id
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Studi Komparasi
Studi dalam Kamus Bahasa Indonesia artinya penelitian ilmiah atau kajian
(Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2008: 1530), sedangkan komparasi berasal
dari bahasa Inggris yaitu compare yang artinya membandingkan, dan dalam
bahasa Indonesia komparasi berarti perbandingan, maksudnya yaitu
membandingkan untuk menemukan persamaan atau perbedaan dari dua atau lebih
sebuah objek penelitian (Arham, 2012: 11). Aswarni Sudjud mengemukakan
bahwa, penelitian komparasi akan dapat mengemukakan persamaan-persamaan
dan perbedaan-perbedaan tentang benda-benda, tentang orang, kelompok terhadap
suatu ide atau prosedur kerja (Arikunto, 2002: 236), sedangkan menurut Van
Dalen dalam Arikunto (2002: 237), komparasi yaitu ingin membandingkan dua
atau tiga kejadian dengan melihat penyebab-penyebabnya.
Berdasarkan pengertian di atas, studi komparasi merupakan bentuk
penelitian ilmiah yang mempelajari tentang perbandingan pembelajaran kooperatif
tipe NHT dilengkapi dengan macromedia flash dan handout terhadap prestasi
belajar siswa yang dilihat dari aspek kognitif dan aspek afektif, dengan
menemukan persamaan dan perbedaannya.
2. Belajar dan Pembelajaran
a. Pengertian Belajar
Slameto (2010: 2), mengungkapkan bahwa untuk memperoleh
pengertian yang objektif tentang belajar terutama belajar disekolah, perlu
dirumuskan secara jelas tentang pengertian belajar. Pengertian belajar
sudah banyak dikemukakan oleh para ahli psikologi pendidikan. Menurut
pengertian psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu
perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan
commit to
nyata dalam seluruh aspek tingkah user
laku.
8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10
b. Teori-teori Belajar
Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan
berperan penting dalam pembentukkan pribadi dan perilaku individu.
Terdapat banyak sekali teori-teori tentang belajar yang disampaikan oleh
para ahli antara lain:
1) Teori Piaget
Teori perkembangan kognitif Piaget adalah salah satu teori yang
menjelaskan bagaimana siswa beradaptasi dengan menginterpretasikan
objek dan kejadian-kejadian di sekitarnya. Piaget memandang bahwa
siswa memainkan peran aktif di dalam menyusun pengetahuannya
mengenai realita sehingga siswa tidak pasif menerima informasi.
Implikasi teori Piaget dalam pendidikan adalah sebagai berikut: (1)
memusatkan perhatian kepada proses berpikir siswa, tidak sekedar pada
hasilnya. Pengalaman-pengalaman belajar yang sesuai dikembangkan
dengan memperhatikan tahap fungsi kognitif siswa, (2) mengutamakan
peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam
kegiatan belajar. Siswa didorong menemukan sendiri suatu pengetahuan
melalui interaksi spontan dengan lingkungan, (3) memaklumi akan
adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan perkembangan,
sehingga guru harus melakukan upaya untuk mengatur aktivitas di dalam
kelas yang terdiri dari individu-individu ke dalam bentuk kelompok-
kelompok kecil siswa daripada aktivitas dalam bentuk klasikal
(Suprijono, 2009: 112).
Berdasarkan uraian dari teori Piaget, pembelajaran kooperatif
tipe numbered heads together (NHT) dengan menggunakan media
macromedia flash dan handout terdapat kelompok-kelompok kecil
dengan kemampuan masing-masing anggota yang berbeda-beda. Adanya
kelompok-kelompok kecil akan membuat siswa berinisiatif dan terlibat
aktif dalam kegiatan pembelajaran dan saling menghargai perbedaan
individu dalam satu kelompok.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11
2) Teori Konstruktivisme
Prinsip-prinsip dalam teori konstruktivisme yaitu:(1) pengetahuan
dibangun oleh siswa sendiri; (2) pengetahuan tidak dapat dipindahkan
dari guru ke siswa sendiri, kecuali hanya dengan keaktifan siswa untuk
menalar; (3) siswa aktif mengkonstruksi terus-menerus, sehingga selalu
terjadi perubahan konsep menuju ke konsep yang lebih rinci, lengkap,
dan sesuai dengan konsep ilmiah; (4) guru hanya membantu dalam
menyediakan sarana dan situasi agar proses kontruksi siswa dapat
berjalan dengan baik (Majid, 2013: 118).
Model pembelajaran kooperatif numbered heads together (NHT)
mengacu pada teori belajar konstruktivisme karena dalam proses
pembelajaran siswa dituntut agar dapat membangun pengetahuannya
sendiri. Dalam penelitian ini peneliti juga menggunakan media
macromedia flash dan handout sebagai sarana yang diharapkan dapat
membantu membangun pengetahuan siswa dengan baik.
3) Teori Vygotsky
Vygotsky berpendapat bahwa manusia dapat belajar dari orang
lain, baik yang seumur maupun yang lebih tua dan memiliki tingkat
perkembangan yang lebih tinggi. Vygotsky pada teori belajar, mengacu
pada kesenjangan apa yang dapat dilakukan sendiri oleh seseorang dan
apa yang dapat dilakukannya dengan bantuan orang lain yang lebih
terampil atau yang lebih tahu dibanding dirinya sendiri. Di sinilah peran
guru, orang dewasa, dan teman sebaya mengemuka di dalam belajar,
dalam arti bahwa mereka dapat membantu membawa siswa ke
pengetahuan pada tingkat yang lebih tinggi. Kerjasamalah yang menjadi
dasar belajar, karena siswa akan naik ke level yang lebih tinggi dalam
hal pengetahuan dari kerjasama yang dilakukan dengan orang yang
memiliki level pengetahuan lebih tinggi, baik itu dari teman ataupun
dari guru (Muijs dan Reynolds, 2008: 26-28).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13
b) Faktor Psikologis
Beberapa faktor psikologis yang dapat diuraikan sebagai
berikut:
(1) Intelegensi
C.P. chaplin mengartikan intelegensi sebagai kecakapan yang
terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan
menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan
efektif, mengetahui menggunakan konsep yang abstrak secara
efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.
(2) Perhatian
Perhatian menurut Gazali adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi,
jiwa semata-mata tertuju kepada suatu obyek atau sekumpulan
obyek.
(3) Minat
Minat diartikan oleh Hilgard sebagai kecenderungan yang tetap
untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.
(4) Bakat
Bakat atau aptitude menurut Hilgard adalah “the capacity to
learn” atau dengan kata lain kemampuan untuk belajar.
(5) Motif
Motif erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai.
Di dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak, akan
tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang
menjadi penyebab berbuat adalah motif itu sendiri sebagai daya
penggerak atau pendorongnya.
(6) Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan
seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap melaksanakan
kecakapan baru.
(7) Kesiapan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14
15
16
dengan obyek, gejala alam atau peristiwa alam, baik secara langsung
ataupun dengan alat bantu yang ada.
3. Pembelajaran Kooperatif
Menurut Slavin (2009: 4) pembelajaran kooperatif merujuk pada
berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam
mempelajari mata pelajaran. Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan
dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi untuk
mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan
dalam pemahaman masing-masing.
Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa peranan penting, yaitu
untuk meningkatkan pencapaian prestasi para siswa, dapat mengembangkan
hubungan antarkelompok, penerimaan terhadap teman sekelas yang lemah
dalam bidang akademik, dan meningkatkan rasa harga diri. Selain itu,
pembelajaran kooperatif memiliki kelebihan yang sangat besar untuk
mengembangkan hubungan antarsiswa dari latar belakang etnik yang berbeda
(Slavin, 2009: 4-5).
Roger dan David Johnson dalam Suprijono (2009: 58) mengatakan
bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif.
Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam pembelajaran
kooperatif harus diterapkan, yaitu :
a. Positive interdependence (saling ketergantungan positif)
Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap
anggotanya. Artinya tiap siswa memiliki tugas yang sama dalam
bekerja sama, untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar
perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota
kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa
sama-sama mencapai tujuan yang diinginkan.
b. Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan)
Dalam pembelajaran kooperatif, setiap siswa akan memiliki rasa
commit to user
tanggung jawab untuk melakukan hal yang terbaik. Kunci keberhasilan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17
18
19
20
21
Ver Abstrak
bal
Simbol
Visual
Radio
Film
Televisi
Pameran Wisata
Demonstrasi
Observasi
Pengalaman Langsung Konkret
22
23
24
daya khayal manusia yang tiada batas, dalam penelitian ini diharapkan
penggunaan program animasi pada macromedia flash diharapkan dapat
memvisualisasikan secara lebih menarik konsep-konsep koloid yang
memerlukan pemahaman dan hapalan.
7. Handout
a. Pengertian Handout
Menurut Setiawan (2009: 2.15), handout adalah bahan ajar yang
dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran, dalam bentuk media cetak yang
mudah dikembangkan dan dapat dimanfaatkan dalam pelajaran. Handout
diartikan sebagai buku pegangan siswa yang diberi suatu materi
pembelajaran. Handout menyajikan keseluruhan materi yang harus
dipelajari. Materi yang disajikan dalam handout memunculkan komponen-
komponen yang diperlukan dalam pembelajaran meliputi tujuan
pembelajaran atau kompetensi, prasyarat yaitu materi-materi pembelajaran
yang mendukung atau perlu dipelajari terlebih dahulu sebelumnya,
prosedur pembelajaran, materi pembelajaran yang tersusun sistematis,
latihan dan soal evaluasi. Handout biasanya diambilkan dari beberapa
literatur yang memiliki relevansi dengan materi yang diajarkan dan materi
pokok yang harus dikuasai oleh siswa. Saat ini, handout dapat diperoleh
dengan berbagai cara, antara lain dengan cara download dari internet, atau
menyadur dari sebuah buku.
Pemilihan media cetak berbentuk handout didasarkan karena
menurut taksonomi Briggs dalam (Sadiman, 1996: 23) media berbentuk
media cetak relative sama dengan media terprogram atau berbantu
komputer hanya saja media berbentuk cetak tidak memiliki kemampuan
menghasilkan suara serta penyusunanya lebih rumit, selain itu handout
adalah bahan pembelajaran yang sangat ringkas dan bahan ajar ini
bersumber dari beberapa literatur yang relevan terhadap kompetensi dasar
dan materi pokok yang diajarkan kepada siswa. Selain itu bahan ajar
handout diberikan kepada siswa guna memudahkan mereka saat mengikuti
proses pembelajaran. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25
b. Pengembangan Handout
Aspek yang harus diperhatikan pada saat pengembangan handout
adalah kedalaman dan banyaknya materi. Jika informasi yang diberikan
terlalu sedikit, pembaca tidak akan memperoleh apa-apa dari handout.
Sebaliknya, jika informasi dalam handout terlalu banyak, pembaca akan
enggan untuk membacanya.
Tahapan pengembangan handout adalah sebagai berikut:
1) Dimulai dengan mengevaluasi bahan ajar yang digunakan dengan
menggunakan tujuan instruksional sebagai dasar,
2) berdasarkan hasil evaluai, memutuskan materi materi yang akan
dikembangkan dengan menggunakan handout, baru atau pengayaan.
3) memutuskan isi handout, overview atau ringkasan,
4) memutuskan cara penyajian, yaitu narasi, table, gambar, diagram atau
kombinasi semua ini.
Handout dapat kembangan dengan beragam isi, misalnya:
1) Peta atau diagram konsep yang menghubungkan antar topik atau
bagian dalam topik.
2) Annotated bibliografi kumpulan abstrak dari sumber yang relevan
dengan materi yang sedang dipelajari akan sangan bermanfaat bagi
siswa. Handout yang berisi Annotated bibliografi ini akan membantu
pembaca yang membutuhkan informasi lebih lanjut tentang materi ajar
tertentu.
3) Informasi tambahan untuk meluruskan kesalahan dan bias yang ada
dalam bahan ajar.
4) Contoh baru dan contoh tambahan untuk konsep yang sangan sulit
dipahami peserta didik. Contoh-contoh ini dapat disesuaikan dengan
kondisi dan latar belakang siswa agar mudah dipahami.
5) Kasus untuk dipelajari dan diselesaikan, secara individu maupun
kelompok (Setiawan, 2009:2.15-2.16).
Handout dapat diisi dengan informasi dalam bentuk naratif
deskriptif, tabel, diagram,commit to user
dan foto. Pilihan penggunaan kata-kata, tabel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26
atau gambar ini tergantung dari materi yang akan disajikan. Sama seperti
pengembangan modul, diagram, grafis, gambar, foto, dan sejenis lainnya
digunakan jika penjelasan dengan kata-kata tidak atau kurang dapat
mencerminkan konsep yang diinginkan.
8. Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah hasil usaha belajar, pernyataan berdasarkan
sejumlah fakta untuk menjelaskan karakteristik seseorang. Untuk mengetahui
prestasi belajar dari siswa perlu diadakan evaluasi atau penilaian yang
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan siswa dalam kegiatan
belajar mengajar.
Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik
tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil
belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi
tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris
(Sudjana, 2009: 22), yang dijelaskan sebagai berikut:
a. Ranah Kognitif
Perilaku yang merupakan proses berpikir atau perilaku yang
termasuk hasil kerja otak. Beberapa kemampuan kognitif tersebut, antara
lain sebagai berikut:
a) Pengetahuan, tentang suatu materi yang telah dipelajari.
b) Pemahaman, memahami makna materi.
c) Aplikasi atau penerapan penggunaan materi atau aturan teoritis yang
prinsip.
d) Analisis, sebuah proses analisis teoritis dengan menggunakan
kemampuan akal.
e) Sintesis, kemampuan memadukan konsep, sehingga menemukan
konsep baru.
f) Evaluasi, kemampuan melakukan evaluatif atas penguasaan materi
pengetahuan (Siregar dan Nara, 2010: 9).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27
b. Ranah Afektif
Perilaku yang dimunculkan seseorang sebagai pertanda
kecenderungannnya untuk membuat pilihan atau keputusan untuk beraksi
di dalam lingkungan tertentu. Keberhasilan pembelajaran pada ranah
kognitif dan psikomotor dipengaruhi oleh kondisi afektif peserta didik.
Peserta didik yang memiliki minat belajar dan sikap positif terhadap
pelajaran akan merasa senang mempelajari mata pelajaran tertentu,
sehingga dapat mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Ada 5 (lima)
tipe karakteristik afektif yang penting, yaitu sikap, minat, konsep diri,
nilai, dan moral.
a) Sikap, merupakan suatu kencendrungan untuk bertindak secara suka
atau tidak suka terhadap suatu objek.
b) Minat, merupakan kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu.
Hal penting pada minat adalah intensitasnya. Secara umum minat
termasuk karakteristik afektif yang memiliki intensitas tinggi.
c) Konsep diri, merupakan evaluasi yang dilakukan individu terhadap
kemampuan dan kelemahan yang dimiliki.
d) Nilai, merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan, tindakan, atau
perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap buruk.
e) Moral, berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap
kebahagiaan orang lain atau perasaan terhadap tindakan yang
dilakukan diri sendiri (Depdiknas, 2008: 4-6).
c. Ranah Psikomotoris
Perilaku yang dimunculkan oleh hasil kerja fungsi tubuh
manusia. Dave (1970) dalam Siregar dan Nara (2010: 11),
mengemukakan lima jenjang tujuan belajar pada ranah psikomotor,
kelima jenjang tujuan tersebut adalah sebagai berikut:
a) Meniru, kemampuan mengamati suatu gerakan agar dapat merespon.
b) Menerapkan, kemampuan mengikuti pengarahan, gerakan pilihan dan
pendukung dengan membayangkan gerakan orang lain.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28
Fase terdispersi
Medium pendispersi
29
30
b. Sifat-Sifat Koloid
1) Efek Tyndall
Efek Tyndall adalah efek penghamburan cahaya oleh partikel
koloid. Partikel koloid akan memantulkan dan menghamburkan cahaya
yang mengenainya sehingga cahaya akan terlihat lebih terang, percobaan
Efek Tyndall dapat dilihat pada Gambar 2.6. exit
On
On
Gerak Brown Elektroforesis Adorbsi Koagulasi Koloid Pelindung Dialisis Koloid Liofob & Liofil
31
Partikel koloid
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
32
4) Koagulasi
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid yang terjadi karena
kerusakan stabilitas sistem koloid atau karena penggabungan partikel koloid
yang berbeda muatan sehingga membentuk partikel yang lebih besar.
Koagulasi dapat terjadi karena pengaruh pemanasan, pendinginan,
penambahan elektrolit, dan pembusukan, contoh proses-proses yang
memanfaatkan sifat koagulasi dari koloid:
a) pengolahan karet dari bahan mentahnya (lateks) dengan koagulan berupa
asam format,
b) proses penjernihan air dengan menambahkan tawas,
c) proses terbentuknya delta di muara sungai,
d) asap atau debu pabrik dapat digumpalkan dengan alat koagulasi listrik dari
Cottrel.
5) Dialisis
Dialisis adalah Proses penyaringan partikel koloid dari ion-ion yang
teradsorpsi sehingga ion-ion tersebut dapat dihilangkan dan zat terdispersi
terbebas dari ion-ion yang tidak diinginkan.
Pada proses ini, sistem koloid dimasukkan ke dalam bejana yang
terbuat dari selaput semi permeabel (kantong koloid) dan dicelupkan ke
dalam air yang mengalir terus-menerus. Selaput semi permeabel adalah
selaput yang dapat melewatkan partikel-partikel kecil (ion-ion atau molekul
sederhana), tetapi mampu menahan partikel koloid. Dengan demikian, ion-
ion akan keluar dari kantong koloid dan hanyut terbawa air, contohnya:
a) untuk memurnikan protein dari partikel-partikel lain yang ukurannya
lebih kecil;
b) untuk memisahkan tepung tapioka dari ion-ion sianida;
c) proses pemisahan hasil metabolisme dari darah oleh ginjal manusia;
d) untuk proses cuci darah bagi penderita gagal ginjal (blood dialisis).
6) Koloid Pelindung
Koloid pelindung adalah koloid yang bersifat melindungi koloid lain
commit
agar tidak mengalami koagulasi. to user
Koloid pelindung akan membentuk lapisan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
33
di sekeliling partikel koloid yang lain. Lapisan ini akan melindungi muatan
koloid tersebut sehingga partikel koloid tidak mudah mengendap atau
terpisah dari medium pendispersinya. Contoh dari koloid pelindung adalah
gelatin yang merupakan koloid padatan dalam medium air. Pada pembuatan
es krim digunakan gelatin untuk mencegah pembentukan kristal besar es
sehingga diperoleh es krim yang lebih lembut. Koloid pelindung dalam
emulsi disebut emulgator (pembentuk emulsi). Minyak dan air dapat
bercampur jika ditambah emulgator berupa sabun atau deterjen.
7) Koloid liofil dan liofob
Koloid liofil adalah koloid yang fase terdispersinya suka menarik
medium pendispersinya. Peristiwa ini disebabkan karena gaya tarik antara
partikel-partikel terdispersi dengan medium pendispersinya kuat.
Koloid liofob adalah sistem koloid yang fase terdispersinya tidak
suka menarik medium pendispersinya. Bila medium pendispersinya air
koloid liofil disebut juga sebagai koloid hidrofil, sedangkan koloid liofob
disebut sebagai koloid hidrofob.
Perbandingan sifat koloid liofil dan liofob dapat dilihat pada Tabel 2.5
(Sudarmo, 2006: 234):
Tabel 2.5 Perbandingan Sifat Koloid Liofil dan Liofob
Koloid Liofil Koloid Liofob
Mudah mengadsorpsi mediumnya Tidak mengadsopsi mediumnya
sehingga ukuran partikelnya dapat
semakin besar
Efek Tyndall kurang jelas Efek Tyndall sangat jelas
Sukar terkoagulasi Mudah terkoagulasi
Bersifat reversible (bila sudah Irreversible (bila sudah menggumpal
terkoagulasi dapat dengan mudah sukar dikoloidkan lagi)
dijadikan koloid lagi)
Contohnya yaitu: sabun, detergen, agar- Contohnya yaitu: sol logam, darah,
agar, kanji. sol Fe(OH)3
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
34
c. Pembuatan Koloid
Sistem koloid berada di antara larutan sejati dan suspensi. Oleh karena
itu sistem koloid dapat dibuat dari larutan sejati dan suspensi. Koloid yang
berasal dari larutan sejati di buat dengan cara kondensasi. Caranya dengan
menggabungkan partikel-partikel dalam larutan sejati sehingga menjadi
partikel berukuran koloid. Sementara itu, koloid yang berasal dari suspensi di
buat melalui cara dispersi. Caranya, dengan menghaluskan partikel-partikel
suspensi sehingga berukuran partikel koloid dan mendispersikannya dalam
medium pendispersi.
1) Cara Kondensasi
Pembuatan koloid dengan cara kondensasi dibedakan menjadi dua,
yaitu cara kimia dan fisika. Kedua cara ini banyak diterapkan untuk membuat
koloid tipe sol emas dan sol belerang.
a) Cara Kimia
Pembuatan koloid dari larutan sejati dengan cara reaksi kimia
dapat dilakukan dengan empat macam, yaitu:
(1) Reaksi pengendapan
Pembuatan koloid melalui reaksi pengendapan dilakukan
dengan cara mencampurkan dua macam larutan elektrolit, sehingga
menghasilkan endapan yang berukuran koloid. Contoh pembuatan sol
AgCl.
Sol AgCl di buat dengan cara mencampurkan larutan
AgNO3(aq) dengan larutan HCl atau larutan NaCl.
Reaksi yang terjadi sebagai berikut.
AgNO3(aq) + HCl(aq) AgCl(s) + HNO3(aq)
AgNO3(aq) + NaCl(aq) AgCl(s) + NaNO3(aq)
(2) Reaksi Hidrolisis
Hidrolisis adalah reaksi pembentukan koloid dengan
mereaksikan garam tertentu dengan air. Contoh reaksi pembentukan
commitdibuat
sol Fe(OH) Sol Fe(OH) to user
dengan cara menambahkan larutan
3. 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
35
36
3) Penggantian pelarut
Penggantian pelarut digunakan untuk mempermudah
pembuatan koloid yang tidak dapat larut dalam suatu pelarut tertentu.
Misalnya pada pembuatan sol belerang. Belerang sukar larut dalam
medium air. Oleh karena itu, air diganti dengan alkohol. Sol belerang
dalam air, di buat dengan cara melarutkan belerang ke dalam alkohol
sehingga diperoleh larutan jenuh. Larutan jenuh ini selanjutnya
diteteskan sedikit demi sedikit ke dalam air sehingga terbentuk sol
belerang.
2) Cara Dispersi
Dipersi merupakan cara pembuatan koloid yang berasal dari suspensi.
Pembuatan koloid dengan cara dispersi dapat dilakukan dengan cara berikut:
a) Cara Busur Bredig
Pembuatan sistem koloid dengan menggunakan Busur Bredig yaitu
pembuatan koloid dengan cara pemecahan zat padat menjadi partikel
koloid dengan menggunakan arus listrik tegangan tinggi. Pembuatan
sistem koloid menggunakan busur bredig biasanya digunakan untuk
logam. Logam yang akan dijadikan koloid digunakan sebagai elektrode
yang dicelupkan ke dalam medium pendispersi. Kemudian dialiri arus
listrik yang cukup kuat sehingga terjadi loncatan bunga api listrik di kedua
ujungnya. Suhu tinggi akibat adanya loncatan bunga api listrik
mengakibatkan atom-atom logam akan luntur dan terlempar ke dalam
medium pendispersi (air), lalu atom-atom tersebut akan mengalami
kondensasi sehingga membentuk suatu koloid logam. Contoh pembuatan
sistem koloid dengan busur bredig adalah pembuatan sol logam.
Kumparan peninggi tegangan
Sumber arus
Loncatan listrik
commit to user
Gambar 2.5 Rangkaian alat Busur Bredig
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
37
b) Cara Mekanik
Cara mekanik melibatkan penghalusan partikel-partikel kasar zat
padat menjadi partikel-partikel berukuran koloid. Namum dalam proses ini
fase terdispersinya kadang-kadang mengalami penggumpalan kembali,
sehingga perlu ditambah stabilizer atau zat pemantap. Contoh pada
pembuatan mentega, pembuatan jus, tinta dan cat.
c) Cara Homogenisasi
Cara homogenisasi yaitu suatu cara yang digunakan untuk
membuat suatu zat menjadi homogeny dan berukuran koloid. Cara ini
digunakan untuk zat yang partikelnya berukuran lebih kecil dari partikel
koloid. Caranya, dengan memperbesar ukuran partikel koloid dan
melewatkannya melalui lubang berpori bertekanan tinggi. Partikel yang
berukuran koloid selanjutnya didispersikan dalam medium pendispersi.
Cara homogenisasi diterapkan pada pembuatan susu dari lemak susu.
d) Cara Peptisasi
Pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu endapan
dengan bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah). Zat pemeptisasi
memecahkan butir-butir kasar menjadi butir-butir koloid.
Contoh-contoh peptisasi:
(1) Pembuatan agar-agar dipeptisasi dengan air.
(2) Endapan Al(OH)3 dipeptisasi dengan AlCl3.
(3) Endapan NiS dipeptisasi dengan H2S(Sulami, dkk., 2009: 323-325).
10. Hasil Penelitian Yang Relevan
Suleyman (2011) dalam jurnal menyatakan bahwa pembelajaran
kooperatif dapat meningkatkan prestasi siswa, yang ditunjukan dengan rata-
rata nilai pada kelas kooperatif sebesar 62.81, sedangkan pada kelas control
hanya 49.68. Penelitian Lago (2007) juga mempelajari pengaruh penggunaan
pembelajaran kooperatif dengan tipe Numbered Heads Together (NHT) dapat
meningkatkan prestasi, efektivitas diri, dan sikap pada pembelajaran kimia.
Peningkatan prestasi ditunjukan oleh hasil prestasi belajar siswa kelas
commit
eksperimen dapat meningkatkan nilai to user sebesar 10,37, sedangkan siswa
rata-rata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
38
39
B. Kerangka Berpikir
Pada pembelajaran kimia khususnya pada materi pokok koloid, prestasi
belajar siswa kelas XI IPA di SMA Negeri 1 Karanganyar masih banyak yang
berada dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hal ini mungkin
disebabkan karena metode pembelajaran yang digunakan kurang sesuai dengan
karakteristik siswa dan materi. Metode pembelajaran yang selama ini digunakan
pada materi koloid adalah metode ceramah disertai tanya jawab (konvensional).
Metode konvensional ini kurang efektif sebab proses pembelajaran masih berpusat
pada guru, siswa kebanyakan mendengarkan dan mencatat sehingga suasana kelas
menjadi pasif dan proses pembelajaran menjadi kurang efektif. Selain itu,
kerjasama antar siswa yang dapat menunjang tercapainya tujuan pembelajaran
masih rendah, belum ada interaksi dengan siswa lain dalam membangun
pemahaman mereka terhadap konsep-konsep kimia. Dibutuhkan sebuah model
pembelajaran yang dapat melibatkan siswa menjadi aktif selama proses
pembelajaran berlangsung dan sekaligus siswa dapat membangun pengetahuannya
sendiri sehingga siswa akan lebih termotivasi. Salah satu model yang dapat
diterapkan adalah pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT).
Pada pembelajaran kooperatif NHT guru akan mengelompokkan siswa dan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi tentang materi pelajaran
dan menjadi tutor untuk teman sebayanya sehingga menjadikan siswa aktif dalam
membangun pengetahuannya sendiri bersama teman-teman dalam satu
kelompoknya. NHT memiliki kelebihan yaitu siswa dapat berperan aktif dalam
pembelajaran dengan melakukan diskusi kelompok sehingga siswa yang pandai
dapat mengajari siswa yang kurang pandai. Dengan demikian diharapkan
pemahaman siswa pada materi koloid akan menjadi lebih baik, tidak hanya
sekedar hafalan saja.
Numbered Head Together dapat ditunjang oleh penggunaan media
commit to user
pembelajaran untuk menambah ketertarikan dan pemahaman siswa, agar prestasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
40
belajar yang dicapai siswa dapat optimal selain itu media pembelajaran berguna
untuk menghindari verbalisme yang masih mungkin terjadi. Dasar pemilihan
media pembelajaran sangatlah sederhana, yaitu dapat mencapai tujuan umum dari
penggunaan media pembelajaran yaitu membantu guru dalam menyampaikan
pesan atau materi pelajaran kepada siswanya, agar pesan lebih mudah dimengerti,
lebih menarik dan lebih menyenangkan bagi siswa. Media yang dipilih yaitu
media macromedia flash dan media handout. Dengan media tersebut, diharapkan
proses pembelajaran dapat lebih menarik dan mempermudah pemahaman siswa
terhadap materi koloid.
Penggunaan media macromedia flash dalam NHT, materi koloid
disampaikan dengan tampilan yang menarik dan dalam bentuk aplikasi yang lebih
interaktif, sehingga membuat cara berfikir siswa menjadi lebih konkrit yang
nantinya akan meningkatkan pemahaman terhadap materi yang disampaikan,
sebab macromedia flash merupakan salah satu program yang menyajikan pesan
audio visual secara jelas dengan berbagai gambar animasi sehingga dapat
merangsang minat belajar siswa. Selain itu, penggunaan aplikasi multimedia
dalam pembelajaran akan meningkatkan efisiensi, motivasi dan belajar aktif siswa
sehingga menjadikan proses pembelajaran dapat berpusat pada siswa. Sedangkan
penggunaan media handout dalam NHT pada materi koloid disampaikan dalam
bentuk ringkasan dan disajikan dengan tampilan yang menarik, sebab dalam
handout ini terdapat kombinasi narasi deskriptif, gambar bertahap untuk
memperjelas konsep serta penulisan huruf dan pemakaian warna yang menarik
dapat meningkatkan perhatian siswa. Akan tetapi, karena pada media macromedia
flash konsep materi disajikan dengan animasi serta terdapat audio visual untuk
memperjelas konsep maka akan menjadi lebih mudah dan lebih lama dalam
mengingat materi koloid tersebut sedangkan, pada media handout materi disajikan
dalam bentuk ringkasan saja atau visual saja tanpa ada efek audio maupun animasi
visual, sehingga dengan penggunaan media macromedia flash pembelajaran dapat
menjadi lebih konkrit dari pada penggunaan media handout, untuk memperjelas
hubungan model pembelajaran dan media pembelajaran terhadap prestasi belajar
commit topemikiran
siswa ditunjukkan dengan skema kerangka user pada Gambar 2.6.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
41
Prestasi Belajar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
42
C. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka dapat
dirumuskan hipotesis yaitu pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Together (NHT) dilengkapi dengan penggunaan macromedia flash memberikan
prestasi belajar siswa yang lebih baik dari pada pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Head Together (NHT) yang dilengkapi dengan penggunaan handout
dalam pembelajaran kimia materi koloid kelas XI SMA Negeri 1 Karanganyar
tahun ajaran 2012/2013.
commit to user