Anda di halaman 1dari 20

BAB II

Pendahuluan

A. Latar belakang
Pada ilmu kedokteran, kecemasan sering dikenal dengan nama
anxietas. Anxietas dapat ditimpulkan oleh situasi atau obyek yang berasaldari
luar individu itu sendiri, yang sebenarnya pada saat kejadian tidak
membahayakan. Pada kondisi lain, anxietas juga dapat ditimbulkan dari diri
individu itu sendiri, seperti perasaan takut akan adanya penyakit (nosofobia)
dan ketakutan akan perubahan bentuk badan (dismorfobia). Sebagai
akibatnya, obyek atau situasi tersebut seringkali dihindari atau dihadapi
dengan rasa terancam (Maslim, 2001: 72). Gangguan anxietas juga akan
berakibat adanya ancaman baik eksternal maupun internal, misalnya cedera
tubuh, rasa takut, keputusasaan, kemungkinan mendapat hukuman, frustasi
perpisahan, gangguan terhadap status atau terganggunya kebutuhan seseorang
(Ibrahim, 2002).
Gangguan anxietas di Indonesia terutama di kota Jakarta,
menunjukkan prevalensi yang jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata umum.
Prevalensi (angka kesakitan) gangguan anxietas berkisar pada angka 6-7%
dari populasi umum. Kelompok perempuan lebih banyak mengalami
gangguan anxietas jika dibandingkan dengan prevalensi kelompok laki-laki.
Penelitian juga dilakukan pada sejumlah karyawan pada tingkat eksekutif di
beberapa instansi pemerintah, maupun instansi swasta di Jakarta,
menunjukkan prevalensi fobia sosial, (satu jenis gangguan anxietas), sebesar
10-16%. Penelitian yang dilakukan pada kelompok laki-laki dan kelompok
perempuan pada murid SLA di 2 kawasan Jakarta yaitu Jakarta Selatan
danJakarta Utara, prevalensi gangguan anxietas sebesar 8-12% (Ibrahim,
2002).

B. Tujuan
Mengetahui konsep dari aman nyaman dalaam kecemasan untuk
melakukan asuhan keperawatan atau tindakan kepada seseorang cemas.

C. Manfaat
 Menambah wawasan dan kemampuan berpikir mengenai penerapan
teori yang telah didapat dari mata kuliah yang telah diterima kedalam
penelitian yang sebenarnya.

1
 Hasil penelitian dapat digunakan untuk menggambarkan sistem
penilaian pelayanan yang berjalan saat ini di Perguruan Tinggi
Raharja.
 Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai sarana diagnosis dalam
mencari sebab masalah atau kegagalan yang terjadi di dalam sistem
penilaian pelayanan yang sedang berjalan. Dengan demikian akan
memudahkan pencarian alternatif pemecahan masalah-masalah
tersebut.
 Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai sarana untuk menyusun
strategi pengembangan sistem penilaian pelayanan yang berjalan.

2
BAB II
ISI

A. Konsep Dasar Aman Nyaman

1. Definisi Aman Nyaman

Keamanan adalah keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis atau
bisa juga keadaan aman dan tentram (Potter & perry, 2006). Perubahan kenyamanan
adalah keadaan dimana individu mengalami sensasi yang tidak menyenangkan dan
berespons terhadap suatu rangsangan yang berbahaya (Carpenito, Linda Jual, 2000).

Kolcaba (1992, dalam Potter & Perry, 2006) mengungkapkan


kenyamanan/ rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar
manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan
penampilan seharihari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan trasenden (keadaan
tentang suatu yang melebihi masalah). Kenyamanan mesti dipandang secara holistic
yang mencakup empat aspek yaitu:

a. Fisik, berhubungan dengan sensasi tubuh;


b. Sosial, berhubungan dengan hubungan interpersonal, keluarga, dan
social;
c. Psikospiritual, berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri
sendiri yang meliputi harga diri, seksualitas, dan makna kehidupan;
d. Lingkungan, berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal
manusia seperti cahaya, bunyi, temperature, warna, dan unsure alamiah
lainnya.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aman dan Nyaman

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keamanan dan


kenyamanan (Yusuf, 2005).
a. Emosi Kecemasan, depresi, dan marah akan mudah terjadi dan
mempengaruhi keamanan dan kenyamanan.

3
b. Status Mobilisasi Keterbatasan aktivitas, paralis, kelemahan otot, dan
kesadaran menurun memudahkan terjadinya resiko injury.
c. Gangguan Persepsi Sensory Mempengaruhi adaptasi terhadap
rangsangan yang berbahaya seperti gangguan penciuman dan
penglihatan.
d. Keadaan Imunitas Gangguan ini akan menimbulkan daya tahan tubuh
kurang sehingga mudah terserang penyakit.
e. Tingkat Kesadaran Pada pasien koma, respon akan menurun terhadap
rangsangan, paralisis, disorientasi, dan kurang tidur.
f. Informasi atau Komunikasi Gangguan komunikasi seperti aphasia atau
tidak dapat membaca dapat menimbulkan kecelakaan.
g. Gangguan Tingkat Pengetahuan Kesadaran akan terjadi gangguan
keselamatan dan keamanan dapat diprediksi sebelumnya.
h. Penggunaan Antibiotik yang Tidak Rasional Antibiotik dapat
menimbulkan resisten dan anafilaktik syok.
i. Status Nutrisi Universitas Sumatera Utara Keadaan kurang nutrisi
dapat menimbulkan kelemahan dan mudah menimbulkan penyakit,
demikian sebaliknya dapat beresiko terhadap penyakit tertentu.
j. Usia Pembedaan perkembangan yang ditemukan diantara kelompok
usia anak-anak dan lansia mempengaruhi reaksi terhadap nyeri.
k. Jenis Kelamin Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara
bermakna dalam merespon nyeri dan tingkat kenyamanannya.
l. Kebudayaan Keyakinan dan nilai-nilai kebudayaan mempengaruhi
cara individu mengatasi nyeri dan tingkat kenyamanan yang mereka
punyai.

B. Konsep Dasar Cemas

1. Definisi Cemas
Cemas (ansietas) adalah sebuah emosi dan pengalaman
subjektif dari seseorang. Pengertian lain cemas adalah suatu keadaan
yang membuat seseorang tidak nyaman dan terbagi dalam beberapa
tingkatan. Jadi, cemas berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti dan
berdaya (Kusumawati & Hartono, 2010).

4
Pada dasarnya, kecemasan merupakan hal wajar yang
pernah dialami oleh setiap manusia. Kecemasan sudah dianggap
sebagai bagian dari kehidupan

sehari-hari. Kecemasan adalah suatu perasaan yang sifatnya umum,


dimana
seseorang merasa ketakutan atau kehilangan kepercayaan diri yang
tidak jelas asal maupun wujudnya (Sutardjo Wiramihardja, 2005:66).

Cemas berbeda dengan gangguan cemas.Ansietas


(cemas) adalah suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan dan
tidak dapat dibenarkan yang sering disertai gejala fisiologis, sedangkan
pada gangguan cemas terkandung unsur penderitaan yang bermakna
dan gangguan fungsi yang disebabkan oleh kecemasan tersebut (David
A. Tomb, 1993).
Respons yang timbul cemas yaitu khawatir, gelisah
tidak tenang dan dapat disertai dengan keluhan fisik. Kondisi dialami
secara subjektif dan dikomunikasikan Universitas Sumatera Utara
dalam hubungan interpersonal.Cemas berbeda dengan rasa takut yang
merupakan penilaian intelektual terhadap sesuatu yang
berbahaya.Cemas adalah respon emosional terhadap penilaian tersebut
yang penyebabnya tidak diketahui. Sedangkan rasa takut mempunyai
penyebab yang jelas dan dapat dipahami.Kapasitas cemas diperlukan
untuk bertahan hidup, tetapi tingkat ansietas yang parah tidak sejalan
dengan kehidupan (Riyadi & Purwanto, 2009).

2. Etiologi Cemas

Pembagian etiologi cemas (Kusumawati & Hartono, 2010)

a. Faktor Predisposisi (Pendukung)

Ketegangan dalam kehidupan dapat berupa hal-hal sebagai


berikut:

5
1) Peristiwa traumatic
Peristiwa traumatic mengakibatkan korban berisiko besar
mengalami gangguan kejiwaan. Bila terjadi kurang dari satu bulan
disebut reaksi stress akut. Namun bila terjadi lebih dari satu bulan
disebut gangguan stress pasca trauma.
2) Konflik emosional
Konflik emosional yang dialami individu dan tidak
terselesaikan dengan baik.Konflik antara ide dan super ego atau antara
keinginan dan kenyataan dapat menimbulkan kecemasan pada individu.
3) Gangguan konsep diri
Konsep diri yang terganggu akan menimbulkan
ketidakmampuan individu berpikir secara realitas sehingga akan
menimbulkan kecemasan.
4) Frustasi
Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk
mengambil keputusan yang berdampak terhadap ego.
5) Gangguan fisik
Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena
merupakan ancaman terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi
konsep diri individu.
6) Pola mekanisme koping keluarga
Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga
menangani stress akan mempengaruhi individu dalam berespon terhadap
konflik yang dialami karena pola mekanisme koping individu banyak
dipelajari dalam keluarga.
7) Riwayat gangguan kecemasan
Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan
mempengaruhi respons individu dalam berespons terhadap konflik dan
mengatasi kecemasannya.
8) Medikasi
Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah
pengobatan yang mengandung benzodizepin, karena benzodiazepine
dapat menekan neurotransmitter gamma amino butyric acid (GABA)
yang mengontrol aktifitas neuron di otak yang bertanggung jawab
menghasilkan kecemasan.

6
b) Faktor Presipitasi

1) Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam


integritas fisik yang meliputi, sumber internal dan eksternal.
Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem
imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya:
hamil). Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus
dan bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi,
tidak adekuatnya tempat tinggal.
2) Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber onternal dan eksternal.
Sumber internal adalah kesulitan dalam berhubungan interpersonal di
rumah dan tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru.Berbagai
ancaman terhadap integritas fisik Universitas Sumatera Utara juga dapat
mengancam harga diri.Sumber eksternal adalah kehilangan orang yang
dicintai, perceraian, tekanan kelompok, social budaya.

3. Tingkatan Cemas

Cemas memiliki dua aspek yakni aspek yang sehat dan aspek
membahayakan, yang bergantung pada tingkat cemas, lama cemas yang
dialami, dan seberapa baik individu melakukan koping terhadap cemas.
Menurut Peplau dalam (Videbeck, 2008) ada empat tingkat kecemasan yang
dialami oleh individu yaitu ringan, sedang, berat dan panik :

7
a) Cemas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan
membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan
membantu individu memfokuskan perhatian untuk belajar,
menyelesaikan masalah, berpikir, bertindak, merasakan, dan
melindungi diri sendiri. Menurut (Videbeck, 2008), respons dari
cemas ringan adalah sebagai berikut:

Respon Fisik Respon Kognitif Respons emosional

a. Ketegangan otot a. Lapang persepsi luas a. Perilaku otomatis.


ringan. b. Terlihat tenang, b. Sedikit tidak sadar.
b. Sadar akan percaya c. Aktivitas menyendiri.
lingkungan. diri. d. Terstimulasi.
c. Rileks atau sedikit c. Perasaan gagal e. Tenang.
gelisah. sedikit.
d. Penuh perhatian. d. Waspada dan
e. Rajin memperhatikan banyak
hal.
e. Mempertimbangkan
informasi.
f. Tingkat pembelajaran
informal

8
b) Cemas sedang merupakan perasaan yang mengganggu bahwa ada
sesuatu yang benar-benar berbeda; individu menjadi gugup atau
agitasi. Menurut (Videbeck, 2008), respons dari ansietas sedang adalah
sebagai berikut:

Respons Fisik Respons Kognitif Respons Emosional

a. Ketegangan otot a. Lapang persepsi a. Tidak nyaman.


sedang. menurun. b. Mudah
b. Tanda-tanda vital b. Tidak perhatian tersinggung.
meningkat. secara c. Kepercayaan diri
c. Pupil dilatasi, mulai selektif. goyah.
berkeringat. c. Fokus terhadap d. Tidak sabar.
d. Sering mondar stimulus meningkat. e. Gembira.
mandir, d. Rentang perhatian
memukul menurun.
tangan. e. Penyelesaian
e. Suara berubah: masalah
bergetar, nada suara menurun.
tinggi. f. Pembelajaran
f. Kewaspadaan dan terjadi
ketegangan dengan
meningkat. memfokuskan.
g. Sering berkemih,
sakit kepala, pola
tidur berubah, nyeri
punggung.

9
c) Cemas berat, yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman,
memperlihatkan respons takut dan distress. Menurut (Videbeck, 2008),
respons dari ansietas berat adalah sebagai berikut:

Respons Fisik Respons Kognitif Respons Emosional

a. Ketegangan otot a. Lapang persepsi a. Sangat cemas.


berat. terbatas. b. Agitasi.
b. Hiperventilasi. b. Proses berpikir c. Takut.
c. Kontak mata buruk. terpecah-pecah. d. Bingung.
d. Pengeluaran keringat c. Sulit berpikir. e. Merasa tidak kuat.
meningkat. d. Penyelesaian masalah f. Menarik diri.
e. Bicara cepat, nada buruk. g. Penyangkalan.
suara tinggi. e. Tidak mampu h. Ingin bebas.
f. Tindakan tanpa mempertimbangkan
tujuan dan informasi.
serampangan. f. Hanya memerhatikan
g. Rahang menegang, ancaman.
mengertakan gigi. g. Preokupasi dengan
h. Mondar-mandir, pikiran sendiri.
berteriak. h. Egosentris.
i. Meremas tangan,
gemetar.

10
d) Panik, individu kehilangan kendali dan detail perhatian hilang, karena
hilangnya control, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun
dengan perintah. Menurut (Videbeck, 2008), respons dari panik adalah
sebagai berikut:
Respons Fisik Respons Kognitif Respons Emosional

a. Flight, fight, atau a. Persepsi sangat a. Merasa terbebani.


freeze. sempit. b. Merasa tidak
b. Ketegangan otot b. Pikiran tidak logis, mampu, tidak
sangat berat. terganggu. berdaya.
c. Agitasi motorik c. Kepribadian kacau. c. Lepas kendali.
kasar. d. Tidak dapat d. Mengamuk, putus
d. Pupil dilatasi menyelesaikan asa
e. Tanda-tanda vital masalah. e. Marah, sangat takut
f. Tidak dapat tidur. e. Fokus pada pikiran f. Menghasilkan hasil
g. Hormon stress dan sendiri. yang buruk.
neurotransmitter f. Tidak rasional. g. Kaget, takut.
berkurang. g. Sulit memahami h. Mengharapkan
h. Wajah menyeringai, stimulus eksternal. hasil yang buruk.
mulut ternganga. h. Halusinasi, waham, i. Marah, sangat takut.
ilusi j. Mengharapkan hasil
mungkin terjadi. yang buruk.
k. Kaget, takut.
l. Lelah.

Gambar berikut adalah rentang respon cemas:

4. Mekanisme Koping untuk Mengatasi Cemas.

11
Menurut (Riyadi & Purwanto, 2009) ketika mengalami cemas,
individu menggunakann berbagai mekanisme koping untuk mencoba
mengatasinya dan ketidakmampuan mengatasi cemas secara kontruktif
merupakan penyebab utama terjadinya perilaku patologis. Pola yang biasa
digunakan individu untuk mengatasi cemas ringan cenderung tetap dominan
ketika cemas menghebat. Cemas tingkat sering ditanggulangi tanpa pemikiran
yang serius. Tingkat cemas sedang dan berat menimbulkan dua jenis
mekanisme koping:

a. Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari


dan berorientasi pada tindakan untuk memenuhi tuntutan situasi
stress secara realistis.
1) Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah,
menghilangkan atau mengatasi hambatan pemenuhan
fisik.
2) Perilaku menarik diri digunakan baik secara fisik maupun
psikologis untuk memindahkan seseorang dari sumber
stress.
3) Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara
seseorang mengoperasikan, mengganti tujuan atau
mengorbankan aspek kebutuhan personal seseorang.
b. Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi cemas ringan
dan sedang tetapi jika berlangsung pada tingkat tidak sadar dan
melibatkan penipuan diri dan distorsi realitas maka mekanisme
ini dapat merupakan respons maladaptive terhadap stres.

5. Gejala-gejala Kecemasan

Kecemasan adalah suatu keadaan yang menggoncangkan karena


adanya ancaman terhadap kesehatan. Individu-individu yang tergolong normal
kadang kala mengalami kecemasan yang menampak, sehingga dapat
disaksikan pada penampilan yang berupa gejala-gejala fisik maupun mental.
Gejala tersebut lebih jelas pada individu yang mengalami gangguan mental.
Lebih jelas lagi bagi individu yang mengidap penyakit mental yang parah.
Gejala-gejala yang bersifat fisik diantaranya adalah : jari tangan
dingin, detak jantung makin cepat, berkeringat dingin, kepala pusing, nafsu
makan berkurang, tidur tidak nyenyak, dada sesak.Gejala yang bersifat mental
adalah ketakutan merasa akan ditimpa bahaya, tidak dapat memusatkan
perhatian, tidak tenteram, ingin lari dari kenyataan (Siti Sundari, 2004:62).
Kecemasan juga memiliki karakteristik berupa munculnya perasaan
takut dan kehati-hatian atau kewaspadaan yang tidak jelas dantidak

12
menyenangkan. Gejala-gejala kecemasan yang muncul dapat berbeda pada
masing-masing orang. Kaplan, Sadock, & Grebb (Fitri Fauziah & Julianti
Widury, 2007:74) menyebutkan bahwa takut dan cemas merupakan dua emosi
yang berfungsi sebagai tanda akan adanya suatu bahaya. Rasa takut muncul
jika terdapat ancaman yang jelas atau nyata, berasal dari lingkungan, dan tidak
menimbulkan konflik bagi individu. Sedangkan kecemasan muncul jika
bahaya berasal dari dalam diri, tidak jelas, atau menyebabkan konflik bagi
individu. Kecemasan berasal dari perasaan tidak sadar yang berada didalam
kepribadian sendiri, dan tidak berhubungan dengan objek yang nyata atau
keadaan yang benar-benar ada.
Kholil Lur Rochman, (2010:103) mengemukakan beberapa gejala-
gejala dari kecemasan antara lain :

a. Ada saja hal-hal yang sangat mencemaskan hati, hampir setiap


kejadian menimbulkan rasa takut dan cemas. Kecemasan
tersebut merupakan bentuk ketidakberanian terhadap hal-hal
yang tidak jelas.
b. Adanya emosi-emosi yang kuat dan sangat tidak stabil. Suka
marah dan sering dalam keadaan exited (heboh) yang
memuncak, sangat irritable, akan tetapi sering juga dihinggapi
depresi.
c. Diikuti oleh bermacam-macam fantasi, delusi, ilusi, dan
delusion of persecution (delusi yang dikejar-kejar).
d. Sering merasa mual dan muntah-muntah, badan terasa sangat
lelah, banyak berkeringat, gemetar, dan seringkali menderita
diare.
e. Muncul ketegangan dan ketakutan yang kronis yang
menyebabkan tekanan jantung menjadi sangat cepat atau tekanan
darah tinggi.

Nevid Jeffrey S, Spencer A, & Greene Beverly (2005:164)


mengklasifikasikan gejala-gejala kecemasan dalam tiga jenis gejala,
diantaranya yaitu :

a. Gejala fisik dari kecemasan yaitu : kegelisahan, anggota tubuh


bergetar, banyak berkeringat, sulit bernafas, jantung berdetak
kencang, merasa lemas, panas dingin, mudah marah atau
tersinggung.
b. Gejala behavioral dari kecemasan yaitu : berperilaku
menghindar, terguncang, melekat dan dependen

13
c. Gejala kognitif dari kecemasan yaitu : khawatir tentang sesuatu,
perasaan terganggu akan ketakutan terhadap sesuatu yang terjadi
dimasa depan, keyakinan bahwa sesuatu yang menakutkan akan
segera terjadi, ketakutan akan ketidakmampuan untuk mengatasi
masalah, pikiran terasa bercampur aduk atau kebingungan, sulit
berkonsentrasi.

6. Faktor-faktor Penyebab Kecemasan

Kecemasan sering kali berkembang selama jangka waktu dan


sebagian besar tergantunga pada seluruh pengalaman hidup seseorang.
Peristiwaperistiwa atau situasi khusus dapat mempercepat munculnya
serangan kecemasan. Menurut Savitri Ramaiah (2003:11) ada beberapa faktor
yang menunujukkan reaksi kecemasan, diantaranya yaitu :

a. Lingkungan
Lingkungan atau sekitar tempat tinggal mempengaruhi
cara berfikir individu tentang diri sendiri maupun orang lain. Hal ini
disebabkan karena adanya pengalaman yang tidak menyenangkan
pada individu dengan keluarga, sahabat, ataupun dengan rekan kerja.
Sehingga individu tersebut merasa tidak aman terhadap
lingkungannya.

b. Emosi yang ditekan


Kecemasan bisa terjadi jika individu tidak mampu
menemukan jalankeluar untuk perasaannya sendiri dalam hubungan
personal ini, terutama jika dirinya menekan rasa marah atau frustasi
dalam jangka waktu yang sangat lama.

7. Sebab-sebab Kecemasan

Pikiran dan tubuh senantiasa saling berinteraksi dan dapat


menyebabkan timbulnya kecemasan. Hal ini terlihat dalam kondisi seperti
misalnya kehamilan, semasa remaja dan sewaktu pulih dari suatu penyakit.
Selama ditimpa kondisi-kondisi ini, perubahan-perubahan perasaan lazim
muncul, dan ini dapat menyebabkan timbulnya kecemasan. Zakiah Daradjat
(Kholil Lur Rochman, 2010:167) mengemukakan beberapa penyebab dari
kecemasan yaitu :
a. Rasa cemas yang timbul akibat melihat adanya bahaya yang
mengancam dirinya. Kecemasan ini lebih dekat dengan rasa
takut, karena sumbernya terlihat jelas didalam pikiran
b. Cemas karena merasa berdosa atau bersalah, karena
melakukan hal-hal yang berlawanan dengan keyakinan atau

14
hati nurani. Kecemasan ini sering pula menyertai gejala-
gejala gangguan mental, yang kadang-kadang terlihat dalam
bentuk yang umum.
c. Kecemasan yang berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa
bentuk. Kecemasan ini disebabkan oleh hal yang tidak jelas
dan tidak berhubungan dengan apapun yang terkadang
disertai dengan perasaan takut yang mempengaruhi
keseluruhan kepribadian penderitanya.

Kecemasan hadir karena adanya suatu emosi yang berlebihan.


Selain itu, keduanya mampu hadir karena lingkungan yang menyertainya, baik
lingkungan keluarga, sekolah, maupun penyebabnya. Musfir Az-Zahrani
(2005:511) menyebutkan faktor yang memepengaruhi adanya kecemasan
yaitu :
a. Lingkungan keluarga
Keadaan rumah dengan kondisi yang penuh dengan
pertengkaran atau penuh dengan kesalahpahaman serta adanya
ketidakpedulian orangtua terhadap anak-anaknya, dapat menyebabkan
ketidaknyamanan serta kecemasan pada anak saat berada didalam rumah
b. Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial adalah salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi kecemasan individu. Jika individu tersebut berada pada
lingkungan yang tidak baik, dan individu tersebut menimbulkan suatu perilaku
yang buruk, maka akan menimbulkan adanya berbagai penilaian buruk dimata
masyarakat. Sehingga dapat menyebabkan munculnya kecemasan.

Kecemasan timbul karena adanya ancaman atau bahaya yang


tidak nyata dan sewaktu-waktu terjadi pada diri individu serta adanya
penolakan dari masyarakat menyebabkan kecemasan berada di lingkungan
yang baru dihadapi (Patotisuro Lumban Gaol, 2004: 24). Sedangkan Page
(Elina Raharisti Rufaidah, 2009: 31) menyatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kecemasan adalah :
a. Faktor fisik
Kelemahan fisik dapat melemahkan kondisi mental
individu sehingga memudahkan timbulnya kecemasan.
b. Trauma atau konflik
Munculnya gejala kecemasan sangat bergantung pada
kondisi individu, dalam arti bahwa pengalaman-pengalaman
emosional atau konflik mental yang terjadi pada individu
akan memudahkan timbulnya gejala-gejala kecemasan.
c. Lingkungan awal yang tidak baik.
Lingkungan adalah faktor-faktor utama yang dapat
mempengaruhi kecemasan individu, jika faktor tersebut

15
kurang baik maka akan menghalangi pembentukan
kepribadian sehingga muncul gejala-gejala kecemasan.

8. Gangguan Kecemasan
Gangguan kecemasan merupakan suatu gangguan yang memiliki cirri
kecemasan atau ketakutan yang tidak realistik, juga irrasional, dan tidak dapat
secara intensif ditampilkan dalam cara-cara yang jelas. Fitri Fauziah &
Julianty Widuri (2007:77) membagi gangguan kecemasan dalam beberapa
jenis, yaitu :
a. Fobia Spesifik
Yaitu suatu ketakutan yang tidak diinginkan karena
kehadiran atau antisipasi terhadap obyek atau situasi yang
spesifik.
b. Fobia Sosial
Merupakan suatu ketakutan yang tidak rasional dan
menetap, biasanya berhubungan dengan kehadiran orang lain.
Individu menghindari situasi dimana dirinya dievaluasi atau
dikritik, yang membuatnya merasa terhina atau dipermalukan,
dan menunjukkan tanda-tanda kecemasan atau menampilkan
perilaku lain yang memalukan.
c. Gangguan Panik
Gangguan panik memiliki karakteristik terjadinya
serangan panik yang spontan dan tidak terduga. Beberapa
simtom yang dapat muncul pada gangguan panik antara lain ;
sulit bernafas, jantung berdetak kencang, mual, rasa sakit
didada, berkeringat dingin, dan gemetar. Hal lain yang
penting dalam diagnosa gangguan panik adalah bahwa
individu merasa setiap serangan panik merupakan pertanda
datangnya kematian atau kecacatan.
d. Gangguan Cemas Menyeluruh
Generalized Anxiety Disorder (GAD) adalah
kekhawatiran yang berlebihan dan bersifat pervasif, disertai
dengan berbagai simtom somatik, yang menyebabkan
gangguan signifikan dalam kehidupan sosial atau pekerjaan
pada penderita, atau menimbulkan stres yang nyata.

Sedangkan Sutardjo Wiramihardja (2005:71) membagi gangguan


kecemasan yang terdiri dari :
a. Panic Disorder
Panic Disorder ditandai dengan munculnya satu atau
dua serangan panic yang tidak diharapkan, yang tidak dipicu
oleh hal-hal yang bagi orang lain bukan merupakan masalah
luar biasa. Ada beberapa simtom yang menandakan kondisi

16
panik tersebut, yaitu nafas yang pendek, palpilasi (mulut yang
kering) atau justru kerongkongan tidak bisa menelan,
ketakutan akan mati, atau bahkan takut gila.
b. Agrophobia
Yaitu suatu ketakutan berada dalam suatu tempat atau
situasi dimana ia merasa bahwa ia tidak dapat atau sukar
menjadi baik secara fisik maupu psikologis untuk melepaskan
diri. Orang-orang yang memiliki agrophobia takut pada
kerumunan dan tempat-tempat ramai.

9. Dampak Kecemasan
Rasa takut dan cemas dapat menetap bahkan meningkat meskipun
situasi yang betul-betul mengancam tidak ada, dan ketika emosi-emosi ini
tumbuh berlebihan dibandingkan dengan bahaya yang sesungguhnya, emosi
ini menjadi tidak adaptif. Kecemasan yang berlebihan dapat mempunyai
dampak yang merugikan pada pikiran serta tubuh bahkan dapat menimbulkan
penyakitpenyakit fisik (Cutler, 2004:304). Yustinus Semiun (2006:321)
membagi beberapa dampak dari kecemasan kedalam beberapa simtom, antara
lain :
a) Simtom suasana hati
Individu yang mengalami kecemasan memiliki perasaan akan
adanya hukuman dan bencana yang mengancam dari suatu sumber
tertentu yang tidak diketahui. Orang yang mengalami kecemasan tidak
bisa tidur, dan dengan demikian dapat menyebabkan sifat mudah
marah.
b) Simtom kognitif
Kecemasan dapat menyebabkan kekhawatiran dan keprihatinan
pada individu mengenai hal-hal yang tidak menyenangkan yang
mungkin terjadi. Individu tersebut tidak memperhatikan masalah-
masalah real yang ada, sehingga individu sering tidak bekerja atau
belajar secara efektif, dan akhirnya dia akan menjadi lebih merasa
cemas.
a) Simtom motor
Orang-orang yang mengalami kecemasan sering merasa tidak
tenang, gugup, kegiatan motor menjadi tanpa arti dan tujuan, misalnya
jari-jari kaki mengetuk-ngetuk, dan sangat kaget terhadap suara yang
terjadi secara tiba-tiba. Simtom motor merupakan gambaran
rangsangan kognitif yang tinggi pada individu dan merupakan usaha
untuk melindungi dirinya dari apa saja yang dirasanya mengancam.

Menurut Savitri Ramaiah (2005:9) kecemasan biasanya dapat


menyebabkan dua akibat, yaitu :

17
a) Kepanikan yang amat sangat dan karena itu gagal berfungsi secara
normal atau menyesuaikan diri pada situasi.
b) Gagal mengetahui terlebih dahulu bahayanya dan mengambil tindakan
pencegahan yang mencukupi.

10. Alat ukur Tingkat Kecemasan


Tingkat kecemasan dapat diukur dengan pengukuran skor
kecemasan menurut alat ukur kecemasan yang disebut HARS
(Hamilton Anxiety Rating Scale). Skala HARS merupakan pengukuran
kecemasan yang didasarkan pada munculnya gejala pada individu
yang mengalami kecemasan. Menurut skala HARS terdapat 14 gejala
yang nampak pada individu yang mengalami kecemasan. Setiap item
yang diobservasi diberi 5 tingkatan skor antara 0 (Nol Present) sampai
dengan 4.
Skala HARS pertama kali digunakan pada tahun 1959, yang
diperkenalkan oleh Max Hamilton dan sekarang telah menjadi standar
dalam pengukuran kecemasan terutama pada penelitian clinical trial.
Skala HARS telah dibuktikan memiliki validitas dan reliabilitas cukup
tinggi untuk melakukan pengukuran kecemasan pada penelitian
clinical trial yaitu 0,93 dan 0,97. Kondisi ini menunjukkan bahwa
pengukuran kecemasan dengan menggunakan skala HARS akan
diperoleh hasil yang valid dan reliable.
Skala HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale) dalam penilaian
kecemasan terdiri dan 14 item, meliputi :
a) Perasaan cemas firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah
tersinggung.
b) Ketegangan merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah terganggu
dan lesu.
c) Ketakutan: takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila
tinggal sendiri dan takut pada binatang besar.
d) Gangguan tidur: sukar memulai tidur, terbangun pada malam
hari, tidur tidak pulas dan mimpi buruk.
e) Gangguan kecerdasan: penurunan daya ingat, mudah lupa dan
sulit konsentrasi.
f) Perasaan depresi: hilangnya minat, berkurangnya kesenangan
pada hobi, sedih, perasaan tidak menyenangkan sepanjang hari.
g) Gejala somatik: nyeri pada otot-otot dan kaku, gertakan gigi,
suara tidak stabil dan kedutan otot.
h) Gejala sensorik: perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur,
muka merah dan pucat serta merasa lemah.
i) Gejala kardiovaskuler: takikardi, nyeri di dada, denyut nadi
mengeras dan detak jantung hilang sekejap.

18
j) Gejala pernapasan: rasa tertekan di dada, perasaan tercekik,
sering menarik napas panjang dan merasa napas pendek.
k) Gejala gastrointestinal: sulit menelan, obstipasi, berat badan
menurun, mual dan muntah, nyeri lambung sebelum dan
sesudah makan, perasaan panas di perut.
l) Gejala urogenital: sering kencing, tidak dapat menahan
kencing, amenorrhea, ereksi lemah atau impotensi.
m) Gejala vegetatif: mulut kering, mudah berkeringat, muka
merah, bulu kuduk berdiri, pusing atau sakit kepala.
n) Perilaku sewaktu wawancara: gelisah, jari-jari gemetar,
mengkerutkan dahi atau kening, muka tegang, tonus otot
meningkat dan napas pendek dan cepat.

Cara penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan kategori:


0 = tidak ada gejala sama sekali
1 = Satu dari gejala yang ada
2 = Sedang/ separuh dari gejala yang ada
3 = berat/lebih dari ½ gejala yang ada
4 = sangat berat semua gejala ada
Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor dan item
1-14 dengan hasil:
a. Skor kurang dari 6 = tidak ada kecemasan.
b. Skor 7 – 14 = kecemasan ringan.
c. Skor 15 – 27 = kecemasan sedang.
d. Skor lebih dari 27 = kecemasan berat

11. Penanganan untuk kecemasan

Ada dua pilihan umum untuk mengatasi gangguan kecemasan, yaitu:

a) Pengobatan Tanpa Obat/Curhat 

Terapi perilaku kognitif adalah salah satu terapi yang paling


sering dan paling efektif untuk mengatasi kecemasan. Dokter Anda
akan membantu Anda mengerti alur pemikiran Anda dan
mengidentifikasi apakah ada pemikiran atau perilaku buruk yang
mungkin berasal dari kecemasan Anda sehingga anda dapat
menghindari pemikiran dan perilaku tersebut. Dokter Anda juga akan
merekomendasikan beberapa hal berikut ini tergantung dengan kondisi
Anda: konseling, hipnoterapi, sesi relaksasi, dan kursus manajemen
kecemasan.

b) Obat – obatan

19
Serangan kecemasan dapat diatasi dengan obat anti-depresan,
buspiron, beta-bloker (propanolol), obat penenang (diazepam), dan
pregabalin. Obat-obat ini dapat meringankan gejala dengan cara
mengubah keseimbangan substansi kimia yang ada di otak yang
mempengaruhi kecemasan.

Obat khusus untuk mengatasi ganguuan kecemasan belum ditemukan.


Namun, kombinasi konseling, obat-obatan, dan opsi lainnya dapat mengatasi
gangguan secara mudah. Perubahan gaya hidup seperti olahraga rutin, latihan
pernapasan, teknik relaksasi diri, dan yoga juga bermanfaat. Penelitain membuktikan
bahwa orang-orang yang menderita kecemasan dapat mengontrol atau mengurangi
serangan kecemasan dengan menghindari makanan atau minuman yang mengandung
kafein seperti kopi, cola, dan coklat.

12. Reaksi cemas( alarm raction,AR).

Reaksi ini merupakan reaksi awal pertahanan tubuh terhadap


stressor. Tubuh menghidari penyebab stress, dan secara sadar atau
tidak sadar, terpicu untuk melakukan tindakan. Fase ini dikenal dengan
istilah syok(shock phase).pada tahap ini,sistem syaraf otonom bereaksi
dengan melepaskan epinerfin ( ardernalin) dan kortisol dalam jumlah
besar. Dengan ini, individu siap untuk menghadapi reaksi yang
muncul atau berupayah menghindari stress(fligh or flight)
selnjutnya,tubuh memasuki tahap yanag di kenal dengan istilah pase
kontrasyok(tershock phase). Pada tahap ini,pertahanan tubuh dan
tingkat perlawanan yang telah di kerakan kembali menurun ketika fase
syok mengalami kegagalan. Jika penyebab stress cukup berat, kondisis
ini menyebabkan kematian. Misalnya pada khasus luka bakar

20

Anda mungkin juga menyukai