Fisika adalah ilmu alam yang mengajari materi beserta gerak dan perilakunya dalam
lingkup ruang dan waktu, bersamaan dengan konsep yang berkaitan dengan energi dan gaya.
Tujuan utama fisika adalah memahami bagaimana alam semesta bekerja.
Kata fisika berasal dari bahasa Yunani “physic” yang artinya alam. Jadi ilmu fisika
adalah suatu ilmu pengetahuan yang didalamnya mempelajari tentang sifat dan fenomena
alam atau gejala alam serta seluruh interaksi yang ada didalamnya. Di dalam mempelajari
fenomena atau gejala alam, fisika menggunakan proses yang terdiri dari pengamatan,
pengukuran, analisis, dan penarikan kesimpulan. Kesimpulan yang diperoleh harus
berdasarkan sikap yang ilmiah, yaitu objektif, menghargai fakta-fakta, jujur, sabar, tidak
mudah menyerah, ulet dan teliti dalam mengambil suatu kesimpulan.
1. Bambang Ruwanto
Menurut Bambang Ruwanto Fisika adalah bagian dari ilmu dasar atau sains dan ialah
salah satu ilmu yang fundamental.
2. Gerthsen (1958)
Menurut Gerthsen fisika merupakan sebagai suatu teori yang menerangkan gejala-
gejala alam sesederhana mungkin dan berusaha menemukan hubungan antara kenyataan-
kenyataannya. Permasalahan dasar untuk memecahkan persoalannya ialah mengamati gejala-
gejala tersebut.
3. Young, Hough D
Menurut Young, Hough D fisika merupakan salah satu ilmu yang sangat dasar dari
berbagai ilmu pengetahuan.
4. Dahmen (1977)
Menurut Dahman fisika merupakan sebagai suatu uraian tertutup tentang semua
kejadian fisis yang didasarkan pada beberapa hukum dasar.
5. Mikrajudin
Menurut Mikrajudin fisika merupkan cabang paling utama dalam sains karena
berbagai prinsipnya menjadi dasar bagi saetiap cabang sains lainnya.
6. Osa Pauliza
Menurut Osa Pauliza Fisika adalah sesuatu yang bisa diukur dan mempunyai nilai
yang dinyatakan dalam bentuk satuan.
7. Ensiklopedia
8. Efrizon Umar
Menurut Efrizon Umar Fisika merupakan salah satu ilmu yang didasarkan pada
besaran-besaran ilmu fisika
9. Brockhaus (1972)
Menurut Brockhaus fisika merupakan sebagai pelajaran tentang kejadian alam yang
memungkinkan penelitian, percobaan, pengukuran apa yang didapat, penyajian secara
sistematis, dan berdasarkan peraturan-peraturan umum.
10. KBBI
Menurut KBBI Fisika merupakan ilmu tentang zat dan energi seperti panas, bunyi,
cahaya dll.
Menurut Kusuma fisika merupakan ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala alam
yang terjadi pada suatu materi atau energi yang menempati ruang dan memiliki massa. Fisika
merupakan cabang ilmu pengetahuan alam yang mempelajari gejala alam secara keseluruhan
Para ahli pendidikan maupun ahli psikologi pada umumnya sependapat bahwa dalam
pengertian belajar terkandung beberapa unsur. Adapun unsur-unsur pokok yang terkandung
di dalam pengertian belajar adalah : 1) belajar sebagai proses, 2) perolehan pengetahuan dan
keterampilan, 3) perubahan tingkah laku, dan 4) aktivitas diri. Berdasarkan uraian tersebut,
maka pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai proses diperolehnya pengetahuan atau
keterampilan serta perubahan tingkah laku melalui aktivitas diri. Menurut pandangan teori
kognitif Gestalt, manusia sebagai sumber dari semua kegiatan dan dia bebas membuat pilihan
dalam setiap situasi. Teori ini menganggap bahwa tingkah laku manusia hanyalah ekspresi
dari kondisi kejiwaan seseorang.
Adapun ciri-ciri belajar menurut teori Gestalt adalah sebagai berikut : 1. Tergantung
pada kemampuan dasar 2. Tergantung pada pengalaman masa lalu 3. Tergantung pada
pengaturan situasi yang dihadapi 4. Pemecahan soal yang dilandasi pemahaman dapat
diulangi dengan mudah 5. Sekali pemahaman diperoleh, maka dapat digunakan pada situasi-
situasi lain yang sejenis. Teori Piaget menyatakan bahwa seorang anak menjadi tahu dan
memahami lingkungannya melalui jalan berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungan
tersebut.
Menurut teori ini, siswa harus membangun pengetahuannya sendiri melalui observasi,
eksperimen, diskusi, dan lain-lain. Lebih lanjut dikatakan bahwa pengetahuan dibangun
sendiri oleh siswa melalui proses asimilasi dan akomodasi. Dengan proses asimilasi, siswa
mencoba untuk memahami lingkungannya menggunakan struktur kognitif atau pengetahuan
yang sudah ada tanpa mengadakan perubahan-perubahan. Melalui proses akomodasi, siswa
mencoba memahami lingkungannya dengan terlebih dulu memodifikasi struktur kognitif
yang sudah ada untuk membentuk struktur kognitif baru berdasarkan rangsangan yang
diterimanya.
Menurut Ausubel, belajar akan mempunyai makna bagi siswa apabila dapat diperoleh
pengetahuan baru. Lebih lanjut dikatakan bahwa proses belajar bermakna adalah
terhubungnya ide-ide baru dengan struktur kognitif untuk membentuk pengetahuan baru.
Jadi, adanya pengetahuan yang relevan sangat diperlukan agar terjadi proses belajar
bermakna.
Kapita Selekta Pendidikan Fisika; Mundilarto 3 Berdasarkan uraian tersebut di atas,
jelaslah kiranya bahwa kemampuan seseorang Kapita Selekta Pendidikan Fisika; Mundilarto
4 Situasi soal sebenarnya dapat dideskripsikan dengan berbagai cara, seperti menggunakan
kata-kata, gambar, diagram vektor, ataupun simbol-simbol matematik. Namun, kita sebaiknya
mengetahui cara mana yang paling cocok untuk menggambarkan situasi soal yang kita
hadapi. Deskripsi pengetahuan diperlukan untuk menginterpretasi prinsip Fisika yang lebih
kompleks dan berkaitan dengan beberapa konsep. Oleh karena itu, kemampuan siswa dalam
membuat deskripsi pengetahuan Fisika sangat berperanan dalam keberhasilan
menginterpretasi suatu prinsip Fisika yang melibatkan beberapa konsep.
Pengetahuan Fisika akan bermanfaat bagi siswa hanya jika pengetahuan tersebut
mempunyai fleksibilitas terhadap studi lanjut maupun dunia kerja. Harus diingat bahwa
pendidikan sains tidak semata-mata ditujukan untuk menghasilkan saintis, akan tetapi lebih
pada usaha membantu siswa memahami arti pentingnya berpikir secara kritis terhadap ide-ide
baru yang nampaknya bertentangan dengan pengetahuan yang telah diyakini kebenarannya.
Fisika menganggap bahwa benda-benda maupun segala peristiwa di alam dunia ini terjadi
dengan mengikuti pola-pola tertentu serta dapat dipelajari dan dipahami melalui studi yang
cermat dan sistematis.
Para ahli Fisika percaya bahwa melalui pengguna Kapita Selekta Pendidikan Fisika;
Mundilarto 6 tidak tepat. Guru terlalu mengandalkan metode pembelajaran yang cenderung
bersifat informatif sehingga pengajaran Fisika menjadi kurang efektif karena siswa
memperoleh pengetahuan Fisika yang lebih bersifat nominal daripada fungsional. Akibatnya
siswa tidak mempunyai keterampilan yang diperlukan dalam pemecahan masalah karena
siswa tidak mampu menerapkan pengetahuan yang telah dipelajari untuk memecahkan soal-
soal Fisika yang dihadapi. Siswa dapat belajar dengan lebih mudah tentang sesuatu hal yang
nyata dan dapat diamati melalui pancainderanya.
Siswa harus dapat merasakan bahwa sains sebagai proses untuk perluasan wawasan
dan peningkatan pemahaman tentang alam dan segala isinya. Guru sains seringkali
menganggap siswa sebagai ‘kamera video’ yang secara pasif dan otomatis merekam semua
informasi yang disampaikan dalam kelas atau buku teks. Seharusnya guru memahami bahwa
siswa sebagai konsumen aktif yang berhak memilih dan mempunyai persepsi subjektif.
Pengetahuan awal, harapan-harapannya, maupun prasangka-prasangkanya akan menentukan
informasi-informasi mana yang dipilih dan menjadi perhatiannya.
Selanjutnya, apa-apa yang dipilih dan menarik perhatiannya akan menentukan apa
yang akan dipelajari. Apabila siswa diharapkan dapat menerapkan ide-ide untuk situasi baru,
maka mereka harus diberi banyak kesempatan untuk berlatih. Siswa harus diberi soal-soal
dengan Kapita Selekta Pendidikan Fisika; Mundilarto 7 tingkat kesulitan yang disesuaikan
dengan tingkat kematangan berpikirnya. Soal-soal Fisika yang hanya menekankan
formalisme matematik dalam pemecahannya, tidak efektif jika digunakan untuk mengukur
pemahaman konseptual. Jika siswa diharapkan mampu menerapkan ide-ide untuk situasi
baru, maka mereka harus berlatih menerapkannya dalam situasi yang benar-benar baru.
Apabila mereka hanya berlatih menjawab soal-soal yang jawabannya sudah dapat ditebak
atau soal-soal yang tidak realistis, maka mereka sebenarnya tidak belajar Fisika.
Demikian juga, para siswa tidak akan dapat belajar berpikir kritis, menganalisis
informasi, mengkomunikasikan ide-ide ilmiah, membuat argumentasi logis, bekerja sebagai
anggota tim maupun memperoleh keterampilan-keterampilan lain yang dikehendaki, kecuali
jika mereka berlatih melakukannya dalam berbagai macam konteks. Faktor latihan akan
berpengaruh terhadap kemampuan siswa memecahkan soal-soal Fisika. Setiap pengalaman
dalam bidang pendidikan yang dialami seseorang baik formal maupun informal, di dalam
maupun di luar sekolah akan diperlihatkan dalam penampilannya pada tes-tes yang
menyangkut aspek tingkah laku tertentu yang relevan.
Dengan demikian, latihan intensif menggunakan soal-soal yang serupa dengan tes
akan dapat meningkatkan hasil tes, walaupun hal ini belum tentu diiringi dengan peningkatan
aspek tingkah laku baku yang diujikan. Oleh karena itu, keadaan ini akan mengurangi tingkat
validitas tes yang bersangkutan sebab tes akan menjadi alat ukur yang kurang bermutu. Tes
menjadi alat yang tidak tepat untuk memastikan apakah seseorang telah berhasil
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang diujikan.
Terdapat beberapa bentuk soal Fisika yang masing-masing memiliki kelebihan dan
kekurangan. Namun demikian, soal berbentuk uraian mempunyai manfaat sangat penting
Kapita Selekta Pendidikan Fisika; Mundilarto 8 yakni dapat digunakan untuk mengukur
kemampuan siswa dalam hal memilih, mengorganisasi, membuat hubungan antar konsep,
prinsip serta mengkomunikasikannya secara jelas dan tepat. Hal ini tidak mungkin diperoleh
melalui penggunaan soal berbentuk pilihan ganda.
Di samping itu, dengan soal-soal berbentuk uraian siswa tidak mungkin mendapatkan
jawaban benar hanya dengan cara menerka-nerka. Soal berbentuk uraian dapat dibuat lebih
efektif dengan jalan merumuskan pertanyaannya sejelas mungkin sehingga tak ada
interpretasi yang berbeda-beda di antara para siswa. Penilaian jawaban soal berbentuk uraian
didasarkan pada kualitas jawaban. Penilaian ini diusahakan agar seobjektif mungkin dan tidak
tergantung pada faktor-faktor maupun kesan-kesan di luar materi soal, melainkan lebih
tergantung pada pemahaman dan kemampuan yang ditunjukkan.
Definisi fisika sebagai produk adalah kumpulan hasil kegiatan empirik dan analitik
yang telah dilakukan para ahli berabad-abad yang lalu yang berupa fakta, konsep, prinsip dan
hukum, rumus, teori dan model. Fisika sebagai proses artinya strategi atau cara yang
dilakukan para ahli dalam menemukan berbagai hal tersebut sebagai implikasi adanya
temuan-temuan tentang kehjadian-kejadian atau peristiwa alam.
a. Fakta
Fakta adalah keadaan atau kenyataan yang sesungguhnya dari segala peristiwa yang
terjadi di alam. Fakta merupakan dasar bagi konsep, prinsip, hukum, teori atau model.
Sebaliknya kita juga dapat menyatakan bahwa, konsep, rumus, prinsip, hukum, teori, dan
model keberadaannya adalah untuk menjelaskan dan memahami fakta.
b. Konsep
Konsep adalah abstraksi dari berbagai kejadian, objek, fenomena dan fakta. Konsep
memiliki sifat-sifat dan atribut-atribut tertentu. Menurut Bruner, Goodnow dan Austin
(collette dan chiappetta: 1994) konsep memiliki lima elemen atau unsur penting yaitu nama,
definisi, atribut, nilai (value), dan contoh. Yang dimaksud dengan atribut itu misalnya adalah
warna, ukuran, bentuk, bau, dan sebagainya. Sesuai dengan perkembangan intelektual anak,
keabstrakan dari setiap konsep adalah berbeda bagi setiap anak. Menurut Herron dan kawan-
kawan (dalam Collette dan Chiappetta 1994), konsep fisika dapat dibedakan atas konsep yang
baik contoh maupun atributnya dapat diamati, konsep yang contohnya dapat diamati tetapi
atributnya tidak dapat diamati, dan konsep yang baik contoh maupun atributnya tidak dapat
diamati.
Istilah prinsip dan hukum sering digunakan secara bergantian karena dianggap
sebagai sinonim. Prinsip dan hukum dibentuk oleh fakta-fakta dan konsep-konsep. Ini sangat
perlu dipahami bahwa, hukum dan prinsip fisika tidaklah mengatur kejadian alam (fakta),
melainkan kejadian alam (fakta) yang dijelaskan keberadaannya oleh prinsip dan atau hukum.
d. Rumus
Rumus adalah pernyataan matematis dari suatu fakta, konsep, prinsip, hukum, dan
teori. Dalam rumus kita dapat melihat saling keterkaitan antara konsep-konsep dan variable-
variabel. Pada umumnya prinsip dan hukum dapat dinyatakan secara matematis.
e. Teori
Teori disusun untuk menjelaskan sesuatu yang tersembunyi atau tidak dapat langsung
diamati, misalnya teori atom, teori kinetik gas, teori relativitas. Teori tetaplah teori tidak
mungkin menjadi hukum atau fakta. Teori bersifat tentatif sampai terbukti tidak benar dan
diperbaiki. Hawking (1988) yang dikutip oleh Collette dan Chiappetta (1994) menyatakan
bahwa “kita tidak dapat membuktikan kebenaran suatu teori meskipun banyak hasil
eksperimen mendukung teori tersebut, karena kita tidak pernah yakin bahwa pada waktu yang
akan dating hasilnya tidak akan kontradiksi dengan teori tersebut, sedangkan kita dapat
membuktikan ketidakbenaran suatu teori cukup dengan hanya satu bukti yang menyimpang.
Jadi, teori memiliki fungsi yang berbeda dengan fakta, konsep maupun hukum”
f. Model
Model adalah sebuah presentasi yang dibuat untuk sesuatu yang tidak dapat dilihat.
Model sangat berguna untuk membantu memahami suatu fenomena alam, juga berguna untuk
membantu memahami suatu teori. Sebagai contoh, model atom Bohr membantu untuk
memahami teori atom.
IPA sebagai proses atau juga disebut sebagai “a way of investigating” memberikan
gambaran mengenai bagaimana para ilmuwan bekerja melakukan penemuan-penemuan. Jadi
IPA sebagai proses memberikan gambaran mengenai pendekatan yang digunakan untuk
menyusun pengetahuan. Dalam IPA dikenal banyak metoda yang menunjukkan usaha
manusia untuk menyelesaikan masalah. Para ilmuwan astronomi misalnya, menyusun
pengetahuan mengenai astronomi dengan berdasarkan kepada observasi dan prediksi.
Ilmuwan lain banyak yang menyusun pengetahuan dengan berdasarkan kepada kegiatan
laboratorium atau eksperimen yang terfokus pada hubungan sebab akibat.
Sampai pada tahap ini kiranya cukup jelas bahwa, untuk memahami fenomena alam
dan hukum-hukum yang berlaku, perlu dipelajari objek-objek dan kejadian-kejadian di alam
itu. Objek-objek dan kejadian-kejadian alam itu harus diselidiki dengan melakukan
eksperimen dan observasi serta dicari penjelasannya melalui proses pemikiran untuk
mendapatkan alasan dan argumentasinya. Jadi pemahaman fisika sebagai proses adalah
pemahaman mengenai bagaimana informasi ilmiah dalam fisika diperoleh, diuji, dan
divalidasikan. Dari uraian di atas kiranya dapat disimpulkan bahwa pemahaman fisika
sebagai proses sangat berkaitan dengan kata-kata kunci fenomena, dugaan, pengamatan,
pengukuran, penyelidikan, dan publikasi. Pembelajaran yang merupakan tugas guru termasuk
ke dalam bagian mempublikasikan itu.
Merumuskan masalah.
Menemukenali variabel kontrol.
Membandingkan variabel bebas dan variabel terikat.
Merancang cara melakukan pengamatan untuk memecahkan masalah
Memilih alat dan bahan yang sesuai
Menentukan langkah-langkah percobaan
Menentukan cara yang tepat untuk mengumpulkan data
Menarik kesimpulan.
Menggunakan kunci atau klasifikasi.
Menyadari bahwa kesimpulan bersifat tentatif
Menggeneralisasi.
Membuat dan mencari pembenaran dari kesimpulan sementara
Membuat prediksi berdasarkan pola atau patokan tertentu
h. Indikator berkomunikasi:
Pengertian fisika sebagai sikap adalah adanya proses fisika sebelumnya diawali
dengan adanya suatu kegiatan kreatifitas seperti percobaan, pengukuran, pengamatan dan
penyelidikan lalu semua ini bisa terlaksana berkat pemikiran yang dimiliki. Setelah adanya
pemikiran maka muncullah sikap dan tindakan yang dilakukan untuk membuktikan
pemikirannya sesuai atau tidak sesuai. Bisa dikatakan fisika sebagai sifat dipengaruhi oleh
pemikiran dan argumentasi ilmuwan dalam berkerja. Jadi dengan pemikirannya orang
bertindak dan bersikap, sehingga akhirnya dapat melakukan kegiatan-kegiatan ilmiah
itu.Pemikiran-pemikiran para ilmuwan yang bergerak dalam bidang fisika itu
menggambarkan, rasa ingin tahu dan rasa penasaran mereka yang besar, diiringi dengan rasa
percaya, sikap objektif, jujur dan terbuka serta mau mendengarkan pendapat orang lain.
Sikap-sikap itulah yang kemudian memaknai hakekat fisika sebagai sikap atau “a way of
thinking”. Oleh para ahli psikologi kognitif, pekerjaaan dan pemikian para ilmuwan IPA
termasuk fisika di dalamnya, dipandang sebagai kegiatan kreatif, karena ide-ide dan
penjelasan-penjelasan dari suatu gejala alam disusun dalam fikiran. Oleh sebab itu, pemikiran
dan argumentasi para ilmuwan dalam bekerja menjadi rambu-rambu penting dalam kaitannya
dengan hakekat fisika sebagai sikap.
B. TEORI-TEORI BELAJAR
PENDAHULUAN
Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk suatu
perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memiliki sikap menjadi bersikap benar,
dari tidak terampil menjadi terampil melakukan sesuatu. Belajar tidak hanya sekedar
memetakan pengetahuan atau informasi yang disampaikan. Namun bagaimana melibatkan
individu secara aktif membuat atau pun merevisi hasil belajar yang diterimanya menjadi
suatu pengalamaan yang bermanfaat bagi pribadinya. Pembelajaran merupakan suatu sistim
yang membantu individu belajar dan berinteraksi dengan sumber belajar dan lingkungan.
Teori adalah seperangkat azaz yang tersusun tentang kejadian-kejadian tertentu dalam
dunia nyata dinyatakan oleh McKeachie dalam grendel 1991 : 5 (Hamzah Uno, 2006:4).
Sedangkan Hamzah (2003:26) menyatakan bahwa teori merupakan seperangkat preposisi
yang didalamnya memuat tentang ide, konsep, prosedur dan prinsip yang terdiri dari satu atau
lebih variable yang saling berhubungan satu sama lainnya dan dapat dipelajari, dianalisis dan
diuji serta dibuktikan kebenarannya. Dari dua pendapat diatas Teori adalah seperangkat azaz
tentang kejadian-kejadian yang didalamnnya memuat ide, konsep, prosedur dan prinsip yang
dapat dipelajari, dianalisis dan diuji kebenarannya. Teori belajar adalah suatu teori yang di
dalamnya terdapat tata cara pengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa,
perancangan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas.
Robert M. Gagne adalah seorang ahli psikologi yang banyak melakukan penelitian
mengenai fase-fase belajar, tipe-tipe kegiatan belajar, dan hirarki belajar. Dalam
penelitiannya ia banyak menggunakan materi matematika sebagai medium untuk
mengujipenerapan teorinya (Depdiknas, 2005:13).
Bagi Gagne, belajar tidak dapat didefinisikan dengan mudah karena belajar itu
bersifat kompleks. Dalam pernyataan tersebut, dinyatakan bahwa hasil belajar akan
mengakibatkan perubahan pada seseorang yang berupa perubahan kemampuan, perubahan
sikap, perubahan minat atau nilai pada seseorang. Perubahan tersebut bersifat menetap
meskipun hanya sementara.
Menurut Gagne, ada tiga elemen belajar, yaitu individu yang belajar, situasi stimulus,
dan responden yang melaksanakan aksi sebagai akibat dari stimulasi. Selanjutnya, Gagne
juga mengemukakan tentang sistematika delapan tipe belajar, sistematika lima jenis belajar,
fase-fase belajar, implikasi dalam pembelajaran, serta aplikasi dalam pembelajaran.
Belajar dengan cara ini dapat dikatakan sama dengan apa yang dikemukakan oleh
Pavlov. Semua jawaban/respons menurut kepada tanda/sinyal.
Tipe ini hampir serupa dengan tipe satu, namun pada tipe ini, timbulnya respons juga
karena adanya dorongan yang datang dari dalam serta adanya penguatan sehingga seseorang
mau melakukan sesuatu secara berulang-ulang.
Hasil dari tipe belajar ini adalah kemampuan untuk membeda-bedakan antar objek-
objek yang terdapat dalm lingkungan fisik.
Belajar pada tipe ini terutama dimaksudkan untuk memperoleh pemahaman atau
pengertian tentang suatu yang mendasar. Konsep merupakan simbol berpikir. Hal ini
diperoleh dari hasil membuat tafsiran terhadap fakta. Dengan konsep dapat digolongkan
binatang bertulan belakang menurut ciri-ciri khusus (kelas), seperti kelas mamalia, reptilia,
amphibia, burung, ikan. Dapat pula digolongkan, manusia berdasarkan ras (warna kulit) atau
kebangsaan, suku bangsa atau hubungan keluarga. Kemampuan membentuk konsep ini
terjadi jika orang dapat melakukan diskriminasi.
Tipe belajar ini menghasilkan suatu kaidah yang terdiri atas penggabungan beberapa
konsep. Hukum, dalil atau rumus adalah rule (aturan). Tipe belajar ini banyak terdapat dalam
semua pelajaran di sekolah, seperti benda menyusut jka didinginkan, besar sudut dalam
persegi sama dengan 360 derajat. Belajar aturan ternyata mirip dengan verbal chaining
(rangkaian verbal), terutama jika aturan itu tidak diketahui artinya. Oleh karena itu setiap
dalil atau rumus yang dipelajari harus dipahami artinya.
Tipe belajar ini menghasilkan suatu prinsip yang dapat digunakan untuk memecahkan
suatu permasalahan. Upaya pemecahan masalah dilakukan dengan menghubungkan berbagai
urusan yang relevan dengan masalah itu. Dalam pemecahan masalah diperlukan waktu,
adakalanya singkat adakalanya lama. Juga seringkali harus dilalui berbagai langkah, seperti
mengenal tiap unsur dalam masalah itu, mencari hubungannya dengan aturan (rule) tertentu.
B. Sistematika “Lima Jenis Belajar” Menurut Gagne
Sistematika ini tidak jauh berbeda dengan sistematika delapan tipe belajar, dimana
isinya merupakan bentuk penyederhanaan dari sistematika delapan tipe belajar. Uraian
tentang sistematika lima jenis belajar ini memperhatikan pada hasil belajar yang diperoleh
siswa. Hasil belajar ini merupakan kemampuan internal yang telah menjadi milik pribadi
seseorang dan memungkinkan orang tersebut melakukan sesuatu yang dapat memberikan
ptrestasi tertentu.
Sistematika ini mencakup semua hasil belajar yang dapat diperoleh, namun tidak
menunjukkan setiap hasil belajar atau kemampuan internal satu-persatu. Akan tetapi
memgelompokkan hasil-hasil belajar yang memiliki ciri-ciri sama dalam satu kategori dan
berbeda sifatnya dari kategori lain. Maka dapat dikatakan, bahwa sistematika Gagne meliputi
lima kategori hasil belajar. Kelima kategori hasil belajar tersebut adalah informasi verbal,
kemahiran intelektual, pengaturan kegiatan kognitif, keterampilan motorik, dan sikap.
Yang dimaksud adalah kemampuan untuk berhubungan dengan lingkungan hidup dan
dirinya sendiri dalam bentuk suatu representasi, khususnya konsep dan berbagai
lambang/simbol (huruf, angka, kata, dan gambar). Kategori kemahiran intelektual terbagi lagi
atas empat subkemampuan, yaitu:
Merupakan suatu cara seseorang untuk menangani aktivitas belajar dan berpikirnya
sendiri, sehingga ia menggunakan cara yang sama apabila menemukan kesulitan yang sama.
5) Sikap (Attitude)
C. Fase-Fase Belajar
Fase-fase belajar ini berlaku bagi semua tipe belajar. Menurut Gagne, ada 4 buah fase
dalam proses belajar, yaitu:
Pada fase ini, rangsang diterima oleh seseorang yang belajar. Ini ada beberapa
langkah. Pertama timbulnya perhatian, kemudian penerimaan, dan terakhir adalah pencatatan
(dicatat dalam jiwa tentang apa yang sudah diterimanya).
2) Fase penguasaan (Acquisition phase)
Pada tahap ini akan dapat dilihat apakah seseorang telah belajar atau belum. Orang
yang telah belajar akan dapat dibuktikannya dengan memperlihatkan adanya perubahan pada
kemampuan atau sikapnya.
Sesuatu yang telah dimiliki akan disimpan agar tidak cepat hilang sehingga dapat
digunakan bila diperlukan. Fase ini berhubungan dengan ingatan dan kenangan.
Apa yang telah dipelajari, dimiliki, dan disimpan (dsalam ingatan) dengan maksud
untuk digunakan (memecahkan masalah) bila diperlukan. Jika kita akan menggunakan apa
yang disimpan, maka kita harus mengeluarkannya dari tempat penyimpanan tersebut, dan
inilah yang disebut dengan pengungkapan kembali. Fase ini meliputi penyadaran akan apa
yang telah dipelajari dan dimiliki, serta mengungkapkannya dengan kata-kata (verbal) apa
yang telah dimiliki tidak berubah-ubah.
Menurut Gagne, fase pertama dan kedua merupakan stimulus, dimana terjadinya
proses belajar,sedangkan pada fase ketiga dan keempat merupakan hasil belajar.
F. Kesimpulan
Teori belajar Gagne pada mulanya terdiri dari delapan sistematika, namun Gagne
menyederhanakannya menjadi lima jenis belajar. Akan tetapi, diantara keduanya terdapat
hubungan, yaitu tipe belajar 1, 2, dan 6 tertampung dalam sikap, meleui aspek afektif, konatif
dan kognitif. Hasil tipe belajar 3 tertampung dalam keterampilan motorik, melalui
terbentuknya rangkaian gerak-gerik. Hasil tipe belajar 4 tertampung dalam informasi verbal,
melalui pemberian cap verbal dam terbentuknya rangkaian verbal. Hasil tipe belajar 5 dan 6
tertampung dalam kemahiran intelektual melaui konsep, kaidah, dan prinsip. Hasil tipe
belajar 7 dan 8 tretampumg dalam pengaturan kegiatan kognitif.
Dengan demikian jelaslah bahwa kedua sistematika itu tidak berdiri lepas yang satu
dari yang lain, namun “sistematika lima jenis belajar”lebih bermanfaat untuk diterapkan
dalam menganalisis proses balajar mengajar di sekolah karena dibedakan dengan tegas antara
aspek hasil dan aspek proses dalam pembelajaran.
Jean Piaget adalah seorang tokoh pendidikan yang dilahirkan di Neuchâtel, Swiss,
pada tanggal 9 Agustus 1896. Ayahnya bernama Arthur Piaget sedangkan ibunya bernama
Rebecca Jackson. Ayahnya adalah seorang profesor sastra sedangkan ibunya orangnya cerdas
dan energik. Jean Piaget terkenal dengan teorinya tentang perkembangan psikologis manusia.
Selama penelitian Piaget semakin yakin akan adanya perbedaan antara proses pemikiran anak
dan orang dewasa. Ia yakin bahwa anak bukan merupakan suatu tiruan dari orang dewasa.
Anak bukan hanya berpikir kurang efisien dari orang dewasa, melainkan berpikir secara
berbeda dengan orang dewasa. Itulah sebabnya mengapa Piaget yakin bahwa ada tahap
perkembangan kognitif yang berbeda dari anak sampai menjadi dewasa.
Tujuan teori Piaget adalah untuk menjelaskan mekanisme dan proses perkembangan
intelektual sejak masa bayi dan kemudian masa kanak-kanak yang berkembang menjadi
seorang individu yang dapat bernalar dan berpikir menggunakan hipotesis-hipotesis.
Piaget menyimpulkan dari penelitiannya bahwa organisme bukanlah agen yang pasif
dalam perkembangan genetik. Perubahan genetic bukan peristiwa yang menuju kelangsungan
hidup suatu organisme melainkan adanya adaptasi terhadap lingkungannya dan adanya
interaksi antara organisme dan lingkungannya.
1. Struktur, Piaget memandang ada hubungan fungsional antara tindakan fisik, tindakan
mental dan perkembangan logis anak-anak. Tindakan (action) menuju pada operasi-
operasi dan operasi-operasi menuju pada perkembangan struktur-struktur.
2. Isi, merupakan pola perilaku anak yang khas yang tercermin pada respon yang
diberikannya terhadap berbagai masalah atau situasi yang dihadapinya.
3. Fungsi, Adalah cara yang digunakan organisme untuk membuat kemajuan intelektual.
Menurut Piaget perkembangan intelektual didasarkan pada dua fungsi yaitu organisasi
dan adaptasi. Organisasi memberikan pada organisme kemampuan untuk
mengestimasikan atau mengorganisasi proses-proses fisik atau psikologis menjadi
sistem-sistem yang teratur dan berhubungan. Adaptasi, terhadap lingkungan
dilakukan melalui dua proses yaitu asimilasi dan akomodasi.
Menurut Pieget, proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yaitu asimilasi,
akomodasi dan equilibrasi.
1. Asimilasi, adalah proses penyatuan informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada
dalam benak siswa.
2. Akomodasi, adalah proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi baru.
3. Equilibrasi, adalah proses penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan
akomodasi.
Menurut Piaget, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap
perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk
melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman
sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan
rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif,
mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.
Tahap perkembangan kognitif menurut Piaget dibagi menjadi 4 tahap antara lain:
1. Tahap sensorimotor (umur 0 – 2 tahun)
Contohnya diatas ranjang seorang bayi diletakkan mainan yang akan berbunyi bila
talinya dipegang. Suatu saat, ia main-main dan menarik tali itu. Ia mendengar bunyi yang
bagus dan ia senang. Maka ia akan mencoba menarik-narik tali itu agar muncul bunyi
menarik yang sama.
Tahap persiapan operasional adalah suatu proses berpikir logis, dan merupakan
aktifitas mental bukan aktifitas sensorimotor. Pada tahap ini anak belum mampu
melaksanakan operasi-operasi mental. Unsur yang menonjol dalam tahap ini adalah mulai
digunakannya bahasa simbolis, yang berupa gambaran dan bahasa ucapan. Dengan
menggunakan bahasa, inteligensi anak semakin maju dan memacu perkembangan pemikiran
anak karena ia sudah dapat menggambarkan sesuatu dengan bentuk yang lain. Pada tahap ini
anak sudah mampu berpikir sebelum bertindak, meskipun kemampuan berpikirnya belum
sampai pada tingkat kemampuan berpikir logis. Masa 2-7 tahun, kehidupan anak juga
ditandai dengan sikap egosentris, di mana mereka berpikir subyektif dan tidak mampu
melihat obyektifitas pandangan orang lain, sehingga mereka sukar menerima pandangan
orang lain. Ciri lain dari anak yang perkembangan kognisinya ada pada tahap preporational
adalah ketidakmampuannya membedakan bahwa 2 objek yang sama memiliki masa, jumlah
atau volume yang tetap walau bentuknya berubah-ubah. Karena belum berpikir abstrak, maka
anak-anak di usia ini lebih mudah belajar jika guru melibatkan penggunaan benda yang
konkrit daripada menggunakan hanya kata-kata.
Contohnya: anak bermain pasar-pasaran dengan uang dari daun. Kemudian dalam
penggunaan bahasa, anak menirukan apa saja yang baru ia dengar. Ia menirukan orang lain
tanpa sadar. Hal ini dibuat untuk kesenangannya sendiri. Tampaknya ada unsur latihan disini,
yaitu suatu pengulangan untuk semakin memperlancar kemampuan berbicara meskipun tanpa
disadari.
Misalnya suatu gelas diisi air. Selanjutnya dimasukkan uang logam sehingga
permukaan air naik. Anak pada tahap operasi konkreat dapat mengetahui bahwa volume air
tetap sama.
Tahap operasi formal merupakan tahap akhir dari perkembangan kognitif secara
kualitas. Pada tahap ini anak mampu bernalar tanpa harus berhadapan dengan objek atau
peristiwanya langsung. Mereka mampu mengajukan hipotesa, menghitung konsekuensi yang
mungkin terjadi serta menguji hipotesa yang mereka buat. Kalau dihadapkan pada suatu
persoalan, siswa pada tahap perkembangan formal operational mampu memformulasikan
semua kemungkinan dan menentukan kemungkinan yang mana yang paling mungkin terjadi
berdasarkan kemampuan berpikir analistis dan logis.
Dalam perkembngan formal operasional, anak yang sudah menjelang atau sudah
menginjak masa remaja, yakni usia 11-15 tahun, akan dapat mengatasi masalah keterbatasan
pemikiran. Dalam perkembangan kognitif akhir ini seorang remaja telah memiliki
kemampuan mengkoordinasikan baik secara simultan (serentak) maupun berurutan dua
ragam kemampuan kognitif, yakni:
Belajar pada hakikatnya adalah proses modifikasi gagasan-gagasan yang telah ada
pada diri pebelajar (Sadia, et al., 2004). Belajar adalah pembentukan pengertian atas
pengalaman-pengalaman dalam hubungannya dengan pengetahuan yang telah dimiliki
sebelumnya (prior knowledge). Aktivitas pebelajar mengkonstruksi pengetahuan adalah dari
merefleksi kegiatan fisik dan mental.
Belajar Fisika pada hakikatnya merupakan cara ideal untuk memperoleh kompetensi
yang berupa ketrampilan, memelihara sikap, dan mengembangkan pemahaman konsep yang
berkaitan dengan pengalaman sehari-hari. Ketrampilan, sikap dan konsep ini tidak dapat
dipisahkan satu dengan yang lainnya. Belajar fisika ini pada dasarnya bertujuan untuk
menguasai produk yang berupa kumpulan hukum, teori, prinsip, aturan, dan rumus-rumus
yang terbangun oleh konsep-konsep sesuai proses pengkajiannya. Adapun produk sains
terutama fisika merupakan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, prinsip,
hukum, dan teori mengenai gejala alam.
A. Teori Belajar Kognitif
Teori belajar kognitif ini lebih menekankan arti penting proses internal, mental
manusia dalam pandangan para ahli kognitif tingkah laku manusia yang tampak tak dapat
diukur dan diterangkan tanpa melibatkan proses mental, seperti " motivasi, kesengajaan,
keyakinan dan sebagainya. Dalam perspektif psikologi kognitif, belajar pada dasarnya adalah
peristiwa mental, bukan peristiwa behavioral yang bersifat jasmaniah meskipun hal-hal yang
bersifat behavioral tampak lebih nyata dalam hampir setiap peristiwa belajar siswa. Jadi pada
dasarnya, teori belajar kognitif lebih menekankan pada bagaimana prosesnya daripada
hasilnya. Ketika diimplikasikan pada belajar, maka yang terjadi adalah bagaimana proses
belajar itu sendiri, daripada hasil dari belajar. Artinya proes belajar itu bukanlah suatu hal
yang sederhana akan tetapi kompleks, bisa meliputi proses, bagaimana seseorang itu
memperoleh suatu pengetahuan, bagaimana rasa, kejiwaannya dan respon yang ditimbulkan
dari kegiatan belajar. Psikologi kognitif ini dikembangkan oleh beberapa ahli, seperti Jean
Piaget, Jerome S. Bruner, & Ausubel, Gagne. Selanjutnya mengenai pembahasan teori belajar
psikologi kognitif menurut Bruner. Dalam pandangannya Belajar yang terpenting adalah cara
bagaimana orang memilih, mempertahankan, dan menstranformasi informasi secara efektif.
Bruner memusatkan perhatiannya pada masalah apa yang dilakukan manusia dengan
informasi yang diterimanya dan apa yang dilakukannya sesudah memperoleh informasi yang
diskret itu mencapai pemahaman yang memberikan kemampuan padanya. Dapat disimpulkan
pada intinya belajar menurut Bruner adalah terdapat suatu proses, tidak terjadi begitu saja.
Proses tersebut ialah bagaimana mengolah informasi yang diterima secara baik.
Salah satu model intruksional kognitif yang sangat berpengaruh ialah model dari
Jerome Bruner yang dikenal dengan nama Belajar Penemuan. Dasar dari teori Bruner adalah
ungkapan Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan aktif saat belajar di kelas
(konsepnya adalah belajar dengan menemukan discovery learning. Bruner menganggap
bahwa Belajar Penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia
dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Berusaha sendiri untuk mencari
pemecahan masalah serta pengetahuan yang benar-benar bermakna. Bruner menyarankan
agar siswa hendaknya belajar melalui partisipasi secara aktif dengan konsep dan prisnsip-
prinsip agar memperoleh pengalaman dan melakukan eksperimen yang mengiinkan mereka
untuk menemukan prinsip-prinsip itu sendiri. Dalam implikasinya pada proses pembelajaran,
siswa mengorganisasikan bahan pelajaran yang dipelajarinya dengan suatu bentuk akhir yang
sesuai dengan tingkat kemajuan berpikir anak. Siswa didorong untuk belajar dengan diri
mereka sendiri. Siswa belajar melalui aktif dengan kosep-konsep dan prinsip-prinsip.
Menurut teori ini, proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu aturan (termasuk konsep, teori, definisi
dan sebagainya) melalui contoh-contoh yang menggambarkan aturan yang menjadi
sumbernya. Siswa dibimbing secara induktif untuk memahami suatu kebenaran umum.
Lawan dari pendekatan ini disebut Belajar Ekspositori (belajar dengan cara menjelaskan).
Dalam hal ini siswa diberi informasi umum untuk diminta menjelaskan informasi tersebut
melalui contoh-contoh khusus dan konkret.
Menurut Bruner seiring dengan pertumbuhan kognitif, para pembelajar harus melalui
tiga tahap intelektual, meliputi tahap enaktif, Ikonik dan Simbolik.
Enaktif
Seseorang belajar tentang dunia melalui respon atau aksi-aksi terhadap suatu objek.
Dalam memahami dunia sekitarnya anak menggunakan ketrampilan dan pengetahuan
motorik seperti meraba, memegang, mencengkram, menyentuh, mengggit dan sebagainya.
Anak-anak harus diberi kesempatan bermain dengan berbagai bahan/alat pembelajaran
tertentu agar dapat memahami begaimana bahan/alat itu bekerja.
Ikonik
Pembelajaran terjadi melalui penggunaan model- model dan visualisasi verbal. Anak-
anak mencoba memahami dunia sekitarnya melalui bentuk-bentuk perbandingan (komparasi)
dan perumpamaan, dan tidak lagi memerlukan manipulasi objek-objek pembelajaran secara
langsung.
Simbolik
Scaffolding
Bruner menegaskan bahwa guru yang efektif harus membantu pembelajar dan
memimbingnya untuk melewati ketiga fase tersebut, dengan suatu proses yang disebut
Scaffolding. Inilah cara siswa membangun pemahaman. Pada akhirnya melalui Scaffolding,
siswa dibimbing menjadi pembelajar yang mandiri. Tujuan pokok pendidikan menurut
Bruner adalah bahwa guru harus memandu para siswanya sehingga mereka dapat
membangun basis pengetahuannya sendiri dan bukan karena diajari melalui memori hafalan
(rote memorization) informasi-informasi baru dipahami siswa dengan cara
mengklasifikasinya berlandaskan pengetahuan yang terdahulu yang dimilikinya. Menurut
Bruner, interkoneksi antara pengetahuan baru dengan pengetahuan terdahulu menghasilkan
reorganisasi dari struktur kognitif yang kemudian menciptakan makna dan mengijinkan
individu memahami secara mendalam informasi baru yang diberikan.
C. Fase-Fase dalam Proses Belajar
Belajar merupakan proses aktif dengan cara siswa mengkonstruksi gagasan baru atau
konsep baru berlandaskan pengetahuan awal yang telah dimilikinya. Pembelajar memilih dan
mengolah informasi, membangun hipotesis, dan membuat keputusan yang berlangsung dalam
struktur kognitifnya. Karena belajar merupakan aktivitas yang berproses, sudah tentu
didalamnya terjadi perubahan-perubahan yang bertahap. Perubahan tersebut timbul melalui
tahap-tahap yang antara satu dengan lainnya berkaitan secara berurutan. Menurut Bruner,
dalam proses pembelajaran siswa menempuh tiga fase, yaitu:
Informasi,
Dalam fase ini informasi yang telah diperoleh, dianalisis, diubah atau
ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrak atau konseptual.
Evaluasi,
Dalam tahap evaluasi ini, menilai sejauh mana informasi yang telah
ditransformasikan dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala atau memecahkan
masalah yang dihadapi.
D. Alat-Alat Mengajar
Jerome Bruner membagi alat instruksional dalam 4 macam menurut fungsinya, yaitu :
kepada murid-murid yang sedianya tidak dapat mereka peroleh dengan pengalaman
langsung yang lazim di sekolah. Ini dapat dilakukan melalui film, TV, rekaman suara
dll.
b. Alat model yang dapat memberikan pengertian tentang struktur atau prinsip suatu
gejala, misalnya model molekul atau alat pernafasan, tetapi juga eksperimen atau
c. Alat dramatisasi, yakni yang mendramatisasikan sejarah suatu peristiwa atau tokoh,
film tentang alam yang memperlihatkan perjuangan untuk hidup, untuk memberi
menyajikan suatu masalah dalam urutan yang teratur dan memberi ballikan atau
Menurut Ausubel ada dua jenis belajar : (1) Belajar bermakna (meaningful learning)
dan (2) belajar menghafal (rote learning). Belajar bermakna adalah suatu proses belajar di
mana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dipunyai seseorang
yang sedang belajar. Sedangkan belajar menghafal adalah siswa berusaha menerima dan
menguasai bahan yang diberikan oleh guru atau yang dibaca tanpa makna.
Teori belajar bermakna Ausubel ini sangat dekat dengan inti pokok konstruktivisme.
Keduanya menekankan pentingnya siswa mengasosiasikan pengalaman, fenomena, dan fakta-
fakta baru kedalam sistem pengertian yang telah dipunyai. Keduanya menekankan
pentingnya asimilasi pengalaman baru kedalam konsep atau pengertian yang sudah dipunyai
siswa. Keduanya mengandalkan bahwa dalam pembelajaran itu aktif.
Pemerolehan informasi merupakan tujuan pembelajaran yang penting dan dalam hal-
hal tertentu dapat mengarahkan guru untuk menyampaikan informasi kepada siswa. Dalam
hal ini guru bertanggung jawab untuk mengorganisasikan dan mempresentasikan apa yang
perlu dipelajari oleh siswa, sedangkan peran siswa di sini adalah menguasai yang
disampaikan gurunya. Belajar dikatakan menjadi bermakna (meaningful learning) yang
dikemukakan oleh Ausubel adalah bila informasi yang akan dipelajari peserta didik disusun
sesuai dengan struktur kognitif yang dimiliki peserta didik itu sehingga peserta didik itu
mampu mengaitkan informasi barunya dengan struktur kognitif yang dimilikinya.
Dua syarat untuk materi yang dipelajari di asimilasikan dan dihubungkan dengan
pengetahuan yang telah dipunyai sebelumnya.
1. Materi yang secara potensial bermakna dan dipilih oleh guru dan harus sesuai
dengan tingkat perkembangan dan pengetahuan masa lalu peserta didik.
2. Diberikan dalam situasi belajar yang bermakna, faktor motivasional memegang peranan
penting dalam hal ini, sebab peserta didik tidak akan mengasimilasikan materi baru
tersebut apabila mereka tidak mempunyai keinginan dan pengetahuan bagaimana
melakukannya. Sehingga hal ini perlu diatur oleh guru, agar materi tidak dipelajari secara
hafalan.
Terdapat empat prinsif dalam menerapkan teori belajar bermakna Ausubel yaitu :
1. Pengaturan awal mengarahkan para siswa ke materi yang akan mereka pelajari dan
menolong mereka untuk mengingat kembali informasi yang berhubungan yang dapat
dipergunakan dalam membantu menanamkan pengetahuan baru.
2. Defrensiasi Progresif, dalam hal ini yang perlu dilakukan adalah menyusun konsep
dengan mengajarkan konsep-konsep tersebut dari inklusif kemudian kurang ingklusif dan
yang paling ingklusif.
3. Belajar Subordinat, dalam hal ini terjadi bila konsep-konsep tersebut telah dipelajari
sebelumnya.
4. Penyesuaian Integratif, dalam hal ini materi disusun sedemikian rupa hingga
menggerakkan hirarki konseptual yaitu ke atas dan ke bawah selama informasi disajikan.
Ausubel berpendapat bahwa guru harus dapat mengembangkan potensi kognitif siswa
melalui proses belajar bermakna. Mereka yang berada pada tingkat pendidikan dasar, akan
lebih bermanfaat jika siswa diajak beraktivitas, dilibatkan langsung dalam kegiatan
pembelajaran. Sedangkan pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi, akan lebih efektif jika
menggunakan penjelasan, peta konsep, demonstrasi, diagram dan ilustrasi.
1. Belajar dengan penemuan yang bermakna, yaitu mengaitkan pengetahuan yang telah
dimilikinya dengan materi pelajaran yang dipelajarinya atau siswa menemukan
pengetahuannya dari apa yang ia pelajari kemudian pengetahuan baru itu ia kaitkan
dengan pengetahuan yang sudah ada.
2. Belajar dengan penemuan yang tidak bermakna, yaitu pelajaran yang dipelajari
ditemukan sendiri oleh siswa tanpa mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya,
kemudian dia hafalkan.
3. Belajar menerima (ekspositori) yang bermakna, materi pelajaran yang telah tersusun
secara logis disampaikan kepada siswa sampai bentuk akhir, kemudia pengetahuan yang
baru itu dikaitkan dengan pengetahuan yang ia miliki.
4. Belajar menerima (ekspositori) yang tidak bermakna, yaitu materi pelajaran yang telah
tersusun secara logis disampaikan kepada siswa sampai bentuk akhir, kemudia
pengetahuan yang baru itu dihafalkan tanpa mengaitkannya dengan pengetahuan yang ia
miliki.
Terdapat 8 langkah pembelajaran yang bisa dilakukan dalam menerapkan teori belajar
bermakna Ausubel, yaitu :
Kebermaknaan materi pelajaran secara potensial tergantung dari materi itu memiliki
kebermaknaan logis dan gagasan-gagasan yang relevan harus terdapat dalam struktur kognitif
siswa. Berdasarkan Pandangannya tentang belajar bermakna, maka David Ausuble
mengajukan 4 prinsip pembelajaran , yaitu:
1. Pengaturan awal (advance organizer). Pengatur awal atau bahan pengait dapat digunakan
guru dalam nce membantu mengaitkan konsep lama dengan konsep baru yang lebih tinggi
maknanya. Pemggunaan pengatur awal tepat dapat meningkatkan pemahaman berbagai
macam materi , terutama materi pelajaran yang telah mempunyai struktur yang teratur.
Pada saat mengawali pembelajaran dengan prestasi suatu pokok bahasan
sebaiknya “pengatur awal”itu digunakan, sehingga pembelajaran akan lebih bermakna.
2. Diferensiasi Progresif. Dalam proses belajar bermakna perlu ada pengembangan dan
kolaborasi konsep-konsep. Caranya unsur yang paling umum dan inklusif dipekenalkan
dahulu kemudian baru yang lebih mendetail, berarti proses pembelajaran dari umum ke
khusus.
3. Belajar Superordinat. Belajar superordinat adalah proses struktur kognitif yang
mengalami petumbuhan kearah deferensiasi, terjadi sejak perolehan informasi dan
diasosiasikan dengan konsep dalam struktur kognitif tersebut. Proses belajar tersebut akan
terus berlangsung hingga pada suatu saat ditemukan hal-hal baru. Belajar superordinat
akan terjadi bila konsepkonsep yang lebih luas dan inklusif.
4. Penyesuaian Integratif. Pada suatu saat siswa kemungkinan akan menghadapi kenyataan
bahwa dua atau lebih nama konsep digunakan untuk menyatakan konsep yang sama atau
bila nama yang sama diterapkan pada lebih satu konsep. Untuk mengatasi pertentangan
kognitif itu, Ausuble mengajukan konsep pembelajaran penyesuaian integratif Caranya
materi pelajaran disusun sedemikian rupa, sehingga guru dapat menggunakan hiierarkhi-
hierarkhi konseptual ke atas dan ke bawah selama informasi disajikan. Penangkapan
(reception learning). Belajar penangkapan pertama kali dikembangkan oleh David
Ausuble sebagai jawaban atas ketidakpuasan model belajar diskoveri yang dikembangkan
oleh Jerome Bruner tersebut. Menurut Ausubel , siswa tidak selalu mengetahui apa yang
pening atau relevan untuk dirinya sendiri sehigga mereka memerlukan motivasi eksternal
untuk melakukan kerja kognitif dalam mempelajari apa yang telah diajarkan di sekolah.
Ausable menggambarkan model pembelajaran ini dengan nama belajar penangkapan.
Para pakar teori belajar penangakapan menyatakan bahwa tugas guru adalah:
1. Menstrukturkan situasi belajar.
2. Memilih materi pembelajaran yang sesuai dengan siswa.
3. Menyajikan materi pembelajaran secara terorganisir yang dimulai dari gagasan.
5. Dengan demikian kunci keberhasilan belajar terletak pada kebermaknaan bahan ajar yang
diterima atau yang dipelajari oleh siswa. Ausubel tidak setuju dengan pendapat bahwa
kegiatan belajar penemuan (discovery learning) lebih bermakna daripada kegiatan belajar
penerimaan (reception learning). Sehingga dengan ceramahpun, asalkan informasinya
bermakna bagi peserta didik, apalagi penyajiannya sistematis, akan dihasilkan belajar
yang baik.
C. METODE PEMBELAJARAN
PENDAHULUAN
Pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu interaksi positif antara pengajar dan
pelajar. Untuk mencapai tujuan pembelajaran diperlukan suatu pemilihan model
pembelajaran yang tepat. Ada banyak model pembelajaran yang bisa diterapkan untuk
membangun interaksi dan komunikasi yang baik antara pebelajar dan pembelajar.
Metode mengajar merupakan cara yang digunakan guru dalam memebelajarkan siswa
agar terjadi interaksi dan proses belajar yang efektif dalam pembelajaran. Setiap metode
mengajar memiliki karakteristik yang berbeda-beda dalam membentuk pengalaman balajar
siswa, tetapi satu dengan yang lainnya saling menunjang. Dan jika dikaitkan dengan proses
pembelajaran, maka definisi metode pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu cara yang
dipilih oleh pendidik untuk mengoptimalkan proses belajar mengajar yang bertujuan untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Metode pembelajaran ini memiliki peran yang penting dalam proses pembelajaran,
selain agar proses belajar mengajar tidak membosankan, peserta didik juga akan semakin
mudah mencerna materi yang diberikan. Untuk itulah ketika memilih sebuah metode
pendidik harus memperhatikan karakteristik peserta didik. Pendidik dapat menggunakan
metode yang berbeda untuk tiap kelasnya disesuaikan dengan kemampuan dan karakteristik
peserta didik.
1. Metode Simulasi
Kasus pertama
1. Daya Apung
2. Densitas
Kasus Kedua
1. Gelombang
2. Suara
1. Mengamati gelombang air, suara, dan cahaya kemudian melihat bagaimana mereka
memiliki kesamaan. Semuanya dapat diwujudkan dengan gelombang sinus.
2. Apa yang akan diperlihatkan gelombang sinus tersebut untuk ketiga fenomena yang
berbeda tersebut? Menggunakan sejumlah sumber gelombang dengan spasi yang
berbeda dan mengamati terjadinya perubahan pola interferensi. Mengamati titik-titik,
baik dengan mata ataupun alat ukur, terjadinya interferensi yang konstruktif dan yang
destruktif.
3. Memasang penghalang dan mengamati bagaimana gelombang saat melintasi satu atau
dua celah. Bagaimanakah bentuk gelombang yang terjadi dengan adanya penghalang
bercelah? Bagaimanakah caranya agar bisa mengubah-ubah pola gelombangnya?
4. Pada tab cahaya, memperkirakan letak dari fringe (cincin, lingkaran pinggir) yang
muncul di layar dengan menggunakan d sin(θ) = mλ. Menggunakan meteran untuk
memeriksa perkiraan tersebut.
Kasus Ketiga
1. Hukum Snell
2. Cahaya
3. Refraksi
1. Menjelaskan bagaimana cahaya berbelok di batas kedua media. Mengukur juga sudut
pembelokannya.
2. Menggunakan Hukum Snellius untuk sinar laser yang ditembakkan pada bidang batas
kedua media.
3. Menjelaskan efek perubahan panjang gelombang dengan perbahan sudut refraksi.
4. Menjabarkan bagaimana sebuah prisma dapat membentuk pelangi.
2. Metode Demonstrasi
Pengertian Metode
Metode adalah suatu proses atau cara sistematis yang digunakan untuk mencapai
tujuan tertentu dengan efisiensi, biasanya dalam urutan langkah-langkah tetap yang teratur.
Kata metode (method) berasal dari bahasa Latin dan juga Yunani, methodus yang berasal dari
kata metayang berarti sesudah atau di atas, dan kata hodos, yang berarti suatu jalan atau suatu
cara. Metode secara harfiah menggambarkan jalan atau cara suatu totalitas yang akan dicapai
atau dibangun. Mendekati suatu bidang secara metodis berarti memahami atau memenuhinya
sesuai dengan rencana, mengatur berbagai kepingan atau tahapan secara logis dan
menghasilkan sebanyak mungkin hubungan.
Karakter Metode
1. Metode merupakan sebuah aktivitas yang relative mapan yang digunakan oleh suatu
kelompok.
2. Terkadang karena sudah terbiasa dan relative mapan, metode merupakan aktivitas yang
sudah menjadi kebiasaan dari suatu kelompok.
3. Metode yang telah mapan dan menjadi kebiasaan biasanya menjadi tindakan yang logis
dan merupakan sebuah proses yang sitematis untuk mencapai tujuan tertentu dengan
akurasi dan efisiensi pengguanaan sumber daya.
Metode Demonstrasi
Untuk memperjelas pengertian tersebut dalam prakteknya dapat dilakukan oleh guru
atau anak didik itu sendiri. Metode demonstrasi cukup baik apabila digunakan dalam
penyampaian bahan pelajaran sains dan teknologi khususnya fisika.
Ada beberapa alasan pemilihan metode demonstrasi pada pembelajaran Fisika, yaitu:
1. peralatan dan bahan yang tersedia di laboratorium tidak memadai untuk eksperimens;
2. menggunakan bahan praktikum yang berbahaya;
3. menggunakan alat-alat yang tidak boleh dioperasikan oleh siswa;
4. konsep yang didapat dari percobaan harus dijelaskan tahap demi tahap.
1. peralatan dan bahan yang sudah tersedia di depan kelas atau di laboratorium;
2. peralatan dan bahan yang digunakan ukurannya atau volumenya memadai untuk dilihat
oleh seluruh siswa;
3. memperhatikan keselamatan kerja;
4. guru menyajikan demonstrasi dengan teknik bertanya yang tepat;
5. semua media yang di gunakan telah di tempatkan pada posisi yang baik, hingga semua
siswa dapat melihat semuanya dengan jelas
6. diikuti dengan aktivitas dimana para siswa dapat ikut bereksperimen dan menjadikan
aktifitas demonstrasi pengalaman pribadinya.
3. Metode Eksperimen
Metode pembelajaran terdiri dari dua suku kata yaitu metode dan pebelajaran. Metode
menurut Djamaluddin dan Abdullah dalam Kapita Selekta Pendidikan Islam, (1999:114)
berasal dari kata meta berarti melalui, dan Hedos berarti Jalan. Jadi metode adalah jalan yang
harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan menurut Departemen Agama RI dalam
buku Metodologi Pendidikan Agama Islam (2001:19), metode adalah cara kerja yang
bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang
ditentukan. Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa
sehingga tingkah laku siswa berubah kearah yang lebih baik (Darsono, 2000:24). Jadi
pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar.
4. Metode Diskusi
Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang
sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Metode diskusi adalah salah satu metode yang digunakan oleh pengajar Agar para
siswa fokus dan lebih berfikir keras saat proses pembelajaran. Metode diskusi sendiri adalah
suatu cara pembelajaran yang terdapat interaksi erat antara murid dengan guru ataupun murid
dengan murid.
Tujuan digunakannya metode diskusi dalam suatu pembelajar antara lain adalah:
Para siswa akan lebih terdorong untuk berfikir kritis dan cemas.
Para siswa akan lebih ditekan untuk melontarkan pendapat dan pernyataan secara
bebas.
Para siswa harus memberikan ide yang ternbaik dalam menyelsaikan masalah atau
soal yang diberikan
Para siswa akan lebih menerima keputusan jawaban berdasarkan pertimbangan
bersama.
Para siswa akan lebih mengetahui dan faham bahwa semua masalah dan persoalan
mampu diatasi dengan berbagai macam cara.
Para siswa akan tahu dan sadar bahwa keputusan dan pertimbangan bersama adalah
suatu hasil yang terbaik untuk mereka.
Para siswa akan lebih terlatih dan lebih menerima pendapat yang diutarakan oleh
orang lain.
Para siswa akan terbiasa untuk bersikap toleransi dan sportif.
Hanya mampu dikuasai oleh siswa yang suka dan banyak bicara.
Metode ini tak cocok untuk siswa dalam jumlah yang besar.
Informasi terbatas yang dapat diterima oleh para siswa.
Dibutuhkan pendekatan yang lebih formal.
D. PENDEKATAN PEMBELAJARAN
Dalam disiplin ilmu ipa ada beberapa pendekatan dalam ipa yang perlu kita ketahui
yaitu pendekatan Sains, Teknologi dan Masyarakat. Dari ketiga pendekatan ini masing-
masing mempunyai pengertian yaitu:
Dari ciri-ciri sains teknologi masyarakat tersebut, dapat dikatakan bahwa pada
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan STM diawali dengan indentifikasi yang hal
itu terkait dengan suatu isu, dan isu itulah yang merupakan ciri utamanya. Karena dengan
mengemukakan isu mendorong peserta didik untuk mencari jawaban atau memecahkan
masalah dengan cara identifikasi yang diakibatkan oleh isu tersebut. Dalam memecahkan
masalah peserta didik akan mencari informasi dari berbagai sumber, bukan hanya di dalam
kelas melainkan di luar kelas dengan menggunakan berbagai cara termasuk memanfaatkan
teknologi. Dengan demikian peserta didik belajar menemukan dan menyusun sendiri
pengetahuan yang diperolehnya dari proses belajar yang dilakukannya.
2. Pendekatan Proses
Dilihat pada guru yang belum menguasai sains teknologi sehingga guru susah
untuk mentransfer materi pembelajaran dengan sains teknologi masyarakat.
Selain itu peserta didik khusunya siswa yang berada di kelas rendah, belum mampu
mengoperasikan sains teknologi yang sudah ada.
Fasilitas pendukung pada beberapa sekolah kurang atau hampir tidak ada itu yang
menjadi kendala STM.
Keterampilan proses merupakan kemampuan siswa untuk mengelola (memperoleh)
yang didapat dalam kegiatan belajar mengajar yang memberikan kesempatan seluas-luasnya
pada siswa untuk mengamati, menggolongkan, menafsirkan, meramalkan, menerapkan,
merencanakan penelitian, mengkomunikasikan hasil perolehan tersebut.
Pendekatan ini merupakan suatu pendekatan yang didasarkan atas suatu pengamatan,
proses-proses ini dijabarkan dari pengamatan terhadap apa yang dilakukan oleh seorang guru
disebut pendekatan ketrampilan proses. Dalam ketrampilan proses ini guru diharapkan bisa
memaksimalkan perannya, diupayakan agar siswa terlibat langsung dan aktif. Sehingga siswa
dapat mencari dan menemukan konsep serta prinsip berdasar dari pengalaman yang
dilakukannya.
Kegiatan observasi adalah peserta didik melakukan pengamatan terhadap objek dan
fenomena alam dengan menggunakan indera: penglihatan, perabaan, pembauan,
pendengaran, dan pengecapan. Informasi yang mereka peroleh dari observasi itu, dapat
menimbulkan rasa ingin tahu, pertanyaan, pemikiran, interpretasi tentang lingkungan dan
investigasi lebih lanjut. Kemampuan melakukan observasi merupakan keterampilan yang
paling mendasar dalam sains dan perlu pengembangan keterampilan lain.
b. Klasifikasi
c. Komunikasi
d. Pengukuran
f. Prediksi
Prediksi Prediksi adalah ramalan berdasarkan analisis hasil observasi untuk masa
yang akan dating. Prediksi sangat berkaitan dengan observasi, penarikan kesimpulan dan
klasifikasi. Prediksi didasarkan atas observasi yang seksama dan penarikan kesimpulan yang
sahih mengenai hubungan antara peristiwa-peristiwa yang diobservasi.
a. Mengidentifikasi Variabel
Oleh karena itu, pada saat bereksperimen tentang pengaruh air terhadap pertumbuhan
biji, maka suhu dan cahaya dikondisikan konstan.
c. Menyusun Grafik
Setelah mampu menyusun data dalam table dan membuat grafik keterampilan
berikutnya yang harus dipelajari peserta didik adala menggambarkan hubungan antara
variable yang satu dengan variable yang lain. Untuk dapat menggambarkan bagaimana
hubungan antara variable yang satu dengan yang lain, yang harus dilakukan peserta didik
adalah sebagai berikut :
Peserta didik harus mampu mendapatkan data sendiri, kemudian mereka memproses
atau mengolah data tersebut. Data itu dapat dicari lewat investigasi atau eksperimen dengan
melakukan observasi. Kemudian disusun dalam table, membuat grafik, menggambarkan
hubungan antara variable yang satu dengan variable yang lain, dan dproses data tersebut
untuk menentukan hasil eksperimen peserta didik.
f. Menganalisis investigasi
Sebelum dapat merancang suatu investigasi, peserta didik perlu mengenali bagian-
bagian dari investigasi itu, misalnya yang menyangkut variable-variabel yang dipelejari,
hipotesis yang akan diuji dan sebagainya. Analisis investigasi mencakup hal-hal sebagai
berikut :
g. Menyusun Hipotesis
Untuk mengetahui cara pengukuran setiap variable yang akan diteliti, maka terlebih
dahulu peneliti akan menyusun definisi-definisi operasional setiap variable. Oleh karena itu,
para peserta didik harus mendapat latihan yang cukup tentang cara merumuskan variable
secara oprasional.
i. Melakukan Eksperimen
Suatu eksperimen dapat diawali dengan suatu pertanyaan. Beberapa tahap yang perlu
ditempuh untuk menjawab pertanyaan yang telah diajukan terdahulu dapat mencakup:
mengidentifikasi variable, merumuskan hipotesis, mengidentifikasi variable dan mengetahui
variable yang harus dikendalikan, membuat definisi operasional, meranvang investigasi,
mengumpulkan data dan menafsirkan data. Kegiatan eksperimen pada pembelajaran sains
sangat baik karena melatih atau menggunakan banyak keterampilan proses.
Guru membimbing dan mendidik siswa untuk lebih terampil dalam menggunakan
pengalaman, pendapat, dan hasil temuannya. Dengan cara menjelaskan bahan
pelajaran yang diikuti dengan alat peragakan, demonstrasi, gambar, modal, bangan
yang sesuai dengan keperluan. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengembangkan
kemampuan mengamati dengan cepat, cermat dan tepat.
menghidupkan suasana belajar yang kondusif sehingga mendorong siswa untuk
berpartisipasi aktif. Dengan merumuskan hasil pengamatan dengan merinci,
mengelompokkan atau mengklasifikasikan materi pelajaran yang diserap dari kegiatan
pengamatan terhadap bahan pelajaran tersebut.
Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menantang sehingga siswa terdorong untuk
meneliti dan mencari jawaban atas pertanyaan tersebut.
Guru memancing keterlibatan siswa dalam belajar. Seperti meramalkan sebab akibat
kejadian perihal atau peristiwa lain yang mungkin terjadi di waktu lain atau mendapat
suatu perlakuan yang berbeda.
Guru harus memberikan semangat yang tinggi kepada siswa dalam mengajar.
Guru melakukan komunikasi yang efektif dan memberikan informasi yang jelas,
tepat, dan tidak samar-samar pada siswa. Seperti mengkomunikasikan hasil kegiatan
kepada siswa dengan diskusi, ceramah, mengarang dan lain-lain.
Guru mendorong siswa untuk dapat menyimpulkan suatu masalah, peristiwa
berdasarkan fakta, konsep, dan prinsip yang diketahui.
3. Pendekatan Kontruktivisme
Dalam pendekatan konstruktivisme ini peran guru hanya sebagai pembibimbing dan
pengajar dalam kegiatan pembelajaran. Olek karena itu , guru lebih mengutamakan keaktifan
siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan ide-ide baru yang
sesuai dengan materi yang disajikan unutk meningkatkan kemampuan siswa secara pribadi.
Jadi pendekatan konstruktivisme merupakan pembelajaran yang lebih mengutamakan
pengalaman langsung dan keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
4. Pendekatan Individual
6. Pendekatan Konsep
Pendektan merupakan suatu pendekatan pengajaran yang secara langsung menyajikan konsep
tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati bagaimana konsep itu diperoleh.
3. Tahap Ikonik
Tahap ini adalah tahap penguasaan konsep secara abstrak, seperti : menyebut nama,
istilah, definisi, apakah siswa sudah mampu mengatakannya.
2.Tahap Simbolik
Pengajar memperlihatkan gambar tentang barang-barang yang ditunjukkan pada a
dan b. Pembelajar menunjuk dan menyebut ciri-ciri khusus tiap-tiap benda tersebut,
misalnya:
Terbuat dari: kain, kulit, plastik.
Bermacam-macam warna: putih, cokelat.
Berbeda-beda model: berlengan, berkerah.
Pengajar bersama pembelajar memberi sebuah nama atau istilah. Gambar atau barang
yang termasuk baju dan gambar atau barang yang bukan baju tetapi sebagai
pelengkap. Pembelajar secara lisan dapat menyebut dengan nama dan definisinya.
3.Tahap Ikonik
Pengajar menunjuk tulisan “BAJU”,pembelajar mengucapkan “BAJU”. Bila
pengajar menyuruh seorang pembelajar, “Lipatlah baju ini”, maka pembelajar pun akan
mengambil salah satu baju dan dilipat. Ini pertanda bahwa pembelajar telah memiliki konsep.
Berdasarkan kesimpulan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa konsep merupakan suatu
buah pemikiran seseorang, tafsiran atau pengertian seseorang yang dinyatakan dalam definisi
sehingga melahirkan produk pengetahuan meliputi prinsip, hukum, dan teori. Konsep itu
sendiri diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman, melalui generalisasi dan berfikir abstrak,
fungsi konsep itu sendiri adalah menjelaskan, meramalkan dan menafsirkan. (Purwanto,
2010)
e. Kelebihan:
Fokus pada penguasaan konsep dan subkonsep
Siswa dibimbing untuk memahami konsep dengan beberapa metode
f. Kelemahan
Pendekatan ini kurang memperhatikan aspek student centre.
Guru terlalu dominan dan siswa tidak dibimbing untuk memahami konsep.
E. STRATEGI PEMBELAJARAN
Jika kita tinjau perkembangan dan pertumbuhan seseorang, maka makin jelaslah
bahwa hidup seseorang didalam lingkungan yang berbudaya itu merupakan suatu perjuangan
dari seseorang untuk hidup dengan hak azasi manusiawi dalam menyatakan dirinya, mahkluk
yang berkehendak berdiri sendiri .makin aktif ia berikan konstribusi dalam lingkungan
sosialnya, makin ia menjalin ikatan dan menerima norma dari lingkungan, makin
meningkatatkan aspirasi-aspirasi dalam mempersoalkan kepentingan untuk mencapai cita-
citanya dalam mewujudkan dirinya (self actualozation), mengacu kepada kemandirian.
Manusia hidup antara dua kutub existensi, sosial (lingkungan) dan kutub existensi
individu, yang satu dengan yang lain saling terjalin dalam dirinya (idividualisasi dan
sosialisasi). Pada satu pihak ia berhak mengemukakan dirinya atau kutub existensi individual
ingin dihargai dan diakui, tetapi pada pihak lain ia harus menyesuaikan diri pada ketentuan-
ketentuan yang berlaku didalam masyarakat, didalam lingkungan sosialnya (kutub existensi
sosial). Bila antar kedua kutub ini ada keseimbangan, maka ia akan mencapai suatu kondisi
mental sehat, tetapi bukan semata-mata keseimbangan inilah yang merupakan makna hidup.
Pada umumnya manusia beraspirasi dan dalam mewujudkan aspirasi itu ada suatu jarak yang
ditempuh oleh setiap orang, yaitu jarak potensi yang dimiliki dan apa yang ingin dicapainya,
jarak antara mengenal diri sebagai mana ia adanya ,prestasinya (konsep diri) dan
sebagaimana ia ingin menjadi.
b. Tujuan
Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna,
sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut
adalah: (1) pendekatan pembelajaran, (2) strategi pembelajaran, (3) metode pembelajaran; (4)
teknik pembelajaran; (5) taktik pembelajaran; dan (6) model pembelajaran. Berikut ini akan
dipaparkan istilah-istilah tersebut, dengan harapan dapat memberikan kejelasaan tentang
penggunaan istilah tersebut.
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses
yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan
melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya,
pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang
berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan
pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
2. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling
efektif untuk mencapai sasaran.
Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:
4. Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan
ukuran baku keberhasilan.
Guru kelas satu smp di kota A menggajar pokok bahasan ‘ Faktor-Faktor Produksi
dan Cara Memperbesar Produksi’. Ia menjelasan bahwa factor produksi terdiri dari factor
produksi alam, tenaga, modal, dan organisasi. Ia menerangkan pengertian-pengertian yang
berkenaan factor-faktor produksi tersebut. Sebagai ilustrasi, ia mengemukakan bahwa ‘
faktor-faktor alam adalah prodaksi asli yang merupakan sumber pokok yang memenuhi
kebutuhan, factor produksi alam tersebut terdiria dari tanah , kekayaan alam, dan tenaga
alam.’ Kemudian ia memberi contoh tentang hal-hal yang tercakup dalam pengertian tertentu;
sebagai ilustrasi, yang tergolong dalam kekayaan alam adalah hewan, tumbu-tumbuhan,
barang tambang. Atas dasar pegertian tersebut guru mengajak siswa untuk mempelajari
faktor-faktor produksi di kabupaten A.
Penyampaian pesan oleh guru dari suatu pernyataan generalisasi kemudian siswa
membuktikan kebenaran generalisasi tersebut. Adapun langkah-langkah pengolahan pesan
secara deduktif yaitu:
a. Pendahuluan pembelajaran.
Secara umum perilaku pengolah pesan secara deduktif dapat dilukiskan dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
· Tahap tiga : Pengumpulan data yang mendukung generalisasi. Guru meminta siswa
mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dan menguji kesahan data.
· Tahap empat : Analisis data dan verifikasi generalisasi. Guru meminta siswa
menganalisis data yang terkumpul, dan menguji kembali generalisasi. Bila perlu siswa
dapat mengumpulkan data lagi agar verifikasi generalisasi lebih meyakinkan.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa pengolahan pesan secara dedukti dimulai dengan :
· Tahap tiga : analisa data. Guru meminta siswa untuk mempelajari data, mengolong-
golongkan, membandingkan, menguji kebenaran data, dan menyimpulkan sementara.
· Tahap lima : mengaplikasikan generalisasi. Pada tahap ini guru meminta siswa
untuk menerapkan generalisasi pada data lain.
· Tahap enam : evaluasi hasil dan proses belajar. Guru memberi nilai pada proses
pemerolehan, pengolahan, analisis, penarikan generalisasi, rumus generalisasi, dan uji
hipotesis.
d) Terapan generalisasi pada data baru, atau uji hipotesis, kemudian penarikkan
kesimpulan lanjut.
b. Pendahuluan pembelajaran
c. Pengumpulan data.
d. Analisis data
e. Perumusan dan pengujian hipotesis.
f. Mengaplikasikan generalisasi.
g. Evaluasi hasil belajar
1. Pembelajaran individual
a. Tujuan pengajaran
- Pemberian kesempatanan keleluasaan siswa untuk belajar berdasarkan kemampuan
sendiri.
- Pengembangan kemampuan tiap-tiap individu secara optimal.
b. Siswa
- Kedudukan siswa bersifat sentral yaitu sebagai pusat layanan pengajaran.
- Tanggung jawab siswa untuk belajar sendiri sangat besar. Siswa dituntut sadar untuk
belajar demi kepentingan dirinya sendiri.
c. Guru
- Kedudukan guru bersifat membantu. Bantuannya berupa perencanaan kegiatan belajar,
pengorganisasian kegiatan belajar, penciptaan pendekatan antara guru dengan siswa, dan
fasilitas yang mempermudah siswa dalam belajar.
- Memonitor dan mengatur kegiatan belajar dari awal sampai akhir.
- Sebagai fasilitator(membimbing,menyediakan sumber belajar, memberi motivasi,
memberi kesempatan untuk memperbaiki diri.
F. d. Program pembelajaran
- Sebagi usaha memperbaiki pembelajaran klasikal.
- Diberlakukan untuk siswa SMP ke atas.
- Tidak semua bidang studi cocok diterapkan pembelajaran individual
- Berlangsung efektif jika kemampuan siswa, tujuan pembelajaran, prosedurnya,
criteria keberhasilan, dan keterlibatan guru dalam evaluasi semuanya dimengerti oleh
siswa.
f. Pembelajaran kelompok
g. Pembelajaran kelas
2. Pembelajaran kelompok (kelompok kecil)
Pembelajaran kelompok adalah kegiatan mengajar yang menitikberatkan pada
keberhasilan kelompok dalam belajar. Ciri-ciri yang menonjol pada pembelajaran
individu dapat di tinjau dari segi:
a. Tujuan
§ Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan
memecahkan masalah secara rasional.
§ Mengembangkan sikap social dan semangat gotong royong.
§ Mendinamiskan kegiatan kelompok sehingga tiap anggota merasa sebagai bagian
dari kelompok.
§ Mengembangkan kemampuan kepemimpinan kepada setiap anggota kelompok.
G. a. Siswa
§ Siswa dalam kelompok kecil adalah anggota kelompok yang belajar untuk
memecahkan masalah kelompok.
b. Guru
§ Guru berperan sebagai pembentuk kelompok, perencana tugas kelompok,
pelaksanaan, dan evaluasi.
c. Program pembelajaran
§ Peningkatan kemampuan individu sebagai anggota kelompok.
d. Orientasi dan tekanan utama pelaksanaan
§ Peningkatan kemampuan kerja kelompok.
3. Pembelajaran secara klasikal
Pembelajaran secara klasikal adalah pengutamaan kemampuan guru dalam proses
belajar mengajar. Ciri-ciri yang menonjol pada pembelajaran individu dapat di tinjau
dari segi:
a. Tujuan
- Efisiensi dalam pembelajaran.
b. Siswa
- Indiviu yang belajar didalam kelas yang telah dikondisikan sesuai keinginan guru.
- Belajar sesuai tata tertib yang ditetapkan guru.
c. Guru
- Kedudukan guru bersifat sentral, guru melakukan 2 kegiatan sekaligus yaitu
melakukan pengelolaan kelas dan pengelolaan pembelajaran.
- Peran guru pada pembelajaran individu dan pembelajaran kelompok kecil juga
berlaku pada pembelajaran klasikal.
d. Program pembelajaran
- Peningkatan kemampuan individu siswa sebagai bagian dari kelas.
e. Orientasi dan tekanan utama pelaksanaan
- Peningkatan kemampuan dan keterampilan seluruh kelas
d. Peran siswa
- Mengambil prakarsa dalam pencarian masalah dan pemecahan masalah.
- Aktif dalam belajar melakukan penelitin.
- Penjelajah tentang masalah dan metode pemecahan
- Penemu pemecahan masalah.
e. Evalusi
- Keterampilan pembelajaran.
- Keterampilan pengumpulan data/informasi.
- Keteramplan meneliti tentang objek.
- Keterampilan menarik kesimpulan.
- Keterampilan membuat laporan.
f. Kemampuan yang akan dicapai dalam pembelajaran
kemampuan yang akan dicapai dalam pembelajaran adalah tujuan pembelajaran.
E. Ringkasan
Mendidik subjek didik untuk membangun dirinya sendiri dan bertanggung jawab atas
pembangunan bangsa dalam dunia dan masyarakat dan terus-menerus berubah
mampu menuntut dia mampu berfikir sendiri.Hal ini perlu memahamidan
memperlakukan tuntutan peningkatan teknologi sains dan teknologi pada suatu
generasi yang sebagian tumbuh di pedesaan akan mempunyai dampak pada kehidupan
lama yang sebelumnya belum dialaminya.Pertumbuhan dan pendidikan sikap yang
sesuai diperlukan supaya tekaman-tekaman hidup sebagai konsekuensi dari
perkembangan sains dan teknologi ti9dak menjerumuskan kita dalam suatu
pertumbuhan masyarakat ekonomi yang serba materialis,konsutif dan individualisti
yang meruan dampak peningkatan ekonomi .apa yang dihasilkan oleh sekolah
merupakn persiapan dalam menghadapi tuntutan jaman dn masa depan yang
diakaitakan.untuk itu ,tidak saja ia harus mengwujudkan potensinya secara alamiah
dalam menghadapi masa depan tetapi ia harus mampu membangun dan menguasai
masa depan itu.disini terlekak factor pengembangan sikap untu sepenuhynya
bertanggung jawab terhadap tugasnya(matra afektif)yamg mewujudkan tekad
kecendurungan (tendency) dan kejadian (event) dari masa depan itu.keterampilan fisik
dan mental(matra psikomotorik)dan perolehan pengetahuan(kognitif)untuk berpikir
mandiri diperoleh denga pendekatan belajar dan pembelajaran merupakan penyatuan
yang mendalam (interpenetrsi)dari empat matra yang membuka suasana kondusif oleh
kepekaan intuitif (matra interaktif) terhadap berbagi masalah, sekaligus menampilkan
kreatifitasnya.
H. TEKNIK PEMBELAJARAN
DAFTAR PUSTAKA
http://www.seputarilmu.com/2015/12/pengertian-fisika-secara-umum-dan.html
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/130681033/Bab%20I%20&%20II.pdf
http://fisika-dan-pembelajaran.blogspot.com/2010/12/fisika-sebagai-produk-proses-dan-
sikap.html
fisika-dan-pembelajaran.blogspot.com/.../fisika-sebagai-produk-proses-dan-sikap.html
https://8tunas8.files.wordpress.com/.../teori-belajar-mengajar-menurut-jerome-s-brune..
Diakses pada 22 September 2018 pukul 13:23
http://mediafunia.blogspot.com/2016/07/hakikat-belajar-dan-pembelajaran-fisika.html
diakses pada tanggal 22 September 2018 pukul 13:30
https://duniailmunailah.wordpress.com/2015/06/13/teori-belajar-ausubel/
https://ainamulyana.blogspot.com/2012/01/pengertian-metode-pembelajaran.dan.html.
https://www.zonareferensi.com/pengertian-metode-pembelajaran/
https://pandaibesi.com/metode-pembelajaran/
https://www.kanalinfo.web.id/2017/11/pengertian-metode.html
https://blog.igi.or.id/metode-demonstrasi-dalam-pembelajaran-fisika.html
http://prisiliamondigir.blogspot.com/2012/12/makalah-strategi-belajar-mengajar-
fisika_7.html