Anda di halaman 1dari 3

Gejala penyakit malaria

Penderita penyakit malaria umumnya baru merasakan gejala sakit beberapa hari hingga beberapa
minggu setelah terinfeksi. Hal ini dikarenakan masa inkubasi, di mana infeksi protozoa mulai
masuk ke dalam tubuh manusia sampai akhirnya menimbulkan gejala penyakit malaria bervariasi
tergantung kekebalan tubuh penderita dan spesies penyebabnya.

1. Menggigil, demam tinggi, dan berkeringat

Tiga gejala di atas adalah gejala khas yang paling sering muncul pada penyakit malaria. Pada
mulanya penderita akan menggigil selama 1-2 jam kemudian diikuti dengan demam tinggi.
Selanjutnya penderita akan mengeluarkan keringat yang sangat banyak untuk melepaskan
panas dan suhu tubuh penderita akan kembali normal atau bahkan lebih rendah.

Gejala klasik tersebut dapat muncul setiap 48 jam sekali atau 72 jam sekali bergantung pada
spesies plasmodium yang menginfeksi. Pada plasmodium falciparum, Plasmodium vivax,
dan Plasmodium ovale, demam akan muncul setiap 48 jam sekali (demam tertier),
sedangkan pada Plasmodium malariae, demam akan muncul setiap 72 jam sekali
(demam kuartier).

2. Nyeri pada otot, tulang, dan sakit kepala

Gejala ini disebabkan karena reaksi sistem imun dalam tubuh yang mengeluarkan sejumlah
senyawa yang berjuang melawan infeksi plasmodium yang sedang terjadi yang disebut
dengan sitokin. Senyawa ini bertanggung jawab akan gejala yang muncul pada penyakit
malaria termasuk nyeri otot, tulang, dan sakit kepala.

3. Rasa lemah dan mudah lelah

Rasa lemah dan mudah lelah yang muncul pada penyakit malaria terjadi akibat tubuh mulai
kekurangan oksigen akibat rusaknya sel-sel darah merah yang berfungsi untuk mengedarkan
oksigen ke seluruh tubuh.

4. Badan menjadi kuning

Jika sudah terjadi komplikasi lebih lanjut, badan penderita malaria akan menjadi kuning. Hal
ini berhubungan dengan sel-sel hati yang ikut rusak dan mengacaukan sistem pengeluaran
empedu.

5. Anemia

Anemia atau penyakit kurang darah jelas terjadi pada penyakit malaria di mana sebagian
besar sel darah merah telah dirusak oleh infeksi Plasmodium.
6. Mual, muntah, dan nafsu makan menurun

Gejala ini muncul akibat keterlibatan organ hati yang terinfeksi oleh plasmodium. Hal ini
membuat metabolisme tubuh tidak dapat lagi berjalan dengan baik sehingga menyebabkan
timbulnya rasa mual, muntah, dan nafsu makan menurun.

7. Limfa membesar

Limfa adalah salah satu organ yang juga berfungsi dalam pembentukan sel darah merah.
Ketika sel-sel darah merah dalam tubuh dirusak, limfa akan bekerja keras untuk
memproduksi kembali sel darah tersebut sehingga mengakibatkan pembesaran limfa. Selain
itu, sel darah merah yang rusak tadi akan menumpuk di dalam limfa yang juga menyebabkan
limfa membesar.

8. Penurunan kesadaran hingga koma

Pada kasus malaria yang sudah mengalami komplikasi ke otak atau yang disebut dengan
malaria serebral, penderita akan mengalami kejang pada awalnya kemudian diikuti
penurunan kesadaran hingga koma

Terdapat 5 spesies Plasmodium yang memiliki karakteristik yang berbeda satu dengan yang
lainnya. Hal ini pula yang menyebabkan munculnya variasi gejala, lamanya infeksi, dan tingkat
keparahan antara penyakit malaria yang satu dengan yang lainnya. Kelima spesies Plasmodium
penyakit malaria yaitu:

1. Plasmodium falciparum

Plasmodium falciparum merupakan malaria paling ganas yang dapat mengancam jiwa.
Plasmodium ini menginfeksi semua sel darah merah dan menghasilkan jumlah parasit di dalam
darah yang sangat tinggi (>5% sel darah merah terinfeksi). Infeksi malaria karena Plasmodium
falciparum akan menimbulkan gejala dan komplikasi yang berat seperti gagal ginjal, koma,
anemia berat, dan bahkan berujung pada kematian.

2. Plasmodium vivax

Plasmodium vivax hanya menginfeksi sel darah merah yang masih muda. Tingkat parasit dalam
darah pun tidak setinggi pada plasmodium falciparum, yaitu kurang dari 2%. Hampir pada 50%
penderita malaria dengan infeksi plasmodium vivax akan mengalami relaps/kambuh dalam
beberapa minggu hingga 5 tahun sejak serangan pertama.

Hal ini dikarenakan Plasmodium vivax dapat bertahan dengan fase dorman di dalam tubuh. Fase
dorman yaitu fase kepompong yang tidak menimbulkan gejala infeksi dan tidak dapat ditembus
oleh antibodi. Gejala infeksi akan muncul kembali setelah fase dorman selesai.
3. Plasmodium ovale

Infeksi Plasmodium ovale secara garis besar mirip dengan Plasmodium vivax. Plasmodium ini
hanya menginfeksi sel darah merah yang masih muda/belum matang, memiliki tingkat parasit
dalam darah dalam jumlah sedikit, dan tidak lebih berbahaya daripada Plasmodium yang lainnya.
Bahkan infeksi Plasmodium ovale dapat sembuh dengan sendirinya tanpa terapi apapun.

4. Plasmodium malariae

Seseorang yang terinfeksi Plasmodium malariae biasanya tidak menunjukkan gejala apapun
untuk periode yang cukup lama, dibandingkan dengan orang yang terinfeksi Plasmodium vivax
atau Plasmodium ovale.

Namun, tingkat kekambuhan Plasmodium ini cukup tinggi dibandingkan dengan Plasmodium
yang lain dan biasanya menunjukkan gejala yang berhubungan dengan masalah ginjal, yaitu
sindrom nefrotik. Sindrom nefrotik adalah kumpulan gejala yang menunjukkan kebocoran
protein pada ginjal. Hal ini timbul karena Plasmodium malariae menyebabkan penumpukan
kompleks antigen dan antibodi di dalam ginjal.

5. Plasmodium knowlesi

Plasmodium knowlesi pertama kali ditemukan pada seekor kera. Awalnya parasit ini hanya
menginfeksi kera dan kerap ditemukan di negara-negara Asia Tenggara. Namun, ternyata
plasmodium ini juga dapat menginfeksi manusia dan menyebabkan kondisi yang fatal. Oleh
karena itu, terapi pada malaria yang disebabkan Plasmodium knowlesi dilakukan secara agresif
sama seperti pada Plasmodium falciparum.

Anda mungkin juga menyukai