BENCANA TSUNAMI
Mata Kuliah Disaster Management
Di Susun Oleh :
1. Oki Hendrawanto 1221021001
2. Tri Setyaning Yuniati 1221021007
3. Liya Bayu Anggraeni 1221021010
4. Mustofa Anwar Ali H. 1221021020
5. Novi Wulandari 1221021025
6. Moch. Khalid Yusuf 1221021038
7. Yoga Andrianto 1221021045
MALANG
2015
1. SOP penerimaan Pasien dari hulu ke hilir pada saat bencana.
Pada saat bencana SOP penerimaan pasien dari hulu ke hilir adalah sebagai berikut :
a. Para pelaku tim Pertolongan Pertama yang di lakukan oleh tim sar melakukan pemilahan
pasien di dalam bencana dengan menggunakan sistem triage.
Triage berasal dari bahasa Perancis yang berarti pemilahan. Dalam dunia medis istilah ini
dipergunakan untuk tindakan pemilahan korban berdasarkan prioritas pertolongan atau
transportasinya.
Prinsip utama dari triage adalah menolong para penderita yang mengalami cedera atau keadaan
yang berat namun memiliki harapan hidup. Salah satu metode yang paling sederhana dan umum
digunakan adalah metode S.T.A.R.T atau Simple Triage and Rapid Treatment. Metode ini
membagi penderita menjadi 4 kategori :
1. Prioritas 1 Merah
Merupakan prioritas utama, diberikan kepada para penderita yang kritis keadaannya
seperti gangguan jalan napas, gangguan pernapasan, perdarahan berat atau perdarahan
tidak terkontrol, penurunan status mental
2. Prioritas 2 Kuning
Merupakan prioritas berikutnya diberikan kepada para penderita yang mengalami
keadaan seperti luka bakar tanpa gangguan saluran napas atau kerusakan alat gerak, patah
tulang tertutup yang tidak dapat berjalan, cedera punggung.
3. Prioritas 3 Hijau
Merupakan kelompok yang paling akhir prioritasnya, dikenal juga sebagai Walking
Wounded atau orang cedera yang dapat berjalan sendiri.
4. Prioritas 0 Hitam
Diberikan kepada mereka yang meninggal atau mengalami cedera yang mematikan.
Pelaksanaan triage dilakukan dengan memberikan tanda sesuai dengan warna prioritas. Tanda
triage dapat bervariasi mulai dari suatu kartu khusus sampai hanya suatu ikatan dengan bahan
yang warnanya sesuai dengan prioritasnya. Jangan mengganti tanda triage yang sudah
ditentukan. Bila keadaan penderita berubah sebelum memperoleh perawatan maka label lama
jangan dilepas tetapi diberi tanda, waktu dan pasang yang baru.
d. Setelah itu korban akan Menjalani perawatan (rawat inap) di rumah sakit lapangan di
bencana
2. Buatlah sistem penanggulangan bencana yang di lakukan oleh anda sebagai relawan
medis.
1. Sebelum
bencana
b) Mitigasi
Mitigasi adalah upaya-upaya untuk mengurangi akibat ancaman bencana. Kegiatan
mitigasi adalah sebagai berikut di pusatkan pada ancaman bencana tsunami,
misalnya pengeloaan air bersih karena biasanya pada saat bencana air bersih sulit di
cari, membuat petunjuk arah tempat evakuasi di sekitar desa, menyediakan tempat
yang aman untuk evakuasi berupa tempat tinggi, menyediakan rumah sakit darurat
dan penampungan sementara di tempat pengungsian yang sudah di persiapkan
sebelummya.
2. Saat bencana
Pada saat bencana terjadi, yang harus di lakukan antara lain : tindakan pencarian dan
penyelamatan atau search and rescue (SAR) dan pendirian RS lapangan yang di komando
oleh perawat dan TIM untuk pelayanan bantuan medis, pendistribusian bantuan (Relief)
dan dukungan psikologi social bagi mereka yang tertimpa bencana. Tindakan-tindakan
tersebut di lakukan untuk menyelamatkan kelangsungan hidup manusia, mengurangi
penderitaan korban bencana dan mengurangi kerugian fisik dan mental
3. Setelah bencana
Bantu warga sekitar supaya kembali ke kehidupan yang normal bantu psikologi korban
agar segerapulih. Gedung-gedung yang runtuh harus di bangun kembali. Demikian juga
mamperbaiki fasilitas-fasilitas umum harus berfungsi kembali. Jangan sampai para
pengungsi bertahan di pengungsian lebih lama.
3. Pemetaan daerah rawan bencana tsunami di daerah kabupaten malang
Secara sejarah bencana geologi daerah pulau jawa pernah dilanda Tsunami antara lain:
Daerah Malang yang rawan terjadi Tsunami antara lain Pantai Sipelot (Desa Pujiharjo,
Kecamatan Tirtoyudo), Sendang Biru (Desa Sitiarjo ,Kecamatan Sumbermanjing Wetan), Pantai
Pasir Tambakrejo (Desa Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing wetan), Teluk Tambakan (Desa
Tambaksari , Kecamatan Sumbermanjing Wetan), Teluk Lenggoksono (Desa Purwodadi ,
Kecamatan Tirtoyudo), Desa Tegalrejo (Kecamatan Ampelgading), Teluk Wonorogo (Desa
Tumpakrejo, Kecamatan Gedangan), Teluk Kondang Merak ( Desa Sumberbening , Kecamatan
Bantur), Pantai Balekambang, Pantai Ngliyep (Desa Kedungsalam, Kecamatan Donomulyo).
Pantai Sipelot yang diapit 2 bukit menjadikan daerah ini rawan terkena dampak Tsunami (dok.
pribadi).
Berikut gambar peta daerah malang yang rawan tsunami
Keterangan gambar : garis biru sepanjang pantai selatan menggambarkan daerah yang rawan
tsunami.
Dari berbagai daerah yang berpontensi sebagai daerah rawan tsunami sebaiknya pemerintah
daerah mensosialisasikan tentang bahaya dan potensi tsunami. Selain itu dibutuhkan early
warning system bagi penduduk di sekitar tempat tersebut karena sebagian besar daerah tersebut
merupakan tempat wisata si malang selatan. Pengetahuan dan antisipasi yang baik dapat
meminimalkan jumlah korban dan kerugian akibat bencana.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim, memetakan Malang Selatan, rawan
terjadinya tsunami. Selain berada di selatan Pulau Jawa, potensi tsunami Malang Raya dikarena
posisinya diantara lempeng Eurasia dan Indo Australia.Gempa sering terjadi di kawasan
selatan. Termasuk Malang. Mulai Pacitan sampai arah timur Jatim. Sisi selatan Jawa potensi
terjadinya tsunami, kata Dharmawan, Kepala BPBD Jatim ketika dihubungi Malang Post,
kemarin siang. Menurut dia, hasil pemetaan yang dilakukan BPBD menunjukkan ada 8 daerah
yang ditemukan rawan terjadinya tsunami. Delapan wilayah itu membentang dari Selatan ke
Utara, letaknya di pesisir selatan, mulai dari Kabupaten Pacitan, Trenggalek, Tulungagung,
Lumajang, Malang, Ponorogo, Jember sampai Banyuwangi. Menghadapi situasi ini, lanjut
mantan staf ahli Pemprov Jatim ini, pihaknya telah membuat master plan dengan membuat
peringatan dini. Tujuannya, meminimalkan terjadinya kerugian jika benar-benar terjadi tsunami.
Selain ada peringatan dini, juga terus kita lakukan sosialisasi dan simulasi dengan melibatkan
berbagai unsur. Mulai pemangku pemerintahan daerah, BPBD Provinsi juga melibatkan TNI,
Polri, tim SAR, relawan dan masyarakat, ujarnya. Digambarkan dia, semakin sering masyarakat
mengikuti simulasi, khususnya masyarakat di pesisir Selatan Jawa, dapat menambah kesiap-
siagaan terhadap ancaman tsunami. Dengan begitu, warga memahami jalur yang ditempuh
menuju lokasi evakuasi dan penyelamatan serta lokasi penampungan, katanya.
BPBD, kata Dharmawan, awal November lalu menggelar gladi lapang penanganan tsunami di
pesisir pantai. Lokasi gladi digelar di desa Tamban, Kecamatan Sumber Manjing Wetan.
Bencana tidak dapat dihindari, namun bisa dikurangi dampaknya dengan memberi pemahaman
masyarakat akan bahaya bencana, paparnya. Sementara itu dari data yang dihimpun Malang
Post menyebutkan, Desa Tamban yang terletak di kawasan Pantai Sendang Biru adalah teluk
yang menghadap langsung ke laut Jawa. Di kawasan ini hidup sekitar 200 KK.
Kontur tanah yang menjorok ke bukit memudahkan masyarakat untuk dengan cepat
menyelamatkan diri ketika tsunami datang. Beberapa infrastruktur telah disiapkan oleh aparat
setempat.
Sirine tanda bahaya dan himbauan untuk menyelamatkan diri telah di pasang di tepi pantai.
Arah evakuasi juga terpasang dengan rapi untuk menuntun masyarakat maupun wisatawan
menuju tempat evakuasi sementara, pungkasnya.