OLEH:
Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh Plasmodium yang
menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual di dalam
darah. Infeksi malaria memberikan gejala berupa demam, menggigil, anemia, dan
splenomegali. Dapat berlangsung akut ataupun kronik. Infeksi malaria dapat
berlangsung tanpa komlikasi ataupun mengalami komlikasi sistemik yang dikenal
sebagai malaria berat. Sejenis infeksi parasit yang menyerupai malaria ialah
infeksi babesiosa yang menyebabkan babesiosis.
Ada 4 jenis plasmodium yaitu, P. vivax, merupakan infeksi yang paling sering dan
menyebabkan malaria tertiana/vivax, P. falciparum, memberikan banyak
komplikasi dan mempunyai perlangsungan yang cukup ganas, mudah resisten
dengan pengobatan dan menyebabkan malaria tropika/falciparum, P. malariae,
cukup jarang namun dapat menimbulkan sindroma nefrotik dan menyebabkan
malaria kuartana/malariae dan P. ovale dijumpai pada daerah Afrika dan Pasifik
barat, memberikan infeksi yang paling ringan dan sering sembuh spontan tanpa
pengobatan, menyebabkan malaria ovale.
Pemeriksaan ini dianggap sangat peka dengan teknologi amplifikasi DNA, waktu
dipakai cukup cepat dan sensitivitas maupun spesifitasnya tinggi. Keunggulan tes
ini walaupun jumlah parasit sangat sedikit dapat memberikan hasil positif. Tes ini
baru dipakai sebagai sarana penelitian dan belum untuk pemeriksaan rutin.
- Pemeriksaan ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay)
3. Etiolog
Penyebab infeksi malaria ialah plasmodium, yang selain menginfeksi malaria juga
menginfeksi binatang seperti golongan burung, reptile dan mamalia. Termasuk
genus Plasmodium dari family plasmodidae. Plasmodium ini pada manusia
menginfeksi eritrosit (sel darah merah) dan mengalami pembiakan aseksual
dijaringan hati dan eritrosit. Pembiakan seksual terjadi pada tubuh nyamuk yaitu
Anopheles betina. Nyamuk ini biasanya akan menggigit mulai pukul 18.00 sampai
pukul 06.00.
Malaria ditransmisikan ke manusia oleh nyamuk anopheles betina dan ada sekitar
430 spesies Anopheles dan 3500 spesies nyamuk. Anopheles gambiae merupakan
vector yang paling signifikan di Afrika. Siklus hidup Anopheles umumnya sama
dengan nyamuk yang lain yaitu dari telur – larva – pupa – nyamuk (Cross, 2004).
Hospes definitif dan vektor dari parasit yang disebabkan oleh plasmodium adalah
nyamuk Anopheles betina. Perkembangbiakan aseksual dan gametogenesis terjadi
di hospes perantara yaitu manusia. Dari semua jenis Plasmodium memiliki siklus
hidup yang sama. Infeksi sporozoit berasal dari nyamuk Anopheles betina yang
akan ditransmisikan ketika nyamuk menggigit manusia. Sporozoit akan
bermigrasi melewati pembuluh darah meuju ke hati kemudian menginfeksi hati
dan memulai perkembangbiakan aseksual. Di hati, schizonts akan terbentuk dan di
dalamnya terdiri dari banyak merozoit. Setelah terjadi pematangan schizont yang
mengandung merozoit, maka schizont akan pecah dan merozoit akan menuju
aliran darah. Dan di dalam aliran darah merozoit akan menginfeksi sel darah
merah (siklus eritrositer). Di dalam darah sebagian parasit akan membentuk gamet
jantan dan gamet betina, bila nyamuk menghisap darah manusia yang sakit akan
terjadi siklus seksual dalam tubuh nyamuk. Setelah terjadi perkawinan akan
tebentuk zygote dan menjadi lebih bergerak menjadi ookinet yang menembus
dinding nyamuk dan akhirnya menjadi bentuk oocyst yang akan menjjadi masak
dan mengeluarkan sporozoit yang akan bermigrasi ke kelenjar ludah nyamukk dan
siap menginfeksi manusia (Wilson, 2001).
4. Cara Pencegahan
Pemahaman tentang kebiasaan dan perilaku nyamuk Anopheles betina sanat
berguna dalam pencegahan penyakit. Tempat-tempat rawa dan lingkungan mikro
yang tenang dapat mendukung perkembangbiakan nyamuk Anopheles.
Menghindarki tempat yang dipenuhi nyamuk dan membersihkan tempat
perindukan dapat mengurangi kemungkinan gigitan nyamuk.
Tindakan pencegahan untuk mengindarkan diri dari gigitan nyamuk yaitu dengan
cara:
4. Memproteksi tempat tinggal atau kamar tidur dari nyamuk dengan kawat
anti-nyamuk
Vaksinasi terhadap malaria masih tetap dalam pengembangan. Hal yang
menyulitkan adalah banyaknya antigen yang terdapat pada plasmodium selain
pada masing-masing bentuk stadium pada daur plasmodium, yang paling
berbahaya adalah P. falciparum sekarang baru diitujukan pada pembuatan vaksin
untuk proteksi terhadap P. falciparum. Pada dasarnya ada 3 jenis vaksin yang
dikembangkan yaitu vaksin sporozoit (bentuk intrahepatik), vaksin terhadap
bentuk aseksual dan vaksin transmission working untuk melawan bentuk
gametosit. Vaksin dalam bentuk aseksual yang pernah dicoba ialah SPF-66 atau
yang dikenal sebagai vaksin Patarroyo, yang pada penelitian akhir-akhir ini tidak
dapat dibuktikan manfaatnya.
- Cloroquin proguanil dapat diberikan hanya pada pasien yang tidak dapat diberi
meflokuin atau doxycyclin.
Emergency Self Treatment of Possible Malaria
(Wilson,2001)
5. Cara Pengobatan
Dalam pengobatan malaria terapi antiplasmodium dan perawatan suportif sangat
penting untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas. Klorokuin merupakan obat
anti malaria yang efektif terhadap P. falciparum yang sensitive terhadap
klorokuin. Keuntungannya tidak menyebabkan hipoglikemi dan tidak
mengganggu kehamilan. Namun, dengan meluasnya resistensi terhadap klorokuin,
maka obat ini sudah jarang dipakai untuk pengobatan malaria berat. Kona
merupakan obat anti-malaria yang sangat efektif untuk semua jenis plasmodium
dan dipilih sebagai obat utama untuk menangani malaria berat karena masih
berefek kuat terhadap P.falciparum yang resisten terhadap klorokuin. Meskipun
kina dapat digunakan pada masa kehamilan, tetapi dapat menyebabkan kontraksi
uterus dan memberikan kontribusi untuk hipoglikemia (Wilson,2001).
6. Prognosis
Pada infeksi malaria hanya terjadi mortalitas bila mengalami malaria berat. Pada
malaria berat, tergantung pada kecepatan penderita tiba di RS, kecepatan diagnose
dan penanganan yang tepat. Walaupun demikian mortalitas penderita malaria
berat di dunia masih cukup tinggi antara 15%-60% tergantung fasilitas pemberi
pelayanan. Makin banyak jumlah komplikasi akan diikuti dengan peningkatan
mortalitas, misalnya penderita dengan malaria serebral dengan hipoglikemi,
peningkatan kreatinin, dan peningkatan bilirubin mortalitasnya lebih tinggi dari
pada malaria serebral saja.
Prognosis untuk malaria nonfallciparum secara umum baik pada penderita yang
responsive untuk melakukan terapi. Relaps P. ovale dan P. vivax dapat dihindari
dengan terapi yang sesuai. P. malariae dapat ditangani dengan terapi yang baik
sehingga tidak ada kontribusi untuk menyebabkan mortalitas dan morbiditas.
Prognosis malaria falciparum, terutama untuk nonimun perlu berhati-hati.
Kerusakan organ secara multisystem dapat meningkatkan angka morbiditas dan
mortalitas yang tinggi (Wilson,2001).
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh Plasmodium yang
menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual di dalam
darah. Penyebab infeksi malaria ialah plasmodium. ada 4 jenis plasmodium
penyebab penyakit malaria yaitu Plasmodium vivax yang menyebabkan malaria
tertiana (Benign Malaria) dan Plasmodium falciparum yang menyebabkan malaria
tropika (Malignan Malaria). Plasmodium malariae, dan Plasmodium ovale.
Dalam menginfeksi manusia, plasmodium membutuhkan vector yaitu nyamuk
Anopheles. Gejala klasik yang ditimbulkan yaitu Trias Malaria, yang memiliki 3
stadium yaitu stadium diingin, stadium demam, dan stadium berkeringat.
Manifestasi klinik malaria tergantung pada imunitas penderita, tingginya transmisi
infeksi malaria, berat atau ringannya infeksi dipengaruhi oleh jenis Plasmodium.
Pemeriksaan penunjang diagnostik dapat menggunakan PCR dan ELISA
Pengobatan dapat dilakuukan dengan terapi dan perawatan suportif. Terjadinya
komplikasi menyebabkan tingginya angka kesakitan dan angka kematian.
Pencegahan dapat dilakukan dengan mengontrol vector dan perlindungan terhadap
tubuh dari gigitan nyamuk. Prognosis baik untuk malaria non falciparum
DAFTAR PUSTAKA