Anda di halaman 1dari 10

UJIAN AKHIR SEMESTER

DISASTER

Dosen Pengampu :
Dr.Tri Wahyu M SpB, SpBTKV
dr. Saladdin Tjokronegoro, SpBTKV

OLEH:
RENY CHAIDIR/NIM 131420090031

UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG


PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2009 - 2010

1
UJIAN AKHIR SEMESTER
S2 KEPERAWATAN PEMINATAN KRITIS

Mata Pelajaran : Manajemen Penanganan Bencana


Dosen Pengampu : Dr Tri Wahyu Murni S MH Kes
Tanggal : Kamis 24 Juni 2010
Lama Waktu :
Pelaksanaan : Ujian tertulis
Soal :
1. Jelaskan yang saudara ketahui tentang permasalahan kesehatan yang terjadi\ pada bencana
alam dihubungkan dengan karakteristik kejadian ( banjir, gempa, tsunami, gunung
meletus,tanah longsor,angin putting beliung)
2. Jelaskan yang saudara ketahui tentang prinsip penanganan bila terjadi bencana akibat
bioterorime
3. Pada penanganan bencana terdapat tahap penanganan yang disebut penanganan pada
tanggap darurat, jelaskan peran perawat yang dapat dilakukan pada kegiatan tersebut.
4. Pada setiap penanganan bencana akan didapatkan 3 kelompok korban bencana yaitu korban
meninggal, korban yang sakit atau cedera dan korban sebagai pengungsi. Jelaskan yang
saudara ketahui tentang penanganan pada masing-masing kelompok tersebut.

Jawaban :

1. Permasalahan Kesehatan pada Bencana Alam


a. Banjir
- Jumlah yang meninggal biasanya tidak banyak
- Jumlah korban yang sakit dan perlu pengobatan sekitar 0,2-2,0 % dari total penduduk
yang terkena.
- Permasalahan terutama pengungsi adalah penyakit menular, mulai beberapa jam
sampai beberapa hari/minggu pasca banjir (perlu pencegahan).
- Kasus banjir yang sering terjadi : Meninggal (tenggelam), Hypothermia, Trauma,
Penyakit menular (water born Disease), gangguan pengiriman makanan.

b. Gempa
- Pada gempa sebagian besar kasus trauma, jumlah tergantung :

2
 Jenis dan bentuk rumah
 Waktu terjadinya gempa
 Kepadatan penduduk
- Banyak korban yang meninggal sebelum regu/ team penolong tiba dilokasi, akibat
lambatnya pertolongan. Seperti terhimpit oleh reruntuhan bangunan (angka kematian
≥ 10 % s/d 85 % jumlah penduduk)
- Kebakaran dapat merupakan bencana sekunder pasca gempa dan jumlah korban akan
bertambah.
- Trauma multiple (teruma trauma tumpul, terbanyak patah tulang), perdarahan dan
shok, luka bakar, gagal nafas, keracunan.

c. Tsunami
- Didahului dengan surutnya permukaan laut (sebagai peringatan dini). Gelombang
dapat sangat destruktif dapat mencapai ketinggian 30 m, dampak yang terjadi
kerusakan infrastruktur (kerusakan bangunan) dan banjir
- Banyak korban langsung meninggal karena tenggelam
- Relatif sedikit yang terluka (dibanding yang meninggal)
- Potensial terjadinya wabah ( spt pada banjir) terutama kasus/penyakit gastro intestinal

d. Gunung Meletus
- Gunung berapi di Indonesia termasuk katagori (explosive volcano). Pada saat meletus
mengeluarkan abu, lava, awan gelap.
- Pada beberapa gunung dapat keluar gas yang mematikan, semburan api dan kilat
- Masalah kesehatan Gunung meletus : Luka bakar heba,Patah tulang dan Crush
Injury, Masalah gangguan respirasi, Inhalasi dalam waktu lama ( silicosis), Stress
psikologis ( ketakutan pada penduduk)

e. Tanah Longsor
- Pada lokasi dengan kemiriringan yang curam lebih dari 300, kerusakan hutan/tanaman
dan kerusakan bebatuan.
- Kasus terbanyak meninggal karena tertimbun atau luka-luka (Crush Injury)

f. Angin putting beliung


- Sebuah tiub angin berpusing yang menyentuh tanah. Angin yang berada di dalam
puting beliung berpusing dengan pantas dan menjadikan puting beliau sangat
berbahaya.
- Kasus yang terjadi adalah meninggal akibat tertimpa reruntuhan bangunan, luka-luka,
trauma dan stress psikologis.

3
1. Prinsip penanganan bila terjadi bencana akibat bioterorime
a. Tindakan pencegahan infeksi
 Cuci tangan
 Memakai sarung tangan
 Memakai perlengkapan pelindung
 Menggunakan tehnik aseptik
 Memproses alat bekas pakai
 Menangani peralatan tajam dengan aman
 Menjaga kebersihan dan kerapihan lingkungan serta pembuangan sampah secara
benar

b. Melakukan upaya dekontaminasi


 Dekontaminasi adalah usaha untuk menghilangkan pencemaran dari bahan biologi
terhadap benda atau makhluk hidup.
 Peralatan medis dan permukaan harus di dekontaminasi segera setelah terpapar darah
atau cairan tubuh
 Langkah-langkah khusus harus diambil untuk memastikan bahwa semua tempat tidur
dan pakaian pasien adalah diautoklaf atau dicuci dalam air panas yang telah
ditambahkan pemutih.
 Desinfektan yang digunakan untuk pengendalian infeksi rumah sakit standar, seperti
hipoklorit dan amonia kuaterner, efektif untuk membersihkan permukaan mungkin
terkontaminasi dengan virus.

c. Dilakukan Isolasi dan tindakan karantina


 Isolasi terhadap pasien korban bencana biologi untuk menghindari penularan
terhadap pasien yang lain
 Mencegah kontak terlalu dekat antara pasien satu dengan pasien yang lain
 Memberi pertolongan medis kepada penderita agar sembuh dan mencegah agar
mereka tidak menjadi sumber penularan baik pasien atau petugas.
d. Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)
1. Cuci tangan
2. Pemakaian sarung tangan
 Sarung tangan steril
 Sarung tangan DTT
 Sarung tangan bersih
 Sarung tangan rumah tangga
3. Pemakaian masker
4. Pemakaian gaun
 Steril kamar bedah
 Non Steril ICU, kamr bayi, KB
 Skort Celemek plastik
4
5. Pemakaian kacamata pelindung
6. Pemakaian sepatu boot / sepatu tertutup
7. Kap
8. Duk

2. Penanganan pada tanggap darurat


 Fase represif sekitar 2 minggu pertama
 Adalah serangkaian kegiatan yg dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana
untuk menangani dampak buruk yg ditimbulkan, yang meliputi kegiatan
– Penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda,
– Pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan,pengurusan pengungsi.
– Penyelamatan serta pemulihan prasarana dan sarana
 Kebutuhan saat tanggap Darurat
o Rescue (sesuai jenis bencana)
o Bantuan Logistik (shelter, air bersih, makanan)
o Transportasi (petugas, korban bencana)
o Bantuan Medis (Triage, pertolongan pertama)
o Komunikasi (informasi, koordinasi, pengendalian operasi)
o Koordinasi (lintas sektor, tim bertugas, relawan)
o Dll
 Penanganan tanggap darurat yang dapat dilakukan adalah Perawat :
 Sebagai anggota Tim / unit SAR (Search And Rescue)
Bila menjadi tim pertama (SAR) yang tiba dilokasi maka tindakan yang dilakukan :
1. Segera informasikan keadaan di lapangan
- Identifikasi rute evakuasi (aman dan tidak melalui daerah yang berbahaya)
2. Lakukan penilaian segera tentang ancaman yg mungkin terjadi baik untuk korban
maupun petugas
- Aman dari efek bencana yang terjadi (pikirkan keperluan khusus bila ada)
3. Lakukan triage (visual) dan siapkan area perawatan sementara
- Pilih prioritas pasien yang memerlukan evakuasi segera
4. Setelah lakukan pertolongan pertama dan siapkan transportasi evakuasi dengan
melakukan koordinasi
- Cari sumber peralatan transport baik dari rumah sakit/ Puskesmas/
masyarakat.
- Konfirmasi alternatif tujuan (siapkan rumah sakit cadangan)

 Sebagai anggota Tim / unit penanganan medis gawat darurat / Emergency


Medical Care Task Unit
- Melakukan penanganan di lapangan (penanganan/pertolongan pertama ,
stabilisasi) & triage.

5
- Melakukan penanganan evakuasi/ transportasi korban (prahospital)
- Mengatur penanganan setiba dirumah sakit atau  melaporkan kondisi
korban kepada petugas di IGD, OK, ICU, rawat inap (terapi definitif)
- Gambaran kerja tim ini berdasarkan skema dibawah ini :

SKEMA ARUS PELAYANAN KORBAN DILAPANGAN


(Satu arah tidak bersilang, “3 T rule” ; TAG/TRIASE – THREAT – TRANSFER )

TRIASE Ke pos medis


MEDIS EVAKUASI
Lanjutan
( RS)

I II III
RED ZONE YELLOW ZONE GREEN ZONE
(Area penyelamat) (Area penolong) (area pendukung, info public)

 Peran perawat saat bencana dirumah sakit adalah Staf pendukung dalam tim RS sebagai
pengendalian : Dokumentasi atau data, komunikasi, koordinasi
 Peran perawat saat bencana di lapangan adalah bekerja untuk area bencana : Triase,
Area rawat, Trasportasi.

3. Penangangan Korban Bencana


Tata laksana penanganan korban bencana :
- Pra Kejadian
 Kesiapsiagaan perawat/dokter bila ditugaska
 Pelatihan-pelatihan untuk perawat yang akan ditugaskan baik dirumah sakit dan
dilapangan
- Saat Kejadian
 Staf pendukung team RS perlu pengendalian komunikasi – koordinasi
 Operasi penyelamatan dilapangan tergantung penugasan bekerja untuk area
bantuan : untuk teiase, area rawan dan transportasi
 Penatalaksanaan korban hidup
 Penatalaksanaan korban mati
a. Penanganan bencana korban meninggal
Penanganan korban meninggal dibagi 4 tahap :
 Tahap I
1. Memberikan tanda dan lebel di KTP
 Membuat sector-sektor/ zona-zona pada KTP ukuran 5 x 5 m disesuaikan
situasi dan kondisi, beri tanda
6
 Memberikan label orange pada jenazah/potongan jenazah
 Memberi label orange pada jenazah/potongan jenazah
 Member label putih pada barang milik korban
 Membuat sketsa dan foto tiap sektor
2. Evakuasi dan transportasi jenazah dan barang
 Masukkan jenazah pada katong jenazah/plastic beri lebel sesuai
 Masukan barang yang terlepas sesuai label nama jenazah
 Bawa ketempat pemeriksaan dan buat berita acara penyerahan.

 Tahap II. A
Dilakukan unit PM (Pengumpulan data post Mortem/Korban Mati)
1. Menerima jenazah dan barang dari unit KTP
2. Registrasi ulang (jenazah utuh, tidak utuh, potongan tubuh, barang korban)
3. Membuat foto jenazah, mencatat cirri-ciri korban sesuai formulir Interpol
4. Mengambil sidik jari, golongan darah, mencatat gigi-geligi, membuat rontgen
bila perlu melakukan otopsi
5. Mengambil data keunit pembanding

 Tahap II.B
Dilakukan oleh Unit AM (Pengumpul Data Ante Mortem)
1. Mengumpulkan data semasa hidup (foto) dari instansi tempat korban bekerja,
keluarga, dokter (gigi), polisi (sidik jari)
2. Memasukan data-data yang masuk dalam formulir (Formulir AM Kuning)
3. Mengumpulkan data-data Ante Mortem (Umur,Jenis kelamin,
Kewarganegaraan)
4. Mengirimkan data-data ke unit pembanding data

 Tahap III
Dilakukan oleh Unit Pembanding Data
1. Mengkoordinasikan rapat-rapat penentuan Identifikasi korban antara Unit
TKP,Unit data Post Mortem dan Unit data Ante Mortem
2. Mengumpulkan data-data korban yang dikenal untuk dikirim ke Tim
identifikasi
3. Mengumpulkan data-data tambahan dari Unit TKP, PM, AM untuk korban
yang belum dikenal

 Tahap IV
Penanganan oleh Tim Identifikasi (propinsi)
1. Check-Recheck hasil unit pembanding data
2. Mengumpulkan hasil identifikasi korban
3. Membuat surat keterangan kematian untuk korban yang dikenal & surat yg
diperlukan
4. Menerima keluarga korban

7
5. Publikasi yang benar & terarah oleh Tim identifikasi utk membantu
masyarakat mendapat informasi benar dan akurat

Setelah korban teridentifikasi


- Lakukan perawatan jenazah : Perbaikan/rekonstruksi jenazah,pengawetan, perawatan
sesuai agama, memasukkan dalam peti jenazah
- Penyerahan jenazah kepada keluarga : Dengan pencatatan tanggal, jam, nomor
registrasi jenazah, penyerahan kepada siapa (nama, alamat, hubungan dgn korban),
dibawa/ dimakamkan dimana

b. Penanganan bencana korban sakit atau cedera


 Rescue ( Penyelamatan segera)
1. Segera informasikan keadaan di lapangan
2. Lakukan penilaian segera tentang ancaman yg mungkin terjadi baik untuk
korban maupun petugas
3. Lakukan triage (visual) dan siapkan area perawatan sementara
4. Setelah lakukan pertolongan pertama dan siapkan transportasi evakuasi
dengan melakukan koordinasi

 Triage (Seleksi berdasarkan kegawatan untuk memberikan prioritas pelayanan)


1). Label merah
ada ancaman kematian (gawat) perlu pertolongan segera (darurat)
2). Label kuning
tidak akan meninggal segera (tdk gawat) tetapi perlu pertolongan segera
(darurat)
3). Label hijau
Tidak perlu pertolongan cepat tetapi tetap memerlukan pertolongan
4). Label hitam
Meninggal

 Life support (melakukan upaya agar tetap hidup)


Petugas melakukan resusitasi dan stabilisasi sebelum dikirim ke rumah sakit .
1. Pasien sebaiknya tidak dievakuasi bila tampak perdarahan aktif, hentikan
perdarahan dan stabilkan pasien kemudian trasportasi pasien dan kirim
informasi kerumah sakit tujuan .

2. Gangguan Respirasi penting diperhatikan kalau ragu-ragu terhadap fungsi


respirasi dapat dilakukan intubasi sebelum transport

8
 Evacuation (melakukan trasportasi ketempat yang dibutuhkan dengan cepat dan
aman.
Evakuasi yang dilakukan petugas medis disini adalah bertugas membawa pasien
ke pelayanan terdekat seperti IGD, RS terdekat/tujuan setelah dilakukan triase
dan perawatan.
 Pada korban cedera pasien gawat darurat dibawa kerumah sakit type A dan B
 Pada korban cedera pasien darurat dibawa ke rumah sakit lapangan, puskesmas
dan rumah sakit tipe C
Chain Off Survival

Early Early Early Early


rescue life evacuatio definitive
support n care
c. Penanganan bencana korban sebagai pengungsi
 Penanganan segera perlu disiapkan :
- Shelter ( Tempat penampungan), Biasanya dalam bentuk tenda-tenda
- Transportasi untuk mengangkut korban ketempat pengungsian
- Komunikasi diperlukan untuk infor masi dari tempat pengungsian ketempat
pelayanan kesehatan untuk mendapatkan bantuan bila pengungsi ada yang
mengalami sakit.
- Sumber air bersih
- Sumber listrik
- Sanitasi lingkungan
 Penanganan kemudian
- Dapur umum ( kebutuhan makanan)
- Kesehatan / medic yaitu obat-obatan
- Kehidupan social ekonomi

9
10

Anda mungkin juga menyukai