Anda di halaman 1dari 31

Dermatitis Seboroik

pada
Pasien HIV/AIDS
MELIA BUDI ASTUTI C111 10 114
ST. HARDIANTI S. M C111 10 257
LAPORAN KASUS

 Nama : Tn. R
 Umur : 57 tahun
 Alamat : Jl Swadaya
 Status Pernikahan : Menikah
 Agama : Islam
 Tanggal Masuk RS : April 2014
 No. RM : 289075
ANAMNESIS

Keluhan Utama :
Gatal pada wajah

Anamnesis Terpimpin :
Gatal pada wajah dialami sejak ± 1 minggu yang lalu SMRS, yang disertai
kemerahan dan bersisik. Awalnya gatal dikedua pipi, alis dan daerah dahi yang
lama kelamaan meluas sampai kehampir seluruh wajah. Nyeri(-), terasa panas(-).
Riwayat Demam (-), mual (-), muntah (-), alergi obat (-), alergi makanan (-),
riwayat penyakit yang sama (-).Pasien dikonsul dari bagian penyakit dalam
dengan diagnosis AIDS dan susp.TB paru
KEADAAN UMUM

 Keadaan Umum : Sakit Sedang / Kesan Gizi Cukup


 Kebersihan : Kurang
 Tanda-tanda vital :
 Tekanan Darah : 130/70 mmHg
 Nadi : 87x/mnt
 Pernapasan : 20x/mnt
 Suhu : 37,3°C , suhu axilla
 Kesadaran : Compos Mentis
PEMERIKSAAN FISIS

 Kepala : Anemis (-), ikterus (-), sianosis (-)


 Cor/Pulmonal : Normal
 Abdomen : Normal, peristaltik (+) : kesan normal
 Extremities : Edema pretibial (-/-)
 Lymph nodes : MT (-), NT (-)
STATUS DERMATO-VENEOROLOGI

 Lokasi : Regio Facialis


 Effluoresensi : makula eritema, skuama.
GAMBARAN KLINIS PASIEN

REGIO FASIALIS
GAMBARAN KLINIS PASIEN

Effluoresensi :
• makula eritema
• skuama
GAMBARAN KLINIS PASIEN

Effluoresensi :
• makula eritema
• skuama
PEMERIKSAAN LAB
19-04-2014
HASIL
WBC 2,1 x 103 /uL

RBC 4,16 x 106 /uL

HGB 11,5 g/dl

PLT 273 x 103 /uL

HCT 34,6 %
PEMERIKSAAN LAB
13-2-2009

 CD4
CD4 Abs CD4 %

HASIL 174 13

NILAI 410-1590 31-60


RUJUKAN

KESAN : LYMPHOCYTE T HELPER BERKURANG


RESUME

Seorang pria, 57 tahun masuk RS Labuang Baji dengan pruritis pada regio
facialis yang disertai makula eritem dan skuama, yang dialami sejak 1 minggu
yang lalu SMRS. Nyeri(-), terasa panas(-). Riwayat Demam (-), mual (-), muntah
(-), alergi obat (-), alergi makanan (-), riwayat penyakit yang sama (-). Pasien
dikonsul dari bagian penyakit dalam dengan diagnosis HIV/AIDS dan susp.TB
paru

Pada pemeriksaan fisis, diperoleh tanda-tanda vital TD : 130/70 mmHg, nadi:


87x/mnt, pernafasan: 20x/mnt, suhu: 37,3°C suhu axilla. Inspeksi : edema fasialis
(-), edema pretibial (-/-), effloresensi : makula eritema, dan skuama.
DIAGNOSIS

• HIV/AIDS
• DERMATITIS SEBOROIK
PENATALAKSANAAN

Obat dari bagian kulit :


Pengobatan Topikal
1. Ketokonazol 1x 200 mg
2. Miconazole cream + hidrocortison cr + As.
Salisil 2 % dioles pagi-sore
3. Edukasi hygene pasien
DISKUSI
DERMATITIS SEBOROIK
DISKUSI

Dermatitis seboroik adalah dermatitis kronis yang


memiliki morfologi yang khas (merah, tepi tajam
lesi ditutupi dengan sisik berminyak tampak) dan
khas distribusi di daerah-daerah yang kaya
kelenjar sebaseus, yaitu kulit kepala, wajah dan
tubuh bagian atas, kadang beberapa kasus di
daerah fleksor

SINONIM :
- SEBORRHEIC ECZEMA
ETIOLOGI

MALASSEZIA FURFUR

PITYROSPORUM OVALE
PATOGENESIS

Faktor Pencetus :
-Kelelahan Pertmbuhan
-Stress & Emosional Pityrosporum
-Infeksi ovale ↑
-DEFISIENSI IMUN

Aktivasi
Infection kelenjar
Terjadi reaksi sebaseus
Fungal
inflamasi menyebabk
Malassezia
(aktivasi an ↑ kadar
furfur
limfosit-T & sel SEBUM
Langerhans)

DERMATITIS SEBOROIK
PATOGENESIS

Sumber : Schwartz, James. R et al. A comprehensive Pathophysiology of Dandruff


and Seborrheic Dermatitis. USA. Acta Derm Venereol 2013;93:131-137
GAMBARAN KLINIS

Kelainan kulit terdiri atas eritema dan skuama


yang berminyak dan agak kekuningan
batasnya agak kurang jelas.
GAMBARAN KLINIS

 Kulit kepala: ada peradangan dan pruritus di samping


ketombe. Lokasi: Titik vertex dan daerah. Perbatasan
dahi, eritema dan sisik biasanya berbatas tegas dari kulit
yang sehat.

 Wajah : mempengaruhi daerah dahi, bagian medial alis,


kelopak mata atas, lipatan nasolabial dan aspek lateral
hidung, daerah retroauricular, dan kadang-kadang
oksiput dan leher. Lesi merah kekuningan, dengan sisik

 Badan: dapat menyerupai lesi wajah dermatitis seboroik


atau lebih berwarna pink
DIAGNOSIS

ANAMNESIS

PEMERIKSAAN FISIS

PEMERIKSAAN
HISTOPATOLOGI
RIWAYAT PENYAKIT

Anamnesis

• Nama, umur, jenis kelamin, alamat/daerah


asal, pekerjaan
• Keluhan utama
• Sejak kapan
• Bagaimana keadaan awalnya
• Daerah mana saja yang terkena
• Saat kapan gatal dirasakan bertambah
• Apakah ada riwayat penyakit imunodefisiensi
PEMERIKSAAN FISIS

 Berdasarkan flouresensi kulit eritema dan


skuama yang berminyak dan agak kekuningan
predileksi di tempat-tempat seboroik : daerah
alis, kulit kepala, nasolabialis, perbatasan dahi,
badan dan bagian fleksor .
PEMERIKSAAN PENUNJANG

 HISTOPATOLOGI
Dermatitis seboroik akut menampilkan
spongiosis dengan infiltrat limfositik perifolikuler
dan permukaan perivaskular terutama terdiri
dari limfosit. Lesi yang lebih lama menunjukkan
akantosis tidak teratur dan parakeratosis fokal.
DIAGNOSIS BANDING

PSORIASIS

Psoriasis vulgaris:
chronic stable type Plak
bersisik besar multipel
pada badan, lengan,
bokong dan perut. Lesi
merupakan polisiklik
dan bentuk konfluen.
DIAGNOSIS BANDING

DERMATOPHYTOSIS

Seperti seborrheic
dermatitis disebabkan
dermatophytosis.
Pasien ini juga dengan
pruritus parah kulit
kepala.
DIAGNOSIS BANDING

PITYRIASIS ROSEA

Penyakit dimulai dengan


lesi pertama “ herald
patch”,. Pityriasis rosea
harus dibedakan dari jenis
pityriasiform dermatitis
seboroik, dimana lesi lebih
didistribusikan secara luas,
dan tidak ada herald patch
PENATALAKSANAAN

1. Pengobatan Topikal 2. Pengobatan sistemik


 Seminggu 2-3 kali kulit
kepala keramasi dengan  Kortikosteroid : dosis 20-
selsun selama 5-15 menit 30 mg/hari dosis
 Krim urea 10% diturunkan perlahan
 Hidrokortison 2½ %  Isotretinoin : dosis 0,1-0,3
 Ketokonazole 2% (untuk mg/kgbb/hari
P.ovale )  Narrow band UVB
 Sulfur presipitatum 4-20%
 Resorsin 1-3%
 Krim pragmatar
REFERENSI

 Berth-Jones J. Seborrheic Dermatitis. In: Burns T,


Breathnach S, Cox N, Griffiths C, editors. Rook's
Textbook of Dermatology. 1. 8 ed. Singapore: Willey-
Blackwell; 2010. p. 1013-8.
 Djuanda A. Dermatitis Seboroik. In: Djuanda A,
Hamzah M, Aisah S, editors. Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. 6 ed. Jakarta: Fakulta Kedokteran Universitas
Indonesia; 2010. p. 200-3.
 Schwartz, James. R et al. A comprehensive
Pathophysiology of Dandruff and Seborrheic
Dermatitis. USA. Acta Derm Venereol 2013;93:131-137
 Fritsch PO , Reider N. Seborrheic Dermatitis. In:
Bolognia JL, Jorizzo JL, Papini RP, editors. Bolognia :
Dermatology. 1. 2 ed. Spain: Elsevier Limited; 2008. p.
197-9.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai