Anda di halaman 1dari 36

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Menopause

2.1.1. Pengertian Menopause

Menopause adalah istilah dari bahasa Yunani yang diambil dari kata

menos, yang berarti “bulan” dan pause yang berarti “berhenti”, secara

keseluruhan dapat diartikan sebagai berhentinya siklus datang bulan. Dalam

pengertian sehari-hari, kata menopause lebih merujuk pada proses daripada

momen khusus dalam siklus menstruasi. Secara medis menopause mengacu

pada satu momen khusus yaitu tanggal menstruasi terakhir (Rosenthal, 2009).

Menurut World Health Organization (WHO) menopause di artikan

sebagai tidak mengalami menstruasi selama 12 bulan berturut-turut yang

diakibatkan ovarium secara progresif telah gagal dalam memproduksi hormon

estrogen, folikel dalam ovarium menagalami penurunan aktivitas yang dapat

menyebabkan menstruasi berhenti sehingga wanita tidak mengalami

menstruasi selamanya.

Menopause merupakan berakhirnya masa subur atau masa reproduksi

wanita dan dapat diartikan sebagai masa berakhirnya seorang wanita

mendapatkan menstruasi bulannya. Menurut ilmu kedokteran seseorang

dikatakan menopause apabila tidak mendapatkan perdarahan selama 12 bulan

(Krishna, 2015). Menopause merupakan hal yang normal terjadi pada wanita,

menstruasi berhenti karena secara fisologis ovarium tidak lagi memberikan

respon terhadap sinyal hormon di dalam tubuh (Hermanto, 2006).

13
14

2.1.2. Penyebab Menopause

Siklus menstruasi dikontrol dua hormon yang di produksi di kelenjar

hipofisis yang ada di otak (FSH dan LH) dan dua hormon yang dihasilkan

oleh ovarium (estrogen dan progesterone). Saat menjelang menopause FSH

dan LH akan terus diproduksi oleh kelenjar hipofisis secara normal. Tetapi,

karena ovarium semakin tua tidak dapat merespons FSH dan LH

sebagaimana yang seharusnya, sehingga menyebabkan estrogen dan

progesterone yang di produksi semakin berkurang. Menopause terjadi ketika

kedua ovarium tidak dapat menghasilkan hormon estrogen dan progesterone

dalam jumlah yang cukup untuk bisa mempertahankan siklus menstruasi

(Brown, P & Spencer, R. F, 2007).

2.1.3. Batasan Usia Menopause

Usia menopause setiap wanita bervariasi, dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor seperti faktor keturunan, apabila ibu kandung mengalami

menopause di usia 40 tahun kemungkinan si anak juga akan mengalami

menopause di usia tersebut (Mulyani, 2013). Menopause adalah berhentinya

menstruasi secara alami yang terjadi pada wanita antara 45-55 tahun

(Chaturvedi, 2016). Pendapat lain mengatakan, usia menopause biasanya

berkisar antara 45-55 tahun. Menopause yang terjadi sebelum usia 40 tahun

disebut menopause premature, sedangkan menopause yang terjadi pada usia

45 tahun disebut menopause dini (Krishna, 2013).


15

2.1.4. Jenis-Jenis Menopause

Menopause pada wanita terbagi menjadi 2 jenis, diantaranya :

a. Menopause Premature

Menopause premature terjadi pada usia dibawah 40 tahun ditandai dengan

terjadinya penghentian masa menstruasi sebelum tepat pada waktunya,

disertai dengan tanda hot flushes serta peningkatan kadar hormon

gonadotropin.

b. Menopause Normal

Menopause yang alami dan umumnya terjadi pada usia diakhir 40 tahun atau

diawal 50 tahun.

c. Menopause Terlambat

Usia menopause pada umumnya adalah 52 tahun. Seorang wanita yang masih

memiliki siklus menstruasi pada usia 52 tahun diakibatkan karena adanya

faktor konstitusional, fibromioma uteri dan tumor ovarium yang

menghasilkan estrogen. Wanita dengan karsinoma endometrium sering

disebut dengan menopause terlambat (Mulyani, 2013).

2.1.5. Tanda dan Gejala Masa Menopause

Secara medis, masa menopause di tandai dengan menurunnya kadar

estrogen yang mengakibatkan jadwal menstruasi menjadi kacau, semburan

rasa panas, dan rasa kering pada vagina. Tanda dan gejala lain dapat

diakibatkan karena meningkatnya kadar follicle stimulating hormon (FSH,

hormon perangsang folikel) sehingga terjadi perubahan pada emosional

seperti mudah tersinggung, rasa sedih, dan suasana hati berubah-ubah


16

(Rosenthal, 2009). Menurut Brown mengidentifikasikan tanda dan gejala

menopause dalam 3 gejala yaitu, gejala fisik, psikologis, dan seksual. Gejala

fisiknya seperti hot flushes/rasa panas (pada wajah, leher, dan dada yang

berlangsung selama beberapa menit; merasakan pusing, lemah, sakit),

berkeringat di malam hari, berdebar-debar (detak jantung

meningkat/mengencang), susah tidur, keinginan buang air kecil menjadi lebih

sering, tidak nyaman ketika buang air kecil, ketidakmampuan untuk

mengendalikan buang air kecil (inkontinensia). Gejala psikologis yang

dirasakan seperti mudah tersinggung, depresi, cemas, suasana hati (mood) yang

tidak menentu, sering lupa, susah berkonsentrasi. Sedangkan gejala seksual

yang dirasakan dapat berupa kekeringan vagina mengakibatkan rasa tidak

nyaman selama berhubungan seksual, dan menurunnya libido (Brown P,

2007). Depresi atau stres menjadi salah satu tanda dan gejala yang sering

terjadi pada wanita menopause. Hal ini terkait dengan adanya penurunan

kadar hormon estrogen yang berpengaruh terhadap neurotransmiter dalam

otak sehingga menimbulkan perasaan cemas yang merupakan penyebab

terjadinya depresi atau stres (Mulyani, 2013).

2.1.6. Faktor yang Mempengaruhi Menopause

Adapun faktor yang mempengaruhi menopause menurut Mulyani

(2013) sebagai berikut :

a. Faktor Psikis

Keadaan psikis sangat mempengaruhi terjadinya menopause pada wanita,

keadaan wanita yang tidak menikah dan bekerja akan mempengaruhi

perkembangan psikis. Menurut beberapa penelitian, mereka akan mengalami


17

waktu menopause yang lebih mudah atau cepat di bandingkan yang menikah

dan tidak bekerja atau bekerja dan tidak menikah.

b. Cemas

Seorang perempuan lebih cenderung mengalami kecemasan dalam hidupnya,

maka bisa di perkirakan bahwa dirinya akan mengalami menopause lebih dini.

Sebaliknya, apabila seorang wanita yang lebih santai dan rileks dalam

menjalani hidup biasanya masa-masa menopausenya akan lebih lambat.

c. Usia pada saat pertama haid (menarche)

Wanita yang mendapatkan menstruasi pada usia 16 atau 17 tahun akan

mengalami menopause lebih dini, sedangkan wanita yang menstruasi lebih

dini seringkali akan mengalami menopause sampai pada usia mencapai 50

tahun.

d. Usia Melahirkan

Menurut penelitian Beth Israel Deaconess Medcal Center in Boston, ketika

seorang wanita yang masih melahirkan diatas usia 40 tahun akan mengalami

usia menopause yang lebih tua atau lama. Hal ini disebabkan karena

kehamilan dan persalinan akan memperlambat sistem kerja organ reproduksi

bahkan memperlambat sistem penuaan tubuh.

e. Merokok

Menurut beberapa studi yang pernah dilakukan, wanita perokok akan

mengalami masa menopause pada usia yang lebih muda yaitu 43 hingga 50

tahun. Merokok akan mempengaruhi cara tubuh dalam memproduksi atau

membuang hormon estrogen. Penelitian meyakini bahwa komponen tertentu

dari rokok berpotensi membunuh sel telur.


18

f. Pemakaian Kontrasepsi

Pada wanita yang menggunakan alat kontrasepsi hormonal akan lebih lama

atau tua memasuki masa menopause.

g. Sosial Ekonomi

Keadaan sosial ekonomi mempengaruhi faktor fisik, kesehatan, dan

pendidikan. Apabila faktor tersebut baik, akan mengurangi beban fisiologis

dan psikologis.

h. Budaya dan Lingkungan

Pengaruh budaya dan lingkungan dibuktikan sangat mempengaruhi

perempuan untuk dapat atau tidak bisa menyesuaikan diri dengan fase

klimakterium.

i. Diabetes

Diabetes merupakan salah satu penyakit autoimun yang dapat menyebabkan

menopause dini. Pada penyakit autoimun, antibodi yang terbentuk akan

menyerang FSH.

j. Status Gizi

Konsumsi makanan yang sembarangan ataupun pola hidup yang tidak sehat

akan mempengaruhi menopause lebih awal.

k. Stres

Stres merupakan salah satu faktor yang menentukan kapan wanita akan

mengalami menopause. jika sering merasa stres maka cenderung akan lebih

cepat mengalami menopause.


19

2.1.7. Perubahan Pada Saat Menopause

A. Perubahan Organ Reproduksi

Saat berhentinya menstruasi mengakibatkan berbagai organ

reproduksi akan mengalami perubahan karena sel telur tidak lagi di

produksi, sehingga berpengaruh terhadap komposisi hormon dalam organ

reproduksi. Adapun perubahan organ reproduksi pada wanita, antara lain :

1) Tuba Fallopi

Saluran tuba mengalami penipisan dan mengkerut, lipatan tuba menjadi lebih

pendek, endosalpingo menipis mendatar dan silia menghilang

2) Uterus (Rahim)

Uterus mengecil disebabkan karena atrofi endometrium juga disebabkan

hilangnya cairan dan perubahan bentuk jaringan ikat interstisal.

3) Vagina

Terjadinya atrofi pada epitel vagina hingga hanya tinggal lapisan sel basal,

vagina menjadi kering, dan hal ini yang menyebabkan rasa sakit ketika

berhubungan seksual.

4) Serviks

Serviks (mulut rahim) mengkerut terselubung dinding vagina, saluran

memendek dan menyempit.

5) Dasar Panggul

Kekuatan serta elastisitas dasar panggul berkurang karena atrofi dan lemahnya

daya sokong.
20

6) Perenium dan Anus

Lemak subcutan menghilang, atrofi, dan otot sekitarnya menghilang sehingga

menyebabkan tonus spinkter melemah dan menghilang.

7) Kelenjar Payudara

Puting susu mengecil, kurang erektil, pigmentasi berkurang, sehingga

payudara menjadi mengendor dan mendatar. Disaat wanita memasuki

menopause, turunnya kadar esterogen ini akan menyebabkan bentuk

payudara yang kurang menarik lagi.

8) Kandung Kencing

Aktivitas kendali spinkter dandestrussor menghilang sehingga menyebabkan

sering kencing tanpa disadari (Mulyani,2013).

B. Perubahan Hormon

Hormon berperan dalam mengendalikan pertumbuhan,

perkembangan ciri-ciri seksual dan penyimpanan energi serta

mengendalikan volume cairan, kadar air, dan gula dalam darah. Hormon

mempunyai peranan penting bagi kesehatan tubuh terutama pada laki-laki

dan perempuan. Laki-laki yang kekurangan hormon testoteron dapat

berakibat terjadinya disfungsi ereksi, sedangkan pada wanita ketika ada

peningkatan sinyal hormon dari pituitari ke ovarium membantu dalam

produksi hormon progesterone dan estrogen yang dapat meningkatkan

terjadinya kehamilan, premenstrual syndrome (PMS) perimenopause

syndrome, siklus menstruasi yang kadang tidak teratur, dan lain sebagainya.

Kadar hormon akan berkurang seiring dengan pertambahan usia.


21

Hormon estrogen terdiri dari tiga jenis yaitu estradiol, estron, dan

estriol. Estradiol, estron, dan estriol memiliki fungsi yang sama yaitu

menjaga kesehatan jantung, tulang, kehalusan kulit, serta kelembapan

vagina. Pada masa remaja, ketika sudah mengalami menstruasi dan

ovarium sudah aktif, produksi estradiol menjadi meningkat dua belas kali

lebih tinggi dibandingkan ketika masa kanak-kanak. Setelah wanita

mendekati masa menopause produksi estradiol mulai menurun dan pada

masa menopause akan berhenti.

Selain itu, kadar hormon tiroid berpengaruh pada kadar hormon

estrogen dalam tubuh. Wanita yang memiliki kadar hormon tiroid terlalu

banyak maka metabolisme estrogen akan semakin cepat sehingga

terjadinya penurunan estrogen bebas dalam sirkulasi darah. Sebaliknya jika

seorang wanita memiliki kadar hormon tiroid yang rendah, kadar estrogen

dalam darah akan meningkat. Terlalu tinggi atau terlalu rendah kadar

hormon tiroid dapat berpengaruh pada penurunan tingkat ovulasi.

Keluhan yang dapat dialami ketika masa menopause dapat diakibatkan

oleh abnormal produksi hormon tiroid.

Perubahan hormon pada menopause tidak hanya hormon estrogen,

tetapi ada perubahan pada hormon progesteron namun hormon ini tidak

mempengaruhi langsung pada perubahan wanita. Produksi hormon

estrogen yang mengalami penurunan akan mengakibatkan terjadinya

perubahan pada menstruasi menjadi jarang, sedikit, bahkan siklusnya

menjadi terganggu. Produksi hormon estrogen yang menurun akan


22

mempengaruhi langsung pada kondisi fisik tubuh maupun organ

reproduksi wanita.

C. Perubahan Fisik

1) Berat Badan Bertambah

Sebagian besar wanita mengalami pertambahan berat badan, hal ini di duga

ada hubungannya dengan gangguan pertukaran zat dasar metabolik lemak dan

turunnya kadar hormon estrogen dalam darah menyebabkan lemak yang biasa

digunakan untuk membentuk pantat dan paha menjadi berkurang dan hilang.

Akibatnya lemak akan menumpuk di perut dan pinggul.

2) Perut Kembung

Wanita biasanya mengalami perut kembung sebelum periode menstruasi

disebabkan karena retensi gas dan cairan, dapat juga disebabkan oleh terapi

hormon pengganti atau yang disebut terapu sulih hormon.

3) Mudah Lelah

Kondisi ini disebabkan karena berat badan yang berlebih atau karena

menopause itu sendiri. Lemas, pegal-pegal pada otot persendian, dan

kelelahan yang terjadi setelah makan merupakan kondisi terkait dengan

fluktasi hormon.

4) Insomnia dan Gangguan Tidur

Gejala menopause dapat menyebabkan stres pada tubuh, sehingga dapat

menyebabkan insomnia maupun gangguan tidur.

5) Kerontokan Rambut

Kondisi ini tidak hanya dialami oleh laki-laki karena pengaruh usia dan stres

tetapi juga dapat terjadi pada perempuan menopause.


23

6) Pusing

Kondisi ini bisa terjadi dari tekanan darah rendah, fluktuasi kadar gula darah,

dan hipoglikemia yang semuanya merupakan gejala menopause.

7) Denyut Jantung Tidak Teratur

Kondisi ini terjadi sebelum atau selama masa menopause yang disebabkan

karena penurunan hormon sehingga mempengaruhi sistem kardiovaskuler.

8) Inkontinensia Urin

Masalah dalam mengontrol kandung kemih bisa terjadi selama menopause.

Kadar hormon estrogen yang rendah menyebabkan penipisan jaringan

kandung kemih dan saluran kemih yang berakibat penurunan kontrol dari

kandung kemih atau mudah terjadinya kebocoran air seni akibat lemahnya

otot di sekitar kandun kemih.

9) Perubahan Kulit

Perubahan kulit saat menopause dipengaruhi oleh hormon estrogen yang

berperan dalam menjaga elastisitas kulit. Ketika menstruasi berhenti maka

kulit akan terasa lebih tipis, kurang elastis terutama pada sekitar wajah, leher

dan lengan kulit.

10) Alergi

Pada kondisi menopause tingkat sensitivitas akan meningkat sampai pasca

menopause. Biasanya ditandai kulit yang gatal, merah-merah, ataupun

berawarna biru.

11) Osteoporosis

Kondisi ini merupakan salah satu dampak yang paling merusak dari

menopause, tulang yang lemah atau rapuh lebih beresiko untuk mengalami

patah tulang kecil (small bonefractures) (Mulyani, 2013).


24

D. Perubahan Emosi

1) Perubahan Mood

Perubahan mood atau yang disebut mood swing merupakan suatu kondisi yang

umum terjadi pada wanita menopause seperti mudah marah, cemas, tidak

sabaran, dan depresi.

2) Munculnya Kecemasan

Kondisi ini dapat terjadi pada wanita menopause. Kecemasan merupakan

respon alamiah terhadap suatu hal yang akan atau sudah dihadapi seperti

khawatir, detak jantung yang cepat, berkeringat, tremor otot, mual,

ketegangan, dan ketakutan yang tidak beralasan

3) Kehilangan Kesenangan

Sebagian wanita mulai kehilangan kesenangannya ketika melakukan kegiatan

yang disukai. Kondisi ini seringkali memulai siklus kemarahan dan depresi.

4) Stres

Kondisi ini disebabkan karena penurunan kadar hormon estrogen sehingga

menyebabkan turunnya neurotransmiter di dalam otak yang akan

mempengaruhi suasana hati seseorang.

5) Gangguan Panik

Gangguan panik (panic disorder) dapat menyebabkan ketakutan yang intens,

berkeringat, menangis, detak jantung yang semakin cepat, serta perasaan sedih

yang mendalam.

6) Gangguan atau Penyimpangan Memori

Kondisi ini terjadi karena ketidakseimbangan hormon dalam tubuh dapat

terjadi baik jangka pendek (short term memory) maupun jangka panjang

(long term memory).


25

Tidak semua wanita mengalami perubahan emosi ketika menghadapi

menopause adapula wanita yang merasa tidak ada perubahan psikis yang

dialaminya. Bagi wanita yang menganggap dan menilai bahwa menopause itu

hal yang menakutkan maka perubahan emosi yang menjurus pada arah negatif

sulit untuk dihindari dan akan membuat dirinya merasa menderita. Semua

tergantung penilaian setiap individu terhadap menopause (Mulyani, 2013).

2.2. Konsep Stres

2.2.1. Pengertian Stres

Stres adalah bagian dari kehidupan, semua orang akan merasakan stres

dari waktu ke waktu. Hal ini merupakan reaksi sederhana yang mengganggu

stimulus dalam keseimbangan fisik dan mental (Vikhe, 2015). Stres merupakan

suatu reaksi adaptif yang bersifat individual dipengaruhi oleh tingkat

kematangan berpikir, tingkat pendidikan, dan kemampuan adaptasi seseorang

terhadap lingkungannya (Hartono, 2007).

Stres adalah salah satu kondisi psikis yang dapat diderita oleh semua

orang.Stres terjadi ketika seseorang dihadapkan dengan peristiwa yang mereka

rasakan sebagai mengancam kesehatan fisik dan psikologis.Peristiwa tersebut

lazim disebut dengan stresor, sementara reaksi terhadap peristiwa tersebut

dinamakan respon stres (Mahadian, 2016). Seperti yang dikatakan oleh salah

seorang ilmuwan “stress” disamping menjadi stress dan hasil dari stress itu sendiri,

stress juga merupakan penyebab stress itu sendiri.


26

2.2.2. Proses Terjadinya Stres Secara Fisiologis

Stressor Psikososial Sususanan syaraf pusat (otak


sistem limbic, sistem transimis
syaraf/neurotransmitter

Kelenjar endoktrin (sistem hormonal,


kekebalan/imunitas

Cemas Stres Depresi

Proses Komunikasi terjadinya stress secara fisiologis (Dalami Ermawati, 2010)


27

2.2.3. Mekanisme stress-adaptasi fisiologis

Tanda peringatan pertama dari rasa takut, marah, frustasi, trauma, atau

penyakit pada tubuh diterima oleh saraf sensoris seperti mata, telinga, lidah, dan kulit

yang terletak dibagian luar tubuh. Tanda peringatan ini diteruskan oleh saraf ke

hipotalamus dan korteks serebral. Hipotalamus berfungsi mengontrol pengaturan

suhu tubuh, keseimbangan cairan dan sekresi hormon yang sangat penting dalam

memelihara homeostatis tubuh. Korteks serebral terlibat dalam fungsi untuk

meningkatkan kesadaran seseorang terhadap stres yang dihadapi dan akan segera

bereaksi untuk mengatasi stres.

Kedua pusat dalam otak terlibat terhadap reaksi adaptasi terhadap stres baik

secara psikologis maupun psiologis. Kombinasi kedua reaksi ini suatu usaha tubuh

untuk melindungi diri terhadap stres dengan cara mengeluarkan tenaga cadangan

yang diperlukan dalam beradaptasi. Dalam tahap ini, semua sistem organ dalam

keadaan siaga dan siap untuk bertempur atau melarikan diri dari stres. Jantung

bekerja lebih keras untuk meningkatkan curah jantung dan mengatur kadar oksigen

serta gizi yang diperlukan untuk pengeluaran energi. Detak jantung bertambah cepat

agar dapat meningkatkan kontraksi untuk membantu kerja peredaran darah. Otot-

otot berkontraksi sehingga kaki, tangan dan punggung siap untuk bertindak jika perlu

melindungi tubuh terhadap ancaman. Produksi keringat meningkat, sebagai hasil

peningkatkan suhu tubuh yang dikeluarkan melalui mulut.

Hipotalamus merangsang sistem endokrin yang mengontrol kerja kelenjar

hipofisis. Reaksi ini menyebabkan peningkatan produksi hormon yang

mempengaruhi sebagian besar organ tubuh. Lobus posterior dari hipofisis

mengeluarkan ADH (antidiuretic hormone) yang dibawa melalui aliran darah ke


28

ginjal, yang merangsang ginjal menahan pengeluaran urin. Dengan cara ini volume

darah meningkat untuk membantu sirkulasi oksigen dan zat-zat makanan lain untuk

menghasilkan energi. Lobus anterior hipofisis menghasilkan beberapa macam

hormon, salah satunya hormon tiroksin yang merangsang tiroid untuk meningkatkan

metabolisme tubuh supaya lebih banyak memproduksi energi yang langsung dapat di

pakai. Hormon lain adalah genotropin yang dapat merangsang pankreas

memproduksi glukogen yang merangsang hepar, otot, jaringan lemak untuk

mengeluarkan energi yang tersimpan disana. Dengan cara ini memungkinkan

produksi energi yang lebih banyak dipergunakan selama stres.

Jika seseorang dapat mengatasi respon stres secara cepat hal ini tidak akan

berpengaruh terhadap fungsi tubuhnya , berbeda dengan seseorang yang gagal dalam

mengatasi stres akan mengakibatkan persediaan tenaga dalam tubuh akan habis

hingga terjadi perubahan fisiologis dalam jangka waktu lama akan terjadi kerusakan

yang menetap dalam tubuh (Dalami, 2010).

Selain proses tersebut menurut Roizen, 2009 menjelaskan bahwa secara

spesifik stres terjadi melalui interaksi antara sistem saraf dan hormon-hormon stres.

Hormon stres hypothalamic-pituitary-adrenal (HPA) axis berputar dalam suatu siklus

bolak-balik. Saat dihadapkan pada sebagian besar penyebab stres , hipotalamus yang

bentuknya seperti kerucut dan terletak dibagian dasar otak akan melepaskan CRH

(corticotrophine-releasing hormone) yang menstimulasi kelenjar ptuitari untuk melepaskan

hormon lain yang disebut ACTH (adrenocorticotropic hormone) ke sirkulasi darah.

ACTH memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepaskan kortisol

untuk mempermudah produksi dan pelepasan norofinefrin (disebut juga adrenalin,

senyawa kimia yang memberikan respon stres akut saat menghadapi kejadian.
29

Adrenalin dapat meningkatkan tekanan darah dan kecepatan denyut jantung. Kortisol

berfungsi melepaskan gula dalam bentuk glukosa yang berperan sebagai bahan bakar

bagi otot dan pikiran. Sebagai akhir dari rangkaian reaksi tersebut, kortisol kembali

menuju hipotalamus untuk menghentikan produksi CRH sehingga stres berakhir,

hormon-hormon dibebaskan, dan kondisi tubuh kembali normal. Namun ini hanya

terjadi jika stres benar-benar telah berakhir.

Hormon stres selain berperan dalam membantu mengatasi penyebab stres

juga dapat bekerja di berbagai belahan otak untuk mempengaruhi segala sesuatu

mulai dari suasana hati, rasa takut, daya ingat dan rasa lapar. Hormon stres

berinteraksi dengan sistem hormon untuk mengendalikan reproduksi, metabolisme,

dan imunitas. Hypothalamic-pituitary-adrenal (HPA) axis dapat menyentuh segala sesuatu

yang ditemuinya, tidak masalah jika hanya sedikit yang membebani sistem hormon,

namun berbahaya jika terlalu membebani sistem hormon sehingga berbahaya dan

menyebabkan gangguan kesehatan (Roizen, 2009).

2.2.3. Stres sebagai respon biologis

Hans Sele pada tahun 1956 telah mempublikasikan hasil penelitiannya

mengenai respon psikologis dalam suatu sistem biologi terhadap perubahan yang

tidak diinginkan. Menurut Hans Sele stres merupakan keadaan yang dimanefastikan

oleh sindrom khusus yang terdiri dari semua perubahan yang penyebabnya tidak

spesifik dalam sistem biologi. Sindrom ini dikenal sebagai “fight or flight syndrome”.

Pada tahun 1936, Sele merumuskan stres sebagai General Adaptation Syndrome

(GAS) atau sindrom penyesuain umum.Selye membagi reaksi umum tubuh terhadap

stres dalam tiga tahap yaitu reaksi waspada, reaksi melawan, dan reaksi kelelahan

(Dalami, 2010).
30

2.2.4. Penyebab Stres

Stres berasal dari empat sumber yang dikenal sebagai penyebab stres

diantaranya adalah :

a. Stres Situasional

Stres ini berasal dari situasi, lingkungan, dan budaya kontemporer.Penyebab

stres ini mencakup situasi yang tidak diketahui dan tidak terduga, adanya

suatu perubahan, kegaduhan, pemberitaan media yang menekan, kondisi

rumah yang buruk, dan beban kerja yang buruk.

b. Peristiwa Besar Dalam Hidup

Stres ini berasal dari suatu kejadian yang berdampak nyata terhadap cara

hidup dan emosi seperti peristiwa pernikahan, perceraian, kehilangan anggota

keluarga, kelahiran anak, pindah rumah, penyakit, dan masalah keuangan

c. Stres Yang Disebabkan Oleh Orang Lain

Stres ini mencakup suatu tuntutan yang tidak masuk akal, suasana yang tidak

nyaman di kantor dan rumah, serta perasaan tidak dimengerti. Kemungkinan

terbesar penyebab stres ini sulit ditangani.

d. Stres Dari Dalam Diri Sendiri

Stres ini mencakup tentang mencari kesempurnaan, ekspektasi akan diri,

kebutuhan akan tujuan dan kesuksesan, perasaan tidak cukup, kebutuhan

untuk memegang kendali, serta kebutuhan untuk diterima dan dicintai

(Jackman, 2006).

Menurut Hartono, (2007) faktor penyebab stress secara umum

digolongkan menjadi beberapa kelompok seperti berikut :


31

a. Tekanan Fisik seperti kerja otot/olahraga yang berat, kerja otak yang terlalu

lama, dan sebagainya.

b. Tekanan psikologis seperti hubungan suami istri/orang tua-anak, persaingan

antar saudara/teman kerja, hubungan sosial lainnya, etika moral, dan

sebagainya.

c. Tekanan sosial ekonomi seperti kesulitan ekonomi, rasialisme, dan

sebagainya.

d. Problem kesehatan seperti penyakit berat atau ringan yang dapat

menimbulkan penderitaan dan ketegangan (Hartono, 2007).

2.2.5. Faktor yang Mempengaruhi Stres

Menurut Chakra, F. 2011 menjelaskan faktor yang mempengaruhi

stres yaitu, faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi

kepribadian seseorang, kebiasaan mental, emosi, pikiran, dan persepsi yang

ditunjukkan dengan pribadi pencemas, pemarah, pencuriga, dan pemurung.

Sedangkan faktor eksternal dapat berlangsung berbulan-bulan bahkan

tahunan.Pencetus dari hal ini dapat berupa perceraian, kematian anggota

keluarga, tempat kerja yang tidak nyaman, penyakit kronis, kemiskinan,

bencana alam, dan jam kerja yang berlebihan.

2.2.6. Tanda-Tanda Stres

a. Merasa gelisah dan tidak dapat bersantai

b. Mudah marah dan seperti akan meledak bila ada sesuatu yang berjalan tidak

sesuai dengan kemauan

c. Memiliki perasaan sangat lelah atau lelah yang berkepanjangan.


32

d. Sulit berkonsentrasi

e. Kehilangan minat terhadap rekreasi yang sebelumnya dapat dinikmati dan

sudah biasa dilakukan.

f. Khawatir terhadap hal-hal yang tidak dapat diselesaikan

g. Bekerja berlebihan, biarpun tidak seluruhnya efektif

h. Makin lama makin banyak pekerjaan yang dibawa pulang kerumah.

i. Merasa kehilangan perspektif atau merasa masa depan suram mengenai apa

yang sebenarnya penting dalam pekerjaan dan keluarga atau mungkin juga

dalam hidup (Maramis, 2009).

2.2.7. Tipe-Tipe Stres

Setiap orang akan menghadapi tingkat stres yang berbeda-beda.

Semua tipe stres perlu diperhatikan .berikut tipe-tipe dari stres :

a. Stres Ringan

Tipe stres ini dihadapi oleh setiap orang dari waktu ke waktu, seperti

pertemuan, tenggat waktu dalam pekerjaan, atau ujian. Tipe stres ini

menguntungkan bagi diri sendiri karena menimbulkan antusiasme, semangat,

dan tekanan yang membantu untuk berkembang dan menjadi lebih aktif.

b. Stres Berlebihan

Tipe stres ini akan muncul saat menghadapi ketegangan yang terus-menerus

dan berlebihan.

c. Stres Kronis

Tipe stres ini harus segera di tangani karena tekanan yang dihadapi bersifat

terus-menerus dan tidak sesuai dengan kehidupan yang sehat.Konflik pribadi,

masalah perkawinan, tugas-tugas berat yang tidak mampu ditangani, masalah


33

dengan anak, dan/atau kondisi kehidupan yang sulit dapat memicu stres

kronis (Akoso & Galuh, 2009).

Menurut Psychology Foundation of Australia, 2010 tingkatan stres terdiri dari

lima bagian, antara lain:

a. Stres Normal

Stres normal merupakan bagian alamiah dari kehidupan yang dihadapi secara

teratur seperti dalam situasi: kelelahan setelah mengerjakan tugas dan

merasakan detak jantung berdetak lebih keras setelah aktivitas. Stres normal

menjadi sangat penting, karena setiap orang pernah mengalami stres bahkan

sejak dalam kandungan.

b. Stres Ringan

Stres ringan merupakan stres yang berlangsung beberapa menit atau jam yang

dihadapi secara teratur seperti situasi banyak tidur, kemacetan atau dimarahi.

Stresor ini menimbulkan gejala antara lain bibir sering kering, kesulitan

bernafas (sering terengah-engah), kesulitan menelan, merasa goyah, merasa

lemas, berkeringat berlebihan ketika suhu tidak panas dan tidak setelah

beraktivitas, takut tanpa alasan yang jelas, menyadari denyut jantung

walaupun tidak setelah melakukan aktivitas fisik, tremor pada tangan, dan

merasa sangat lega jika situasi berakhir. Dengan demikian, stresor ringan

dapat meningkatkan risiko penyakit.

c. Stres Sedang

Stres ini terjadi lebih lama, antara beberapa jam sampai beberapa hari.

Misalnya masalah perselisihan yang tidak dapat diselesaikan sehingga

menimbulkan gejala mudah marah, bereaksi berlebihan terhadap suatu situasi,

sulit untuk beristirahat, merasa lelah karena cemas, tidak sabar ketika
34

mengalami penundaan dan menghadapi gangguan terhadap hal yang sedang

dilakukan, mudah tersinggung, gelisah, dan tidak dapat memaklumi hal

apapun yang menghalangi ketika sedang mengerjakan sesuatu hal.

d. Stres Berat

Stres berat merupakan situasi kronis yang terjadi dalam beberap minggu

sampai beberapa tahun, seperti perselisihan dengan orang lain secara terus-

menerus, kesulitan finansial yang berkepanjangan, dan penyakit fisik jangka

panjang. Stressor ini dapat menimbulkan gejala seperti merasa tidak ada hal

yang dapat diharapkan di masa depan, sedih dan tertekan, putus asa,

kehilangan minat akan segala hal, merasa tidak berharga sebagai seorang

manusia, berpikir bahwa hidup tidak bermanfaat.

e. Sangat Berat

Stres sangat berat merupakan situasi kronis yang terjadi dalam beberapa bulan

dan dalam waktu yang tidak dapat ditentukan. Seseorang yang mengalami

stres sangat berat tidak memiliki motivasi untuk hidup dan cenderung pasrah.

Seseorang yang mengalami tingkatan stres ini teridentifikasi mengalami

depresi berat.

2.2.8. Tahapan stres

Deskripsi Canon tentang respon flight to fight menjelaskan mengenai stres

diawali ketika seseorang merasakan adanya suatu ancaman, sehingga secara

cepat tubuh akan terangsang dan termotivasi untuk menyerang atau

melarikan diri dari ancaman tersebut. Hans Selye melalui teorinya General

Adaptation Syndrome menjelaskan bahwa seseorang yang ketika dihadapkan


35

dengan sumber stres atau stresor akan terdorong untuk melakukan suatu

tindakan (Cahyono, 2011).

Secara kronologis, Selye mengemukakan tiga tahapan stres yang dikenal

dengan istilah General Adaptation Syndrome (GAS), yaitu:

a. Fase peringatan (alarm stage). Fase ini memacu pada reaksi dimana sistem saraf

pusat dibangkitkan dan pertahanan tubuh di mobilisasi segera untuk

mengatasi dan melawan sumber stress. Stres terjadi ketika individu terus-

menerus mengalami kesulitan untuk mengambil keputusan, lari atau

bertempur (Sholeh, 2006).

b. Fase perlawanan atau adaptasi (the stage of resistance or adaptation). Pada fase ini

segala sumber daya yang dimiliki tubuh dikerahkan untuk melawan ancaman

atau stress yang berpotensi dapat menimbulkan kerusakan. Berbagai potensi

tubuh baik bersifat biologis dan mekanisme pembelaan ego dikerahkan untuk

menuju keadaan homeostasis. Apabila stres tidak berat atau berkepanjangan,

kita akan sembuh secara cepat. Namun, jika sistem kekebalan kita tidak

mampu melawan, keadaan berlanjut memasuki fase kelelahan (Cahyono,

2011).

c. Fase Kelelahan (stage of exhaustion). Pada fase ini segala sumber daya yang

dimiliki tubuh sudah terkuras habis dan tubuh tidak mampu melawan tekanan

yang ada. Apabila mekanisme pembelaan diri secara psikologis sudah tidak

berdaya dan fase kelelahan berlangsung lama akan mengakibatkan kerusakan

pada organ-organ tubuh yang akhirnya muncul berbagai penyakit seperti

penyakit jantung, tukak lambung, depresi, dan bahkan jatuh dalam gangguan
36

jiwa yang bersifat ringan, sedang, (kecemasan, fobia) atau bahkan sakit jiwa

yang berat (psikosis) (Cahyono, 2011).

2.3. Konsep Senam Lansia

2.3.1. Pengertian Senam Lansia

Senam menurut bahasa Yunani Kuno berasal dari kata Gymnastics,

gymnast berarti telanjang atau tidak memakai pakaian.Sedangkan Gymnasium

adalah tempat yang dipergunakan untuk mengadakan latihan senam.Senam

adalah aktivitas fisik yang mengacu pada bentuk gerak yang dikerjakan

dengan kombinasi terpadu dan menjelma dari setiap bagian anggota tubuh

dari komponen kemampuan motorkik seperti kekuatan, kecepatan,

keseimbangan, kelentukan, agilitas dan ketepatan sehingga akan terbentuk

rangkaian gerak yang menarik.

Menurut Menke G.Frank dalam Encylopedia of Sport, as Bannes and

Company, New York, senam merupakan suatu gerakan yang luas/banyak

atau menyeluruh yang dapat membangun atau membentuk otot-otot tubuh

seperti pergelangan tangan, punggung, lengan dan lain sebagainya. Senam

adalah latihan tubuh yang diciptakan dengan sengaja, disusun secara

sistematik dan dilakukan secara sadar untuk membentuk dan

mengembangkan pribadi secara harmonis (Haryanto & El-Ibrahim, 2012).

2.3.2. Sejarah Senam

Sejarah perkembangan senam dimulai sejak zaman sebelum masehi,

baik di dunia barat, di dunia timur atau di timur tengah.Perkembangan senam

sangat erat kaitannya dengan perkembangan pendidikan jasmani dan


37

pendidikan pada umumnya. Para ahli filsafat percaya tingkat kesegaran

jasmani masyarakat menurun maka tingkat pendidikannya akan menurun.

Sehingga, para pendidik harus lebih memperhatikan pada peningkatan

kesegaran jasmani nasional. Sejarah perkembangan senam merupakan evolusi

yang dipengaruhi oleh tuntutan dan keadaan negara, pemerintah, kota,

lembaga-lembaga maupun kelompok dan individu/perorangan. Pada abad

Yunani kuno, senam dilakukan untuk menjaga kesehatan dan membuat

pertumbuhan badan yang harmonis. Pada abad 19, peraturan dalam senam

mulai ditentukan dan dibuat untuk dipertandingkan. Senam di Negara

Indonesia sudah dikenal sejak zaman penjajahan Belanda, dikenal dengan

nama Gynastiek, zaman Jepang dinamakan Taiso. Pemakaian istilah senam

bersamaan dengan pemakaian kata olahraga sebagai pengganti kata sport.

Pada awal modern Olympic Games, senam dianggap sebagai suatu

demonstrasi seni daripada sebagai salah satu cabang olahraga yang

teratur.Pada awal permulaan abad ke-20, senam telah menjadi rencana

pendidikan di sekolah Amerika berkat Dr.J.F.Williams, Dr.Dubly sorgen dan

Thomas D.Wood.(Haryanto & El-Ibrahim, 2012).

2.3.3. Ciri-ciri Senam

a. Gerakannya diciptakan dan dibuat secara sengaja

b. Gerakannya harus berguna untuk mencapai tujuan tertentu (meningkatan

kelentukan, memperbaiki sikap dan gerak atau keindahan tubuh, menambah

keterampilan, meningkatkan keindahan gerak, meningkatkan kesehatan)

c. Gerakannya selalu tersusun dan sistematis.


38

2.3.4. Komponen Senam

a. Kekuatan Otot

kekuatan maksimal dari otot atau group otot dapat digunakan selama

kontraks

b. Ketahanan Fisik

kemampuan otot atau group otot dapat digunakan melawan kosistensi selama

beberapa waktu

c. Ketahanan Otot Jantung

kapasitas kerja jantung, peredaran darah dan paru-paru berguna untuk

memberikan oksigen pada kerja otot dan jarinan selama melakukan latihan

d. Kelenturan

kelenturan sangat berguna untuk menjaga kestabilan tubuh melalui seluruh

perputaran otot.

e. Komposisi Tubuh

komposisi tubuh berguna untuk proses berlangsungnya metabolisme, dengan

menggunakan tubuh untuk dapat bertahan dalam latihan.

2.3.5. Manfaat Senam Lansia

a. Mempertahankan atau meningkatkan taraf kesegaran jasmani yang baik

b. Mengadakan koreksi terhadap kesalahan sikap dan gerak

c. Membentuk sikap dan gerak

d. Memperlambat proses degenerasi karena perubahan usia

e. Membentuk kondisi fisik (kekuatan otot, kelenturan, keseimbangan,

ketahanan, keluwesan, dan kecepatan).


39

f. Membentuk berbagai sikap kejiwaan (membentuk keberaniaan, kepercayaan

diri, kesiapan diri, dan kesanggupan bekerja sama).

g. Memberikan rangsangan bagi saraf-saraf yang lemah, khususnya bagi lansia.

h. Memupuk rasa taggung jawab terhadap kesehatan diri sendiri dan masyarakat

(Maryam, 2008).

2.3.6. Prinsip Senam Lansia

a. Gerakannya bersifat dinamis (berubah-ubah)

b. Bersifat progresif (bertahap meningkat)

c. Adanya pemanasan dan pendinginan pada setiap latihan

d. Lama latihan berlangsung 15-30 menit

e. Frekuensi latihan perminggu minimal 2-3 kali

2.3.7. Gerakan Sederhana Senam Lansia

a. Gerakan Pemanasan

Pemanasan sangat penting dalam mencegah kekakuan pada jaringan

tubuh yang diakibatkan lama tidak bergerak dan dapat mencegah cidera yang

mungkin timbul akibat gerakan lanjut.Pemanasan dapat meningkatkan denyut

jantung, tekanan darah, konsumsi oksigen, dilatasi pembuluh darah.Gerakan

pemanasan dapat dimulai dengan peregangan.

b. Gerakan Inti

Gerakan inti bertujuan untuk meningkatkan kekuatan otot,

meningkatkan kekuatan otot, meningkatkan daya tahan tubuh, meningkatkan

kelenturan sendi, dan meningkatkan ketangkasan/keterampilan.


40

c. Gerakan Pendinginan

Gerakan pendinginan dapat mencegah penggumpalan darah dalam

vena, mencegah kekakuan nyeri otot, dapat menurunkan kerja jantung secara

perlahan dan dapat meningkatkan proses metabolisme selama latihan.

2.3.8. Dosis Latihan Senam Lansia

a. Frekuensi

Dilakukan tiga atau lima kali per minggu untuk meningkatkan kebugaran

jantug paru.

b. Intensitas

American College Of Sports (ASCM) menganjurkan latihan dengan intensitas 60-

90% dari denyut jantung maksimal. Untuk pemula yang dianjurkan adalah 50-

60%.

c. Durasi

latihan dapat dilakukan selama 15-60 menit dan diakhiri dengan pendinginan

selama 5-10 menit untuk mendapatlan hasil yang bermanfaat bagi kebugaran

jantung.

d. Macam

untuk mendapatkan kebugaran jasmani yang adekuat, jenis latihan harus

disesuaikan dengan manfaat yang diharapkan (Pratiwi, 2015).

2.3.9. Gerakan Inti Senam Lansia

Latihan senam lansia dapat dilakukan secara bertahap, dengan latihan

awal gerakan dilakukan 2-3 kali, dengan durasi waktu 15-30 menit.
41

1. Peregangan Dada

Peregangan ini baik untuk postur tubuh dan memberikan ketenangan

a) Duduk tegak tanpa bersandar di kursi (apabila menggunakan kursi).

Ulurkan kedua tangan ke samping badan

b) Perlahan mendorong dada sampai kedepan , rasakan pergangan pada

dada tahan selama 5-10 detik dan ulang sebanyak tiga kali

2. Gerakan putar tubuh bagian atas

Gerakan ini akan mengembangkan dan mempertahankan fleksibilitas dalam

punggung atas

a) Duduk tegak dengan kaki rata dilantai, kedua tangan membentuk

silang dan memegang bahu

b) Tanpa menggerakkan pinggul, putar bagian atas tubuh ke kiri .tahan

selama 5 detik dan ulang sebanyak tiga kali.

c) Tanpa menggerakkan pinggul, putar bagian atas tubuh ke kanan

.tahan selama 5 detik dan ulang sebanyak tiga kali.

3. Gerakan Pinggul

Gerakan ini akan memperkuat pinggul dan paha serta meningkatkan

fleksibilitas

a) Duduk tegak tanpa bersandar di kursi (apabila menggunakan kursi)

.kedua tangan berpegangan pada sisi kursi , apabila tidak melakukan

di kursi kedua tangan bisa di letakkan pada lantai di samping tubuh.

b) Angkat kaki kiri, dengan lutut di tekuk. tahan selama 5 detik dan

ulang sebanyak tiga kali. Ulangi pada kaki yang berlawanan


42

4. Gerakan Ankle

Gerakan ini akan meningkatkan fleksibilitas pergelangan kaki dan mengurangi

resiko bekuan darah

a) Duduk tegak tanpa bersandar di kursi (apabila menggunakan kursi)

.kedua tangan berpegangan pada sisi kursi , apabila tidak melakukan

di kursi kedua tangan bisa di letakkan pada lantai di samping tubuh.

b) Angkat kaki kiri secara lurus dan regangkan jari-jari kaki. tahan selama

5 detik dan ulang sebanyak tiga kali. Ulangi pada kaki yang

berlawanan.

5. Gerakan Lengan

Untuk kekuatan bahu

a) Duduk tegak, dengan kedua tangan di samping

b) Angkat kedua tangan ke samping dengan selebar mungkin , kemudian

angkat kedua tangan keatas. Hembuskan nafas saat mengangkat

tangan dan bernafas saat turun. Lakukan sampai tiga kali

6. Rotasi Leher

Gerakan ini baik untuk meningkatkan mobilitas leher dan fleksibilitas

a) Duduk tegak dengan tidak mengangkat bahu, pandangan lurus

kedepan

b) Perlahan putar kepala ke arah bahu kiri. tahan selama 5 detik dan

ulang sebanyak tiga kali. Ulangi pada sisi yang berlawanan.

7. Peregangan Leher

Peregangan ini baik untuk melonggarkan otot leher yang ketat

a) Duduk tegak, pandangan lurus kedepan, letakkan tangan kanan pada

bahu kiri
43

b) Perlahan miringkan kepala kekanan. Tahan selama 5 detik dan ulang

sebanyak tiga kali. Ulangi pada sisi yang berlawanan.

8. Gerakan Menyamping

a) Berdiri tegak dengan membuka kedua kaki, dan tangan berada

disamping tubuh.

b) Miringkan kepala ke arah kanan. Tahan selama 5 detik dan ulang

sebanyak tiga kali. Ulangi pada sisi yang berlawanan.

9. Peregangan Kaki

a) Tempatkan tangan pada dinding untuk stabilitas.

b) Kaki kanan majukan kedepan dengan menekuk sedikit dan kaki kiri

berada di belakang. Tahan selama 5 detik dan ulang sebanyak tiga kali.

Ulangi pada sisi yang berlawanan.

10. Duduk ke Berdiri

Baik untuk kekuatan kaki

a) Duduk di ujung kursi, kaki dan pinggul dilebarkan. Condongkan

bagian tubuh kedepan

b) Berdiri secara perlahan, gunakan kaki, bukan tangan. Pandangan tetap

kedepan, tidak kebawah.

c) Berdiri tegak dan setelah itu duduk perlahan,

Ulangi sampai tiga kali secara perlahan.

11. Gerakan berjongkok kecil

a) Berdiri dengan tangan berpegangan pada kursi untuk stabilitas

(apabila memakai kursi), kaki dan pinggul dilebarkan.

b) Tekuk lutut secara perlahan, pandangan tetap kedepan. Tetap

menjaga kaki dan punggung


44

c) Berdiri kembali secara perlahan (hati-hati),

Ulangi sampai tiga kali

12. Gerakan menaikkan telapak kaki

a) Letakkan tangan pada bagian kursi untuk stabilitas

b) Angkat kedua tumit dari lantai, gerakan ini harus pelan dan terkontrol

Ulangi sampai tiga kali

13. Gerakan mengangkat kaki ke samping

a) Letakkan tangan pada bagian kursi untuk stabilitas

b) Angkat kaki kiri ke samping tanpa menyentuh lantai, dan menjaga

pinggul tetap lurus. Hindari untuk miring ke kanan

c) Kembalikan ke posisi awal

d) Angkat kaki kanan ke samping tanpa menyentuh lantai, dan menjaga

pinggul tetap lurus. Hindari untuk miring ke kiri

Menaikkan dan menurunkan kaki ke samping sampai tiga kali

14. Ekstensi kaki

a) Letakkan tangan pada bagian kursi untuk stabilitas

b) Berdiri tegak, angkat kaki kiri kebelakang, pertahankan untuk tetap

lurus. Punggung tetap lurus saat kaki terangkat.

Ulangi pada sisi yang berlawanan. Lakukan sampai tiga kali.

15. Gerakan Menekan Dinding

a) Berdiri dengan kedua tangan ditempelkan di dinding (jika ada

dinding) letakkan tangan setinggi dada dan jari-jari tetap lurus

b) Punggung tetap lurus, perlahan-lahan tekuk lengan, dan dada maju

kedepan tanpa menyentuh dinding


45

c) Perlahan lakukan seperti awal

Ulangi sampai tiga kali

16. Gerakan Menekuk bicep

a) Pegang sepasang bobot ringan (botol yang di isi air) , berdiri dengan

kaki dilebarkan

b) Luruskan tangan di samping tubuh, perahan-lahan menekuk ke atas

sampai berat di tangan mencapai bahu

c) Lakukan secara perlahan

Dapat dilakukan sambil duduk .ulangi sampai tiga kali

17. Gerakan berjalan menyamping

a) Berdiri tegak dengan kedua kaki rapat, lutut sedikit di tekuk

b) Lebarkan kedua kaki secara bersama-sama

c) Kemudian rapatkan kembali kedua kaki

Ulangi sampai tiga kali

18. Gerakan silang

Bejalan dengan cara menyilangkan kaki

a) Mulailah dengan menyilangkan kaki kanan ke kaki kiri, dan kaki kiri

menyilangkan ke kaki kanan , mencoba tiga langkah silang di setiap

sisi.

19. Berjalan dengan tumit di depan kaki

a) Berdiri tegak, letakkan tumit kanan pada ujung kaki sebelah kiri

b) Kemudian, lakukan hal yang sama pada tumit kanan, pandangan tetap

kedepan

Mencoba tiga langkah kedepan


46

20. Gerakan berdiri dengan satu kaki

a) Mulai dengan berdiri menghadap dinding (apabila ada dinding)

dengan lengan dan ujung jari menyentuh dinding

b) Angkat kaki kiri , dengan tetap menjaga pinggul dan sedikit

membungkuk. Setalah itu turunkan kaki secara perlahan-lahan ke

lantai.

Ulangi pada sisi yang berlawanan .lakukan sampai tiga kali

21. Latihan relaksasi

Latihan relaksasi berguna untuk mengendorkan otot-otot yang tegang

mengurangi ketegangan pikiran dan kecemasan.Posisi tubuh duduk di kursi

atau berbaring di lantai.

a) Kepalkan kedua telapak tangan, kencangkan otot-otot lengan selama

10 hitungan dan kemudian buka genggaman tangan

b) Kerutkan dahi ke atas dan pada saat yang sama kepala di dongakkan

ke belakang, kemudian putar kepala searah jarum jam secara perlahan-

lahan sebanyak 2 putaran.

c) Kerutkan otot muka, mata ditutup dengan kuat, mulut dimonyongkan

ke depan, lidah di tekan ke langit-langit dan bahu ditekukkan ke

depan. Pertankan selama 10 hitungan kemudian kendorkan semua

otot-otot

d) Tariklah nafas secara perlahan-lahan dan sedalam mungkin,

pertahankan selama 10 hitungan kemudian keluarkan udara

seperlahan mungkin (Hardianti, 2013).


47

2.4. Pengaruh Senam Lansia Terhadap Tingkat Stres Pada Wanita


Menopause
Semua orang tidak akan bisa lepas dari rasa was-was dan cemas, termasuk

wanita menopause. ketegangan perasaan atau stres selalu ada dalam lingkungan

pekerjaan, pergaulan, sosial, kehidupan rumah tangga dan bahkan dalam keadaan

tidur. Kalau tidak ditangani stres dapat menyita energi, mengurangi produktivitas

kerja dan menurunkan kekebalan tubuh sehingga akan mempengaruhi terhadap

kesehatan tubuh. Stres adalah suatu keadaan atau tantangan yang kapasitasnya diluar

kemampuan seseorang , sehingga stres memiliki sifat individual

Respon seseorang terhadap stres berbeda-beda, suatu rentang waktu bisa

tiba-tiba jadi pencetus stres. Reaksi seseorang terhadap pencetus stres tidak bisa

diramalkan, sebagaimana perbedaan suasana hati dan emosi menimbulkan reaksi yang

berbeda-beda, mulai dari ekspresi marah sampai kepada hal-hal yang sulit untuk

dikendalikan. Di tingkat psikologis, respon seseorang terhadap sumber stres

tergantung pada beberapa faktor, termasuk keadaan emosi pada saat sikap seseorang

itu dalam menanggapi stres tersebut (Haryono, 2016).

Stres pada wanita menopause terkait dengan adanya penurunan hormon

estrogen yang menyebabkan berkurangnya neurotransmiter di dalam otak,

neurotransmiter di dalam otak akan mempengaruhi suasana hati sehingga apabila

neurotransmiter kadarnya rendah akan menimbulkan perasaan cemas yang

merupakan penyebab terjadinya stres (Mulyani, 2013).


48

Senam adalah salah satu cara untuk membantu dalam menurunkan tingkat

stres. Senam dapat menurunkan gairah otonom melalui perubahan sirkulasi

neurotransmiter dan konsentrasi hormon yang dapat menyebabkan peningkatan

dalam kualitas hidup. Dengan melakukan senam terjadi peningkatan sirkulasi hormon

endofrin yang berpotensi dalam membantu masalah kekhawatiran ataupun stres

(Reed, et al. 2014). Saat melakukan senam, tubuh akan memproduksi endofrin lebih

banyak. Endofrin merupakan hormon yang bekerja di dalam otak sebagai suatu

hormon kebahagiaan. Endofrin yang diproduksi tubuh berfungsi untuk mengurangi

rasa nyeri, memberikan ketenangan, dan kebahagiaan.Senam yang dilakukan secara

rutin dapat membantu dalam meningkatkan suasana hati dan mengatasi stres (Emilia

& Freitag, 2010). Menurut Lingga (2011) menjelaskan bahwa senam efektif dalam

menghilangkan stres apabila dilakukan secara teratur, karena dengan melakukan

senam dapat mengendorkan ketegangan saraf mental serta menyeimbangkan hormon

kebahagiaan. Penelitian yang dilakukan sternfeld, (2013) dengan hasil penelitian

menunjukkan bahwa senam yang dilakukan wanita secara teratur akan meningkatkan

tingkat kebugaran, meningkatkan kualitas tidur , dan efektif dalam meringankan

gejala stres.

Anda mungkin juga menyukai