Anda di halaman 1dari 4

Penilaian Sistematis Sebelum,Saat Bencana Tanah Longsor Pada Korban,

Survivor, Populasi Rentan dan Berbasis Komunitas Dengan Penyakit


kronis

Oleh :
ANNISA HAFIZHAH TAJUDDIN
S18B
S18060

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2021/2022
Penilaian Sistematis Sebelum, Saat, dan setelah Bencana pada Korban, Survivor, Populasi
Rentan dan Berbasis Komunitas
1. Pengertian Penilaian Sistematis
Menurut Eko Putro Widoyoko, 2012: 3, Penilaian ialah sebagai kegiatan
menafsirkan data hasil pengukuran berdasarkan kriteria dan aturan-aturan tertentu.
Penilaian memberikan informasi lebih konprehensif dan lengkap dari pada
pengukuran, karena tidak hanya mengunakan instrument tes saja, melainkan
mengunakan tekhnik non tes lainya. Penilaian merupakan kegiatan mengambil
keputusan dalam menentukan sesuatu berdasarkan kriteria baik dan buruk serta
bersifat kualitatif
Sistematis adalah bentuk usaha menguraikan serta merumuskan sesuatu hal
dalam konteks hubungan yang logis serta teratur sehingga membentuk system
secara menyeluruh, utuh dan terpadu yang mampu menjelaskan berbagai rangkaian
sebab akibat yang terkait suatu objek tertentu.(Abdulkadir Muhammad : 2004)
Jadi penilaian sistematis adalah kegiatan dan proses pengumpulan data data
dan informasi yang bersifat kualitatif yang disusun secara berurutan, utuh dan
terpadu untuk menjelaskan berbagai rangkaian sebab akibat terkait suatu objek
tertentu. Penialain sistematis pada bencana ialah kegiatan mengumpulkan data dan
informasi yang berkaitan dengan bencana yang termasuk didalamnya bentuk
bencana, lokasi, dampak, korban, dan usaha dalam menghadapi bencana sebelum,
saat dan setelah terjadinya bencana. Penilaian sistematis ini disusun untuk
memberikan gambaran mengenai resiko dan dampak yang akan dialami jika terjadi
bencana.
2. Penilaian saat bencana
Tahapan paling krusial dalam sistem manajemen bencana adalah saat bencana
sesungguhnya terjadi. Mungkin telah melalui proses peringatan dini, maupun tanpa
peringatan atau terjadi secara tiba-tba. Oleh karena itu diperlukan langkah-langkah
seperti tanggap darurat untuk dapat mengatasi dampak bencana dengan cepat dan
tepat agar jumlah korban atau kerugian dapat diminimalkan. Tanggap darurat
bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat
kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi
kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan
dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan sarana
prasarana. Tindakan ini dilakukan oleh Tim penanggulangan bencana yang dibentuk
dimasing-masing daerah atau organisasi.
Menurut PP No. 11, langkah-langkah yang dilakukan dalam kondisi tanggap
darurat antara lain:
a) Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan sumberdaya,
sehingga dapat diketahui dan diperkirakan magnitude bencana, luas area yang
terkena dan perkiraan tingkat kerusakannya.
b) Penentuan status keadaan darurat bencana.
c) Berdasarkan penilaian awal dapat diperkirakan tingkat bencana sehingga dapat
pula ditentukan status keadaan darurat.
Jika tingkat bencana terlalu besar dan berdampak luas, mungkin bencana
tersebut dapat digolongkan sebagai bencana nasional. Penilaian korban Penilaian
awal korban cedera kritis akibat cedera multipel merupakan tugas yang menantang,
dan tiap menit bisa berarti hidup atau mati. Sistem Pelayanan Tanggap Darurat
ditujukan untuk mencegah kematian dini (early) karena trauma yang bisa terjadi
dalam beberapa menit hingga beberapa jam sejak cedera (kematian segera karena
trauma, immediate, terjadi saat trauma. Perawatan kritis, intensif, ditujukan untuk
menghambat kematian kemudian, late, karena trauma yang terjadi dalam beberapa
hari hingga beberapa minggu setelah trauma). Penilaian awal mencakup protokol
persiapan, triase, survei primer, resusitasi-stabilisasi, survei sekunder dan tindakan
definitif atau transfer ke RS sesuai. Diagnostik absolut tidak dibutuhkan untuk
menindak keadaan klinis kritis yang diketahui pada awal proses. Triase adalah
proses khusus memilah pasien berdasar beratnya cedera atau penyakit
(berdasarkan yang paling mungkin akan mengalami perburukan klinis segera) untuk
menentukan prioritas perawatan gawat darurat medik serta prioritas transportasi
(berdasarkan ketersediaan sarana untuk tindakan). Artinya memilih berdasar
prioritas atau penyebab ancaman hidup. Tindakan ini berdasarkan prioritas ABCDE
yang merupakan proses yang sinambung sepanjang pengelolaan gawat darurat
medik. Proses triase inisial harus dilakukan oleh petugas pertama yang tiba / berada
ditempat dan tindakan ini harus dinilai ulang terus menerus karena status triase
pasien dapat berubah. Bila kondisi memburuk atau membaik, lakukan retriase. Saat
ini tidak ada standard nasional baku untuk triase. Metode triase yang dianjurkan bisa
secara METTAG (Triage tagging system) atau sistim triase Penuntun Lapangan
START (Simple Triage And Rapid Transportation).
Terbatasnya tenaga dan sarana transportasi saat bencana mengakibatkan
kombinasi keduanya lebih layak digunakan.
a) Tag Triase Tag (label berwarna dengan form data pasien) yang dipakai oleh
petugas triase untuk mengindentifikasi dan mencatat kondisi dan tindakan medik
terhadap korban.
Triase dan pengelompokan berdasar Tagging ; Prioritas Nol (Hitam) : Pasien
mati atau cedera fatal yang jelas dan tidak mungkin diresusitasi. Prioritas
Pertama (Merah) : Pasien cedera berat yang memerlukan penilaian cepat serta
tindakan medik dan transport segera untuk tetap hidup (misal : gagal nafas,
cedera torako-abdominal, cedera kepala atau maksilo-fasial berat, shok atau
perdarahan berat, luka bakar berat), Prioritas Kedua (Kuning) : Pasien
memerlukan bantuan, namun dengan cedera yang kurang berat dan dipastikan
tidak akan mengalami ancaman jiwa dalam waktu dekat. Pasien mungkin
mengalami cedera dalam jenis cakupan yang luas (misal : cedera abdomen
tanpa shok, cedera dada tanpa gangguan respirasi, fraktura mayor tanpa shok,
cedera kepala atau tulang belakang leher tidak berat, serta luka bakar ringan),
Prioritas Ketiga (Hijau) : Pasien degan cedera minor yang tidak membutuhkan
stabilisasi segera, memerlukan bantuan pertama sederhana namun memerlukan
penilaian ulang berkala (cedera jaringan lunak, fraktura dan dislokasi
ekstremitas, cedera maksilofasial tanpa gangguan jalan nafas, serta gawat
darurat psikologis), Sebagian protokol yang kurang praktis membedakakan
prioritas 0 sebagai Prioritas Keempat (Biru) yaitu kelompok korban dengan
cedera atau penyaki kritis dan berpotensi fatal yang berarti tidak memerlukan
tindakan dan transportasi, dan Prioritas Kelima (Putih) yaitu kelompok yang
sudah pasti tewas. Bila pada Retriase ditemukan perubahan kelas, ganti tag /
label yang sesuai dan pindahkan kekelompok sesuai.
b) Triase Sistem Penuntun Lapangan START Berupa penilaian pasien 60 detik
dengan mengamati ventilasi, perfusi, dan status mental (RPM : R= status Respirasi ;
P = status Perfusi ; M = status Mental) untuk memastikan kelompok korban
(lazimnya juga dengan tagging) yang memerlukan transport segera atau tidak, atau
yang tidak mungkin diselamatkan atau mati. Ini memungkinkan penolong secara
cepat mengidentifikasikan korban yang dengan risiko besar akan kematian segera
atau apakah tidak memerlukan transport segera. Resusitasi diambulans
c) Triase Sistem Kombinasi METTAG dan START. Sistim METTAG atau sistim
tagging dengan kode warna yang sejenis bisa digunakan sebagai bagian dari
Penuntun Lapangan START. Resusitasi di ambulans atau di Area Tindakan Utama
sesuai keadaan Penilaian di tempat dan prioritas TRIASE ditentukan oleh jumlah
korban dan parahnya cedera. Bila jumlah korban serta parahnya cedera tidak
melebihi kemampuan pusat pelayanan, pasien dengan masalah mengancam jiwa
dan cedera sistem berganda ditindak lebih dulu. Bila jumlah korban serta parahnya
cedera melebihi kemampuan.
REFERENSI

Abdulkadir Muhammad : 2004 Penilaian Sistematis Terahadap Bencana

BNPB (2010). Peraturan kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor


02 tahun 2010 Tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana

Eko Putro Widoyoko, 2012: 3 Penilaian Sistematis Sebelum, Saat dan Setalah
Bencana

Ruswandi. D (2014). Indeks Risiko Bencana Indonesia Tahun 2013. Direktorat


Pengurangan Risiko Bencana Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan
RI
UNDP (2010). Disaster Risk Assessment. www.undp.org
https://id.scribd.com/document/426239577/penilaian-sistematis-sebelum-saat-dan-
setelah-bencana-dan-surveilens-bencana

Anda mungkin juga menyukai