EKSOTROPIA
Disusun Oleh:
Maureen Irawati Koesnadi 1161050228
Eka Dara Sakti Pratiwi 1161050229
Nadya Noviani 1161050230
Pembimbing:
dr. Jusuf Wijaya, SpM
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mata merupakan salah satu organ sensoris yang berfungsi sebagai organ penglihatan.
Agar dapat melihat, mata harus menangkap pola pencahayaan di lingkungan sebagai
gambar/bayangan optis di suatu lapisan sel peka sinar, retina, seperti kamera nondigital
menangkap bayangan pada film. Seperti film yang dapat diproses menjadi salinan visual
dari bayangan asli, citra tersandi di retina disalurkan melalui serangkaian tahap pemrosesan
visual yang semakin rumit hingga akhirnya secara sadar dipersepsikan sebagai kemiripan
visual dari bayangan asli.1
Mata secara keseluruhan dapat berfungsi secara optimal berkat adanya susunan
penting struktur-struktur yang membentuk bola mata. Gangguan pada salah satu struktur
penting mungkin dapat sangat berpengaruh pada fungsi utama mata sebagai organ
penglihatan dengan manifestasi yang berbeda-beda, tergantung dari struktur mana yang
terganggu. Walaupun secara anatomis letak mata terlindung di dalam suatu rongga orbita
(kecuali di bagian anteriornya yang hanya terlindung oleh kelopak), namun gangguan yang
datang dari luar tubuh tetap mungkin terjadi. Gangguan seperti infeksi dan trauma
merupakan contoh hal-hal dari luar yang dapat mengganggu fungsi dan struktur mata, selain
gangguan dari dalam seperti faktor genetik ataupun proses degenerasi dan keganasan.2
Otot bola mata merupakan penggerak dan yang mengfiksasi bola mata. Kelainan
pada otot bola mata dapat menyebabkan ketidakselarasan mata satu dengan yang lainnya
sehingga biasanya satu mata akan secara konstan atau terkadang menghadap ke sudut dalam
(esotropia) atau kesudut luar (eksotropia). Kelainan ini diikuti motilitas abnormal dari satu
atau kedua mata seperti penglihatan ganda, penurunan penglihatan, ketidaknyamanan mata,
sakit kepala, kelainan postur kepala. Sebenarnya tidak ada penyebab pasti dari strabismus
namun beberapa hal dikatakan dapat menjadu penyebabnya seperti kelaianan sensorik
organic, anatomi dan motorik dan penyakit saraf lainnya.2
Pada beberapa orang, strabismus dapat membuat kehilangan fungsi penglihatan.
Pada anak kecil denga strabismus biasanya disertai
berkembang dan gangguan stereopsis. Diagnosa dini dan penatalaksanaan yang tepat dapat
menurunkan angka pravalensi anak strabismusdengan amblyopia, sebab anak strabismus
yang disertai amblyopia mempunyai faktor risiko yang tinggi untuk kehilangan penglihatan
yang menetap dibanding anak yang strabismus tanpa amblyopia.2
Dalam hal ini kami ingin membahas eksotropia yang merupakan bagian dari
strabismus, walaupun eksotropia lebih jarang dijumpai dibanding esotropia, terutama pada
masa bayi dan anak namun insidensnya meningkat secara bertahap seiring dengan usia.
Tidak jarang bahwa suatu tendensi strabismus divergen berawal dari suatu eksoforia yang
berkembang menjadi eksotropia intermiten dan akhirnya menjadi eksotropia yang menetap
apabila tidak dilakukan terapi.Kasus-kasus lain berawal sebagai eksotropia intermiten atau
konstan dan tetap statisioner.Seperti halnya esotropia, pada beberapa kasus mungkin
terdapat unsur herediter. Eksoforia dan eksotropia (yang dianggap sebagai sebuah entitas
deviasi divergen) sering diwariskan sebagai ciri autosomal dominan; salah satu atau kedua
orangtua dari seorang anak eksotropia mungkin memperlihatkan eksotropia atau esoforia
derajat tinggi.2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.
diantaranya adalah:4
1. M. rectus medialis
2. M. rectus lateralis
3. M. rectus superior
4. M. rectus inferior
5. M. obliquus superior
6. M. obliquus inferior
Otot-otot tersebut diatur oleh saraf kranial yaitu n. III, n. IV dan n.VI, yakni:
Nervus III
Otot
Nervus IV
Musculus
Nervus VI
superior(5)
Musculus rectus lateralis (4)
ekstraokular
obliquus
II.
Definisi Strabismus
Strabismus adalah gangguan visual di mana mata tampak tidak sejajar
dan
memandang ke dua arah yang berbeda. Ketidak sejajaran ini dapat terjadi sementara
(intermittent) atau terus-menerus (konstan).Strabismus terjadi pada sekitar 2% dari
anak di bawah usia 3 tahun dan sekitar 3% dari anak-anak dan dewasa muda, tidak
dipegaruhi oleh jenis kelamin.5
Keselarasan normal kedua mata selama masa kanak-kanak memungkinkan otak
untuk memadukan dua gambar menjadi sebuah gambar 3 dimensi tunggal. Hal ini
memungkinkan terjadinya tingkat persepsi yang tinggi .5
Strabismus (heterotropia)
Biasanya, saat melihat sebuah objek, "garis penglihatan" dari kedua mata
berpotongan di obyek; yaitu, kedua mata menunjuk langsung pada objek yang
dilihat.Sebuah gambar dari objek difokuskan pada makula dari setiap mata, dan otak
menggabungkan
dua
gambar
retina
menjadi
satu.Karena
beberapa
jenis
ketidakseimbangan otot ekstraokular, satu mata tidak sejajar dengan mata lainnya,
sehingga menghasilkan "strabismus," juga disebut "heterotropia" atau hanya "tropia."
Pada anak-anak, ketika dua mata gagal untuk fokus pada gambar yang sama, Otak
memilih untuk mengambil gambar dari mata yang lebih kuat dan mengabaikan
gambar dari mata yang lebih lemah. Ini berarti bahwa anak menggunakan mata yang
kuat lebih daripada mata yang lemah.Jika mata yang lemah tidak digunakan, maka
mata yang lemah tidak mampu mengembangkan penglihatan yang baik. Hal ini dapat
menyebabkan terjadinya amblyopia.Amblyopia terjadi jika visi dari satu mata secara
konsisten ditekan dan mata lainnya menjadi dominan.
Pada anak-anak dengan strabismus, sepertiga sampai setengah nya berkembang
menjadi amblyopia. Jika strabismus terjadi untuk pertama kalinya di masa dewasa,
individu yang terkena biasanya mengalami penglihatan ganda yang di sebut dengan
diplopia. Karena otak orang dewasa yang sudah berkembang untuk penglihatan,
masalah yang terkait dengan amblyopia, di mana otak mengabaikan masukan gambar
dari satu mata, tidak terjadi dengan strabismus pada orang dewasa.6
III.
Klasifikasi Strabismus
Strabismus diklasifikasikan menurut arah misalignment.
Ketika satu mata melihat lurus ke depan;6
- Mata lain mungkin berbalik ke dalam (esotropia atau konvergen strabismus)
- Luar ke arah telinga (eksotropia atau strabismus divergen)
- Ke bawah (hipotropia)
- Ke atas (hipertropia).
IV.
Etiologi Strabismus
- Gangguan tiroid.
V.
EKSOTROPIA
EKSOTROPIA
Strabismus Divergens Nonparalitik Akomodatif (Eksotropi Konkomitan Akomodatif),
dimana ditemukan posisi bola mata berdeviasi kearah temporal. Sering jugadidapat, bila satu
mata kehilangan penglihatannya sedang mata yang lainpenglihatannya tetap baik, sehingga
rangsangan untuk konvergensi tak ada, makamata yang sakit berdeviasi keluar.8
Dapat dimulai dengan :
1. Kelebihan divergensi
2. Kelemahan konvergensi.
Pada miopia mulai dengan kelemahan akomodasi pada jarak dekat, orangmiopia hanya
sedikit atau tidak memerlukan akomodasi, sehingga menimbulkankelemahan konvergensi
dan timbullah kelainan eksotropia untuk penglihatan dekatsedang untuk penglihatan jauhnya
normal.tetapi pada keadaan yang lebih lanjut,timbul juga eksotropia pada jarak jauh. Bila
penyebabnya divergens yang berlebihanyang biasanya merupakan kelainan primer mulai
tampak sebagai eksotropia untukjarak jauh.Tetapi lama kelamaan kekuatan konvergensi
melemah, sehingga menjadikelainan yang menetap, baik untuk jauh maupun dekat.8
a. DEFINISI
Ekstropia lebih jarang dijumpai dibandingkan esotropia, terutama pada masa bayi dan
anak. Insidensnya meningkat secara bertahap seiring dengan usia. Tidak jarang bahwa suatu
tendensi strabismus divergen berawal dari suatu eksoforia yang berkembang menjadi
eksotropia intermiten dan akhirnya menjadi eksotropia yang menetap apabila tidak dilakukan
terapi. Kasus-kasus lain berawal sebagai eksotropia intermiten atau konstan dan tetap
stasioner. Seperti halnya esotropia, pada beberapa kasus mungkin terdapat unsur herediter.
Eksoforia dan eksotropia (yang dianggap sebagai sebuah entitas deviasi divergen) sering
diwariskan sebagai ciri autosomal dominan; salah satu atau kedua orangtua dari seorang anak
eksotropia mungkin memperlihatkan eksotropia atau eksoforia derajat tinggi.8
Eksotropia atau juling keluar atau strabismus divergen manifes dimana sumbu
penglihatan ke arah temporal.Eksotropia adalah suatu penyimpanan sumbu penglihatan yang
nyata dimana salah satu sumbu penglihatan menuju titik fiksasi sedangkan sumbu
penglihatan yang lainnya menyimpang pada bidang horizontal ke arah lateral.8
b. ETIOLOGI
Penyebab eksotropia dapat dibagi menjadi 3, yaitu :
1) Herediter, unsur herediter sangat besar, yaitu trait autosomal dominan.
2) Inervasi, tetapi tidak terdapat abnormalitas yang berarti dalam bidang sensorimotor
3) Anatomi, kelainan untuk rongga orbita misalnya pada penyakit Crouzon
c. PATOFISOLOGI
Tidak
terdapat
patofisiologi
yang
diyakini
menunjukkan
perjalanan
dari
Terapi
a. Terapi Medis
Terapi non bedah sebagian besar terbatas pada koreksi refraksi dan terapi ambliopia.
Apabila rasio AC / A tinggi, pemakaian lensa minum dapat menunda tindakan bedah
untuk sementara waktu. Kadang kadang latihan konvergensi atau antisupresi dapat
memberi keuntungan sementara. 10
b. Terapi Bedah
Sebagian besar pasien eksotropia intermiten memerlukan tindakan bedah bila
kontrol terhadap fusi nya memburuk. Tindakan bedah dapat juga menghilangkan diplopia
aau gejala astenopia lainnya.
Pilihan prosedur tergantung pada pengukuran deviasi. Dianjurkan resesi otot
rektus lateralis bilateral bila deviasi lebih besar pada penglihatan jauh. Apabila deviasi
lebih besar pada penglihatan dekat, sebaiknya dilakukan reseksi otot rektus medialis dan
resesi rektus lateralis ipsilateral. Mungkin diperlukan tindakan bedah pada satu atau
bahkan dua otot horizontal lainnya untuk deviasi yang sangat besar ( > 50 PD ). 10
Eksotropia Konstan
Eksotropia konstan lebih jarang dibandingkan eksotropia intermiten. Kelainan ini
dapat dijumpai sejak lahir atau muncul belakangan sewaktu eksotropia intermiten
berkembang menjadi eksotropia konstan.
Derajat eksotropia konstan dapat bervariasi. Lamanya penyakit atau adanya
penurunan penglihatan pada satu mata dapat menjadikan deviasi semakin besar. Aduksi
mungkin terbatas, dan mungkin juga dijumpai hipertropia. 10
Terapi
Hampir selalu diindikasikan tindakan bedah. Pilihan dan jumlah tindakan seperti
yang dijelaskan untuk eksotropia intermiten. Overcorrection ringan pada orang dewasa
dapat menyebabkan diplopia. Sebagian pasien dapat menyesuaikan diri dengan hal ini,
terutama bila mereka telah diberitahu mengenai kemungkinan ini sebelumnya.
Apabila salah satu mata mengalami penurunan penglihatan, prognosis untuk
mempertahankan posisi yang stabil kurang baik, dengan kemungkinan yang besar akan
kambuhnya eksotropia setelah pembedahan. 10
Pemeriksaan
Pemeriksaan yang dilakukan :
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Eksotropia merupakan kelainan mata berupa penyimpangan pada bidang mata yang
biasanya terjadi sejak lahir, meskipun juga terdapat kasus yang didapat.Eksotropia atau mata
juling dapat diatasi dengan melakukan pembedahan pada otot-otot mata dengan komplikasi
yang minimal.
B. Saran
Masih terdapat berbagai pendapat mengenai pemilihan terbaik untuk prosedural terapi
bedah dalam menanggulangi eksotropia. Berkembangnya teknologi yang semakin pesat
akan mempermudah prosedur dan meminimalisir komplikasi yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
1. Alexander K. C, Nizar Din, Nadeem Ali. Strabismus: Standardising Reported Outcomes Of
Surgery For Intermittent Exotropia A Systematic Literature Review. Informa Healthcare
Usa. 2014; 22(1): 3236.
2. Riordan-Eva, Paul, John P. Whitcher. Oftalmologi Umum Edisi 17. Penerbit Buku
Kedokteran Egc; 2015:12;230-250.