Anda di halaman 1dari 35

USULAN PENELITIAN

IDENTIFIKASI PEMAHAMAN KONSEP DAN SELF


EFFICACY SISWA KELAS X PADA MATERI
KONFIGURASI ELEKTRON DAN
SISTEM PERIODIK UNSUR
DI SMAN 4 PALU

NURWAHYUNI
A 251 17 041

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TAULAKO
2020
PENGESAHAN

IDENTIFIKASI PEMAHAMAN KONSEP DAN SELF


EFFICACY SISWA KELAS X PADA MATERI KONFIGURASI
ELEKTRON DAN SISTEM PERIODIK UNSUR
DI SMAN 4 PALU

Oleh

NURWAHYUNI

A 251 17 041

Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing


Pembimbing

Dra. Sri Hastuti Virgianti P. M.Si


NIP. 19630910 199102 2 001

Mengetahui,
Koordinator Program Studi Pendidikan Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Tadulako

Dr. Tri Santoso, M.Si


NIP. 19640619 199203 1 002

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
i
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan Penelitian 4
1.4 Manfaat Penelitian 5
BAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Pemahaman Konsep 6
2.1.2 Self Efficacy 8
2.1.3 Materi Konfigurasi Electron dan Sistem Periodik Unsur
2.1.3.1 Konfigurasi Elekton 11
2.1.3.2 Sistem Periodik Unsur 13

2.2 Penelitian Yang Relevan 17


2.3 Kerangka Pemikiran 19
2.4 Hipotesis 22
Bab Iii. Metode Penelitian
3.1 Rancangan Penelitan 23
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian 23
3.3 Populasi, Sampel dan Tehnik Penarikan Sampel 23
3.3.1 Populasi 23
3.3.2 Sampel 24
3.3.3 Tehnik Penarikan Sampel 24
3.4 Jenis Dan Sumber Data 24
3.5 Definisi Operasional Variable 24
3.6 Tehnik Pengumpulan Data 25
3.6.1 Tahap Persiapan 25
3.6.2 Tahap Pelaksanaan 25

ii
3.6.3 Tahap Akhir Penelitan 26
3.7 Instrumen Penelitian 27
3.8 Tehnik Analisis Data 27
DAFTAR PUSTAKA

iii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Konfigurasi Elektron Beberapa Unsur dalam Sistem Periodik 14


2.2 Hubungan Konfigurasi Elektron dan Sistem Periodik Unsur 16
3.1 Tabel Persentase Pemahaman Konsep dan Self Efficacy 28

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kimia adalah salah satu mata pelajaran yang tidak mudah di pahami oleh

siswa karena kimia memiliki karakteristik yang tidak hanya mengarahkan siswa

pada perhitungan, konsep-konsep yang abstrak atau hanya sekedar prinsip-prinsip

saja namun juga mengarahkan siswa pada susunan berupa komposisi/struktur,

sifat zat, perubahan energi pada saat suatu zat semua dipelajari dalam Ilmu kimia.

Siswa terkadang mengaggap kimia menjadi salah satu pelajaran yang sulit di

karenakan mereka kesulitan dalam memahami konsep yang abstrak. Pemahaman

konsep adalah proses di mana siswa mampu memahami informasi yang di peroleh

baik itu definisi, sifat dan uraian dari suatu konsep sehingga mampu

mengkontruksi konsep tersebut. Siswa dapat menguasai suatu konsep baru dengan

benar jika siswa tersebut telah memahami konsep prasyarat dari materi yang akan

di pelajarinya sehingga tidak mengalami kesulitan dalam mempelajari konsep

baru yang saling berhubungan (Sari dkk., 2019)

Indikator untuk melihat keberhasilan suatu proses pembelajaran dapat

dilihat dari pemahaman siswa diantaranya yaitu mampu membedakan,

menjelaskan, mendemonstrasikan, memperkirakan, menafsirkan, memberikan

contoh, dan menghubung-hubungkan konsep yang diperoleh dari fakta, peristiwa,

pengalaman sehingga menghasilkan suatu pengetahuan berupa prinsip, hukum

dan teori yang sesuai dengan pakar ilmiah. Oleh karena itu, pemahaman konsep

merupakan bagian yang penting dalam pembelajaran kimia. Dalam kimia, konsep

yang satu dengan yang lain saling berhubungan sehingga untuk mempelajarinya

harus berurut dan berkesinambungan (Nursa’adah & Arfatin, 2019).

1
Salah satu faktor yang mempengaruhi pemahaman konsep siswa yaitu

efikasi diri (self efficacy) dimana efikasi diri adalah kemampuan individu untuk

mengatur tindakan di perlukan untuk pencapaian tertentu, efikasi diri ini sering di

sebut juga sebagai kepercayaan diri. Siswa dengan efikasi diri yang tinggi akan

menpunyai suatu keyakinan dimana siswa tersebut akan aktif dalam

pembelajaaran dan menyelesaikan konflik yang timbul dalam proses belajar.

sedangkan siswa yang memiliki efikasi diri yang rendah akan cenderung pasif

dalam pembelajaran dan akan menunggu guru untuk menyelesaikan konflik yang

terjadi (Aryungga & Farida, 2020). Hal tersebut sejalan dengan dengan penelitian

yang menyatakan bahwa kurangnya efikasi diri dan pemahaman konsep siswa di

sebabkan dalam pembelajaran kimia siswa kurang yakin dengan kemampuan

yang di miliki dalam menyelesaikan permasalahan yang timbul dalam

pembelajaran kimia (Izzati dkk., 2015).

Bedasarkan hasil observasi di SMAN 4 Palu yang merupakan salah satu

sekolah yang menerapkan kurikulum 2013 mayoritas siswanya menganggap

kimia menjadi salah satu mata pelajaran yang sulit. Hal ini dapat di lihat dari

rata-rata nilai ujian beberapa tahun belakangan ini yang berada di bawah nilai

ketuntasan yaitu 60 dan rata-rata nilai tertinggi yang di peroleh siswa hanya

berada pada nilai 65. Menurut salah satu guru mata pelajaran kimia disekolah

tersebut siswa terkadang mengalami kesulitan dalam memahami konsep dan ragu

untuk mengeluarkan pendapat atau bertanya mengenai materi yang kurang

mereka pahami sehingga sebagian siswa mengalami kesulitan ketika mempelajari

2
materi selanjutnya karena kurangnya konsep yang mereka pahami sejak awal.

Umumnya belajar kimia memerlukan banyak pemahaman konsep. Pemahaman

konsep sangat di perlukan oleh siswa sehingga siswa dapat menyelesaikan

masalah yang relevan dengan konsep yang sedang mereka pelajari. Ketika

pemahaman siswa terhadap suatu konsep tidak sesuai dengan konsep yang telah

di keluarkan oleh para ahli maka siswa dapat dikatakan miskonsepsi/salah konsep.

Kesalahan konsep inilah yang menyebabkan kesulitan siswa dalam proses

pembelajaran. Permasalahan mengenai pemahaman konsep dan self efficacy

siswa perlu di perhatikan khususnya oleh para pengajar dalam menentukan

strategi pembelajaran yang sesuai dengan materi dan dapat membangkitkan

efikasi diri siswa sehingga di nilai perlu untuk diketahui efikasi diri dan tingkat

pemahaman siswa agar di temukan konsep-konsep yang kurang di pahami

sehingga dapat di perbaiki sesuai kebutuhan siswa.

Materi konfigurasi elektron dan sistem periodik unsur adalah salah satu

materi yang di sajikan di kelas X yang menjadi materi awal yang membangun

konsep kimia sehingga dinilai perlu di ketahui bagaimana pemahaman konsep

siswa pada materi ini ketika konsep dasar siswa tidak pahami maka siswa akan

mengalami kesulitan pada materi yang selanjutnya karena kimia memiliki konsep

yang saling berhubungan. Sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh

Rahman, dkk., (2016) yang menyatakan bahwa pada materi sistem periodik unsur

sangat memerlukan pemahaman konsep salah satunya konfigurasi elektron yang

mempunyai hubungan untuk menentukan letak unsur dalam sistem periodik

3
unsur. Materi hubungan konfigurasi elektron dan sistem periodik unsur banyak

mengandung materi hafalan, yang menyebabkan siswa sering mengalami

kesulitan dalam mempelajarinya.

Bedasarkan uraian di atas untuk mencari jalan keluar memperbaikinya,

maka dinilai perlu di lakukan penelitian identifikasi pemahaman konsep dan self

efficacy siswa materi konfigurasi elektron dan sistem periodik unsur untuk

mengetahui bagaimana efikasi diri pada siswa dan pada materi apa saja

pemahaman siswa rendah sehingga guru dapat mencari solusi untuk

meningkatkan pemahaman siswa sejak awal.

1.2 Rumusan Masalah

Bedasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana tingkat pemahaman konsep dan

tingkat self efficacy siswa pada materi konfigurasi elektron dan sistem periodik

unsur pada siswa SMA Negeri 4 Palu ?

1.3 Tujuan penelitian

Bedasarkan rumusan masalah yang telah di uraikan maka tujuan penelitian

ini yaitu untuk mengetahui tingkat pemahaman konsep dan self efficacy siswa

pada materi konfigurasi elektron dan sistem periodik unsur di SMA Negeri 4

Palu.

1.4 Manfaat penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.4.1 Manfaat teoritis

4
1. Untuk mengembangkan ilmu pendidikan dalam bidang kimia

2. Untuk menambah pengetahuan dan mengembangkan sistem

pembelajaran

1.4.2 Manfaat praktis

1. Bagi siswa

Sebagai acuan untuk lebih giat dan percaya diri untuk

meningkatkan pemahaman yang di miliki sehingga dapat

mempengaruhi prestasi yang diperoleh

2. Bagi guru

Sebagai masukan bagi guru, khususnya guru kimia bagaimana

cara meningkatkan pemahaman konsep dan efikasi diri (self efficacy)

siswa mulai dari penggunaan model, media pembelajaran serta strategi

pembelajaran.

3. Bagi sekolah

Sebagai masukkan sehingga dapat menindak lanjuti cara untuk

meningkatkan pemahaman konsep siswa serta efikasi diri siswa.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Kajian Teori

5
2.1.1 Pemahaman konsep

1. Pengertian pemahaman konsep

Pemahaman menurut Bloom diartikan sebagai bagaimana

kemampuan seseorang untuk menerima, menyerap dan memahami materi

yang diberikan seperti mampu mengungkapkan suatu materi yang di

sajikan dalam bentuk lain yang dapat di pahami, mampu memberikan

interprestasi dan mampu mengklarifikasikannya (Radiko dkk, 2018).

Konsep adalah semua hal yang berwujud pengertian-pengertian baru

yang timbul dari hasil pemikiran, meliputi definisi, ciri khusus, hakikat

dan isi materi (Aningsih & Riska, 2018).

Pemahaman konsep biasanya diartikan sebagai kemampuan siswa

untuk memahami konsep-konsep dalam bahasa mereka sendiri, karena

kemampuan mendasar dalam belajar yaitu memahami konsep terlebih

dahulu. Pemahaman konseptual adalah kunci dari suatu pembelajaran,

dimana salah satu tujuan pengajaran yang penting adalah membantu siswa

untuk memahami konsep utama dalam suatu subjek,sehingga siswa dapat

memahami konsep-konsep yang saling terhubung dan berkesinambungan

(Febriantika, 2019).

Kemampuan pemahaman konsep berarti suatu proses berfikir

intelektual untuk menyediakan konsep untuk membaur dengan

pengetahuan yang telah ada sehingga membentuk struktur kognitif yang

baru. Kemampuan pemahaman konsep siswa sangat penting, karena

6
dengan kemampuan pemahaman konsep siswa pada materi terbaru sangat

di pengaruhi oleh pemahaman konsep sebelumnya. siswa perlu

mempunyai pemahaman konsep yang baik sejak awal sehingga akan

mudah dalam konsep yang akan dipelajari selanjutnya (Aseptianova,

2019).

Untuk mengukur sampai di mana pemahaman konsep siswa guru

dapat memberikan evaluasi produk/ hasil. Melalui hasil evaluasi dapat di

ketahui apakah dan sampai seberapa jauh tujuan pembelajaran telah

tercapai. Evaluasi dapat di laksanakan dalam berbagai macam tes, baik

secara lisan maupun tulisan ( Susanto, 2013 ).

Bedasarkan uraian di atas dapat di simpulkan bahwa pemahaman

konsep yaitu bagaimana siswa dapat mengaplikasikan dan memanfaatkan

apa yang diperoleh dan di pahami dalam proses pembelajaran. Sehingga

siswa yang paham akan konsep akan mengerjakan soal secara mudah dan

benar.

2. Indikator pemahaman konsep

Beberapa indikator pemahaman konsep menurut Badan Standar

Nasional Pendidikan (2006: 59) yaitu :

1. Menyatakan ulang suatu konsep

2. Mengklarifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu

3. Memberi contoh dan bukan contoh dari konsep

4. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi 

7
5. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep 

6. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur dan

7. Mengaplikasikan konsep atau pemecahan masalah.

2.1.2 Self efficacy

Self efficacy (efikasi diri) pertama kali dikemukakan oleh Albert

Bandura yang mendefinisikan self efficacy sebagai suatu kemampuan

yang dimiliki individu mengenai suatu kemampuan menyusun dan

melaksanakan tindakan untuk mencapai tujuan tertentu. Selanitu sel

efficacy juga berpengaruh terhadap bagaimana siswa berfikir, merasa dan

memotivasi diri sendiri serta bertindak untuk mengatasi suatu masalah.

Self efficacy ini sering muncul ketika siswa menghadapi masalah-masalah

yang menantang selain itu efikself efficacy muncul dengan mengamati

keberhasilan siswa-siswa yang sedang mengerjakan masalah yang

sama.umpanbalik yang diberikan oleh guru dengan baik memberikan

semangatdapat membantu tumbuhnya self efficacy pada siswa (Hadi,

2019).

Self efficacy merupakan aspek psikologis yang memberikan

pengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam menyelesaikan permasalahan

atau tugas-tugas dengan baik karena self efficacy adalah penilaian

individu akan kemampuan dirinya untuk menjalankan perilaku dalam

mencapai sebuah tujuan tertentu (Jatisunda, 2017).

8
Self efficacy adalah salah satu potensi yang perlu di kembangkan

terutama pada usia remaja. Dengan demikian efikasi diri siswa perlu

mendapatkan perhatian guru untuk dapat mengoptimalkan potensi siswa.

Dalam hal pendidikan, jika siswa memiliki efikasi diri yang baik maka

siswa akan termotivasi agar berhasil mencapai tujuan pembelajaran dan

dapat bertahan ketika mengalami kesulitan(tugas), karena self efficacy

mempengaruhi bagaimana orang berfikir, merasa, memotivasi diri, dan

bertindak. Siswa yang memiliki self efficacy yang tinggi cenderung

memiliki cara-cara untuk membuat dirinya keluar dari hambatan atau

gangguan dalam belajar sehingga belajar akan menjadi lebih efektif

(Hairida, 2017).

Self efficacy atau yang kita kenal dengan keyakinan diri adalah

tingkat keyakinan seseorang terhadap kemampuannya untuk melakukan

tugas tertentu karena keyakinan diri memegang peranan penting dalam

kinerja yang di tampilkan seseorang, sebab keyakinan diri yang baik dapat

membantu seseorang dalam menampilkan kemampuan terbaiknya.

Seorang siswa yang mempunyai keyakinan diri yang baik akan mampu

menampilkan kemampuan terbaiknya dalam menyelesaikan tugas dan

masalah yang di dihadapi dalam pembelajaran karena self efficacy

mempengaruhi bagaimana seseorang berfikir, merasakan dan memotivasi

diri sendiri dan bertindak (Rahmawati. S, 2017).

9
Menurut Bandura, self efficacy dapat diperoleh, dipelajari dan

dikembangkan dari beberapa factor. Faktor-faktor yang mempengaruhi

self efficacy yaitu pengalaman keberhasilan atau pencapaian prestasi,

pengalaman orang lain, persuasi verbal, keadaan fisiologis dan psikologis.

Bandura juga mengungkapkan perbedaan efikasi diri yang dimiliki setiap

orang mengacu pada tiga dimensi yaitu:

1. Magnitude (tingkat kesulitan tugas). Berhubungan dengan kesulitan

tugas dimana individu akan memilih tugas bedasarkan tingkat

kesulitannya.

2. Generality (luas bidang perilaku). Berhubungan dengan rentan situasi

di mana sesorang yakin akan kemampuan yang dimilikinya.

3. Strenght (kekuatan). Berhubungan dengan tingkat keyakinan

seseorang tentang sejauh mana ia yakin akan melaksanakan tugas

dengan sebaik baiknya (Ningsih & Isnaria, 2020)

Menurut Bandura (Mahmudi & Suroso, 2014) karakteristik individu

yang memiliki self efficacy yang tinggi yaitu:

1. Idividu akan merasa yakin bahwa mereka mampu menangani secara

efektif peristiwa dan situasi yang sedang dihadapi

2. Tekun dalammenyelesaikan tugas tugas

3. Pecaya akan kemampuan diri yang dimiliki

4. Memandang kesulitan sebagai tantangan bukan ancaman

5. Suka mencarisituasi baru

10
6. Menentapkan tujuan yang menantang dan meningkatkan komitmen

yang kuat terhadap dirinya

7. Menanamkan usaha yang kuat dalam apayang dilakukan dan

meningkatkan usaha ketika menghadapi kegagalan

8. Berfokus pada tugas

9. Cepat memulihkan rasa mampuketika mengalami kegagalan

10. Menghadapi ancaman dengan keyakinan bahwa mereka mampu

mengontrolnya.

Bedasarkan beberapa pemahaman mengenai self efficacy dapat

disimpulkan bahwa self efficacy adalah keyakinan seseorang dalam

melakukan tindakan dalam menyelesaikan tugas-tugas yang dihadapi

untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan. Efikasi diri juga merupakan

keyakinan bahwa seseorang dapat menguasai situasi dan memproduksi hal

positif. Individu yang mempunyai efikasi diri yang tinggi akan

menganggap kegagalan sebagai kurangnya usaha, kerja keras,

pengetahuan, dan keterampilan.

2.1.3 Materi konfigurasi elektron dan sistem periodik unsur

2.1.3.1 Konfigurasi elektron

Konfigurasi elektron adalah gambaran penataan elektron-elektron

dalam suatu atom. Konfigurasi elektron adalah ciri khas dari suatu atom.

Sebagai contohnya, walaupun sama-sama subkulit 1s tetapi tingkat energi

11
dari sub kulit 1s natrium tidak sama dengan magnesium. Aturan dalam

memperkirakan penataan elektron dalam suatu atom :

1. Aturan Aufbau

Aufbau artinya membangun. Menurut prinsip ini elektron dalam

suatu atom akan berada dalam kondisi yang stabil bila mempunyai

energi yang rendah, sedangkan elektron-elektron akan berada pada

orbital-orbitalyang bergabung membentuk subkulit.

2. Larangan Pauli

Larangan pauli/ekslusi pauli menyatakan bahwa dalam satu atom

tidak boleh terdapat dua elektron dengan bilangan kuantum yang

sama.

3. Aturan Hund

Aturan hund menyatakan bahwa setiap subkulit (kecuali subkulit

s) tersusun atas beberapa orbital dengn energi detingkat.

4. Beberapa penyimpangan aturan Umum

Penyimpangan terjadi diperkirakan karena adanya perbedaan tingkat

energi yang sangat kecil antara sub kulit.

5. Konfigurasi ion

Elektron dapat terlepas dari suatu atom yang netral karena adanya

pengaruh energi dari luar sehingga atom tersebut akan berubah

menjadi ion.

2.1.3.2 Sistem periodik unsur

12
1. Triade Doberenier

Pengelompokan tiga unsur yang sama sifat kimianya, diurutkan

masa atomya, dimana massa unsur (Ar) yang di tengah merupakan

rata-rata dari massa unsur yang mengapitnya.

2. Teori Oktaf Newlands

Jika unsur-unsur disusun bedasarkan kenaikan massa atom, maka

sifat unsur tersebut akan berulang setelah unsur ke delapan.

3. Sistem periodik pendek ( Mendeleev, 1869 )

Unsur-unsur disusun bedasarkan kenaikan massa atomnya, maka

sifat unsur akan berulang secara periodik.

4. Sistem periodik modern ( Moseley, 1914)

Penyempurnaan dari sistem priodik Mendeleev, bila unsur-unsur

di susun sebepriodik. Lajur mendatar disebut periode, sedangkan jalur

tegak disebut golongan.

2.1.3.3 Hubungan konfigurasi elektron dan sistem periodik unsur

Keterkaitan antara konfigurasi elektron dengan letak unsur dalam

sistem priodik. Beberapa contoh konfigurasi elektron dalam sistem

periodik unsur pada Tabel 2.1:

13
Tabel 2.1 Konfigurasi electron beberapa unsur dalam sistem periodic
unsur.
No Lambang Konfigurasi Elektron Letak pada SPU
unsur
golongan priode
1 3Li 1s2 2s1 IA 2
2 11Na 1s2 2s2 2p6 3s1 IA 3
3 12Mg 1s2 2s2 2p6 3s2 IIA 3
4 20Ca 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 IIA 4
5 31Ga 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p1 IIIA 4
6 49In 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p6 5s2 IIIA 5
4d10 5p1
7 15P 1s2 2s2 2p6 3s2 3p3 VA 3
8 33As 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p3 VA 4
9 8O 1s2 2s2 2p4 VIA 2
10 34Se 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p4 VIA 4
11 9F 1s2 2s2 2p5 VIIA 2
12 17Cl 1s2 2s2 2p6 3s2 3p5 VIIA 3
13 10Ne 1s2 2s2 2p6 VIIIA 2
14 36Kr 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p6 VIIIA 4
(Sudarmo,2016)
Tabel di atas, terlihat bahwa konfigurasi electron unsur-unsur

golongan IA mempunyai elektron valensi ns1, sedangkan unsur-unsur

golongan IIA mempunyai elektron valensi ns2 dimana n adalah nomor

priode dalam sistem priodik tempat unsur tersebut berada. Oleh karena itu,

unsur-unsur yang terdapat pada golongan IA dan IIA disebut unsur-unsur

blok s.

Unsur-unsur golongan IIIA-VIIIA semua mempunyai elektron

valensi ns2npx. Oleh karena itu unsur-unsur golongan IIIA-VIIIA disebut

unsur-unsur blok p. sedangkan usur-unsur transisi yang terdapat di antara

golongan IIA dan IIIA yatu golongan IIIB sampai dengan IIB, elektron

14
valensinya nsx(n-1)dy. Oleh karena itu unsur unsur golongan ini disebut

unsur blok d.

Gambar 2.2 pembagian blok dalam SPU

Dengan memperhatikan konfigurasi elektron beberapa unsur utama

(gol IA-VIIIA) pada tabel 2.1diatas, maka dapat disimpulkan bahwa unsur

golongan IA dan IIA mempunyai elektron valensi nsx dimana n

menunjukkan priode dan xA menunjukkan letak golongan. Unsur-unsur

golongan IIIA-VIIIA mempunyai elektron valensi ns 2npx, dimana n

menunjukkan priode dan golongan adalah (x + 2)A. apabila dilanjutkan

untuk unsur-unsur transisi, maka akan ditemukan pola konfigurasi

elektron tertentu yang dapat digunakan untuk menentukan letak unsur

dalam sistem priodik unsur tanpa harus melihat tabel sistem priodik unsur.

Pola tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut.

Tabel 2.2 hubungan konfigurasi elektron dan sistem priodik unsur


Konfigurasi elektron Letak unsur pada sistem priodik unsur
valensi golongan Priode

15
ns1 IA n
ns2 IIA n
ns2np1 IIIA n
ns2np2 IVA n
ns2np3 VA n
ns2np4 VIA n
ns2np5 VIIA n
ns2np6 VIIIA n
ns2 (n-1)d1 IIIB n
ns2 (n-1)d2 IVB n
ns2 (n-1)d3 VB n
Ns1 (n-1)d5 VIB n
ns2 (n-1)d5 VIIB n
ns2 (n-1)d6 VIIIB n
ns2 (n-1)d7 VIIIB n
ns2 (n-1)d8 VIIIB n
ns1 (n-1)d10 IB n
ns2 (n-1)d10 IIB n
(Sudarmo, 2016).

2.2 Penelitian Relevan

Bedasarkan telaah pustaka berikut ini penelitian yang terkait dengan

penelitian yang akan di lakukan adalah Vellayati, dkk (2020) melakukan

penelitian identifikasi tingkat pemahaman konsep siswa menggunakan tes

diagnostik three-tier multiple coice pada materi hidrokarbon. Metode yang di

gunakan dalam penelitian yaitu deskriptif kualitatif .hasil yang di peroleh dari

peneelitian ini yaitu rata-rata siswa yang paham konsep terhadap materi

hidrokarbon adalah 30,1% yang artinya siswa kurang memahami konsep

16
hidrokarbon. Rata-rata siswa yang mengalami miskonsepsi materi hidrokarbon

sebesar 16% dan yang tidak paham akan konsep sebesar 47,3%. Secara

keeseluruhan siswa yang belum memahami materi hidrokarbon sebesar 69,9% hal

ini menunjukkan tingkat pemahaman konsep siswa materi hidrokarbon di

kategorikan rendah.

Penelitian identifikasi kemampuan berfikir kritis dan efikasi diri siswa SMA

Negeri kelas XI IPA sekota Banjarmasin pada materi laju reaksi telah dilakukan

oleh Naparin, dkk (2020). Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif

dengan pendekatan kuantitatif dengan tehnik pengumpulan data menggunakan

tehnik tes dan non tes. Tehnik tes berupa tes kemampuan berfikir kritis dan non

tes berupa angket self efficacy, tehnik wawancara dan observasi. Hasil yang di

peroleh terdapat perbedaan kemampuan berfikir kritis yang signifikan antara

siswa SMAN 2 dengan siswa SMAN 6, SMAN 8 dan SMAN 12 pada materi laju

reaksi dan efikasi diri siswa SMAN 2 lebih baik dibandingkan siswa SMAN 6,

SMAN 8, SMAN 12 karena mandapat hasil tertinggi yaitu 75,5 dan peserta didik

memberikan respon yang lebih positif terhadap soal kemampuan berfikir kritis

dengan menjawab soal berfikir kritis.

Penelitian selanjutnya tentang identifikasi kesulitan siswa dalam memahami

konsep hubungan konfigurasi elektron dan sistem priodik unsur oleh Rahman,

dkk (2016). Metode penelitian yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif dengan

instrument tes berupa tes pilihan ganda two-tier multiple choice. Hasil penelitian

menunjukkan kesulitan siswa sangat tinggi, pada konsep menentukan letak unsur

17
pada sistem priodik unsur bedasarkan konfigurasi elektron terdapat 50,60%,

menentukan konfigurasi elektron bedasarkan letak unsur dalam system priodik

unsur terdapat 62,77%, menganalisis konfigurasi elektron dari suatu ion

bedasarkan letak unsur dalam system priodik unsur terdapat 90,96%,

menganalisis persamaan konfigurasi elektron dari suatu ion/unsur terdapat

80,86%, secara keseluruhan atau rata-rata siswa mengalami kesulitan sebesar

71,12%. Dengan persentase pemahaman siswa pada hubungan konfigurasi

elektron dan system priodik unsur yaitu sebesar 28,88%.

Wardhani, dkk (2016) melakukan penelitian terkait studi pemahaman

konsep dan miskonsepsi calon guru kimia pada topik struktur atom menggunakan

instrument diagnostik two-tier. Metode penelitian ini menggunakan rancangan

penelitian deskriptif dengan menggunakan instrument diagnostik two-tier yang

terdiri dari 32 soal. Hasil yang diperoleh bedasarkan analisisdidapatkan 64,6%

mahasiswa telah memiliki pemahaman yang cukup, 13,4% baik dan 22% rendah.

Tidak ada siswa yang memiliki pemahaman sangat baik dan sangat buruk.

Penelitian identifikasi tingkat pemahaman konsep hukum-hukum dasar

kimia dan penerapannya dalam stoikiometri pada siswa kelas X IPA di MAN 3

Malang telah dilakukan oleh Norjana, dkk (2016). Metode penelitian ini

menggunakan rancangan penelitian deskriptif kuantitatif dengan menggunakan

instrument tes pilihan ganda. Sampel pada penelitian adalah siswa kelas X IPA

1dan X IPA 4 yang diplih secara cluster random sampling. Hasil yang diperoleh

dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pemahaman siswa kelas X IPA

18
di MAN 3 Malang pada hukum-hukum dasar kimia (48,15), pada konsep mol

baik sekali (80,37), pada stoikiometri adalah kurang (46,94), dan pada materi

hukum-hukum dasar kimia dan penerapannya dalam stoikiometri adalah kurang

(55,21).

2.3 Kerangka Pemikiran

Pemahaaman konsep merupakan komponen paling penting dalam

pembelajaran khususnya kimia. Pembelajaran kimia sangat memerlukan

pemahaman konsep yang tinggi karena materi kimia memiliki sifat abstrak dan

saling berkesinambungan dari materi satu ke materi berikutnya. Ketika peserta

didik kurang memahami konsep awal dari kimia maka akan mengalami kesulitan

untuk melangkah kemateri selanjutnya. Selain memiliki pemahaman konsep yang

baik siswa juga perlu memiliki tingkat self efficacy yang tinggi yang artinya

siswa mampu percaya akan kemampuan dirinya, mereka akan lebih banyak

bertanya dan menjawab pertanyaan dari pada siswa lainnya, tentunya ini akan

menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar terlebih

pendidikan saat ini mengacu pada kurikulum 2013 yang menekankan siswa yang

berperan lebih aktif dalam proses pembelajaran.

SMAN 4 Palu merupakan salah satu sekolah di kota Palu yang telah

menerapkan kurikulum 2013 sejak tahun 2015 menurut survey terhadap salah satu

guru pembelajaran kimia banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam

pembelajaran karena kurang paham terhadap konsep pada materi sebelumnya.

19
Salah satu yang menunjang pemahaman konsep yaitu self efficacy/keyakinan diri

siswa di mana ketika siswa memiliki self efficacy yang baik maka siswa tersebut

akan lebih aktif dan memiliki kemampuan dalam melakukan tindakan tertentu

yang mampu menunjang dirinya dalam proses pembelajaran. kelemahan siswa

akan suatu konsep dan efikasi diri menjadi salah satu pendorong kurangnya hasil

belajar siswa, kurangnya pemahaman konsep dan efikasi diri yang berkelanjutan

akan menyebabkan kesulitan siswa untuk menerima materi selanjutnya yang

jenjangnya lebih tinggi. Sehingga perlu adanya identifikasi self efficacy dan

pemahaman konsep siswa sebagai langkah awal penentuan kebijakan/langkah

perbaikan sehingga pembelajaraan dapat terlaksanakan secara optimal.

Salah satu materi kimia yang hasil ulangannya terbilang rendah yaitu

konfigurasi elektron dan sistem priodik unsur menurut wawancara guru kimia di

SMAN 4 Palu banyak siswa yang ketika pembelajaran kurang aktif dalam

bertanya karena merasa telah paham mengenai materi yang telah mereka pelajari

namun pada kenyataannya ketika siswa tersebut di hadapkan dengan soal yang

relevan dengan konsep yang sedang mereka pelajari ternyata hasil yang mereka

peroleh masih tergolong rendah. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman siswa

masih sangat rendah untuk itu perlu di lakukannya identifikasi efikasi diri dan

pemahaman konsep siswa agar di ketahui bagaimana tingkat kepercayaan diri

siswa dan pada konsep-konsep mana saja yang sulit dipahami. Sehingga bisa

menjadi acuan untuk melakukan perbaikan agar tujuan pembelajaran dapat

tercapai secara optimal. Sebab itulah sangat penting untuk mengenali kemampuan

20
siswa dalam proses pembelajaran agar dapat merancang pembelajaran yang

efektif.

Identifikasi yang dilakukan dalam penelitian ini merujuk pada tingkat

pemahaman konsep konfigurasi elektron dan system priodik unsur yang bertujuan

untuk mengetahui seberapa jauh siswa memahami konsep yang di ajarkan.

Salah satu tes yang dapat di gunakan untuk mengukur pemahaman konsep

siswa pada materi konfigurasi elektron dan sistem priodik unsur yaitu tes esai.

Melalui tes esai siswa dapat mengeluarkan pemahaman yang dimiliki sehingga

akan lebih mudah melihat pemahaman yang dimiliki siswa dan pada sub materi

mana saja yang kurang di pahami oleh siswa sedangkan untuk mengetahui tingkat

efiksi diri siswa instrumen yang dapat di gunakan berupa angket self efficacy

sehingga melaui tes dan angket tersebut pendidik bisa mempertimbangkan cara

untuk meningkatkan pemahaman dan efikasi diri siswa yang nantinya akan

mempengaruhi prestasi belajar siswa. secara singkat kerangka pemikiran disajikan

pada gambar 2.2 :

21
Hasil belajar rendah & kurangnya keaktifan siswa
di dalam kelas

Pemahaman konsep siswa Self efficacy siswa

Dilakukan tes self efficacy


Dilakukan tes pemahaman siswa menggunakan angket
konsep dengan tes esai selfefficacy

%pemahaman konsep dan self efficacy


siswa

Gambar 2.2 skema kerangka pemikiran

2.4 Hipotesis

Pemahaman konsep dan self efficacy siswa masih tergolong rendah pada

siswa kelas X SMAN 4 Palu pada materi konfigurasi elektron dan sistem priodik

unsur yang di identifikasi menggunakan soal esai dan angket self efficacy

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

22
Rancangan dalam penelitian ini termaksud penelitian deskriptif dengan

pendekatan kuantitatif yang bertujuan untuk menggambarkan atau

mendeskripsikan peristiwan hasil penelitian yang peristiwa tersebut di

deskripsikan bedasarkan hasil perhitungan berupa suatu jumlah, ukuran maupun

frekuensi (Naparin, dkk., 2020). Penelitian ini menggunakan tehnik tes dan non

tes. Tehnik tes berupa tes pemahaman konsep dan non tes berupa angket self

efficacy.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian ini yaitu pada bulan oktober 2020 sampai

bulan november 2020 pada semester ganjil tahun ajaran 2020/2021, dan tempat

penelitian ini dilakukan secara online oleh siswa SMAN 4 Palu kecamatan Palu

Barat di rumah masing-masing.

3.3 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X MIPA

SMAN 4 Palu, dengan jumlah siswa 175 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel yang di gunakan dalaam penelitian ini adalah siswa kelas X

MIA 1 dan X MIA 5 SMAN 4 Palu dengan jumlah siswa 60 orang.

3.3.3 Teknik Penarikan Sampel

Tehnik penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan tehnik

simple random sampling. Pengambilan sampel dari populasi dilakukan

23
secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam popolasi dan cara

ini dilakukan karena anggota populasi di anggap homogen (Sugiono,

2015)

3.4 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa jenis

penelitian deskriptif , Sedangkan untuk sumber data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah penilaian melalui hasil tes esai dan angket self efficacy

3.5 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel sebagai berikut :

1. Identifikasi adalah salah satu cara dalam melakukan penyelidikan,

mengelompokkan dan mengungkap siswa yang paham konsep, tidak tau

konsep maupun miskonsepsi.

2. pemahaman konsep adalah kemampuan menangkap makna atau arti dari

suatu konsep, pemahaman menjadi suatu aspek dalam belajar yang di

gunakan sebagai dasar mengembangkan model pembelajaran dengan

memperhatikan indikator pemahaman.

3. Self efficacy adalah kepercayaan individu atas kemampuan yang di milikinya

untuk melakukan sesuatu/ pencapaian tertentu.

4. Konfigurasi elektron adalah penggambaran penataan elektron-elektron dalam

suatu atom

5. Sistem priodik unsur adalah susunan unsur-unsur bedasarkan urutan nomor

atom dan kemiripan sifatnya.

24
3.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan pemberian

soal tes dan angket efikasi diri yang telah di validasi. Tahapan yang dilakukan

dalam pengumpulan data yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap

akhir:

3.6.1 Tahap Persiapan

Sebelum melakukan penelitian, perlu dilakukan beberapa periapan, yaitu :

1. Melakukan wawancara dengan guru mengenai masalah yang dihadapi

siswa selama proses pembelajaran dan hasil belajar siswa

2. Menentukan sampel untuk penelitian

3. Menyusun instrumen yang akan digunakan yaitu berupa tes esay dang

angket self efficacy

4. Melakukan validasi instrumen

5. Memilih instrument tes yang memenuhi syarat untuk diujikan

3.6.2 Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian dilakukan pada semester ganjil, yaitu :

1. Peneliti menjelaskan mengenai maksud dan tujuan memberikan tes

kepada siswa yaitu untuk mendapatkan data tingkat pemahaman

konsep dan self efficacy siswa pada materi konfigurasi elektron dan

sistem priodik unsur di kelas X MIA 1 & X MIA 5 SMA Negeri 4

Palu.

25
2. Memberikan angket self efficacy kepada siswa dan menjelaskan

bagaimana tehnik mengisi angket

3. Mengumpulkan angket self efficacy yang telah diisi oleh para siswa

secara online

4. Memberikan tes berupa esay dan meminta siswa menjawab tes secara

benar bedasarkan pemahaman yang mereka miliki

5. Mengumpulkan soal dan lembar jawaban yag telah dikerjakan oleh

siswa, sehingga peneliti dapat memeriksa dan menganalisis hasil tes

yang dilakukan

6. Setelah peneliti memeriksa hasil tes yang diberikan kepada siswa lalu

peneliti mengelompokkan hasil tes siswa yang tahu konsep,

miskonsepsi dan tidak tahu konsep pada materi konfigurasi electron

dan system priodik unsur. Serta mengelompokkan tingkat efikasi diri

siswa bedasarkan angket yang telah dianalisis.

3.6.3 Tahap Akhir Penelitian

Kegiatan akhir yang dilakukan peneliti yaitu mengolah data dari

jawaban siswa agar peneliti dapat mengidentifikasi tingkat pemahaman

konsep dan self efficacy yang di miliki oleh siswa lalu menarik

kesimpulan pada laporan hasil penelitian.

3.7 Instrumen Penelitian

26
Instrumen penelitian yaitu alat ukur yang digunakan dalam mengumpulkan

data atau informasi yang dapat menjawab permasalahan dari penelitian. instrumen

yang digunakan pada penelitian ini yaitu berupa tes esay dan angket self efficacy.

3.8 Teknik Analisis Data

Tehnik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif

dengan pendekatan kuantitatif. Tes yang di gunakan adalah tes tertulis berbentuk

esai dan angket. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dalam beberapa

tahapan yaitu:

1. Memeriksa jawaban siswa dari hasil tes esai yang diberikan, dan tingkat

keyakinan siswa dalam menjawab soal

2. Menyajikan data tes

3. Menyajikan skala self efficacy siswa

4. Menarik kesimpulan dari hasil penelitian berupa persentase pemahaman

konsep dan self efficacy siswa ( Resmiati & Hamdan, 2019 ).

Analisis data yang dilakukan untuk mendapatka persentase pemahaman

konsep dan efikasi diri siswa yaitu:

S
P= X 100 %
Js

Keterangan :

P = presentase jumlah siswa yang paham konsep

S = banyaknya siswa yang paham konsep

Js = jumlah seluruh siswa peserta tes

27
Menurut berg kategori untuk menentukan pemahaman konsep dan efikasi diri

siswa dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut:

3.1 Persentase pemahaman konsep dan self efficacy


Nilai P ( Persentase Pemahaman Siswa ) Katagori
0-20% Sangat rendah
21-40% Rendah
41-60% Cukup
61-80% Tinggi
81-100% Sangat tinggi

untuk mengetahui keabsahan temuan yang di peroleh dilakukan pengecekan

keabsahan penelitian dengan menggunakan tehnik wawancara pada soal-soal

tertentu yang banyak mengalami kesalahan. Siswa yang diwawancarai adalah

siswa yang mengalami kesalahan dalam memahami materi (Safitri dkk, 2018).

28
DAFTAR PUSTAKA

Aningsih & Riska, P.S. (2018). Penerapan Model Pembelajaran Improv dalam
Meningkatkan Pemahaman Konsep Pada Mata Pelajaran Matematika Siswa
Kelas IV SD Negeri Pengasinan I Bekasi. Jurnal Pedagogik. 6(2).

Aryungga, S. D. E., & Farida, H. (2020). Kemudahan eliminasi Miskonsepsi Ikatan


Kimia Pada Siswa Dengan Efikasi Diri Yang Berbeda. Jurnal Pendidikan
Modern. 5(2), 57-62.

Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). (2006). Model Penilaian Kelas. Jakarta:
Depdiknas. hal. 59.

Hadi, S. (2019). Analisis kesulitan dan self efficacy Siswa Ma Dalam Pemecahan
Masalah Matematika. Jurnal Pendidikan Mandala. 4(4).

Izzati, S., Sunyono, dan Efkar, T. (2015). Penerapan SiMaYang Tipe II Berbasis
Multipel Representasi Pada Materi Asam Basa. Jurnal Pendidikan Dan
Pembelajaran Kimia. 1(4): 262-274

Jatisunda, M.G. (2017). Hubungan Self Efficacy Siswa SMP Dengan Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis.

Mahmudin, H.M., & Suroso. (2014). Efikasi Diri, Dukungan Social Dan Penyesuaian
Diri Dalam Belajar. Jurnal Psikologi Indonesia. 3(2): 183-194

Naparin, M., Rusmansyah, dan Almubarak. (2020). Identifikasi Kemampuan Berfikir


Kritis Dan Efikasi Diri Siswa SMA Negeri Kelas XI Ipa Sekota Banjarmasin
Pada Materi Laju Reaksi. Journal Of ChemistryAnd Education. 3(3): 106-117.

Ningsih, W. F., & Isnaria, R.H. (2020). Dampak Efikasi Diri Terhadap Proses &
Hasil Belajar Matematika. Journal On Teacher Education. 1(2): 26-32

Nursa’adah, F. P., & Arfatin, N. (2019). Pengaruh Kemampuan Dasar Matematika


Dan Efikasi Diri Terhadap Pemahaman Konsep Kimia. Simposium Nasional
Ilmiah. 214-220

Sari, D. S., & Muchlis. (2019). Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 5-E
Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa Pada Materi Redoks Kelas X
SMA Negri 1Dryorejo Gresik. Unesa Journal Of Chemical Education. 8(3),
305-312.

29
Sudarmo, Unggul. (2016). Kimia Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga.

Safitri, A.F.S., Hayuni, R.W, dan Dedek, S. (2018). Identifikasi Pemahaman Konsep
Ikatan Kimia. Jurnal Pembelajaran Kimia. 3(1): 41-50

Susanto, A. (2013). Teori Belajar Dan Pembelajaran Di Sekolah Dasar. Jakarta:


Kencana.

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Rahman, S., Netty, I.I, dan Mangara, S. (2016). Identifikasi Kesulitan Siswa Dalam
Memahami Konsep Hubungan Konfigurasi Elektron Dan Sistem Priodik Unsur.
Jurnal Entrop. 11(2)

Radiko, E., Yudi, K, dan Riski, M. (2018). Identifikasi Pemahaman Konsep Siswa
Pada Materi Zat Dan Wujudnya. Jurnal Ilmu Pendidikan Fisika. 3(2): 52-54.

Resmiati, T., & Hamdan. (2019). Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah


Matematis dan Self-Efficacy Siswa Sekolah Menengah Pertama. Jurnal
Pembelajaran Matematika Inovatif. 2(4), 177-186.

Vellayati, S., Cut Nurmaliah., Sulastri., Yusrizal, dan Nurdin, S. (2020). Identifikasi
Tingkat Pemahaman Konsep Siswa Menggunakan Tes Diagnostik Three-Tier
Multiple Choice Pada Materi Hidrokarbon. Jurnal Pendidikan Sains Indonesia.
8(1): 128-140.

Yuliatika, D., Sri, W. R., dan sukarti, R.P. (2017). Self Efficacy Dan Motivasi
Berprestasi Siswa SMA Negeri 7 Purworejo. Jurnal Psiko Utama. 5(2)

30

Anda mungkin juga menyukai