Anda di halaman 1dari 35

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka
1. Studi Komparasi
Studi dalam Kamus Bahasa Indonesia artinya penelitian ilmiah atau kajian
(Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2008: 1530), sedangkan komparasi berasal
dari bahasa Inggris yaitu compare yang artinya membandingkan, dan dalam
bahasa Indonesia komparasi berarti perbandingan, maksudnya yaitu
membandingkan untuk menemukan persamaan atau perbedaan dari dua atau lebih
sebuah objek penelitian (Arham, 2012: 11). Aswarni Sudjud mengemukakan
bahwa, penelitian komparasi akan dapat mengemukakan persamaan-persamaan
dan perbedaan-perbedaan tentang benda-benda, tentang orang, kelompok terhadap
suatu ide atau prosedur kerja (Arikunto, 2002: 236), sedangkan menurut Van
Dalen dalam Arikunto (2002: 237), komparasi yaitu ingin membandingkan dua
atau tiga kejadian dengan melihat penyebab-penyebabnya.
Berdasarkan pengertian di atas, studi komparasi merupakan bentuk
penelitian ilmiah yang mempelajari tentang perbandingan pembelajaran kooperatif
tipe NHT dilengkapi dengan macromedia flash dan handout terhadap prestasi
belajar siswa yang dilihat dari aspek kognitif dan aspek afektif, dengan
menemukan persamaan dan perbedaannya.
2. Belajar dan Pembelajaran
a. Pengertian Belajar
Slameto (2010: 2), mengungkapkan bahwa untuk memperoleh
pengertian yang objektif tentang belajar terutama belajar disekolah, perlu
dirumuskan secara jelas tentang pengertian belajar. Pengertian belajar
sudah banyak dikemukakan oleh para ahli psikologi pendidikan. Menurut
pengertian psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu
perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan
commit to
nyata dalam seluruh aspek tingkah user
laku.
8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Slameto (2010: 2) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses usaha


yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya.
Di dalam buku yang berjudul landasan psikologi proses pendidikan
(Syaodih, 2003: 155-156) merangkum beberapa definisi belajar para ahli,
diantaranya:
1) Menurut Witherington “belajar merupakan perubahan dalam
kepribadian, yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang
baru yang berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan
kecakapan”.
2) Menurut Crow and Crow “belajar adalah diperolehnya kebiasaan-
kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru”.
3) Menurut Hilgard “belajar adalah suatu proses dimana suatu perilaku
muncul atau berubah karena adanya respons terhadap suatu situasi”.
Sains merupakan suatu cara bertanya dan menjawab pertanyaan
tentang aspek fisis jagat raya. Sains tidak sekedar suatu kumpulan fakta
atau kumpulan jawaban tentang pertanyaan, namun lebih merupakan suatu
proses melakukan dialog berkelanjutan dengan lingkungan fisik sekitarnya.
Saintis dengan keahlian khusus, secara umum memiliki bahasa, metode-
metode dan kebiasaan berpikir (habits of mind) untuk mengkonstruk
penjelasan tentang alam. Pengetahuan ini kadanga-kadang terpisah bahkan
bertentangan dengan cara mencari tahu yang biasa. Pengetahuan ilmiah
sebagai suatu pengetahuan disiplin, dikonstruk secara identik dan secara
simbolik di alam. Penalaran ilmiah ditandai dengan formulasi teoritis
yang eksplisit yang dapat dikomunikasikan dan diuji dengan bukti-bukti
yang mendukung (Rustaman, 2010: 3).
Belajar sains adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku melalui penalaran atau
metode ilmiah, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungan fisik sekitarnya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

10

b. Teori-teori Belajar
Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan
berperan penting dalam pembentukkan pribadi dan perilaku individu.
Terdapat banyak sekali teori-teori tentang belajar yang disampaikan oleh
para ahli antara lain:
1) Teori Piaget
Teori perkembangan kognitif Piaget adalah salah satu teori yang
menjelaskan bagaimana siswa beradaptasi dengan menginterpretasikan
objek dan kejadian-kejadian di sekitarnya. Piaget memandang bahwa
siswa memainkan peran aktif di dalam menyusun pengetahuannya
mengenai realita sehingga siswa tidak pasif menerima informasi.
Implikasi teori Piaget dalam pendidikan adalah sebagai berikut: (1)
memusatkan perhatian kepada proses berpikir siswa, tidak sekedar pada
hasilnya. Pengalaman-pengalaman belajar yang sesuai dikembangkan
dengan memperhatikan tahap fungsi kognitif siswa, (2) mengutamakan
peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam
kegiatan belajar. Siswa didorong menemukan sendiri suatu pengetahuan
melalui interaksi spontan dengan lingkungan, (3) memaklumi akan
adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan perkembangan,
sehingga guru harus melakukan upaya untuk mengatur aktivitas di dalam
kelas yang terdiri dari individu-individu ke dalam bentuk kelompok-
kelompok kecil siswa daripada aktivitas dalam bentuk klasikal
(Suprijono, 2009: 112).
Berdasarkan uraian dari teori Piaget, pembelajaran kooperatif
tipe numbered heads together (NHT) dengan menggunakan media
macromedia flash dan handout terdapat kelompok-kelompok kecil
dengan kemampuan masing-masing anggota yang berbeda-beda. Adanya
kelompok-kelompok kecil akan membuat siswa berinisiatif dan terlibat
aktif dalam kegiatan pembelajaran dan saling menghargai perbedaan
individu dalam satu kelompok.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

11

2) Teori Konstruktivisme
Prinsip-prinsip dalam teori konstruktivisme yaitu:(1) pengetahuan
dibangun oleh siswa sendiri; (2) pengetahuan tidak dapat dipindahkan
dari guru ke siswa sendiri, kecuali hanya dengan keaktifan siswa untuk
menalar; (3) siswa aktif mengkonstruksi terus-menerus, sehingga selalu
terjadi perubahan konsep menuju ke konsep yang lebih rinci, lengkap,
dan sesuai dengan konsep ilmiah; (4) guru hanya membantu dalam
menyediakan sarana dan situasi agar proses kontruksi siswa dapat
berjalan dengan baik (Majid, 2013: 118).
Model pembelajaran kooperatif numbered heads together (NHT)
mengacu pada teori belajar konstruktivisme karena dalam proses
pembelajaran siswa dituntut agar dapat membangun pengetahuannya
sendiri. Dalam penelitian ini peneliti juga menggunakan media
macromedia flash dan handout sebagai sarana yang diharapkan dapat
membantu membangun pengetahuan siswa dengan baik.
3) Teori Vygotsky
Vygotsky berpendapat bahwa manusia dapat belajar dari orang
lain, baik yang seumur maupun yang lebih tua dan memiliki tingkat
perkembangan yang lebih tinggi. Vygotsky pada teori belajar, mengacu
pada kesenjangan apa yang dapat dilakukan sendiri oleh seseorang dan
apa yang dapat dilakukannya dengan bantuan orang lain yang lebih
terampil atau yang lebih tahu dibanding dirinya sendiri. Di sinilah peran
guru, orang dewasa, dan teman sebaya mengemuka di dalam belajar,
dalam arti bahwa mereka dapat membantu membawa siswa ke
pengetahuan pada tingkat yang lebih tinggi. Kerjasamalah yang menjadi
dasar belajar, karena siswa akan naik ke level yang lebih tinggi dalam
hal pengetahuan dari kerjasama yang dilakukan dengan orang yang
memiliki level pengetahuan lebih tinggi, baik itu dari teman ataupun
dari guru (Muijs dan Reynolds, 2008: 26-28).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

12

Pada penelitian ini erat kaitannya dengan teori Vygotsky karena


dalam pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together (NHT),
terdapat diskusi kelompok sehingga siswa dapat saling bertukar
pengetahuan serta pendapat, selain itu juga siswa dapat berlatih untuk
mengkomunikasikan pengetahuan yang mereka miliki bersama dengan
teman dalam satu kelompoknya, siswa dengan kemampuan yang lebih
dapat membantu siswa lain yang berkemampuan kurang.
4) Teori Bruner
Bruner menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan
pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dengan sendirinya
memberikan hasil paling baik. Hasil belajar seseorang diperoleh mulai
dari pengalaman langsung atau konkret (Dahar, 2006: 79).
Penelitian ini ada kaitannya dengan teori Bruner karena dalam
pembelajaran materi koloid dengan model pembelajaran kooperatif tipe
numbered heads together (NHT) menggunakan media macromedia
flash dan handout, yang dapat membantu memvisualisasikan materi
pelajaran koloid lebih konkrit dengan adanya animasi, video dan
gambar-gambar bertahap sehingga pembelajaran menjadi lebih
bermakna dan memberikan daya ingat siswa akan materi tersebut lebih
tahan lama.
c. Faktor- faktor Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa menurut Slameto
(2010: 54-71), sebagai berikut:
1) Faktor Intern
a) Faktor Jasmaniah
(1) Kesehatan, sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan
beserta bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit.
(2) Cacat tubuh, adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau
kurang sempurna mengenai tubuh/badan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

13

b) Faktor Psikologis
Beberapa faktor psikologis yang dapat diuraikan sebagai
berikut:
(1) Intelegensi
C.P. chaplin mengartikan intelegensi sebagai kecakapan yang
terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan
menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan
efektif, mengetahui menggunakan konsep yang abstrak secara
efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.
(2) Perhatian
Perhatian menurut Gazali adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi,
jiwa semata-mata tertuju kepada suatu obyek atau sekumpulan
obyek.
(3) Minat
Minat diartikan oleh Hilgard sebagai kecenderungan yang tetap
untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.
(4) Bakat
Bakat atau aptitude menurut Hilgard adalah “the capacity to
learn” atau dengan kata lain kemampuan untuk belajar.
(5) Motif
Motif erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai.
Di dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak, akan
tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang
menjadi penyebab berbuat adalah motif itu sendiri sebagai daya
penggerak atau pendorongnya.
(6) Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan
seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap melaksanakan
kecakapan baru.
(7) Kesiapan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

14

Menurut Jamies Drever, kesiapan adalah kesediaan untuk


member respone atau beraksi.
(8) Faktor Kelelahan
Kelelahan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan
jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani terlihat dengan
lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk
membaringkan tubuh. Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat
dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan
dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.
2) Faktor Ekstern
a) Faktor Keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa:
cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana
rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.
b) Faktor Sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode
mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan
siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar
pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.
c) Faktor Masyarakat
Masyarakat merupan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap
belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaannya siswa
dalam masyarakat. Meliputi tentang kegiatan siswa dalam
masyarakat mass media dan teman bergaul dan bentuk kehidupan
masyarakat, yang semuanya mempengaruhi belajar.
d. Pengertian Pembelajaran
Beberapa ahli telah merumuskan definisi mengenai pembelajaran
berdasarkan pandangannya masing-masing. Beberapa definisi pembelajaran
tersebut antara lain: (1) Menurut Alvin W. Howard dalam Slameto (2010:
32), pembelajaran adalah suatu aktivitas untuk mencoba menolong,
commit to usermengubah atau mengembangkan
membimbing siswa untuk mendapatkan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

15

keterampilan, sikap, cita-cita, penghargaan dan pengetahuan; (2)


Pembelajaran adalah suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem
lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya
proses belajar (Sardiman, 2007: 47); (3) Pembelajaran adalah suatu
kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas,
perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan
pembelajaran (Hamalik, 2001: 57).
Pada dasarnya, beberapa pengertian yang telah disebutkan di atas
memiliki kesamaan, oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
adalah suatu usaha untuk menciptakan kondisi yang kondusif untuk
berlangsungnya kegiatan belajar antara siswa yang satu dengan siswa
lainnya sehingga terjadi perubahan tingkah laku pada diri siswa yang
berlaku dalam waktu relatif lama.
Sains merupakan suatu cara bertanya dan menjawab pertanyaan
tentang aspek fisis jagat raya. Sains tidak sekedar suatu kumpulan fakta
atau kumpulan jawaban tentang pertanyaan, namun lebih merupakan suatu
proses melakukan dialog berkelanjutan dengan lingkungan fisik sekitarnya.
Saintis dengan keahlian khusus, secara umum memiliki bahasa, metode-
metode dan kebiasaan berpikir (habits of mind) untuk mengkonstruk
penjelasan tentang alam. Pengetahuan ini kadanga-kadang terpisah bahkan
bertentangan dengan cara mencari tahu yang biasa. Pengetahuan ilmiah
sebagai suatu pengetahuan disiplin, dikonstruk secara identik dan secara
simbolik di alam. Penalaran ilmiah ditandai dengan formulasi teoritis
yang eksplisit yang dapat dikomunikasikan dan diuji dengan bukti-bukti
yang mendukung (Rustaman, 2010: 3).
Pembelajaran sains dari pengertian diatas adalah usaha dalam
menciptakan kondisi yg kondusif agar siswa dapat mengembangkan
kemampuannya melalui penalaran ilmiah sehingga terjadi perubahan
tingkah laku pada diri siswa yang berlaku dalam waktu relatif lama.
Pembelajaran sains juga bertujuan agar siswa mengalami berinteraksi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

16

dengan obyek, gejala alam atau peristiwa alam, baik secara langsung
ataupun dengan alat bantu yang ada.
3. Pembelajaran Kooperatif
Menurut Slavin (2009: 4) pembelajaran kooperatif merujuk pada
berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam
mempelajari mata pelajaran. Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan
dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi untuk
mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan
dalam pemahaman masing-masing.
Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa peranan penting, yaitu
untuk meningkatkan pencapaian prestasi para siswa, dapat mengembangkan
hubungan antarkelompok, penerimaan terhadap teman sekelas yang lemah
dalam bidang akademik, dan meningkatkan rasa harga diri. Selain itu,
pembelajaran kooperatif memiliki kelebihan yang sangat besar untuk
mengembangkan hubungan antarsiswa dari latar belakang etnik yang berbeda
(Slavin, 2009: 4-5).
Roger dan David Johnson dalam Suprijono (2009: 58) mengatakan
bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif.
Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam pembelajaran
kooperatif harus diterapkan, yaitu :
a. Positive interdependence (saling ketergantungan positif)
Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap
anggotanya. Artinya tiap siswa memiliki tugas yang sama dalam
bekerja sama, untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar
perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota
kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa
sama-sama mencapai tujuan yang diinginkan.
b. Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan)
Dalam pembelajaran kooperatif, setiap siswa akan memiliki rasa
commit to user
tanggung jawab untuk melakukan hal yang terbaik. Kunci keberhasilan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

17

pembelajaran kooperatif adalah persiapan guru dalam penyusunan


tugasnya. Pengajar yang baik pada pembelajaran ini adalah membuat
persiapan mengajar dan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga
masing-masing kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya
sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan.
c. Face to face promotive interaction (interaksi promotif)
Setiap kelompok harus diberi kesempatan untuk bertatap muka
untuk berdiskusi dan berinteraksi. Kegiatan interaksi ini akan
membentuk sinergi yang positif bagi para anggotanya. Hasil pemikiran
antara satu orang dengan beberapa orang akan lebih baik beberapa
orang. Inti dari sinergi adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan
kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing. Setiap kelompok
pasti akan memiliki banyak perbedaan. Namun perbedaan inilah yang
akan menjadi modal utama dalam proses saling memperkaya antar
anggota kelompok. Para anggota kelompok perlu diberi kesempatan
untuk saling mengenal dan menerima satu sama lainnya dalam kegiatan
tatap muka dan interaksi pribadi.
d. Interpersonal skill (kemampuan diri)
Setiap kelompok dibekali dengan berbagai keterampilan untuk
berkomunikasi. Sebelum pengajar menugaskan siswa dalam kelompok,
pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Tidak setiap
siswa memiliki cara berkomunikasi yang sama. Keberhasilan suatu
kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk
saling mendengarkan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan
kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.
e. Group processing (pemrosesan kelompok)
Pengajar perlu memberikan evaluasi terhadap kelompoknya.
Guru mengadakan evaluasi terhadap proses kerja antar kelompok dan
hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan
lebih efektif (Suprijono, 2009: 58).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

18

4. Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)


a. Pengertian Numbered Heads Together
Numbered Heads Together (NHT) pada dasarnya adalah sebuah
varian dari Group Discussion, pembelokannya yaitu hanya pada satu siswa
yang mewakili kelompoknya tetapi tidak sebelumnya diberi tahu siapa
yang akan menjadi wakil kelompok tersebut. Pembelokan tersebut
memastikan keterlibatan total dari semua siswa. NHT sangat baik untuk
menambah tanggung jawab individual kepada diskusi kelompok. (Slavin,
2009: 255-256).
NHT merupakan pendekatan yang dikembangkan oleh Spence
Kagan untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam meninjau materi yang
dibahas dalam pelajaran dan untuk memeriksa pemahaman mereka
terhadap isi pelajaran itu. Bukannya mengarahkan pertanyaan kepada
seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat langkah berikut (Arends,
1997: 122-123):
1) Langkah 1-Penomoran (Numbering): Guru membagi siswa menjadi
beberapa tim beranggotakan tiga sampai lima orang dan memberi
nomor sehingga setiap siswa pada masing-masing tim memiliki nomor
antara 1 sampai 5.
2) Langkah 2-Pengajuan Pertanyaan (Questioning): Guru mengajukan
sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaannya bisa bervariasi,
pertanyaan juga bisa sangat spesifik dan dalam bentuk pertanyaan,
seperti “Ada berapa negara bagian dalam Uni Eropa?” pertanyaan juga
bisa direktif, seperti “Pastikan bahwa setiap orang mengetahui ibu kota
negara-negara yang batas-batasnya ada di Samudra Pasifik”.
3) Langkah 3-Berpikir Bersama (Heads Together): Siswa menyatukan
“ide” untuk menemukan jawabannya dan memastikan bahwa semua
anggota kelompok mengetahui jawabannya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

19

4) Langkah 4-Pemberian Jawaban (Answering): Guru memanggil salah


satu nomor yang spesifik, secara acak dan siswa yang memiliki nomor
itu mengangkat tangannya dan memberikan jawabannya ke hadapan
seluruh kelas.
Model ini mengacu kepada belajar kelompok. Anggota kelompok
menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain
untuk menutaskan materi pelajarannya, kemudian saling membantu satu
sama lain untuk memahami bahan pelajaran dan memecahkan suatu
masalah melalui diskusi.
b. Kelebihan dan Kelemahan NHT
1) Kelebihan metode ini adalah :
a) Setiap siswa menjadi siap semua
b) Siswa dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh
c) Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai
2) Kelemahan metode ini adalah :
a) Kemungkinan nomor yang dipanggil, akan dipanggil lagi oleh guru
b) Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru (Hamdani,
2011: 90).
5. Media Pembelajaran
a. Definisi Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak
dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar.
Media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat, dapat didengar dan
dibaca. Apa pun batasan yang diberikan, ada persamaan diantara batasan
tersebut yaitu bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan
untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat
merangsang pikiran, perasaan, dan perhatian siswa sedemikian rupa
sehingga proses belajar terjadi (Sadiman,1996: 6).
Rossi dan Breidle dalam Hardiyanto, dkk (2011: 57) mengemukakan
bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat
commit to user
dipakai untuk tujuan pendidikan, seperti radio, televisi, buku, koran,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

20

majalah, dan sebagainya. Berdasarkan uraian diatas dapat dipahami bahwa


media pembelajaran adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan
sebagai penyalur pesan untuk memperoleh hasil pembelajaran yang
maksimal.
b. Perkembangan Media Pembelajaran
Pada mulanya media hanya di anggap sebagai alat bantu guru dalam
mengajar (teaching aids). Alat bantu yang dipakai adalah alat bantu visual,
yaitu gambar, model, objek dan alat-alat lain yang dapat memberikan
pengalaman konkret, motivasi belajar serta mempertinggi daya serap dan
retensi belajar siswa. Dengan masuknya teknologi audio pada sekitar abad
ke-20 alat visual untuk mengkonkritkan ajaran ini dilengkapi dengan
digunakannya alat audio dan dikenal dengan audio visual aids (AVA).
Bermacam peralatan digunakan guru untuk menyampaikan pesan ajaran
kepada siswa melalui penglihatan dan pendengaran untuk menghindari
verbalisme yang masih mungkin terjadi kalau hanya digunakan alat bantu
visual semata. Dalam usaha pemanfaatan media sebagai alat bantu ini
Edgar Dale mengadakan klasifikasi pengalaman menurut tingkat dari yang
paling konkrit ke yang paling abstrak yang kemudian dikenal dengan nama
kerucut pengalaman (Cone of experience) dan dianut secara luas dalam
menentukan alat bantu apa yang paling sesuai untuk pengalaman belajar
tertentu (Sadiman, 1996: 6-8).
Arsyad (2009: 10) mengatakan bahwa kerucut pengalaman Dale
merupakan elaborasi yang rinci dari konsep tiga tingkatan pengalaman
yang dikemukakan oleh Bruner. Hasil belajar seseorang diperoleh mulai
dari pengalaman langsung (konkret), kenyataan yang ada di lingkungan
kehidupan seseorang kemudian melalui benda tiruan, sampai kepada
lambang verbal (abstrak). Hal ini dapat dikatakan bahwa belajar yang
berawal dari pengalaman langsung akan lebih bermakna, mudah dipahami,
dan lebih disukai oleh siswa dibandingkan dengan sesuatu yang abstrak.
Gambar kerucut pengalaman Edgar Dale dapat dilihat pada Gambar 2.1.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

21

Ver Abstrak
bal

Simbol

Visual
Radio
Film
Televisi
Pameran Wisata
Demonstrasi
Observasi
Pengalaman Langsung Konkret

Gambar 2.1. Kerucut Pengalaman Edgar Dale


c. Manfaat Media Pembelajaran
Manfaat media pembelajaran menurut Salim, dkk.(2011: 281)
adalah sebagai berikut:
1) lebih meningkatkan daya kepahaman siswa terhadap materi
pembelajaran yang disajikan,
2) mempercepat daya cerna,
3) merangsang cara berfikir,
4) membangkitkan daya afektif yang mendalam mengenai pesan-pesan
pendidikan yang disampaikan,
5) membantu kuatnya daya ingatan siswa,
6) membantu memahami secara integral materi yang disajikan,
7) membantu memperjelas pengalaman langsung,
8) membantu merangsang kegiatan kejiwaan anak didik seperti
pengamatan dan emosi.
d. Klasifikasi Media Pembelajaran
Dalam klasifikasi media pembelajaran Anderson (1987: 38)
menggolongkan media menjadi 10 golongan sebagai berikut, pada Tabel
2.1. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

22

Tabel 2.1 Penggolongan Media Menurut Anderson


Golongan Contoh
Audio Kaset audio, siaran radio, compact disk , telepon
Cetak Buku pelajaran, modul, brosur, leaflet, gambar
Audio-cetak Kaset audio yang dilengkapi bahan tertulis
Proyeksi visual diam Overhead transparasi, film bingkai
Proyeksi audio visual diam Film bingkai bersuara
Visual gerak Film bisu
Audio visual gerak Film gerak bersuara, video, televise
Objek fisik Benda nyata, model
Manusia dan lingkungan Guru, pustakawan, laboran
Komputer Computer Assiated Instruction (CAI)

Berdasarkan pemahaman atas klasifikasi media pembelajaran tersebut,


akan mempermudah para guru atau praktisi lainnya dalam melakukan
pemilihan media yang tepat pada waktu merencanakan pembelajaran untuk
mencapai tujuan tertentu. Pemilihan media yang disesuaikan dengan tujuan,
materi, serta kemampuan dan karakteristik siswa, akan sangat menunjang
efisiensi dan efektivitas proses dan hasil pembelajaran.
6. Media Komputer Program Macromedia Flash
a. Komputer
Komputer adalah mesin yang dirancang khusus untuk memanipulasi
informasi yang diberi kode, mesin elektronik yang otomatis melakukan
pekerjaan dan perhitungan sederhana dan rumit. Komputer dewasa ini
memiliki kemampuan untuk menggabungkan dan mengendalikan berbagai
peralatan lainnya, seperti CD player, video tape, dan audio tape. Di
samping itu, komputer dapat merekam, menganalisis, dan memberi reaksi
kepada respons yang diinput oleh pemakai atau siswa.
Pemanfaatan komputer untuk pendidikan dikenal dengan Computer
commit to user
Assiated Instruction (CAI). CAI ialah penggunaan komputer secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

23

langsung dengan siswa untuk menyampaikan isi pelajaran, memberi


latihan-latihan dan mengetes kemajuan belajar siswa. Karena keluwesan
dan kemampuan suatu komputer untuk memberikan pembelajaran yang
bervariasi, maka komputer dapat dianggap sebagai peranan seorang tutor
yang sabar tanpa batas. Komputer dapat juga digunakan untuk mengontrol
media lain dan memberikan siswa bahan referensi yang diperlukan,
bantuan penampilan, pelayanan administrasi, dan mensimulasikan fasilitas
lingkungan dan laboratorium (Anderson, 1987:198-199).
b. Macromedia Flash
Macromedia flash adalah salah satu Future Splash Animator yang
memudahkan pembuatan animasi pada layar komputer dalam
menampilkan gambar secara visual dan lebih menarik. Flash adalah salah
satu software yang merupakan produk unggulan pembuat animasi gambar
vektor, sehingga sangat membantu guru dalam membuat instrumen
pembelajaran. Macromedia flash memiliki cara kerja berupa penyajian
animasi secara visual dalam bentuk tulisan, gambar dan lain-lain yang
dapat digerakkan sesuai yang diinginkan berdasarkan konsep yang dipakai.
Melalui penerapan model pembelajaran ini diharapkan akan
mempermudah siswa dalam mengungkapkan bagaimana ia melihat
persoalan dan apa yang akan dibuat persoalan itu. Inilah salah satu jalan
menciptakan refleksi yang menutut kesadaran akan apa yang sedang
dipikirkan dan dilakukan (Salim, dkk., 2011: 2).
Menurut Riski Rahman dalam Hardiyanto, dkk (2011: 57)
macromedia flash adalah software yang banyak dipakai oleh para
profesional web karena kemampuannya yang mengagumkan dalam
menampilkan multimedia, menggabungkan unsur teks, grafis, animasi,
suara dan serta interaktivitas bagi pengguna program animasi internet.
Media komputer yang digunakan untuk menyampaikan materi
pokok koloid dengan menampilkan program media macromedia flash.
Macromedia flash merupakan suatu software paling populer saat ini dalam
hal animasi (khususnya dicommit
web) to userdapat mewujudkan imajinasi dan
yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

24

daya khayal manusia yang tiada batas, dalam penelitian ini diharapkan
penggunaan program animasi pada macromedia flash diharapkan dapat
memvisualisasikan secara lebih menarik konsep-konsep koloid yang
memerlukan pemahaman dan hapalan.
7. Handout
a. Pengertian Handout
Menurut Setiawan (2009: 2.15), handout adalah bahan ajar yang
dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran, dalam bentuk media cetak yang
mudah dikembangkan dan dapat dimanfaatkan dalam pelajaran. Handout
diartikan sebagai buku pegangan siswa yang diberi suatu materi
pembelajaran. Handout menyajikan keseluruhan materi yang harus
dipelajari. Materi yang disajikan dalam handout memunculkan komponen-
komponen yang diperlukan dalam pembelajaran meliputi tujuan
pembelajaran atau kompetensi, prasyarat yaitu materi-materi pembelajaran
yang mendukung atau perlu dipelajari terlebih dahulu sebelumnya,
prosedur pembelajaran, materi pembelajaran yang tersusun sistematis,
latihan dan soal evaluasi. Handout biasanya diambilkan dari beberapa
literatur yang memiliki relevansi dengan materi yang diajarkan dan materi
pokok yang harus dikuasai oleh siswa. Saat ini, handout dapat diperoleh
dengan berbagai cara, antara lain dengan cara download dari internet, atau
menyadur dari sebuah buku.
Pemilihan media cetak berbentuk handout didasarkan karena
menurut taksonomi Briggs dalam (Sadiman, 1996: 23) media berbentuk
media cetak relative sama dengan media terprogram atau berbantu
komputer hanya saja media berbentuk cetak tidak memiliki kemampuan
menghasilkan suara serta penyusunanya lebih rumit, selain itu handout
adalah bahan pembelajaran yang sangat ringkas dan bahan ajar ini
bersumber dari beberapa literatur yang relevan terhadap kompetensi dasar
dan materi pokok yang diajarkan kepada siswa. Selain itu bahan ajar
handout diberikan kepada siswa guna memudahkan mereka saat mengikuti
proses pembelajaran. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

25

b. Pengembangan Handout
Aspek yang harus diperhatikan pada saat pengembangan handout
adalah kedalaman dan banyaknya materi. Jika informasi yang diberikan
terlalu sedikit, pembaca tidak akan memperoleh apa-apa dari handout.
Sebaliknya, jika informasi dalam handout terlalu banyak, pembaca akan
enggan untuk membacanya.
Tahapan pengembangan handout adalah sebagai berikut:
1) Dimulai dengan mengevaluasi bahan ajar yang digunakan dengan
menggunakan tujuan instruksional sebagai dasar,
2) berdasarkan hasil evaluai, memutuskan materi materi yang akan
dikembangkan dengan menggunakan handout, baru atau pengayaan.
3) memutuskan isi handout, overview atau ringkasan,
4) memutuskan cara penyajian, yaitu narasi, table, gambar, diagram atau
kombinasi semua ini.
Handout dapat kembangan dengan beragam isi, misalnya:
1) Peta atau diagram konsep yang menghubungkan antar topik atau
bagian dalam topik.
2) Annotated bibliografi kumpulan abstrak dari sumber yang relevan
dengan materi yang sedang dipelajari akan sangan bermanfaat bagi
siswa. Handout yang berisi Annotated bibliografi ini akan membantu
pembaca yang membutuhkan informasi lebih lanjut tentang materi ajar
tertentu.
3) Informasi tambahan untuk meluruskan kesalahan dan bias yang ada
dalam bahan ajar.
4) Contoh baru dan contoh tambahan untuk konsep yang sangan sulit
dipahami peserta didik. Contoh-contoh ini dapat disesuaikan dengan
kondisi dan latar belakang siswa agar mudah dipahami.
5) Kasus untuk dipelajari dan diselesaikan, secara individu maupun
kelompok (Setiawan, 2009:2.15-2.16).
Handout dapat diisi dengan informasi dalam bentuk naratif
deskriptif, tabel, diagram,commit to user
dan foto. Pilihan penggunaan kata-kata, tabel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

26

atau gambar ini tergantung dari materi yang akan disajikan. Sama seperti
pengembangan modul, diagram, grafis, gambar, foto, dan sejenis lainnya
digunakan jika penjelasan dengan kata-kata tidak atau kurang dapat
mencerminkan konsep yang diinginkan.
8. Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah hasil usaha belajar, pernyataan berdasarkan
sejumlah fakta untuk menjelaskan karakteristik seseorang. Untuk mengetahui
prestasi belajar dari siswa perlu diadakan evaluasi atau penilaian yang
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan siswa dalam kegiatan
belajar mengajar.
Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik
tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil
belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi
tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris
(Sudjana, 2009: 22), yang dijelaskan sebagai berikut:
a. Ranah Kognitif
Perilaku yang merupakan proses berpikir atau perilaku yang
termasuk hasil kerja otak. Beberapa kemampuan kognitif tersebut, antara
lain sebagai berikut:
a) Pengetahuan, tentang suatu materi yang telah dipelajari.
b) Pemahaman, memahami makna materi.
c) Aplikasi atau penerapan penggunaan materi atau aturan teoritis yang
prinsip.
d) Analisis, sebuah proses analisis teoritis dengan menggunakan
kemampuan akal.
e) Sintesis, kemampuan memadukan konsep, sehingga menemukan
konsep baru.
f) Evaluasi, kemampuan melakukan evaluatif atas penguasaan materi
pengetahuan (Siregar dan Nara, 2010: 9).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

27

b. Ranah Afektif
Perilaku yang dimunculkan seseorang sebagai pertanda
kecenderungannnya untuk membuat pilihan atau keputusan untuk beraksi
di dalam lingkungan tertentu. Keberhasilan pembelajaran pada ranah
kognitif dan psikomotor dipengaruhi oleh kondisi afektif peserta didik.
Peserta didik yang memiliki minat belajar dan sikap positif terhadap
pelajaran akan merasa senang mempelajari mata pelajaran tertentu,
sehingga dapat mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Ada 5 (lima)
tipe karakteristik afektif yang penting, yaitu sikap, minat, konsep diri,
nilai, dan moral.
a) Sikap, merupakan suatu kencendrungan untuk bertindak secara suka
atau tidak suka terhadap suatu objek.
b) Minat, merupakan kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu.
Hal penting pada minat adalah intensitasnya. Secara umum minat
termasuk karakteristik afektif yang memiliki intensitas tinggi.
c) Konsep diri, merupakan evaluasi yang dilakukan individu terhadap
kemampuan dan kelemahan yang dimiliki.
d) Nilai, merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan, tindakan, atau
perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap buruk.
e) Moral, berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap
kebahagiaan orang lain atau perasaan terhadap tindakan yang
dilakukan diri sendiri (Depdiknas, 2008: 4-6).
c. Ranah Psikomotoris
Perilaku yang dimunculkan oleh hasil kerja fungsi tubuh
manusia. Dave (1970) dalam Siregar dan Nara (2010: 11),
mengemukakan lima jenjang tujuan belajar pada ranah psikomotor,
kelima jenjang tujuan tersebut adalah sebagai berikut:
a) Meniru, kemampuan mengamati suatu gerakan agar dapat merespon.
b) Menerapkan, kemampuan mengikuti pengarahan, gerakan pilihan dan
pendukung dengan membayangkan gerakan orang lain.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

28

c) Memantabkan, kemampuan memberikan respon yang terkoreksi atau


respon dengan kesalahan-kesalahan terbatas atau minimal.
d) Merangkai, koordinasi rangkaian gerak dengan membuat aturan yang
tepat.
e) Naturalisasi, gerakan yang dilakukan secara rutin dengan
menggunakan energi fisik dan psikis yang minimal.
9. Koloid
Materi koloid adalah materi yang diberikan di kelas XI SMA Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) pada semester genap. Materi ini merupakan materi
terakhir di kelas XI IPA, yang pembagian materinya meliputi: sistem dispersi,
jenis-jenis koloid, sifat-sifat koloid dan pembuatan koloid.
a. Sistem Dispersi
Sistem dispersi merupakan campuran antara zat terlarut dengan
pelarut. Zat terlarut dinamakan fase terdispersi sedangkan zat pelarut
dinamakan medium pendispersi ilustrasi gambar dapat dilihat pada
Gambar 2.2. Berdasarkan ukuran partikelnya, sistem dispersi dibedakan
menjadi tiga kelompok, yaitu larutan, koloid, dan suspensi (Brady, 1990:
409). Perbedaan secara umum antara suspensi, koloid, dan larutan dapat
dilihat pada Tabel 2.2 (Sudarmo, 2006: 226).

Fase terdispersi

Medium pendispersi

Gambar 2.2. Sistem Dispersi


1) Larutan
Larutan merupakan sistem dispersi yang ukuran-ukuran
partikelnya sangat kecil (kurang dari 1 nm), sehingga tidak dapat
dibedakan (diamati) antara partikel pendispersi dengan partikel terdispersi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

29

walaupun menggunakan mikroskop dengan tingkat pembesaran yang


tinggi (mikroskop ultra).
2) Suspensi
Suspensi merupakan sistem dispersi dimana partikel yang
berukuran relatif besar (lebih dari 100 nm) tersebar merata di dalam
medium pendispersinya. Pada umumnya suspensi merupakan campuran
yang heterogen. Suspensi dapat dipisahkan dengan penyaringan.
3) Koloid
Koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya antara
larutan dan suspensi (ukurannya 1-100 nm). Koloid merupakan sistem
heterogen, dimana suatu zat ”didispersikan” ke dalam suatu media yang
homogen. Sistem koloid diberi nama berdasarkan fase terdispersi dan
medium pendispersinya. Jenis-jenis koloid berdasarkan medium
pendispersi dan fase terdispersi dapat dilihat pada Tabel 2.3 (Brady, 1990:
410).
Tabel 2.2 Perbedaan Umum Sistem Dispersi Suspensi, Koloid, dan Larutan
Aspek Larutan Koloid Suspensi
Bersifat homogen, Secara makroskopis
tak dapat dibedakan homogen, jika
Pengamatan
walaupun diamati dengan Bersifat heterogen
Mikroskopis
menggunakan mikroskop ultra
mikroskop ultra bersifat heterogen
Ukuran
Ukuran Ukuran partikelnya Ukuran partikelnya
partikelnya
Partikel < 1 nm antara 1 – 100 nm
> 100nm
Jumlah Fase Terdiri dari 1 fase Terdiri dari 2 fase Terdiri dari 2 fase
Tidak stabil
Stabil (tidak
Kestabilan Pada umumnya stabil (mudah
mengendap)
mengendap)
Pemisahan Tidak dapat disaring
Cara Tidak dapat disaring kecuali dengan Dapat disaring
Penyaringan penyaring ultra
Kejernihan Jernih Tidak jernih Tidak jernih
Air kopi, air
Larutan gula, larutan Sabun, susu, santan,
sungai yang keruh,
Contoh garam, larutan cuka, jelly, selai, mentega,
campuran air
bensin mayonnaise
commit to user dengan pasir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

30

Tabel 2.3 Jenis-Jenis Koloid Berdasarkan Medium Pendispersi dan Fase


Terdispersi.
Medium Fase Jenis Koloid Contoh
Pendispersi Terdispersi
Padat Sol padat Intan hitam, kaca berwarna,
paduan logam
Padat
Cair Emulsi padat Keju, mentega, jeli
Gas Busa padat Batu apung, karet busa
Padat Sol Tinta, cat, pati dalam air
Cair Cair Emulsi Susu, santan
Gas Busa Busa sabun
Padat Aerosol padat Asap, debu
Gas
Cair Aerosol cair Kabut, awan

b. Sifat-Sifat Koloid
1) Efek Tyndall
Efek Tyndall adalah efek penghamburan cahaya oleh partikel
koloid. Partikel koloid akan memantulkan dan menghamburkan cahaya
yang mengenainya sehingga cahaya akan terlihat lebih terang, percobaan
Efek Tyndall dapat dilihat pada Gambar 2.6. exit

Percobaan pada larutan

On

Percobaan pada koloid

On

Gerak Brown Elektroforesis Adorbsi Koagulasi Koloid Pelindung Dialisis Koloid Liofob & Liofil

Gambar 2.3 Efek Tyndall


Efek Tyndall dapat pula kita amati, seperti :
a) Sorot lampu proyektor dalam gedung bioskop yang berasap/ berdebu.
commit to user
b) Sorot lampu mobil pada malam yang berkabut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

31

c) Sinar matahari yang masuk melewati celah, kedalam ruangan yang


berdebu, maka partikel debu akan kelihatan dengan jelas.
2) Gerak Brown
Gerak Brown adalah gerak acak atau gerak zig-zag yang dilakukan
oleh partikel-partikel koloid. Gerakan ini dapat terjadi karena disebabkan
oleh adanya tumbukan antara partikel-partikel pendispersi terhadap
partikel-partikel zat terdispersi, sehingga partikel-partikel zat terdispersi
akan terlontar.
Gerak Brown merupakan salah 1 faktor yang menyebabkan koloid
menjadi stabil.

Arah partikel medium pendispersi

Partikel koloid

Gambar 2.4 Gerak Brown


3) Adsorpsi
Adsorpsi adalah peristiwa penyerapan muatan oleh permukaan-
permukaan partikel koloid. Adsorpsi terjadi karena adanya kemampuan
partikel koloid untuk menarik (ditempeli) oleh partikel-partikel kecil.
Kemampuan menarik ini disebabkan adanya tegangan permukaan koloid
yang cukup tinggi, sehingga bila ada partikel yang menempel akan
cenderung dipertahankan pada permukaannya. Bila partikel koloid
mengadsorpsi ion yang bermuatan positif pada permukaannya, maka koloid
tersebut menjadi bermuatan positif, dan sebaliknya. Sifat adsorpsi dari
partikel koloid dapat dimanfaatkan untuk:
a) penjernihan air (misalnya air sungai),
b) menghilangkan bau badan, dan
c) serbuk karbon aktif atau norit.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

32

4) Koagulasi
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid yang terjadi karena
kerusakan stabilitas sistem koloid atau karena penggabungan partikel koloid
yang berbeda muatan sehingga membentuk partikel yang lebih besar.
Koagulasi dapat terjadi karena pengaruh pemanasan, pendinginan,
penambahan elektrolit, dan pembusukan, contoh proses-proses yang
memanfaatkan sifat koagulasi dari koloid:
a) pengolahan karet dari bahan mentahnya (lateks) dengan koagulan berupa
asam format,
b) proses penjernihan air dengan menambahkan tawas,
c) proses terbentuknya delta di muara sungai,
d) asap atau debu pabrik dapat digumpalkan dengan alat koagulasi listrik dari
Cottrel.
5) Dialisis
Dialisis adalah Proses penyaringan partikel koloid dari ion-ion yang
teradsorpsi sehingga ion-ion tersebut dapat dihilangkan dan zat terdispersi
terbebas dari ion-ion yang tidak diinginkan.
Pada proses ini, sistem koloid dimasukkan ke dalam bejana yang
terbuat dari selaput semi permeabel (kantong koloid) dan dicelupkan ke
dalam air yang mengalir terus-menerus. Selaput semi permeabel adalah
selaput yang dapat melewatkan partikel-partikel kecil (ion-ion atau molekul
sederhana), tetapi mampu menahan partikel koloid. Dengan demikian, ion-
ion akan keluar dari kantong koloid dan hanyut terbawa air, contohnya:
a) untuk memurnikan protein dari partikel-partikel lain yang ukurannya
lebih kecil;
b) untuk memisahkan tepung tapioka dari ion-ion sianida;
c) proses pemisahan hasil metabolisme dari darah oleh ginjal manusia;
d) untuk proses cuci darah bagi penderita gagal ginjal (blood dialisis).
6) Koloid Pelindung
Koloid pelindung adalah koloid yang bersifat melindungi koloid lain
commit
agar tidak mengalami koagulasi. to user
Koloid pelindung akan membentuk lapisan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

33

di sekeliling partikel koloid yang lain. Lapisan ini akan melindungi muatan
koloid tersebut sehingga partikel koloid tidak mudah mengendap atau
terpisah dari medium pendispersinya. Contoh dari koloid pelindung adalah
gelatin yang merupakan koloid padatan dalam medium air. Pada pembuatan
es krim digunakan gelatin untuk mencegah pembentukan kristal besar es
sehingga diperoleh es krim yang lebih lembut. Koloid pelindung dalam
emulsi disebut emulgator (pembentuk emulsi). Minyak dan air dapat
bercampur jika ditambah emulgator berupa sabun atau deterjen.
7) Koloid liofil dan liofob
Koloid liofil adalah koloid yang fase terdispersinya suka menarik
medium pendispersinya. Peristiwa ini disebabkan karena gaya tarik antara
partikel-partikel terdispersi dengan medium pendispersinya kuat.
Koloid liofob adalah sistem koloid yang fase terdispersinya tidak
suka menarik medium pendispersinya. Bila medium pendispersinya air
koloid liofil disebut juga sebagai koloid hidrofil, sedangkan koloid liofob
disebut sebagai koloid hidrofob.
Perbandingan sifat koloid liofil dan liofob dapat dilihat pada Tabel 2.5
(Sudarmo, 2006: 234):
Tabel 2.5 Perbandingan Sifat Koloid Liofil dan Liofob
Koloid Liofil Koloid Liofob
Mudah mengadsorpsi mediumnya Tidak mengadsopsi mediumnya
sehingga ukuran partikelnya dapat
semakin besar
Efek Tyndall kurang jelas Efek Tyndall sangat jelas
Sukar terkoagulasi Mudah terkoagulasi
Bersifat reversible (bila sudah Irreversible (bila sudah menggumpal
terkoagulasi dapat dengan mudah sukar dikoloidkan lagi)
dijadikan koloid lagi)
Contohnya yaitu: sabun, detergen, agar- Contohnya yaitu: sol logam, darah,
agar, kanji. sol Fe(OH)3
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

34

c. Pembuatan Koloid
Sistem koloid berada di antara larutan sejati dan suspensi. Oleh karena
itu sistem koloid dapat dibuat dari larutan sejati dan suspensi. Koloid yang
berasal dari larutan sejati di buat dengan cara kondensasi. Caranya dengan
menggabungkan partikel-partikel dalam larutan sejati sehingga menjadi
partikel berukuran koloid. Sementara itu, koloid yang berasal dari suspensi di
buat melalui cara dispersi. Caranya, dengan menghaluskan partikel-partikel
suspensi sehingga berukuran partikel koloid dan mendispersikannya dalam
medium pendispersi.
1) Cara Kondensasi
Pembuatan koloid dengan cara kondensasi dibedakan menjadi dua,
yaitu cara kimia dan fisika. Kedua cara ini banyak diterapkan untuk membuat
koloid tipe sol emas dan sol belerang.
a) Cara Kimia
Pembuatan koloid dari larutan sejati dengan cara reaksi kimia
dapat dilakukan dengan empat macam, yaitu:
(1) Reaksi pengendapan
Pembuatan koloid melalui reaksi pengendapan dilakukan
dengan cara mencampurkan dua macam larutan elektrolit, sehingga
menghasilkan endapan yang berukuran koloid. Contoh pembuatan sol
AgCl.
Sol AgCl di buat dengan cara mencampurkan larutan
AgNO3(aq) dengan larutan HCl atau larutan NaCl.
Reaksi yang terjadi sebagai berikut.
AgNO3(aq) + HCl(aq)  AgCl(s) + HNO3(aq)
AgNO3(aq) + NaCl(aq)  AgCl(s) + NaNO3(aq)
(2) Reaksi Hidrolisis
Hidrolisis adalah reaksi pembentukan koloid dengan
mereaksikan garam tertentu dengan air. Contoh reaksi pembentukan
commitdibuat
sol Fe(OH) Sol Fe(OH) to user
dengan cara menambahkan larutan
3. 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

35

FeCl3 ke dalam air mendidih. Larutan FeCl3 akan terionisasi


menghasilkan ion Fe3+ ini akan mengalami reaksi hidrolisis menjadi
Fe(OH)3. Reaksinya :
FeCl3(aq) + 3H2O(l)  Fe(OH)3(s) + 3HCl(aq)
(3) Reaksi pemindahan
Contoh koloid yang dibuat dengan cara pemindahan yaitu sol
As2S3. Sol As2S3 dibuat dengan cara mengalirkan gas asam sulfida ke
dalam larutan arsen (III) oksida. Reaksinya :
As2O3(aq) + 3H2S(g)  As2S3(s) + 3H2O(g)
(4) Reaksi redoks
Reaksi redoks adalah reaksi yang disertai perubahan bilangan
oksidasi. Contoh:
a) Pembuatan sol belerang
H2S(g) + SO2(aq) → 2H2O(l) + 3S(s)
b) Pembuatan sol emas
2AuCl3(aq) + 3HCHO(aq) + 3H2O(l)  2Au(s) + 6HCI(aq) +
3HCOOH(aq)
b) Cara Fisika
Cara fisika digunakan untuk membuat koloid dengan cara
mengkondensasikan partikel koloid. Proses ini dilakukan dengan cara
berikut:
1) Pengembunan uap
Cara pengembunan uap diterapkan pada pembuatan sol raksa
(Hg). Sol raksa dibuat dengan menguapkan raksa. Uap raksa
selanjutnya dialirkan melalui air dingin sehingga mengembun dan
diperoleh partikel raksa berukuran koloid.
2) Pendinginan
Suatu koloid dapat dibuat melalui proses pendinginan,
tujuannya untuk mengumpulkan suatu larutan sehingga menjadi
koloid, karena kelarutan suatu zat sebanding dengan suhu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

36

3) Penggantian pelarut
Penggantian pelarut digunakan untuk mempermudah
pembuatan koloid yang tidak dapat larut dalam suatu pelarut tertentu.
Misalnya pada pembuatan sol belerang. Belerang sukar larut dalam
medium air. Oleh karena itu, air diganti dengan alkohol. Sol belerang
dalam air, di buat dengan cara melarutkan belerang ke dalam alkohol
sehingga diperoleh larutan jenuh. Larutan jenuh ini selanjutnya
diteteskan sedikit demi sedikit ke dalam air sehingga terbentuk sol
belerang.
2) Cara Dispersi
Dipersi merupakan cara pembuatan koloid yang berasal dari suspensi.
Pembuatan koloid dengan cara dispersi dapat dilakukan dengan cara berikut:
a) Cara Busur Bredig
Pembuatan sistem koloid dengan menggunakan Busur Bredig yaitu
pembuatan koloid dengan cara pemecahan zat padat menjadi partikel
koloid dengan menggunakan arus listrik tegangan tinggi. Pembuatan
sistem koloid menggunakan busur bredig biasanya digunakan untuk
logam. Logam yang akan dijadikan koloid digunakan sebagai elektrode
yang dicelupkan ke dalam medium pendispersi. Kemudian dialiri arus
listrik yang cukup kuat sehingga terjadi loncatan bunga api listrik di kedua
ujungnya. Suhu tinggi akibat adanya loncatan bunga api listrik
mengakibatkan atom-atom logam akan luntur dan terlempar ke dalam
medium pendispersi (air), lalu atom-atom tersebut akan mengalami
kondensasi sehingga membentuk suatu koloid logam. Contoh pembuatan
sistem koloid dengan busur bredig adalah pembuatan sol logam.
Kumparan peninggi tegangan
Sumber arus

Loncatan listrik
commit to user
Gambar 2.5 Rangkaian alat Busur Bredig
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

37

b) Cara Mekanik
Cara mekanik melibatkan penghalusan partikel-partikel kasar zat
padat menjadi partikel-partikel berukuran koloid. Namum dalam proses ini
fase terdispersinya kadang-kadang mengalami penggumpalan kembali,
sehingga perlu ditambah stabilizer atau zat pemantap. Contoh pada
pembuatan mentega, pembuatan jus, tinta dan cat.
c) Cara Homogenisasi
Cara homogenisasi yaitu suatu cara yang digunakan untuk
membuat suatu zat menjadi homogeny dan berukuran koloid. Cara ini
digunakan untuk zat yang partikelnya berukuran lebih kecil dari partikel
koloid. Caranya, dengan memperbesar ukuran partikel koloid dan
melewatkannya melalui lubang berpori bertekanan tinggi. Partikel yang
berukuran koloid selanjutnya didispersikan dalam medium pendispersi.
Cara homogenisasi diterapkan pada pembuatan susu dari lemak susu.
d) Cara Peptisasi
Pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu endapan
dengan bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah). Zat pemeptisasi
memecahkan butir-butir kasar menjadi butir-butir koloid.
Contoh-contoh peptisasi:
(1) Pembuatan agar-agar dipeptisasi dengan air.
(2) Endapan Al(OH)3 dipeptisasi dengan AlCl3.
(3) Endapan NiS dipeptisasi dengan H2S(Sulami, dkk., 2009: 323-325).
10. Hasil Penelitian Yang Relevan
Suleyman (2011) dalam jurnal menyatakan bahwa pembelajaran
kooperatif dapat meningkatkan prestasi siswa, yang ditunjukan dengan rata-
rata nilai pada kelas kooperatif sebesar 62.81, sedangkan pada kelas control
hanya 49.68. Penelitian Lago (2007) juga mempelajari pengaruh penggunaan
pembelajaran kooperatif dengan tipe Numbered Heads Together (NHT) dapat
meningkatkan prestasi, efektivitas diri, dan sikap pada pembelajaran kimia.
Peningkatan prestasi ditunjukan oleh hasil prestasi belajar siswa kelas
commit
eksperimen dapat meningkatkan nilai to user sebesar 10,37, sedangkan siswa
rata-rata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

38

kelas kontrol hanya meningkat sebesar 4,98. Peningkatan efektivitas diri


ditunjukan oleh nilai (thitung>ttabel=12,08>2,00) dengan kesimpulan
pembelajaran kooperatif NHT dapat meningkatkan efikasi diri dan untuk
peningkatan sikap ditunjukan oleh nilai (thitung>ttabel=8,00>2,00) dengan
kesimpulan pembelajaran kooperatif NHT dapat meningkatkan sikap.
Wijayati, dkk (2008) telah melakukan penelitian menggunakan
pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam meningkatkan hasil belajar kimia.
Hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh (thitung>ttabel=5,54>1,66) pada
taraf kesalahan 5%, yang berarti ada perbedaan yang signifi kan yaitu nilai
rata-rata kelompok eksperimen lebih besar daripada kelompok kontrol.
Pengaruh positif yang diberikan oleh penggunaan model pembelajaran NHT
mungkin disebabkan adanya variasi pembelajaran sehingga dapat
menimbulkan ketertarikan, minat dan motivasi pada siswa terhadap pelajaran
kimia.
Penelitian yang dilakukan oleh Salim, dkk (2011) mempelajari bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan efektivitas prestasi belajar siswa. Hasil
yang lebih baik diperoleh kelompok pembelajaran kontruktivis menggunakan
pembelajaran macromedia flash dengan nilai rata-rata 20,94 sedangkan untuk
kelompok pembelajaran kontruktivis yang tanpa menggunakan media
pembelajaran macromedia flash nilai rata-ratanya sebesar 18,87. Penggunaan
macromedia flash menjadikan pembelajaran lebih efektif dalam hal penyajian
materi.
Penelitian yang dilakukan oleh Priyanto (2012) mempelajari bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan efektivitas prestasi belajar siswa. Hal ini
ditunjukan oleh hasil pembelajaran siswa kelas eksperimen menunjukkan
bahwa proses pembelajaran menggunakan handout dapat meningkatkan nilai
rata-rata mereka sebesar 28,15 poin, sedangkan siswa kelas kontrol yang
pembelajarannya menggunakan metode konvensional yang berupa ceramah
hanya meningkat sebesar 20,66 poin. Nilai tersebut menunjukkan bahwa
media belajar berupa handout dapat meningkatkan efektifitas pembelajaran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

39

siswa jika dibandingkan dengan metode ceramah, sehingga penggunaan


handout lebih efektif dan efisien.

B. Kerangka Berpikir
Pada pembelajaran kimia khususnya pada materi pokok koloid, prestasi
belajar siswa kelas XI IPA di SMA Negeri 1 Karanganyar masih banyak yang
berada dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hal ini mungkin
disebabkan karena metode pembelajaran yang digunakan kurang sesuai dengan
karakteristik siswa dan materi. Metode pembelajaran yang selama ini digunakan
pada materi koloid adalah metode ceramah disertai tanya jawab (konvensional).
Metode konvensional ini kurang efektif sebab proses pembelajaran masih berpusat
pada guru, siswa kebanyakan mendengarkan dan mencatat sehingga suasana kelas
menjadi pasif dan proses pembelajaran menjadi kurang efektif. Selain itu,
kerjasama antar siswa yang dapat menunjang tercapainya tujuan pembelajaran
masih rendah, belum ada interaksi dengan siswa lain dalam membangun
pemahaman mereka terhadap konsep-konsep kimia. Dibutuhkan sebuah model
pembelajaran yang dapat melibatkan siswa menjadi aktif selama proses
pembelajaran berlangsung dan sekaligus siswa dapat membangun pengetahuannya
sendiri sehingga siswa akan lebih termotivasi. Salah satu model yang dapat
diterapkan adalah pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT).
Pada pembelajaran kooperatif NHT guru akan mengelompokkan siswa dan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi tentang materi pelajaran
dan menjadi tutor untuk teman sebayanya sehingga menjadikan siswa aktif dalam
membangun pengetahuannya sendiri bersama teman-teman dalam satu
kelompoknya. NHT memiliki kelebihan yaitu siswa dapat berperan aktif dalam
pembelajaran dengan melakukan diskusi kelompok sehingga siswa yang pandai
dapat mengajari siswa yang kurang pandai. Dengan demikian diharapkan
pemahaman siswa pada materi koloid akan menjadi lebih baik, tidak hanya
sekedar hafalan saja.
Numbered Head Together dapat ditunjang oleh penggunaan media
commit to user
pembelajaran untuk menambah ketertarikan dan pemahaman siswa, agar prestasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

40

belajar yang dicapai siswa dapat optimal selain itu media pembelajaran berguna
untuk menghindari verbalisme yang masih mungkin terjadi. Dasar pemilihan
media pembelajaran sangatlah sederhana, yaitu dapat mencapai tujuan umum dari
penggunaan media pembelajaran yaitu membantu guru dalam menyampaikan
pesan atau materi pelajaran kepada siswanya, agar pesan lebih mudah dimengerti,
lebih menarik dan lebih menyenangkan bagi siswa. Media yang dipilih yaitu
media macromedia flash dan media handout. Dengan media tersebut, diharapkan
proses pembelajaran dapat lebih menarik dan mempermudah pemahaman siswa
terhadap materi koloid.
Penggunaan media macromedia flash dalam NHT, materi koloid
disampaikan dengan tampilan yang menarik dan dalam bentuk aplikasi yang lebih
interaktif, sehingga membuat cara berfikir siswa menjadi lebih konkrit yang
nantinya akan meningkatkan pemahaman terhadap materi yang disampaikan,
sebab macromedia flash merupakan salah satu program yang menyajikan pesan
audio visual secara jelas dengan berbagai gambar animasi sehingga dapat
merangsang minat belajar siswa. Selain itu, penggunaan aplikasi multimedia
dalam pembelajaran akan meningkatkan efisiensi, motivasi dan belajar aktif siswa
sehingga menjadikan proses pembelajaran dapat berpusat pada siswa. Sedangkan
penggunaan media handout dalam NHT pada materi koloid disampaikan dalam
bentuk ringkasan dan disajikan dengan tampilan yang menarik, sebab dalam
handout ini terdapat kombinasi narasi deskriptif, gambar bertahap untuk
memperjelas konsep serta penulisan huruf dan pemakaian warna yang menarik
dapat meningkatkan perhatian siswa. Akan tetapi, karena pada media macromedia
flash konsep materi disajikan dengan animasi serta terdapat audio visual untuk
memperjelas konsep maka akan menjadi lebih mudah dan lebih lama dalam
mengingat materi koloid tersebut sedangkan, pada media handout materi disajikan
dalam bentuk ringkasan saja atau visual saja tanpa ada efek audio maupun animasi
visual, sehingga dengan penggunaan media macromedia flash pembelajaran dapat
menjadi lebih konkrit dari pada penggunaan media handout, untuk memperjelas
hubungan model pembelajaran dan media pembelajaran terhadap prestasi belajar
commit topemikiran
siswa ditunjukkan dengan skema kerangka user pada Gambar 2.6.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

41

Pembelajaran pada materi koloid:

1. Berpusat pada guru


2. Kurangnya aktivitas kelompok
3. Kurangnya penggunaan media

Pembelajaran kooperatif tipe


Numbered Heads Together
(NHT)

Dilengkapi Macromedia Flash: Dilengkapi Handout:

1. tampilan materi lebih 1. tampilan materi menarik,


menarik, 2. dilengkapi gambar
2. dilengkapi animasi sehingga berurutan dan tabel
konsep koloid lebih (kurang konkrit),
tervisualisasi (lebih konkrit), 3. materi dalam bentuk
3. dilengkapi dengan audio ringkasan.
visual.

Prestasi Belajar

Gambar 2.6 Skema Kerangka Berpikir

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

42

C. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka dapat
dirumuskan hipotesis yaitu pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Together (NHT) dilengkapi dengan penggunaan macromedia flash memberikan
prestasi belajar siswa yang lebih baik dari pada pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Head Together (NHT) yang dilengkapi dengan penggunaan handout
dalam pembelajaran kimia materi koloid kelas XI SMA Negeri 1 Karanganyar
tahun ajaran 2012/2013.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai