PERCOBAAN IV
STOIKIOMETRI KOMPLEKS AMMIN-TEMBAGA
UNIVERSITAS TADULAKO
2019
LEMBAR KOREKSI
PERCOBAAN IV
STOIKIOMETRI KOMPLEKS AMMIN-TEMBAGA
I. Tujuan Percobaan
Kupro-Khlorid [itu] ( Cucl) adalah dapat larut di (dalam) solusi garam, dan
di sana adalah tidak (ada) hujan/timbulnya. Di bawah kondisi-kondisi operasi, suatu
jumlah tertentu tembaga ditahan oleh minyak tanah yang dipermanis pecahan,
[yang] mungkin [sebagai/ketika] cuprous mercaptides atau chloride-olefin
penambahan produk cuprous, tetapi ini dapat dipindahkan dengan cucian material
dengan sulfida sodium mengandung air. Udara memukul/ bertiup kupro-khlorid
solusi, setelah atau sepanjang penggulaan; pemanis operasi, memperbaharui cupric
klorid. tembaga khlorida [CuCI] Solusi mungkin (adalah) dipekerjakan sedemikian,
atau pecahan yang asam mungkin yang disaring melalui suatu massa menyerap
dipenuhi dengan agen yang yang [perlakukan/ traktir] [itu]. [Yang] sebagai
alternatif, bensin mungkin (adalah) bergaul dengan suatu pengangkut padat untuk
bahan reaksi,membubarkan sebagai slurry (Speight, 2006)
2. Larutan HCl
10 ml larutan hasil standarisasi langkah
1 + indikator PP
Titrasi dengan larutan HCl VHCl = 5,8 ml
3. Larutan NH3
10 ml larutan hasil standarisasi langkah
2 + indikator PP
Titrasi dengan larutan NH3 VHCl = 3 ml
B. Penentuan Koefisien Distribusi Ammonia Antara H2O dalam Kloroform
NO PERLAKUAN HASIL
1. 10 ml larutan NH3 1 M (hasil standarisasi) + Terbentuk 2 lapisan
10 ml air + 25 ml kloroform. Masukkan Lapisan 1 (atas)
kedalam corong pisah, kemudian kocok = 10 Lapisan 2 (bawah)
menit
2. 10 ml kloroform hasil standarisasi dari Kuning
corong pisah dimasukkan dalam erlenmeyer
+ 10 ml aquades + indikator methyl orange
Titrasi menggunakan larutan standar HCl Jingga
0,05 M VHCl = 0,5 ml
1. NaOH
Larutan (1) L1
Dik : VH2C2OH.H2O : 10 ml
VNaOH :21 ml; 20,9 ml; 20,7 ml
Dit : [H2C2O4] : 0,1 M
Penyelesaian :
M 1.V 1 M 2.V 2
0,1.10 M 2.21
1
M 2 0, 0476M
21
Larutan (2) L2
M 1.V 1 M 2.V 2
0,1.10 M 2.20,9
1
M2 0, 0478M
20,9
Larutan (3) L3
M 1.V 1 M 2.V 2
0,1.10 M 2.20, 7
1
M2 0, 0483M
20, 7
[NaOH]total
L1 L 2 L3
3
0, 0476 0, 0478 0, 0483
3
0, 0479M
2. Larutan HCl
Dik : [NaOH] standarisasi =
VNaOH =
VHCl =
Dit : [HCl] standarisasi = .......... ?
Penyelesaian :
M 1.V 1 M 2.V 2
0, 479M .10mL M 2.5,8mL
0, 479m 10mL
M2
5,8mL
0, 0825M
3. Larutan NH3
Dik : [HCl] standarisasi = 0,0825 M
VHCl = 10 mL
VNH3 = 3 mL
Dit : [NH3] standarisasi = ...........?
Penyelesaian :
M 1.V 1 M 2.V 2
0, 0825M .10mL M 2.3mL
0, 0825M 10mL
M2
3mL
0, 275
[ NH 3]kloroform 0, 0041M
KD 0, 0151
[ NH 3]Cu 0, 2709
mmol NH3 dalam Cu2+
= [NH3] dalam CuSO4 x VNH3 dalam kloroform
= 0,2709 M x 10 mL = 2,709 mmol
mmol untuk [Cu2+] = [Cu2+] x VCu2+
= 0,1 M x 10 mL = 1 mmol
mmol Cu2+ : mmol NH3
1 : 2,709 mmol
1 : 3
Tembaga adalah logam merah muda, yang lunak, dapat ditempa, dan liat. Ia
melebur pada 1038ºC. Karena potensial elektrode standarnya positif (+0,34 V untuk
pasangan Cu/Cu2+), ia tak larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer, meskipun
dengan adanya oksigen ia bisa larut sedikit. Ada dua deret senyawa tembaga.
Senyawa- senyawa tembaga(I) diturunkan dari tembaga(I) oksida Cu2O yang
merah, dan mengandung ion tembaga(I), Cu+. Senyawa-senyawa ini tak berwarna,
kebanyakan garam tembaga(I) tak larut dalam air, perilakunya mirip senyawa
perak(I). Mereka mudah dioksidasi menjadi senyawa tembaga(II), yang dapat
diturunkan dari tembaga(II) oksida, CuO, hitam. Garam-garam tembaga(II)
umumnya berwarna biru, baik dalam bentuk hidrat, padat, maupun dalam larutan
air. Garam-garam tembaga(II) anhidrat, seperti tembaga(II) sulfat anhidrat CuSO4,
berwarna putih (atau sedikit kuning). Dalam larutan air selalu terdapat ion
kompleks tetraakuo (shevla,1990).
Tembaga memiliki elektron s tunggal di luar kulit 3d yang terisi. Ini agak
kurang umum dengan golongan alkali kecuali stoikiometri formal dalam tingkat
oksidasi +1. Kulit d yang terisi jauh kurang efektif daripada kulit gas mulia dalam
melindungi elektron s dalam muatan inti, sehingga potensial pengionan pertama Cu
lebih tinggi daripada golongan alkali. Karena elektron-elektron pada kulit d juga
dilibatkan dalam ikatan logam, panas penyubliman dan titik leleh tembaga juga jauh
lebih tinggi daripada alkali. Faktor-faktor ini bertanggung jawab bagi sifat lebih
mulia tembaga. Pengaruhnya adalah membuat lebih kovalen dan memberi energi
kisi yang lebih tinggi (Cotton, 1989).
Prinsip dasar dari percobaan ini layaknya dalam proses ekstraksi pelarut
dimana berlaku hokum distribusi yang menyatakan apabila suatu system terdiri dari
dua lapisan campuran (solvent) yang tidak saling bercampur satu sama lain, dan
ketika ditambahkan senyawa ketiga (zat terlarut), maka senyawa itu akan
terdistribusi (terpartisi) kedalam kedua lapisan tersebut seperti yang telah dijelaskan
oleh Nerst (Svehla, 1990).
Prinsip dari perlakuan ini yaitu sejumlah tertentu ion tembaga (II) dicampur
dengan larutan ammonia berlebihan dalam pelarut air. Kemudian sisa ammonia
diekstraksi dengan pelarut kloroform. Banyaknya ammonia bebas dalam pelarut air
dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan diatas sehingga jumlah ammonia
yang terkomplekskan juga dapat ditentukan dan rumus molekul dapat ditentukan
(Staf Pengajar Kimia Anorganik Fisik, 2017).
Percobaan ini menunjukkan bahwa atom Cu sebagai atom pusat dan NH3
sebagai ligannya. Ligan adalah spesies yang memiliki atom-atom yang dapat
menyumbangkan sepasang elektron pada ion pusat pada tempat tertentu dalam
lengkung koordinasi. Sehingga, ligan merupakan basa lewis dan ion logam adalah
asam lewis. Jika ligan hanya dapat menyumbangkan sepasang elektron disebut
ligan unidentat sedangkan atom pusat merupakan logam yang bersifat sebagai asam
lewis. Pada percobaan ini NH3 merupakan ligan monodentat yaitu ligan yang hanya
mendonorkan satu pasang elektron (Hanifah, 2011).
Kesalahan yang terjadi saat praktikum yaitu ketidak bersihan alat untuk titrasi
seperti gelas tempat sampel yang kurang bersih dapat menyebabkan adanya zat sisa
yang menempel. Selain itu, kurangnya ketelitian praktikan pada saat melakukan
titrasi dan pada perlakuan lainnya (Staf Pengajar Analisis Instrumentasi, 2019).
X. Kesimpulan
1. Bilangan koordinasi Cu2+ adalah empat yang menunjukkan bahwa ion pusat
Cu2+ hanya mampu menyediakan empat ruang untuk ditempati ligan N.
2. Senyawa kompleks ammin-tembaga dapat terbentuk dengan menggunakan
ammonia berlebih kedalam larutan tembaga (II) yang telah diketahui jumlahnya,
nilai koefisien distribusi (KD) adalah sebesar 0,0151. Jumlah mol NH3 yang
terkomplekskan pada percobaan ini alah sebesar 2,709 mmol.
3. Bilangan koordinasi Cu2+ adalah empat yang menunjukkan bahwa ion pusat
Cu2+ hanya mampu menyediakan empat ruang untuk ditempati ligan NH3.
4.
Hasil pengamatan yang diperoleh maka dapat disimpulkan rumus molekul
kompleks dari ammin-tembaga (II) adalah [Cu(NH3)3]2+
DAFTAR PUSTAKA
Staf Pengajar Kimia Anorganik Fisik (2019). Penuntun Praktikum Anorganik Fiski.
Palu : Universitas Tadulako.
Underwood, A.L & Day, R.A. (1994). Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta :
Erlangga.