Anda di halaman 1dari 10

Malaria DEFINISI Malaria adalah suatu infeksi sel darah merah oleh Plasmodium.

Malaria disebarkan melalui: Gigitan nyamuk betina Anopheles Transfusi darah yang terkontaminasi Suntikan dengan jarum yang sebelumnya telah digunakan oleh penderita malaria. Setelah digunakan obat-obatan dan insektisida, malaria jarang ditemukan di AS dan negara berkembang lainnya, tetapi infeksi ini masih sering terjadi di negara-negara tropis. Pendatang dari daerah tropis atau pelancong yang baru kembali dari daerah tropis kadang membawa infeksi ini ke suatu negara atau ke negara asalnya dan kemungkinan menyebabkan wabah yang ringan. PENYEBAB Terdapat 4 spesies parasit malaria: Plasmodium vivax Plasmodium ovale Plasmodium falciparum Plasmodium malariae, yang kesemuanya bisa menginfeksi manusia dan menyebabkan malaria. P. falciparum merupakan penyebab infeksi terbanyak dan paling berbahaya. . Siklus hidup parasit malaria berawal ketika seekor nyamuk betina menggigit penderita malaria. Nyamuk mengisap darah yang mengandung parasit malaria, yang selanjutnya akan berpindah ke dalam kelenjar liur nyamuk. Jika nyamuk ini kembali menggigit manusia, maka parasit akan ditularkan melalui air liurnya. Di dalam tubuh manusia, parasit masuk ke dalam hati dan berkembangbiak disana. Pematangan parasit berlangsung selama 2-4 minggu, setelah itu mereka akan meninggalkan hati dan menyusup ke dalam sel darah merah. Parasit berkembangbiak di dalam sel darah merah dan pada akhirnya menyebabkan sel yang terinfeksi ini pecah. Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale mungkin akan tetap berada di dalam sel-sel hati dan secara periodik akan melepaskan parasit yang matang ke dalam aliran darah, sehingga menyebabkan serangan dari gejala-gejala malaria. Plasmodium falciparum dan Plasmodium malariae akan keluar dari hati. Jika infeksi tidak diobati atau diobati tidak sampai tuntas, maka bentuk Plasmodium falciparum dewasa akan tetap berada di dalam darah selama berbulan-bulan dan Plasmodium malariae dewasa tetap berada di dalam darah selama bertahun-tahun, menyebabkan serangan gejala malaria yang berulang-ulang. GEJALA Gejala biasanya mulai timbul dalam waktu 10-35 hari setelah parasit masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk. Gejala awalnya seringkali berupa demam ringan yang hilang-timbul, sakit kepala, sakit otot dan menggigil, bersamaan dengan perasaan tidak enak badan (malaise). Kadang gejalanya diawali dengan menggigil yang diikuti oleh demam. Gejala ini berlangsung selama 2-3 hari dan sering diduga sebagai gejala flu.

Gejala berikutnya dan pola penyakitnya pada keempat jenis malaria ini berbeda: Pada malaria falciparum bisa terjadi kelainan fungsi otak, yaitu suatu komplikasi yang disebut malaria serebral. Gejalanya adalah demam minimal 40?Celsius, sakit kepala hebat, mengantuk, delirium (mengigau) dan linglung. Malaria serebral bisa berakibat fatal. Paling sering terjadi pada bayi, wanita hamil dan pelancong yang baru datang dari daerah malaria. Pda malaria vivax, mengigau bisa terjadi jika demamnya tinggi, sedangkan gejala otak lainnya tidak ada. Pada semua jenis malaria, jumlah sel darah putih total biasanya normal tetapi jumlah limfosit dan monosit meningkat. Jika tidak diobati, biasanya akan timbul jaundice ringan (sakit kuning) serta pembesaran hati dan limpa. Kadar gula darah rendah dan hal ini lebih berat pada penderita yang di dalam darahnya mengandung lebih banyak parasit. Kadar gula darah bahkan bisa turun lebih rendah pada penderita yang diobati dengan kuinin. Jika sejumlah kecil parasit menetap di dalam darah, kadang malari bersifat menetap. Gejalanya adalah apati, sakit kepala yang timbul secara periodik, merasa tidak enak badan, nafsu makan berkurang, lelah disertai serangan menggigil dan demam. Gejala tersebut sifatnya lebih ringan dan serangannya berlangsung lebih pendek dari serangan pertama. Blackwater fever adalah suatu komplikasi malaria yang jarang terjadi. Demam ini timbul akibat pecahnya sejumlah sel darah merah. Sel yang pecah melepaskan pigmen merah (hemoglobin) ke dalam aliran darah. Hemoglobin ini dibuang melalui air kemih dan merubah warna air kemih menjadi gelap. Blackwater fever hampir selalu terjadi pada penerita malaria falciparum menahun, terutama yang mendapatkan pengobatan kuinin.

Gejala & pola malaria 1. Malaria Vivax & Ovale. Suatu serangan bisa dimulai secara samar-samar dengan menggigil, diiukuti berkeringat dan demam yang hilang-timbul. Dalam 1 minggu, akan terbentuk pola yang khas dari serangan yang hilang timbul. Suatu periode sakita kepala atau rasa tidak enak badan akan diikuti oleh menggigil. Demam berlangsung selama 1-8 jam. Setelah demam reda, penderita merasakan sehat sampai terjadi menggigil berikutnya. Pada malaria vivax, serangan berikutnya cenderung terjadi setiap 48 jam. 2. Malaria falciparum. Suatu serangan bisa diawali dengan menggigil. Suhu tubuh naik secara bertahap kemudian tiba-tiba turun. Serangan bisa berlangsung selama 20-36 jam. Penderita tampak lebih sakit dibandingkan dengan malaria vivax dan sakit kepalanya hebat. Diantara serangan (dengan selang waktu 36-72 jam), penderita biasanya merasa tidak enak badan dan mengalami demam ringan.

3. Malaria malariae. Suatu serangan seringkali dimulai secara samar-samar. Serangannya menyerupai malaria vivax dengan selang waktu antara dua serangan adalah 72 jam.

DIAGNOSA Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejalanya, dimana terjadi serangan demam dan menggigil secara periodik tanpa penyebab yang jelas. Dugaan malaria semakin kuat jika dalam waktu 1 tahun sebelumnya, penderita telah mengunjungi daerah malaria dan pada pemeriksaan fisik ditemukan pembesaran limpa. Untuk memperkuat diagnosis dilakukan pemeriksaan darah guna menemukan parasit penyebabnya. Mungkin perlu dilakukan beberapa kali pemeriksaan karena kadar parasit di dalam darah bervariasi dari waktu ke waktu. Pengobatan, komplikasi dan prognosis dari malaria ditentukan oleh jenis parasit penyebabnya. PENGOBATAN Pengobatan malaria tergantung kepada jenis parasit dan resistensi parasit terhadap klorokuin. Untuk suatu serangan malaria falciparum akut dengan parasit yang resisten terhadap klorokuin, bisa diberikan kuinin atau kuinidin secara intravena. Pada malaria lainnya jarang terjadi resistensi terhadap klorokuin, karena itu biasanya diberikan klorokuin dan primakuin. PENCEGAHAN Orang-orang yang tinggal di daerah malaria atau yang mengadakan perjalanan ke daerah malaria bisa melakukan hal-hal berikut: Menggunakan semprotan pembasmi serangga di dalam dan di luar rumah Memasang tirai di pintu dan jendela Memasang kawat nyamuk Mengoleskan obat anti nyamuk di kulit Mengenakan pakaian yang menutupi tubuh sehingga mengurangi daerah tubuh yang digigit nyamuk. Obat-obatan bisa diminum untuk mencegah malaria selama melakukan perjalanan ke daerah malaria. Obat ini mulai diminum 1 minggu sebelum perjalanan dilakukan, dilanjutkan selama tinggal di daerah malaria dan 1 bulan setelah meninggalkan daerah malaria. Obat yang paling sering digunakan adalah klorokuin. Tetapi banyak daerah yang memiliki spesies Plasmodium falciparum yang sudah resisten terhadap obat ini. Obat lainnya yang bisa digunakan adalah meflokuin dan doksisiklin. Doksisiklin tidak boleh diberikan kepada anak-anak dibawah usia 8 tahun dan wanita hamil. Beberapa hal yang perlu diingat mengenai malaria: Obat-obat yang digunakan dalam tindakan pencegahan tidak 100% efektif Gejalanya bisa timbul 1 bulan atau lebih setelah gigitan nyamuk Gejala awalnya tidak spesifik dan seringkali disalahartikan sebagai influenza

Diagnosis dan pengobatan dini sangat penting, terutama pada malaria falciparum, yang bisa berakibat fatal pada lebih dari 20% penderita. http://medicastore.com/penyakit/792/Malaria.html

Malaria

DEFINISI Malaria adalah penyakit yang dapat bersifat akut maupun kronis, yang disebabkan oleh protozoa genus plamodium dan ditandai dengan panas / demam paroksismal periodianemia ETIOLOGI Genus plasmodium dan terdapat 4 spesies yang dapat menyerang manusia, yaitu: 1. 2. 3. 4. P. vivax penyebab malaria Tertiana P. falciparum penyebab malaria tropika P. malaria penyebab malaria malariae P. ovale penyebab malaria ovale

PATOGENESA DAN PATOLOGI 1. Parasit berkembang biak secara aseksual dalam tubuh manusia. Sporosat masuk ke dalam darah melalui gigitan nyamuk. Setelah setengah jam masuk ke dalam hati membentuk siklus pre-eritrositer (trofosoi-schizont-merozoit). Merozoit sebagian masuk kembali ke dalam hati meneruskan siklus eksoeritrositer sedang sebagian lain masuk ke dalam darah membentuk siklus eritrositer (merozoit- tropozoit muda-tropozoit tua-Schizont-schizont pecah merozoit yang memasuki eritrosit baru). Sebagian merozoit memulai gemetogoni, membentuk mikro dan makrogametosit. Wakt antar masuknya sporezoit sampai timbulnya gejala disebut masa tunas intrinsik yang lamanya antara 8-29 hari; tergantung dari daya tahan tubuh dan spesies plasmodium (pada palsmodium falciparum sangat pendek). 2. Parasit berkembang biak secara seksual dalam tubuh nyamuk. Dalam lambung nyamuk, makro dan mikrogametosit berkembang menjadi makro dan mikrogamet, yang akan membentuk zigot (ookinet). Ookinet kemudian menembus dinding nyamuk membentuk ookista yang membentuk banyak. Sporozoit ini dilepaskan dan masuk ke dalam kelenjar ludah nyamuk. Waktu antara nyamuk menghisap darah yang mengandung gematosit sampai mengandung sporozoit dalam kelenjar liurnya disebut masa tunas ekstrinsik.

Manusia merupakan hospes perantara sedangkan nyamuk adalah hospes definitif untuk infeksi plasmodium ini. Siklus kehidupan aseksual (skizogoni) ditemukan pada manusia, sedangkan siklus kehidupan parasit yang seksual (sporogoni) ditemukan pada nyamuk. Dalam siklus aseksual 1 eritrosit yang terinfeksi akan menghasilkan 6-32 merozit pada setiap kejadian sporulasi. Infeksi oleh plasmodium malaria merupakan infeksi yang paling ringan, hanya eritrosit matang yang diserang, siklus aseksual berlangsung 72 jam, jadi setelah 72 jam timbul generasi baru (merozoit) yang akan menyerang eritrosit yang lain. Jumlah merozoit pun hanya 6-12 saja dari hasil sporulasi dalam 1 eretrosit. Hanya terjadi 1-2% saja eritrosit yang terinfeksi (parasitemia). Infeksi, oleh plasmodium falciparum merupakan yang terberat, karena parasit ini menyerang baik retikulosit maupun eritrosit matang, skizogoni berlangsung cepat dalam 36-48 jam. Dari 1 eritrosit dihasilkan banyak merozoit (20-30 merozoit). Selain itu juga terjadi perubahan fisik pada eritrosit yang tidak dijumpai pada infeksi plasmodium lainnya yaitu eritrosit yang terinfeksi lebih mudah saling melekat pada endotel kapiler, membentuk trombus (aglutinasi) eritrosit yang terinfeksi jadi lebih tipis, lebih besar diameternya dan mudah pecah di dalam sistem retikuloendotelial. Pada setiap adanya destruksi eritrosit timbul demam yang paroxismal periodik mungkin timbul karena reaksi alergi terhadap zat pirogen yag memang bebas pada waktu sporulasi perjalanan khas demam malaria. Ketiga stadium pada gambar tersebut berlangsung 3-4 jam, kadang-kadang 6-12 jam, lalu disusul periode tidak demam (apireksia). Juga terjadi vasokonstriksi disusul vasodilatasi yang seirama dengan rasa menggigil dan demam. Pada infeksi oleh plasmodium falciparum, vasodilatasi ini dapat disertai dengan hipotensi. Banyaknya eritrosit yang pecah menimbulkan anemia. Pigmen malaria (hemozoria) akan diambil oleh leukosit sigmen dan monosit lalu dideposit ke dalam trabekula dan pulpa merah limpa dan sistem retikulendotelial lainnya (hati dan otak). Limpa akan membesar karena kongesti dan hiperplase sistem retikuloendotelial. Pada infeksi plasmodium falciparum, terdapat gangguan sirkulasi yang berat dan anemia berat. Gejala-gejalanya disebut komplikasi pernisiosa, yaitu hiperpirexia malaria serebral, ikterus/hepatitis, black water fever (demam kencing hitam) dan anekrosis tubuliakur. Perbedaan Morfolgis Dari Keempat Jenis Malaria P. vivax 1. Siklus pra-eritrosit 2. Sikus Eritorit 3. Dalam Eritrosit : 4. Titik schuffner Titik Maurer Bentuk oval eritrosit Parasit P. P. P. Falciparum Malariae Ovale + 8 hari 6 hari 15-21 hari 15 hari 48 jam 36-8 jam 72 jam 48 jam

+ -

+ -

+ -

Semua bentuk pada darah tepi + Bentuk akole jarang Bentuk, cincin dengan 2 inti Bentuk pita jarang + + + + + Jarang + +

Gametosit berbentuk pisang

5.

Jumlah Morozoit

14-24

+ 20-32

+ 6-12

8-12

GEJALA KLINIS 1. Demam. Demam mempunyai dua stadium yaitu : stadium frigoris (menggigil) yang berlangsung selama 20-60 menit, kemudian stadium akme (puncak demam) selama 1-4 jam, lalu memasuki stadium surodis selama 1-3 jam dimana penderita banyak berkeringat. Serangan demam ini umumnya diselingi masa tidak demam. Pada malaria tertiana demam timbul setiap 2 hari, pada malaria quartana timbul setiap 3 hari; sedangkan pada malaria tropikal demam bersifat hectic, timbul tidak teratur. Bila tidak diobati, karena kekebalan yang timbul, demam ini akan hilang dalam 3 bulan. Dan jika keadaan tubuh lemah dapat terjadi relaps. 2. Pembesaran Limpa. Pada malaria tertiana, limpa membesar mulai minggu kedua, sedangkan pada malaria tropika pada hari ke-3 sampai 4, limpa membesar karena harus menghilangkan eritrosit yang pecah. Pada infeksi kronik hepar juga akan membesar. 3. Anemia. Bervariasi dan ringan sampai berat. Paling berat pada infeksi plasmodium falciparum. Eritrosit juga menjadi lebih mudah melekat satu dengan yang lain dan dengan endotel, sehingga lebih mudah timbul trombus.

PEMBAHASAN.
Malaria adalah suatu penyakit protozoa yang dipindahkan kepada manusia oleh tusukan nyamuk anopheles (white & Brema, 1994) karaktersitik malaria adalah febris, menggigil, splenomegali, anemia, dan perjalannya yang kronik dengan relaps-relaps. Pada pasien ini didiagnosis infeksi malaria tertiana ec plasmodium vivax. ANAMNESA

Panas badan yang didahului menggigil terlebih dahulu (firosis) selanjutnya berkeringat. Serangan demam yang timbul diselingi masa tidak demam. Pucat disertai lemah dan lesu. Hal ini merupakan gejala adanya anemi. Keluhan penyerta lain seperti malaise, sakit kepala, pegal-pegal anoreksia, dan berat badan menurun. Dari anamnesa didapatkan penderita pernah mempunyai keluhan yang sama dan sering kambuh (malaria) 6 bulan yang lalu saat penderita di Irian Jaya merupakan daerah endemik malaria.

PEMERIKSAAN FISIK

Pada saat pemeriksaan fisik pemeriksa menemukan keadaan penderita agak tampak pucat dengan konjunktiva tidak anemis serta adanya hepatosplenomegali.
LABORATORIUM

Pada saat masuk rumah sakit kondisi penderita anemis dengan Hb 8 gr% pada tanggal 3 oktober 2002. Sedangkan pada pemeriksa melakukan pemeriksaan Lab. didapatkan Hb 11,9 gr% dan laju endap darah yang meningkat yaitu tanggl 8 oktober 2002. Pada pemeriksaan apus darah tepi (darah penderita diambil saat panas badan) ditemukan adanya plasmodium vivax pada stadium tropozoit.
PENATALAKSANAAN

Pemeriksa mengajukan terapi untuk penderita ini yaitu : istirahat dan banyak minum (minimal 2 liter per hari). Makan tinggi kalori tinggi protein dan dilanjutkan dengan pemberian primakuin 15 mg/hari yang bekerja skizontozid jaringan. Hari ke-4 selama 14 hari . Vit B Comp 3 x 1.
PROGNOSA

Pada penderita ini prognosa quo ad vitam yaitu ad bonam, karena penderita masih bisa melakukan aktivitas dan pekerjaan sehari-hari. Prognosa qua ad functionam yaitu ad bonam karena sekalipun infeksi P.vivax (malaria tertiana) adalah ringan dan jarang fatal. Pada penderita ini tidak ditemukan adanya komplikasi. http://3rr0rists.net/medical/malaria.html 22 dec 08

I. Definisi Malaria serebral adalah suatu penyakit yang melibatkan manifestasi klinis dari Plasmodium falciparum yang mempengaruhi perubahan pada status mental dan bisa mengakibatkan koma. Malaria serebral juga merupakan suatu penyakit otak akut yang tersebar luas yang ditandai oleh demam. II. Mortalitas Angka mortalitas akibat malaria serebral antara 25 sampai 50%. Jika seseorang terkena malaria serebral, tetapi tidak segera dilakukan pengobatan maka dalam 24 sampai 72 jam penderita bisa meninggal.

III. Histopatologi Ditandai dengan adanya sequester pada kapiler dan vena otak yang didalamnya terdapat parasitized red blood cells (PRBCs) dan non-PRBCs (NPRBCs). Lesi berbentuk seperti cincin pada otak yang merupakan karakteristik utama dari penyakit ini. Faktor resiko utama pada penyakit malaria serebral meliputi anak-anak dibawah usia 10 tahun dan tinggal di area endemik malaria. Terdapat suatu batasan yang jelas untuk mendiagnosa malaria serebral. Batasan pragmatis bisa dinilai dengan Glasgow Coma Scale (GCS). Biasanya dilihat : (1) Coma yang bersifat unrousable yang tidak terlokalisir dan rasa sakitnya menetap selama lebih dari enam jam jika pasien telah mengalami suatu gangguan hebat yang merata. (2) Bentuk aseksual dari P. falciparum ditemukan dalam darah. (3) Secara lebih spesifik yang dapat menyebabkan ensefalopati, yaitu bakteri atau virus. (Newton Dan Warrell) Blantyre Coma Scale, yang berhubungan dengan diagnosa, telah dipikirkan untuk menegakan diagnosis malaria serebral pada anak-anak muda. IV. Gejala Klinik Gejala klinik dari malaria serebral sangat komplek, tetapi ada tiga gejala utama umum yang terdapat baik pada orang dewasa maupun pada anak-anak: (1) Kesadaran yang lemah dengan demam yang tidak spesifik (2) Kejang-kejang dan defek (defisit) neurologis (3) Secara umum coma yang menetap selama 24 sampai 72 jam, pada awalnya rousable dan kemudian unrousable. V. Etiologi Penyebab malaria cerebral tidak dipahami dengan jelas. Sekarang ini, ada dua hipotesis utama yang menjelaskan tentang etiologi dari malaria serebral ini. yaitu hipotesis mekanik dan hipotesis humoral. Hipotesis secara mekanis menyatakan bahwa terdapat suatu interaksi spesifik antara suatu P. falciparum erythrocyte membran protein (Pfemp-1) dan strukturstruktur yang terdapat pada sel endothel, seperti ICAM-1 atau E-Selectin, mengurangi aliran darah kaviler yang dapat menyebabkan hipoksia. Secara selektif mengikat sel PRBCs dan non-PRBCs, yang dapat dikenal juga sebagai sel roset (bentuk bunga ros), dapat dikenali dengan baik melalui tanda malaria serebral histopatologi dan kondisi penderita yang koma. Bagaimanapun, hipotesis ini adalah tidak cukup menjelaskan mengenai defisit neurologis yang terjadi sehingga dapat menyebabkan penurunan kesadaran. Humoral hipotesis menyatakan bahwa suatu toksin yang dihasilkan oleh parasit malaria yang akan merangsang makrofag untuk melepaskan TNF-A dan sitokin seperti IL-1. Sel sitokin tidaklah berbahaya, mereka dapat mempengaruhi dan mengontrol produksi oksigen nitrat (NO) yang tak terkendalikan. Oksida nitrat ini dapat melintasi blood brain barier (sawar darah otak) yang akan menyebabkan perubahan pada fungsi sinaptik seperti halnya anestesi umum dan meningkatkan konsentrasi etanol, yang dapat menyebabkan penurunan kesadaran. Interaksi biokimia yang terjadi secara alami tersebut dapat menjelaskan bagaimana terjadinya koma. VI. Obat Pilihan yang dapat diberikan (Terapi) Penyakit malaria cerebral dapat berakibat fatal (menyebabkan kematian), bila infeksi yang ditimbulkan oleh malaria ini tidak segera diatasi dan dirawat. Oleh karena sistem imunitas alami yang terdapat pada malaria tidak dipahami secara pasti dan sulitnya atau belum adanya obat yang tepat untuk mengobati malaria serebral ini, oleh karena itu suatu usaha pencegahan

atau pengendalian sangat penting dilakukan.. Dua hal yang dapat dilakukan adalah pengobatan secara kemoterapi dan nasehat (penyuluhan). Untuk itu intervensi dari Ilmu Kesehatan Masyarakat sangatlah diperlukan. VII. Kemoterapi Pengobatan malaria serebral sekarang terutama melibatkan penggunaan kina, untuk penderita dengan malaria serebral yang resisten dengan obat chloroquine. Obat ini merupakan salah satu dari empat alkaloida utama yang dapat ditemukan pada pohon kina dan obat ini merupakan satu-satunya obat yang sudah digunakan sejak dulu dan masih terbukti efektip sebagai obat antimalaria. Kina mempunyai aktivitas yang serupa dengan chloroquine yang aktivitasnya terhadap enzim pencernaan parasit. VIII. Artemisinin Dalam beberapa percobaan secara klinis, obat ini mampu untuk menghancurkan parasitemia dan menurunkan demam lebih cepat dari kina atau chloroquine, tetapi mereka tidak dapat membunuh parasitnya. Artemisinin telah digunakan Cina sebagai obat tradisional untuk menurunkan demam dan malaria. Obat merupakan suatu sesquiterpene lactone yang merupakan derivat dari Artemisia annua. Dua jenis obat yang secara luas digunakan adalah artesunate dan artemether. Karena kedua obat ini sangat efektif dan murah, oleh karena itu kedua obat tersebut mulai dipromosikan sebagai obat antimalaria. Bagaimanapun, di Australia, Eropa atau Amerika Utara obat ini belum digunakan. Obat ini terutama digunakan untuk menggantikan obat-obat yang sangat resisten terhadap Plasmodium falsifarum, seperti yang resisten terhadap kina, artemisinin dan derivatnya dapat digunakan sebagai obat pilihan untuk malaria serebral (SM). IX. Terapi Tambahan Terapi tambahan atau terapi simptomatis yang digunakan untuk malaria serebral dapat diterangkan sebagai berikut ini : Anti Piretik Misalnya paracetamol, untuk mengurangi atau menurunkan demam. Tapi penggunaan obat ini tidak jelas, apakah penurunan temperatur bermanfaat bagi penderita malaria serebral atau tidak. Obat Anti Konvulsan Seperti sodium penobarbital, sebagai obat anti kejang. Obat ini sangat penting digunakan untuk mengendalikan atau mencegah kejang, apabila tidak diberikan obat anti konvulsan ini akan menyebabkan terjadinya kerusakan sel-sel neuron yang akan berakibat fatal. Obat untuk menurunkan tekanan intrakranial Untuk menurunkan tekanan intrakranial dapat gunakan obat seperti osmotik diuretik. Koreksi Hipoglikemia Penggunaan glukosa yang hipertonik, secara teoritis, dapat mengoreksi hipoglikemia pada jaringan yang mengalami hipoksia yang apabila tidak dikoreksi dapat bertambah buruk dan dapat timbul asidosis. Transfusi Tukar Biasanya hanya dibenarkan ketika parasitemia perifer melebihi 10% yang beredar bersama eritrosit. Peranan berapa banyak serta berapa kecepatan transfusi darah ini masih kontroversial karena berpotensi menimbulkan bahaya serta mahalnya biaya yang harus dikeluarkan pada penderitapenderita yang berada pada area endemik malaria. Obat Anti Inflamasi Contohnya adalah kortikosteroid. Obat ini telah terbukti mampu mengendalikan proses

inflamasi dan menunjukkan hasil yang cukup memuaskan. Desferroxamine Suatu iron-chelating adjuvant agent yang memiliki efek antimalaria mampu mengurangi pembentukan oksigen reaktif dengan mengurangi konsentrasi besi bebas. Mikrosirkulasi Contohnya pentoxifylline. Obat ini mempu mengurangi butir-butir sel darah merah yang deformitas (kerusakan) dan viskositas darah, menurunkan resistensi pembuluh darah sistemik dan menghancurkan penggumpalan (pengumpulan) platelet, dengan demikian dapat meningkatkan sirkulasi darah kapiler (microcirculatory).
http://dokmud.wordpress.com/2009/10/23/malaria-serebral/ 23 okt

Anda mungkin juga menyukai