Anda di halaman 1dari 104

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU

PENGGUNAAN KONDOM DENGAN KEJADIAN INFEKSI


MENULAR SEKSUAL PADA PSK DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS MALANU KOTA SORONG

SKRIPSI

Disusun Oleh :

ADINDA MARINI SARASWATY BISAY


NIM. 201814201001A

YAYASAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PAPUA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PAPUA SORONG
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
2023
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU
PENGGUNAAN KONDOM DENGAN KEJADIAN INFEKSI
MENULAR SEKSUAL PADA PSK DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS MALANU KOTA SORONG

SKRIPSI

Diajukan sebagai persyaratan untuk


memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1)
pada Program Studi Ilmu Keperawatan

Disusun Oleh :

ADINDA MARINI SARASWATY BISAY


NIM. 201814201001A

YAYASAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PAPUA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PAPUA SORONG
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
2023

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan tim penguji skripsi dan telah
disetujui untuk diperbanyak, sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh
gelar Sarjana Keperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan STIKES Papua Sorong.

Sorong, 24 Maret 2023

Tim Pembimbing

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Ns. Merlis Simon, S.Kep., M.Kes Ns. Evi Hudriyah Hukom,S.Kep., M.Kes
NIDN. 0904058601 NIDN. 0918049003

Mengetahui :
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Papua

Ns. Triani Banna, S.Kep., M.Kep


NIDN. 1228058702

iii
LEMBAR PENGESAHAN
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU PENGGUNAAN
KONDOM DENGAN KEJADIAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL PADA
PSK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MALANU KOTA SORONG

Yang di persiapkan dan disusun oleh :

ADINDA MARINI SARASWATY BISAY


NIM. 201814201001A

Yang telah dipertahankan di depan dewan penguji


Pada Hari/Tanggal : Jumat, 24 Maret 2023
dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Ns. Merlis Simon, S.Kep., M.Kes Ns. Evi Hudriyah Hukom,S.Kep., M.Kes
NIDN.0904058601 NIDN.0918049003

Tim Penguji

1. Ns. Novita Mansoben, S.Kep.,M.Kep 1. ……………….

2. Ns. Fitriani, S.Kep.,M.Kep 2. …………………

3. Ns. Maylar Gurning,S.Kep.,M.Kep 3. ………………..

Sorong, 24 Maret 2023


Program Sarjana Strata Satu (S1)
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Papua Sorong
KETUA

DR.Marthen Sagrim, S.KM., M.Kes.


NIDN. 99-1200-3020

iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : ADINDA MARINI SARASWATY BISAY

Nim : 201814201001A

Program Studi : ILMU KEPERAWATAN

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa SKRIPSI yang saya tulis ini benar-benar
merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan maupun
pemikiran orang lain. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa sebagian atau
keseluruhan SKRIPSI ini merupakan hasil karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Sorong, 24 Maret 2023


Yang Menyatakan

MATERAI
10.000

ADINDA MARINI SARASWATY BISAY

v
Motto

" Yakinlah, ada sesuatu yang menantimu setelah sekian banyak kesabaran yang
kau jalani, yang akan membuatmu terpana hingga kau lupa betapa pedihnya
rasa sakit." (Ali bin Abi Thalib)

vi
LEMBAR PERSEMBAHAN

Skripsi yang saya selesaikan dengan penuh perjuangan dan pengorbanan ini saya
persembahkan kepada yang tercinta :

1. Almarhum Papa Simson Jamaludin Bisay yang hanya sempat menemani dan
mengantarkan saya hingga lulus SMA. Mama tersayang Ivony Elen Lessy yang
telah melanjutkan, mendoakan dan mengantarkan saya hingga menjadi sarjana
walaupun dengan segala keterbatasan yang ada.
2. Kakak Megie Bisay yang selalu membantu dan memberikan semangat kepada
saya,Adik Tiara Bisay dan Murni Bisay yang selalu dengan sabar mendengarkan
keluh kesah saya saat menyelesaikan skripsi ini, semoga saya menjadi contoh
yang baik untuk kalian berdua.
3. Almamater Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Papua yang menjadi tempat saya
meraih mimpi untuk menjadi seorang perawat.

vii
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) PAPUA
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
ADINDA MARINI SARASWATY BISAY
201814201001A

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU PENGGUNAAN


KONDOM DENGAN KEJADIAN IMS PADA PSK DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS MALANU KOTA SORONG
( 100 halaman + 9 tabel + 2 gambar + 15 lampiran)

ABSTRAK

Infeksi menular seksual (IMS) adalah infeksi yang menular lewat


hubungan seksual baik dengan pasangan yang sudah tertular, maupun mereka
yang sering berganti-ganti pasangan. Jumlah kasus IMS di Indonesia menurut
kelompok resiko, tertinggi adalah PSK dengan 102.084 kasus. Berdasarkan data
Puskesmas Malanu dari 58 PSK di wilayah kerja Puskesmas Malanu Kota Sorong
terdapat 30 PSK yang positif IMS di tahun 2022. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengetahuan dan perilaku penggunaan kondom dengan kejadian IMS
pada PSK di wilayah kerja Puskesmas Malanu Kota Sorong.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross
sectional. Sampel penelitian ini berjumlah 50 responden. Teknik sampling yang
digunakan yaitu total sampling dan instrumen penelitian yang digunakan berupa
kuesioner serta uji statistik yang digunakan adalah uji chi square.
Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan pengetahuan dengan
kejadian IMS pada PSK di wilayah kerja Puskesmas Malanu Kota Sorong dengan
pvalue 0.356 > 0.05, dan ada hubungan antara perilaku penggunaan kondom
dengan kejadian IMS pada PSK di wilayah kerja Puskesmas Malanu Kota Sorong
dengan nilai pvalue 0.000 < 0.05.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah pengetahuan tidak memiliki hubungan
dengan kejadian IMS pada PSK di wilayah kerja Puskesmas Malanu Kota Sorong,
dan ada hubungan antara perilaku penggunaan kondom dengan kejadian IMS pada
PSK di wilayah kerja Puskesmas Malanu Kota Sorong. Saran bagi Puskesmas
Malanu agar dapat meningkatkan pemberian penyuluhan kesehatan tentang
pencegahan IMS,serta manfaat dan cara penggunaan kondom yang benar bagi para
PSK.

Kata Kunci : Pengetahuan, Perilaku penggunaan kondom, Kejadian IMS


Jumlah Pustaka: 30 (2014-2022 )

viii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas dan rahmat dan

karunia-Nya saya dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul

“Hubungan pengetahuan dan perilaku penggunaan kondom dengan kejadian

infeksi menular seksual pada PSK di wilayah kerja Puskesmas Malanu Kota

Sorong”. Penyelesaian penyusunan skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan dan

dukungan banyak pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sehingga

pada kesempatan ini saya menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. dr. Rachel Sagrim selaku Ketua Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Papua

(YPMP), yang telah menyediakan dan memfasilitasi kampus STIKES

Papua sehingga saya dapat menempuh pendidikan hingga dapat menyusun

tugas akhir.

2. Dr. Marthen Sagrim, S.KM., M.Kes., selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan (STIKES) Papua Sorong yang telah menyediakan sarana dan

prasarana sehingga saya dapat mengikuti pendidikan di kampus STIKES

Papua.

3. Ns. Triana Banna, S.Kep.,M.Kep., selaku Ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan STIKES Papua Sorong.

4. Ns. Merlis Simon, S.Kep.,M.Kes., selaku pembimbing utama yang telah

sabar memberikan bimbingan, saran dan masukan demi menyelesaikan

penyusunan skripsi ini.

ix
5. Ns. Evi Hudriyah Hukom,S.Kep.,M.Kes., selaku pembimbing pendamping

yang telah membimbing dan memberikan masukan demi menyelesaikan

skripsi ini.

6. Ns. Novita Mansoben, S.Kep.,M.Kep., selaku ketua penguji yang telah

meluangkan waktu untuk menguji dan memberikan banyak saran dan

masukan yang bermanfaat pada skripsi ini.

7. Ns. Fitriani, S.Kep.,M.Kep selaku anggota penguji I yang telah meluangkan

waktu untuk menguji dan memberikan banyak saran dan masukan yang

bermanfaat pada skripsi ini.

8. Ns. Maylar Gurning, S.Kep.,M.Kep selaku anggota penguji II yang telah

meluangkan waktu untuk menguji dan memberikan banyak saran dan

masukan yang bermanfaat pada skripsi ini.

9. Kepala Puskesmas Malanu, Penanggung jawab Poli HIV/ IMS dan seluruh

staf, yang telah bersedia menerima dan memfasilitasi pada saat pengambilan

data awal dan saat melakukan penelitian.

10. Seluruh responden yang dengan ketulusan hati bersedia mengambil bagian

dalam proses penelitian ini.

11. Teman-teman seangkatan Prodi Keperawatan yang selalu memberikan

motivasi dan dorongan dalam menyelesaikan skripsi ini.

12. Seluruh staff dan dosen pengelola Stikes Papua Sorong.

13. Seluruh keluarga yang selalu memberikan dukungan dan motivasi kepada

saya dalam menyelesaikan studi.

x
14. Kakak Ezra yang selalu siap membantu apapun yang saya butuhkan selama

menyelesaikan skripsi ini.

15. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu, yang telah ikut

serta dalam membantu menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, baik dari segi

kerapian, kelengkapan data, serta referensi. Dengan demikian, saya mengharapkan

kritikan dan masukan yang membangun dari semua pihak, Terima Kasih.

Sorong, 24 Maret 2023

Adinda Marini Saraswaty Bisay

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL............................................................................................i
HALAMAN JUDUL...............................................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI...............................................................v
MOTTO...................................................................................................................vi
LEMBAR PERSEMBAHAN...............................................................................vii
ABSTRAK.............................................................................................................viii
KATA PENGANTAR............................................................................................ix
DAFTAR ISI..........................................................................................................xii
DAFTAR TABEL.................................................................................................xiv
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xv
DAFTAR SINGKATAN.......................................................................................xvi
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xvii
BAB I PENDAHULAN
A. Latar Belakang..........................................................................................18
B. Rumusan Masalah....................................................................................21
C. Tujuan Penelitian......................................................................................21
D. Manfaat Penelitian....................................................................................22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan.................................................23

B. Tinjauan Umum Tentang Prilaku...........................................................28


C. Tinjauan Umum Tentang Kondom.........................................................31
D. Tinjauan Umum Tentang IMS................................................................37
E. Tinjauan Umum Tentang Pekerja Seks Komersial (PSK)...................45
F. Kerangka Teori.........................................................................................47
G. Kerangka Konsep......................................................................................47
H. Definisi Operasional..................................................................................48
I. Hipotesis Penelitian...................................................................................49

xii
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian..........................................................................................50
B. Lokasi dan Waktu Penelitian...................................................................50
C. Populasi dan Sampel.................................................................................50
D. Teknik Sampling.......................................................................................51
E. Instrumen Penelitian................................................................................51
F. Pengumpulan Data...................................................................................53
G. Pengolahan Dan Analisa Data.................................................................53
H. Penyajian Data..........................................................................................54
I. Etika Penelitian.........................................................................................55
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian..........................................................................................56
B. Pembahasan...............................................................................................63
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................68
B. Saran..........................................................................................................68
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................70
LAMPIRAN

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Distribusi responden berdasarkan umur di wilayah kerja


Puskesmas Malanu Kota Sorong Tahun 2023 .............................. 57

Tabel 4.2 Distribusi responden berdasarkan pendidikan terakhir di wilayah


kerja Puskesmas Malanu Kota Sorong Tahun 2023 ..................... 58

Tabel4.3 Distribusi responden berdasarkan agama di wilayah kerja


Puskesmas Malanu Kota Sorong Tahun 2023 .............................. 58

Tabel 4.4 Distribusi responden berdasarkan lama menjadi PSK di wilayah


kerja Puskesmas Malanu Kota Sorong Tahun 2023 ..................... 59

Tabel 4.5 Distribusi responden berdasarkan pengetahuan tentang IMS di


wilayah kerja Puskesmas Malanu Kota Sorong Tahun 2023 ....... 59

Tabel 4.6 Distribusi responden berdasarkan perilaku penggunaan kondom di


wilayah kerja Puskesmas Malanu Kota Sorong Tahun 2023........ 60

Tabel 4.7 Distribusi responden berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium


di wilayah kerja Puskesmas Malanu Kota Sorong Tahun 2023 . . . 60

Tabel 4.8 Hubungan pengetahuan dengan kejadian IMS di wilayah kerja


Puskesmas Malanu Kota Sorong Tahun 2023 .............................. 61

Tabel 4.9 Hubungan perilaku penggunaan kondom dengan kejadian IMS di


wilayah kerja Puskesmas Malanu Kota Sorong Tahun 2023........ 62

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1Kerangka Teori………………………………………………………..47

Gambar 2.2 Kerangka Konsep……………………………………………............47

xv
DAFTAR SINGKATAN

AIDS : Acquired Immuno Deficiency Syndrom

HIV : Human Imuno Virus

HPV : Human Papiloma Virus

HSV : Herpes Simplex Virus

IGNS : Infeksi Genital Non Spesifik

IMS : Infeksi Menular Seksual

KA : Kandiloma Akuminata

LSL : Laki-laki Seks Laki-laki

LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat

PSK : Pekerja Seks Komersial

UNG : Uretritis Non Gonore

UNS : Uretritis Non Spesifik

WHO : World Health Organization

WPS : Wanita Pekerja Seks

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar penjelasan penelitian

Lampiran 2 Lembar persetujuan menjadi responden

Lampiran 3 Lembar kuesioner

Lampiran 4 Lembar observasi

Lampiran 5 Surat ijin pengambilan data awal

Lampiram 6 Surat ijin penelitian

Lampiran 7 Surat keterangan selesai penelitian

Lampiran 8 Rekapitulasi pernyataan pengetahuan tentang IMS

Lampiran 9 Rekapitulasi perilaku penggunaan kondom

Lampiran 10 Rekapitulasi hasil pemeriksaan IMS

Lampiran 11 Master tabel

Lampiran 12 Tabel frekuensi

Lampiran 13 Crosstab pengetahuan dengan kejadian IMS

Lampiran 14 Crosstab perilaku penggunaan kondom dengan kejadian IMS

Lampiran 15 Dokumentasi Penelitian

xvii
xviii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit infeksi menular seksual (IMS) merupakan gangguan penyakit

yang disebabkan oleh jamur, bakteri, parasit, maupun virus yang ditularkan oleh

satu orang ke orang lain melalui hubungan seksual. Seringkali penyakit IMS tidak

menimbulkan gejala, atau jika menimbulkan gejala itupun memerlukan waktu

yang lama berbulan-bulan maupun bertahun-tahun. Penyakit IMS hingga saat ini

masih menjadi salah satu masalah Kesehatan yang sering terjadi, baik di negara

maju maupun di negara berkembang. Beberapa contoh penyakit IMS antara lain

gonore, herpes simplek, clamidia, candidiasis, sifillis, ataupun Acquired Immune

Deficiency Syndrome (AIDS), serta Human Immuno deficiency Virus (HIV), dan

lain-lain (Khoradiyah 2018).

Lebih dari satu juta orang di seluruh belahan dunia setiap hari tertular IMS

(Infeksi Menular Seksual) yang dapat disembuhkan dan tersebar luas diantara

laki-laki dan perempuan berusia 15 sampai 49 tahun. Menurut laporan WHO

(World Health Organization) ada sekitar satu juta kasus baru IMS setiap hari di

seluruh dunia. WHO juga menyebutkan pada tahun 2016, ada sekitar 376 juta

infeksi baru dari empat infeksi baru dari empat IMS (Infeksi Menular Seksual)

yang dapat disembuhkan yaitu klamidia (127 juta), gonore (87 juta), sifilis (6,3

juta), dan trikomoniasis (156 juta). Lebih dari 500 juta orang hidup dengan infeksi

18
HSV genital (herpes) dan diperkirakan 300 juta wanita memiliki infeksi HPV,

penyebab utama kanker serviks (Ariasih dkk, 2020).

IMS (Infeksi Menular Seksual) di negara-negara berkembang dan

komplikasinya menduduki peringkat ke-lima teratas kategori penyakit dewasa

yang banyak memerlukan perawatan kesehatan. Di Indonesia, angka IMS (Infeksi

Menular Seksual) sangat sulit di identifikasi penyebarannya dan sumbernya

karena tidak pernah dilakukan registrasi terhadap penderita yang ditemukan.

Adapun data jumlah penderita yang terdata hanya sebagian kecil dari jumlah

sesungguhnya. Secara umum angka kejadian penyakit infeksi menular seksual

cederung meningkat. Jumlah kasus IMS dengan penegakan diagnosa berdasarkan

pendekatan sindrom dan pemeriksaan laboratorium menurut kelompok risiko

tahun 2016 sampai dengan Juni 2019 tertinggi adalah Wanita Pekerja Seks (WPS)

(102.084); Pasangan Risiko Tinggi (94.890); LSL (71.203); Pelanggan Pekerja

Seks (19.322); Waria (7.361); pengguna napza suntik (2.059); dan Pria Pekerja

Seks (1.046) (Ariasih dkk, 2020).

Peningkatan angka kejadian penyakit IMS disebabkan perilaku seksual

yang berganti-ganti pasangan. Menurut Djiwandono dalam penularan penyakit

infeksi menular seksual sekitar 90% melalui hubungan seksual, sedangkan cara

lainnya dapat melalui tranfusi darah, jarum suntik, ibu hamil kepada bayi yang

sedang dikandung. Sumber penularan utama sekitar 80% berasal dari pekerja seks

komersial. PSK (Pekerja Seks Komersial) merupakan kelompok yang berisiko

untuk menularkan IMS karena perilaku seksual mereka yang berisiko yaitu

melakukan hubungan seksual dengan banyak pasangan. Fenomena menjadi PSK

19
masih menjadi permasalahan di semua negara. Kurang lebih 75% PSK merupakan

wanita dibawah umur 30 tahun (Ariasih dkk, 2020).

Kurangnya pengetahuan dan perilaku penggunaan kondom pada PSK

menjadi salah satu faktor penyebab penularan penyakit IMS pada orang lain. Jika

penyakit IMS tidak segera dicegah dan ditangani, akan menyebabkan komplikasi

yang bervariasi,antara lain adalah kecacatan,kemandulan,gangguan kehamilan,

gangguan pertumbuhan,pintu masuknya HIV, kanker rahim, bahkan dapat

menyebabkan kematian. (Ariasih dkk,2022)

Tercatat Januari sampai September 2022 kasus IMS di Kota Sorong

mencapai 1651 kasus (Data Dinas Kesehatan Kota Sorong,2022),sedangkan

Kejadian IMS di Puskesmas Malanu dari Januari-November 2022 terdapat 98

Kasus dan pada PSK yang bekerja di beberapa panti pijat di wilayah kerja

Puskesmas Malanu kota Sorong cukup tinggi, yaitu dari 58 orang PSK terapis

panti pijat plus-plus, diketahui ada 20 orang PSK yang pernah teridentifikasi

IMS pada tahun 2021 dan data pada bulan Januari – September tahun 2022

diketahui telah teridentifikasi ada 30 orang PSK yang terkena kasus IMS.(Data

Puskesmas Malanu, 2022).

Berdasarkan data yang telah didapatkan dari Puskesmas Malanu, dan dari

hasil studi pendahuluan melalui wawancara dengan 5 orang PSK di Wilayah

Kerja Puskesmas Malanu, didapatkan kurangnya pengetahuan dan perilaku

mereka mengenai penggunaan kondom sebagai pencegahan penularan penyakit

IMS. Oleh karena itu, Peneliti tertarik untuk meneliti mengenai, “Hubungan

20
pengetahuan dan perilaku penggunaan kondom dengan kejadian IMS pada PSK di

wilayah kerja Puskesmas Malanu”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah ada Hubungan antara

pengetahuan dan perilaku penggunaan kondom dengan kejadian IMS pada PSK di

wilayah kerja Puskesmas Malanu Kota Sorong?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara pengetahuan dan perilaku penggunaan kondom

dengan kejadian IMS pada PSK di wilayah kerja Puskesmas Malanu Kota

Sorong.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui pengetahuan tentang IMS pada PSK di wilayah kerja

Puskesmas Malanu Kota Sorong.

b. Mengetahui perilaku penggunaan kondom pada PSK di wilayah kerja

Puskesmas Malanu Kota Sorong.

c. Mengetahui hubungan pengetahuan dengan Kejadian IMS pada PSK di

wilayah kerja Puskesmas Malanu Kota Sorong.

d. Mengetahui hubungan perilaku penggunaan kondom dengan kejadian IMS

pada PSK di wilayah kerja Puskesmas Malanu Kota Sorong.

21
D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Melalui penelitian ini, peneliti memperoleh pengalaman baru secara langsung

dengan para PSK dan menambah wawasan peneliti tentang hubungan

pengetahuan dan perilaku penggunaan kondom dengan kejadian IMS pada

PSK di wilayah kerja Puskesmas Malanu.

2. Bagi Puskesmas Malanu

Hasil penelitian ini, diharapkan dapat bermanfaat sebagai sumber informasi

bagi petugas Poli HIV/IMS Puskesmas Malanu, tentang hubungan antara

pengetahuan dan perilaku penggunaan kondom dengan kejadian IMS pada

PSK di wilayah kerjanya.

3. Bagi Kampus STIKES Papua Sorong

Hasil penelitian ini, diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan

pembelajaran khususnya mata kuliah promosi kesehatan dan keperawatan

maternitas terkait cara pencegahan, penularan dan penanganan penyakit IMS.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Melalui penelitian ini, dapat dijadikan referensi oleh peneliti selanjutnya

dalam melakukan penelitian lebih lanjut terkait hubungan pengetahuan dan

perilaku penggunaan kondom dengan kejadian IMS pada PSK.

22
23
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

E. Tinjauan Umum tentang Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah suatu hasil tau dari manusia atas penggabunganatau

kerjasama antara suatu subyek yang mengetahui dan objek yang diketahui.

Segenap apa yang diketahui tentang sesuatu objek tertentu (Suria sumantri

dalam Nurroh 2017).

Menurut Notoatmodjo dalam Yuliana (2017), pengetahuan adalah hasil

penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera

yang dimiliki (mata, hidung,telinga, dan sebagainya). Jadi pengetahuan adalah

berbagai macam hal yang diperoleh oleh seseorang melalui panca indera.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

1) Usia

Bertambahnya usia seseorang dapat berpengaruh pada pengetahuan yang

diperolehnya. Menjelang usia lanjut kemampuan menerima atau mengingat

suatu pengetahuan akan mengalami penurunan (Putra, 2015).

2) Pendidikan

Pendidikan merupakan proses pembelajaran untuk mengembangkan serta

meningkatkan kemampuan tertentu terhadap seseorang, sehingga sasaran

pendidikan itu dapat berdiri sendiri (Putra, 2015).

24
3) Lingkungan

Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi seseorang, dimana

seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan juga hal-hal yang

buruk tergantung pada sifat kelompoknya. Pengalaman yang didapat

dalam lingkungan akan mempengaruhi cara berfikir seseorang (Putra

2015).

4) Intelegensi

Intelegensi merupakan salah satu model berfikir dan mengolah berbagai

informasi terarah sehingga ia mampu menguasai lingkungan (Putra 2015).

5) Pengalaman

Pengalaman, sebagai sumber pengetahuan atau suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali

pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi

pada masa lalu (Putra 2015).

6) Informasi

pengetahuan dapat diperoleh dari berbagai sumber informasi. Bukan hanya

di lembaga pendidikan tapi pengetahuan juga dapat diperoleh dari media

cetak, elektronik, ataupun petugas kesehatan, keluarga dan teman (Putra

2015).

25
3. Tingkatan Pengetahuan

Tingkatan pengatahuan yang dicakup didalam domain kognitif terdiri dari 6

tingkatan yaitu :

menurut Daryanto dalam Yuliana (2017), pengetahuan seseorang terhadap

objek mempunyai intensitas yang berbeda-beda, dan menjelaskan bahwa ada

enam tingkatan pengetahuan yaitu sebagai berikut:

a. Pengetahuan (Knowledge)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (ingatan). Seseorang dituntut untuk

mengetahui fakta tanpa dapat menggunakannya.

b. Pemahaman (comprehension)

Memahami suatu objek ,tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi harus dapat

menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui.

c. Penerapan (application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek tersebut dapat

menggunakan dan mengaplikasikan prinsip yang diketahui pada situasi yang

lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan memisahkan,

kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat

dalam suatu objek.

26
e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau

meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen-komponen

pengetahuan yang dimiliki.

f. Penilaian (evaluation)

Yaitu suatu kemampuan seseorang untuk melakukan penilaian terhadap

suatu objek tertentu didasarkan pada suatu kriteria atau norma-norma yang

berlaku di masyarakat

4. Cara Mengukur Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

pemberian angket menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek

penelitian atau responden ke dalam pengetahuan yang ingin diukur dapat

disesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut di atas.Pengukuran pengetahuan

dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain :

a. Angket atau Questionaire

Merupakan alat ukur berupa angket atau kuesioner dengan beberapa

pertanyaan. Alat ukur ini digunaakan bila responden jumlahnya besar dan

dapat membaca dengan baik yang dapat mengungkapkan hal-hal yang

bersifat rahasia. Angket terdiri atas tiga jenis, yakni:

1) Angket terbuka atau tidak berstruktur yang memberikan kebebasan

responden untuk mengungkapkan permasalahan.

27
2) Angket tertutup atau berstruktur dimana angket tersebut dibuat

sedemikian rupa sehingga responden hanya tinggal memilih atau

menjawab pada jawaban yang sudah ada.

3) Checklist atau daftar cek yang merupakan daftar yang berisi pernyataan

atau pertanyaan yang akan diamati dan responden memberikan jawaban

dengan memberikan cek (√) sesuai dengan hasilnya yang diinginkan

atau peneliti yang memberikan tanda (√) sesuai dengan hasil

pengamatan.

b. Observasi (Pengamatan)

Merupakan cara pengukuran pengetahuan dengan mengadakan pengamatan

secara langsung kepada responden penelitian untuk mencari perubahan atau

hal-hal yang akan diteliti. Dalam observasi ini, instrumen yang dapat

digunakan, antara lain: lembar observasi.

c. Wawancara

Merupakan cara pengukuran pengetahuan dengan cara mewawancarai

langsung responden yang diteliti, metode dapat dilakukan apabila peneliti

ingin mengetahui hal-hal dari responden secara mendalam serta jumlah

responden sedikit. Dalam cara ini dapat digunakan instrumen berupa

pedoman wawancara kemudian daftar periksa atau checklist.

d. Tes

Merupakan cara pengukuran pengetahuan dengan memberikan beberapa

soal ujian atau tes inventori. Ada beberapa instrumen yang digunakan dalam

melakukan tes diantaranya; tes kepribadian untuk mengetahui kepribadian

28
seseorang, tes bakat yang mengukur bakat seseorang, tes intelegensi, dan tes

sikap untuk mengukur sikap seseorang.

e. Dokumentasi

Merupakan cara pengukuran pengetahuan dengan mengambil data yang

berasal dari dokumen asli. Dokumen asli tersebut dapat berupa gambar,

tabel atau riwayat rekam medis.

F. Tinjauan Umum tentang Perilaku

1. Definisi Perilaku

Menurut Notoatmodjo (2014), perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas

organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Perilaku merupakan hasil dari

segala macam pengalaman dan interaksi manusia dengan lingkungannya.

Wujudnya bisa berupa pengetahuan, sikap, dan tindakan. Perilaku manusia

cenderung bersifat menyeluruh (holistik), dan pada dasarnya terdiri atas sudut

pandang psikologi, fisiologi, dan sosial.

2. Jenis-Jenis Perilaku

Menurut Oktaviana (2015) ada beberapa jenis-jenis perilaku individu antara

lain :

a. Perilaku sadar, perilaku yang melalui kerja otak dan pusat susunan saraf.

b. Perilaku tak sadar, perilaku yang spontan atau instingtif.

c. Perilaku tampak dan tidak tampak.

d. Perilaku sederhana dan kompleks.

e. Perilaku kognitif, afektif, konatif, dan psikomotor.

29
3. Bentuk Perilaku

Menurut Notoatmodjo dalam Diana (2019), dapat dilihat dari bentuk

respon terhadap stimulus, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

a. Perilaku tertutup (covert behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup.

Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian,

persepsi, pengetahuan atau kesadaran dan sikap yang terjadi pada seseorang

yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh

orang lain.

b. Perilaku terbuka (overt behavior)

Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau

praktik, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat orang lain.

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku

Menurut Notoatmodjo dalam Diana (2019), menyatakan bahwa perilaku

manusia dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behavior

causes) dan faktor diluar perilaku (non behavior causes). Selanjutnya perilaku

itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari faktor predisposisi (predisposing

factors), yang mencakup diantaranya sebagai berikut :

a. Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo dalam Diana (2019), yaitu apabila penerimaan

perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses yang didasari oleh

pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan

bersifat langgeng (long lasting) dari pada perilaku yang tidak didasari oleh

30
pengetahuan. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting dalam membentuk tindakan seseorang dalam hal ini pengetahuan

yang tercakup dalam domain kognitif.

b. Sikap

Sikap adalah keadaan mental dan saraf dari kesiapan yang diatur melalui

pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap

respon individu pada semua obyek dan situasi yang berkaitan dengannya

(Widayatun,2018).

5. Perilaku Kesehatan

Menurut Fitriani (2017), perilaku kesehatan ini secara garis besar

dikelompokkan menjadi dua bagian, yakni:

a. Perilaku orang yang sehat agar tetap sehat dan meingkat kesehatannya

(health behaviour)Perilaku ini mencakup perilaku-perilku (overt dan covert

behaviour) dalam mencegah atau menghindari penyakit dan penyebab

penyakit atau masalah kesehatan (perilaku preventif), dan perilaku dalam

usaha meningkatkan status kesehatan (perilaku promotif). Misalnya: cuci

tangan memakai sabun sebelum makan, memakai kondom dalam setiap

hubungan seks berisiko, tidak merokok, olahraga secara teratur dan

sebagainya.

b. Perilaku orang sakit atau telah terkena masalah kesehatan, untuk

memperoleh penyembuhan atau pemecahan masalah kesehatannya. Perilaku

ini mencakup tindakan - tindakan yang diambil seseorang bila sakit atau

31
terkena masalah kesehatan untuk memperoleh kesembuhan atau terlepas

dari masalah kesehatan yang dideritanya.

G. Tinjauan umum tentang Kondom

1. Definisi Kondom

Kondom Adalah selubung karet lateks, mempunyai warna ataupun tidak,

digunakan menutup penis sebelum penetrasi sehingga sperma tertampung di

dalamnya. Kondom juga bisa digunakan sebagai alat kontrasepsi yang mudah,

murah dan cukup aman yang bisa mencegah IMS (Andarini 2015).

2. Sejarah Kondom

Kondom merupakan jenis alat kontrasepsi tertua. Ilustrasi yang tertua

mengenai kondom ditemukan di Mesir sejak lebih dari 3000 tahun. Sejarah

menunjukkan, masyarakat Mesir membuat dan menggunakan kondom dari

saluran pencernaan dan kandung kemih hewan, bahkan pada zamannya,

kondom dari kulit ular sangat popular dipakai orang-orang mesir dan dianggap

seperti fashion. Kondom primitif ini digunakan untuk menghindari penyakit

kelamin. Seiring perkembangan, pembuatan kondom mulai dikembangkan dan

berubah bahan menjadi kondom yang terbuat dari karet. Kondom dari karet

diproduksi secara besar-besaran setelah tahun 1844, ketika Charles Goodyear

mematenkan pembuatan vulkanisasi dari karet. Kondom tersebut hanya

digunakan untuk satu kali pemakaian, namun kondom yang terbuat dari usus

domba masih dapat dijumpai Pada awal tahun 1980-an, dimana dunia dilanda

epidemi infeksi menular seksual termasuk infeksi HIV, dianjurkan untuk

meningkatkan minat menggunakan kondom lateks, yang merupakan metode

32
efektif untuk mencegah penularan penyakit melalui hubungan seksual. Sampai

saat ini kondom telah banyak berevolusi, dengan berbagai macam rasa dan

bentuk agar lebih nyaman digunakan dan lebih variatif dalam memberikan

sensasi berhubungan seksual.

3. Jenis Kondom

Seiring dengan makin banyaknya jenis kondom pada saat ini

dipasaran,membuat para pengguna harus lebih paham dan teliti sebelum

memilih kondom yang cocok. Selain itu, cara penggunaan yang benar juga

perlu dipahami dengan benar dalam upaya mencegah penularan IMS dan HIV.

Dalam pemilihan kondom terdapat 3 kriteria umum yang perlu diperhatikan

yaitu sensitivitas, kenyamanan dan kehandalan. Sensitivitas diartikan bahwa

kondom yang dipilih harus tidak mengurangi rasa kenikmatan saat

berhubungan seksual, kenyamanan berarti kondom harus pas dan nyaman saat

digunakan serta tidak mudah robek atau bocor, dan kehandalan berarti kondom

harus mampu mencegah kehamilan dan infeksi menular seksual serta HIV.

Kondom disebut berkualitas tinggi apabila memenuhi ketiga kriteria tersebut.

Jenis kondom dibedakan menurut jenis kelamin adalah kondom laki-laki dan

kondom perempuan.

a. Kondom Laki-Laki

Kondom laki-laki melindungi pengguna dan pasangannya dari infeksi

dengan melindungi gland penile dan shaft, yang merupakan bagian utama

dari keluar masuknya IMS patogen. Kondom mencegah kontak langsung

dengan semen, lesi genital, dischargepenil-vaginal-anal. Perlindungan yang

33
diberikan kondom akan berkurang efektivitasnya bila infeksi menular

tersebut melibatkan area yang tidak tertutup oleh kondom.

b. Kondom Perempuan

Kondom perempuan berbentuk kantung, tabung silinder, yang

tergantung longgar saat terpasang di vagina, dengan bahan yang tipis

(poliuretan), transparan, panjang 17 cm, diameter 6-7 cm. Bersifat elastis

dan fleksibel, sehingga mudah mengikuti kontur vagina. Terdapat dua cincin

di kedua ujungnya, dibagian dalam berfungsi saat memasukkan ke dalam

vagina, dan bagian ujung luar yang berfungsi menahan bagian luar. Terdapat

lubrikan di sisi dalam dan luar kondom.Pada ujung bagian dalam terdapat

busa/spons yang berfungsi menyerap sperma. Biasanya berwarna cerah

seperti merah muda atau bening, ada beberapa jeniskondom perempuan

yang mengandung spermatisida. Penggunaan kondom perempuan sebaiknya

tidak bersamaan dengan kondom laki-laki karena pergesekan antara ke dua

kondom tersebut dapat menyebabkan kerusakan kondom. Penggunaan

kondom perempuan dilaporkan tidak mengurangi kenyamanan, karena ada

spons penyerap sperma yang memberi sensasi bagi laki-laki, dan cincin luar

yang memberi sensasi untuk perempuan.

4. Cara penggunaan kondom

a. Kondom Laki-laki :

1) Selalu menggunakan kondom yang baru dan gunakan sebelum tangga

kadaluarsa.

2) Buka kemasan kondom dengan hati-hati.

34
3) Pasang kondom setelah penis ereksi.

4) Pegang ujung kondom diantara 2 jari (menjepit ujungnya) agar ada

tempat untuk mengumpulkan sperma dan hilangkan udara dari ujung

kondom untuk menghindari kondom robek ketuka digunakan.

5) Pasang kondom dari ujung penis, kemudian ditarik hingga ke pangkal

penis dan ujungnya tetap dijepit.

6) Setelah ejakulasi dan sebelum penis menjadi lembek, tarik keluar penis

dengan hati-hati dan pegang bibir kondom agar sperma tidak tumpah.

7) Setelah pemakaian,kondom dibungkus dan tidak boleh dibuang ke dalam

toilet.

b. Kondom Perempuan :

1) Buka bungkusan kondom dengan hati-hati

2) Cincin yang tertutup berada di sebelah bawah dan ujung yang terbuka

dipegang menggantung.

3) Pegang cincin bagian dalam dengan ibu jari dan jari tengah dan

kemudian masukkan cincin bagian dalam beserta kantongnya kedalam

vagina.

4) Letak kondom harus tetap lurus dan tidak boleh berputar didalam vagina.

5) Cincin bagian luar tetap berada diluar vagina.

6) Untuk mengeluarkan kondom, putar cincin bagian luar dengan hati-hati

dan kemudian tarik kondom keluar dan sperma tetap berada di dalam.

7) Setelah pemakaian, dianjurkan kondom tersebut jangan digunakan lagi.

35
5. Keuntungan dan Kerugian Kondom

Keuntungan menggunaan kondom adalah sangat efektif sebagai alat

kontrasepsi bila digunakan secara benar, tidak mengganggu produksi air susu

ibu (ASI) bagi ibu yang menyusui, memberi perlindungan terhadap penyakit-

penyakit akibat hubungan seksual termasuk infeksi HIV, tidak memerlukan

pemeriksaan medis atau pengawasan ketat, murah dan dapat dibeli secara

umum (tidak memerlukan resep), metode sementara bila metode kontrasepsi

lainnya harus ditunda.

Kerugian penggunaan kondom adalah angka kegagalan relatif tinggi,

perlu menghentikan sementara aktivitas dan spontanitas hubungan seksual

guna memasang kondom, perlu digunakan secara konsisten hati-hati dan terus-

menerus pada setiap berhubungan seksual, beberapa orang dapat alergi

terhadap bahan karet kondom sehingga menimbulkan iritasi.

6. Efektifitas kondom dalam pencegahan IMS dan HIV

Kondom efektif mencegah IMS yang ditularkan melalui cairan sperma dan

kemaluan wanita. Penggunaan kondom ini akan cukup efektif bila digunakan

secaratepat dan benar. Kegagalan penggunaan kondom dapat diperkecil dengan

menggunakan kondom secara tepat,yaitu gunakan pada saat penis sedang

ereksi dan dilepaskan sesudah ejakulasi Kondom tidak hanya mencegah

kehamilan, tetapi juga mencegah IMS termasuk HIV/AIDS (Hanafi,2015).

Kondom telah direkomendasikan secara luas untuk mencegah IMS dan

HIV.Kondom terbukti efektif menurunkan tingkat infeksi baik pada pria

maupun wanita. Walaupun tidak sepenuhnya, kondom efektif menurunkan

36
penularan HIV,herpes genitalis,genital warts, syphilis, gonorrhoeae, chlamydia

dan infeksi lainnya. Tingkat efektivitas kondom secara teoritis mencapai angka

98%, apabila digunakan dengan benar dan konsisten. Penggunaan kondom

secara benar dan konsisten mampu menurunkan risiko IMS/HIV dan memberi

proteksi yang maksimal. Konsisten berarti menggunakan kondom mulai dari

awal sampai akhir setiap kali berhubungan seksual.Pada studi cohort

didapatkan bahwa kondom dapat memberikan perlindungan terhadap infeksi

HPV genital.Survei secara cross-sectional dari 766 wanita di Kosta Rika,

menunjukkan adanya efek perlindungan, yakni penurunan sebanyak 30% pada

kasus herpes,pada wanita yang pasangan laki-lakinya menggunakan kondom

dibanding yang tidak pernah menggunakan kondom. Penelitian pada 824

pekerja seks komersial di Jepang, ditemukan adanya penurunan sifilis dari

7,5% hingga 5%, hal ini sejalan dengan peningkatan penggunaan kondom dari

6,3% menjadi 25%.35 Sedangkan di Indonesia penurunan sifilis pada pekerja

seks komersial yang menggunakan kondom sebanyak 8% dan yang tidak

menggunakan kondom sebanyak 14%.

Hingga saat ini, belum ada data pasti yang melaporkan efektivitas kondom

dalam pencegahan herpes genital. Hal ini disebabkan karena lesi herpes genital

yang tidak tertutup kondom.Sebuah studi di Amerika Serikat pada tahun 2005

oleh Anna dkk, yang melibatkan 1862 partisipan dari 22 klinik di

Amerika,menyimpulkan bahwa frekuensi penggunaan kondom berhubungan

dengan rendahnya risiko penularan HSV-2 terlepas dari frekuensi atau tipe

hubungan seksual. Walaupun kondom dikatakan tidak 100% mencegah infeksi

37
ini, namun promosi penggunaan kondom harus tetap dilakukan untuk

mencegah penularan herpes genital.

H. Tinjauan umum Tentang IMS

1. Pengertian Infeksi Menular Seksual (IMS)

Menurut Arjani, dalam Jurnal Skala Husada (2015), Infeksi Menular

Seksual (IMS) merupakan salah satu dari sepuluh penyebab pertama penyakit

dewasa muda laki-laki dan penyebab kedua terbesar pada dewasa muda

perempuan di negara berkembang. IMS adalah infeksi yang penularannya

terutama melalui hubungan seksual yang mencakup infeksi yang disertai

gejala-gejala klinis maupuna simptomatis.

Menurut Fitriani (2017), infeksi menular seksual (IMS) adalah berbagai

infeksi yang dapat menular dari satu orang ke orang yang lain melalui kontak

seksual. Tempat terjangkitnya penyakit tersebut tidak semata-mata pada alat

kelamin saja tetapi dapat terjadi di berbagai tempat diluar alat kelamin.

2. Penularan Infeksi Menular Seksual (IMS)

Menurut Fitriani (2017), cara penularan IMS adalah dengan cara kontak

langsung yaitu kontak dengan eksudat infeksius dari lesi kulit atau selaput

lendir pada saat melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang telah

tertular. Lesi bisa terlihat jelas ataupun tidak terlihat dengan jelas. Pemajanan

hampir seluruhnya terjadi karena hubungan seksual (vaginal, oral, anal).

Menurut Fitriani (2017), Penularan IMS juga dapat terjadi dengan media

lain seperti darah melalui berbagai cara, yaitu :

38
a. Transfusi darah dengan darah yang sudah terinfeksi HIV

b. Saling bertukar jarum suntik pada pemakaian narkoba

c. Tertusuk jarum suntik yang tidak steril secara sengaja/tidak sengaja

d. Menindik telinga atau tato dengan jarum yang tidak steril

e. Penggunaan alat pisau cukur secara bersama-sama (khususnya jika terluka

dan menyisakan darah pada alat).

f. Penularan juga pada terjadi dari ibu kepada bayi pada saat hamil, saat

melahirkan dan saat menyusui.

3. Jenis-jenis Infeksi Menular Seksual (IMS)

Menurut Manuaba dalam Fitriani (2017), ada beberapa jenis penyakit menular

seksual, antara lain :

a. Gonore

Gonore merupakan semua penyakit yang disebabkan oleh bakteri neisseria

gonorrhoeae yang bersifat purulen dan dapat menyerang permukaan mukosa

manapun di tubuh manusia.

b. Infeksi Genital non-Spesifik (IGNS)

IGNS merupakan infeksi traktus genital yang disebabkan oleh penyebab

yang nonspesifik yang meliputi beberapa keadaan yaitu uretritis non-

specific (UNS), proktitis nonspesifik dan uretritis non-gonore (UNG).

c. Sifilis

Sifilis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi treponema pallidum

yang bersifat kronis dan sistemik ditandai dengan lesi primer, diikuti dengan

erupsi sekunder pada kulit dan selaput lendir kemudian masuk kedalam

39
periode laten tanpa manifestasi lesi di tubuh diikuti dengan lesi pada kulit,

lesi pada tulang,saluran pencernaan, sistem syaraf pusat dan sistem

kardiovaskuler. Infeksi ini dapat ditularkan kepada bayi di dalam

kandungan (sifilis kongenital).

d. Herpes Genital

Herpes genitalis adalah infeksi pada genital yang disebabkan oleh Herpes

Simplex Virus (HSV) dengan gejala khas berupa vesikel yang berkelompok

dengan dasar eritema dan bersifat rekurens.

e. lkus Mole (Chancroid)

Ulkus Mole (Chancroid) disebabkan oleh bakteri hemophilus ducreyi.

Gejala-gejala yang mungkin ditimbulkan antara lain: Luka lebih dari

diameter 2 cm, cekung, pinggirnya tidak teratur, keluar nanah dan rasa

nyeri; Biasanya hanya pada salah satu sisi alat kelamin. Sering (50%)

disertai pembengkakan kelenjar getah bening dilipat paha berwarna

kemerahan (bubo) yang bila pecah akan bernanah dan nyeri.

f. Klamidia

Disebabkan oleh bakteri chlamydia trachomatis. Infeksi ini biasanya kronis,

perempuan pada awalnya tidak merasakan gejala apapun sehingga tidak

memeriksakan diri. Gejala yang ditimbulkan: Cairan vagina encer berwarna

putih kekuningan, Nyeri di rongga panggul,perdarahan setelah hubungan

seksual.

40
g. Trikonomiasis

Trikonomiasis disebabkan oleh protozoa trichomonas vaginalis. Gejala-

gejala yang mungkin ditimbulkan antara lain: Keluar cairan vagina encer

berwarna kuning kehijauan, berbusa dan berbau busuk, sekitar kemaluan

bengkak, kemerahan, gatal dan terasa tidak nyaman.

h. Skabies

Skabies (Gudig) merupakan penyakit yang disebabkan oleh sejenis parasit

yang disebut Sarcopfes scbiei, dengan gejala klinik antara lain: Gatal pada

malam hari terdapat di sela jari, lipat siku, ketiak, daerah ujung kelamin dan

lainnya. Penyakit ini merupakan infeksi di lingkungan keluarga.

i. AIDS

AIDS merupakan suatu bentuk sindromata atau kumpulan gejala yang

terjadi akibat menurunan kekebalan tubuh yang secara drastis, dan virus

penyebabnya adalah HIV atau Human Immunodeficiency Virus. Virus

masuk ke dalam tubuh melalui perantara darah, semen, secret vagina, serta

cairan-cairan tubuh yang lain.

j. Kondiloma Akuminata

Kondiloma akuminata (KA) adalah infeksi menular seksual dengan kelainan

berupa fibroepitelioma pada kulit dan mukosa.

41
4. Determinan Infeksi Menular Seksual (IMS)

Menurut Lokollo dalam Fitriani (2017), ada tiga faktor determinan yang ikut

menetukan besarnya frekuensi dan distribusi suatu penyakit di dalam suatu

masyarakat, yaitu :

a. Penyebab penyakit (agent)

Penyebab IMS adalah sangat bervariasi. Dapat berupa virus yang sangat

kecil ukurannya sampai dengan parasit yang hampir dapat dilihat dengan

mata telanjang.

b. Tuan rumah (host)

Beberapa faktor penting pada tuan rumah (host) yang berperan pada

perbedaan insiden IMS yaitu :

1) Umur

Umur merupakan faktor yang sangat penting yang ikut mempengaruhi

insiden IMS. Sesuai dengan cara penularan IMS yaitu melalui kontak

seksual maka golongan umur dengan insiden tinggi adalah golongan

umur dengan kegiatan seksual aktif.

2) Jenis Kelamin

Angka kesakitan kelompok umur tertentu (age spesific morbidity rate)

penderita IMS pada pria adalah lebih tinggi bila dibandingkan dengan

wanita. Namun tingkat kegawatan (severity) pada wanita penderita IMS

adalah lebih serius bila dibanding dengan laki-laki.

42
3) Pilihan pasangan dalam hubungan seksual

Data yang ada di negara maju menunjukkan bahwa angka kesakitan IMS

(rate of infection) pada pria homoseksual adalah lebih tinggi bila

dibandingkan dengan heteroseksual.

4) Pekerjaan

Pekerjaan sering mempunyai ikatan erat dengan kemungkinan

terjangkitnya IMS. Pada orang-orang yang bekerja dengan kondisi

tertentu dengan lingkungan yang memberikan peluang terjadinya kontak

seksual, akan timbul akibat meningkatnya penderita IMS.

5) Status perkawinan dan sosial ekonomi

Insiden IMS dikatakan lebih tinggi pada orang yang belum menikah,

bercerai, atau orang yang terpisah dari keluarganya bila dibandingkan

dengan orang yang sudah kawin. Sering ditemukan pula pada kelompok

dengan status sosial ekonomi rendah atau kurang.

c. Faktor lingkungan (environment)

1) Faktor demografik

Bertambahnya jumlah penduduk dan pemukiman yang padat

(overcrowding). Perpindahan populasi yang meningkat akibat migrasi

dan mobilitas penduduk misalnya perdagangan, hiburan, pariwisata, dan

lain-lain.

2) Urbanisasi dan industrialisasi di kota-kota besar.

Perkembangan ekonomi yang cepat mendorong terjadinya atau

meningkatnya promiskuitas,misalnya orang lebih mudah bepergian atau

43
berlibur,berkunjung ke tempat-tempat hiburan malam/panti pijat/bar, dan

penggunaan minuman keras.

d. Faktor sosial ekonomi

1) Terlanggarnya nilai-nilai moral dan agama yang menyebabkan orang

lebih bebas berbuat sesuatu termasuk hubungan seksual di luar nikah.

2) Melonggarnya ikatan keluarga termasuk pengawasan orang tua

menyebabkan hal yang sama seperti di atas.

3) Anggapan bahwa pria lebih promiskuitas menyebabkan adanya

prostitusi.

4) Meningkatnya rangsangan seksual melalui majalah, film, VCD, dan lain-

lain.

5) Adanya perubahan tingkah laku seksual kelompok masyarakat tertentu

untuk mendapatkan kepuasan seksual baik pada heteroseksual maupun

homoseksual.

e. Faktor kebudayaan

Terlanggarnya nilai moral dan agama yang menyebabkan orang lebih bebas

berbuat sesuatu termasuk hubungan seksual di luar nikah. Meningkatnya

rangsangan seksual melalui majalah, film, VCD, dan lain-lain.

f. Faktor medik

1) Adanya kekebalan kuman IMS

2) Diagnosis penyakit kadang-kadang sukar, terutama pada wanita.

44
3) Pengaruh pil KB dan alat kontrasepsi menimbulkan tambah beraninya

seseorang melakukan hubungan seksual di luar nikah karena

kekhawatiran terjadinya kehamilan akibat hubungannya berkurang.

4) Walau penderita IMS sudah diobati dan sembuh, tetapi apabila partner

seksnya sudah tertular dan tidak diobati, maka ini akan tetap menjadi

sumber penularan.

5) Adanya kelompok penjajal seks yang di luar jangkauan pengobatan dan

pengawasan medik.

g. Faktor biologik

1) Ditemukannya penyebab IMS yang baru.

2) Resistensi mikroorganisme terhadap pengobatan karena mutasi gen

maupun kromosom.

3) Sifat biologik mikroorganisme penyebab IMS belum sepenuhnya

diketahui.

5. Pencegahan Infeksi Menular Seksual

Pencegahan penyebarluasan IMS hanya dapat dilakukan dengan cara:

a. Hindari seks bebas, tidak melakukan hubungan seks (abstinensi).

b. Bersikap paling setia, tidak berganti-ganti pasangan seks (monogami).

c. Cegah dengan memakai kondom, tidak melakukan hubungan seks berisiko

(harus menggunakan kondom).

d. Tidak saling meminjamkan pisau cukur dan gunting kuku.

e. Edukasi, saling berbagi informasi mengenai HIV/AIDS dan IMS (Marni,

2015).

45
6. Penanganan Infeksi Menular Seksual

Berikut ini merupakan beberapa penanganan IMS menurut WHO (2016):

a. Konseling dan pendekatan perilaku

Konseling dan pendekatan perilaku menawarkan pencegahan primer

terhadap IMS (termasuk HIV), serta terhadap kehamilan yang tidak

diinginkan. Konseling meliputi:

1) Pendidikan seks yang komprehensif, konseling sebelum dan sesudah tes

HIV.

2) Konseling seks yang lebih aman, promosi kondom.

3) Intervensi ditargetkan pada populasi utama, seperti pekerja seks, laki-

laki yang berhubungan seks dengan laki-laki dan orang-orang yang

menyuntikkan narkoba.

4) Pendidikan dan konseling disesuaikan dengan kebutuhan.

b. Metode barier/kondom

Ketika digunakan dengan benar dan konsisten, kondom menawarkan

salah satu metode yang paling efektif untuk perlindungan terhadap IMS,

termasuk HIV. Kondom wanita efektif dan aman, namun tidak digunakan

secara luas oleh program nasional seperti kondom lakilaki.

I. Tinjauan Umum tentang Pekerja Seks Komersial (PSK)

PSK merupakan seseorang yang melakukan hubungan seksual dengan

lawan jenisnya secara berulang-ulang, di luar perkawinan yang sah dan mendapat

uang, materi atau jasa. Sedangkan menurut hukum yang berlaku Pekerja Seks

46
Komersial (PSK) adalah pria atau wanita yang mengadakan hubungan kelamin

dengan seorang lawan jenis di luar ikatan perkawinan yang sah dengan maksud

mendapatkan kepuasan seksual atau keuntungan materi bagi diri sendiri ataupun

orang lain (Pasal 1 Perda No 15 Thn 2002). Ada berbagai julukan yang diberikan

pada profesi ini, antara lain pelacur, atau juga tunasusila. Akan tetapi, realitanya

dalam penyebutan sehari-hari penyebutan PSK lebih populer, mudah dipahami

dan terdengar lebih sopan dibandingkan julukan lainnya (A Buchari, 2018).

Namun pada penelitian ini penulis hanya meneliti pekerja seks dikalangan

perempuan saja atau biasa disebut Pekerja Seks Perempuan (PSP). Dalam industri

seks, PSP digolongkan menjadi dua kelompok. Pertama PSP sektor formal yaitu

mereka yang beroperasi secara terorganisir. Contohnya PSP yang bekerja di

kompleks lokalisasi, tempat pijat (massage parlors), wanita pendamping

(company girls), penyedia wanita panggilan, penjaja seks di jalan dan penjaja seks

di diskotik. Kedua PSP sektor informal yaitu mereka yang beroperasi secara tidak

terorganisir.Contohnya, PSP yang bekerja saat operasi tidak tetap (A Buchari,

2018).

47
J. Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori (sumber: Meilani Syahril,2022)

K. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahuan Kejadian IMS pada


PSK

Perilaku penggunaan
kondom

48
Gambar 2.2 Kerangka Konsep

L. Definisi Operasional

1. Variabel independen

a. Pengetahuan

Merupakan pemahaman responden mengenai Infeksi Menular Seksual.

1) Kriteria objektif :

a) Pengetahuan Baik jika nilainya >75-100%

b) Pengetahuan Cukup, jika nilainya 60 – 75%

c) Pengetahuan Kurang, jika nilainya < 60 %

2) Skala pengukuran : Nominal

3) Alat ukur : Kuesioner

b. Perilaku

Merupakan tindakan responden dalam menggunakan kondom saat

berhubungan seksual dengan pelanggan.

1) Kriteria objektif :

a) Menggunakan kondom maka skor jawaban yang diperoleh 1.

b) Tidak menggunakan kondom maka skor jawaban yang diperoleh 0.

2) Skala pengukuran : Ordinal

3) Alat ukur : Kuesioner

c. Kejadian IMS

Merupakan hasil pemeriksaan laboratorium dan diagnose medis dokter.

1) Kriteria objektif :

49
a) Positif, maka skor jawaban yang diperoleh 1.

b) Negatif, maka skor jawaban yang diperoleh 0.

2) Skala pengukuran : Ordinal

3) Alat ukur : Lembar observasi

M. Hipotesis

1. Hipotesis alternatif (Ha)

a. Ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian IMS pada PSK di

wilayah kerja Puskesmas Malanu Kota Sorong.

b. Ada hubungan antara perilaku penggunaan kondom dengan kejadian IMS

pada PSK di wilayah kerja Puskesmas Malanu Kota Sorong.

2. Hipotesis null (H0)

a. Tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian IMS pada PSK

di wilayah kerja Puskesmas Malanu Kota Sorong.

b. Tidak ada hubungan antara perilaku penggunaan kondom dengan kejadian

IMS pada PSK di wilayah kerja Puskesmas Malanu Kota Sorong.

50
51
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan dilakukan yaitu penelitian kuantitatif dengan

pendekatan cross sectional. Penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang data-data

berupa angka dan diukur menggunakan statistik sebagai alat uji penghitungan,

sehingga dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang dengan mudah dipahami.

Pendekatan cross sectional,dimana variabel independen dan dependen diteliti

pada saat yang bersamaan. (Notoatmodjo, 2018).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1.Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di 4 panti pijat yang berada di wilayah kerja Puskesmas

Malanu Kota Sorong.

2.Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 8 sampai 10 februari tahun 2023.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi yaitu seluruh objek atau subjek yang memiliki kualitas dan

karakteristik tertentu yang telah ditetapkan peneliti untuk dipelajari kemudian

akan ditarik kesimpulannya (Sugiono,2017).

52
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh PSK panti pijat di wilayah kerja

Puskesmas Malanu yang berjumlah 58 orang namun karena ada 1 panti pijat

yang telah ditutup sehingga PSK yang aktif dan diteliti sebanyak 50 orang .

2. Sampel

Sampel merupakan suatu bagian dari keseluruhan serta karakteristik yang

dimiliki oleh sebuah populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah 50 PSK yang

berada di wilayah kerja Puskesmas Malanu Kota Sorong.

D. Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah non probability

sampling dengan metode total sampling, yaitu Teknik pengambilan sampel

dimana jumlah sampel sama dengan populasi (Nursalam, 2016).

E. Instrumen Penelitian

1. Identitas responden

Kuesioner identitas responden terdiri dari lima poin, yaitu: Nama atau

inisial, umur, pendidikan terakhir, Agama dan lama menjadi PSK.

2. Kuesioner Pengetahuan

Kuesioner pengetahuan diadopsi dari penelitian oleh (Meilani Syahril

2022), berisi 20 butir pernyataan tentang pengetahuan responden mengenai

Infeksi Menular Seksual, terdiri dari 16 pernyataan favourable dan 4

pernyataan unfavourable, yang telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas.

Hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner pengetahuan terhadap 30

responden dan didapatkan nilai Asymp Sig. (2-tailed) sebesar 0,000 < 0,05

53
maka bisa diartikan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dan perilaku

dengan kejadian IMS pada PSK. Responden diminta untuk melingkari tanda

B atau S pada jawaban yang dianggap sesuai, jika jawaban benar maka skor

yang di dapat 1 dan jika jawaban salah maka skor yang di dapat adalah 0.

Rumus yang di gunakan untuk mengukur presentase dari jawaban yang di

dapat dari kuesioner adalah rumus menurut Arikunto (2013), yaitu:

Benar
× 100 %
Jumlah Soal

3. Kuesioner Perilaku

Kuesioner perilaku ini untuk mengetahui apakah PSK menggunakan

kondom setiap berhubungan seksual dengan pelanggan, dengan menggunakan

kuesioner yang diadopsi dari penelitian (Meilani Syahril 2022) dan

menggunakan skala Ordinal. Skala dalam penelitian ini didapat jawaban yang

tegas “menggunakan atau tidak menggunakan”. Jika responden menjawab

menggunakan kondom maka nilainya 1 dan jika responden menjawab tidak

menggunakan kondom maka nilainya 0.

4. Lembar Observasi Kejadian IMS

Lembar observasi kejadian IMS ini untuk mengetahui secara langsung

hasil pemeriksaan laboratorium responden, dengan menggunakan skala

Ordinal. Skala dalam penelitian ini didapat jawaban yang tegas yaitu “Positif

atau Negatif”. Jika didapatkan hasil pemeriksaan Positif maka nilainya 1 dan

jika hasil pemeriksaan Negatif maka nilainya 0.

54
F. Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung dari

sumber utama dengan menggunakan kuesioner kepada responden yaitu 50

PSK yang berada di wilayah kerja Puskesmas Malanu.

2. Data Sekunder

Sumber data penelitian yang di peroleh peneliti secara tidak langsung

berupa data yang diperoleh dari Poli IMS dan panti pijat yang berada di

wilayah kerja Puskesmas Malanu.

G. Pengolahan Dan Analisa Data

1. Pengolahan Data

Data yang dikumpulkan diolah dengan memakai teknik manual, dengan

langkah- langkah sebagai berikut :

a. Editing yaitu mengoreksi kesalahan - kesalahan dalam pengisian ataupun

dalam pengambilan data ditempat penelitian.

b. Tabulating yaitu memindahkan data ke dalam tabel distribusi dan dianalisis

dalam bentuk persentase.

c. Transfering yaitu data yang sudah diolah dari hasil tabulasi disusun dalam

tabel distribusi frekuensi.

55
2. Analisa Data

a. Analisis Univariat

Analisa univariat yaitu data yang dianalisis dengan masing-masing

variable, dengan menggunakan distribusi frekuensi dan presentasinya yang

disajikan dalam tabel distribusi.

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya

hubungan variabel indepeden dengan variabel dependen yaitu dengan

menggunakan metode chi square dengan p value ≤ 0,05 berarti ada

hubungan tapi jika p value > 0,05 berarti tidak ada hubungan yang

signifikan antara variabel bebas dan variabel terikat.

1) Jika nilai p ≤ 0,05 berarti ada hubungan antara pengetahuan dan perilaku

penggunaan kondom dengan kejadian IMS pada PSK di wilayah Kerja

Puskesmas Malanu Kota Sorong.

2) Jika nilai p > 0,05 berarti tidak ada hubungan antara pengetahuan dan

perilaku penggunaan kondom dengan kejadian IMS pada PSK di

wilayah kerja Puskesmas Malanu Kota Sorong.

H. Penyajian Data

Data yang terkumpul setelah di analisis selanjutnya disajikan dalam bentuk narasi

disertai tabel dan dokumentasi penelitian.

56
I. Etika Penelitian

Etika penelitian adalah hubungan timbal balik antara peneliti dan orang

yang diteliti sesuai dengan prinsip etika (Notoatmodjo, 2018). Dalam melakukan

penelitian peneliti harus memegang 4 prinsip, yaitu:

1. Menghormati harkat dan martabat manusia

Peneliti harus memberikan informasi kepada subjek penelitian tentang tujuan

dilakukannya penelitian. Peneliti juga harus membebaskan subjek untuk

berpartisipasi atau tidak sebagai bentuk menghormati harkat dan martabat

subjek, peneliti menyiapkan lembar persetujuan (inform concent) yang berisi

tentang :

a. Lembar penjelasan penelitian.

b. Lembar persetujuan menjadi responden

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian

Peneliti tidak boleh membocorkan informasi terkait identitas subjek, karena

setiap orang memiliki hak dasar berupa privasi dan kebebasan dalam

memberikan informasi.

3. Keadilan dan keterbukaan

Peneliti harus memastikan bahwa semua subjek mendapatkan penjelasan dan

perlakuan yang sama.

4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan

Suatu penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak. oleh karena

itu, penelitian harusnya dapat mencegah atau mengurangi rasa sakit, cidera,

stress, diskriminasi ataupun kematian subjek.

57
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran umum lokasi penelitian

Berdasarkan Profil Puskesmas Malanu Tahun 2019, Puskesmas Malanu

terletak diantara Distrik Sorong Utara dan merupakan pemekaran dari

Puskesmas Klasaman. Puskesmas Malanu mulai beroperasi sejak 1 maret 2011,

dimana sebelumnya merupakan Puskesmas Pembantu Malanu Distrik Sorong

Utara. Puskesmas Pembantu Malanu awalnya adalah puskesmas pembantu di

wilayah kerja Puskesmas Remu, namun sejak tahun 2010 Puskesmas Pembantu

Malanu masuk wilayah kerja Puskesmas Klasaman. Kemudian pada tahun

2011 Puskesmas Pembantu Malanu berubah menjadi puskesmas induk dan

berdiri sendiri di wilayah Distrik Sorong Utara. Puskesmas Malanu memiliki

batas wilayah kerja diantaranya, Utara (berbatasan dengan Selat Dampit Distrik

Makbon), Timur (berbatasan dengan Distrik Makbon Kabupaten Sorong),

Selatan (berbatasan dengan Remu Selatan Distrik Manoi), Barat (berbatasan

dengan Kelurahan Remu Utara Distrik Sorong Utara).

Wilayah kerja Puskesmas Malanu meliputi 4 kelurahan di Distrik Sorong

Utara yaitu: Kelurahan Matalamagi, Kelurahan Malasilen, Kelurahan Malanu,

dan Kelurahan Sawagumu. Puskesmas Malanu mempunyai 4 puskesmas

pembantu dan sarana kesehatan penunjang yang lain, seperti: Balai pengobatan

yaitu balai pengobatan santa maria, Rumah sakit TNI Angkatan darat serta

58
praktek bidan, dan apotik. Puskesmas Malanu mempunyai 7 pos pelayanan

terpadu (Posyandu) yaitu, Posyandu Fuwon, Finari, Kartini, Bersama/Rawa

Indah, Melinda/KPR Polri, Srikandi dan Posyandu Nore. Sedangkan, pos lansia

terdiri dari Arnoldus, Elim, Efata I, Tiberias, Naisyah, dan Baitusalam. Adapun

upaya kesehatan perorangan Puskesmas Malanu Kota Sorong terdiri dari Poli

Umum, Poli Lansia, Poli IMS, Poli VCT Poli KIA/KB, Poli TB, Poli Kusta,

Poli Gigi, Poli Jiwa, PUSTU, dan Prolanis (Profil Puskesmas Malanu Tahun,

2019).

2.Analisis univariat

a. umur

Tabel 4.1
Distribusi responden berdasarkan umur
di wilayah kerja Puskesmas Malanu Kota Sorong Tahun 2023
No. Umur Frekuensi (F) Persentase (%)
1. Dewasa awal (19-25 tahun) 18 36.0
2. Dewasa muda (26-40 tahun) 32 64.0
Total 50 100%

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa responden terbanyak adalah

kategori dewasa muda dengan batasan umur 26-40 tahun yaitu sebanyak 32

responden (64.0%). Sedangkan responden dengan jumlah lebih sedikit yaitu

kategori dewasa awal dengan batasan umur 19-25 tahun yang berjumlah 18

responden (36.0%).

59
b. Pendidikan Terakhir

Tabel 4.2
Distribusi responden berdasarkan pendidikan terakhir di wilayah kerja
Puskesmas Malanu Kota Sorong Tahun 2023
No. Pendidikan Terakhir Frekuensi (F) Persentase (%)
1. SD 11 22.0
2. SMP 29 58.0
3. SMA 10 20.0
Total 50 100%

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan responden terbanyak memiliki

latar belakang pendidikan sekolah menengah pertama (SMP) yaitu

sebanyak 29 responden (58.0%). Sedangkan responden dengan jumlah

paling sedikit memiliki latar belakang pendidikan sekolah menengah atas

(SMA) yang berjumlah 10 responden (20.0%).

c. Agama

Tabel 4.3
Distribusi responden berdasarkan agama yang dianut di wilayah kerja
Puskesmas Malanu Kota Sorong Tahun 2023
No. Agama Frekuensi (F) Persentase (%)
1. Islam 37 74.0
2. Kristen Protestan 9 18.0
3. Kristen Katolik 1 2.0
4. Hindu 3 6.0
Total 50 100%

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa responden dengan jumlah

terbanyak menganut agama islam yaitu 37 responden dan jumlah yang

paling sedikit adalah responden yang menganut agama hindu sebanyak 3

responden (6.0%).

60
d. Lama menjadi PSK

Tabel 4.4
Distribusi responden berdasarkan Lama menjadi PSK di wilayah
kerja Puskesmas Malanu Kota Sorong Tahun 2023
No. Lama menjadi PSK Frekuensi (F) Persentase (%)
1. < 6 Bulan 3 6.0
2. 6 Bulan – 1 Tahun 7 14.0
3. 1-3 Tahun 22 44.0
4. > 3 Tahun 18 36.0
Total 50 100%

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan responden terbanyak dengan

lama menjadi PSK 1-3 tahun yaitu sebanyak 22 responden (44%) dan yang

paling sedikit adalah responden dengan lama menjadi PSK < 6 bulan yaitu

sebanyak 3 responden (6.0%).

e. Pengetahuan

Tabel 4.5
Distribusi responden berdasarkan pengetahuan tentang IMS di
wilayah kerja Puskesmas Malanu Kota Sorong Tahun 2023
No. Pengetahuan Frekuensi (F) Persentase (%)
1. Baik 6 12.0
2. Cukup 23 46.0
3. Kurang 21 42.0
Total 50 100%

Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan responden terbanyak memiliki

pengetahuan cukup yaitu sebanyak 23 responden (46.0%) dan yang paling

sedikit adalah responden yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 6

responden (12.0%).

61
f. Perilaku

Tabel 4.6
Distribusi responden berdasarkan perilaku penggunaan kondom di
wilayah kerja Puskesmas Malanu Kota Sorong Tahun 2023
No. Perilaku Frekuensi (F) Persentase (%)
1. Menggunakan kondom 18 36.0
2. Tidak menggunakan 32 64.0
kondom
Total 50 100%

Berdasarkan tabel menunjukan bahwa yang paling banyak adalah

responden yang tidak menggunakan kondom sebanyak 32 responden

(64.0%), dan yang lebih sedikit adalah responden yang menggunakan

kondom sebanyak 18 responden (36.0%).

g. Kejadian IMS

Tabel 4.7
Distribusi responden berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium di
wilayah kerja Puskesmas Malanu Kota Sorong Tahun 2023

No. Hasil Pemeriksaan Frekuensi (F) Persentase (%)


1. Positif 22 44.0
2. Negatif 28 56.0
Total 50 100%

Berdasarkan tabel 4.7 menunjukan bahwa responden terbanyak

dengan hasil pemeriksaan laboratorium negatif sebanyak 22 responden

(44.0%), dan yang lebih sedikit adalah responden dengan hasil

pemeriksaan negatif sebanyak 28 responden (56.0%).

62
3. Analisis Bivariat

a. Hubungan pengetahuan dengan kejadian IMS pada PSK di wilayah kerja


Puskesmas Malanu Kota Sorong.

Tabel 4.8
Hubungan pengetahuan dengan kejadian IMS pada PSK di wilayah
kerja Puskesmas Malanu Kota Sorong Tahun 2023

No. Pengetahuan Kejadian IMS Total


Positif Negatif

F % F % F %
1 Baik 5 10.0 1 2.0 6 12.0
2 Cukup 12 24.0 11 22.0 23 46.0
3 Kurang 11 22.0 10 20.0 21 42.0
Total 28 56.0 22 44.0 50 100
α = 0,05 p value = 0.356

Berdasarkan tabel 4.8 menunjukan bahwa dari 50 responden (sampel)

terdapat jumlah responden yang memiliki pengetahuan baik dengan hasil

pemeriksaan Positif sebanyak 5 responden (10.0%) dan hasil pemeriksaan

Negatif sebanyak 1 responden (2.0%). Sedangkan jumlah frekuensi

responden yang memiliki pengetahuan cukup dengan hasil pemeriksaan

Positif sebanyak 12 responden (24.0%) dan hasil pemeriksaan Negatif

sebanyak 11 responden (22.0%), dan responden yang memiliki pengetahuan

kurang dengan hasil pemeriksaan Positif sebanyak 11 responden (22.0%)

dan mendapat hasil pemeriksaan Negatif sebanyak 10 responden (20.0%).

63
Hasil uji Chi Square menunjukkan bahwa nilai p = 0.356 dengan taraf

signifikan α = 0.05, dimana pvalue > α, yang berarti Ha ditolak dan H0

diterima, atau tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan

dengan kejadian IMS pada PSK di wilayah kerja Puskesmas Malanu Kota

Sorong.

b. Hubungan perilaku dengan kejadian IMS pada PSK di wilayah kerja


Puskesmas Malanu Kota Sorong.

Tabel 4.9
Hubungan perilaku dengan kejadian IMS pada PSK di wilayah kerja
Puskesmas Malanu Kota Sorong Tahun 2023

No. Perilaku Kejadian IMS Total

Positif Negatif
F % F % F %
1 Menggunakan 17 34.0 1 2.0 18 36.0
kondom
2 Tidak 11 22.0 21 42.0 32 64.0
menggunakan
kondom
Total 28 56.0 22 44.0 50 100
α = 0,05 p value = 0.000

Berdasarkan tabel 4.9 menunjukan bahwa dari 50 responden (sampel)

terdapat jumlah responden yang menggunakan kondom dengan hasil

pemeriksaan positif sebanyak 17 responden (34.0%) dan responden yang

menggunakan kondom dengan hasil pemeriksaan nya negatif yaitu 1

responden (2.0%). Sedangkan responden yang tidak menggunakan kondom

dengan hasil pemeriksaan positif sebanyak 11 responden (56.0%) dan

responden yang tidak menggunakan kondom dengan hasil pemeriksaan

64
negative sebanyak 21 responden (44.0%). Hasil uji Chi Square

menunjukkan bahwa nilai p = 0.000 dengan taraf signifikan α = 0.05,

dimana pvalue < α, yang berarti Ha diterima dan H0 ditolak, atau ada

hubungan yang signifikan antara perilaku penggunaan kondom dengan

kejadian IMS di wilayah kerja Puskesmas Malanu Kota Sorong.

B. Pembahasan

1. Hubungan pengetahuan dengan kejadian IMS pada PSK di wilayah kerja

Puskesmas Malanu Kota Sorong

Berdasarkan hasil uji Chi Square menunjukkan bahwa nilai p = 0.356

dengan taraf signifikan α = 0.05, dimana p value > α, yang berarti Ha ditolak

dan H0 diterima, atau tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan

dengan kejadian IMS pada PSK di wilayah kerja Puskesmas Malanu Kota

Sorong.

Responden terbanyak memiliki pengetahuan cukup yaitu sebanyak 23

responden (46.0%). Alasan utama mereka telah memahami tentang IMS

adalah karena telah di berikan penyuluhan kesehatan oleh petugas puskesmas

maupun petugas LSM yang khusus melakukan pendampingan bagi pekerja

seks komersial, sehingga pengetahuan PSK tentang IMS di wilayah kerja

Puskesmas Malanu Kota Sorong kian meningkat, kecuali bagi PSK baru yang

sama sekali belum pernah diberikan penyuluhan kesehatan terkait penyakit

menular seksual dan cara pencegahannya.

Pengetahuan adalah berbagai macam hal yang diperoleh oleh seseorang

melalui panca indera, pengetahuan dapat diperoleh dari berbagai sumber

65
informasi bukan hanya di lembaga pendidikan, tapi pengetahuan juga dapat

diperoleh dari media cetak, elektronik, ataupun petugas kesehatan, keluarga

dan teman (Putra 2015).

Menurut (Deswita 2021) bahwa sebuah kejadian akan ditafsirkan secara

berbeda antara individu yang satu dengan individu yang lainnya, karena

masing-masing individu mempunyai sikap dan pandangaan berbeda-beda

terhadap diri mereka sesuai dengan pengetahuan yang diperolehnya.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh T.Astuti 2017 di Yogyakarta

tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan Kejadian IMS, bahwa tidak

ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kejadian IMS pada

PSK dengan nilai p = 0.729 dengan taraf signifikan α = 0.05, karena sebagian

besar PSK mendapatkan pendidikan kesehatan dari petugas puskesmas

sehingga PSK memiliki pengetahuan yang cukup tentang cara pencegahan

IMS. Selain itu, penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Marni (2011) di

kecamatan Patokbeusi Kabupaten Subang yang memperlihatkan hasil yang

sama yaitu 75,50% PSK memiliki pengetahuan yang cukup dalam pencegahan

penularan penyakit menular seksual.

Menurut asumsi peneliti bahwa yang menyebabkan kejadian IMS pada

PSK bukan karena kurangnya pengetahuan, terdapat faktor lain yang

mempengaruhi kejadian IMS pada PSK di wilayah kerja Puskesmas Malanu

Kota Sorong seperti perilaku pencegahan IMS yang tidak dilakukan dengan

benar.

66
2. Hubungan perilaku penggunaan kondom dengan kejadian IMS pada PSK

di wilayah Puskesmas Malanu Kota Sorong

Berdasarkan hasil uji chi square yang diperoleh menunjukkan bahwa

terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku penggunaan bkondom

dengan kejadian IMS pada PSK di wilayah kerja Puskesmas Malanu Kota

Sorong dengan pvalue = 0.000 < α (0.05), dimana Ha diterima dan H0 ditolak.

Responden terbanyak yang tidak menggunakan kondom saat berhubungan

seksual dengan pelanggan sebanyak 32 responden (64.0%). Alasan utama

mereka tidak menggunakan kondom adalah tuntutan ekonomi atau mengejar

target setoran, tidak menggunakan kondom karena melakukan dengan orang

dekat (pacar,teman) dan bentuk pelayanan kepada pelanggan (sesuai

permintaan pelanggan).

Pada studi cohort didapatkan bahwa kondom dapat memberikan

penurunan risiko terjadinya infeksi HPV sebanyak 70%. Penggunaan kondom

ternyata juga dapat menurunkan infeksi lain yang disebabkan oleh HPV

diantaranya kanker serviks dan kutil genital. Probabilitas dari clearing an

oncogenic Human Papilloma Virus (HPV) infection, 30% lebih tinggi pada

laki-laki multipartner yang menggunakan kondom secara konsisten

dibandingkan laki-laki yang tidak menggunakan kondom. Walaupun tidak

sepenuhnya, kondom efektif menurunkan penularan HIV, herpes genitalis,

genital warts, syphilis, gonorrhoeae, chlamydia dan infeksi lainnya. tingkat

efektivitas kondom secara teoritis mencapai angka 98%, apabila digunakan

67
dengan benar dan konsisten, penggunaan kondom secara benar dan konsisten

mampu menurunkan resiko IMS dan memberi proteksi yang maksimal.

Konsisten berarti menggunakan kondom mulai dari awal sampai akhir setiap

kali berhubungan seksual.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh Aulia Adzra 2022 di

Semarang tentang hubungan antara penggunaan kondom dengan kejadian

penyakit IMS pada WPS, dengan hasil korelasi Rank Spearman diperoleh nilai

pvalue= 0.000 (p<0.5) menunjukan terdapat hubungan antara penggunaan

kondom dengan kejadian IMS yang signifikan.

Menurut asumsi peneliti bahwa perilaku tidak menggunakan kondom

mempengaruhi kejadian IMS pada PSK karena menurut Notoatmodjo dalam

Diana 2019 terdapat perilaku tertutup (covert behavior) pada setiap individu

dimana respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau

tertutup dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. Dimana PSK

sebagai populasi kunci penyebaran penyakit menular seksual karena aktivitas

seksual dengan banyak pasangan, perilaku penggunaan kondom pada PSK

tidak dapat diamati secara langsung sehingga masih terdapat PSK yang

menggunakan kondom tetapi terkena IMS. Selain itu terdapat faktor lain yaitu,

penggunaan kondom terkadang gagal untuk mencegah penularan IMS karena

penggunaan yang tidak benar dan tidak konsisten serta karena faktor kondom

itu sendiri seperti, penggunaan lubrikan berbasis minyak dapat merusak lateks

dan menyebabkan kondom robek. Kondom dapat juga rusak karena paparan

sinar matahari langsung atau sudah lewat batas pemakaian (kadaluwarsa),

68
atau juga bisa rusak karena gigitan dan sentuhan kuku jari tangan pada saat

kondom dipasang. Asumsi ini di dukung oleh pernyataan Michael Carter dalam

Aulia Adzra 2022 yang menyatakan bahwa penggunaan kondom secara

konsisten dan benar dapat mengurangi resiko IMS sebesar 60%. Meskipun

sudah menggunakan kondom, namun masih tetap ada WPS yang terinfeksi

IMS. Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh cara penggunaan kondom

yang tidak benar dan tidak konsisten, sehingga terjadi sentuhan antara cairan

pelanggan dengan cairan vagina WPS yang menyebabkan terjadinya penularan

IMS.

69
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pengetahuan PSK yang berada di wilayah kerja Puskesmas Malanu Kota

Sorong sebagian besar memiliki pengetahuan cukup tentang IMS.

2. Perilaku penggunaan kondom pada PSK di wilayah kerja Puskesmas Malanu

Kota Sorong, sebagian besar PSK tidak menggunakan kondom saat

berhubungan seksual.

3. Tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan Kejadian

IMS pada PSK di wilayah kerja Puskesmas Malanu.

4. Ada hubungan yang signifikan antara perilaku penggunaan kondom dengan

kejadian IMS pada PSK di wilayah kerja Puskesmas Malanu Kota Sorong

B. Saran

1. Bagi Puskesmas Malanu

Agar hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber acuan

dalam meningkatkan perilaku dan cara penggunaan kondom yang benar bagi

para PSK dan dalam melakukan penyuluhan kesehatan lebih lanjut tentang

pencegahan IMS.

2. Bagi Kampus Stikes Papua

70
Agar hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu referensi untuk

menambah ilmu dan acuan bagi mahasiswa khususnya mata kuliah

maternitas dan promosi kesehatan untuk meningkatkan penyuluhan tentang

manfaat dan cara penggunaan kondom yang baik dan benar pada kelompok

resiko seperti para PSK.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Agar dapat lebih mendalami lagi terkait faktor-faktor lain yang dapat

mempengaruhi kejadian IMS khususnya pada pekerja seks komersial.

71
DAFTAR PUSTAKA

A Buchari 2018,strategi peer educator dalam peningkatan kesadaran pekerja seks


perempuan terhadap kesehatan reproduksinya. 1–41.

Ariasih, R. A., & Sabilla, M. 2020, Pengetahuan dan Pengalaman Wanita Pekerja
Seks dalam Pencegahan Infeksi Menular Seksual di Panti Sosial Karya
Wanita Mulya Jaya Jakarta. Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan, 16(1), 41.
https://doi.org/10.24853/jkk.16.1.41-54.

Arikunto 2018 BAB III Metodologi Penelitian http://perpustakaan.poltekkes-


malang.ac.id.

Arjani 2015 http://perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id.

Ainun Hanifa,Wanita Pekerja Seks di Kabupaten Tulungagung Tahun2017


https://journal.unita.ac.id/index.php/bidan/article/download/305/278/
Keperawatan,8(2),2019.https://doi.org/10.22201/fq.18708404e.2004.3.66178

Andarini 2015 http://eprints.undip.ac.id/62953/3/bab_2.

Aulia Adzra 2022 Hubungan Antara Penggunaan Kondom Dengan Kejadian


Penyakit Gonore pada WPS di Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang.

Diana 2019 Hubungan Sikap Orangtua Tentang Pendidikan Seksual Pada Anak
Usia Dini Dengan Perilaku Pencegahan Kekerasan Seksual Pada Anak Di TK
AL-Jawahir Kota Samarinda.

D, Pratiwi 2021 BAB III Metodologi Penelitian http://repository.umpri.ac.id.

Deswita 2021 Psikologi Perkembangan Peserta Didik.Bandung : Remaja Rosda


Karya Offset.

Dwi Yuni Astuti,Sabar Santoso, S.Pd. APP., M.Kes., Dwiana Estiwidani, 2017
Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Kejadian Infeksi Menular Seksual
Pada Wanita Usia Subur di Puskesmas Sleman.Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta.

Fitriani, N. 2017, Perilaku Wanita Pekerja Seks (WPS) terkait Pencegahan Infeksi
Menular Seksual di Pelabuhan Soekarno-hatta Makassar Tahun 2017

72
Hanafi 2015, Efektifitas Kondom Dalam Pencegahan IMS dan HIV Fakultas
Kedokteran UNUD Denpasar 2015.

Khoradiyah, H., Natosba, J., & Fitri, E. 2018. Pengaruh Peer Education Terhadap
Pengetahuan Tentang Infeksi Menular Seksual Pada Wanita Pekerja Seks
Tidak Langsung. Jurnal Keperawatan Sriwijaya, 5(1), 30–39.

Maria Tutun Siregar, Ririn Handayani, Misbahul Huda,Faktor-Faktor Yang


Berhubungan Dengan Kejadian IMS di Pantai Harapan Panjang Bandar
Lampung Tahun 2017.

Marni 2015, Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Menular Seksual di Negara


Berkembang https://erepo.unud.ac.

Metodologi penelitian kesehatan / Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo, S.K.M.,


M.Com.H / PT.Rineka Cipta 2018.

Nuroh 2017 http://eprints.umm.ac.id/38882/3/BAB%202.pdf

Nursalam. 2016. Buku Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan


Praktis. Edisi 4. Jakarta : Salemba Medika.

Nurul Mahmudah 2016, Bab II Tinjauan Pustaka Teori Sikap dan Perilaku
Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

Notoatmodjo S. 2014. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT. Rineka Cipta.

Oktoviana 2015 http://eprints.umpo.ac.id/4441/2/BAB%202.

Putu Ayu Diah Nareswari, efektifitas kondom dalam pencegahan infeksi menular
seksual dan infeksi HIV/Aids 2015 // Program Pendidikan dokter spesialis
Kulit dan Kelamin Fakultas kedokteran UNUD Denpasar 2015.

Philep Morse Regar, Josef Kurniawan Kairupan 2016 Pengetahuan PSK dalam
mencegah penyakit kelamin di kota Manado.

Putra 2015 https://eprints.umm.ac.id/61231/3/BAB%20II.

Rr. Arum Ariasih,Mizna Sabilla Pengetahuan dan Pengalaman Wanita Pekerja


Seks dalam Pencegahan Infeksi Menular Seksual di Panti Sosial Karya
Wanita Mulya Jaya Jakarta 2020.

SR.Harahap, http://eprints.umm.ac.id/38882/3/BAB%202. Fakultas kedokteran


UNUD Denpasar 2015.

73
Sugiono 2017 Metodologi Penelitian https://elibrary.unikom.ac.id/id.

Vonny Safa Cornella (2021), Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Terhadap


Pencegahan Infeksi Menular Seksual (IMS) Pada Wanita Usia Subur (WUS)
di Wilayah Kerja Puskesmas Telaga Dewa Kota Bengkulu.

Widyatun 2018 http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id.

Lampiran 1

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, adalah mahasiswa program studi Ilmu

Keperawatan STIKES Papua Sorong :

Nama : Adinda Marini Saraswaty Bisay


NIM : 201814201001A
Alamat : Jl. Basuki Rahmat No.206
Judul Penelitian : Hubungan Pengetahuan dan Perilaku penggunaan
kondom dengan kejadian IMS pada PSK di wilayah Kerja Puskesmas
Malanu Kota Sorong.
Akan melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan

pengetahuan dan perilaku penggunaan kondom dengan kejadian IMS pada PSK di

wilayah kerja Puskesmas Malanu Kota Sorong. Penelitian ini tidak akan

menimbulkan kerugian dan pengaruh apapun terhadap para PSK. Kerahasian

identitas, foto (di blur), serta semua informasi yang diberikan akan dijaga dan

hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian.

Apabila Saudari berkenan mengisi kuesioner yang terlampir, mohon kiranya

terlebih dahulu bersedia menandatangani lembar persetujuan menjadi responden

(informed consent).

74
Demikianlah permohonan saya, atas partisipasi dan kerja sama dalam penelitian

ini, saya ucapkan Terimakasih.

Sorong, Februari 2023

Adinda Marini Saraswaty Bisay

Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

(Informed Consent)

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Alamat :

Menyatakan dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan, saya

bersedia berpartisipasi dalam penelitian yang dilakukan oleh :

Nama : Adinda Marini Saraswaty Bisay

NIM : 201814201001A

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Judul Penelitian : Hubungan Pengetahuan dan Perilaku penggunaan

kondom dengan kejadian IMS pada PSK di wilayah Kerja Puskesmas

Malanu Kota Sorong.

Saya telah menerima dan mengerti penjelasan penelitian dan tujuan

penelitian ini serta bersedia berpartisipasi didalamnya.

75
Demikian lembar persetujuan ini, agar dapat dipergunakan sebagaimana

mestinya.

Sorong, Februari 2023

Responden

Lampiran 3

KUESIONER PENELITIAN

Hubungan Pengetahuan dan Perilaku penggunaan kondom dengan

kejadian IMS pada PSK di wilayah Kerja Puskesmas Malanu

Kota Sorong Tahun 2023

Pilihlah salah satu jawaban dengan memberikan tanda centang (√) pada

kotak isian.

A. KARAKTERISTIK RESPONDEN

1. Nomor Kuesioner :

2. Nama /Inisial : …………………………………………

3. Umur saat ini : ………… Tahun

4. Status Pendidikan : SD

SMP

SMA

5. Agama : Islam

Kristen Protestan

76
Kristen Katolik

Hindu

6. Lama menjadi PSK : Kurang dari 6 bulan

6 bulan s.d 1 tahun

1 tahun s.d 3 tahun

Lebih dari 3 tahun

77
B. Pengetahuan PSK Terhadap Infeksi Menular S eksual

Petunjuk :

Pilihlah salah satu jawaban dengan memberikan tanda lingkaran (O) pada

huruf B bila pernyataan tersebut benar dan pada huruf S bila pernyataan

tersebut salah.

Keterangan :

IMS = Infeksi Menular Seksual

No. Pernyataan Jawaban

1 Kuman yang terdapat di vagina/kemaluan bukan B S

merupakan salah satu jenis IMS

2 Herpes dan Sifilis merupakan jenis IMS B S

3 IMS dapat ditularkan melalui transfusi darah (donor B S

darah) .

4 IMS dapat ditularkan selain melalui hubungan seksual. B S

5 Keluarnya cairan dari vagina/kemaluan berupa B S

keputihan yang warnanya lebih putih, kekuningan,

kehijauan,bau yang tidak sedap dan berlendir

merupakan gejala IMS.

6 Demam, keringat di malam hari, diare berkelanjutan, B S

dan batuk terus menerus sertaa penurunan berat badan

yang berkelanjutan adalah gejala HIV/AIDS

7 Jika mengalami keputihan yang tidak wajar harus B S

78
segera diperiksakan ke fasilitas pelayanan kesehatan.

8 Kondom selain dapat mencegah kehamilan juga dapat B S

mencegah penularan HIV dan IMS

9 Kulit disekitar kemaluan lecet,memudahkan penularan B S

IMS

10 HIV/AIDS dapat menyebabkan kematian sebagai B S

komplikasi tahap akhir infeksi

11 Jika ibu hamil mempunyai penyakit HIV, maka janin B S

dalam kandungan dapat menderita HIV yang

ditularkan melalui plasenta atau ari-ari.

12 IMS tidak dapat disembuhkan B S

13 Pemeriksaan IMS dilakukan dengan pemeriksaan B S

laboratorium

14 Lendir pada kemaluan berguna untuk memeriksa B S

adanya IMS melalui pemeriksaan laboratorium

15 Obat antibiotik untuk pengobatan IMS bisa dihentikan B S

sewaktu-waktu jika sudah ada keluhan tanpa harus

dihabiskan

16 Salep antibiotik hanya meringankan infeksi B S

herpes/gatal pada kemaluan karena tidak mengobati

secara tuntas penyakit tersebut.

17 Saling meminjam gunting kuku dapat menularkan IMS B S

karena risiko terjadinya luka akibat pemotongan kuku

79
sehingga memudahkan penularan.

18 Pendidikan kesehatan sangat diperlukan untuk B S

pencegahan IMS

19 Konseling dibutuhkan dalam penanganan terhadap B S

IMS

20 Konseling hanya diperlukan sesudah tes HIV, sebelum B S

tes tidak perlu diberikan konseling.

C. Perilaku PSK Terhadap Penggunaan Kondom

Petujuk :

Isilah pernyataan dengan jawaban sesuai dengan kondisi saudari dengan

member tanda (√) untuk jawaban yang dianggap tepat pada kolom YA dan

yang kurang tepat pada kolom TIDAK.

Jawaban

Tidak
No. Pernyataan
Menggunakan menggunakan

kondom kondom

1 Apakah saudari selalu menggunakan

kondom saat berhubungan seksual

dengan pelanggan atau pasangan

80
Lampiran 4

LEMBAR OBSERVASI

Kejadian IMS pada PSK di wilayah kerja

Puskesmas Malanu Kota Sorong

Petujuk :

Lembar observasi ini di isi dan ditandatangani oleh dokter / petugas Lab

Isilah pernyataan dengan jawaban sesuai dengan hasil pemeriksaan laboratorium

dengan memberikan tanda (√) pada kolom dibawah ini.

No. Pernyataan Jawaban

Positif Negatif

1 Hasil pemeriksaan laboratorium sebelumnya

2 Hasil pemeriksaan laboratorium SAAT INI

81
(……..……………………)

Lampiran 5

82
83
Lampiran 6

84
Lampiran 7

85
Pernyataan pengetahuan tentang IMS
No
P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P
Res. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Total Kategori Kode
1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 50% Kurang 3
2 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 40% Kurang 3
3 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 60% Cukup 2
4 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 50% Kurang 3
5 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 75% Cukup 2
6 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 55% Kurang 3
7 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 75% Cukup 2
8 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 55% Kurang 3
9 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 45% Kurang 3
10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 75% Cukup 2
11 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 40% Kurang 3
12 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1` 1 0 1 0 1 1 1 1 75% Cukup 2
13 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 75% Cukup 2
14 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 80% Baik 1
15 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 40% Kurang 3
16 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 45% Kurang 3
17 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 55% Kurang 3
18 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 55% Kurang 3
19 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 75% Cukup 2
20 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 55% Kurang 3
Lampiran 8

Rekapitulasi pernyataan pengetahuan tentang IMS

86
No
Pernyataan pengetahuan tentang IMS Total Kategori Kode
Res.
P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
21 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 75% Cukup 2
22 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 75% Cukup 2
23 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 70% Cukup 2
24 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 80% Baik 1
25 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 90% Baik 1
26 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 80% Baik 1
27 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 50% Kurang 3
28 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 35% Kurang 3
29 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 40% Kurang 3
30 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 55% Kurang 3
31 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 65% Cukup 2
32 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 55% Kurang 3
33 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 60% Cukup 2
34 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 70% Cukup 2
35 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 55% Kurang 3
36 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 75% Cukup 2
37 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 80% Baik 1
38 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 60% Cukup 2
39 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 50% Kurang 3
40 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 60% Cukup 2

87
Pernyataan pengetahuan tentang IMS
No
Total Kategori Kode
Res. P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
41 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 35% Kurang 3
42 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 50% Kurang 3
43 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 70% Cukup 2
44 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 75% Cukup 2
45 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 60% Cukup 2
46 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 60% Cukup 2
47 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 65% Cukup 2
48 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 65% Cukup 2
49 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 65% Cukup 2
50 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 80% Baik 1

88
Lampiran 9
Rekapitulasi data kuesioner perilaku responden
Pernyataan Perilaku
No
Penggunaan Kondom Kategori Kode
Responden
1 0 Tidak menggunakan kondom 2
2 0 Tidak menggunakan kondom 2
3 0 Tidak menggunakan kondom 2
4 0 Tidak menggunakan kondom 2
5 0 Tidak menggunakan kondom 2
6 0 Tidak menggunakan kondom 2
7 0 Tidak menggunakan kondom 2
8 1 Menggunakan Kondom 1
9 1 Menggunakan Kondom 1
10 0 Tidak menggunakan kondom 2
11 0 Tidak menggunakan kondom 2
12 1 Menggunakan Kondom 1
13 0 Tidak menggunakan kondom 2
14 0 Tidak menggunakan kondom 2
15 0 Tidak menggunakan kondom 2
16 1 Menggunakan Kondom 1
17 1 Menggunakan Kondom 1
18 1 Menggunakan Kondom 1
19 1 Menggunakan Kondom 1
20 0 Tidak menggunakan kondom 2
21 0 Tidak menggunakan kondom 2
22 1 Menggunakan Kondom 1
23 1 Menggunakan Kondom 1
24 1 Menggunakan Kondom 1
25 0 Tidak menggunakan kondom 2

89
No
Pernyataan Perilaku Kategori Kode
Responden Penggunaan Kondom

26 1 Menggunakan Kondom 1
27 0 Tidak menggunakan kondom 2
28 0 Tidak menggunakan kondom 2
29 0 Tidak menggunakan kondom 2
30 0 Tidak menggunakan kondom 2
31 1 Menggunakan kondom 1
32 0 Tidak menggunakan kondom 2
33 0 Tidak menggunakan kondom 2
34 0 Tidak menggunakan kondom 2
35 1 Menggunakan Kondom 1
36 0 Tidak menggunakan kondom 2
37 0 Tidak menggunakan kondom 2
38 0 Tidak menggunakan kondom 2
39 1 Menggunakan kondom 1
40 1 Menggunakan kondom 1
41 0 Tidak menggunakan kondom 2
42 0 Tidak menggunakan kondom 2
43 1 Menggunakan Kondom 1
44 0 Tidak menggunakan kondom 2
45 0 Tidak menggunakan kondom 2
46 0 Tidak menggunakan kondom 2
47 0 Tidak menggunakan kondom 2
48 0 Tidak menggunakan kondom 2
49 1 Menggunakan kondom 1
50 1 Menggunakan kondom 1

90
Lampiran 10

Rekapitulasi data Lembar Observasi Hasil Pemeriksaan IMS

No
Hasil Pemeriksaan Kategori Kode
Responden
1 1 Positif 1
2 1 Positif 1
3 1 Positif 1
4 0 Negatif 2
5 1 Positif 1
6 0 Negatif 2
7 1 Positif 1
8 0 Negatif 2
9 0 Negatif 2
10 1 Positif 1
11 0 Negatif 2
12 0 Negatif 2
13 0 Negatif 2
14 0 Negatif 2
15 0 Negatif 2
16 0 Negatif 2
17 0 Negatif 2
18 0 Negatif 2
19 0 Negatif 2
20 1 Positif 1
21 1 Positif 1
22 0 Negatif 2
23 0 Negatif 2
24 0 Negatif 2
25 0 Negatif 2

91
No
Hasil Pemeriksaan Kategori Kode
Responden
26 0 Negatif 2
27 1 Positif 1
28 1 Positif 1
29 1 Positif 1
30 1 Positif 1
31 0 Negatif 2
32 1 Positif 1
33 0 Negatif 2
34 0 Negatif 2
35 0 Negatif 2
36 0 Negatif 2
37 0 Negatif 2
38 1 Positif 1
39 0 Negatif 2
40 0 Negatif 2
41 1 Positif 1
42 1 Positif 1
43 0 Negatif 2
44 1 Positif 1
45 1 Positif 1
46 1 Positif 1
47 0 Negatif 2
48 1 Positif 1
49 0 Negatif 2
50 0 Positif 1

92
Lampiran 11

Master Tabel

Pengetahuan Perilaku Kejadian IMS


No Umur Pendidikan Agama Lama
Jadi PSK Kode Kategori Kode Kategori Kode Kategori
Res Terakhir
1 2 2 1 3 3 Kurang 2 Tidak menggunakan 1 Positif
kondom
2 1 1 1 3 3 Kurang 2 Tidak menggunakan 1 Positif
kondom
3 2 2 1 4 2 Cukup 2 Tidak menggunakan 1 Positif
kondom
4 2 3 2 3 3 Kurang 2 Tidak menggunakan 2 Negatif
kondom
5 1 3 2 3 2 Cukup 2 Tidak menggunakan 1 Positif
kondom
6 1 2 1 3 3 Kurang 2 Tidak menggunakan 2 Negatif
kondom
7 1 3 4 4 2 Cukup 2 Tidak menggunakan 1 Positif
kondom
8 1 3 1 3 3 Kurang 1 Menggunakan kondom 2 Negatif
9 1 2 2 3 3 Kurang 1 Menggunakan kondom 2 Negatif
10 2 3 2 4 2 Cukup 2 Tidak menggunakan 1 Positif
kondom
11 1 3 2 4 3 Kurang 2 Tidak menggunakan 2 Negatif
kondom
12 1 3 2 4 2 Cukup 1 Menggunakan kondom 2 Negatif
13 1 2 1 3 2 Cukup 2 Tidak menggunakan 2 Negatif
kondom
14 2 2 4 4 1 Baik 2 Tidak menggunakan 2 Negatif
93
kondom

15 1 1 1 3 3 Kurang 2 Tidak menggunakan 1 Positif


kondom
16 2 1 1 2 3 Kurang 1 Menggunakan kondom 2 Negatif
17 2 2 1 3 3 Kurang 1 Menggunakan kondom 2 Negatif
18 2 2 1 2 3 Kurang 1 Menggunakan kondom 2 Negatif
19 2 2 1 3 2 Cukup 1 Menggunakan kondom 2 Negatif
20 2 2 1 2 3 Kurang 2 Tidak menggunakan 1 Positif
kondom

94
Lampiran 11

Master Tabel

Pengetahuan Perilaku Kejadian IMS


No Umur Pendidikan Agama Lama
Responden Jadi PSK Kode Kategori Kode Kategori Kode Kategori
Terakhir
21 2 2 1 1 2 Cukup 2 Tidak menggunakan 1 Positif
kondom
22 2 2 1 1 2 Cukup 1 Menggunakan 2 Negatif
kondom
23 2 2 1 1 2 Cukup 1 Menggunakan 2 Negatif
kondom
24 2 1 1 2 1 Baik 1 Menggunakan 2 Negatif
kondom
25 1 2 2 2 1 Baik 2 Tidak 2 Negatif
Menggunakan
kondom
26 2 2 1 4 1 Baik 1 Menggunakan 2 Negatif
kondom
27 2 2 4 2 3 Kurang 2 Tidak 1 Positif
Menggunakan
kondom
28 2 1 1 3 3 Kurang 2 Tidak 1 Positif
Menggunakan
kondom
29 1 2 1 3 3 Kurang 2 Tidak 1 Positif
Menggunakan
kondom

95
30 1 1 1 3 3 Kurang 2 Tidak Menggunaka 1 Positif
kondom

31 2 2 3 4 2 Cukup 1 Menggunakan 2 Negatif


kondom
32 2 2 1 3 3 Kurang 2 Tidak 1 Positif
Menggunakan
kondom
33 2 1 1 4 2 Cukup 2 Tidak 2 Negatif
Menggunakan
kondom
34 2 1 1 4 1 Cukup 2 Tidak 2 Negatif
Menggunakan
kondom
35 1 2 1 3 3 Kurang 1 Menggunakan 2 Negatif
kondom
36 2 2 1 4 2 Cukup 2 Tidak 2 Negatif
Menggunakan
kondom
37 2 3 1 4 1 Baik 2 Tidak 2 Negatif
Menggunakan
kondom
38 2 2 2 3 2 Cukup 2 Tidak 1 Positif
Menggunakan
kondom
39 2 3 1 4 3 Kurang 1 Menggunakan 2 Negatif
kondom
40 2 1 1 3 2 Cukup 1 Menggunakan 2 Negatif
kondom

96
Pengetahuan Perilaku Kejadian IMS
No Umur Pendidikan Agama Lama
Responden Jadi PSK Kode Kategori Kode Kategori Kode Kategori
Terakhir
41 2 3 1 2 3 Kurang 2 Tidak 1 Positif
Menggunakan
kondom
42 1 2 1 3 3 Kurang 2 Tidak 1 Positif
Menggunakan
kondom
43 1 2 1 3 2 Cukup 1 Menggunakan 2 Negatif
kondom
44 2 1 1 4 2 Cukup 2 Tidak 1 Positif
Menggunakan
kondom
45 2 2 2 4 2 Cukup 2 Tidak 1 Positif
Menggunakan
kondom
46 1 2 1 3 2 Cukup 2 Tidak 1 Positif
Menggunakan
kondom
47 2 2 1 4 2 Cukup 2 Tidak 2 Negatif
Menggunakan
kondom
48 2 2 1 3 2 Cukup 2 Tidak 1 Positif
Menggunakan
kondom
49 1 1 1 3 2 Cukup 1 Menggunakan 2 Negatif
kondom
50 2 2 1 4 1 Baik 1 Menggunakan 2 Negatif
kondom

97
Keterangan :

a. Umur : 1 = Dewasa awal (19-25 tahun)


2 = DewasaMuda (26-40 tahun)

b. Pendidikan Terakhir : 1 = SD
2 = SMP
3 = SMA

c. Agama : 1 = Islam
2 = Kristen Protestan
3 = Kristen Katolik
4 = Hindu

d. Lama Menjadi PSK : 1 = < 6 Bulan


2 = 6 - 11 Bulan
3 = 1 – 3 Tahun
4 = > 3 Tahun

e. Pengetahuan : 1 = Baik ( > 75% - 100% )


2 = Cukup ( 60 – 75% )
3 = Kurang ( < 60% )

f. Perilaku : 1 = Menggunakan kondom


2 = Tidak menggunakan kondom

g. Kejadian IMS : 1 = Positif


2 = Negatif

98
Lampiran 12
Frequency Table
Umur Responden
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Dewasa Awal (19-25
18 36.0 36.0 36.0
Tahun)
Dewasa Muda (26-40
32 64.0 64.0 100.0
Tahun)
Total 50 100.0 100.0

Pendidikan Responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SD 11 22.0 22.0 22.0
SMP 29 58.0 58.0 80.0
SMA 10 20.0 20.0 100.0
Total 50 100.0 100.0

Agama Responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Islam 37 74.0 74.0 74.0
Kristen Protestan 9 18.0 18.0 92.0
Katolik 1 2.0 2.0 94.0
Hindu 3 6.0 6.0 100.0
Total 50 100.0 100.0

Lama Jadi PSK


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 6 Bulan - 1 Tahun 7 14.0 14.0 14.0
1-3 Tahun 22 44.0 44.0 58.0
>3 Tahun 18 36.0 36.0 94.0
5 3 6.0 6.0 100.0
Total 50 100.0 100.0

99
Pengetahuan Responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik ( >75-100%) 6 12.0 12.0 12.0
Cukup (60-75%) 23 46.0 46.0 58.0
kurang (<60%) 21 42.0 42.0 100.0
Total 50 100.0 100.0

Perilaku Responden
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Menggunakan
18 36.0 36.0 36.0
kondom
Tidak
menggunakan 32 64.0 64.0 100.0
kondom
Total 50 100.0 100.0

Kejadian IMS
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Positif 28 56.0 56.0 56.0
Negatif 22 44.0 44.0 100.0
Total 50 100.0 100.0

100
Lampiran 13

Pengetahuan Responden * Kejadian IMS

Crosstab
Count
Kejadian IMS
Positif Negatif Total
Pengetahuan Responden Baik ( >75-100%) 5 1 6
Cukup (60-75%) 12 11 23
kurang (<60%) 11 10 21
Total 28 22 50

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 2.068 a
2 .356
Likelihood Ratio 2.280 2 .320
Linear-by-Linear Association 1.018 1 .313
N of Valid Cases 50
a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is 2.64.

101
Lampiran 14
Perilaku Responden * Kejadian IMS
Crosstab
Count
Kejadian IMS
Positif Negatif Total
Perilaku Responden Menggunakan
17 1 18
kondom
Tidak menggunakan
11 21 32
kondom
Total 28 22 50

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2-
Value df sided) sided) Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 16.870a 1 .000
Continuity Correctionb 14.520 1 .000
Likelihood Ratio 19.685 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
16.533 1 .000
Association
N of Valid Cases 50
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.92.

102
Lampiran 15
Dokumentasi Penelitian

103

Anda mungkin juga menyukai