Anda di halaman 1dari 30

Aspek dan Indikator Kompetensi

Pedagogik Guru
kompetensi Pedagogik merupakan salah satu jenis
kompetensi yang mutlak perlu dikuasai guru. Kompetensi
Pedagogik pada dasarnya adalah kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran peserta didik. Kompetensi
Pedagogik merupakan kompetensi khas, yang akan
membedakan guru dengan profesi lainnya dan akan
menentukan tingkat keberhasilan proses dan hasil
pembelajaran peserta didiknya.

Kompetensi ini tidak diperoleh secara tiba-tiba tetapi melalui


upaya belajar secara terus menerus dan sistematis, baik
pada masa pra jabatan (pendidikan calon guru) maupun
selama dalam jabatan, yang didukung oleh bakat, minat dan
potensi keguruan lainnya dari masing-masing individu yang
bersangkutan.

Berkaitan dengan kegiatan Penilaian Kinerja Guru terdapat 7


(tujuh) aspek dan 45 (empat puluh lima) indikator yang
berkenaan penguasaan kompetensi pedagogik. Berikut ini
disajikan ketujuh aspek kompetensi pedagogik beserta
indikatornya:

A. Menguasai karakteristik peserta didik. Guru mampu


mencatat dan menggunakan informasi tentang karakteristik
peserta didik untuk membantu proses pembelajaran.
Karakteristik ini terkait dengan aspek fisik, intelektual, sosial,
emosional, moral, dan latar belakang sosial budaya
B. :
1. Guru dapat mengidentifikasi karakteristik belajar setiap
peserta didik di kelasnya,
2. Guru memastikan bahwa semua peserta didik
mendapatkan kesempatan yang sama untuk berpartisipasi
aktif dalam kegiatan pembelajaran,
3. Guru dapat mengatur kelas untuk memberikan
kesempatan belajar yang sama pada semua peserta didik
dengan kelainan fisik dan kemampuan belajar yang
berbeda,
4. Guru mencoba mengetahui penyebab penyimpangan
perilaku peserta didik untuk mencegah agar perilaku
tersebut tidak merugikan peserta didik lainnya,
5. Guru membantu mengembangkan potensi dan mengatasi
kekurangan peserta didik,
6. Guru memperhatikan peserta didik dengan kelemahan
fisik tertentu agar dapat mengikuti aktivitas pembelajaran,
sehingga peserta didik tersebut tidak termarjinalkan
(tersisihkan, diolok-olok, minder, dsb).

B. Menguasasi teori belajar dan prinsip‐prinsip pembelajaran


yang mendidik. Guru mampu menetapkan berbagai
pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang
mendidik secara kreatif sesuai dengan standar kompetensi
guru. Guru mampu menyesuaikan metode pembelajaran
yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dan
memotivasi mereka untuk belajar:
1. Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
menguasai materi pembelajaran sesuai usia dan
kemampuan belajarnya melalui pengaturan proses
pembelajaran dan aktivitas yang bervariasi,
2. Guru selalu memastikan tingkat pemahaman peserta didik
terhadap materi pembelajaran tertentu dan
menyesuaikan aktivitas pembelajaran berikutnya
berdasarkan tingkat pemahaman tersebut,
3. Guru dapat menjelaskan alasan pelaksanaan
kegiatan/aktivitas yang dilakukannya, baik yang sesuai
maupun yang berbeda dengan rencana, terkait
keberhasilan pembelajaran,
4. Guru menggunakan berbagai teknik untuk memotiviasi
kemauan belajar peserta didik,
5. Guru merencanakan kegiatan pembelajaran yang saling
terkait satu sama lain, dengan memperhatikan tujuan
pembelajaran maupun proses belajar peserta didik,
6. Guru memperhatikan respon peserta didik yang
belum/kurang memahami materi pembelajaran yang
diajarkan dan menggunakannya untuk memperbaiki
rancangan pembelajaran berikutnya.

C. Pengembangan kurikulum. Guru mampu menyusun silabus


sesuai dengan tujuan terpenting kurikulum dan
menggunakan RPP sesuai dengan tujuan dan lingkungan
pembelajaran. Guru mampu memilih, menyusun, dan
menata materi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan
peserta didik:
1. Guru dapat menyusun silabus yang sesuai dengan
kurikulum,
2. Guru merancang rencana pembelajaran yang sesuai
dengan silabus untuk membahas materi ajar tertentu agar
peserta didik dapat mencapai kompetensi dasar yang
ditetapkan,
3. Guru mengikuti urutan materi pembelajaran dengan
memperhatikan tujuan pembelajaran,
4. Guru memilih materi pembelajaran yang: (1) sesuai
dengan tujuan pembelajaran, (2) tepat dan mutakhir, (3)
sesuai dengan usia dan tingkat kemampuan belajar
peserta didik, (4) dapat dilaksanakan di kelas dan (5)
sesuai dengan konteks kehidupan sehari-hari peserta
didik.

D. Kegiatan pembelajaran yang mendidik. Guru mampu


menyusun dan melaksanakan rancangan pembelajaran yang
mendidik secara lengkap. Guru mampu melaksanakan
kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan
peserta didik. Guru mampu menyusun dan menggunakan
berbagai materi pembelajaran dan sumber belajar sesuai
dengan karakteristik peserta didik. Jika relevan, guru
memanfaatkan teknologi informasi komunikasi (TIK) untuk
kepentingan pembelajaran:
1. Guru melaksanakan aktivitas pembelajaran sesuai dengan
rancangan yang telah disusun secara lengkap dan
pelaksanaan aktivitas tersebut mengindikasikan bahwa
guru mengerti tentang tujuannya,
2. Guru melaksanakan aktivitas pembelajaran yang
bertujuan untuk membantu proses belajar peserta didik,
bukan untuk menguji sehingga membuat peserta didik
merasa tertekan,
3. Guru mengkomunikasikan informasi baru (misalnya
materi tambahan) sesuai dengan usia dan tingkat
kemampuan belajar peserta didik,
4. Guru menyikapi kesalahan yang dilakukan peserta didik
sebagai tahapan proses pembelajaran, bukan semata-
mata kesalahan yang harus dikoreksi. Misalnya: dengan
mengetahui terlebih dahulu peserta didik lain yang
setuju/tidak setuju dengan jawaban tersebut, sebelum
memberikan penjelasan tentang jawaban yamg benar,
5. Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai isi
kurikulum dan mengkaitkannya dengan konteks
kehidupan sehari-hari peserta didik,
6. Guru melakukan aktivitas pembelajaran secara bervariasi
dengan waktu yang cukup untuk kegiatan pembelajaran
yang sesuai dengan usia dan tingkat kemampuan belajar
dan mempertahankan perhatian peserta didik,
7. Guru mengelola kelas dengan efektif tanpa mendominasi
atau sibuk dengan kegiatannya sendiri agar semua waktu
peserta dapat termanfaatkan secara produktif,
8. Guru mampu audio-visual (termasuk tik) untuk
meningkatkan motivasi belajar peserta didik dalam
mencapai tujuan pembelajaran. Menyesuaikan aktivitas
pembelajaran yang dirancang dengan kondisi kelas,
9. Guru memberikan banyak kesempatan kepada peserta
didik untuk bertanya, mempraktekkan dan berinteraksi
dengan peserta didik lain,
10. Guru mengatur pelaksanaan aktivitas pembelajaran
secara sistematis untuk membantu proses belajar peserta
didik. Sebagai contoh: guru menambah informasi baru
setelah mengevaluasi pemahaman peserta didik terhadap
materi sebelumnya, dan
11. Guru menggunakan alat bantu mengajar, dan/atau
audio-visual (termasuk tik) untuk meningkatkan motivasi
belajar pesertadidik dalam mencapai tujuan
pembelajaran.
E. Pengembangan potensi peserta didik. Guru mampu
menganalisis potensi pembelajaran setiap peserta didik dan
mengidentifikasi pengembangan potensi peserta didik
melalui program embelajaran yang mendukung siswa
mengaktualisasikan potensi akademik, kepribadian, dan
kreativitasnya sampai ada bukti jelas bahwa peserta didik
mengaktualisasikan potensi mereka:
1. Guru menganalisis hasil belajar berdasarkan segala
bentuk penilaian terhadap setiap peserta didik untuk
mengetahui tingkat kemajuan masing-masing.
2. Guru merancang dan melaksanakan aktivitas
pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk
belajar sesuai dengan kecakapan dan pola belajar masing-
masing.
3. Guru merancang dan melaksanakan aktivitas
pembelajaran untuk memunculkan daya kreativitas dan
kemampuan berfikir kritis peserta didik.
4. Guru secara aktif membantu peserta didik dalam proses
pembelajaran dengan memberikan perhatian kepada
setiap individu.
5. Guru dapat mengidentifikasi dengan benar tentang bakat,
minat, potensi, dan kesulitan belajar masing-masing
peserta didik.
6. Guru memberikan kesempatan belajar kepada peserta
didik sesuai dengan cara belajarnya masing-masing.
7. Guru memusatkan perhatian pada interaksi dengan
peserta didik dan mendorongnya untuk memahami dan
menggunakan informasi yang disampaikan.

F. Komunikasi dengan peserta didik. Guru mampu


berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan
peserta didik dan bersikap antusias dan positif. Guru mampu
memberikan respon yang lengkap dan relevan kepada
komenta, m `aAr atau pertanyaan peserta didik:
1. Guru menggunakan pertanyaan untuk mengetahui
pemahaman dan menjaga partisipasi peserta didik,
termasuk memberikan pertanyaan terbuka yang
menuntut peserta didik untuk menjawab dengan ide dan
pengetahuan mereka.
2. Guru memberikan perhatian dan mendengarkan semua
pertanyaan dan tanggapan peserta didik,
tanpamenginterupsi, kecuali jika diperlukan untuk
membantu atau mengklarifikasi pertanyaan/tanggapan
tersebut.
3. Guru menanggapi pertanyaan peserta didik secara tepat,
benar, dan mutakhir, sesuai tujuan pembelajaran dan isi
kurikulum, tanpa mempermalukannya.
4. Guru menyajikan kegiatan pembelajaran yang dapat
menumbuhkan kerja sama yang baik antarpeserta didik.
5. Guru mendengarkan dan memberikan perhatian terhadap
semua jawaban peserta didik baik yang benar maupun
yang dianggap salah untuk mengukur tingkat pemahaman
peserta didik.
6. Guru memberikan perhatian terhadap pertanyaan peserta
didik dan meresponnya secara lengkap dan relevan untuk
menghilangkan kebingungan pada peserta didik.

G. Penilaian dan Evaluasi. Guru mampu menyelenggarakan


penilaian proses dan hasil belajar secara berkesinambungan.
Guru melakukan evaluasi atas efektivitas proses dan hasil
belajar dan menggunakan informasi hasil penilaian dan
evaluasi untuk merancang program remedial dan pengayaan.
Guru mampu menggunakan hasil analisis penilaian dalam
proses pembelajarannya:
1. Guru menyusun alat penilaian yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran untuk mencapai kompetensi tertentu
seperti yang tertulis dalam RPP.
2. Guru melaksanakan penilaian dengan berbagai teknik dan
jenis penilaian, selain penilaian formal yang dilaksanakan
sekolah, dan mengumumkan hasil serta implikasinya
kepada peserta didik, tentang tingkat pemahaman
terhadap materi pembelajaran yang telah dan akan
dipelajari.
3. Guru menganalisis hasil penilaian untuk mengidentifikasi
topik/kompetensi dasar yang sulit sehingga diketahui
kekuatan dan kelemahan masing-masing peserta didik
untuk keperluan remedial dan pengayaan.
4. Guru memanfaatkan masukan dari peserta didik dan
merefleksikannya untuk meningkatkan pembelajaran
selanjutnya, dan dapat membuktikannya melalui catatan,
jurnal pembelajaran, rancangan pembelajaran, materi
tambahan, dan sebagainya.
5. Guru memanfatkan hasil penilaian sebagai bahan
penyusunan rancangan pembelajaran yang akan dilakukan
selanjutnya.

PRINSIP-PRINSIP
PENGEMBANGAN KTSP
PUBLISHED JUNE 26, 2013 BY NILAMARIFANI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebelum melangkah lebih jauh ke pembahasan


prinsip-prinsip pengembangan kurikulum. Kita
tentunya sudah mengetahui bagaimana konsep
kurikulum tersebut. Dimana kurikulum memegang
kedudukan kunci dalam pendidikan, sebab berkaitan
dengan penentuan arah, isi dan proses pendidikan,
yang pada akhirnya menentukan macam dan
kualifikasi lulusan suatu lembaga pendidikan.
kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang
merangkum semua pengalaman belajar yang
disediakan bagi siswa di sekolah. Dalam kurikulum
terintegrasi filsafat, nilai-nilai, pengetahuan, dan
perbuatan pendidikan. Kurikulum disusun oleh para
ahli pendidikan atau ahli kurikulum, ahli bidang ilmu,
pendidik, pejabat pendidikan, politikus, pengusaha,
orang tua peserta didik serta unsur-unsur masyarakat
lainnya yang merasa berkepentingan dengan
pendidikan. Rancangan ini disusun dengan maksud
memberi pedoman kepada para pelaksana pendidikan,
dalam proses pembimbingan perkembangan siswa,
mencapai tujuan yang dicita-citakan oleh siswa sendiri,
keluarga, maupun masyarakat.
Pengembangan kurikulum merupakan bagian yang
essensial dalam proses pendididkan, dimana
didalamnya mencakup: perencanaan, penerapan dan
evaluasi. Perencanaan kurikulum adalah langkah awal
membangun kurikulum ketika pekerja kurikulum
membuat keputusan dan mengambil tindakan untuk
menghasilkan perencanaan yang akan digunakan oleh
guru dan peserta didik. Penerapan Kurikulum atau
biasa disebut juga implementasi kurikulum berusaha
mentransfer perencanaan kurikulum ke dalam
tindakan operasional. Evaluasi kurikulum merupakan
tahap akhir dari pengembangan kurikulum untuk
menentukan seberapa besar hasil-hasil pembelajaran,
tingkat ketercapaian program-program yang telah
direncanakan,dan hasil-hasil kurikulum itu pada
dasarnya merupakan kaidah-kaidah atau hukum yang
akan menjiwai suatu kurikulum.

Dalam setiap pengembangan kurikulum, harus


berpijak pada sejumlah landasan, dan harus
menerapkan atau menggunakan prinsip-prinsip
tertentu. Dengan adanya prinsip tersebut, setiap
pengembangan kurikulum diikat oleh ketentuan atau
hukum sehingga dalam pengembangannya
mempunyai arah yang jelas sesuai dengan prinsip yang
telah disepakati.

Sejalan dengan permasalahan tersebut maka penulis


tertarik untuk membuat makalah dengan judul
“Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum KTSP” .
makalah ini mengemukakan suatu pandangan tentang
bagaimana prinsip-prinsip pengembangan kurikulum
yamg harus diberlakukan untuk mencapai tujuan dari
pengembangan itu sendiri.

B. Rumusan Masalah

Sejalan dengan latar belakang tersebut, rumusan


dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Apa saja prinsip-prinsip dalam pengembangan


KTSP?
2. Siapa saja yang berperan dalam pengembangan
KTSP?
3. Apa saja sumber-sumber prinsip pengembangan
KTSP?
4. Apa saja tipe-tipe pengembangan KTSP?

C. Tujuan

1. Mengetahui prinsip-prinsip dalam pengembangan


KTSP.
2. Mengetahui pihak-pihak yang berperan dalam
pengembangan KTSP.
3. Mengetahui sumber-sumber prinsip
pengembangan KTSP.
4. Mengetahui tipe-tipe prinsip pengembangan KTSP.
BAB II

PEMBAHASAN

A.Prinsip‐Prinsip dalam Pengembangan KTSP

Kurikulum dikatakan memiliki tingkat efisiensi yang


tinggi apabila dengan sarana, biaya yang minimal dan
waktu yang terbatas dapat memperoleh hasil yang
maksimal. Betapa pun bagus dan idealnya suatu
kurikulum, manakala menuntut peralatan, sarana dan
prasarana yang sangat khusus serta mahal pula
harganya, maka kurikulum itu tidak praktis dan sukar
untuk dilaksanakan. Kurikulum harus dirancang untuk
dapat digunakan dalam segala keterbatasan.Terkait
dengan pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan, terdapat sejumlah prinsip-prinsip yang
harus dipenuhi, yaitu :

1. Berpusat pada potensi, perkembangan,


kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan
lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan
prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral
untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Untuk
mendukung pencapaian tujuan tersebut
pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan
dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan
kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan.

2. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan


keragaman karakteristik peserta didik, kondisi
daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa
membedakan agama, suku, budaya dan adat
istiadat, serta status sosial ekonomi dan
gender.Kurikulum meliputi substansi komponen
muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan
pengembangan diri secara terpadu, serta disusun
dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna
dan tepat antar substansi.

3.Tanggap terhadap perkembangan ilmu


pengetahuan, teknologi, dan seni.Kurikulum
dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni berkembang secara
dinamis, dan oleh karena itu semangat dan isi
kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti
dan memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni.

4. Relevan dengan kebutuhan


kehidupan. Pengembangan kurikulum dilakukan
dengan melibatkan pemangku kepentingan
(stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan
dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya
kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia
kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan
pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial,
keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional
merupakan keniscayaan.

5.Menyeluruh dan berkesinambungan. Substansi


kurikulum mencakup keseluruhan dimensi
kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata
pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara
berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan.

6. Belajar sepanjang hayat. Kurikulum diarahkan


kepada proses pengembangan, pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung
sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan
keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal,
nonformal dan informal, dengan memperhatikan
kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu
berkembang serta arah pengembangan manusia
seutuhnya.

7. Seimbang antara kepentingan nasional dan


kepentingan daerah. Kurikulum dikembangkan
dengan memperhatikan kepentingan nasional dan
kepentingan daerah untuk membangun kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus
saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan
motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

Pemenuhan prinsip-prinsip di atas itulah yang


membedakan antara penerapan satu Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan dengan kurikulum
sebelumnya, yang justru tampaknya sering kali
terabaikan. Karena prinsip-prinsip itu boleh dikatakan
sebagai ruh atau jiwanya kurikulum. Dalam mensikapi
suatu perubahan kurikulum, banyak orang lebih
terfokus hanya pada pemenuhan struktur kurikulum
sebagai jasad dari kurikulum. Padahal jauh lebih
penting adalah perubahan kutural (perilaku) guna
memenuhi prinsip-prinsip khusus yang terkandung
dalam pengembangan kurikulum.
B. Pihak‐Pihak yang Berperan dalam Pengembangan
KTSP

Otonomi pendidikan memberikan peluang kepada


pihak – pihak yang terkait dengan dunia persekolahan
untuk dapat berinteraksi dan berkontribusi secara
lebih intensif. Interaksi intensif ini menjadi sangat
wajar karena keberadaan sekolah memang tidak dapat
dilepaskan dari dunia luar (masyarakat). Masyarakat
adalah pengguna jasa pendidikan. Mereka memiliki
dan menaruh harapan pada sekolah untuk dapat
memberikan bekal pendidikan terbaik bagi anak-
anaknya.

Kurikulum sesungguhnya ialah apa yang terjadi di kelas


dalam interaksi siswa dengan guru dan siswa dengan
lainnya dan dengan lingkungan. Di dalam kelas,
kurikulum adalah benda hidup yang dinamis. Bukan
sekedar kumpulan dokumen cetak belaka. Guru harus
menerjemahkan kurikulum itu dalam bentuk interaksi
hidup antara guru dan siswa. Untuk melaksanakan
kurikulum itu dan juga dalam usaha untuk
mengubahnya agar sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan anak dalam masyarakat tertentu
diperlukan peserta lain. Mereka adalah berbagai unsur
yang setiap hari terlibat dalam kurikulum yakni guru,
murid, kepala sekolah, dan pengawas sekolah dari
Dinas Pendidikan.
Pemeran utama dalam pengembangan KTSP adalah
kepala sekolah, guru, dan komite sekolah. Pemerintah,
perguruan tinggi, ahli kurikulum dan berbagai lapisan
masyarakat merupakan orang – orang yang terlibat
dalam pengembangan kurikulum. Dengan kata lain,
pengembangan kurikulum dapat dibagi ke dalam dua
kelompok, yaitu kelompok Intern (dari dalam) sekolah
dan kelompok ekster (dari luar) sekolah.

Peran Kepala Sekolah

Kepala sekolah merupakan tokoh kunci dalam


manajemen sekolah. Secara umum, peran dan fungsi
kepala sekolah adalah sebagai berikut :

Pertama, peran sebagai manajer. Sebagai manajer


kepala sekolah bertanggung jawab atas manajemen
sekolah. Kepala sekolah mengkordinasikan kegiatan
merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan,
memimpin, dan mengendalikan segenap usaha
pencapaian tujuan pendidikan.

Dalam aspek perencanaan, kepala sekolah merupakan


pelaku yang selalu terlibat bahkan sering menjadi
tumpuan dalam kegiatan perencanaan dan
pengembangan kurikulum. Dalam aspek
pengorganisasian, kepala sekolah mengorganisasikan
unsur–unsur, baik unsur manusia maupun unsur
nonmanusia.
Dalam aspek pelaksanaan, kepala sekolah juga sebagai
pelaksana lapangan. Ia adalah orang yang
mengkordinasikan pengembangan kurikulum, dan
sekaligus menerapkan kurikulum. Kepala sekolah
bertugas sebagai pemimpin dan berperan sebagai
penanggung jawab atas pengembangan kurikulum.

Kedua, Peran sebagai Inovator, Sebagai tokoh penting


di sekolah, kepala sekolah harus mampu melahirkan
ide – ide baru yang kreatif. Pengembangan kurikulum
sering kali bermula dari gagasan kepala sekolah.
Kepala sekolah harus mampu menghadirkan inspirasi
dan ide pembaharuan, sehingga program sekolah
(kurikulum) yang dijalankan senantiasa aktual/
mutakhir.

Ketiga, peran sebagai fasilitator, dalam


pengembangan kurikulum, pelaksana teknis
pengembangan biasanya tidak langsung oleh kepala
sekolah, melainkan oleh tim khusus yang ditunjuk.
Namun demikian, kepala sekolah terus melakukan
komunikasi dengan tim itu dan memfasilitasinya untuk
mengatasi berbagai persoalan yang muncul.

Kepala sekolah mempunyai kedudukan strategis dalam


pengembangan kurikulum. Sebagai pemimpin
professional, ia menerjemahkan perubahan
masyarakat dan kebudayaan, termasuk generasi muda,
ke dalam kurikulum. Dialah tokoh utama yang
mendorong guru agar senantiasa melakukan upaya–
upaya pengembangan, baik bagi diri guru maupun
tugas keguruannya.

Masih banyak pihak lain selain kepala sekolah yang


dapat membantu pengembangan kurikulum. Namun
demikian, kepala sekolah dan guru merupakan
pemeran utama yang perlu menerima,
mempertimbangkan, dan memutuskan apa yang akan
dimasukkan dalam kurikulum.

Peran Guru

Apabila kepala sekolah merupakan tokoh kunci dalam


manajemen sekolah, maka guru merupakan tokoh
sentral dalam penyelenggaraan layanan pendidikan
sekolah. Gurulah pemeran uatama aktivitas sekolah.
Karena itu tugas guru merupakan profesi yang
menuntut keahlian, bukan sekadar “tukang mengajar”.
Karena tugas guru sehari–hari terkait dengan
pelaksanaan kurikulum di sekolah, maka peran guru
dalam pengembangan kurikulum diantaranya adalah
sebagai berikut:

Pertama, guru sebagai pemberi pertimbangan.


Keputusan mengenai kurikulum secara institusional
terletak pada tangan kepala sekolah. Dalam konteks ini
guru adalah pemberi pertimbangan dalam
pengembangan kurikulum.

Kedua, guru sebagai pelaksana pengembangan


kurikulum. Konsep ini dapat ditarik kedalam dua
konteks. Kesatu, guru sebagai pelaksana proses
pengembangan kurikulum terlibat sebagai tim yang
ditunjuk untuk membuat kurikulum.

Selanjutnya, guru sebagai pelaksana kurikulum yang


dikembangkan sekolah. Peran ini berkaitan dengan
tugas pokok guru sebagai pengampu proses
pembelajaran mata pelajaran tertentu. Disini guru
menjabarkan kurikulum sekolah menjadi bentuk –
bentuk program yang lebih rinci (silabus, rencana
pelaksanaan pembelajaran).

Dalam melakukan perubahan kurikulum, hendaknya


diselidiki dan dipertimbangkan sikap dan reaksi guru
terhadap perubahan itu. Keberhasilan perubahan yang
terjadi bergantung pada kesusaiannya dengan nilai–
nilai guru dan taraf pertisipasinya dalam perubahan
itu.

Penjelasan diatas menunjukkan bahwa yang


memegang peranan penting dalam proses
pengembangan kurikulum ialah guru karena dialah
yang paling bertanggung jawab atas mutu pendidikan
anak didiknya. Terkadang guru terkendala karena
masalah profesionalitasmya, karena pembelajaran
yang dilakukannya tidak berbeda dari waktu kewaktu,
hanya mengulang–ulang.

Profesinalisme guru akan dapat berkembang, apabila


ia membiasakan diri untuk : (1) berunding dan
bertukar pikiran dengan siswa, dan terbuka terhadap
pendapat mereka, (2) belajar terus dengan membaca
literatur yang terkait dengan profesinya, (3) bertukar
pikiran dan penglaman dengan teman guru–guru
lainnya atau dengan kepala sekolah. Perkembangan
profesionalisme akan terbantu bila sekolah secara
berkala mengadakan rapat atau diskusi khusus untuk
membicarakan hal–hal yang terkait dengan kurikulum
serta perbaikannya.

Peran Komite Sekolah

Keberadaan komite sekolah kian bergulir dengan


diberlakukannya otonomi sekolah. Ini ditetapkan pada
keputusan Menteri Pendidikan Nasional nomor
044/U/2002. Dalam keputusan ini, komite sekolah
dimaksudkan sebagai sebuah badan mandiri yang
mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka
meningkatkan mutu, pemerataan, dan efesiensi
pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan baik
pada pendidikan prasekolah, jalur pendidikan sekolah,
maupun jalur pendidikan luar sekolah.

Pembentukan komite sekolah bertujuan : (1)


mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa
masyarakat dalam melahirkan kebijakan operasional
dan program pendidikan sekolah , (2) meningkatkan
tanggung jawab dan peran masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan, serta (3) menciptakan
suasana dan kondisi yang transparan, akuntabel, dan
demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan
pendidikan sekolah yang berkualitas. Bertolak dari
tujuan tersebut, komite sekolah memiliki peran
sebagai berikut:

1. Advisory agency, yaitu pemberi pertimbangan


dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan
pendidikan sekolah.
2. Suporting agency, yaitu pendukung baik yang
berwujud financial, pemikiran, maupun tenaga,
dalam penyelengaraan pendidikan sekolah.
3. Controlling agency, yaitu pengontrol dalam rangka
transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan
dan keluaran pendidikan sekolah; serta
4. Mediate agency, yaitu mediator antara
pemerintah dan masyarakat

Peran komite sekolah dalam pengembangan kurikulum


tidak terlepas dari keempat peran tersebut. Keempat
peran tersebut saling terkait satu sama lain dan
berlangsung secara simultan. Sebagai advisory agence,
komite sekolah dapat memberikan/menyampaikan
gagasan, usulan–usulan, atau pertimbangan–
pertimbangan untuk penyempurnaan kurikulum yang
ada menuju kurikulum sekolah yang lebih baik.

Walaupun secara pokok sudah tersedia kurikulum


tingkat nasional, namun masih terbuka bagi pihak
sekolah untuk melaksanakan eksplorasi,
pengembangan, dan penajaman-penajaman, serta
dikemas dalam program inti atau program tambahan,
kegiatan intrakulikuler ataupun ekstrakulikuler. Dalam
peran Advisory agence ini pula komite sekolah terlibat
dalam pengesahan kurikulum sekolah.

Terkait dengan peran sebagai advisory agence, maka


komite sekolah berada dalam komitmen lanjutan.
Muncullah peran berikutnya, yaitu supporting agence.
Pengembangan kurikulum berkait dengan banyak
persoalan baik yang terkait secara langsung maupun
tidak langsung, yang bersifat manusia dan non
manusia. Dalam hal ini, dukungan komite sekolah
dapat berwujud finansial, pemikiran, maupun tenaga.

Komite sekolah adalah sebuah badan mandiri yang


mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka
meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi
pengelolaan pendidikan baik pada pendidikan pra
sekolah, jalur pendidikan sekolah, maupun jalur
pendidikan luar sekolah.

Kurikulum pada dasarnya adalah rencana program


pendidikan. Karenanya dalam pengembangan
kurikulum harus dipikirkan dan direncanakan segenap
aspek kurikulum. Dengan maksud mewadahi dan
memaksimalkan peran serta masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan, maka disinilah peran
sebagai supporting agence menjadi sangat
menentukan.

Sebagai controlling agency, komite sekolah melakukan


kontrol atas penyelenggaraan program pendidikan.
Transparansi dan akuntabelitas penyelenggaraan dan
hasil pendidikan sekolah harus diwujudkan.

Dalam konteks pengembangan kurikulum, peran


kontrol komite sekolah ini bisa pula diarahkan pada
pengawasan, misalnya, apakah proses pengembangan
yang ditempuh sudah memenuhi norma/ketentuan
sebagaimana harusnya, apakah pengembangan
kurikulum telah memperhatikan dan melibatkan pihak-
pihak yang terkait, apakah sudah terukur untuk
kemajuan anak, dsb. Peran ini harus dapat diterapkan
agar pengembangan kurikulum benar-benar
komprehensip.

Sebagai media agency, komite sekolah bertindak


sebagai mediator antara pemerintah, sekolah, dan
masyarakat. Dengan peran komite sekolah sebagai
mediator, maka pengembangan kurikulum sekolah
menjadi lebih terbuka dalam mengeksplorasi sumber
daya yang ada disekitar sekolah. Program (kurikulum)
sekolah pun menjadi lebih dinamis.

Pada akhirnya, dengan bersinerginya kepala sekolah,


guru, dan komite sekolah dalam pengembangan
kurikulum, hal itu akan menjadi penyelenggaraan
pendidikan di sekolah lebih dinamis dan semakin besar
peluangnya untuk mencapai tujuan pendidikan.

Peran Siswa
Pada tingkat kegiatan kelas, bila guru bertanya,
bagaimana pendapatnya tentang pelajaran, apa yang
ingin dipelajarinya tentang suatu topik, atau bila guru
mengajak siswa turut-serta dalam perencanaan suatu
kegiatan belajar, pada pokoknya mereka sudah
dilibatkan dalam kurikulum. Di sekolah progresif
kepada murid diberikan peranan yang lebih besar lagi
tentang apa yang mereka harapkan dari pelajaran.

C. Sumber‐Sumber Prinsip Pengembangan KTSP

Sumber prinsip yaitu dari mana asal muasal terlahirnya


suatu prinsip. Setidaknya ada empat sumber prinsip
pengembangan kurikulum KTSP, yaitu sebagai berikut :

1. 1. Data empiris

Data empiris merujuk pada pengalaman


terdokumentasi dan terbukti efektif.

1. 2. Data eksperimen

Data eksperimen merujuk pada temuan-temuan hasil


penelitian. Dat hasil temuan merupakan data yang
dipandang valid dan reliable, sehingga tingkat
kebenarannta meyakinkan untuk dijadikan prinsip
dalam pengembangan kurikulum.

1. 3. Cerita atau legenda yang hidup di


masyarakat.

Selain dari data-data lainnya, banyak data hasil


penelitian (hard data) sifatnya sangat terbatas,
disamping itu banyak data-data lain yang diperoleh
bukan dari hasil peelitian yang digunakan juga terbukti
untuk memecahkan masalah-masalah kehidupan yang
komplek diantaranya yaitu adat istiadat yang hidup di
masyarakat (folklore of curriculum).

1. 4. Akal sehat (common of sense)

Selain dari itu, data yang di peroleh dari penelitian


sendiri digunakan setelah melalui proses
pertimbangan dan penilaian akal sehat terlebih
dahulu.

D. Tipe‐tipe Prinsip Pengembangan KTSP

Tipe-tipe prinsip pengembangan kurikulum yaitu


tingkat validitas dan reliabilitas prinsip yang
digunakan. Hal ini ada kaitannya dengan sumber dari
prinsip pengembangan kurikulum itu sendiri. Ada
fakta, data, konsep, dan prinsip tingkat
kepercayaannya tidak diragukan lagi kartena sudah
terbukti melalui uji riset yang berulang-ulang, ada juga
data yang sudah terbukti tapi masih terbatas dalam
kasus-kasus tertentu belum bias digeneralisasikan, dan
terdapat pula data yang belum dibuktikan oleh riset
tapi sudah terbukti dalam kehidupandan menurut
pertimbangan akal sehat dipandang logis, baik, dan
berguna. Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum
bisa di klasifikasikan menjadi tiga tipe prinsip yaitu :

1. 1. Anggapan utuh atau menyeluruh (whole


trusth)

Anggapan utuh atau menyeluruh adalah fakta, konsep,


dan prinsip yang diperoleh dan telah diuji dalam
penelitian yang ketat dan berulang sehingga bias
dibuat generalisasi dan bias mendapat tantangan atau
kritik karena sudah diyakini oleh orang-orang yang
terlibat dalam pengembangan kurikulum.

1. 2. Anggapan kebenaran parsial (partial truth)

Anggapan kebenaran parsial yaitu sutau fakta, konsep,


dan prinsip yang sudah terbukti efektif dalam banyak
kasus tapi sifatnya masih belum bisa digeneralisasikan,
karena dianggap baik dan bermanfaat.

1. 3. Anggapan kebenaran yang masih


memerlukan pembuktian (hypothesis)

Hipotesis yaitu asumsi karja atau prinsip yang sifatnya


tentative atau masih dalam kesimpulan yang
sementara dan muncul dari pemikiran akal sehat.

BAB III

PENUTUP

1.A. Simpulan
Kurikulum dikatakan memiliki tingkat efisiensi yang
tinggi apabila dengan sarana, biaya yang minimal dan
waktu yang terbatas dapat memperoleh hasil yang
maksimal. Betapa pun bagus dan idealnya suatu
kurikulum, manakala menuntut peralatan, sarana dan
prasarana yang sangat khusus serta mahal pula
harganya, maka kurikulum itu tidak praktis dan sukar
untuk dilaksanakan. Kurikulum harus dirancang untuk
dapat digunakan dalam segala keterbatasan.Terkait
dengan pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan, terdapat sejumlah prinsip-prinsip yang
harus dipenuhi, yaitu :

– Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan,


dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya.

– Beragam dan terpadu

– Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan,


teknologi dan seni

– Relevan dengan kebutuhan kehidupan

– Menyeluruh dan berkesinambungan

– Belajar sepanjang hayat

– Seimbang antara kepentingan nasional dan


kepentingan daerah

Pemeran utama dalam pengembangan KTSP adalah


kepala sekolah, guru, dan komite sekolah. Pemerintah,
perguruan tinggi, ahli kurikulum dan berbagai lapisan
masyarakat merupakan orang – orang yang terlibat
dalam pengembangan kurikulum. Dengan kata lain,
pengembangan kurikulum dapat dibagi ke dalam dua
kelompok, yaitu kelompok Intern (dari dalam) sekolah
dan kelompok ekster (dari luar) sekolah.

Dalam pengembangan KTSP ini pihak yang terlibat


dalam pengembangannya setidaknya menggunakan
empat sumber prinsip pengembangan kurikulum KTSP,
yaitu : data empiris, data eksperimen, cerita atau
legenda yang hidup di masyarakat dan akal sehat
(common of sense).

Masih ada kaitannya dengan sumber dari prinsip


pengembangan kurikulum itu sendiri. Ada fakta, data,
konsep, dan prinsip tingkat kepercayaannya tidak
diragukan lagi kartena sudah terbukti melalui uji riset
yang berulang-ulang, ada juga data yang sudah
terbukti tapi masih terbatas dalam kasus-kasus
tertentu belum bias digeneralisasikan, dan terdapat
pula data yang belum dibuktikan oleh riset tapi sudah
terbukti dalam kehidupandan menurut pertimbangan
akal sehat dipandang logis, baik, dan berguna. Prinsip-
prinsip pengembangan kurikulum bisa di klasifikasikan
menjadi tiga tipe prinsip yaitu : anggapan utuh atau
menyeluruh, anggapan kebenaran pasial, dan
anggapan kebenaran yang masih memerlukan
pembuktian
1.B. Saran
2.Pendidik harus mengetahui prinsip-prinsip
kurikulum.
3.Pendidik melaksanakan pengajaran sesuai dengan
prinsip kurikulum yang berlaku.
4.Sebagai siswa harus berpartisipasi aktif dalam
pengembangan kurikulum, khususnya dalam
program pembelajaran maupun pendidikan agar
tujuan pendidikan yang diharapakan bisa tercapai
dengan optimal.

Anda mungkin juga menyukai