Pendahuluan
A. Latar belakang
Pada ilmu kedokteran, kecemasan sering dikenal dengan nama
anxietas. Anxietas dapat ditimpulkan oleh situasi atau obyek yang berasaldari
luar individu itu sendiri, yang sebenarnya pada saat kejadian tidak
membahayakan. Pada kondisi lain, anxietas juga dapat ditimbulkan dari diri
individu itu sendiri, seperti perasaan takut akan adanya penyakit (nosofobia)
dan ketakutan akan perubahan bentuk badan (dismorfobia). Sebagai
akibatnya, obyek atau situasi tersebut seringkali dihindari atau dihadapi
dengan rasa terancam (Maslim, 2001: 72). Gangguan anxietas juga akan
berakibat adanya ancaman baik eksternal maupun internal, misalnya cedera
tubuh, rasa takut, keputusasaan, kemungkinan mendapat hukuman, frustasi
perpisahan, gangguan terhadap status atau terganggunya kebutuhan seseorang
(Ibrahim, 2002).
Gangguan anxietas di Indonesia terutama di kota Jakarta,
menunjukkan prevalensi yang jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata umum.
Prevalensi (angka kesakitan) gangguan anxietas berkisar pada angka 6-7%
dari populasi umum. Kelompok perempuan lebih banyak mengalami
gangguan anxietas jika dibandingkan dengan prevalensi kelompok laki-laki.
Penelitian juga dilakukan pada sejumlah karyawan pada tingkat eksekutif di
beberapa instansi pemerintah, maupun instansi swasta di Jakarta,
menunjukkan prevalensi fobia sosial, (satu jenis gangguan anxietas), sebesar
10-16%. Penelitian yang dilakukan pada kelompok laki-laki dan kelompok
perempuan pada murid SLA di 2 kawasan Jakarta yaitu Jakarta Selatan
danJakarta Utara, prevalensi gangguan anxietas sebesar 8-12% (Ibrahim,
2002).
B. Tujuan
Mengetahui konsep dari aman nyaman dalaam kecemasan untuk
melakukan asuhan keperawatan atau tindakan kepada seseorang cemas.
C. Manfaat
Menambah wawasan dan kemampuan berpikir mengenai penerapan
teori yang telah didapat dari mata kuliah yang telah diterima kedalam
penelitian yang sebenarnya.
1
Hasil penelitian dapat digunakan untuk menggambarkan sistem
penilaian pelayanan yang berjalan saat ini di Perguruan Tinggi
Raharja.
Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai sarana diagnosis dalam
mencari sebab masalah atau kegagalan yang terjadi di dalam sistem
penilaian pelayanan yang sedang berjalan. Dengan demikian akan
memudahkan pencarian alternatif pemecahan masalah-masalah
tersebut.
Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai sarana untuk menyusun
strategi pengembangan sistem penilaian pelayanan yang berjalan.
2
BAB II
ISI
Keamanan adalah keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis atau
bisa juga keadaan aman dan tentram (Potter & perry, 2006). Perubahan kenyamanan
adalah keadaan dimana individu mengalami sensasi yang tidak menyenangkan dan
berespons terhadap suatu rangsangan yang berbahaya (Carpenito, Linda Jual, 2000).
3
b. Status Mobilisasi Keterbatasan aktivitas, paralis, kelemahan otot, dan
kesadaran menurun memudahkan terjadinya resiko injury.
c. Gangguan Persepsi Sensory Mempengaruhi adaptasi terhadap
rangsangan yang berbahaya seperti gangguan penciuman dan
penglihatan.
d. Keadaan Imunitas Gangguan ini akan menimbulkan daya tahan tubuh
kurang sehingga mudah terserang penyakit.
e. Tingkat Kesadaran Pada pasien koma, respon akan menurun terhadap
rangsangan, paralisis, disorientasi, dan kurang tidur.
f. Informasi atau Komunikasi Gangguan komunikasi seperti aphasia atau
tidak dapat membaca dapat menimbulkan kecelakaan.
g. Gangguan Tingkat Pengetahuan Kesadaran akan terjadi gangguan
keselamatan dan keamanan dapat diprediksi sebelumnya.
h. Penggunaan Antibiotik yang Tidak Rasional Antibiotik dapat
menimbulkan resisten dan anafilaktik syok.
i. Status Nutrisi Universitas Sumatera Utara Keadaan kurang nutrisi
dapat menimbulkan kelemahan dan mudah menimbulkan penyakit,
demikian sebaliknya dapat beresiko terhadap penyakit tertentu.
j. Usia Pembedaan perkembangan yang ditemukan diantara kelompok
usia anak-anak dan lansia mempengaruhi reaksi terhadap nyeri.
k. Jenis Kelamin Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara
bermakna dalam merespon nyeri dan tingkat kenyamanannya.
l. Kebudayaan Keyakinan dan nilai-nilai kebudayaan mempengaruhi
cara individu mengatasi nyeri dan tingkat kenyamanan yang mereka
punyai.
1. Definisi Cemas
Cemas (ansietas) adalah sebuah emosi dan pengalaman
subjektif dari seseorang. Pengertian lain cemas adalah suatu keadaan
yang membuat seseorang tidak nyaman dan terbagi dalam beberapa
tingkatan. Jadi, cemas berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti dan
berdaya (Kusumawati & Hartono, 2010).
4
Pada dasarnya, kecemasan merupakan hal wajar yang
pernah dialami oleh setiap manusia. Kecemasan sudah dianggap
sebagai bagian dari kehidupan
2. Etiologi Cemas
5
1) Peristiwa traumatic
Peristiwa traumatic mengakibatkan korban berisiko besar
mengalami gangguan kejiwaan. Bila terjadi kurang dari satu bulan
disebut reaksi stress akut. Namun bila terjadi lebih dari satu bulan
disebut gangguan stress pasca trauma.
2) Konflik emosional
Konflik emosional yang dialami individu dan tidak
terselesaikan dengan baik.Konflik antara ide dan super ego atau antara
keinginan dan kenyataan dapat menimbulkan kecemasan pada individu.
3) Gangguan konsep diri
Konsep diri yang terganggu akan menimbulkan
ketidakmampuan individu berpikir secara realitas sehingga akan
menimbulkan kecemasan.
4) Frustasi
Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk
mengambil keputusan yang berdampak terhadap ego.
5) Gangguan fisik
Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena
merupakan ancaman terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi
konsep diri individu.
6) Pola mekanisme koping keluarga
Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga
menangani stress akan mempengaruhi individu dalam berespon terhadap
konflik yang dialami karena pola mekanisme koping individu banyak
dipelajari dalam keluarga.
7) Riwayat gangguan kecemasan
Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan
mempengaruhi respons individu dalam berespons terhadap konflik dan
mengatasi kecemasannya.
8) Medikasi
Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah
pengobatan yang mengandung benzodizepin, karena benzodiazepine
dapat menekan neurotransmitter gamma amino butyric acid (GABA)
yang mengontrol aktifitas neuron di otak yang bertanggung jawab
menghasilkan kecemasan.
6
b) Faktor Presipitasi
3. Tingkatan Cemas
Cemas memiliki dua aspek yakni aspek yang sehat dan aspek
membahayakan, yang bergantung pada tingkat cemas, lama cemas yang
dialami, dan seberapa baik individu melakukan koping terhadap cemas.
Menurut Peplau dalam (Videbeck, 2008) ada empat tingkat kecemasan yang
dialami oleh individu yaitu ringan, sedang, berat dan panik :
7
a) Cemas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan
membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan
membantu individu memfokuskan perhatian untuk belajar,
menyelesaikan masalah, berpikir, bertindak, merasakan, dan
melindungi diri sendiri. Menurut (Videbeck, 2008), respons dari
cemas ringan adalah sebagai berikut:
8
b) Cemas sedang merupakan perasaan yang mengganggu bahwa ada
sesuatu yang benar-benar berbeda; individu menjadi gugup atau
agitasi. Menurut (Videbeck, 2008), respons dari ansietas sedang adalah
sebagai berikut:
9
c) Cemas berat, yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman,
memperlihatkan respons takut dan distress. Menurut (Videbeck, 2008),
respons dari ansietas berat adalah sebagai berikut:
10
d) Panik, individu kehilangan kendali dan detail perhatian hilang, karena
hilangnya control, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun
dengan perintah. Menurut (Videbeck, 2008), respons dari panik adalah
sebagai berikut:
Respons Fisik Respons Kognitif Respons Emosional
11
Menurut (Riyadi & Purwanto, 2009) ketika mengalami cemas,
individu menggunakann berbagai mekanisme koping untuk mencoba
mengatasinya dan ketidakmampuan mengatasi cemas secara kontruktif
merupakan penyebab utama terjadinya perilaku patologis. Pola yang biasa
digunakan individu untuk mengatasi cemas ringan cenderung tetap dominan
ketika cemas menghebat. Cemas tingkat sering ditanggulangi tanpa pemikiran
yang serius. Tingkat cemas sedang dan berat menimbulkan dua jenis
mekanisme koping:
5. Gejala-gejala Kecemasan
12
menyenangkan. Gejala-gejala kecemasan yang muncul dapat berbeda pada
masing-masing orang. Kaplan, Sadock, & Grebb (Fitri Fauziah & Julianti
Widury, 2007:74) menyebutkan bahwa takut dan cemas merupakan dua emosi
yang berfungsi sebagai tanda akan adanya suatu bahaya. Rasa takut muncul
jika terdapat ancaman yang jelas atau nyata, berasal dari lingkungan, dan tidak
menimbulkan konflik bagi individu. Sedangkan kecemasan muncul jika
bahaya berasal dari dalam diri, tidak jelas, atau menyebabkan konflik bagi
individu. Kecemasan berasal dari perasaan tidak sadar yang berada didalam
kepribadian sendiri, dan tidak berhubungan dengan objek yang nyata atau
keadaan yang benar-benar ada.
Kholil Lur Rochman, (2010:103) mengemukakan beberapa gejala-
gejala dari kecemasan antara lain :
13
c. Gejala kognitif dari kecemasan yaitu : khawatir tentang sesuatu,
perasaan terganggu akan ketakutan terhadap sesuatu yang terjadi
dimasa depan, keyakinan bahwa sesuatu yang menakutkan akan
segera terjadi, ketakutan akan ketidakmampuan untuk mengatasi
masalah, pikiran terasa bercampur aduk atau kebingungan, sulit
berkonsentrasi.
a. Lingkungan
Lingkungan atau sekitar tempat tinggal mempengaruhi
cara berfikir individu tentang diri sendiri maupun orang lain. Hal ini
disebabkan karena adanya pengalaman yang tidak menyenangkan
pada individu dengan keluarga, sahabat, ataupun dengan rekan kerja.
Sehingga individu tersebut merasa tidak aman terhadap
lingkungannya.
7. Sebab-sebab Kecemasan
14
hati nurani. Kecemasan ini sering pula menyertai gejala-
gejala gangguan mental, yang kadang-kadang terlihat dalam
bentuk yang umum.
c. Kecemasan yang berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa
bentuk. Kecemasan ini disebabkan oleh hal yang tidak jelas
dan tidak berhubungan dengan apapun yang terkadang
disertai dengan perasaan takut yang mempengaruhi
keseluruhan kepribadian penderitanya.
15
kurang baik maka akan menghalangi pembentukan
kepribadian sehingga muncul gejala-gejala kecemasan.
8. Gangguan Kecemasan
Gangguan kecemasan merupakan suatu gangguan yang memiliki cirri
kecemasan atau ketakutan yang tidak realistik, juga irrasional, dan tidak dapat
secara intensif ditampilkan dalam cara-cara yang jelas. Fitri Fauziah &
Julianty Widuri (2007:77) membagi gangguan kecemasan dalam beberapa
jenis, yaitu :
a. Fobia Spesifik
Yaitu suatu ketakutan yang tidak diinginkan karena
kehadiran atau antisipasi terhadap obyek atau situasi yang
spesifik.
b. Fobia Sosial
Merupakan suatu ketakutan yang tidak rasional dan
menetap, biasanya berhubungan dengan kehadiran orang lain.
Individu menghindari situasi dimana dirinya dievaluasi atau
dikritik, yang membuatnya merasa terhina atau dipermalukan,
dan menunjukkan tanda-tanda kecemasan atau menampilkan
perilaku lain yang memalukan.
c. Gangguan Panik
Gangguan panik memiliki karakteristik terjadinya
serangan panik yang spontan dan tidak terduga. Beberapa
simtom yang dapat muncul pada gangguan panik antara lain ;
sulit bernafas, jantung berdetak kencang, mual, rasa sakit
didada, berkeringat dingin, dan gemetar. Hal lain yang
penting dalam diagnosa gangguan panik adalah bahwa
individu merasa setiap serangan panik merupakan pertanda
datangnya kematian atau kecacatan.
d. Gangguan Cemas Menyeluruh
Generalized Anxiety Disorder (GAD) adalah
kekhawatiran yang berlebihan dan bersifat pervasif, disertai
dengan berbagai simtom somatik, yang menyebabkan
gangguan signifikan dalam kehidupan sosial atau pekerjaan
pada penderita, atau menimbulkan stres yang nyata.
16
panik tersebut, yaitu nafas yang pendek, palpilasi (mulut yang
kering) atau justru kerongkongan tidak bisa menelan,
ketakutan akan mati, atau bahkan takut gila.
b. Agrophobia
Yaitu suatu ketakutan berada dalam suatu tempat atau
situasi dimana ia merasa bahwa ia tidak dapat atau sukar
menjadi baik secara fisik maupu psikologis untuk melepaskan
diri. Orang-orang yang memiliki agrophobia takut pada
kerumunan dan tempat-tempat ramai.
9. Dampak Kecemasan
Rasa takut dan cemas dapat menetap bahkan meningkat meskipun
situasi yang betul-betul mengancam tidak ada, dan ketika emosi-emosi ini
tumbuh berlebihan dibandingkan dengan bahaya yang sesungguhnya, emosi
ini menjadi tidak adaptif. Kecemasan yang berlebihan dapat mempunyai
dampak yang merugikan pada pikiran serta tubuh bahkan dapat menimbulkan
penyakitpenyakit fisik (Cutler, 2004:304). Yustinus Semiun (2006:321)
membagi beberapa dampak dari kecemasan kedalam beberapa simtom, antara
lain :
a) Simtom suasana hati
Individu yang mengalami kecemasan memiliki perasaan akan
adanya hukuman dan bencana yang mengancam dari suatu sumber
tertentu yang tidak diketahui. Orang yang mengalami kecemasan tidak
bisa tidur, dan dengan demikian dapat menyebabkan sifat mudah
marah.
b) Simtom kognitif
Kecemasan dapat menyebabkan kekhawatiran dan keprihatinan
pada individu mengenai hal-hal yang tidak menyenangkan yang
mungkin terjadi. Individu tersebut tidak memperhatikan masalah-
masalah real yang ada, sehingga individu sering tidak bekerja atau
belajar secara efektif, dan akhirnya dia akan menjadi lebih merasa
cemas.
a) Simtom motor
Orang-orang yang mengalami kecemasan sering merasa tidak
tenang, gugup, kegiatan motor menjadi tanpa arti dan tujuan, misalnya
jari-jari kaki mengetuk-ngetuk, dan sangat kaget terhadap suara yang
terjadi secara tiba-tiba. Simtom motor merupakan gambaran
rangsangan kognitif yang tinggi pada individu dan merupakan usaha
untuk melindungi dirinya dari apa saja yang dirasanya mengancam.
17
a) Kepanikan yang amat sangat dan karena itu gagal berfungsi secara
normal atau menyesuaikan diri pada situasi.
b) Gagal mengetahui terlebih dahulu bahayanya dan mengambil tindakan
pencegahan yang mencukupi.
18
j) Gejala pernapasan: rasa tertekan di dada, perasaan tercekik,
sering menarik napas panjang dan merasa napas pendek.
k) Gejala gastrointestinal: sulit menelan, obstipasi, berat badan
menurun, mual dan muntah, nyeri lambung sebelum dan
sesudah makan, perasaan panas di perut.
l) Gejala urogenital: sering kencing, tidak dapat menahan
kencing, amenorrhea, ereksi lemah atau impotensi.
m) Gejala vegetatif: mulut kering, mudah berkeringat, muka
merah, bulu kuduk berdiri, pusing atau sakit kepala.
n) Perilaku sewaktu wawancara: gelisah, jari-jari gemetar,
mengkerutkan dahi atau kening, muka tegang, tonus otot
meningkat dan napas pendek dan cepat.
b) Obat – obatan
19
Serangan kecemasan dapat diatasi dengan obat anti-depresan,
buspiron, beta-bloker (propanolol), obat penenang (diazepam), dan
pregabalin. Obat-obat ini dapat meringankan gejala dengan cara
mengubah keseimbangan substansi kimia yang ada di otak yang
mempengaruhi kecemasan.
20