TV, rekaman suara

dll.
b. Alat model yang dapat memberikan pengertian tentang struktur atau prinsip suatu

gejala, misalnya model molekul atau alat pernafasan, tetapi juga eksperimen atau

demonstrasi, juga program yang memberikan langkah-langkah untuk memahami

suatu prinsip atau struktur pokok.

c. Alat dramatisasi, yakni yang mendramatisasikan sejarah suatu peristiwa atau tokoh,

film tentang alam yang memperlihatkan perjuangan untuk hidup, untuk memberi

pengertian tentang suatu ide atau gejala.

d. Alat automatisasi seperti “teaching machine” atau pelajaran berprograma, yang

menyajikan suatu masalah dalam urutan yang teratur dan memberi ballikan atau

feedback tentang responds murid.

4. Teori Belajar Ausubel

David Ausubel (1963) merupakan seorang psikolog pendidikan, melakukan beberapa


penelitian rintisan menarik di waktu yang hampir sama dengan Burner, Ia sangat tertarik
dengan cara mengorganisasikan berbagai ide. Ia menjelaskan bahwa dalam diri seorang
pelajar sudah ada organisasi dan kejalasan tentang pengetahuan dibidang subjek tertentu. Ia
menyebut organisasi ini sebagai struktur kognitif dan percaya bahwa struktur ini menentukan
kemampuan pelajar untuk menangani berbagai ide dan hubungan baru. Makna dapat muncul
dari materi baru hanya bila materi itu terkait dengan struktur kognitif dari pembelajaran
sebelumnya.

Menurut Ausubel ada dua jenis belajar : (1) Belajar bermakna (meaningful learning)
dan (2) belajar menghafal (rote learning). Belajar bermakna adalah suatu proses belajar di
mana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dipunyai seseorang
yang sedang belajar. Sedangkan belajar menghafal adalah siswa berusaha menerima dan
menguasai bahan yang diberikan oleh guru atau yang dibaca tanpa makna.

Faktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna menurut Ausubel adalah


struktur kognitif yang ada, stabilitas dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang studi
tertentu dan pada waktu tertentu. Seseorang belajar dengan mengasosiasikan fenomena baru
ke dalam skema yang telah ia punya. Dalam prosesnya siswa mengkonstruksi apa yang ia
pelajari dan ditekankan pelajar mengasosiasikan pengalaman, fenomena, dan fakta-fakta
baru kedalam system pengertian yang telah dipunyainya.

Teori belajar bermakna Ausubel ini sangat dekat dengan inti pokok konstruktivisme.
Keduanya menekankan pentingnya siswa mengasosiasikan pengalaman, fenomena, dan fakta-
fakta baru kedalam sistem pengertian yang telah dipunyai. Keduanya menekankan
pentingnya asimilasi pengalaman baru kedalam konsep atau pengertian yang sudah dipunyai
siswa. Keduanya mengandalkan bahwa dalam pembelajaran itu aktif.

Pemerolehan informasi merupakan tujuan pembelajaran yang penting dan dalam hal-
hal tertentu dapat mengarahkan guru untuk menyampaikan informasi kepada siswa. Dalam
hal ini guru bertanggung jawab untuk mengorganisasikan dan mempresentasikan apa yang
perlu dipelajari oleh siswa, sedangkan peran siswa di sini adalah menguasai yang
disampaikan gurunya. Belajar dikatakan menjadi bermakna (meaningful learning) yang
dikemukakan oleh Ausubel adalah bila informasi yang akan dipelajari peserta didik disusun
sesuai dengan struktur kognitif yang dimiliki peserta didik itu sehingga peserta didik itu
mampu mengaitkan informasi barunya dengan struktur kognitif yang dimilikinya.

Dua syarat untuk materi yang dipelajari di asimilasikan dan dihubungkan dengan
pengetahuan yang telah dipunyai sebelumnya.

1. Materi yang secara potensial bermakna dan dipilih oleh guru dan harus sesuai
dengan tingkat perkembangan dan pengetahuan masa lalu peserta didik.
2. Diberikan dalam situasi belajar yang bermakna, faktor motivasional memegang peranan
penting dalam hal ini, sebab peserta didik tidak akan mengasimilasikan materi baru
tersebut apabila mereka tidak mempunyai keinginan dan pengetahuan bagaimana
melakukannya. Sehingga hal ini perlu diatur oleh guru, agar materi tidak dipelajari secara
hafalan.

Terdapat empat prinsif dalam menerapkan teori belajar bermakna Ausubel yaitu :
1. Pengaturan awal mengarahkan para siswa ke materi yang akan mereka pelajari dan
menolong mereka untuk mengingat kembali informasi yang berhubungan yang dapat
dipergunakan dalam membantu menanamkan pengetahuan baru.
2. Defrensiasi Progresif, dalam hal ini yang perlu dilakukan adalah menyusun konsep
dengan mengajarkan konsep-konsep tersebut dari inklusif kemudian kurang ingklusif dan
yang paling ingklusif.
3. Belajar Subordinat, dalam hal ini terjadi bila konsep-konsep tersebut telah dipelajari
sebelumnya.
4. Penyesuaian Integratif, dalam hal ini materi disusun sedemikian rupa hingga
menggerakkan hirarki konseptual yaitu ke atas dan ke bawah selama informasi disajikan.

Ausubel berpendapat bahwa guru harus dapat mengembangkan potensi kognitif siswa
melalui proses belajar bermakna. Mereka yang berada pada tingkat pendidikan dasar, akan
lebih bermanfaat jika siswa diajak beraktivitas, dilibatkan langsung dalam kegiatan
pembelajaran. Sedangkan pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi, akan lebih efektif jika
menggunakan penjelasan, peta konsep, demonstrasi, diagram dan ilustrasi.

Empat tipe belajar menurut Ausubel, yaitu:

1. Belajar dengan penemuan yang bermakna, yaitu mengaitkan pengetahuan yang telah
dimilikinya dengan materi pelajaran yang dipelajarinya atau siswa menemukan
pengetahuannya dari apa yang ia pelajari kemudian pengetahuan baru itu ia kaitkan
dengan pengetahuan yang sudah ada.
2. Belajar dengan penemuan yang tidak bermakna, yaitu pelajaran yang dipelajari
ditemukan sendiri oleh siswa tanpa mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya,
kemudian dia hafalkan.
3. Belajar menerima (ekspositori) yang bermakna, materi pelajaran yang telah tersusun
secara logis disampaikan kepada siswa sampai bentuk akhir, kemudia pengetahuan yang
baru itu dikaitkan dengan pengetahuan yang ia miliki.
4. Belajar menerima (ekspositori) yang tidak bermakna, yaitu materi pelajaran yang telah
tersusun secara logis disampaikan kepada siswa sampai bentuk akhir, kemudia
pengetahuan yang baru itu dihafalkan tanpa mengaitkannya dengan pengetahuan yang ia
miliki.
Terdapat 8 langkah pembelajaran yang bisa dilakukan dalam menerapkan teori belajar
bermakna Ausubel, yaitu :

 Menentukan tujuan pembelajaran


 Mengukur kesiapan siswa
 Memilih materi pembelajaran dan mengatur dalam penyajian konsep
 Mengidentifikasi prinsif-prinsif yang harus dikuasai peserta didik dari materi
pembelajaran
 Menyajikan suatu pandangan secara menyeluruh tentang apa yang seharusnya dipelajari
 Menggunakan “advance organizer” dengan cara memberikan rangkuman dilanjutkan
dengan keterkaitan antara materi.
 Mengajar siswa dengan pemahaman konsep
 Mengevaluasi hasil belajar

Terdapat dua perkara dalam teori ausubel yaitu :

1. Ausubel berpendapat bahwa guru dapat menggunakan pembelajaran


resepsi (penerimaan) atau model pengajaran ekspositori kerana guru dapat
menyampaikan materi secara lengkap dalam susunan yang teratur.
2. Terlebih dahulu guru mengingat semula konsep yang telah dipelajari dan mengaitkannya
dengan konsep baru yang akan dipelajari serta mengingatkan mereka tentang perkara-
perkara penting dalam proses pembelajaran.

Kebermaknaan materi pelajaran secara potensial tergantung dari materi itu memiliki
kebermaknaan logis dan gagasan-gagasan yang relevan harus terdapat dalam struktur kognitif
siswa. Berdasarkan Pandangannya tentang belajar bermakna, maka David Ausuble
mengajukan 4 prinsip pembelajaran , yaitu:

1. Pengaturan awal (advance organizer). Pengatur awal atau bahan pengait dapat digunakan
guru dalam nce membantu mengaitkan konsep lama dengan konsep baru yang lebih tinggi
maknanya. Pemggunaan pengatur awal tepat dapat meningkatkan pemahaman berbagai
macam materi , terutama materi pelajaran yang telah mempunyai struktur yang teratur.
Pada saat mengawali pembelajaran dengan prestasi suatu pokok bahasan
sebaiknya “pengatur awal”itu digunakan, sehingga pembelajaran akan lebih bermakna.
2. Diferensiasi Progresif. Dalam proses belajar bermakna perlu ada pengembangan dan
kolaborasi konsep-konsep. Caranya unsur yang paling umum dan inklusif dipekenalkan
dahulu kemudian baru yang lebih mendetail, berarti proses pembelajaran dari umum ke
khusus.
3. Belajar Superordinat. Belajar superordinat adalah proses struktur kognitif yang
mengalami petumbuhan kearah deferensiasi, terjadi sejak perolehan informasi dan
diasosiasikan dengan konsep dalam struktur kognitif tersebut. Proses belajar tersebut akan
terus berlangsung hingga pada suatu saat ditemukan hal-hal baru. Belajar superordinat
akan terjadi bila konsepkonsep yang lebih luas dan inklusif.
4. Penyesuaian Integratif. Pada suatu saat siswa kemungkinan akan menghadapi kenyataan
bahwa dua atau lebih nama konsep digunakan untuk menyatakan konsep yang sama atau
bila nama yang sama diterapkan pada lebih satu konsep. Untuk mengatasi pertentangan
kognitif itu, Ausuble mengajukan konsep pembelajaran penyesuaian integratif Caranya
materi pelajaran disusun sedemikian rupa, sehingga guru dapat menggunakan hiierarkhi-
hierarkhi konseptual ke atas dan ke bawah selama informasi disajikan. Penangkapan
(reception learning). Belajar penangkapan pertama kali dikembangkan oleh David
Ausuble sebagai jawaban atas ketidakpuasan model belajar diskoveri yang dikembangkan
oleh Jerome Bruner tersebut. Menurut Ausubel , siswa tidak selalu mengetahui apa yang
pening atau relevan untuk dirinya sendiri sehigga mereka memerlukan motivasi eksternal
untuk melakukan kerja kognitif dalam mempelajari apa yang telah diajarkan di sekolah.
Ausable menggambarkan model pembelajaran ini dengan nama belajar penangkapan.
Para pakar teori belajar penangakapan menyatakan bahwa tugas guru adalah:
1. Menstrukturkan situasi belajar.
2. Memilih materi pembelajaran yang sesuai dengan siswa.
3. Menyajikan materi pembelajaran secara terorganisir yang dimulai dari gagasan.

Inti belajar penangkapan yaitu pengajaran ekspositori , yakni pembelajaran sistematik


yang direncanakan oleh guru mengenai informasi yang bermakna (meaningful information).
Pembelajaran ekspositori itu terdiri dari tiga tahap, yaitu:

1. Penyajian Advance Organizer. Advance organizer merupakan pernyataan umumyang


memeperkenalkan bagian-bagian utama yang etrcakup dalam urutan pengajaran. Advance
organiberfungsi untuk menghubungakan gagasan yang disajikan di dalam pelajaran
dengan informasi yang telah berda didalam pikiran siswa, dan memberikan skema
organisasional terhadap informasi yang sangat spesifik yang disajikan.
2. Penyajian materi atau tugas belajar. Dalam tahap ini, guru menyajikan materi
pembelajaran yang baru dengan menggunakan metode ceramah, diskusi, film, atau
menyajikantugas-tugas belajar kepada siswa . Ausable menekankan tentang pentingnaya
mempertahankan perhatian siswa, dan juaga pentingya pengorganisasian meteri pelajaran
yang dikaitakan dengan struktur yang terdapat didalam advance organizer. Dia
menyarankan suatu proses yang disebut dengan diferensiasi progresif, dimna
pembelajaran berlangsung setahap demi setahap demi setahap, dimulai dari konsep umum
menuju kepada informasi spesifik, contoh-contoh ilustratif, dan membandingkan antara
konsep lama dengan konsep baru.
3. Memperkuat organisasi kognitif. Ausuble menyarankan bahwa guru mencoba
mengikatkan informasi baru ke dalam stuktur yang telah direncanakan di dalam
permulaan pelajaran, degan cara mengingatkan siswa bahwa rincian yang ebrsifat spesifik
itu berkaitan dengan gambaran informasi yang bersifat umum. Pada akhir pembelajaran
ini siswa diminta mengjukan pertanyaan pada diri sendiri mengenai tingkat
pemahamannya terhadap pelajaran yang baru dipelajari, menghubungkannya dengan
pengetahuan yang telah dimiliki dan pengorgnaisasian matyeri pembelajaran sebagaiman
yang dideskripsikan didalam advance organizer samping itu juga memberikan
pertanyanan kepada siswa dalam rangka menjajagi keluasan pemahaman siswa tentang isi
pelajaran.
4. Berdasarkan uraian di atas maka, belajar bermakna menurut Ausubel adalah suatu proses
belajar di mana peserta didik dapat menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan
yang sudah dimilikinya dan agar pembelajaran bermakna, diperlukan 2 hal yakni pilihan
materi yang bermakna sesuai tingkat pemahaman dan pengetahuan yang dimiliki siswa
dan situasi belajar yang bermakna yang dipengaruhi oleh motivasi.

5. Dengan demikian kunci keberhasilan belajar terletak pada kebermaknaan bahan ajar yang
diterima atau yang dipelajari oleh siswa. Ausubel tidak setuju dengan pendapat bahwa
kegiatan belajar penemuan (discovery learning) lebih bermakna daripada kegiatan belajar
penerimaan (reception learning). Sehingga dengan ceramahpun, asalkan informasinya
bermakna bagi peserta didik, apalagi penyajiannya sistematis, akan dihasilkan belajar
yang baik.
C. METODE PEMBELAJARAN

PENDAHULUAN

Pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu interaksi positif antara pengajar dan
pelajar. Untuk mencapai tujuan pembelajaran diperlukan suatu pemilihan model
pembelajaran yang tepat. Ada banyak model pembelajaran yang bisa diterapkan untuk
membangun interaksi dan komunikasi yang baik antara pebelajar dan pembelajar.

Metode mengajar merupakan cara yang digunakan guru dalam memebelajarkan siswa
agar terjadi interaksi dan proses belajar yang efektif dalam pembelajaran. Setiap metode
mengajar memiliki karakteristik yang berbeda-beda dalam membentuk pengalaman balajar
siswa, tetapi satu dengan yang lainnya saling menunjang. Dan jika dikaitkan dengan proses
pembelajaran, maka definisi metode pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu cara yang
dipilih oleh pendidik untuk mengoptimalkan proses belajar mengajar yang bertujuan untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Metode pembelajaran ini memiliki peran yang penting dalam proses pembelajaran,
selain agar proses belajar mengajar tidak membosankan, peserta didik juga akan semakin
mudah mencerna materi yang diberikan. Untuk itulah ketika memilih sebuah metode
pendidik harus memperhatikan karakteristik peserta didik. Pendidik dapat menggunakan
metode yang berbeda untuk tiap kelasnya disesuaikan dengan kemampuan dan karakteristik
peserta didik.

1. Metode Simulasi

Metode simulasi adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui


pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Tujuannya untuk melatih keterampilan
tertentu, baik yang bersifat keahlian maupun keterampilan dalam hidup sehari-hari, serta
untuk memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip seperti latihan memecahkan
masalah.
Dalam pembahasan metode pembelajaran ini, khusus membahas metode
pembelajaran yang dapat dipakai untuk mengajar fisika. Adapun aplikasi simulasi dalam
pembelajaran fisika adalah sebagai berikut.

Kasus pertama

1. Daya Apung
2. Densitas

Contoh Tujuan Pengajaran

1. Dengan mengetahui parameter fisis benda dan cairannya, dapat memperkirakan


apakah sebuah benda akan tenggalam atau mengapung saat dimasukkan ke dalam
cairan.
2. Mendefinisikan massa jenis (rapat massa) baik untuk benda padat dan cair.
3. Mencari hubungan antara gaya apung, berat benda, dan volume cairan yang
dipindahkan oleh benda.
4. Menjelaskan hubungan antara gaya apung dan massa jenis benda relatif terhadap
massa jenis cairan.
5. Dengan mengetahui berat dan volume benda, dapat memperkirakan berat bagian
benda yang berada dalam cairan (baik yang mengapung atau tenggelam).
6. Memperkirakan gaya apung pada benda yang mengapung maupun yang tenggelam.
7. Menjelaskan bagaimana sebuah benda yang lebih padat dibanding air dapat tetap
mengapung dengan menumpangkannya/meletakkannya pada benda yang memiliki
rapat massa yang lebih kecil dibandingkan air.

Kasus Kedua

1. Gelombang
2. Suara

Contoh Tujuan Pengajaran

1. Mengamati gelombang air, suara, dan cahaya kemudian melihat bagaimana mereka
memiliki kesamaan. Semuanya dapat diwujudkan dengan gelombang sinus.
2. Apa yang akan diperlihatkan gelombang sinus tersebut untuk ketiga fenomena yang
berbeda tersebut? Menggunakan sejumlah sumber gelombang dengan spasi yang
berbeda dan mengamati terjadinya perubahan pola interferensi. Mengamati titik-titik,
baik dengan mata ataupun alat ukur, terjadinya interferensi yang konstruktif dan yang
destruktif.
3. Memasang penghalang dan mengamati bagaimana gelombang saat melintasi satu atau
dua celah. Bagaimanakah bentuk gelombang yang terjadi dengan adanya penghalang
bercelah? Bagaimanakah caranya agar bisa mengubah-ubah pola gelombangnya?
4. Pada tab cahaya, memperkirakan letak dari fringe (cincin, lingkaran pinggir) yang
muncul di layar dengan menggunakan d sin(θ) = mλ. Menggunakan meteran untuk
memeriksa perkiraan tersebut.

Kasus Ketiga

1. Hukum Snell
2. Cahaya
3. Refraksi

Contoh Tujuan Pengajaran

1. Menjelaskan bagaimana cahaya berbelok di batas kedua media. Mengukur juga sudut
pembelokannya.
2. Menggunakan Hukum Snellius untuk sinar laser yang ditembakkan pada bidang batas
kedua media.
3. Menjelaskan efek perubahan panjang gelombang dengan perbahan sudut refraksi.
4. Menjabarkan bagaimana sebuah prisma dapat membentuk pelangi.

2. Metode Demonstrasi

Pengertian Metode

Metode adalah suatu proses atau cara sistematis yang digunakan untuk mencapai
tujuan tertentu dengan efisiensi, biasanya dalam urutan langkah-langkah tetap yang teratur.
Kata metode (method) berasal dari bahasa Latin dan juga Yunani, methodus yang berasal dari
kata metayang berarti sesudah atau di atas, dan kata hodos, yang berarti suatu jalan atau suatu
cara. Metode secara harfiah menggambarkan jalan atau cara suatu totalitas yang akan dicapai
atau dibangun. Mendekati suatu bidang secara metodis berarti memahami atau memenuhinya
sesuai dengan rencana, mengatur berbagai kepingan atau tahapan secara logis dan
menghasilkan sebanyak mungkin hubungan.

Karakter Metode

Metode juga dapat didefinisikan sebagai an established, habitual, logical, or


systematic process of achieving certain ends with accuracy and efficiency, usually in an
ordered sequence of fixed steps (praktik yang mapan, kebiasaan, logis atau proses sistematis
untuk mencapai tujuan tertentu dengan akurasi dan efisiensi, biasanya dalam urutan teratur
langkah-langkah tetap).

Berdasarkan definisi tersebut, berikut ini karakter metode meliputi:

1. Metode merupakan sebuah aktivitas yang relative mapan yang digunakan oleh suatu
kelompok.
2. Terkadang karena sudah terbiasa dan relative mapan, metode merupakan aktivitas yang
sudah menjadi kebiasaan dari suatu kelompok.
3. Metode yang telah mapan dan menjadi kebiasaan biasanya menjadi tindakan yang logis
dan merupakan sebuah proses yang sitematis untuk mencapai tujuan tertentu dengan
akurasi dan efisiensi pengguanaan sumber daya.

Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi didefinisikan sebagai metode mengajar dengan menggunakan


peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana
berjalannya atau bekerjanya suatu proses atau langkah-langkah kerja dari suatu alat atau
instrumen tertentu kepada siswa.

Untuk memperjelas pengertian tersebut dalam prakteknya dapat dilakukan oleh guru
atau anak didik itu sendiri. Metode demonstrasi cukup baik apabila digunakan dalam
penyampaian bahan pelajaran sains dan teknologi khususnya fisika.

Berdasarkan tujuannya demonstrasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu:


1. demonstrasi proses yaitu metode yang mengajak siswa memahami langkah demi
langkah suatu proses
2. demonstrasi hasil yaitu metode untuk memperlihatkan atau memperagakan hasil dari
sebuah proses.

Metode demonstrasi di dalam pembelajaran Fisika adalah metode dimana guru


menyajikan suatu percobaan Fisika di depan kelas atau di tempat yang dapat dilihat oleh
seluruh siswa. Setelah mengikuti demonstrasi baik demonstrasi proses maupun demonstrasi
hasil, siswa akan memperoleh pengalaman belajar langsung setelah melihat atau melakukan
pengamatan sendiri apa yang didemonstrasikan.

Ada beberapa alasan pemilihan metode demonstrasi pada pembelajaran Fisika, yaitu:

1. peralatan dan bahan yang tersedia di laboratorium tidak memadai untuk eksperimens;
2. menggunakan bahan praktikum yang berbahaya;
3. menggunakan alat-alat yang tidak boleh dioperasikan oleh siswa;
4. konsep yang didapat dari percobaan harus dijelaskan tahap demi tahap.

Keunggulan Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi memiliki keunggulan sebagai berikut:

1. tidak banyak memerlukan peralatan laboratorium;


2. penggunaan bahan praktikum tidak boros;
3. pengembangan konsep terarah;
4. konsep yang dipelajari akan lebih mudah diingat karena siswa melihat fakta-fakta secara
langsung.
5. Membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkret
6. Siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari
7. Proses pengajaran lebih menarik
8. Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dengan kenyataan

Kelemahan-kelemahan Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi memiliki kelemahan sebagai berikut:


1. Jika siswa sama sekali tidak diberikan pertanyaan-pertanyaan tentang hal-hal yang akan
terjadi pada kegiatan demonstrasi, maka materi yang didemontrasikan hanya
merupakan tontonan;
2. Jika sajian demonstrasi tidak dapat dilihat oleh semua siswa, maka materi ajar tetap saja
tidak terserap dengan baik;
3. Siswa tidak terlatih dalam keterampilan penggunaan alat;
4. Memerlukan keterampilan guru secara khusus
5. Fasilitas seperti peralatan, tempat dan biaya yang memadai tidak selalu tersedia dengan
baik;
6. Memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang disamping memerlukan waktu
yang cukup panjang;

Untuk menerapkan metode demonstrasi pembelajaran IPA, ada beberapa persyaratan


yang harus dilakukan, diantaranya:

1. peralatan dan bahan yang sudah tersedia di depan kelas atau di laboratorium;
2. peralatan dan bahan yang digunakan ukurannya atau volumenya memadai untuk dilihat
oleh seluruh siswa;
3. memperhatikan keselamatan kerja;
4. guru menyajikan demonstrasi dengan teknik bertanya yang tepat;
5. semua media yang di gunakan telah di tempatkan pada posisi yang baik, hingga semua
siswa dapat melihat semuanya dengan jelas
6. diikuti dengan aktivitas dimana para siswa dapat ikut bereksperimen dan menjadikan
aktifitas demonstrasi pengalaman pribadinya.

3. Metode Eksperimen

Metode pembelajaran terdiri dari dua suku kata yaitu metode dan pebelajaran. Metode
menurut Djamaluddin dan Abdullah dalam Kapita Selekta Pendidikan Islam, (1999:114)
berasal dari kata meta berarti melalui, dan Hedos berarti Jalan. Jadi metode adalah jalan yang
harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan menurut Departemen Agama RI dalam
buku Metodologi Pendidikan Agama Islam (2001:19), metode adalah cara kerja yang
bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang
ditentukan. Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa
sehingga tingkah laku siswa berubah kearah yang lebih baik (Darsono, 2000:24). Jadi
pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar.

Menurut Ahmadi (1997:52) metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang


cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh guru atau instruktur. Pengertian lain mengatakan
bahwa metode pembelajaran merupakan teknik penyajian yang dikuasai oleh guru untuk
mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas, baik secara
individual ataupun secara kelompok agar pelajaran itu dapat diserap, dipahami dan
dimanfaatkan oleh siswa dengan baik.

Berdasarkan defenisi di atas, dapat disimpulkan, metode pembelajaran adalah cara


yang digunakan seorang guru dalam proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat
tercapai.

Metode pembelajaran yang sesuai dengan pembelajaran fisika adalah metode


eksperimen. Metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa melakukan
percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari
(Djamarah,2002:95).

a. Kelebihan metode eksperimen


1. Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan
percobaan.
2. Membina siswa membuat terobosan baru
3. Hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran umat
manusia.
b. Kelemahan metode eksperimen
1. Cenderung sesuai bidang sains dan teknologi
2. Kesulitan dalam fasilitas
3. Menuntut ketelitian, kesabaran, dan ketabahan
4. Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan.

4. Metode Diskusi

Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang
sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Metode diskusi adalah salah satu metode yang digunakan oleh pengajar Agar para
siswa fokus dan lebih berfikir keras saat proses pembelajaran. Metode diskusi sendiri adalah
suatu cara pembelajaran yang terdapat interaksi erat antara murid dengan guru ataupun murid
dengan murid.

Tujuan digunakannya metode diskusi dalam suatu pembelajar antara lain adalah:

 Para siswa akan lebih terdorong untuk berfikir kritis dan cemas.
 Para siswa akan lebih ditekan untuk melontarkan pendapat dan pernyataan secara
bebas.
 Para siswa harus memberikan ide yang ternbaik dalam menyelsaikan masalah atau
soal yang diberikan
 Para siswa akan lebih menerima keputusan jawaban berdasarkan pertimbangan
bersama.

Kelebihan Metode Diskusi :

 Para siswa akan lebih mengetahui dan faham bahwa semua masalah dan persoalan
mampu diatasi dengan berbagai macam cara.
 Para siswa akan tahu dan sadar bahwa keputusan dan pertimbangan bersama adalah
suatu hasil yang terbaik untuk mereka.
 Para siswa akan lebih terlatih dan lebih menerima pendapat yang diutarakan oleh
orang lain.
 Para siswa akan terbiasa untuk bersikap toleransi dan sportif.

Kekurangan Metode Diskusi :

 Hanya mampu dikuasai oleh siswa yang suka dan banyak bicara.
 Metode ini tak cocok untuk siswa dalam jumlah yang besar.
 Informasi terbatas yang dapat diterima oleh para siswa.
 Dibutuhkan pendekatan yang lebih formal.
D. PENDEKATAN PEMBELAJARAN

1. Pendekatan Sains, Teknologi, Masyarakat (STM)

Dalam disiplin ilmu ipa ada beberapa pendekatan dalam ipa yang perlu kita ketahui
yaitu pendekatan Sains, Teknologi dan Masyarakat. Dari ketiga pendekatan ini masing-
masing mempunyai pengertian yaitu:

Sainsadalah sebagai sejumlah disiplin ilmu, sekumpulan pengetahuan, dan sebagai


metode-metode.Disamping itu ditegaskan pula bahwa sains merupakan suatu rangkaian
konsep-konsep yang berkaitan dan berkembang dari hasil eksperimen dan observasi. Sains
juga merupakan suatu tubuh pengetahuan (body of knowledge) dan proses penemuan
pengetahuan.
Sains juga sebagai proses meliputi cara-cara memperoleh, mengembangkan dan
menerapkan pengetahuan yang mencakup cara kerja, cara berfikir, cara memecahkan
masalah, dan cara bersikap. Sains dirumuskan secara sistematis, terutama didasarkan atas
pengamatan eksperimen dan Sains melandasi perkembangan teknologi.
Teknologi adalah ilmu pengetahuan dan kepandaian yang maju dalam membuat sesuatu
penemuan yang berkenaan dengan penemuan ilmu alam atau berkaitan dengan hasil industri.
Dalam ilmu Sains teknologi sangat diperlukan karena sangat menunjang terutama untuk
aktivitas dalam upaya memperoleh penjelasan tentang objek dan fenomena alam dan
juga untuk aktivitas penemuan.
Masyarakat adalah suatu lingkungan pergaulan sosial dan juga dapat diartikan sebagai
himpunan orang yang hidup di suatu tempat dengan ikatan-ikatan dan aturan tertentu jadi
dapat dikatakan bahwa masyarakat adalah sekelompok manusia yang memiliki wilayah,
kebutuhan, dan norma-norma sosial tertentu.
Dari ketiga pengertian pendekatan STM ini maka Sains, Teknologi dan Masyarakat
adalah merupakan kecenderungan baru dalam pendidikan Sains, STM juga dapat diartikan
sebagai pembelajaran Sains dan teknologi dalam konteks pengalaman manusia. Jadi Sains
,Teknologi dan Masyarakat atau STM adalah istilah yang diberikan kepada usaha mutakhir
untuk menyajikan konteks dunia nyata dalam pendidikan Sains dan pendalaman Sains.
Pendekatan sains teknologi dan masyarakat melibatkan siswa dalam penentuan tujuan
pembelajaran, prosedur pelaksanaan pembelajaran, pencarian informasi bahan pembelajaran
dan bahkan pada evaluasi belajar.
Ciri-ciri pendekatan sains teknologi masyarakat

1. Identifikasi masalah-masalah setempat yang memiliki kepentingan dan dampak.


2. Penggunaan sumber daya setempat (manusia, benda, lingkungan) untuk mencari
informasi yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah.
3. Keikutsertaan yang aktif dari siswa dalam mencari informasi yang dapat
diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari.
4. Perpanjangan belajar di luar kelas dan sekolah.
5. Fokus kepada dampak sains dan teknologi terhadap siswa.
6. Suatu pandangan bahwa isi dari pada sains bukan hanya konsep-konsep saja
yang harus dikuasai siswa dalam tes.
7. Penekanan pada keterampilan proses dimana siswa dapat menggunakannya
dalam memecahkan masalah.
8. Penekanan pada kesadaran karir yang berkaitan dengan sains dan teknologi.
9. Kesempatan bagi siswa untuk berperan sebagai warga negara dimana ia
mencoba untuk memecahkan isu-isu yang telah diidentiflkasikan.
10. Identifikasi sejauh mana sains dan teknologi berdampak di masa depan.
11. Kebebasan atau otonomi dalam proses belajar.

Dari ciri-ciri sains teknologi masyarakat tersebut, dapat dikatakan bahwa pada
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan STM diawali dengan indentifikasi yang hal
itu terkait dengan suatu isu, dan isu itulah yang merupakan ciri utamanya. Karena dengan
mengemukakan isu mendorong peserta didik untuk mencari jawaban atau memecahkan
masalah dengan cara identifikasi yang diakibatkan oleh isu tersebut. Dalam memecahkan
masalah peserta didik akan mencari informasi dari berbagai sumber, bukan hanya di dalam
kelas melainkan di luar kelas dengan menggunakan berbagai cara termasuk memanfaatkan
teknologi. Dengan demikian peserta didik belajar menemukan dan menyusun sendiri
pengetahuan yang diperolehnya dari proses belajar yang dilakukannya.

Langkah–langkah pendekatan sains teknolologi masyarakat.

Dalam pendekatan sains teknologi masyarakat ada beberapa langkah-langkah yang


harus ditempuh yaitu sebagai berikut :
1. Tahap apersepsi (inisiasi, invitasi dan eksplorasi), yang mengemukakan isu atau
masalah aktual yang ada di masyarakat dan dapat diamati oleh siswa.
2. Tahap pembentukan konsep, yaitu siswa membangun atau mengkonstruksikan
pengetahuan sendiri melalui observasi, eksperimen, dan diskusi.
3. Tahap aplikasi konsep, atau menyelesaikan masalah yang menganalisis masalah
atau isu yang telah dikemukakan di awal pembelajaran berdasarkan konsep yang
telah dipahami sebelumnya.
4. Tahap pemantapan konsep, di mana guru memberi pemantapan konsep agar tidak
terjadi kesalahan konsep pada siswa.
5. Tahap evaluasi, penggunaan tes untuk mengetahui penguasaan konsep siswa
terhadap materi yang dikaji.
Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat

1. Kelebihan/keunggulan dari pendekatan sains teknologi masyarakat yaitu :


a. Ditinjau dari segi tujuan
 Meningkatkan keterampilan inquiry dan pemecahan, di samping
keterampilan proses.
 Menekankan cara belajar yang baik yang mencakup ranah kognitif, afektif
dan psikomotorik.
 Menekankan sains dalam keterpaduan dan antara bidang studi.
b. Ditinjau dari segi pembelajaran
 Menekankan keberhasilan siswa.
 Menggunakan berbagai strategi.
 Menyadarkan guru bahwa kadang-kadang dirinya tidak selalu berfungsi
sebagai sumber informasi.
c. Ditinjau dari segi evaluasi
 Ada hubungan antara tujuan, proses dan hasil belajar.
 Perbedaan antara kecakapan, kematangan serta latar belakang siswa juga
diperhatikan.
 Kualitas efisiensi dan keefektifan serta fungsi program juga dievaluasi.
 Guru juga termasuk yang dievaluasi usahanya yang terus menerus dalam
membantu siswa.
2. Kekurangan dari pendekatan sains teknologi masyarakat.
Dari kelebihan/keunggulan yang telah kita ketahui tersebut, ternyata dalam
pendekatan sains teknologi masyarakat ada juga sebuah kekurangannya, kekurangan tersebut
adalah:

2. Pendekatan Proses

 Dilihat pada guru yang belum menguasai sains teknologi sehingga guru susah
untuk mentransfer materi pembelajaran dengan sains teknologi masyarakat.
 Selain itu peserta didik khusunya siswa yang berada di kelas rendah, belum mampu
mengoperasikan sains teknologi yang sudah ada.
 Fasilitas pendukung pada beberapa sekolah kurang atau hampir tidak ada itu yang
menjadi kendala STM.
Keterampilan proses merupakan kemampuan siswa untuk mengelola (memperoleh)
yang didapat dalam kegiatan belajar mengajar yang memberikan kesempatan seluas-luasnya
pada siswa untuk mengamati, menggolongkan, menafsirkan, meramalkan, menerapkan,
merencanakan penelitian, mengkomunikasikan hasil perolehan tersebut.

Pendekatan keterampilan proses adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan


pada proses belajar mengajar yang menuntut aktivitas peserta didik dalam memperoleh
pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap serta dapat menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari (Mulyasa, 2005).

Pendekatan ini merupakan suatu pendekatan yang didasarkan atas suatu pengamatan,
proses-proses ini dijabarkan dari pengamatan terhadap apa yang dilakukan oleh seorang guru
disebut pendekatan ketrampilan proses. Dalam ketrampilan proses ini guru diharapkan bisa
memaksimalkan perannya, diupayakan agar siswa terlibat langsung dan aktif. Sehingga siswa
dapat mencari dan menemukan konsep serta prinsip berdasar dari pengalaman yang
dilakukannya.

Keterampilan proses melibatkan keterampilan-keterampilan kognitif atau intelektual,


manual, dan social. Keterampilan kognitif atau intelektual terlibat karena dengan melakukan
keterampilan proses siswa menggunakan pikirannya. Keterampilan manual jelas terlibat
dalam keterampilan proses karena mungkin mereka melibatkan penggunaan alat dan bahan,
pengukuran, penyusunan atau perakitan alat. Dengan keterampilan sosial dimaksudkan
bahwa mereka berinteraksi dengan sesamanya dalam melaksanakan kegiatan belajar
mengajar dengan keterampilan proses, misalnya mendiskusikan hasil pengamatan (Nuryani,
dkk. 2003).

Jenis-Jenis Pendekatan Keterampilan Proses

1. Keterampilan Proses Dasar


a. Observasi

Kegiatan observasi adalah peserta didik melakukan pengamatan terhadap objek dan
fenomena alam dengan menggunakan indera: penglihatan, perabaan, pembauan,
pendengaran, dan pengecapan. Informasi yang mereka peroleh dari observasi itu, dapat
menimbulkan rasa ingin tahu, pertanyaan, pemikiran, interpretasi tentang lingkungan dan
investigasi lebih lanjut. Kemampuan melakukan observasi merupakan keterampilan yang
paling mendasar dalam sains dan perlu pengembangan keterampilan lain.

b. Klasifikasi

Klasifikasi adalah keterampilan proses yang merupakan inti pembentukan konsep.


Untuk dapat memahami berbagai macam objek, peristiwa, makhluk hidup dan sebagainya,
kita memerlukan penataan dan keteraturan. Keteraturan dapat kita ciptakan, jika kita
mengenal persamaan, perbedaan, kemidian kita menggolongkan objek dengan objek yang
lain. Setiap cara penggolongan itu harus memiliki manfaat terutama untuk memudahkan
mengenal suatu objek. Itulah sebabnya kita melakukan klasifikasi.

c. Komunikasi

Komunikasi Kemampuan melakukan komunikasi dengan orang lain merupakan dasar


bagi segala hal yang kita kerjakan. Komunikasi dapat dilakukan secara lisan maupun tulisan.
Komunikasi merupakan dasar untuk memecahkan masalah. Komunikasi yang paling baik
adalah jelas dan tepat, sehingga perlu menggunakan keterampilan yang harus dikembangkan
dan dipraktekkan. Semua orang perlu untuk berkomunikasi untuk memenuhi kebutuhannya,
sehingga bisa hidup dengan baik.

d. Pengukuran

Pengukuran Untuk dapat melakukan observasi kuantitatif, diperlukan keterampilan


pengukuran. Satuan pengukuran yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari
adalah meter, kilogram atau jabarannya. Para peserta didik perlu dilatih melakukan
pengukuran dengan menggunakan berbagai alat, misalnya timbangan takaran, mistar,
thermometer dan sebagainya. Begitu pula perlu dilatih menggunakan dengan teliti, sehingga
diperoleh hasil pengukuran yang sebenarnya, jangan ditambah atau dikurangi.

e. Penarikan Kesimpulan (Inferensi)

Penarikan Kesimpulan (Inferensi) Jika suatu observasi merupakan pengalaman yang


diperoleh peserta didik melalui indera (satu atau lebih), maka penarikan kesimpulannya
adalah penjelasan atau interpretasi suatu observasi. Misalnya, kita mempunyai seorang
tetangga berusia lanjut, terlihat setiap pagi berjalan-jalan sama salah seorang cucunya. Sudah
tiga hari tetangga itu tidak terlihat. Tadi pagi terlihat cucunya datang bersama seorang dokter.
Nah, dari hal-hal seperti itu, kita dapat menduga bahwa tetangga itu sedang sakit. Kemudian
kita melakukan observasi langsung melihat kerumahnya dan melihat bahwa dia benar sakit.

f. Prediksi

Prediksi Prediksi adalah ramalan berdasarkan analisis hasil observasi untuk masa
yang akan dating. Prediksi sangat berkaitan dengan observasi, penarikan kesimpulan dan
klasifikasi. Prediksi didasarkan atas observasi yang seksama dan penarikan kesimpulan yang
sahih mengenai hubungan antara peristiwa-peristiwa yang diobservasi.

2. Keterampilan Proses Terintegrasi Keterampilan

Proses terintegrasi meruapakan lanjutan dari keterampilan proses dasar, sehingga


peserta didik harus memahami atau menguasai terlebih dahulu keterampilan proses dasar,
kemudian dilanjutkandengan keterampilan proses terintegrasi. Keterampilan proses dasar
merupakan dasar intelektual untk pemecahan masalah, sedangkan keterampilan terintegrasi
meruapakan alat yang siap pakai jika orang akan memecahkan masalah. Berikut ini diuraikan
beberapa keterampilan yang termasuk keterampilan proses terintegrasi.

a. Mengidentifikasi Variabel

Mengidentifikasikan varibel berarti menandai karakteristik variabel eksperimen/


penelitian. Misal eksperiman tentang pengaruh air terhadap pertumbuhan biji. Perlu dibuat
kejelasan tentang karakteristik air dan biji. Mengendalikan variabel berarti memanipulasi dan
mengakomodasikan variabel sesuai dengan karakteristik yang telah diidentifikasi. Misal
dalam eksperimen tentang pengaruh air terhadap pertumbuhan biji, ternyata ada variabel lain
yang mempengaruhi pertumbuhan biji selain air, yaitu cahaya dan suhu.

Oleh karena itu, pada saat bereksperimen tentang pengaruh air terhadap pertumbuhan
biji, maka suhu dan cahaya dikondisikan konstan.

Ada tiga jenis variabel di dalam eksperimen/ penelitian:

1. Variabel bebas yaitu variabel yang sengaja diubah-ubah.


2. Variabel tergantung (terikat) yaitu varibel yang nilainya bergantung pada
variabel bebas. Variabel tergantung akan berubah-berubah jika variabel
bebasnya diubah-ubah.
3. Variabel terkontrol yaitu variabel yang sengaja dibuat konstan.
b. Menyusun Data Dalam Tabel

Penyusunan data ke dalam table adalah untuk mengorganisasikan sejumlah informasi


dengan cara yang mangkus. Jika suatu investigasi dilakukan, maka pengukuran waktu, berat
benda, tekanan udara, kecepatan kendaraan, titik didih cairan dan sebagainya adalah data.
Agar dapat diolah lebih lanjut data itu disusun dalam suatu table.

c. Menyusun Grafik

Gambar biasanya memberikan lebih banyak informasi daripada kalimat-kalimat.


Seringkali suatu informasi lebih muda dapat dikomunikasikan dengan gamabar daripada
dengan kalimat-kalimat lisan atau tertulis, misalnya data mengenai lama pemanasan dan suhu
air seperti yang dikemukakan diatas kiranya dapat lebih mudah dibaca dengan menggunakan
suatu grafik.

d. Menggambarkan Hubungan Diantara Variabel-variabel

Setelah mampu menyusun data dalam table dan membuat grafik keterampilan
berikutnya yang harus dipelajari peserta didik adala menggambarkan hubungan antara
variable yang satu dengan variable yang lain. Untuk dapat menggambarkan bagaimana
hubungan antara variable yang satu dengan yang lain, yang harus dilakukan peserta didik
adalah sebagai berikut :

1. Membuat grafik data


2. Menarik garis yang paling cocok.
3. Menilis suatu pernyataan mengenai hubungan antara satu variable dengan
variable lainnya.
e. Memperoleh dan Memproses Data

Peserta didik harus mampu mendapatkan data sendiri, kemudian mereka memproses
atau mengolah data tersebut. Data itu dapat dicari lewat investigasi atau eksperimen dengan
melakukan observasi. Kemudian disusun dalam table, membuat grafik, menggambarkan
hubungan antara variable yang satu dengan variable yang lain, dan dproses data tersebut
untuk menentukan hasil eksperimen peserta didik.

f. Menganalisis investigasi

Sebelum dapat merancang suatu investigasi, peserta didik perlu mengenali bagian-
bagian dari investigasi itu, misalnya yang menyangkut variable-variabel yang dipelejari,
hipotesis yang akan diuji dan sebagainya. Analisis investigasi mencakup hal-hal sebagai
berikut :

a. mengidentifikasi variable-variable bebas, terikat dan terkendalikan dalam


suatu eksperimen
b. mengidentifikasi hipotesis yang akan diuji
c. cara menguji hipotesis.

g. Menyusun Hipotesis

Hipotesa merupakan dugaan sementara sebagai arahan dalam melakukan eksperimen/


penelitian. Isi pernyataan dalam hipotesa mengandung dugan tentang hubungan alasan yang
mungkin ditemukan dalam eksperiman/ penelitian. Salah satu contoh hipotesa: “ pada suhu
dan cahaya yang konstan, pertumbuhan biji akan makin baik jika air makin banyak”.

h. Merumuskan Variabel-variabel Secara Opearasional

Untuk mengetahui cara pengukuran setiap variable yang akan diteliti, maka terlebih
dahulu peneliti akan menyusun definisi-definisi operasional setiap variable. Oleh karena itu,
para peserta didik harus mendapat latihan yang cukup tentang cara merumuskan variable
secara oprasional.

i. Melakukan Eksperimen
Suatu eksperimen dapat diawali dengan suatu pertanyaan. Beberapa tahap yang perlu
ditempuh untuk menjawab pertanyaan yang telah diajukan terdahulu dapat mencakup:
mengidentifikasi variable, merumuskan hipotesis, mengidentifikasi variable dan mengetahui
variable yang harus dikendalikan, membuat definisi operasional, meranvang investigasi,
mengumpulkan data dan menafsirkan data. Kegiatan eksperimen pada pembelajaran sains
sangat baik karena melatih atau menggunakan banyak keterampilan proses.

Langkah-Langkah Pendekatan Keterampilan

Proses Suryosubroto (2002), menyatakan bahwa ada langkah-langkah yang harus


dilalui oleh seorang guru dalam menggunakan keterampilan proses diantaranya:

1. Pemanasan, bertujuan untuk mengarahkan siswa pa da pokok permasalahan agar


setiap siswa siap, baik secara mental, emosional maupun fisik. Kegiatan ini antara
lain:
 Pengulasan langsung pengalaman yang pernah dialami siswa maupun guru;
 Pengulasan bahan pengajaran yang pernah dipelajari pada waktu sebelumnya
2. kegiatan-kegiatan yang menggugah dan mengarahkan perhatian siswa antara lain
meminta pendapat/ saran siswa, menunjukkan gambar, slide, film atau benda lain.
3. Proses belajar mengajar, hendaknya selalu mengikutsertakan siswa secara aktif
guna mengembangkan kemampuan-kemampuan siswa antara lain kemampuan
mengamati, menginterpretasikan, meramalkan, mengaplikasikan konsep,
merencanakan dan melaksanakan penelitian, serta mengkomunikasikan hasil
penemuannya

Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Keterampilan Proses

Adapun kelebihan dari penerapan pendekatan keterampilan proses dalam


pembelajaran, yaitu:

1. merangsang ingin tahu dan mengembangkan sikap ilmiah siswa


2. Siswa akan aktif dalam pembelajaran dan mengalami sendiri proses
mendapatkan konsep,
3. Pemahaman siswa lebih mantap.
4. siswa terlibat langsung dengan objek nyata sehingga dapat mempermudah
pemahaman siswa terhadap materi pelajaran,
5. siswa menemukan sendiri konsep-konsep yang dipelajari,
6. melatih siswa untuk berpikir lebih kritis
7. melatih siswa untuk bertanya dan terlibat lebih aktif dalam pembelajaran,
8. mendorong siswa untuk menemukan konsep-konsep baru,
9. memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar menggunakan metode ilmiah.

Sedangkan kekurangan dari pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran


adalah sebagai berikut :

1. Membutuhkan waktu yang relative lama untuk melakukannya


2. Jumlah siswa dalam kelas harus relative kecil, karena setiap siswa memerlukan
perhatian dari guru.
3. Memerlukan perencanaan dengan teliti.
4. Tidak menjamin setiap siswa akan dapat mencapai tujuan sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
5. Sulit membuat siswa turut aktif secara merata selama proses berlangsungnya
pembelajaran.

Implementasi Pendekatan Keterampilan Proses dalam Pembelajaran

Implementasi keterampilan proses dalam pembelajaran bertujuan untuk meningkatkan


aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung sehingga siswa tidak hanya pasif menerima
penjelasan dari guru.

Keterampilan intelektual dan keterampilan fisik diperlukan ketika siswa berupaya


untuk menerapkan gagasan mereka pada situasi baru. Tentunya Hal ini perlu didukung oleh
guru, atau guru berperan dalam mengembangkan keterampilan proses siswa. Penerapan
keterampilan proses hendaknya terlihat pada setiap atau beberapa komponen pengajaran,

Adapun peranan guru dalam mengembangkan pendekatan keterampilan proses ini


adalah sebagai berikut :

 Guru membimbing dan mendidik siswa untuk lebih terampil dalam menggunakan
pengalaman, pendapat, dan hasil temuannya. Dengan cara menjelaskan bahan
pelajaran yang diikuti dengan alat peragakan, demonstrasi, gambar, modal, bangan
yang sesuai dengan keperluan. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengembangkan
kemampuan mengamati dengan cepat, cermat dan tepat.
 menghidupkan suasana belajar yang kondusif sehingga mendorong siswa untuk
berpartisipasi aktif. Dengan merumuskan hasil pengamatan dengan merinci,
mengelompokkan atau mengklasifikasikan materi pelajaran yang diserap dari kegiatan
pengamatan terhadap bahan pelajaran tersebut.
 Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menantang sehingga siswa terdorong untuk
meneliti dan mencari jawaban atas pertanyaan tersebut.
 Guru memancing keterlibatan siswa dalam belajar. Seperti meramalkan sebab akibat
kejadian perihal atau peristiwa lain yang mungkin terjadi di waktu lain atau mendapat
suatu perlakuan yang berbeda.
 Guru harus memberikan semangat yang tinggi kepada siswa dalam mengajar.
 Guru melakukan komunikasi yang efektif dan memberikan informasi yang jelas,
tepat, dan tidak samar-samar pada siswa. Seperti mengkomunikasikan hasil kegiatan
kepada siswa dengan diskusi, ceramah, mengarang dan lain-lain.
 Guru mendorong siswa untuk dapat menyimpulkan suatu masalah, peristiwa
berdasarkan fakta, konsep, dan prinsip yang diketahui.

3. Pendekatan Kontruktivisme

Pendekatan konstruktivisme merupakan pendekatan dalam pembelajaran yang lebih


menekankan pada tingkat kreatifitas siswa dalam menyalurkan ide-ide baru yang dapat
diperlukan bagi pengembangan diri siswa yang didasarkan pada pengetahuan.

Pada dasarnya pendekatan konstruktivisme sangat penting dalam peningkatan dan


pengembangan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa berupa keterampilan dasar yang dapat
diperlukan dalam pengembangan diri siswa baik dalam lingkungan sekolah maupun dalam
lingkungan masyarakat.

Dalam pendekatan konstruktivisme ini peran guru hanya sebagai pembibimbing dan
pengajar dalam kegiatan pembelajaran. Olek karena itu , guru lebih mengutamakan keaktifan
siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan ide-ide baru yang
sesuai dengan materi yang disajikan unutk meningkatkan kemampuan siswa secara pribadi.
Jadi pendekatan konstruktivisme merupakan pembelajaran yang lebih mengutamakan
pengalaman langsung dan keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran.

Secara umum yang disebut konstruktivisme menekankan kontribusi seseorang


pembelajar dalam memberikan arti, serta belajar sesuatu melalui aktivitas individu dan sosial.
Tidak ada satupun teori belajar tentang konstruktivisme, namun terdapat beberapa
pendekatan konstruktivis, misalnya pendekatan yang khusus dalam pendidikan matematik
dan sains.

4. Pendekatan Individual

Pendekatan Individual merupakan pendekatan langsung di lakukan guru terhadap


anak didiknya untuk memecahakan kasus anak didik tersebut.Pendekatan individual adalah
sautu pendekatan yang melayani perbedaan-perbedaan perorangan siswa sedemikian rupa,
sehingga dengan penerapan pendekatan individual memungkinkan berkembangan potensi
masing-masing siswa secara optimal.Dasar pemikiran dari pendekatan individual ini adlah
pengakuan terhadap perbedaan individual masing-masing siswa.

 Kelebihan dari pendekatan individual yaitu :


1. Memungkinkan siswa yang lama dapat maju menurut
kemampuannya masing-masing secara penuh dan tepat.
2. Mencegah terjadinya ilusi dalam kemajuan tetapi bersifat nyata
melalui diskusi kelompok.
3. Mengarahkan perhatian siswa terhadap hasil belajar
perorangan.
4. Memusatkan pengajaran terhadap mata ajaran dan pertumbuhan
yang bersifat mendidik,bukan kepada tuntutan-tuntutan guru.
5. Memberi peluang siswauntuk maju secara optimal dan
mengembangkan kemampuan yang di milikinya.
6. Latihan-latihan tidak di perlukan bagi anak yang cerdas,karena
dapat menimbulkan kebiasaan dan merasa puas dengan hasil
belajar yang ada.
7. Menimbulkan hubungan pribadi yang menyenangkan siswa dan
guru .
8. Memberi kesempatan bagi para siswa yang pandai untuk melatih inisiatif
berbuat yang lebih baik.
9. Mengurangi hambatan dan mencengah eliminasi terhadap para
siswa yang tergolong lamban.

Kelemahan pendekatan individual :

1. Proses pembelajaran relatif memakan banyak waktu sesuai dengan jumlah


bahan yang di hadapi dan jumlah peserta didik.
2. Memotivasi siwa dalam bertahan karena perbedaan-perbedaan individual yang
di miliki oleh peserta didik sehingga dapat membuat beberapa siswa rendah
diri/minder dalam pembelajaran.
3. Adanya penggunaan pasangan guru dan siswa dalam memanajemen kelas
reguler secara perorangan,sehingga terjadi kemungkinan sebagaian peserta
didik tidak dapat di kelolah guru dengan baik.
4. Guru-guru yang sudah terbiasa dengan cara-cara lama akan mengalami
hambatan untuk menyelenggarakan pendekatan ini karena menuntut kesabaran
dan penguasaan materi secara lebih luas dan menyeluruh.
5. Pendekatan Kelompok

Pendekatan Kelompok adalah pendekatan guru dengan tujuan membina dan


mengembangkan sikap sosial anak didik serta membina sikap kesetiakawanaan
sosial.Pendekatan kelompok memang sautu waktu di perlukan untuk membina dan
mengembangkan sikap sosial peserta didik. Hal ini di sadari bahwa peserta didik adalah
sejenis homo socius,yakni makhluk yang berkecenderungan untuk hidup bersama.

Kelebihan pendekatan kelompok :

 Dengan pendekatan kelompok,diharapkan dapat tumbuh dan berkembang rasa


sosial yang tinggi pada diri setiap peserta didik.
 Peserta didik yang dibiasakan hidup bersama dan bekerja sama dengan
kelompok,akan menyadari bahwa dirinya ada kekurangan dan kelebihan.

Kelemahan pendekatan kelompok:


 Ketika guru ingin menggunakan pendekatan kelompok , guru harus
mempertimbangkan bahwa hal itu tidak bertentangan dengan tujuan. Sesuai
dengan fasilitas belajar pendukung yang ada ,metode yang akan di pakai
sudah dikuasai,dan bahan yang akan diberikan kepada peserta didik
cocok.Karena itu pendekatan kelompok tidak bisa di lakukan secara
semberangan,tetapi banyak hal yang di bergaruhi yang harus di
pertimbangkan dalam penggunaannya.

6. Pendekatan Konsep

a. Pengertian Pendekatan Konsep

Pendekatan konsep adalah pendekatan yang mengarahkan peserta didik menguasai


konsep secara benar dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahan konsep (miskonsepsi).
Konsep merupakan struktur mental yang diperoleh dari pengamatan dan pengalaman.

Pendektan merupakan suatu pendekatan pengajaran yang secara langsung menyajikan konsep
tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati bagaimana konsep itu diperoleh.

b. Ciri-ciri suatu konsep


 Konsep memiliki gejala-gejala tertentu
 Konsep diperoleh melalui pengamatan dan pengalaman langsung
 Konsep berbeda dalam isi dan luasnya
 Konsep yang diperoleh berguna untuk menafsirkan pengalaman-pengalaman
 Konsep yang benar membentuk pengertian
 Setiap konsep berbeda dengan melihat ciri-ciri tertentu
 Kondisi-kondisi yang dipertimbangkan dalam kegiatan belajar mengajar dengan
pendekatan konsep adalah :
 Menanti kesiapan belajar, kematangan berpikir sesuai dengan unsur lingkungan
 Mengetengahkan konsep dasar dengan persepsi yang mudah dimengerti
 Memperkenalkan konsep yang spesifik dari pengalaman yang spesifik pula sampai
konsep yang kompleks
 Penjelasan perlahan-lahan dari yang konkret sampai ke yang abstrak
c. Langkah-langkah mengajar dengan Pendekatan Konsep
Langkah-langkah mengajar dengan pendekatan konsep melalui 3 tahap yaitu :
1. Tahap Enaktik

Tahap enaktik dimulai dari :

 Pengenalan benda konkret


 Menghubungkan dengan pengalaman lama atau berupa pengalam baru
 Pengamatan, penafsiran tentang benda baru
2. Tahap Simbolik

Tahap Simbolik diperkenalkan dengan : symbol, lambing, kode seperti angka,


huruf. Kode seperti (?=,/) dll. Membandingkan antara cobtoh dan non-contoh untuk
menangkap apakah siswa cukup mengerti akan ciri-cirinya. Memberi nama dan istilah serta
defenisi.

3. Tahap Ikonik

Tahap ini adalah tahap penguasaan konsep secara abstrak, seperti : menyebut nama,
istilah, definisi, apakah siswa sudah mampu mengatakannya.

d. Penjelasan Langkah-Langkah Pendekatan Konsep


1.Tahap Enaktif
Pengajar memperlihatkan barang-barang yang sering dipakai orang sehari-hari
untuk menutup badan dan perlengkapannya. Pembelajar diminta mengamati dan
menghubungkan dengan apa yang pernah dialaminya atau barangkali ada kreasi baru.
Pengajar bertanya agar mendapat respons tentang barang-barang tersebut. Apakah
kamu pernah mengenakan barang seperti ini jawabnya ya atau tidak. Apakah kamu pernah
mengenakan barang seperti ini, jawabnya ya atau tidak. Apakah barang-barang ini sambil
diperagakan, dipakai di badan, disebagian badan atau di seluruh badan serta dikaki, di tangan
atau di leher, jawabnya “ ya atau tidak “. Kegiatan ini diulang-ulang sehingga jelas dan
pembelajar ada yang merespons betul dan ada juga yang salah.

2.Tahap Simbolik
Pengajar memperlihatkan gambar tentang barang-barang yang ditunjukkan pada a
dan b. Pembelajar menunjuk dan menyebut ciri-ciri khusus tiap-tiap benda tersebut,
misalnya:
 Terbuat dari: kain, kulit, plastik.
 Bermacam-macam warna: putih, cokelat.
 Berbeda-beda model: berlengan, berkerah.
 Pengajar bersama pembelajar memberi sebuah nama atau istilah. Gambar atau barang
yang termasuk baju dan gambar atau barang yang bukan baju tetapi sebagai
pelengkap. Pembelajar secara lisan dapat menyebut dengan nama dan definisinya.

3.Tahap Ikonik
Pengajar menunjuk tulisan “BAJU”,pembelajar mengucapkan “BAJU”. Bila
pengajar menyuruh seorang pembelajar, “Lipatlah baju ini”, maka pembelajar pun akan
mengambil salah satu baju dan dilipat. Ini pertanda bahwa pembelajar telah memiliki konsep.
Berdasarkan kesimpulan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa konsep merupakan suatu
buah pemikiran seseorang, tafsiran atau pengertian seseorang yang dinyatakan dalam definisi
sehingga melahirkan produk pengetahuan meliputi prinsip, hukum, dan teori. Konsep itu
sendiri diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman, melalui generalisasi dan berfikir abstrak,
fungsi konsep itu sendiri adalah menjelaskan, meramalkan dan menafsirkan. (Purwanto,
2010)

e. Kelebihan:
 Fokus pada penguasaan konsep dan subkonsep
 Siswa dibimbing untuk memahami konsep dengan beberapa metode
f. Kelemahan
 Pendekatan ini kurang memperhatikan aspek student centre.
 Guru terlalu dominan dan siswa tidak dibimbing untuk memahami konsep.

E. STRATEGI PEMBELAJARAN

Jika kita tinjau perkembangan dan pertumbuhan seseorang, maka makin jelaslah
bahwa hidup seseorang didalam lingkungan yang berbudaya itu merupakan suatu perjuangan
dari seseorang untuk hidup dengan hak azasi manusiawi dalam menyatakan dirinya, mahkluk
yang berkehendak berdiri sendiri .makin aktif ia berikan konstribusi dalam lingkungan
sosialnya, makin ia menjalin ikatan dan menerima norma dari lingkungan, makin
meningkatatkan aspirasi-aspirasi dalam mempersoalkan kepentingan untuk mencapai cita-
citanya dalam mewujudkan dirinya (self actualozation), mengacu kepada kemandirian.
Manusia hidup antara dua kutub existensi, sosial (lingkungan) dan kutub existensi
individu, yang satu dengan yang lain saling terjalin dalam dirinya (idividualisasi dan
sosialisasi). Pada satu pihak ia berhak mengemukakan dirinya atau kutub existensi individual
ingin dihargai dan diakui, tetapi pada pihak lain ia harus menyesuaikan diri pada ketentuan-
ketentuan yang berlaku didalam masyarakat, didalam lingkungan sosialnya (kutub existensi
sosial). Bila antar kedua kutub ini ada keseimbangan, maka ia akan mencapai suatu kondisi
mental sehat, tetapi bukan semata-mata keseimbangan inilah yang merupakan makna hidup.
Pada umumnya manusia beraspirasi dan dalam mewujudkan aspirasi itu ada suatu jarak yang
ditempuh oleh setiap orang, yaitu jarak potensi yang dimiliki dan apa yang ingin dicapainya,
jarak antara mengenal diri sebagai mana ia adanya ,prestasinya (konsep diri) dan
sebagaimana ia ingin menjadi.

Mendidik pada hakikanya merupakan bantuan untuk mencapai perkembangan dalam


mewujudkan dirinya, tanpa mengabaikan kepentingan lingkunganya dalam perkembangan
tersebut seperti tercentus di dalam perumusan GBHN yang bertolak dari UUD 45 dalam
kehidupan pancasila maka manusia indonesia seutuhnya mencakup kemandirian dan
kemampuan untuk ikut bertanggungjawab terhadap pembangunan bangsanya. Ini berati
bahwa cara-cara pemberian informasi itu dan suasana interaksi itu berlangsung lebih penting
daripada informasi itu sendiri.disinilah proses pendekatan dan pembelajaran supaya siswa
mampu belajar secara aktif. Akhir kata ,semoga makalah yang sederhana ini bisa memberi
penjelasan agar mudah di cerna oleh pembaca maupun untuk penulis sendiri.

b. Tujuan

- Menjelaskan pengertian pendekatan pembelajaran

- Menjelaskan pendekatan pembelajaran yang ditinjau dari segi pengolahan pesan

- Menjelaskan Pendekatan pembelajaran di tinjau dari segi pengorganisasian siswa

- Menjelaskan posisi guru-siswa dalam pengolahan pesan.

B. Pengertian Pendekatan Pembelajaran

Pendekatan Belajar dapat dilakukan di sembarang tempat, kondisi, dan waktu.


Cepatnya informasi lewat radio, televisi, film, internet, surat kabar, majalah, dapat
mempermudah belajar. Meskipun informasi dapat dengan mudah diperoleh, tidak dengan
sendirinya seseorang terdorong untuk memperoleh pengetahuan, pengalaman, pengetahuan
dan ketrampilan daripadanya. Guru profesional memperlukan pengetahuan dan keterampilan
pendekatan pembelajaran agar mampu mengelola berbagai pesan sehingga siswa terbiasa
belajar sepanjang hayat.

Pendekatan pembelajaran dapat berarti anutan pembelajaran yang berusaha


meningkatkan kemampuan-kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik siswa dalam
pengolahan pesan sehingga tercapai sasaran belajar. Dalam belajar tentang pendekatan
belajar tersebut, orang dapat melihat pengorganisasian siswa, posisi guru-siswa dalam
pengolahan pesan, dan pemerolehan kemampuan dalam pembelajaran. Pendekatan
pembelajaran dengan pengorganisasian siswa dapat dilakukan dengan pembelajaran secara
individual, pembelajaran secara kelompok, dan pembelajaran secara klasikal. (Dimyati &
Mudjiono, 2002)

Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna,
sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut
adalah: (1) pendekatan pembelajaran, (2) strategi pembelajaran, (3) metode pembelajaran; (4)
teknik pembelajaran; (5) taktik pembelajaran; dan (6) model pembelajaran. Berikut ini akan
dipaparkan istilah-istilah tersebut, dengan harapan dapat memberikan kejelasaan tentang
penggunaan istilah tersebut.

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses
yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan
melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya,
pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang
berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan
pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).

Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam


strategi pembelajaran. Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003)
mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu:
1. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan
sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera
masyarakat yang memerlukannya.

2. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling
efektif untuk mencapai sasaran.

3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh


sejak titik awal sampai dengan sasaran.

4. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran


(standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.

Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:

1. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil


perilaku dan pribadi peserta didik.

2. Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang


paling efektif.

3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan


teknik pembelajaran.

4. Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan
ukuran baku keberhasilan.

Sementara itu, Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi


pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar
tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien..

Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya


digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a
plan of operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way in achieving
something” (Wina Senjaya (2008). Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara
yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk
kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode
pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran,
diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6)
pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya.

Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran.


Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang
dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode
ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri,
yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas
yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu
digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang
siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun
dalam koridor metode yang sama.
Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau
teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-
sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang
digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor
karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi
kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik
karena dia memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak
keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman
dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan
menjadi sebuah ilmu sekaligus juga seni (kiat).
Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah
terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model
pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang
tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain,
model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan,
metode, dan teknik pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara


profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memliki keterampilan yang memadai
dalam mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif dan
menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
C. Pendekatan ditinjau dari segi pengolahan pesan
Proses pengolahan pesan Ada 2 yaitu:

1. Pengolahan pesan secara deduktif

Guru kelas satu smp di kota A menggajar pokok bahasan ‘ Faktor-Faktor Produksi
dan Cara Memperbesar Produksi’. Ia menjelasan bahwa factor produksi terdiri dari factor
produksi alam, tenaga, modal, dan organisasi. Ia menerangkan pengertian-pengertian yang
berkenaan factor-faktor produksi tersebut. Sebagai ilustrasi, ia mengemukakan bahwa ‘
faktor-faktor alam adalah prodaksi asli yang merupakan sumber pokok yang memenuhi
kebutuhan, factor produksi alam tersebut terdiria dari tanah , kekayaan alam, dan tenaga
alam.’ Kemudian ia memberi contoh tentang hal-hal yang tercakup dalam pengertian tertentu;
sebagai ilustrasi, yang tergolong dalam kekayaan alam adalah hewan, tumbu-tumbuhan,
barang tambang. Atas dasar pegertian tersebut guru mengajak siswa untuk mempelajari
faktor-faktor produksi di kabupaten A.
Penyampaian pesan oleh guru dari suatu pernyataan generalisasi kemudian siswa
membuktikan kebenaran generalisasi tersebut. Adapun langkah-langkah pengolahan pesan
secara deduktif yaitu:

a. Pendahuluan pembelajaran.

b. Penyajian generalisasi konsep.

c. Pengumpulan data yang mendukung generalisasi.

d. Analisis dan data dan verifikasi generalisasi.

e. Aplikasi generalisasi pada data yang terkumpul.

f. Evaluasi tentang proses pengolahan pesan.

Secara umum perilaku pengolah pesan secara deduktif dapat dilukiskan dengan langkah-
langkah sebagai berikut:

· tahap satu : Pendahuluan pembelajaran


· tahap dua : Penyajian generalisasi dan konsep. Dalam hal ini guru mengemukakan
rumusan generalisasi yang telah disiapkan, dan guru juaga menjelaskan konsep dengan
contoh-contoh . Siswa berperanan memahami generalisasi dan konsep tersebut.

· Tahap tiga : Pengumpulan data yang mendukung generalisasi. Guru meminta siswa
mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dan menguji kesahan data.

· Tahap empat : Analisis data dan verifikasi generalisasi. Guru meminta siswa
menganalisis data yang terkumpul, dan menguji kembali generalisasi. Bila perlu siswa
dapat mengumpulkan data lagi agar verifikasi generalisasi lebih meyakinkan.

· Tahap lima : Aplikasi generalisasi pada data yang terkumpul.

· Tahap enam : Evaluasi tentang proses pengolahan pesan pemerolehan pengetahuan


atau pengalaman tersebut. Pelaku evaluasi sebaiknya guru dan siswa secara bersama-
sama.

Secara singkat dapat dikatakan bahwa pengolahan pesan secara dedukti dimulai dengan :

7. guru mengemukakan generalisasi


8. penjelasan berkenaan dengan konsep-konsep
9. pencarian data yang dilakuakan oleh siswa-siswa

2. Pengolahan pesan secara induktif

Guru memberikan bimbingan dan memberikan contoh-contoh kemudian siswa


berusaha menarik kesimpulan. Informasi tentang penerimaan dan penngeluaran orang tua
siswa di kumpulkan oleh kelompok. Guru membimbing analisis tentang anggaran
penerimaan dan pengeluaran rumah tangga kelompok orang tua dengan mengajukan
pertanyaan bimbingan.
Contoh perilaku pemerolehan pengetahuan tersebut tergolong pengolaha pesan secara
induktif. Secara umum prilaku pengolahan pesan secara induktif dapat di lukiskan sebagai
berikut :

· Tahap satu : pendahuluan pembelajaran


· Tahap dua : engumpulan data. Guru siswa mengumpulkan data sehubungan dengan
topik yang dipelajari. Sebaiknya guru telah menyiapkan lembaran kerja. Dalam
pembuatan lembaran kerja sebaiknya siswa juga diajak serta. Pekerjaan pengumpulan
data dapat dilakukan beberapa tahap sesuai dengan masalah dengan dipelajari

· Tahap tiga : analisa data. Guru meminta siswa untuk mempelajari data, mengolong-
golongkan, membandingkan, menguji kebenaran data, dan menyimpulkan sementara.

· Tahap empat : perumusan dan pengujian hipotesis. Hipotesis disusun berdasarkan


teori yang ada atau prinsip yang benar. Data yang ditemukan dapat digunakan untuk uji
hipotesis. Hipotesis dapat diterima atau di tolak. Bila ternyata benar, hipotesis diterima.
Sebalikya, bila ternyata salah, hipotesis di tolak.

· Tahap lima : mengaplikasikan generalisasi. Pada tahap ini guru meminta siswa
untuk menerapkan generalisasi pada data lain.

· Tahap enam : evaluasi hasil dan proses belajar. Guru memberi nilai pada proses
pemerolehan, pengolahan, analisis, penarikan generalisasi, rumus generalisasi, dan uji
hipotesis.

Pengolahan pesan secara induktif bermula dari :

a) Fakta atau peristiwa khusus

b) Penyusunan konsep berdasarkan fakta-fakta

c) Penyusunan generalisasi berdasarkan konsep-konsep. Bila sudah ada teori yang


benar, pada umumnya di rimuskan hipotesis

d) Terapan generalisasi pada data baru, atau uji hipotesis, kemudian penarikkan
kesimpulan lanjut.

Adapun langkah-langkah pengolahan pesan secara induktif yaitu.:

b. Pendahuluan pembelajaran
c. Pengumpulan data.
d. Analisis data
e. Perumusan dan pengujian hipotesis.
f. Mengaplikasikan generalisasi.
g. Evaluasi hasil belajar

D. Pendekatan di tinjau dari segi pengorganisasian siswa


Pengorganisasian siswa dalam belajar terdiri dari 3 metode yaitu:

1. Pembelajaran individual

Pembelajaran secara individual adalah kegiatan mengajar guru yang menitikberatkan


pada bantuan dan bimbingan belajar kepada masing-masing individu. Ciri-ciri yang
menonjol pada pembelajaran individu dapat di tinjau dari segi:

a. Tujuan pengajaran
- Pemberian kesempatanan keleluasaan siswa untuk belajar berdasarkan kemampuan
sendiri.
- Pengembangan kemampuan tiap-tiap individu secara optimal.

b. Siswa
- Kedudukan siswa bersifat sentral yaitu sebagai pusat layanan pengajaran.
- Tanggung jawab siswa untuk belajar sendiri sangat besar. Siswa dituntut sadar untuk
belajar demi kepentingan dirinya sendiri.

c. Guru
- Kedudukan guru bersifat membantu. Bantuannya berupa perencanaan kegiatan belajar,
pengorganisasian kegiatan belajar, penciptaan pendekatan antara guru dengan siswa, dan
fasilitas yang mempermudah siswa dalam belajar.
- Memonitor dan mengatur kegiatan belajar dari awal sampai akhir.
- Sebagai fasilitator(membimbing,menyediakan sumber belajar, memberi motivasi,
memberi kesempatan untuk memperbaiki diri.

F. d. Program pembelajaran
- Sebagi usaha memperbaiki pembelajaran klasikal.
- Diberlakukan untuk siswa SMP ke atas.
- Tidak semua bidang studi cocok diterapkan pembelajaran individual
- Berlangsung efektif jika kemampuan siswa, tujuan pembelajaran, prosedurnya,
criteria keberhasilan, dan keterlibatan guru dalam evaluasi semuanya dimengerti oleh
siswa.

e. Orientasi dan tekanan utama pelaksanaan


- Agar siswa dapat belajar secara mandiri.

f. Pembelajaran kelompok
g. Pembelajaran kelas
2. Pembelajaran kelompok (kelompok kecil)
Pembelajaran kelompok adalah kegiatan mengajar yang menitikberatkan pada
keberhasilan kelompok dalam belajar. Ciri-ciri yang menonjol pada pembelajaran
individu dapat di tinjau dari segi:
a. Tujuan
§ Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan
memecahkan masalah secara rasional.
§ Mengembangkan sikap social dan semangat gotong royong.
§ Mendinamiskan kegiatan kelompok sehingga tiap anggota merasa sebagai bagian
dari kelompok.
§ Mengembangkan kemampuan kepemimpinan kepada setiap anggota kelompok.
G. a. Siswa
§ Siswa dalam kelompok kecil adalah anggota kelompok yang belajar untuk
memecahkan masalah kelompok.
b. Guru
§ Guru berperan sebagai pembentuk kelompok, perencana tugas kelompok,
pelaksanaan, dan evaluasi.
c. Program pembelajaran
§ Peningkatan kemampuan individu sebagai anggota kelompok.
d. Orientasi dan tekanan utama pelaksanaan
§ Peningkatan kemampuan kerja kelompok.
3. Pembelajaran secara klasikal
Pembelajaran secara klasikal adalah pengutamaan kemampuan guru dalam proses
belajar mengajar. Ciri-ciri yang menonjol pada pembelajaran individu dapat di tinjau
dari segi:
a. Tujuan
- Efisiensi dalam pembelajaran.
b. Siswa
- Indiviu yang belajar didalam kelas yang telah dikondisikan sesuai keinginan guru.
- Belajar sesuai tata tertib yang ditetapkan guru.
c. Guru
- Kedudukan guru bersifat sentral, guru melakukan 2 kegiatan sekaligus yaitu
melakukan pengelolaan kelas dan pengelolaan pembelajaran.
- Peran guru pada pembelajaran individu dan pembelajaran kelompok kecil juga
berlaku pada pembelajaran klasikal.
d. Program pembelajaran
- Peningkatan kemampuan individu siswa sebagai bagian dari kelas.
e. Orientasi dan tekanan utama pelaksanaan
- Peningkatan kemampuan dan keterampilan seluruh kelas

E. Posisi guru-siswa dalam pengolahan pesan.


Dalam belajar mengajar guru menempati posisi sebagai penyampai pesan dan
murid/siswa sebagai penerima pesan. Berdasarkan posisi guru-siswa dalam
pengolahan pesan terdapat 2 system pembelajaran yaitu:
1. Pembelajaran dengan strategi ekspositori
a. Merupakan kegiatan mengajar yang berpusat pada guru. Guru aktif memberikan
penjelasan secra rinci tentang bahan pengjaran.
b. Tujuan utama
- “memindahkan” pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai kepada siswa.
c. Peran guru
- Penyusun program pembelajaran.
- Pemberi informasi yang benar.
- Pemberi fasilitas belajar yang baik.
- Pembimbing dalam perolehan informasi yang benar.
- Penilai pemerolehan informasi.
d. Siswa
- Pencari informasi yang benar.
- Pemakai media sumber yang benar,
- Menyelesaikan tugas sehubunga dengan penilaian guru.
e. Evaluasi
- Hasil belajar yang dievaluai adalah luas dan jumlah pengetahuan, keterampilan, dan
nilai-nilai yang dikuasai siswa. Alat evaluasi berupa tes.

2. Pembelajaran dengan strategi inkuiri


a. Merupakan pengajaran yang mengharuskan siswa mengolah pesan sehingga
memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai.
b. Tekanan utama
- kemampuan berpikir individual lewat pnelitian.
- Peningkatan kemampuan mempraktekan metode dan teknik penelitian.
- Latihan keterampilan intelektual khusus yang sesuai dengan cabang ilmu tertentu.
- Latihan menemukan sesuatu.
c. Peran guru
- Menciptakan suasana bebas berpikir kepada siswa.
- Fasilitator dalam penelitian.
- Sebgai rekan diskusi
- Pembimbing penelitian.

d. Peran siswa
- Mengambil prakarsa dalam pencarian masalah dan pemecahan masalah.
- Aktif dalam belajar melakukan penelitin.
- Penjelajah tentang masalah dan metode pemecahan
- Penemu pemecahan masalah.
e. Evalusi
- Keterampilan pembelajaran.
- Keterampilan pengumpulan data/informasi.
- Keteramplan meneliti tentang objek.
- Keterampilan menarik kesimpulan.
- Keterampilan membuat laporan.
f. Kemampuan yang akan dicapai dalam pembelajaran
kemampuan yang akan dicapai dalam pembelajaran adalah tujuan pembelajaran.

E. Ringkasan
Mendidik subjek didik untuk membangun dirinya sendiri dan bertanggung jawab atas
pembangunan bangsa dalam dunia dan masyarakat dan terus-menerus berubah
mampu menuntut dia mampu berfikir sendiri.Hal ini perlu memahamidan
memperlakukan tuntutan peningkatan teknologi sains dan teknologi pada suatu
generasi yang sebagian tumbuh di pedesaan akan mempunyai dampak pada kehidupan
lama yang sebelumnya belum dialaminya.Pertumbuhan dan pendidikan sikap yang
sesuai diperlukan supaya tekaman-tekaman hidup sebagai konsekuensi dari
perkembangan sains dan teknologi ti9dak menjerumuskan kita dalam suatu
pertumbuhan masyarakat ekonomi yang serba materialis,konsutif dan individualisti
yang meruan dampak peningkatan ekonomi .apa yang dihasilkan oleh sekolah
merupakn persiapan dalam menghadapi tuntutan jaman dn masa depan yang
diakaitakan.untuk itu ,tidak saja ia harus mengwujudkan potensinya secara alamiah
dalam menghadapi masa depan tetapi ia harus mampu membangun dan menguasai
masa depan itu.disini terlekak factor pengembangan sikap untu sepenuhynya
bertanggung jawab terhadap tugasnya(matra afektif)yamg mewujudkan tekad
kecendurungan (tendency) dan kejadian (event) dari masa depan itu.keterampilan fisik
dan mental(matra psikomotorik)dan perolehan pengetahuan(kognitif)untuk berpikir
mandiri diperoleh denga pendekatan belajar dan pembelajaran merupakan penyatuan
yang mendalam (interpenetrsi)dari empat matra yang membuka suasana kondusif oleh
kepekaan intuitif (matra interaktif) terhadap berbagi masalah, sekaligus menampilkan
kreatifitasnya.

H. TEKNIK PEMBELAJARAN
DAFTAR PUSTAKA

http://www.seputarilmu.com/2015/12/pengertian-fisika-secara-umum-dan.html

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/130681033/Bab%20I%20&%20II.pdf

http://fisika-dan-pembelajaran.blogspot.com/2010/12/fisika-sebagai-produk-proses-dan-
sikap.html

fisika-dan-pembelajaran.blogspot.com/.../fisika-sebagai-produk-proses-dan-sikap.html

Said, Saidang. 2013. Teori Belajar Gagne. http://saidangsaid.blogspot.com/. (dikunjungi


pada 22 September2018).

Bee, Anjas. 2011. Teori Belajar Gagne. http://anjas-bee.blogspo.com/2011/08/. (dikunjungi


pada 22 September2018).

www.academia.edu/13973326/Teori_Belajar_Kognitif_Jerome_S._Bruner diakses pada 22


September 2018 pukul 13:23

https://8tunas8.files.wordpress.com/.../teori-belajar-mengajar-menurut-jerome-s-brune..
Diakses pada 22 September 2018 pukul 13:23

digilib.uinsby.ac.id/8078/5/Bab2.pdf diakses pada 22 September 2018 pukul 13:23

http://mediafunia.blogspot.com/2016/07/hakikat-belajar-dan-pembelajaran-fisika.html
diakses pada tanggal 22 September 2018 pukul 13:30

https://duniailmunailah.wordpress.com/2015/06/13/teori-belajar-ausubel/

https://ainamulyana.blogspot.com/2012/01/pengertian-metode-pembelajaran.dan.html.

https://www.zonareferensi.com/pengertian-metode-pembelajaran/

https://pandaibesi.com/metode-pembelajaran/

https://www.kanalinfo.web.id/2017/11/pengertian-metode.html
https://blog.igi.or.id/metode-demonstrasi-dalam-pembelajaran-fisika.html

http://prisiliamondigir.blogspot.com/2012/12/makalah-strategi-belajar-mengajar-
fisika_7.html

Anda mungkin juga menyukai