Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN LENGKAP

PERCOBAAN IV
STOIKIOMETRI KOMPLEKS AMMIN-TEMBAGA

NAMA : ARFIAH DWI SAJANA SASTRAWATI


STAMBUK : A 251 17 120
KELOMPOK : I (SATU)
ASISTEN : MOH. ILHAM, S.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TADULAKO

2019
LEMBAR KOREKSI
PERCOBAAN IV
STOIKIOMETRI KOMPLEKS AMMIN-TEMBAGA

NAMA : ARFIAH DWI SAJANA SASTRAWATI


STAMBUK : A 251 17 120
KELOMPOK : 1 (SATU)
ASISTEN : MOH. ILHAM, S.Pd

HARI/TANGGAL KETERANGAN PARAF


PERCOBAAN IV

STOIKIOMETRI KOMPLEKS AMMIN-TEMBAGA

I. Tujuan Percobaan

Tujuan pada percobaan ini yaitu; Menentukan rumus molekul kompleks


ammin-tembaga.

II. Dasar Teori

Dalam proses reaksinya, terjadi perubahan warna pada larutan logam.


Perubahan warna tersebut dimungkinkan berasal dari proses kompleksasi Cu(II)
dari fasa cair dengan etilendiamin yang berada pada fasa padatan membran. Warna
yang dihasilkan mendekati warna kompleks Cu(II)-etilendiamin 1:1. Dengan
demikian, dapat dinyatakan bahwa sistem larutan tersebut mengandung campuran
kompleks Cu(II)-etilendiamin 1:1 dengan ion Cu(II) bebas. Hal ini ditunjukkan oleh
adanya pergeseran puncak absorbsi dari masing-masing larutan tersebut (gambar 9-
11). Berdasarkan hasil tersebut, selain pergeseran panjang gelombang juga terjadi
kenaikan intensitas absorbansi pada larutan hasil reaksi. Kenaikan tersebut muncul
akibat adanya spesies kompleks Cu(en)2+ didalam larutan yang terbentuk pada saat
proses reaksi antara Cu (II) dengan membran nata-en. Adanya campuran ion Cu(II)
bebas dan kompleks Cu(en)2+ dalam fasa larutan berkaitan dengan proses
pelepasan etilendiamin ke sistem larutan serta berhubungan dengan proses
kesempurnaan reaksi antara Cu(II) dengan etilendiamin. Dalam hal ini, reaksi
tersebut berlangsung pada kondisi dimana jumlah molekul Cu(II) jauh lebih banyak
dibandingkan jumlah molekul etilendiamin. Dapat dinyatakan bahwa Cu(II)
merupakan pereaksi pembatas dalam proses reaksi tersebut (Kuswandi, 2008)

Kupro-Khlorid [itu] ( Cucl) adalah dapat larut di (dalam) solusi garam, dan
di sana adalah tidak (ada) hujan/timbulnya. Di bawah kondisi-kondisi operasi, suatu
jumlah tertentu tembaga ditahan oleh minyak tanah yang dipermanis pecahan,
[yang] mungkin [sebagai/ketika] cuprous mercaptides atau chloride-olefin
penambahan produk cuprous, tetapi ini dapat dipindahkan dengan cucian material
dengan sulfida sodium mengandung air. Udara memukul/ bertiup kupro-khlorid
solusi, setelah atau sepanjang penggulaan; pemanis operasi, memperbaharui cupric
klorid. tembaga khlorida [CuCI] Solusi mungkin (adalah) dipekerjakan sedemikian,
atau pecahan yang asam mungkin yang disaring melalui suatu massa menyerap
dipenuhi dengan agen yang yang [perlakukan/ traktir] [itu]. [Yang] sebagai
alternatif, bensin mungkin (adalah) bergaul dengan suatu pengangkut padat untuk
bahan reaksi,membubarkan sebagai slurry (Speight, 2006)

Ion tembaga memiliki konfigurasi elektron yang memungkinkan sebagai ion


pusat suatu senyawa kompleks, seperti kompleks tembaga(II)guanin.
Pengompleksan tembaga dengan guanin perlu dikaji karena guanin dalam sistem
tubuh terlibat dalam proses katabolisme purin. Telah dilakukan penelitian tentang
reaksi pengompleksan antara kation Cu2+ dengan guanin. Kemampuan guanin
dalam mengikat Cu2+ sangat dipengaruhi oleh kemampuan deprotonasi guanin
dalam kondisi keasaman larutan yang berbeda. Senyawa kompleks
tembaga(II)guanin dihasilkan dengan cara memvariasi pH reaksi pengompleksan
pada 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11 dan 12. Senyawa kompleks yang terbentuk diekstrak
dengan kloroform. Karakterisasi kompleks ditunjukkan secara kualitatif dengan
cara menganalisis spektra inframerah dan spektra ultraviolet. Uji kuantitatif
ditempuh dengan menggunakan spektrometer serapan atom.( Nugraheni,2006)

Sebagian besar senyawa molekular logam transisi adalah senyawa kompleks


dan senyawa organologam yang mengandung ligan yang berikatan kovalen
koordinat dengan logam. Senyawa molekular ini tidak hanya meliputi senyawa
kompleks mono-inti tetapi juga kompleks multi-inti yang mengandung beberapa
logam, ataupun kompleks kluster yang mengandung ikatan logamlogam. Jumlah
senyawa baru dengan berbagai variasi ikatan dan struktur meningkat dengan sangat
cepat, dan bidang ini merupakan kajian yang utama dalam studi kimia anorganik
saat ini (Sato, 1996)

Tembaga bekerja dengan pedoman transmetallating Grignard bahan reaksi


untuk memberi suatu organocopper bahan reaksi. Organocoppers adalah lebih
lembut dibanding Grignard bahan reaksi, dan tambahan [adalah] suatu
menghubungkan pertunjukan kepada C=C yang lebih lembut obligasi;ikatan ganda.
Sekali ketika organocopper telah menambahkan, garam-tembaga ada tersedia ke
transmetallate beberapa lebih [] Grignard, dan hanya suatu jumlah katalitis
diperlukan. Organocopper ditunjukkan di sini [sebagai/ketika/sebab] ‘ Me–Cu’
sebab [yang] tepat nya struktur tidaklah dikenal. Tetapi ada lain organocopper
bahan reaksi yang juga mengalami menghubungkan penambahan dan itu adalah
banyak [yang] dipahami lebih baik. hasil Yang paling sederhana dari reaksi dua
orang padanan organolithium dengan [satu/ orang] padanan suatu tembaga ( I)
menggarami seperti Cubr di (dalam) eter atau THF bahan pelarut pada temperatur
rendah. Litium cuprates ( R2Culi) itu dibentuk tidaklah stabil dan harus digunakan
dengan seketika (Clayden, 2001)

Garam kompleks berbeda dengan garam rangkap. Garam rangkap dibentuk


apabila dua garam mengkristal bersama-sama dalam perbandingan molekul
tertentu. Garam-garam ini memiliki struktur sendiri dengan tidak harus sama
dengan struktur garam komponennya. Dua contoh garam rangkap yang sering
dijumpai dalam garam alumina, KaI(SO4)12H2O dan ferroammonium sulfat,
Fe(NH3)SO46H2O.garam rangkap dalam larutan akan terionisasi menjadi ion-ion
komponennya (Arifin, 2010)

Pada dasarnya, stokiometri reaksi dalam larutan sama dengan stoikiometri


pada umumnya, yaitu bahwa perbandingan mol zat-zat yang terlibat dalam reaksi
sama dengan koefisien reaksinya. Hitungan stoikiometri reaksi dapat digolongkan
sebagai stoikiometri sederhana, stoikiometri dengan pereaksi pembatas, dan
stoikiometri yang melibatkan campuran. Hitungan stoikiometri dengan salah satu
zat dalam reaksi diketahui atau dapat ditentukan jumlah molnya, digolongkan
sebagai stoikiometri sederhana. Hitungan stoikiometri yang melibatkan campuran

jika suatu campuran direaksikan, maka masing-masing komponen mempunyai


persamaan reaksi sendiri. Pada umumnya hitungan yang melibatkan campuran
diselesaikan dengan pemisalan ( Khofifatunnikmah,2007).
III. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah :
A. Alat
1. Buret 50 mL
2. Corong pisah
3. Erlenmeyer
4. Statif dan klem
5. Gelas ukur 10 mL
6. Labu ukur 100 mL dan 50 mL
7. Gelas kimia
8. Spatula
9. Batang pengaduk
B. Bahan
1. Larutan asam oksalat 0,1 M
2. Larutan NaOH
3. Larutan HCl
4. Larutan Cu2+ 0,1 M
5. Larutan ammonia
6. Kloroform
7. Indikator PP
8. Indikator methyl orange
9. Aquades
VI. Prosedur kerja
Prosedur kerja pada percobaan ini adalah :
A. Standarisasi Beberapa Larutan
1. Larutan NaOH
a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
b. Mengukur dan memasukkan 15 ml larutan H2C2O4 0,1 M kedalam
erlenmeyer.
c. Menambahkan indikator PP sebanyak 2 tetes kedalam erlenmeyer yang
berisi larutan H2C2O4 0,1 M
d. Menitrasi larutan tersebut dengan larutan NaOH 0,1 M
e. Mengulangi langkah a-c untuk titrasi kedua, ketiga dan mencatat hasil
yang diperoleh.
2. Larutan HCl
a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
b. Mengukur dan memasukkan 15 ml larutan NaOH kedalam erlenmeyer
c. Menambahkan indikator PP sebanyak 3 tetes kedalam erlenmeyer yang
berisi larutan NaOH
d. Menitrasi larutan tersebut dengan larutan HCl 0,1 M
e. Mencatat hasil yang diperoleh
3. Larutan NH3
a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
b. Mengukur dan memasukkan 15 ml larutan HCl k
c. edalam erlenmeyer
d. Menambahkan indikator PP sebanyak 3 tetes kedalam erlenmeyer yang
berisi larutan HCl
e. Menitrasi larutan tersebut dengan larutan NH3
f. Mencatat hasil yang diperoleh.
B. Penentuan Koefisien Distribusi Ammonia Antara H2O dalam Kloroform
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Mengukur 10 ml larutan NH3, Kemudian memasukkan kedalam corong pisa
lalu menambahkan aquades sebanyak 10 ml
3. Menambahkan kloroform sebanyak 25 ml dan mengocok larutan tersebut
selama 10 menit.
4. Mendiamkan laruutan hingga terbentuk 2 lapisan
5. Memasukkan 10 ml larutan pada lapisan bawah kedalam erlenmeyer, lalu
menambahkan 3 tetes methyl orange
6. Mencatat hasil pengamatan pada tabel hasil pengamatan.

C. Penentuan Rumus Kompleks Ammin Tembaga (II)


1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Mengukur 10 ml larutan NH3. Kemudian memasukkan kedalam corong pisah
lalu menambahkan larutan Cu2+ 0,1 M
3. Menambahkan kloroform sebanyak 25 ml dan mengocok larutan tersebut
selama 10 menit
4. Mendiamkan larutan hingga terbentuk 2 lapisan
5. Memasukkan 10 ml larutan pada lapisan bawah kedalam erlenmeyer, lalu
menambahkan 3 tetes methyl orange
6. Menitrasi larutan tersebut dengan larutan HCl hingga larutan berubah dari
kuning menjadi orange
7. Mencatat hasil pengamatan pada tabel hasil pengamatan.
V. Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan pada percobaan ini adalah :
A. Standarisasi Beberapa Larutan
NO PERLAKUAN PENGAMATAN
1. a. NaOH Larutan 1
 10 ml asam oksalat (H2C2O4.H2O) + 2 tetes  Bening
indikator PP
 Titrasi dengan NaOH  Pink
VNaOH = 21 ml
b. NaOH Larutan 2
 10 ml larutan standar (H2C2O4.H2O) + 2  Bening
tetes indikator PP
 Titrasi dengan NaOH  Pink pekat
VNaOH = 20,9 ml
c. NaOH Larutan 3
 10 ml larutan standar (H2C2O4.H2O) + 2  Bening
tetes indikator PP
 Titrasi dengan NaOH  Pink pudar
VNaOH = 20,7 ml

2. Larutan HCl
 10 ml larutan hasil standarisasi langkah
1 + indikator PP
 Titrasi dengan larutan HCl  VHCl = 5,8 ml
3. Larutan NH3
 10 ml larutan hasil standarisasi langkah
2 + indikator PP
Titrasi dengan larutan NH3  VHCl = 3 ml
B. Penentuan Koefisien Distribusi Ammonia Antara H2O dalam Kloroform
NO PERLAKUAN HASIL
1.  10 ml larutan NH3 1 M (hasil standarisasi) +  Terbentuk 2 lapisan
10 ml air + 25 ml kloroform. Masukkan Lapisan 1 (atas)
kedalam corong pisah, kemudian kocok = 10 Lapisan 2 (bawah)
menit
2.  10 ml kloroform hasil standarisasi dari  Kuning
corong pisah dimasukkan dalam erlenmeyer
+ 10 ml aquades + indikator methyl orange
 Titrasi menggunakan larutan standar HCl  Jingga
0,05 M VHCl = 0,5 ml

C. Penentuan Rumus Kompleks Ammin Tembaga (II)


NO PERLAKUAN HASIL
1.  10 ml larutan NH3 1 M hasil standarisasi + 10  Terbentuk 2 lapisan
ml Cu2+ 0,1 M + 25 ml kloroform kedalam Lapisan 1 (atas)
corong pisah lalu kocok 5-10 menit Lapisan 2 (bawah)
2.  10 ml kloroform dari corong pisah  Kuning
dimasukkan dalam erlenmeyer + 10 ml
aquades + indikator methyl orange
 Titrasi menggunakan larutan standar HCl  Jingga
0,05 M VHCl = 0,5 ml

VII. Persamaan Reaksi


Reaksi yang terjadi dalam percobaan ini, yaitu :
1. H2C2O4(aq) + 2NaOH(aq)  Na2C2O4(aq) + 2H2O(l)
2. HCl(aq) + NaOH (aq)  NaCl(aq) + H2O(l)
3. HCl(aq) + NH3(aq)  NH4Cl(aq)
4. [CuCH2O)2]2+(aq) + 5NH3(aq)  [Cu(NH3)5]2+(aq) +2H2O(l)
VIII. Perhitungan

a. Standarisasi beberapa larutan

1. NaOH
 Larutan (1) L1
Dik : VH2C2OH.H2O : 10 ml
VNaOH :21 ml; 20,9 ml; 20,7 ml
Dit : [H2C2O4] : 0,1 M
Penyelesaian :

M 1.V 1  M 2.V 2
0,1.10  M 2.21
1
M 2   0, 0476M
21
 Larutan (2) L2
M 1.V 1  M 2.V 2
0,1.10  M 2.20,9
1
M2  0, 0478M
20,9
 Larutan (3) L3
M 1.V 1  M 2.V 2
0,1.10  M 2.20, 7
1
M2  0, 0483M
20, 7

 [NaOH]total
L1  L 2  L3

3
0, 0476  0, 0478  0, 0483

3
 0, 0479M
2. Larutan HCl
Dik : [NaOH] standarisasi =
VNaOH =
VHCl =
Dit : [HCl] standarisasi = .......... ?
Penyelesaian :
M 1.V 1  M 2.V 2
0, 479M .10mL  M 2.5,8mL
0, 479m 10mL
M2
5,8mL
 0, 0825M

3. Larutan NH3
Dik : [HCl] standarisasi = 0,0825 M
VHCl = 10 mL
VNH3 = 3 mL
Dit : [NH3] standarisasi = ...........?
Penyelesaian :
M 1.V 1  M 2.V 2
0, 0825M .10mL  M 2.3mL
0, 0825M 10mL
M2
3mL
 0, 275

b. Penentuan koefisien distribusi amonia antara air dan kloroform


Diketahui : [HCl] = 0,825 M
V NH3 dalam kloroform = 10 mL
V HCl = 0,5 mL
[NH3] awal = 0,275 M
Ditanyakan : KD =....................?
Penyelesaian:
[ HCl ]  VHCL
[ NH 3]kloroform 
NH 3dalamkloroform
0, 0825M  0,5mL

10mL
 0, 0041M
[ NH 3]air  [ NH 3]awal  [ NH 3]kloroform
 0, 275M  0, 004 M
 0, 2709M
[ NH 3]kloroform 0, 0041
KD    0, 015
[ NH 3]air 0, 2709

c. Penentuan rumus kompleks tembaga ammin(II)


Dik : [HCl] = 0,0825 M
V NH3 dalam kloroform = 10 mL
V HCl = 0,5 mL
[NH3] awal = 0,275 M
Dit : rumus kompleks (Cu-NH3=.................?
Penyelesaian :
MHCl  VHCl
M [ NH 3] 
VNH 3kloroform
0, 0825M  0,5M

10M
 0, 0041
[ NH 3]dalamCu 2  [ NH 3]awal  [ NH 3]kloroform
 0, 275M  0, 0041
 0, 2709

[ NH 3]kloroform 0, 0041M
KD    0, 0151
[ NH 3]Cu 0, 2709
mmol NH3 dalam Cu2+
= [NH3] dalam CuSO4 x VNH3 dalam kloroform
= 0,2709 M x 10 mL = 2,709 mmol
mmol untuk [Cu2+] = [Cu2+] x VCu2+
= 0,1 M x 10 mL = 1 mmol
mmol Cu2+ : mmol NH3
1 : 2,709 mmol
1 : 3

Jadi, rumus kompleks yang diperoleh yaitu [Cu(NH3)3]2+


IX. Pembahasan

Tembaga adalah logam merah muda, yang lunak, dapat ditempa, dan liat. Ia
melebur pada 1038ºC. Karena potensial elektrode standarnya positif (+0,34 V untuk
pasangan Cu/Cu2+), ia tak larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer, meskipun
dengan adanya oksigen ia bisa larut sedikit. Ada dua deret senyawa tembaga.
Senyawa- senyawa tembaga(I) diturunkan dari tembaga(I) oksida Cu2O yang
merah, dan mengandung ion tembaga(I), Cu+. Senyawa-senyawa ini tak berwarna,
kebanyakan garam tembaga(I) tak larut dalam air, perilakunya mirip senyawa
perak(I). Mereka mudah dioksidasi menjadi senyawa tembaga(II), yang dapat
diturunkan dari tembaga(II) oksida, CuO, hitam. Garam-garam tembaga(II)
umumnya berwarna biru, baik dalam bentuk hidrat, padat, maupun dalam larutan
air. Garam-garam tembaga(II) anhidrat, seperti tembaga(II) sulfat anhidrat CuSO4,
berwarna putih (atau sedikit kuning). Dalam larutan air selalu terdapat ion
kompleks tetraakuo (shevla,1990).

Tembaga memiliki elektron s tunggal di luar kulit 3d yang terisi. Ini agak
kurang umum dengan golongan alkali kecuali stoikiometri formal dalam tingkat
oksidasi +1. Kulit d yang terisi jauh kurang efektif daripada kulit gas mulia dalam
melindungi elektron s dalam muatan inti, sehingga potensial pengionan pertama Cu
lebih tinggi daripada golongan alkali. Karena elektron-elektron pada kulit d juga
dilibatkan dalam ikatan logam, panas penyubliman dan titik leleh tembaga juga jauh
lebih tinggi daripada alkali. Faktor-faktor ini bertanggung jawab bagi sifat lebih
mulia tembaga. Pengaruhnya adalah membuat lebih kovalen dan memberi energi
kisi yang lebih tinggi (Cotton, 1989).

Kebanyakan senyawaan Cu I cukup mudah teroksidasi menjadi Cu II, namun


oksidasi selanjutnya menjadi Cu III adalah sulit. Terdapat kimiawi larutan Cu2+
yang dikenal baik, dan sejumlah besar garam berbagai anion didapatkan, banyak
diantaranya larut dalam air, menambah perbendaharaan kompleks (Cotton, 1989).
Tujuan dari percobaan ini dilakukan sesuai dengan tujuan yaitu untuk
menentukan rumus kompleks tembaga ammin-tembaga (Staf Pengajar Kimia
Anorganik Fisik, 2017).

Dasarnya stoikiometri kompleks ammin-Tembaga (II) menggunakan prinsip


proses ekstraksi pelarut, dimana dalam prinsip ini berlaku hukum distribusi yang
menyatakan apabila suatu system yang terdiri dari dua lapisan campuran (solvent)
yang tidak saling bercampur satu sama lain, ditambahkan senyawa ketiga (zat
terlarut), maka senyawa itu akan terdistribusi (terpartisi) kedalam dua lapisan
tersebut, dengan syarat Nerst bila zat terlarut nya tidak menghasilkan perubahan
pada kedua pelarut (solvent) atau zat yang terlarut yang terbagi (terpartisi) dalam
dua pelarut tidak mengalami asosiasi, disosiasi atau reaksi dengan pelarut Pada
percobaan ini, akan ditentukan rumus senyawa ammin-tembaga (II). Ada beberapa
tahap untuk penentuan rumus senyawa kompleks ammin-tembaga (II) tersebut.
Yang pertama yakni Penentuan koefisien distribusi ammonia antara air dan
kloroform dan Penentuan Rumus Kompleks Cu-Ammin (Khopkar, 1990).

Prinsip dasar dari percobaan ini layaknya dalam proses ekstraksi pelarut
dimana berlaku hokum distribusi yang menyatakan apabila suatu system terdiri dari
dua lapisan campuran (solvent) yang tidak saling bercampur satu sama lain, dan
ketika ditambahkan senyawa ketiga (zat terlarut), maka senyawa itu akan
terdistribusi (terpartisi) kedalam kedua lapisan tersebut seperti yang telah dijelaskan
oleh Nerst (Svehla, 1990).

Pada percobaan percobaan kali ini bertujuan untuk menentukan rumus


molekul kompleks ammin tembaga (II), dimana dilakukan 3 tahapan. Yang pertama
yaitu standarisasi beberapa larutan, dalam hal ini larutan NH3, HCl, dan H2C2O4.
Standarisasi ini dilakukan untuk menentukan konsentrasi larutan yang sebenarnya.
Kedua adalah penentuan koefisien distribusi amoniak antara air dan Kloroform, dan
yang ketiga yaitu penentuan rumus kompleks tembaga ammin. (Staf Pengajar
Kimia Anorganik Fisik, 2017).
1. Standarisasi Larutan

Pada standarisasi larutan H2C2O4 digunakan larutan standar primer NaOH.


H2C2O4 distandarisasi dengan NaOH karena H2C2O4 merupakan larutan asam.
Indikator yang digunakan adalah indikator PP dimana indikator PP yang akan
menentukan titik akhir titrasi yang ditandai dengan perubahan warna menjadi
merah muda. Konsentrasi yang diperoleh yaitu 0,0479 M. Untuk larutan HCl dan
NH3 konsentrasi yang diperoleh adalah 0,825 M dan 0,275 M.

2. Penentuan koefisien distribusi NH3 dalam larutan koroform

Koefisien distribusi merupakan perbandingan konsentrasi zat terlarut didalam


dua fasa yaitu fasa organik dan fasa air. Menurut hukum Nernst, suatu zat terlarut
akan membagi dirinya antara dua cairan yang tak dapat campur sedemikian rupa
sehingga angka banding konsentrasi pada keseimbangan adalah kosntanta pada
temperatur tertentu (Underwood, 1999).

Perlakuan ini, menggunakan metode ekstraksi cair-cair, dan prinsip dari


metode ini yaitu distribusi zat terlarut yang merupakan zat cair ke dalam dua pelarut
cair yang tidak daling bercampur, dengan mengetahui perbandingan konsentrai zat
terlarut tersebut ke dalam dua pelarut yang tidak saling bercampur tersebut. Prinsip
kerja dari percobaan ini yaitu sejumlah tertentu ammonia dalam pelarut air
diekstraksi dengan pelarut kloroform. Kemudian pada keadaan setimbang dianalisa
kandungan ammonianya baik dalam pelarut air maupun dalam kloroform (Staf
Pengajar Kimia Anorganik Fisik, 2017).

Perlakuan pertama yang dilakukan yaitu mengambil 10 mL larutan NH3 1 M,


dan menambahkan 10 mL aquades kemudian di simpan ke dalam corong pisah.
Setelah itu menambahakn 25 mL larutan kloroform kedalam corong pisah tersebut.
Dalam hal ini NH3 disebut zat terlarut yang akan terdistribusi, kloroform dan air
disebut sebagai zat pelarut. Perlakuan selanjutnya mengocok campuran larutan
tersebut dalam corong pisah selama kurang lebih 30 menit dengan tujuan agar
campuran tersebut dapat homogen. Setelah itu larutan tersebut didiamkan, hal ini
bertujuan agar proses didtribusi larutan NH3 dalam air dan kloroform berjalan
maksimal atau sempurna sehingga terbentuk 2 lapisan yaitu NH3 dalam air dan NH3
dalam kloroform. Dari dua lapisan tersebut dapat diketahui lapisan atas yaitu NH3
dalam air sedangkan lapisan bawah yaitu NH3 kloroform, hal ini dikarenakan
densitas larutan kloroform lebih besar dibandingkan air, yaitu 1,47 kg/L, sedangkan
air yaitu 1 kg/L, sehingga yang berada pada lapisan bawah yaitu NH3 dalam
kloroform. Setelah itu memasukkan 10 mL larutan NH3 dalam kloroform (lapisan
bawah) ke dalam erlenmeyer yang berisi 10 ml air kemudian menetesi dengan
indikator metil orange dan kemudian menitrasi dengan larutan HCl. Fungsi dari
indikator metil orange yaitu sebagai penanda bahwa larutan tersebut berada pada
suasana asam karena trayek pH indikator metil orange yaitu 3,1 – 4,4, selain itu
metil orange digunakan karena pada proses titrasi digunakan larutan HCl dimana
larutan HCl bersifat asam. Dari hasil yang didapatkan larutan berwarna oranye dan
volume HCl yang digunakan yaitu 1,7 mL, dari volume ini didapatkan konsentrasi
NH3 dalam kloroform yaitu 0,0041 M. Dari konsentrasi NH3 dalam kloroform
didapatkan konsentrasi NH3 dalam air yaitu 0,2709 M. Setelah diketahui
konsentrasi NH3 dalam kloroform dan NH3 dalam air dapat ditentukan nilai
koefisien distribusi (KD) NH3 yaitu dengan perbandingan konsentrasi NH3 dalam
kloroform dan konsentrasi NH3 dalam air sehingga didapatkan nilai KD nya yaitu
0,015. Dari nilai KD tersebut dapat dikatakan proses distribusi NH3 dalam air
terjadi dengan lebih baik dibandingkan pada kloroform, hal ini dapat dilihat bahwa
konsentrasi NH3 lebih besar yaitu pada air dibandingkan dengan kloroform, hal ini
dapat disebabkan oleh proses pengocokan yang kurang sempurna sehingga
didapatkan nilai KD nya 0,015. Jika nilai KD yang didapatkan kurang dari 1 hal ini
berarti konsentrasi zat terlarut lebih besar dalam pelarut air, dan jika lebih dari 1
maka konsentrasi zat terlarut lebih banyak pada pelarut organik, dan jika nilai KD
yang didapatkan sama sdengan 1 maka zat terlarut terdistribusi sempurna artinya
konsentrasi zat terlarut pada pelarut air sama dengan konsentrasi zat terlarut dalam
perlarut organik (Hanifah, 2011).
3. Penentuan rumus kompleks Cu-ammin-tembaga

Prinsip dari perlakuan ini yaitu sejumlah tertentu ion tembaga (II) dicampur
dengan larutan ammonia berlebihan dalam pelarut air. Kemudian sisa ammonia
diekstraksi dengan pelarut kloroform. Banyaknya ammonia bebas dalam pelarut air
dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan diatas sehingga jumlah ammonia
yang terkomplekskan juga dapat ditentukan dan rumus molekul dapat ditentukan
(Staf Pengajar Kimia Anorganik Fisik, 2017).

Perlakuan pertama yang dilakukan yaitu memasukkan 10 mL larutan NH3 1


M hasil standarisasi ke dalam corong pisah, kemudian menambahkan dengan 10
mL larutan CuSO4 0,1 M. Ketika NH3 ditambahkan CuSO4 warna larutan menjadi
biru. Hal ini disebabkan karena warna biru dari ion heksaaqua tembaga(II)
digantikan dengan warna biru gelap dari ion segiempat planar tetraammonia
tembaga(II), selain itu telah terbentuk suatu ion kompleks [Cu(NH3)x]2+. Setelah itu
mengocok kedua campuran tersebut selama 5 menit, hal ini bertujuan agar larutan
homogen. Perlakuan selanjutnya yaitu menambahkan 25 mL larutan kloroform,
kemudian mengocok larutan tersebut selama 30 menit. Pengocokan selama 30
menit ini di lakukan agar zat terlarut (solut) dapat terdistribusi secara sempurna
dalam kedua pelarut yaitu pelarut air dan pelarut organik. Setelah dikocok
kemudian di diamkan sejenak hingga nampak jelas terbentuknya 2 lapisan. Tujuan
dari pendiaman ini yaitu agar dapat terlihat jelas pemisahan dari ekstraksi yang
dilakukan. Selain itu juga bertujuan agar proses distribusi berjalan dengan baik dan
sempurna. Dimana lapisan atas berwarna biru yang merupakan NH3 dalam CuSO4
dan bagian bawah NH3 dalam kloroform yang berwarna bening. Terbentuknya dua
lapisan ini karena adanya perbedaan berat jenis antara kloroform dan ammonia.
Dimana berat jenis kloroform lebih besar dari berat jenis NH3, sehingga kloroform
berada di lapisan bawah (Staf Pengajar Kimia Anorganik Fisik, 2017).

Perlakuan berikutnya yaitu memindahkan 10 mL larutan NH3 dalam


kloroform ke dalam Erlenmeyer, dengan cara mengeluarkannya dari mulut corong
pisah. Selanjutnya ditambahkan dengan 10 mL aquades dan 2 tetes indikator methyl
orange, kemudian dititrasi dengan larutan standar HCl 0,05 M hingga mencapai
titik ekivalen. Penambahan aquades berfungsi untuk mempercepat berlangsungnya
proses titrasi. Dari perlakuan ini diperoleh larutan berwarna jingga dengan volume
HCl yang digunakan yaitu 0,05 mL. Dari data tersebut diperoleh konsentrasi NH3
dalam kloroform yaitu 0,0041 M dan konsentrasi NH3 dalam CuSO4 yaitu 0,2709
M. Dari data tersebut maka diperoleh koefisien distribusi ammonia yaitu 0,0151,
artinya zat terlarut lebih banyak terdistribusi kedalam fasa air. Hal tersebut
menandakan bahwa proses pengocokan tidak berlangsung dengan baik.
Pengocokan yang kurang sempurna dan kurang lama menyebabkan analit yang
akan diekstraksi tidak maksimal berpindah kefasa organik (Staf Pengajar Kimia
Anorganik Fisik, 2017).

Perlakuan selanjutnya untuk menentukan rumus kompleks Cu- Ammin yaitu


diketahui konsentrasi Cu2+ 0,1 M, dari perhitungan maka diperoleh 1 mmol dan
konsentrasi NH3 dalam Cu2+ adalah 2,709 mmol. Sehingga perbandingan antara
mmol Cu2+ dan mmol NH3 adalah 1 : 3. Sehingga diperoleh rumus kompleksnya
yaitu [Cu(NH3)3]2+. Sedangkan pada literatur Cu2+ mempunyai bilangan koordinasi
3. Bilangan koordinasi adalah bilangan yang menyatakan banyaknya jumlah
pasangan elektron ligan yang digunakan dalam membentuk ikatan dengan atom
pusatnya (Staf Pengajar Kimia Anorganik Fisik, 2017).

Percobaan ini menunjukkan bahwa atom Cu sebagai atom pusat dan NH3
sebagai ligannya. Ligan adalah spesies yang memiliki atom-atom yang dapat
menyumbangkan sepasang elektron pada ion pusat pada tempat tertentu dalam
lengkung koordinasi. Sehingga, ligan merupakan basa lewis dan ion logam adalah
asam lewis. Jika ligan hanya dapat menyumbangkan sepasang elektron disebut
ligan unidentat sedangkan atom pusat merupakan logam yang bersifat sebagai asam
lewis. Pada percobaan ini NH3 merupakan ligan monodentat yaitu ligan yang hanya
mendonorkan satu pasang elektron (Hanifah, 2011).

Kesalahan yang terjadi saat praktikum yaitu ketidak bersihan alat untuk titrasi
seperti gelas tempat sampel yang kurang bersih dapat menyebabkan adanya zat sisa
yang menempel. Selain itu, kurangnya ketelitian praktikan pada saat melakukan
titrasi dan pada perlakuan lainnya (Staf Pengajar Analisis Instrumentasi, 2019).
X. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh pada percobaan ini yaitu;

1. Bilangan koordinasi Cu2+ adalah empat yang menunjukkan bahwa ion pusat
Cu2+ hanya mampu menyediakan empat ruang untuk ditempati ligan N.
2. Senyawa kompleks ammin-tembaga dapat terbentuk dengan menggunakan
ammonia berlebih kedalam larutan tembaga (II) yang telah diketahui jumlahnya,
nilai koefisien distribusi (KD) adalah sebesar 0,0151. Jumlah mol NH3 yang
terkomplekskan pada percobaan ini alah sebesar 2,709 mmol.
3. Bilangan koordinasi Cu2+ adalah empat yang menunjukkan bahwa ion pusat
Cu2+ hanya mampu menyediakan empat ruang untuk ditempati ligan NH3.
4.
Hasil pengamatan yang diperoleh maka dapat disimpulkan rumus molekul
kompleks dari ammin-tembaga (II) adalah [Cu(NH3)3]2+
DAFTAR PUSTAKA

Arifin. 2010. Penuntun kimia Anorganik II. Laboratorium Pengembangan Unit


Kimia Universitas Haluoleo. Kendari
Clayden. 2001. Organic Chemistry. McGraw-Hill. Sydney.

Khofifatunnikmah,2007. Peningkatan Hasil Belajar Kimia Pokok Bahasan


Stoikiometri larutan Pada Siswa Kelas XI Semester II SMA Walisongo
Semarang malalui Permainan Kimia Berwawasan CET.Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Semarang

Nugraheni,F.D. 2006. Pengaruh pH terhadap Pembentukan Senyawa Kompleks


tembaga(II)Guanin. Jurusan Kimia fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Semarang

Pisesidharta .E, Zulfikar, Kuswandi B .2008 . Preparasi membran Nata de Coco


etilendiammin dan Studi Karakteristik Pengikatnya terhadap Ion Cu
2+
.Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Jember
Sato.T. 1996. Anorganik. Iwanami Publishing Company.Tokyo

Speight J.G. 2006.The Chemistry and Technology of Petroleum Fourth Edition.


Taylor & Francis Group, LLC.

Staf Pengajar Kimia Anorganik Fisik (2019). Penuntun Praktikum Anorganik Fiski.
Palu : Universitas Tadulako.
Underwood, A.L & Day, R.A. (1994). Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta :
Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai