Anda di halaman 1dari 15

TUGAS EPIDEMIOLOGI

MALARIA MENURUT TEORI LEAVEL DAN CLARK

OLEH:

WAYAN NOFI MARLINA


213900055

PENDIDIKAN PROFESI BIDAN FAKULTAS


KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN

Penyakit malaria di Indonesia sampai saat ini masih merupakan masalah


kesehatan masyarakat. Angka kesakitan penyakit ini masih cukup tinggi, terutama
di daerah Indonesia bagian timur. Di daerah trasmigrasi dimana terdapat
campuran penduduk yang berasal dari daerah yang endemis dan tidak endemis
malaria, di daerah endemis malaria masih sering terjadi letusan kejadian luar biasa
(KLB) malaria Oleh karena kejadian luar biasa ini menyebabkan insiden rate
penyakit malaria masih tinggi di daerah tersebut.
Malaria merupakan penyakit global yang paling sering terjadi di daerah
tropis, tetapi penularannya juga dapat terjadi didaerah beriklim sedang. Pada abad
ke-19 dan ke-20 awal, spesies Plasmodium secara luas terdistribusi di Amerika.
Distribusi ini termasuk Amerika Serikat Selatan, Mississippi River Valley, dan
Minnesota dan Michigan. Sekarang, parasit Plasmodium menyebabkan lebih dari
100 juta kasus malaria per tahun terutama didaerah tropis. Hasil yang diperkirakan
dari 1-2.000.000 kematian per tahun, banyak dari mereka adalah anak-anak.
Bahkan, lebih besar dari 90% kejadian malaria mengancam jiwa anak-anak.
Distribusi dari vektor nyamuk dan prevalensi penyakit dalam suatu populasi
merupakan factor utama yang menentukan distribusi parasit Plasmodium. Daerah
yang penuh dengan nyamuk, seperti rawa-rawa, telah lama memiliki hubungan
dengan tingginya angka serangan malaria. Lingkungan yang mendukung seperti
genangan air menyebabkan munculnya sarang nyamuk. Saat ini, yang merupakan
daerah endemik antara lain Karibia, Amerika Selatan bagian utara, Amerika
Tengah, Afrika, India, Australia, Asia Tenggara, dan Asia kepulauan Pasifik.
Malaria juga terjadi secara sporadik di daerah non endemik, dalam banyak kasus
berupa penyakit laten. Penyakit malaria yang kambuh disebabkan oleh reaktivasi
fase laten hipnozoit P vivax dan P ovale (Wilson, 2001).
Dewasa ini upaya pemberantasan penyakit malaria dilakukan melalui,
pemberantasan vektor penyebab malaria (nyamuk Anopheles) dan dilanjutkan
dengan melakukan pengobatan kepada mereka yang diduga menderita malaria
atau pengobatan juga sangat perlu diberikan pada penderita malaria yang terbukti
positif secara laboratorium. Dalam hal pemberantasan malaria selain dengan
pengobatan langsung juga sering dilakukan dengan jalan penyemprotan rumah
dan lingkungan sekeliling rumah dengan racun serangga, untuk membunuh
nyamuk dewasa upaya lain juga dilakukan untuk memberantas larva nyamuk.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh Plasmodium yang
menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual di dalam
darah. Infeksi malaria memberikan gejala berupa demam, menggigil, anemia, dan
splenomegali. Dapat berlangsung akut ataupun kronik. Infeksi malaria dapat
berlangsung tanpa komlikasi ataupun mengalami komlikasi sistemik yang dikenal
sebagai malaria berat. Sejenis infeksi parasit yang menyerupai malaria ialah
infeksi babesiosa yang menyebabkan babesiosis.

Plasmodium yang sering dijumpai adalah Plasmodium vivax yang menyebabkan


malaria tertiana (Benign Malaria) dan Plasmodium falciparum yang menyebabkan
malaria tropika (Malignan Malaria). Plasmodium malariae pernah juga dijuumpai
pada suatu kasus, tetapi sangat jarang. Plasmodium ovale pernah dilaporkan
dijumpai di Irian Jaya, pulau Timor, pulau Owi (utara Irian Jaya).

1. Keluhan dan Gejala


Manifestasi klinik malaria tergantung pada imunitas penderita, tingginya transmisi
infeksi malaria, berat atau ringannya infeksi dipengaruhi oleh jenis Plasmodium
(P. falciparum sering memberikan komplikasi), daerah asal infeksi (pola resistensi
terhadap pengobatan), umur (usia lanjut dan bayi sering lebih berat), ada dugaan
konstitusi genetik, keadaan kesehatan dan nutrisi, kemoprofilaktis dan pengobatan
sebelumnya.

Ada 4 jenis plasmodium yaitu, P. vivax, merupakan infeksi yang paling sering dan
menyebabkan malaria tertiana/vivax, P. falciparum, memberikan banyak
komplikasi dan mempunyai perlangsungan yang cukup ganas, mudah resisten
dengan pengobatan dan menyebabkan malaria tropika/falciparum, P. malariae,
cukup jarang namun dapat menimbulkan sindroma nefrotik dan menyebabkan
malaria kuartana/malariae dan P. ovale dijumpai pada daerah Afrika dan Pasifik
barat, memberikan infeksi yang paling ringan dan sering sembuh spontan tanpa
pengobatan, menyebabkan malaria ovale.

Manifestasi Umum Malaria


Malaria mempunyai gambaran karakteristik demam periodik, anemia, dan
splenomegali. Masa inkubasi bervariasi pada masing-masing plasmodium.
Keluhan prodromal dapat terjadi sebelum terjadinya demam berupa kelesuan,
malaise, sakit kepala, sakit belakang, merasa dingin di punggung, nyeri sendi dan
tulang, demam ringan, anoreksia, perut tidak enak, diare ringan dan kadang-
kadang dingin. Keluhan prodromal sering terjadi pada P. vivax dan ovale,
sedangkan pada P. falciparum dan malariae keluhan prodromal tidak jelas bahkan
gejala dapat mendadak. Gejala yang klasik yaitu terjadinya “Trias Malaria” secara
berurutan: periode dingin (15-60 menit): mulai menggigil, penderita sering
membungkus diri dengan selimut atau sarung dan pada saat menggigil sering
seluruh badan bergetar dan gigi-gigi saling terantuk, diikuti dengan meningkatnya
temperature, diikuti dengan periode demam: penderita muka merah, nadi cepat,
dan panas badan tetap tinggi beberapa jam, diikuti dengan keadaan berkeringat;
kemudian periode berkeringat: penderita berkeringat banyak dan temperature
turun, dan penderita merasa sehat. Trias malaria lebih sering terjadi pada infeksi
P. vivax, pada P. falciparum menggigil dapat berlangsung berat ataupun tidak ada.
Periode tidak panas berlangsung 12 jam pada P. falciparum, 36 jam pada P. vivax
dan ovale, pada 60 jam pada P. malariae. Anemia merupakan gejala yang sering
dijumpai pada infeksi malaria. Beberapa mekanisme terjadinya anemia ialah:
pengrusakan eritrosit oleh parasit, hambatan eritropoiesis sementara, hemolisis
oleh karena proses complemen mediated immune complex, eritrofagositosis,
penghambatan pengeluaran retikulosit, dan pengaruh sitokin. Pembesaran limpa
(splenomegali) sering dijumpai pada penderita malaria, limfa akan teraba setelah 3
hari dari serangan infeksi akut, limpa menjadi bengkak, nyeri dan hiperemis.
Limfa merupakan organ yang penting dalam pertahanan tubuh terhadap infeksi
malaria, penelitian pada binatang percobaan limpa menghapuskan eritrosit yang
terinfeksi melalui perubahan metabolisme, antigenic dan rheological dari eritrosit
yang terinfeksi.

Manifestasi Klinik Malaria Non Falciparum


a. Manifestasi Klinis Malaria Tertiana/M. Vivax atau M. Benigna
Inkubasi 12-17 hari, kadang-kadang lebih panjang 12-20 hari. Pada hari-hari
pertama panas irregular, kadang-kadang remiten atau intermiten, pada saat
tersebut perasaan dingin atau menggigil jarang terjadi. pada akhir minggu tipe
panas menjadi intermiten dan periodic setiap 48 jam dengan gejala klasik Trias
Malaria. Serangan paroksismal biasanya terjadi pada waktu sore hari. Kepadatan
parasit mencapai maksimal dalam waktu 7-14 hari. Pada minggu kedua limpa
mulai teraba. Parasitemia mulai menurun setelah 14 hari, limpa masih mebesar
dan panas masih berlangsung, pada akhir minggu ke-5 panas mulai turun secara
krisis. Pada malaria vivax manifestasi klinik dapat berlangsung secara berat tetapi
kurang membahayakan. Limpa dapat membesar sampai derajat 4 atau 5 (ukuran
Hackett). Malaria serebral jarang terjadi. Edema tungkai disebabkan karena
hipoalbuminemia. Mortalitas malaria vivax rendah tetapi morbiditas tinggi karena
seringnya terjadi relapse. Pada penderita yang seimune perlangsungan malaria
vivax tidak spessifik dan ringan saja; parasitemia hanya rendah; serangan demam
hanya pendek dan penyembuhan lebih cepat. Reistensi terhadap kloroquin pada
malaria vivax juga dilaporkan di Irian Jaya dan didaerah lainnya. Relapse sering
terjadi karena keluarnya bentuk hipnozoit yang tertinggal di hati pada saat stastus
imun tubuh menurun.

b. Manifestasi Klinis Malaria Malariae/M. Quartana


M. Malariae banyak dijumpai didaerah Afrika, Amerika Latin, sebagian Asia.
Penyebarannya tidak seluas P. vivax dan P. falciparum. Masa inkubasi 18-40 hari.
Manifestasi klinik seperti pada malaria vivax hanya berlangsung lebih ringan.
Anemia jarang terjadi, splenomegali sering dijumpai walaupun pembesaran
ringan. Serangan paroksismal terjadi tiap 3-4 hari, biasanya pada waktu sore dan
parasitemia sangat rendah <1%.
Komplikasi jarang terjadi, syndrome nefrotik dilaporkan pada infeksi Plasmodium
malariae pada anak-anak Afrika. Diduga komplikasi ginjal disebabkan oleh
karena deposit kompleks immune pada glomerolus ginjal. Hal ini terbukti dengan
adanya peningkatan Ig M bersama peningkatan titer antibodinya. Pada
pemeriksaan dapat dijumpai edema, esites, proteinuria yang banyak,
hipoproteinemia tanpa uremia dan hipertensi. Keadaan ini prognosisnya jelek.
Respon terhadap pengobatan antimalaria tidak menolong, diet dengan kurang
garam dan tinggi protein, dan diuretic boleh dicoba, steroid tidak berguna.

c. Manifestasi Klinis Malaria Ovale


Merupakan bentuk yang paling ringan dari semua jenis malaria. Masa inkubasi
11-16 hari, serangan paroksismal 3-4 hari terjadi malam hari dan jarang lebih dari
10 kali walaupun tanpa terapi. Apabila terjadi infeksi campuran dengan
plasmodium lain, maka P.ovale tidak akan tampak di darah tepi tetapi
plasmodium yang lain yang akan ditemukan. Gejala klinis hamper sama dengan
malaria vivax, lebih ringan, pouncak panas lebih rendah dan perlangsungan lebih
pendek, dan dapat sembuh spontan tanpa pengobatan. Serangan menggigil jarang
terjadi dan splenomegali jarang sampai dapat diraba.

Manifestasi Malaria Tropika atau M. Falciparum


Malaria tropika merupakan bentuk yang paling berat diitandai dengan panas yang
ireguler, anemia, splenomegali, parasitemia sering dijumpai, dan sering terjadi
komplikasi. Masa inkubasi 9-14 hari. Malaria tropika mempunyai perlangsungan
yang cepat dan parasitemia yang tinggi dan menyerang semua bentuk eritrosit.
Gejala prodromal yang sering dijumpai yaitu sakit kepala, nyeri belakang atau
tungkai, lesu, perasaan dingin, mual, muntah, dan diare. Parasit sulit ditemui pada
penderita dengan pengobatan supresif. Panas biasanya ireguler dan tidak periodic,
sering terjadi hiperpireksia dengan temperature di atas 40oC. gejala lain berupa
konvulsi, pneumonia aspirasi dan banyak keringat walaupun temperature normal.
Apabila infeksi memberat nadi cepat, nausea, muntah, diare menjadi berat dan
diikuti kelainan paru (batuk). Splenomegali dijumpai lebih sering dari
hepatomegali dan nyeri pada perabaan; dan hati membesar dapat disertai
timbulnya ikterus. Kelainan urin dapat berupa albuminuria hialin dan Kristal yang
granuler. Anemia lebih menonjol dengan leucopenia dan monositosis (Sudoyo,
2006).

2. Pemeriksaan Penunjang Diagnostik Malaria


Diagnosa malaria sering memerlukan anamnesa yang teppat tentang asal penderita
apakah dari daerah endemic malaria, riwayat bepergian ke daerah malaria, riwayat
pengobatan kuratif maupun preventif.
- Pemeriksaan Tetes Darah untuk Malaria
Pemeriksaan mikroskopik darah tepi untuk menemukan adanya parasit malaria
sangat penting untuk menegakkan diagnosa. Pemeriksaan satu kali dengan hasil
negatik tidak menyampingkan diagnosa malaria. Pemeriksaan darah tepi 3 kali
dan hasil negative, maka diagnose malaria dapat dikesampingkan. Adapun
pemeriksaan darah tepi dapat dilakukan melalui:
- Tetesan preparat darah tebal
- Tetesan darah tipis
- Tes antigen: P-F test
- Tes serologi
- Pemeriksaan PCR (Polimerase Chain Reaction)

Pemeriksaan ini dianggap sangat peka dengan teknologi amplifikasi DNA, waktu
dipakai cukup cepat dan sensitivitas maupun spesifitasnya tinggi. Keunggulan tes
ini walaupun jumlah parasit sangat sedikit dapat memberikan hasil positif. Tes ini
baru dipakai sebagai sarana penelitian dan belum untuk pemeriksaan rutin.
- Pemeriksaan ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay)
3. Etiolog
Penyebab infeksi malaria ialah plasmodium, yang selain menginfeksi malaria juga
menginfeksi binatang seperti golongan burung, reptile dan mamalia. Termasuk
genus Plasmodium dari family plasmodidae. Plasmodium ini pada manusia
menginfeksi eritrosit (sel darah merah) dan mengalami pembiakan aseksual
dijaringan hati dan eritrosit. Pembiakan seksual terjadi pada tubuh nyamuk yaitu
Anopheles betina. Nyamuk ini biasanya akan menggigit mulai pukul 18.00 sampai
pukul 06.00.

(Wikipedia, 2010) Klasifikasi Ilmiah Plasmodium


Kingdom : Haemosporodia
Divisio : Nematoda
Subdivisio : Laveran
Kelas : Spotozoa
Ordo : Haemosporidia
Genus : Plasmodium
Species : P. falcifarum, P. ovale, P. malariae, P. vivax, dll

Klasifikasi Ilmiah Nyamuk Anopheles


Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Superfamili : Culicoidea
Famili : Culicidae
Subfamili : Anophelinae
Genus : Anopheles

Malaria ditransmisikan ke manusia oleh nyamuk anopheles betina dan ada sekitar
430 spesies Anopheles dan 3500 spesies nyamuk. Anopheles gambiae merupakan
vector yang paling signifikan di Afrika. Siklus hidup Anopheles umumnya sama
dengan nyamuk yang lain yaitu dari telur – larva – pupa – nyamuk (Cross, 2004).

Hospes definitif dan vektor dari parasit yang disebabkan oleh plasmodium adalah
nyamuk Anopheles betina. Perkembangbiakan aseksual dan gametogenesis terjadi
di hospes perantara yaitu manusia. Dari semua jenis Plasmodium memiliki siklus
hidup yang sama. Infeksi sporozoit berasal dari nyamuk Anopheles betina yang
akan ditransmisikan ketika nyamuk menggigit manusia. Sporozoit akan
bermigrasi melewati pembuluh darah meuju ke hati kemudian menginfeksi hati
dan memulai perkembangbiakan aseksual. Di hati, schizonts akan terbentuk dan di
dalamnya terdiri dari banyak merozoit. Setelah terjadi pematangan schizont yang
mengandung merozoit, maka schizont akan pecah dan merozoit akan menuju
aliran darah. Dan di dalam aliran darah merozoit akan menginfeksi sel darah
merah (siklus eritrositer). Di dalam darah sebagian parasit akan membentuk gamet
jantan dan gamet betina, bila nyamuk menghisap darah manusia yang sakit akan
terjadi siklus seksual dalam tubuh nyamuk. Setelah terjadi perkawinan akan
tebentuk zygote dan menjadi lebih bergerak menjadi ookinet yang menembus
dinding nyamuk dan akhirnya menjadi bentuk oocyst yang akan menjjadi masak
dan mengeluarkan sporozoit yang akan bermigrasi ke kelenjar ludah nyamukk dan
siap menginfeksi manusia (Wilson, 2001).

4. Cara Pencegahan
Pemahaman tentang kebiasaan dan perilaku nyamuk Anopheles betina sanat
berguna dalam pencegahan penyakit. Tempat-tempat rawa dan lingkungan mikro
yang tenang dapat mendukung perkembangbiakan nyamuk Anopheles.
Menghindarki tempat yang dipenuhi nyamuk dan membersihkan tempat
perindukan dapat mengurangi kemungkinan gigitan nyamuk.
Tindakan pencegahan untuk mengindarkan diri dari gigitan nyamuk yaitu dengan
cara:

1. Tidur dengan kelambu, sebaiknya dengan kelambu impregnated (dicelup


peptisida: pemethrin atau deltamethrin)
2. Menggunakan obat pembunuh nyamuk (mosquitoes repellents): gosok, spray,
asap, elektrik
3. Mencegah berada di alam bebas dimana nyamuk dapat menggigit atau harus
memakai proteksi (baju lengan panjjang, kaos atau stocking). Nyamuk akan
menggigit diantara jam 18.00 – 06.00. nyamuk jarang pada ketinggian di atas
2000 meter.

4. Memproteksi tempat tinggal atau kamar tidur dari nyamuk dengan kawat
anti-nyamuk
Vaksinasi terhadap malaria masih tetap dalam pengembangan. Hal yang
menyulitkan adalah banyaknya antigen yang terdapat pada plasmodium selain
pada masing-masing bentuk stadium pada daur plasmodium, yang paling
berbahaya adalah P. falciparum sekarang baru diitujukan pada pembuatan vaksin
untuk proteksi terhadap P. falciparum. Pada dasarnya ada 3 jenis vaksin yang
dikembangkan yaitu vaksin sporozoit (bentuk intrahepatik), vaksin terhadap
bentuk aseksual dan vaksin transmission working untuk melawan bentuk
gametosit. Vaksin dalam bentuk aseksual yang pernah dicoba ialah SPF-66 atau
yang dikenal sebagai vaksin Patarroyo, yang pada penelitian akhir-akhir ini tidak
dapat dibuktikan manfaatnya.

Kontrol terhadap Malaria


Kontrol Vektor
- Menghindarkan diri dari tempat-tempat yang penuh dengan nyamuk teutama
Anopheles.
- memakai pakaian yang dapat melindungi tubuh dari gigitan nyamuk setiap sore
dan malam hari.
- Menggunakan obat pembunuh nyamuk (mosquito repellant)
- Semprot kain-kain untuk tidur dan kelambu dengan pestisida pemethrin
- Kecuali untuk keperluan yang penting, ibu hamil sebaiknya tidak bepergian ke
daerah endemic P. falciparum.
Ukuran profilaksis
- Klorokuin merupakan obat yang dapat digunakan pada daerah yang tidak
Resisten terhadap klorokuin.
- Meflokuin digunakan pada daerah yang diketahui resisten terhadap klorokuin.
- Doxycycline dapat digunakan jika meflokuin tidak dapat digunakan, kecuali
pada ibu hamil, anak < 8 tahun atau orang yang hipersensitif terhadap doxycyclin.

- Cloroquin proguanil dapat diberikan hanya pada pasien yang tidak dapat diberi
meflokuin atau doxycyclin.
Emergency Self Treatment of Possible Malaria
(Wilson,2001)

5. Cara Pengobatan
Dalam pengobatan malaria terapi antiplasmodium dan perawatan suportif sangat
penting untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas. Klorokuin merupakan obat
anti malaria yang efektif terhadap P. falciparum yang sensitive terhadap
klorokuin. Keuntungannya tidak menyebabkan hipoglikemi dan tidak
mengganggu kehamilan. Namun, dengan meluasnya resistensi terhadap klorokuin,
maka obat ini sudah jarang dipakai untuk pengobatan malaria berat. Kona
merupakan obat anti-malaria yang sangat efektif untuk semua jenis plasmodium
dan dipilih sebagai obat utama untuk menangani malaria berat karena masih
berefek kuat terhadap P.falciparum yang resisten terhadap klorokuin. Meskipun
kina dapat digunakan pada masa kehamilan, tetapi dapat menyebabkan kontraksi
uterus dan memberikan kontribusi untuk hipoglikemia (Wilson,2001).
6. Prognosis
Pada infeksi malaria hanya terjadi mortalitas bila mengalami malaria berat. Pada
malaria berat, tergantung pada kecepatan penderita tiba di RS, kecepatan diagnose
dan penanganan yang tepat. Walaupun demikian mortalitas penderita malaria
berat di dunia masih cukup tinggi antara 15%-60% tergantung fasilitas pemberi
pelayanan. Makin banyak jumlah komplikasi akan diikuti dengan peningkatan
mortalitas, misalnya penderita dengan malaria serebral dengan hipoglikemi,
peningkatan kreatinin, dan peningkatan bilirubin mortalitasnya lebih tinggi dari
pada malaria serebral saja.
Prognosis untuk malaria nonfallciparum secara umum baik pada penderita yang
responsive untuk melakukan terapi. Relaps P. ovale dan P. vivax dapat dihindari
dengan terapi yang sesuai. P. malariae dapat ditangani dengan terapi yang baik
sehingga tidak ada kontribusi untuk menyebabkan mortalitas dan morbiditas.
Prognosis malaria falciparum, terutama untuk nonimun perlu berhati-hati.
Kerusakan organ secara multisystem dapat meningkatkan angka morbiditas dan
mortalitas yang tinggi (Wilson,2001).
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh Plasmodium yang
menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual di dalam
darah. Penyebab infeksi malaria ialah plasmodium. ada 4 jenis plasmodium
penyebab penyakit malaria yaitu Plasmodium vivax yang menyebabkan malaria
tertiana (Benign Malaria) dan Plasmodium falciparum yang menyebabkan malaria
tropika (Malignan Malaria). Plasmodium malariae, dan Plasmodium ovale.
Dalam menginfeksi manusia, plasmodium membutuhkan vector yaitu nyamuk
Anopheles. Gejala klasik yang ditimbulkan yaitu Trias Malaria, yang memiliki 3
stadium yaitu stadium diingin, stadium demam, dan stadium berkeringat.
Manifestasi klinik malaria tergantung pada imunitas penderita, tingginya transmisi
infeksi malaria, berat atau ringannya infeksi dipengaruhi oleh jenis Plasmodium.
Pemeriksaan penunjang diagnostik dapat menggunakan PCR dan ELISA
Pengobatan dapat dilakuukan dengan terapi dan perawatan suportif. Terjadinya
komplikasi menyebabkan tingginya angka kesakitan dan angka kematian.
Pencegahan dapat dilakukan dengan mengontrol vector dan perlindungan terhadap
tubuh dari gigitan nyamuk. Prognosis baik untuk malaria non falciparum
DAFTAR PUSTAKA

Cross, C. 2004. The Life Cycle of Anopheles Mosquitoes.


http://malaria.welcoome.ac.uk/mosquito. diakses pada tanggal 28 Mei 2010.
Sudoyo, A. 2006. Ilmu Penyakit Dalam. Pusat penerbitan Ilmu Penyakit Dalam
FKUI: Jakarta.
Wilson, R. 2001. Current Diagnosis and Treatment in Infectious Disease. The
McGraw – Hill Companies, Inc united states of America.
http://en.wikipedia.org/wiki/anopheles
http://www.dpd.cdc.gov/dpdx/lifecycleofmalaria

Anda mungkin juga menyukai