Anda di halaman 1dari 8

A.

Landasan teoritis

1.Defenisi

Selulitis merupakan inflamasi jaringan subkutan dimana proses inflamasi, yang umumnya dianggap
sebagai penyebab adalah bakteri S.aureus dan atau Streptococcus ( Arif Muttaqin, 2011 )

Selulitis adalah inflamasi supuratif yang juga melibatkan sebagian jaringan subkutan ( Mansjoer,
2000 ).Selulitis merupakan suatu penyebaran infeksi bakteri ke dalam kulit dan jaringan di bawah kulit.
Infeksi dapat segera menyebar dan dapat masuk ke dalam pembuluh getah bening dan aliran darah. Jika
hal ini terjadi, infeksi bisa menyebar ke seluruh tubuh.

Mansjoer, arif (2000). Kapita selekta kedokteran. Jakrta : EGC

Mutaqqin, arif (2011). Asuhan Keperawatan Integumen. Jakarta : EGC

2.Etiologi

Menurut Alpers Ann, (2006), penyebab selulitis antara lain Streptococcus grup B,
Haemophylus influenza, Pneumokokus, Staphylococcus aereus dan Streptococcus grup A.
Meskipun ada beberapa bakteri yang dapat menyebabkab selulitis, penyebab yang paling
sering dijumpai adalah Staphylococcus dan Streptococcus, (Medicastore, 2010).
Selulitis terjadi manakala bakteri tersebut masuk melalui kulit yang bercelah terutama celah
antara selaput jari kaki, pergelangan kaki, dan tumit, kulit terbuka, bekas sayatan pembedahan
(lymphadenectomy, mastectomy, postvenectomy). Walaupun selulitis dapat terjadi di kulit bagian
manapun, lokasi paling sering terjadi adalah di kaki, khususnya di kulit daerah tulang kering dan
punggung kaki. Pada anak-anak usia di bawah 6 tahun, bakteri Hemophilus influenzae dapat
menyebabkan selulitis, khususnya di daerah wajah dan lengan.
Rosfanty, (2009) menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang memperparah resiko dari
perkembangan selulitis, antara lain :
Usia
Semakin tua usia, kefektifan sistem sirkulasi dalam menghantarkan darah berkurang pada
bagian tubuh tertentu. Sehingga abrasi kulit potensi mengalami infeksi seperti selulitis pada
bagian yang sirkulasi darahnya memprihatinka.
Melemahnya sistem immun (Immunodeficiency)
Dengan sistem immune yang melemah maka semakin mempermudah terjadinya infeksi.
Contoh pada penderita leukemia lymphotik kronis dan infeksi HIV. Penggunaan obat
pelemah immun (bagi orang yang baru transplantasi organ) juga mempermudah infeksi.
Diabetes mellitus
Tidak hanya gula darah meningkat dalam darah namun juga mengurangi sistem immun
tubuh dan menambah resiko terinfeksi. Diabetes mengurangi sirkulasi darah pada
ekstremitas bawah dan potensial membuat luka pada kaki dan menjadi jalan masuk bagi
bakteri penginfeksi.
Cacar dan ruam saraf
Karena penyakit ini menimbulkan luka terbuka yang dapat menjadi jalan masuk bakteri
penginfeksi.
Pembangkakan kronis pada lengan dan tungkai (lymphedema)
Pembengkakan jaringan membuat kulit terbuka dan menjadi jalan masuk bagi bakteri
penginfeksi.
Infeksi jamur kronis pada telapak atau jari kaki
Infeksi jamur kaki juga dapat membuka celah kulit sehingga menambah resiko bakteri
penginfeksi masuk
Penggunaan steroid kronik
Contohnya penggunaan corticosteroid.
Gigitan & sengat serangga, hewan, atau gigitan manusia
Penyalahgunaan obat dan alkohol
Mengurangi sistem immun sehingga mempermudah bakteri penginfeksi berkembang.
Malnutrisi
Sedangkan lingkungan tropis, panas, banyak debu dan kotoran, mempermudah timbulnya
penyakit ini.

3.Manifestasi klinis

Manifestasi Klinis
Erithema
Nyeri tekan
Kulit yang terinfeksi menjadi panasa dan bengkak
Adanya lepuhan kecil berisi cairan (vesikel)
Adanya lepuhan besar berisi cairan (bula)
Adanya pus
Demam
Menggigil
Malaise
Sakit kepala
(Betz dan Linda 2009 : 66) dalam buku saku keperawatan pediatrik edisi 5 ada dua
bagian yaitu :

Reaksi lokal :
Lesi dengan batas tidak
Area selulitis biasanya nyeri, merah dan hangat
Jaringan mengeras
Reaksi sistemik :
Demam
Malaiase
Menggigil
Garis merah sepanjang jalur drainase limfatik
Kelenjar getah bening membesar dan nyeri
(Mansjoer 2000 : 82) manifestasi klinis selulitis adalah kerusakan kronik pada kulit
sistem vena dan lifatik pada kedua ekstremitas, kelainan kulit berupa infiltrat difus
subkutan, eritema lokal, nyeri yang cepat menyebar dan infiltratif ke jaringan
dibawahnya, bengkak, merah, hangat nyeri tekan, supurasi, lekositoris. Jika
penyerangannya pada daerah yang sama dapat menyebabkan kerusakan pembuluh
getah bening

Betz, Cecily Lynn & Linda A. Sowden. (2009). Buku Saku Keperawatan Pediatri. Ed. 5. Jakarta:
EGC
4.Pemeriksaan penunjang dan diagnostik

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
CBC (Complete Blood Count), menunjukkan kenaikan jumlah leukosit dan rata-rata sedimentasi
eritrosit. Sehingga mengindikasikan adanya infeksi bakteri.
BUN level
Kreatinin level
Kultur darah, dilaksanakan bila infeksi tergeneralisasi telah diduga
Mengkultur dan membuat apusan Gram, dilakukan secara terbatas pada daerah penampakan luka
namun sangat membantu pada area abses atau terdapat bula.
Pemeriksaan laboratorium tidak dilaksanakan apabila penderita belum memenuhi beberapa kriteria;
seperti area kulit yang terkena kecil, tidak terasa sakit, tidak ada tanda sistemik (demam, dingin,
dehidrasi, takipnea, takikardia, hipotensi), dan tidak ada faktor resiko.
Pemeriksaan Imaging
Plain-film Radiography, tidak diperlukan pada kasus yang tidak lengkap (seperti kriteria yang telah
disebutkan)
CT (Computed Tomography)
Baik Plain-film Radiography maupun CT keduanya dapat digunakan saat tata klinis
menyarankan subjucent osteomyelitis.
MRI (Magnetic Resonance Imaging), Sangat membantu pada diagnosis infeksi selulitis akut yang
parah, mengidentifikasi pyomyositis, necrotizing fascitiis, dan infeksi selulitis dengan atau tanpa
pembentukan abses pada subkutaneus.
Tes diagnostik
Jika sudah mengalami gejala seperti adanya tanda systemic, maka untuk
melakukan diagnosis membutuhkan penegakan diagnosis tersebut dengan
melakukan pemeriksaan lab seperti :

Complete blood count, menunjukkan kenaikan jumlah leukosit dan rata-rata


sedimentasi eritrosit. Sehingga mengindikasikan adanya infeksi bakteri.
BUN level.
Creatinine level.
Culture darah

5.Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan


a.Penatalaksanaan Medis

Pada pengobatan umum kasus selulitis, faktor hygiene perorangan dan lingkungan harus diperhatikan.

Sistemik

Berbagai obat dapat digunakan sebagai pengobatan selulitis

Penisilin G prokain dan semisintetiknya

Penisilin G prokain

Dosisnya 1,2 juta/ hari, I.M. Dosis anak 10000 unit/kgBB/hari. Penisilin merupakan obat pilihan (drug of
choice), walaupun di rumah sakit kota-kota besr perlu dipertimbangkan kemungkinan adanya resistensi.
Obat ini tidak dipakai lagi karena tidak praktis, diberikan IM dengan dosis tinggi, dan semakin sering
terjadi syok anafilaktik.

Ampisilin

Dosisnya 4x500 mg, diberikan 1 jam sebelum makan. Dosis anak 50-100 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4
dosis.

Amoksisilin

Dosisnya sama dengan ampsilin, dosis anak 25-50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis. Kelebihannya
lebih praktis karena dapat diberikan setelah makan. Juga cepat absorbsi dibandingkan dengan ampisilin
sehingga konsentrasi dalam plasma lebih tinggi.

Golongan obat penisilin resisten-penisilinase

Yang termasuk golongan obat ini, contohnya: oksasilin, dikloksasilin, flukloksasilin. Dosis kloksasilin 3 x
250 mg/hari sebelum makan. Dosis flukloksasilin untuk anak-anak adalah 6,25-11,25 mg/kgBB/hari
dibagi dalam 4 dosis.

Linkomisin dan Klindamisin

Dosis linkomisin 3 x 500 mg sehari. Klindamisin diabsorbsi lebih baik karena itu dosisnya lebih kecil, yakni
4 x 300-450 mg sehari. Dosis linkomisin untuk anak yaitu 30-60 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis,
sedangkan klindamisin 8-16 mg/kgBB/hari atau sapai 20 mg/kgBB/hari pada infeksi berat, dibagi dalam
3-4 dosis. Obat ini efektif untuk pioderma disamping golongan obat penisilin resisten-penisilinase. Efek
samping yang disebut di kepustakaan berupa colitis pseudomembranosa, belum pernah ditemukan.
Linkomisin gar tidak dipakai lagi dan diganti dengan klindamisin karena potensi antibakterialnya lebih
besar, efek sampingnya lebih sedikit, pada pemberian per oral tidak terlalu dihambat oleh adanya
makanan dalam lambung.
Eritromisin

Dosisnya 4x 500 mg sehari per os. Efektivitasnya kurang dibandingkan dengan linkomisin/klindamisin dan
obat golongan resisten-penisilinase. Sering memberi rasa tak enak dilambung. Dosis linkomisin untuk
anak yaitu 30-50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis.

Sefalosporin

Pada selulitis yang berat atau yang tidak member respon dengan obat-obatan tersebut diatas, dapat
dipakai sefalosporin. Ada 4 generasi yang berkhasiat untuk kuman positif-gram ialah generasi I, juga
generasi IV.

Contohya sefadroksil dari generasi I dengan dosis untuk orang dewasa2 x 500 m sehari atau 2 x 1000 mg
sehari (per oral), sedangkan dosis untuk anak 25-50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis.

Topikal

Bermacam-macam obat topikal dapat digunakan untuk pengboatan selulitis. Obat topical anti mikrobial
hendaknya yang tidak dipakai secara sistemik agar kelak tidak terjadi resistensi dan hipersensitivitas,
contohnya ialah basitrasin, neomisin, dan mupirosin. Neomisin juga berkhasiat untuk kuman negatif-
gram. Neomisin, yang di negeri barat dikatakan sering menyebabkan sensitisasi, jarang ditemukan.
Teramisin dan kloramfenikol tidak begitu efektif, banyak digunakan karena harganya murah. Obat-obat
tersebut digunakan sebagai salap atau krim.

Sebagai obat topical juga kompres terbuka, contohnya: larutan permangas kalikus 1/5000, larutan rivanol
1% dan yodium povidon 7,5 % yang dilarutkan 10 x. yang terakhir ini lebih efektif, hanya pada sebagian
kecil mengalami sensitisasi karena yodium. Rivanol mempunyai kekurangan karena mengotori sprei dan
mengiritasi kulit.

Pada kasus yang berat, dengan kematian jaringan 30 % (necrotizing fasciitis) serta memiliki gangguan
medis lainnya, hal yang harus dilakukan adalah operasi pengangkatan pada jaringan yang mati ditambah
terapi antibiotik secara infuse, pengangkatan kulit, jaringan, dan otot dalam jumlah yang banyak, dan
dalam beberapa kasus, tangan atau kaki yang terkena harus diamputasi.

b.Penatalaksanaan keperawatan

Jika terjadi luka :


1) Bersihkan luka setiap hari dengan sabun dan air.

2) Oleskan antibiotik.

3) Tutupi luka dengan perban.


4) Sering-sering mengganti perban tersebut.

5) Perhatikan jika ada tanda-tanda infeksi.

Jika kulit masih normal :


1) Lembabkan kulit secara teratur.

2) Potong kuku jari tangan dan kaki secara hati-hati.

3) Lindungi tangan dan kaki.

4) Rawat secara tepat infeksi kulit pada bagian superfisial.

6.Komplikasi

KOMPLIKASI
Bakteremia
Nanah atau local Abscess
Superinfeksi oleh bakteri gram negative
Lymphangitis
Trombophlebitis
Ellulitis pada muka atau Facial cellulites pada anak menyebabkan meningitis sebesar 8%.
Dimana dapat menyebabkan kematian jaringan (Gangrene), dan dimana harus melakukan amputasi
yang mana mempunyai resiko kematian hingga 25%.
7.WOC
B.Landasan Teoritis
1.Pengkajian
Riwayat kesehatan

4.1.2 Keluhan utama


Pasien merasakan demam,malaise,nyeri sendi dan menggigil.

4.1.3 Riwayat penyakit sekarang


Pasien merasakan badanya demam,malaise,disertai dengan nyeri sendi dan menggigil dan terjadi
pada area yang robek pada kulit biasanya terjadi pada ekstrimitas bawah

4.1.4 Riwayat penyakit dahulu


Apakah pasien sebelumnya pernah mengalami sakit seperti ini apakah pasien alkoholisme dan
malnutrisi

4.1.5 Riwayat penyakit keluarga


Adakah keluarga yang mengalami sekit yang sama sebelumnya,apakah keluarga ada riwayat
penyakit DM, dan malnutrisi
Pola fungsional gordon

Anda mungkin juga menyukai