(Disampaikan untuk memenuhi tugas mata kuliah “Keperawatan Gawat Darurat dan
Manajemen Bencana”)
Di Susun Oleh :
1. Irma Purnamasari 201601020
2. Suci Rahmayani 201701001
3. Sifa Aulia 201701002
4. Bella Nurkholifah R.P 201701008
5. Ajeng Handaru P 201701022
6. Andika Dwi Putra 201701026
7. Fidyah Arshidarafah 201701029
8. Yulia Ambarwati 201701031
9. Siti Khodijah 201701035
10. Febi Priandini 201701040
11. Ajeng Triani L 201701041
12. Sari Zulhiqmah 201701045
13. Ratna Sari 201701058
14. Fildzah Farhana 201701065
15. Mega Ayu L 201701070
16. Dheana Sheila 201701075
B. TUJUAN
Tujuan triase adalah untuk merawat pasien secara efisien ketika sumber daya
tidak mencukupi bagi semua untuk segera di obati. Istilah ini berasal dari kata kerja
trier Prancis, yang berarti memisahkan, menyaring atau memilih. Triase digunakan
untuk menentukan urutan dan prioritas perawatan darurat, urutan dan prioritas
transportasi darurat, atau tujuan transportasi untuk pasien. (Supriyanto, 2019)
Triase memiliki tujuan utama meminimaliasi kejadian cedera dan kegagalan
selama proses penyelamatan pasien. Perawat yang berhak melakukan triase adalah
perawat yang telah bersertifikasi pelatihan penanggulangan pasien gawat darurat
(PPGD) dan Basic Trauma Cardiac Life Support (BTCLS). Dengan kata lain, perawat
yang melakukan triase diutamakan yang memiliki kemampuan pengetahuan yang
memadai dan memiliki pengalaman. Hal ini dikarenakan selama dilapangan perawat
akan dihadapkan oleh banyak kasus yang menuntut kecakapan menggali informasi
secara cepat dan akurat. (Mardalena, 2016)
C. PRINSIP(Supriyanto, 2019)
1. Triase harus cepat dan tepat
Kemampuan untuk merespon secara cepat, terhadap keadaan yang mengancam
nyawa merupakan suatu yang sangat penting pada bagian dari kegawat daruratan.
2. Pemeriksaan harua adekuat dan akurat
Akurasi keyakinan dan ketangkasan merupakan suatu elemen penting pada proses
pengkajian.
3. Keputusan yang diambil berdasarkan pemeriksaan
Keamanan dan keefektifan perawatan pasien hanya dapat direncanakan jika ada
informasi yang adekuat dan data yang akurat.
4. Memberikan intervensi berdasarkan keakutan kondisi
Tanggungjawab utama dari perawat triase adalah untuk mengkaji dan memeriksa
secara akurat pasien, termasuk intervensi terapeutik, prosedur diagnostik dan
pemeriksaan pada tempat yang tepat untuk perawatan.
5. Kepuasan pasien tercapai
a. Perawat triase harus melakukan prinsip di atas untuk mencapai kepuasan
pasien.
b. Perawat triase menghindari penundaan perawatan yang mungkin akan
membahayakan kesehatan pasien atau pasien yang sedang kritis.
c. Perawat triase menyampaikan support kepada pasien, keluarga pasien, atau
teman.
D. LABEL TRIAGE
Label triase digunakan untuk menetukan prioritas layanan. Sistem triase medis
memilah-memilih pasien berdasarkan kondisi pasien saat masuk ke ruang perawatan
dan memberikan kode warna untuk pasien, mulai dari merah, kuning, hijau dan hitam
dengan memberikan warna pada tempat atau pasien. (Supriyanto, 2019)
1. Prioritas nol dengan label hitam
Kode label warna hitam diberikan kepada pasien yang setelah diperiksa
menunjukkan kemungkinan untuk hidup sangat kecil, luka sangat parah dan
biasanya juga tidak meunjukkan tanda-tanda kehidupan. Misalnya henti jantung,
trauma kepala berat dan kritis.
2. Prioritas pertama dengan label merah
Kode label merah diberikan pada penderita kondisi terancam jiwa atau fungsi vital
nya, mempunyai kesempatan hidup yang besar sehingga perlu tindakan resusitasi
dan tindakan bedah segara. Misalnya : sumbatan jalan nafas, syok hemoragic, luka
terpotong, luka bakar tingkat II.
3. Prioritas kedua pada label kuning
Kodel label warna kuning diberikan pada penderita yang potensial terancam
nyawanya atau fungsi vital apabila tidak segera ditangani dalam jangka waktu
singkat. Penanganan bersifat jangka terlambat. Misalnya : patah tulang besar, luka
bakar tingkat II, trauma thorax, trauma abdomen.
4. Prioritas ketiga dengan label hijau
Kode label warna hijau diberikan pada penderita dengan cedera minor yang tidak
membutuhkan stabilisasi segera. Penanganan nya dilakukan seperti biasa.
Misalnya : luka superfisial dan luka ringan.
E. SISTEM TRIASE
Dalam triase tidak ada standar nasional baku, namun ada dua sistem yang dikenal
yaitu : (Supriyanto, 2019)
1. METTAG (Triage Tagging System)
Sistem METTAG merupakan suatu pendekatan untuk mempriotisiasikan tindakan.
Dengan menggunakan label triase (warna label dipasien atau warna garis lantai).
Triage tag (labelling triase) adalah label prefabrikasi yang ditempatkan pada setiap
pasien yang berfungsi untuk mencapai beberapa tujuan.
a. Identifikasi pasien
b. Menanggung catatan temuan penilaian
c. Identifikasi prioritas kebutuhan pasien untuk perawatan medis dan transportasi
dari tempat darurat.
d. Lacak kemajuan pasien melalui proses triase
e. Mengidentifikasi bahaya tambahan seperti kontaminasi.
2. Sistim triase penuntun lapangan START (Simple Triage And Rapid
Transportation)
Penuntun lapangan START memungkinan secara cepat mengidentifikasi korban
yang dengan risiko besar akan kematian segera atau apakah tidak memerlukan
transport segera. Penuntun lapangan START dimulai dengan penilaian pasien 60
detik, meliputi pengamatan terhadap ventilasi, perfusi dan status mental. Hal ini
untuk memastikan kelompok korban :
a. Perlu transport segera atau tidak,
b. Tidak mungkin diselamatkan,
c. Mati.
Menurut Stein, L (2008) Sistem START tidak harus dilakukan oleh penyedia
layanan kesehatan yang sangat terampil. Bahkan, dapat dilakukan oleh penyedia
dengan tingkat pertolongan pertama pelatihan. Tujuannya adalah untuk dengan
cepat mengidentifikasi individu yang membutuhkan perawatan. Waktu yang
dibutuhkan untuk triase setiap korban kurang dari 60 detik. START membagi
korban menjadi 4 kelompok dan masing-masing memberikan mengelompokkan
warna. START triase memiliki tag empat warna untuk mengidentifikasi status
korban.
TRIAGE START
A. Definisi
Metode ini dipergunakan dalam situasi dimana terdapat jumlah korban yang cukup
banyak, tetapi jumlah penolong masih mencukupi walaupun untuk itu harus ada kerja
ekstra. Salah satu metode yang paling sederhana dan umum digunakan adalah metode
START (Simple Triage andn Rapid Treatment). Metode ini membagi penderita
menjadi 4 kategori:
1. Prioritas I – Merah: Merupakan prioritas utama, diberikan kepada para penderita
yang kritis keadaannya seperti gangguan jalan napas, gangguan pernapasan,
perdarahan berat atau perdarahan tak terkontrol, penurunan status mental.
2. Prioritas II – Kuning: Merupakan prioritas berikutnya diberikan kepada para
penderita yang emngalami keadaan seperti luka bakar tanpa gangguan saluran
napas atau kerusakan alat gerak, patah tulang tertutup yang tidak dapat berjalan,
cedera punggung.
3. Priortas III – Hijau : merupakan kelompok yang paling akhir prioritasnya dikenal
juga sebagai “walking wounded” atau orang cedera yang dapat berjalan sendiri.
4. Prioritas 0 – Hitam : diberikan kepada mereka yang meninggal atau mengalami
cedera yang mematikan.
Mardalena, I. (2016). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.