Anda di halaman 1dari 15

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas berkat
Rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan meskipun masih
sangat sederhana. Ada pun judul makalah yang saya susun ini adalah tentang Penyakit
Malaria.

Harapan penulis mudah-mudahan dengan penulisan makalah ini dapat


memberikan manfaat bagi pembaca dan saya sadar masih banyak kekurangan dalam
makalah ini sekiranya mohon dimaklumi terima kasih.

Jakarta, Maret 2020


PENULIS

2
3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1LATAR BELAKANG
Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan atau penyakit dari genus
plasreodium yang dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles. Istilah malaria
berasal dari bahasa Italia yaitu mal (buruk) dan area (udara). Atau udara buruk
karena dahulu banyak terdapat di daerah rawa- rawa yang mengeluarkan bau
busuk. Penyakit ini juga mempunyai beberapa nama lain seperti demam roma,
demam rawa, demam tropik, demam pantai, demam charges, demam kura, dan
paludisme.
Malaria ditemukan hampir diseluruh dunia, terutama di negara- negara yang
beriklim tropis dan subtropis. Penduduk yang beresiko terkena malaria berjumlah
sekitar 2,3 milyar atau 41 % dari jumlah penduduk dunia. Setiap tahun kasusnya
bertambah sekitar 300 – 500 juta kasus dan mengakibatkan 1,5 - 2,7 kematian,
terutama di negara-negara bawah aftika. Di Indonesia penyakit ini ditemukan
tersebar diseluruh kepulauan.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun Rumusan Masalah dari makalah ini yaitu
1. Bagaimana perananan organisasi Depkes dan jajarannya dalam pencegahan dan
penanggulangan Penyakit Malaria?
2. Mengapa prevalensi kasus malaria di Indonesia masih tinggi?

1.3 Tujuan penulisan


1. Untuk mengetahui apa itu malaria
2. Untuk mengetahui penyebab penyakit malaria
3. Untuk mengetahui gejala yang ditimbulkan oleh penyakit malaria
4. Untuk mengetahui pengobatan yang dilakukan baik mencegah maupun untuk
mengobati penyakit malaria.

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Malaria
Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit (protozoa) dari
genus plasmodium, yang dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles.
Malaria juga merupakan infeksi parasit pada sel darah merah yang disebabkan oleh
suatu protozoa spesies plasmodium yang ditularkan ke manusia melalui air liur.
Malaria besifat endemik di lingkungan tropis dan subtropis, penyakit ini
bersifat akut dan dapat menjadi kronik disertai serangan berulang-ulang yang
menyebabkan kelemahan. Penyakit ini juga mempunyai beberapa nama seperti,
demam roma, demam rawa, demam tropik, demam pantai, demam charges, demam
kura dan paludisme

2.2Faktor Penyebab Malaria


Kemapuan bertahannya penyakit malaria di suatu daerah ditentukan oleh
beberapa faktor yaitu :
2.2.1 Parasit malaria
Penyakit malaria disebabkan oleh parasit malaria yaitu suatu protozoa.
Darah yang termasuk genus plasmodium yang dibawa oleh nyamuk anopeleas.
Ada 4 macam spesies penyebab malria yaitu :
- Plasmodium vivax
- Plasmodium Palciparum
- Plasmodium malariae
- Plasmodium ovale
a. Plesmodium vivax menyebabkan malaria vivax atau tertiana
b. Plasmodium Palciparum menyebabkan malaria palciparum atau tropika.
c. Plasmodium malaria menyebabkan malariae atau quastana
d. Plasmodium ovale menyebabkan malariae ovale

5
2.2.2 Nyamuk anopheles
Penyakit malaria pada manusia hanya dapat ditularkan oleh nyamuk
anopheles betina. Diseluruh dunia terdapat sekitar 2000 speasis anopheles dan
60 diantaranya diketahui sebagai penular malaria. Di Indonesia ada sektar 80
jenis anophelas, 24 spesies diantaranya telah terbukti penular malaria. Sifat
masing-masing spesies berbeda tergantung berbagi faktor seperti penyebaran
geografis, iklim dan tempat perindukannya. Semua nyamuk malaria hidup sesuai
kondisi ekologi setempat seperti nyamuk malaria yang hidup di air payau
(anopheles sundaicus dan anopeles subpictus), di sawah (anopheles aconitus)
ataua air bersih di pegunungan (anopheles maculatus).
Nyamuk anopheles hidup di dearah iklim tropis dan subtropis, tapi juga
bisa hidup didaerah yang beriklim sedang. Nyamuk ini jarang ditemukan pada
daerah dengan ketinggian lebih dari 2000 – 2500 meter. Tempat perindukannya
bervariasi dan dapat dibagi menjadi 3 kawasan, yaitu pantai, pedalaman, dan
kaki gunung. Biasanya nyamuk anopheles betina menggigit manusia pada
malam hari atau sejak senja hingga subuh. Jarak terbangnya tidak lebih dari 0,5
– 3 km dari tempat perindukannya.

2.2.3 Manusia yang rentan terhadap infeksi malaria


Penduduk disuatu daerah endemis malaria ada yang mudah dan ada
yang sukar terinfeksi malaria meskipun gejala klinisnya ringan. Perpindahan
penduduk dari satu daerah endemis malaria hingga kini masih menimbulkan
masalah. Sejak dulu telah diketahui bahwa wabah penyakit ini sering terjadi
dimana-mana seperti di daerah pemukiman baru yaitu daerah perkebunan dan
transmigrasi. Hal ini terjadi karena pekerja yang datang dari daerah lain belum
mempunyai kekebalan sehingga rentan terinfeksi.

6
2.2.4 Lingkungan
Keadaan lingkungan berpengaruh besar terhadap ada tidaknya malaria di
suatu daerah. Adanya danau air payau, genangan air di hutan, persawahan,
tambak ikan, bembukaan hutan, dan pertambangan disuatu daerah akan
meningkatkan kemungkinan tumbuhnya penyakit malaria karena tempat- tempat
tersebut merupakan tempat perindukan nyamuk malaria.

2.2.5 Iklim
Suhu dan curah hujan disuatu daerah berperan penting dalam penularan
penyakit malaria. Biasanya, penularan malaria pada musim hujan dibandingkan
kemarau. Air hujan yang menimbulkan genangan air, merupakan tempat yang
ideal untuk perindukan nyamuk malaria. Dengan bertambahnya perindukan,
populasi nyamuk malaria juga bertambah sehingga bertambah pula penularanya.

2.3Gejala –gejala Malaria


Gejala–gejala penyakit malaria dipengaruhi oleh daya pertahanan tubuh
penderita, jenis plasmodium malaria serta jumlah parasit yang menginfeksinya.
Gambaran khas dari penyakit malaria adalah adanya demam, pembesaran limpah,
dan anemia.
2.3.1 Demam.
Biasanya timbul demam, penderita malaria akan mengeluh lesu, sakit
kepala, nyeri pada tulang dan otot. Kurang nafsu makan, rasa tidak enak pada
perut, diare ringan kadang-kadang merasa dingin dipunggung.
2.3.2 Pembesaran limfa.
Pembesaran limpa merupakan gejala khas pada malaria kronis atau
manahun. Limpa menjadi bengkak dan terasa nyeri. Limpa membengkak akibat
penyumbatan oleh sel-sel darah merah yang mengandung parasit malaria.
Lama-lama konsisten limpah menjadi keras karena jaringan ikat pada limpa
semakin bertambah. Dengan pengobatan yang baik limpa berangsur normal
kembali.
2.3.3 Anemia

7
Pada penyakit malaria penyakit anemia atau penurunan kadar
homoglobin darah sampai dibawah nilai normal disebabkan penghancuran sel
darah merah yang berlebihan oleh parasit malaria. Selain itu, anemia timbul
akibat gangguan pembentukan sel darah merah di sum-sum tulang.
Gejala anemia berupa badan yang terasa lemas, pusing, pucat, penglihatan
kabur, jantung berdebar-debar, dan kurang nafsu makan. Diagnosis anemia
ditentukan dengan pemeriksaan kadar homoglobin darah

2.4 Pengobatan Malaria


Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang mempengaruhi angka
kematian bayi, anak, dan ibu melahirkan, serta dapat menurunkan produktivitas
kerja. Untuk mengetehui pasti seseorang telah terinfeksi malaria, yaitu dengan
menemukan parasit malaria di dalam darah melalui pemeriksaan mikrosop. Pada
darah penderita akan tampak bentuk parasit malaria serta perubahan pada sel-sel
darah merah yang terinfeksi. Pemeriksaan ini harus dilakukan pada orang yang
tinggal di daerah endemis malaria atau orang yang pernah bepergian kedaerah
endemis malaria dalam jangka waktu satu tahun.
Untuk mengantisipasinya diterapkan beberapa prinsip pengobatan malaria
seperti :
a. Menemukan penderita malaria sedini mungkin
b. Melakukan pengobatan yang efektif untuk parasit malaria dalam darah.
c. Mencegah komplikasi dan kematian
d. Menemukan dan mengobati rekrudensi dan rekurensi.
e. Mencegah penyakit malaria kambuh kembali.
f. Mengurangi penularan penyakit malaria.
Ada beberapa obat yang digunakan untuk pengobatan malaria, antara lain :
1. Skizontisida jaringan primer (contohya proguanil dan perimetamin)
2. Jaringan sekunder (contohnya primakuin )
3. Skizontisida darah (contohnya kina, klorokum, dan amodeakuin)
4. Gametosida (contohnya premakuin, kena, klorokum, dan amodeakuin)
5. Sprontosida (contohnya primakuin dan proguanil)

8
 Pertolongan pertama
Terkadang banyak kendala untuk segara membawa penderita ke
pukesmas atau rumah sakit disebabkan terbatasnya sarana transportasi dan
terlalu jauhnya pusat pelayanan kesehatan terutama di desa atau di daerah
pinggiran kota.
Oleh karena itu usaha awal yang dapat dilakukan adalah dengan
pertolongan pertama seperti:
1. Berikan air minum sebanyak-banyaknya kepada penderita sepert air susu, air
teh, atau air putih masak untuk mencegah kekurangan cairan akibat demam
panas.
2. Berikan obat penurun panas seperti parasetamol atau kompres dengan air
dingin.

2.5 Pencegahan Malaria


Di Indonesia usaha pembasmian penyakit malaria belum mencapai hasil
yang optimal karena beberapa hambatan yaitu tempat perindukan nyamuk malaria
yang tersebar luas, jumlah penderita yang sangat banyak, serta keterbatasan SDM,
infrastruktur dan biaya. Oleh karena itu usaha yang paling mungkin dilakukan adalah
usaha pencegahan dan pemberantasan malaria parasit seperti :
2.5.1 Menghindari gigitan nyamuk malaria
Di daerah yang jumlah penderitanya sangat banyak. Tindakan untuk
menghindari gigitan nyamuk malaria sangat penting. Di daerah pedesaan dan
pinggiran kota yang banyak sawah, rawa- awa atau tambak ikan disarankan
untuk memakai baju lengan panjang dan celana panjang pada saat keuar rumah
terutama pada malam hari. Biasanya nyamuk malaria menggigit pada malah
hari.
Sebaiknya mereka yang tinggal di daerah endemis malaria memasang
kawat kasa di jendela dan ventilasi rumah serta menggunakan kelambu saat
tidur. Masyarakat juga dapat mencegah dengan menggunakan anti nyamuk pada
malam hari untuk mencegah gigitan nyamuk malaria.

9
2.5.2 Membunuh jentik dan nyamuk malaria dewasa dapat dilakukan tindakan
seperti :
2.5.2.1 Penyemprotan nyamuk
Sebaiknya penyemprotan rumah-rumah di daerah endemis malaria
dengan insektisida dilaksanakan 2 kali setahun dengan interval waktu 6
bulan.
2.5.2.2 Larvaciding
Larvaciding merupakan kegiatan penyemprotan rawa- rawa yang
potensial sebagai tempat perindukan nyamuk malaria.
2.5.2.3 Biologikal kontrol
Bologikal kontrol kegiatan penebaran ikan kepala timah dan ikan
guppy. genangan air yang mengalir dan persawahan. ikan-ikan tersebut
berfungsi sebagai pemangsa jentik-jentik nyamuk malaria.

2.5.3 Mengurangi tempat perindukan malaria.


Tempat perindukan nyamuk malaria bermacam-macam tergantung
spesies nyamuknya. Ada nyamuk malaria yang hidup di kawasan pantai, rawa-
rawa, empang, sawah, tambak ikan, atau hidup di air bersih pegunungan.
Di daerah endemis malaria yaitu daerah yang langganan terjangkit
penyakit malaria, masyarakat perlu menjaga kebersihan ligkungan. Tambak ikan
yang kurang dipelihara harus dibersihkan, parit-parit disepamjang pantai bekas
galian yang terisi air payau harus ditutup, bekas roda yang tergenang air atau
bekas jejak kaki hewan pada tanah berlumpur yang berair harus segara ditutup
atau mengurangi tempat perkembang biakan larva nyamuk malaria.

2.5.4 Pemberian obat pencegah malaria


Pemberian obat pencegah malaria bertujuan untuk mencegah terjadinya
infeksi serta timbulnya gejala-gejala penyakit malaria. Orang yang akan
bepergian di daerah endemis harus minum obat anti malaria sekurang-
kurangnya seminggu sebelum bepergian sampai 4 minggu setelah orang
tersebut meninggalkan daerah endemis malaria.

10
2.5.5 Pemberian vaksin malaria
Pemberian vaksin malaria merupakan tindakan yang diharapkan dapat
membantu mencegah infeksi malaria sehingga dapat menurunkan angka
kematian akibat infeksi malaria. Saat ini usaha untuk menemukan vaksin malaria
yang baik dan efektif masih berjalan dan dalam tahap penelitian. Diharapkan
dalam waktu tidak lama akan tercipta vaksin malaria yang mampu melawan
infeksi parasit malaria.

2.6 Sasaran
Penyuluhan tentang penyakit malaria ditujukan kepada seluruh masyarakat
terutama masyarakat pedesaan yang kurang pengetahuan tentang masalah
penyakit malaria.

2.7 Metode
Penyuluhan ini menggunakan metode tanya jawab.

2.8 STRSTEGI

2.8.1 Strategi

Strategi utama berdasarkan peta epidemiologis endemisitas malaria :


1. AKSELERASI Pengendalian Malaria di daerah endemisitas tinggi
(Papua, Papua Barat, Maluku Utara, Maluku dan NTT), dengan
cakupan seluruh wilayah (Universal Coverage) dengan Endemisitas
Tinggi.
• Penemuan secara aktif melalui MBS (mass blood survey).
• Kampanye kelambu berinsektisida secara massal
• Penyemprotan dinding rumah (Indoor Residual Spraying) di desa
dengan API
> 40‰.
2. INTENSIFIKASI Pengendalian Malaria di daerah FOKUS
(tambang, pertanian, kehutanan, transmigrasi, pengungsian, dan lain-
lain) bagi wilayah di luar KTI.
3. ELIMINASI Malaria di daerah endemisitas rendah.

11
• Penguatan surveilans migrasi,
• pengamatan daerah reseptif

2.8.2 Strategi fungsional :


1. Peningkatan akses layanan malaria yang bermutu
 Desentralisasi pelaksanaan program oleh Kab/kota
 Integrasi kedalam layanan kesehatan primer
 Penemuan dini dengan konfirmasi dan pengobatan yang tepat
sesuai dengan standar dan pemantauan kepatuhan minum obat.
 Penerapan sistem jejaring public-privite mix layanan malaria.
2. Pencegahan dan Pengendalian vektor terpadu
 Intervensi kombinasi (LLIN, IRS, Larvasida, pengelolaan
lingkungan, personal protection, profilaksis),
 Berbasis bukti
 Pendekatan kolaboratif
3. Penanggulangan resistensi OAM, komunitas marginal, perubahan
iklim, eksternalitas, mobile population.
4. Penguatan Surveilan, Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (SKD-
KLB),
5. Penguatan kemandirian masyarakat melalui Posmaldes dan UKBM lainnya.
6. Penguatan kemitraan melalui Forum Gerakan Berantas kembali
Malaria (Gebrak- Malaria).
7. Penguatan manajemen fungsional program, advokasi dan promosi
program dan berkontribusi dalam penguatan sistem kesehatan.

8. Penguatan komitmen pemerintah pusat dan daerah dalam


kesinambungan pemenuhan kebutuhan program.
9. Penguatan sistem informasi strategis dan penelitian operasional untuk
menunjang basis bukti program

12
13
14
DAFTAR PUSTAKA

- Dr. Arlan Prabowo 2004. Malria, Mencegah dan Mengatasinya. Puspa Swara,
Jakarta
- Elizabeth J. Corwin. 2000. Patofisiologi. Buku Kedokteran, Jakarta.

15

Anda mungkin juga menyukai