Anda di halaman 1dari 22

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.....................................................................................2
DAFTAR SINGKATAN....................................................................3
I. DESKRIPSI SINGKAT.....................................................................4
II. TUJUAN PEMBELAJARAN.............................................................5
A. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)....................................5
B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)...................................5
III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN.........................5
IV. METODE.........................................................................................6
V. MEDIA DAN ALAT BANTU.............................................................6
VI. LANGKAH–LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN...................6
A. Langkah 1 : Pengkondisian Proses Pembelajaran...............7
B. Langkah 2 : Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan........7
C. Langkah 3 : Pendalaman Pokok bahasan dan Sub Pokok
Bahasan..............................................................................8
D. Langkah 4 : Rangkuman dan Evaluasi Hasil Belajar............8
VII. URAIAN MATERI............................................................................9
A. Gambaran Umum TB...........................................................9
B. Situasi TB Global dan Indonesia.........................................16
C. Program Penanggulangan TB di Indonesia.........................18
D. Strategi dan Kebijakan TB...................................................19
E. Pengorganisasian dan Penanggulangan TB........................22
VIII. REFERENSI....................................................................................25
IX. LAMPIRAN......................................................................................55

1
DAFTAR SINGKATAN
AIDS = Acquired Immune Deficiency Syndrome
BBKPM = Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat
BKPM = Balai Kesehatan Paru Masyarakat
BP = Balai Pengobatan
BP4 = Balai Pengobatan Penyakit Paru Paru
BTA = Basil Tahan Asam
DOTS =Directly Observed Treatment, Shorcourse
chemotherapy
DPM = Prakter Dokter Mandiri
FKTP = Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
FKRTL = Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan
GERDUNAS TB = Gerakan Terpadu Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis
HIV = Human Immunodeficiency Virus
ISTC = International Standards for TB Care
KDT = Kombinasi Dosis Tetap
KIE = Komunikasi Informasi dan Edukasi
KPP = Kelompok Puskesmas Pelaksana
MDG’s = Millenium Development Goals
MDR = Multi Drugs Resistance (kekebalan ganda terhadap
obat)
MR = Mono Resistant
MTPTRO = Manajemen Terpadu Pengendalian TB Resistan
obat
MoU = Memorandum of Understanding
OAT = Obat Anti Tuberkulosis
ODHA = Orang Dengan HIV AIDS
PAS = Para Amino Salisilat
PKMRS = Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit
PMDT = Programmatic Management Drug Resistant TB
PPM = Puskesmas Pelaksana Mandiri
PR = Poli Resistant
PRM = Puskesmas Rujukan Mikroskopis
PS = Puskesmas Satelit
Puskesmas = Pusat Kesehatan Masyarakat
RR = Resistant Rifampisin
RS = Rumah Sakit
SMF = Staf Manajemen Fungsional
SKRT = Survei Kesehatan Rumah Tangga
TB = Tuberkulosis
UPF = Unit Pelayanan Fungsional
WHO = World Health Organization
XDR = Extensive Drug Resistanc

2
I. DISKRIPSI SINGKAT
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi yang menular, disebabkan oleh
kuman Mycobacterium tuberculosis.
Penanggulangan Tuberkulosis yang selanjutnya disebut Penanggulangan
TB adalah segala upaya kesehatan yang mengutamakan aspek promotif
dan preventif, tanpa mengabaikan aspek kuratif dan rehabilitatif yang
ditujukan untuk melindungi kesehatan masyarakat, menurunkan angka
kesakitan, kecacatan atau kematian, memutuskan penularan,
Materi Program Penanggulangan TB menguraikan tentang gambaran umum
TB; situasi TB di Dunia dan Indonesia, Menjelaskan program
penanggulangan TB di Indonesia, strategi dan kebijakan penanggulangan
TB; dan pengorganisasian penanggulangan TB.
Program Indonesia Sehat dilaksanakan untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat yang didukung dengan pelindungan finansial dan pemerataan
pelayanan kesehatan.
Pelaksanakan Program Indonesia Sehat diselenggarakan melalui
pendekatan keluarga, yang mengintegrasikan upaya kesehatan perorangan
(UKP) dan upaya kesehatan masyarakat (UKM) secara berkesinambungan,
dengan target keluarga, berdasarkan data dan informasi dari Profil
Kesehatan Keluarga. Pendekatan keluarga adalah salah satu cara
Puskesmas untuk meningkatkan jangkauan sasaran dan
mendekatkan/meningkatkan akses pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya
dengan mendatangi keluarga. Puskesmas tidak hanya menyelenggarakan
pelayanan kesehatan di dalam gedung, melainkan juga keluar gedung
dengan pendekatan keluarga dalam upaya menyelesaikan permasalahan
kesehatan di wilayah kerjanya.

3
II. TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU):
Setelah menyelesaikan materi ini, peserta mampu memahami
gambaran umum Program Nasional Penanggulangan TB dan
Kebijakan Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan Keluarga.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK):


Setelah menyelesaikan materi ini, peserta latih mampu:
1. Menjelaskan gambaran umum TB;
2. Menjelaskan situasi TB di Dunia dan Indonesia;
3. Menjelaskan program penanggulangan TB di Indonesia
4. Menjelaskan strategi dan kebijakan penanggulangan TB;
5. Menjelaskan pengorganisasian penanggulangan TB.
6. Menjelaskan Konsep Kebijakan Program Indonesia Sehat
dengan Pendekatan Keluarga.
7. Menjelaskan Penguatan Puskesmas Melalui Pendekatan
keluarga yang holistik.
8. Menjelaskan Konsep Jaminan Kesehatan Nasional.

III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN


1. Gambaran Umum TB ;

A. Patogenesis dan Penularannya,


B. Perjalanan alamiah TB bila tidak diobati,
C. Resiko Menjadi Sakit TB dan Pengaruh HIV-AIDS terhadap
MasalahTB.
D. TB Resistan OAT
E. International Standards for Tuberculosis Care (ISTC)
2. Situasi TB di Dunia dan Indonesia
A. Situasi TB di Dunia

4
B. Situasi TB di Indonesia
3.Program Penanggulangan TB di Indonesia
A. Tujuan
B. Target
4. Strategi dan kebijakan penanggulangan TB;
A. Strategi
B. Kebijakan
5.Pengorganisasian penanggulangan TB
6. Konsep Kebijakan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan
Keluarga.
7. Konsep Jaminan Kesehatan Nasional.

IV. BAHAN BELAJAR


1. Flipchart,
2. Whiteboard
3. Alat tulis (ATK)
4. Materi Dasar 1
5. Laptop

V. METODE PEMBELAJARAN
1. CTJ
2. Curah Pendapat
3. Penugasan (Latihan soal)

VI. LANGKAH LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN


Agar proses pembelajaran dapat berhasil secara efektif, maka perlu
disusun langkah-langkah sebagai berikut :
A. Langkah 1 : Pengkondisian Proses pembelajaran
1. Kegiatan Pelatih

5
a. Pelatih memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana
dikelas.
b. Pelatih menyapa peserta dengan ramah dan hangat.
c. Apabila belum pernah menyampaikan sesi di kelas mulailah
dengan memperkenalkan diri, Perkenalkan diri dengan
menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja, materi
yang akan disampaikan.
d. Menggali pendapat peserta (apersepsi) tentang apa yang
dimaksud dengan Program Pengendalian TB dengan metode
curah pendapat.
e. Menyampaikan ruang lingkup bahasan dan tujuan
pembelajaran tentang Program Penanggulangan TB yang
sebaiknya dengan menggunakan CTJ
2. Kegiatan Peserta
a. Mempersiapkan diri dan alat tulis yang diperlukan.
b. Mengemukakan pendapat atas pertanyaan Pelatih.
c. Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting.
d. Mengajukan pertanyaan kepada Pelatih bila ada hal-hal yang
belum jelas dan perlu diklarifikasi.
B. Langkah 2 : Pokok bahasan dan sub pokok bahasan
1. Kegiatan Pelatih
a. Menyampaikan Pokok Bahasan dan sub pokok bahasan
dengan mempresentasikan isi Modul Dasar 1 dengan
penggunakan ppt.
b. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan
hal-hal yang kurang jelas.
c. Memberikan jawaban jika ada pertanyaan yang diajukan
peserta
2. Kegiatan Peserta

6
a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang
dianggap penting
b. Mengajukan pertanyaan kepada Pelatih sesuai dengan
kesempatan yang diberikan
c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan Pelatih.

C. Langkah 3 : Pendalaman pokok bahasan dan Sub pokok bahasan


1. Kegiatan Pelatih
a. Mempresentasikan modul dasar secara lengkap
menggunakan bahan tayang.
b. Mengamati peserta dan memberikan bimbingan pada proses
penyelesaian latihan, menyimpulkan hasil diskusi.
2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, mencatat dan bertanya pada hal-hal yang kurang
jelas pada pelatih.
b. Mengikuti diskusi dalam kelompok.
D. Langkah 4 : Rangkuman dan evaluasi hasil belajar
1. Kegiatan Pelatih
a. Menugaskan peserta latih menjawab pertanyaan yang sudah
disiapkan termasuk evaluasi akhir materi dalam lampiran.
b. Memperjelas jawaban peserta terhadap masing – masing
pertanyaan.
c. Bersama peserta diskusi dan merangkum butir-butir penting
dari hasil proses pembelajaran.
d. Membuat kesimpulan.
2. Kegiatan Peserta
a. Menjawab pertanyaan yang ditugaskan Pelatih.
b. Bersama Pelatih merangkum hasil proses pembelajaran
koordinasi lintas program dan lintas sektor.

7
VII. URAIAN MATERI
1. Gambaran Umum TB
A. Patogenesis dan Penularan TB
a. Kuman Penyebab TB
Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh
kuman Mycobacterium tuberculosis. Terdapat beberapa spesies
Mycobacterium, antara lain: M.tuberculosis, M.africanum, M. bovis, M.
Leprae dsb. Yang juga dikenal sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA).
Kelompok bakteri Mycobacterium selain Mycobacterium tuberculosis
yang bisa menimbulkan gangguan pada saluran nafas dikenal sebagai
MOTT (Mycobacterium Other Than Tuberculosis) yang terkadang bisa
mengganggu penegakan diagnosis dan pengobatan TB
Secara umum sifat kuman Mycobacterium tuberculosis antara lain
adalah sebagai berikut:
- Berbentuk batang dengan panjang 1-10 mikron dan lebar 0,2
- 0,8 mikron.
- Bersifat tahan asam dalam pewarnaan dengan metode Ziehl
Neelsen, berbentuk batang berwarna merah dalam pemeriksaan
dibawah mikroskop.
- Memerlukan media khusus untuk biakan, antara lain Lowenstein
Jensen, Ogawa.
- Tahan terhadap suhu rendah sehingga dapat bertahan hidup dalam
jangka waktu lama pada suhu antara 4°C sampai minus 70°C.
- Kuman sangat peka terhadap panas, sinar matahari dan sinar ultra
violet. Paparan langsung terhada sinar ultra violet, sebagian besar
kuman akan mati dalam waktu beberapa menit. Dalam dahak pada
suhu antara 30-37°C akan mati dalam waktu lebih kurang 1 minggu.
Kuman dapat bersifat dorman.

8
b. Penularan TB
Sumber penularan adalah pasien TB, terutama pasien yang mengandung kuman TB
dalam dahaknya. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara
dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei / percik renik). Infeksi akan terjadi apabila
seseorang menghirup udara yang mengandung percikan dahak yang infeksius. Sekali
batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak yang mengandung kuman
sebanyak 0-3500 M.tuberculosis. Sedangkan kalau bersin dapat mengeluarkan
sebanyak 4500– 1.000.000 M.tuberculosis.

B. Perjalanan Alamiah TB Pada Manusia.


Terdapat 4 tahapan perjalanan alamiah penyakit, tahapan tersebut meliputi tahap
paparan, infeksi, menderita sakit dan meninggal dunia, sebagai berikut:
a. Paparan
Peluang peningkatan paparan terkait dengan:
- Jumlah kasus menular di masyarakat.
- Peluang kontak dengan kasus menular.
- Tingkat daya tular dahak sumber penularan.
- Intensitas batuk sumber penularan.
- Kedekatan kontak dengan sumber penularan.
- Lamanya waktu kontak dengan sumber penularan.

b. Infeksi
Reaksi daya tahan tubuh akan terjadi setelah 6–14 minggu setelah infeksi. Lesi
umumnya sembuh total namun dapat saja kuman tetap hidup dalam lesi tersebut
(dormant) dan suatu saat dapat aktif kembali tergantung dari daya tahun tubuh
manusia. Penyebaran melalui aliran darah atau getah bening dapat terjadi sebelum
penyembuhan lesi.

c. Sakit TB
Faktor Risiko menjadi sakit TB
 Konsentrasi / jumlah kuman yang terhirup
 Lamanya waktu sejak terinfeksi
 Usia seseorang yang terinfeksi
 Tingkat daya tahan tubuh seseorang.

10
Seseorang dengan daya tahan tubuh yang rendah diantaranya infeksi HIV/AIDS dan
malnutrisi (gizi buruk) akan memudahkan berkembangnya TB aktif (sakit TB).

d. Meninggal dunia
Faktor resiko kematian karena TB:
 Akibat dari keterlambatan diagnosis.
 Pengobatan tidak adekuat.
 Adanya kondisi kesehatan awal yang buruk atau penyakit penyerta.
 Pada pasien TB tanpa pengobatan, 50% diantaranya akan meninggal dan
risiko ini meningkat pada pasien dengan HIV positif. Begitu pula pada ODHA,
25% kematian disebabkan oleh TB.

11
Tahapan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Perjalanan alamiah TB
a. Paparan
Peluang peningkatan  Jumlah kasus menular di masyarakat
paparan terkait  Peluang kontak dengan kasus menular
dengan:  Tingkat daya tular dahak sumber penularan
 Intensitas batuk sumber penularan
 Kedekatan kontak dengan sumber penularan
 Lamanya waktu kontak dengan sumber
penularan
 Faktor lingkungan: konsentrasi kuman diudara
(ventilasi, sinar ultra violet, penyaringan adalah
faktor yang dapat menurunkan konsentrasi
kuman)
Catatan: Paparan kepada pasien TB menular merupakan syarat untuk
terinfeksi. Setelah terinfeksi, ada beberapa faktor yang menentukan
seseorang akan terinfeksi saja, menjadi sakit dan kemungkinan meninggal
dunia karena TB.
b. Infeksi
Reaksi daya tahan tubuh akan terjadi setelah 6 – 14 minggu setelah infeksi
 Reaksi immunologi
Kuman TB memasuki alveoli dan ditangkap oleh makrofag dan kemudian
terjadi komplek antigen – antibody.
 Reaksi immunologi (umum)
Delayed hypersensitivity (hasil Tuberkulin tes menjadi positif)
 Lesi umumnya sembuh total namun dapat saja kuman tetap hidup dalam
lesi tersebut (dormant) dan suatu saat dapat aktif kembali.
 Penyebaran melalui aliran darah atau getah bening dapat terjadi sebelum
penyembuhan lesi
c. Sakit TB
Faktor risiko untuk  Konsentrasi / jumlah kuman yang terhirup
menjadi sakit TB adalah  Lamanya waktu sejak terinfeksi
tergantung dari :  Usia seseorang yang terinfeksi
 Tingkat daya tahan tubuh seseorang.
Seseorang dengan daya tahan tubuh yang
rendah diantaranya infeksi HIV/AIDS dan

12
malnutrisi (gizi buruk) akan memudahkan
berkembangnya TB aktif (sakit TB).
d. Meninggal dunia
Faktor risiko kematian  Akibat dari keterlambatan diagnosis dan
karena TB: atau kesalahan diagnosis
 Pengobatan tidak adekuat
 Adanya kondisi kesehatan awal yang buruk
atau penyakit penyerta
Catatan: Pasien TB tanpa pengobatan selama 5 tahun, 50% akan meninggal
dan risiko ini akan meningkat pada pasien dengan HIV positif.

C. Resiko Menjadi Sakit TB dan Pengaruh HIV-AIDS terhadap Masalah TB


a. Resiko menjadi sakit TB
 Diperkirakan 10% yang terinfeksi TB akan menjadi sakit TB.
 Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi
pasien TB adalah daya tahan tubuh yang rendah, diantaranya
infeksi HIV/AIDS, malnutrisi (gizi buruk), dan Diabetes Melitus
(DM).
 Infeksi HIV mengakibatkan penurunan sistem daya tahan tubuh
seluler (cellular immunity), sehingga mudah terjadi infeksi
oportunistik seperti tuberkulosis. Bila jumlah orang terinfeksi HIV
meningkat, maka jumlah pasien TB akan meningkat, dengan
demikian penularan TB di masyarakat akan meningkat pula.
 Hal lain yang mempermudah penularan TB yaitu :
 Hunian padat, misalnya di penjara dan tempat-tempat
pengungsian.
 Situasi sosial ekonomi yang tidak menguntungkan,
misalnya kemiskinan dan pelayanan kesehatan yang
buruk.
 Lingkungan kerja, misalnya laboratorium klinik, rumah
sakit.

Faktor risiko kejadian TB, secara ringkas digambarkan pada gambar berikut:

Gambar 1. Perjalanan alamiah dan faktor Risiko Kejadian TB

13
transmisi
Jumlah kasus TB BTA+
Faktor lingkungan : Risiko menjadi TB bila
 Ventilasi
dengan HIV:
 Kepadatan
• 5-10% setiap tahun
 Dalam ruangan
• >30% lifetime
SEMBUH
Faktor Perilaku
HIV(+)
KRONIS/
TB RESISTEN
OBAT

TERPAJAN INFEKSI TB
10% MATI
Konsentrasi Kuman
 Keterlambatan diagnosis
Lama kontak
dan pengobatan
 Malnutrisi  Tatalaksana tak memadai
 Penyakit DM,  Kondisi kesehatan
immunosupresan

D. TB Resistan OAT
M. tuberculosis dikatakan resistan terhadap OAT, jika M. tuberculosis kebal terhadap
OAT.
Berdasarkan hasil uji kepekaan OAT, terdapat 5 kelompok TB resistan OAT yaitu:
- Monoresistan (TB MR): resistan terhadap salah satu jenis OAT lini pertama
saja.
- Polyresistan (TB PR): resistan terhadap lebih dari satu jenis OAT lini
pertama selain Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) secara bersamaan
- Multi drug resistan (TB MDR): resistan terhadap Isoniazid (H) dan
Rifampisin (R) secara bersamaan.
- Extensive drug resistan (TB XDR): adalah TB MDR yang sekaligus juga
resistan terhadap salah satu OAT golongan fluorokuinolon dan minimal salah
satu dari OAT lini kedua jenis suntikan (Kanamisin, Kapreomisin dan
Amikasin).
- Resistan Rifampisin (TB RR): resistan terhadap Rifampisin dengan atau
tanpa resistensi terhadap OAT lain.

Faktor utama penyebab terjadinya resistensi kuman terhadap OAT adalah


penatalaksanaan pasien TB yang tidak adekuat.
a. Pemberi jasa/petugas kesehatan, yaitu karena :
1) Diagnosis tidak tepat,
2) Pengobatan tidak menggunakan paduan yang tepat,

14
3) Dosis, jenis, jumlah obat dan jangka waktu pengobatan tidak adekuat,
4) Penyuluhan kepada pasien yang tidak adequat.
b. Pasien, yaitu karena :
1) Tidak mematuhi anjuran dokter/ petugas kesehatan
2) Tidak teratur menelan paduan OAT,
3) Menghentikan pengobatan secara sepihak sebelum waktunya.
4) Gangguan penyerapan obat
c. Program Pengendalian TB , yaitu karena :
1) Persediaan OAT yang kurang
2) Kualitas OAT yang disediakan rendah (Pharmaco-vigillance).

E. International Standards for Tuberculosis Care 3(ISTC 3)


Beberapa hal yang perlu diketahui dalam ISTC tersebut adalah :
a. Standar tersebut dibuat dan akan digunakan oleh semua profesi yang terkait
dalam pengendalian TB di semua tempat;
b. Standar digunakan untuk menangani semua pasien TB, baik TB anak, TB paru
BTA positif dan BTA negatif, TB ekstraparu, TB MDR serta TB-HIV;
c. Tiap orang yang menangani TB harus memahami fungsi kesehatan masyarakat
dengan tingkat tanggung jawab yang tinggi terhadap masyarakat dan pasien;
d. Konsisten dengan pedoman internasional yang sudah ada.
Perlu diketahui bahwa ISTC telah di adopsi di dalam Pedoman Nasional
Pelayanan Kedokteran (PNPK) Tatalaksana Tuberkulosis (Kep. Menkes Nomor :
HK.02.02/MENKES/305/2014).
Untuk lebih jelasnya secara rinci isi dari ISTC 3 tahun 2014 dapat dilihat pada
lampiran.

2. Situasi TB di Dunia dan Indonesia


Tuberkulosis (TB) sampai dengan saat ini masih merupakan salah satu
masalah kesehatan masyarakat di dunia walaupun upaya penanggulangan TB telah
dilaksanakan di banyak negara sejak tahun 1995.
Menurut laporan WHO tahun 2017, ditingkat global diperkirakan 10.900.000 kasus
TB baru dengan 3,2 juta kasus diantaranya adalah perempuan, dan 1.400.000 juta
kematian karena TB. Dari kasus TB tersebut ditemukan 1.170.000 (12%) HIV positif
dengan kematian 390.000 orang. TB Resistan Obat (TB-RO) dengan kematian
190.000 orang. Dari 9,6 juta kasus TB baru, diperkirakan 1 juta kasus TB Anak (di
bawah usia 15 tahun) dan 140.000 kematian/tahun.

15
Beban TB dunia WHO, 2017
7.3 M insidens mortalias
TB 10.400.000 1.400.000
142/100rb
TB/HIV 1.170.000 390.000
11/100rb
MDR-TB

258 jt Insiden Mortalitas


TB 1.020.000 100.000
395/100rb
TB/HIV 78.000 26.000
10/100rb
MDR-TB 10.000

Penyebab utama yang mempengaruhi meningkatnya beban TB antara lain:


a. Belum optimalnya pelaksanaan program TB selama ini diakibatkan karena masih
kurangnya komitmen pelaksana pelayanan, pengambil kebijakan, dan pendanaan
untuk operasional, bahan serta sarana prasarana.
b. Belum memadainya tata laksana TB terutama di fasyankes yang belum
menerapkan layanan TB sesuai dengan standar pedoman nasional dan ISTC seperti
penemuan kasus/diagnosis yang tidak baku, paduan obat yang tidak baku, tidak
dilakukan pemantauan pengobatan, tidak dilakukan pencatatan dan pelaporan yang
baku.
c. Masih kurangnya keterlibatan lintas program dan lintas sektor dalam
penanggulangan TB baik kegiatan maupun pendanaan.
Belum semua masyarakat dapat mengakses layanan TB khususnya di Daerah
Terpencil, Perbatasan dan Kepulauan (DTPK), serta daerah risiko tinggi seperti
daerah kumuh di perkotaan, pelabuhan, industri, lokasi permukiman padat seperti
pondok pesantren, asrama, barak dan lapas/rutan.
d. Belum memadainya tatalaksana TB sesuai dengan standar baik dalam penemuan
kasus/diagnosis, paduan obat, pemantauan pengobatan, pencatatan dan pelaporan.

16
Besarnya masalah kesehatan lain yang bisa berpengaruh terhadap risiko terjadinya
TB secara signifikan seperti HIV, gizi buruk, diabetes mellitus, merokok, serta
keadaan lain yang menyebabkan penurunan daya tahan tubuh.
e. Meningkatnya jumlah kasus TB Resistant Obat (TB-RO) yang akan meningkatkan
pembiayaan program TB.
f. Faktor sosial seperti besarnya angka pengangguran, rendahnya tingkat pendidikan
dan pendapatan per kapita, kondisi sanitasi, papan, sandang dan pangan yang tidak
memadai yang berakibat pada tingginya risiko masyarakat terjangkit TB.

3. Program Penanggulangan TB Di Indonesia


Jumlah kasus TB di Indonesia (WHO tahun 2017), diperkirakan ada 1.020.000
kasus TB baru pertahun (399 per 100.000 penduduk) dengan 100.000 kematian
pertahun (41 per 100.000 penduduk). Diperkirakan 78.000 kasus TB dengan HIV
positif (10 per 100.000 penduduk), mortalitas 26.000). Jumlah seluruh kasus 324.539
kasus, diantaranya 314.965 adalah kasus baru. Secara nasional perkiraan
prevalensi HIV diantara pasien TB diperkirakan sebesar 6,2%. Jumlah kasus TB-RO
diperkirakan sebanyak 10.000 kasus yang berasal dari 1,9% kasus TB-RO dari
kasus baru TB dan ada 12% kasus TB-RO dari TB dengan pengobatan ulang.
Tujuan dan Target
Untuk tercapainya target program Penanggulangan TB Nasional, Pemerintah Daerah
Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota harus menetapkan target
Penanggulangan TB tingkat daerah berdasarkan target nasional dan memperhatikan
Strategi Nasional.
Strategi Nasional Penanggulangan TB sebagaimana dimaksud terdiri atas:
 Penguatan kepemimpinan program TB;
 Peningkatan akses layanan TB yang bermutu;
 Pengendalian faktor risiko TB;
 Peningkatan kemitraan TB;
 Peningkatan kemandirian masyarakat dalam penanggulangan TB; dan
 Penguatan manajemen program TB.

A. Tujuan
Melindungi kesehatan masyarakat dari penularan TB agar tidak terjadi kesakitan,
kematian dan kecacatan.

B. Target

17
Target Program Nasional Penaggulangan TB sesuai dengan target eliminasi global
adalah Eliminasi TB pada tahun 2035 dan Indonesia bebas TB tahun 2050. Eliminasi
TB adalah tercapainya cakupan kasus TB 1 per 1 juta penduduk.
Tahapan pencapaian target dampak:
Target dampak pada 2020
 Penurunan angka kesakitan karena TB sebesar 30% dibandingkan angka
kesakitan pada tahun 2014 dan
 Penurunan angka kematian karena TB sebesar 40% dibandingkan angka
kematian pada tahun 2014.
Target dampak pada tahun 2025
 Penurunan angka kesakitan karena TB sebesar 50% dibandingkan angka
kesakitan pada tahun 2014 dan
 Penurunan angka kematian karena TB sebesar 70% dibandingkan angka
kematian pada tahun 2014
Target dampak pada 2030
 Penurunan angka kesakitan karena TB sebesar 80% dibandingkan angka
kesakitan pada tahun 2014 dan
 Penurunan angka kematian karena TB sebesar 90% dibandingkan angka
kematian pada tahun 2014.
Target dampak pada 2035
 Penurunan angka kesakitan karena TB sebesar 90% dibandingkan angka
kesakitan pada tahun 2014 dan
 Penurunan angka kematian karena TB sebesar 95% dibandingkan angka
kematian pada tahun 2014.

4. Strategi dan Kebijakan


A. Strategi
Strategi penanggulangan TB dalam pencapaian Eliminasi Nasional TB meliputi:
 Penguatan kepemimpinan Program TB di Kabupaten/ Kota.
 Promosi: Advokasi, Komunikasi dan Mobilisasi Sosial, regulasi, dan
peningkatan pembiayaan, Koordinasi dan sinergi program.
 Peningkatan akses layanan TB yang bermutu.
 Peningkatan jejaring layanan TB melalui PPM (public-private mix).
 Penemuan aktif berbasis keluarga dan masyarakat Peningkatan kolaborasi
layanan melalui TB-HIV, TB-DM, MTBS, PAL, dan lain sebagainya.
 Inovasi diagnosis TB sesuai dengan alat/saran diagnostik yang baru.

18
 Kepatuhan dan Kelangsungan pengobatan pasien atau Case holding.
 Bekerja sama dengan asuransi kesehatan dalam rangka Cakupan Layanan
Semesta (health universal coverage).
 Pengendalian faktor risiko
 Promosi lingkungan dan hidup sehat.
 Penerapan pencegahan dan pengendalian infeksi TB.
 Pengobatan pencegahan dan imunisasi TB.
 Memaksimalkan penemuan TB secara dini, mempertahankan cakupan dan
keberhasilan pengobatan yang tinggi.
 Peningkatan kemitraan TB melalui Forum Koordinasi TB.
 Peningkatan kemitraan melalui forum koordinasi TB di pusat.
 Peningkatan kemitraan melalui forum koordinasi TB di daerah
 Peningkatan kemandirian masyarakat dalam penanggulangan TB.
 Peningkatan partisipasi pasien, mantan pasien, keluarga dan masyarakat.

B. Kebijakan
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan masyarakat bertanggung jawab
menyelenggarakan Penanggulangan TB.
Penyelenggaraan Penanggulangan TB dilaksanakan melalui upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perorang.
Penanggulangan TB harus dilakukan secara terintegrasi dengan penanggulangan
program kesehatan yang berkaitan.
Program kesehatan yang meliputi program HIV dan AIDS, Diabetes Melitus, serta
program kesehatan lain.
Penanggulangan TB secara terintegrasi dilakukan melalui kegiatan kolaborasi antara
program yang bersangkutan.
Penanggulangan TB dilaksanakan sesuai dengan azas desentralisasi dalam
kerangka otonomi daerah dengan Kabupaten/kota sebagai titik berat manajemen
program, yang meliputi: perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi serta
menjamin ketersediaan sumber daya (dana, tenaga, sarana dan prasarana).
Penanggulangan TB dilaksanakan dengan menggunakan Pedoman Standar
Nasional sebagai kerangka dasar dan memperhatikan kebijakan global untuk
PenanggulanganTB.
Penemuan dan pengobatan untuk penanggulangan TB dilaksanakan oleh seluruh
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yang meliputi Puskesmas, Klinik, dan
Dokter Praktik Mandiri (DPM) serta Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut

19
(FKRTL) yang meliputi: Rumah Sakit Pemerintah, non pemerintah dan Swasta,
Rumah Sakit Paru (RSP), Balai Besar/Balai Kesehatan Paru Masyarakat (B/BKPM).
Obat Anti Tuberkulosis (OAT) untuk penanggulangan TB disediakan oleh pemerintah
dan diberikan secara cuma-cuma.
Keberpihakan kepada masyarakat dan pasien TB. Pasien TB tidak dipisahkan dari
keluarga, masyarakat dan pekerjaannya. Pasien memiliki hak dan kewajiban
sebagaimana individu yang menjadi subyek dalam penanggulangan TB.
Penanggulangan TB dilaksanakan melalui penggalangan kerjasama dan kemitraan
diantara sektor pemerintah, non pemerintah, swasta dan masyarakat melalui Forum
Koordinasi TB.
Penguatan manajemen program penanggulangan TB ditujukan memberikan
kontribusi terhadap penguatan sistem kesehatan nasional.
Pelaksanaan program menerapkan prinsip dan nilai inklusif, proaktif, efektif,
responsif, profesional dan akuntabel.
Penguatan Kepemimpinan Program ditujukan untuk meningkatkan komitmen
pemerintah daerah dan pusat terhadap keberlangsungan program dan pencapaian
target strategi global penanggulangan TB yaitu eliminasi TB tahun 2035.
Pelibatan peran masyarakat dalam promosi, penemuan kasus, dan dukungan
pengobatan TB.
Pemberdayan masyarakat melalui integrasi TB di upaya kesehatan berbasis
keluarga dan masyarakat.
Penguatan manajemen program (health system strenghtening)
 SDM
 Logistik
 Regulasi dan pembiayaan
 Sistem Informasi, termasuk mandatory notification
 Penelitian dan pengembangan inovasi program

5. Pengorganisasi dan Pembagian Peran Penanggulangan TB


a. Tingkat Pusat.
Upaya pengendalian TB dilakukan melalui Gerdunas-TB yang merupakan forum
kemitraan lintas sektor di bawah koordinasi Menteri Koordinator Pembangunan
Manusia dan Kebudayaan, dan penanggung jawab teknis pengendalian TB yaitu
Menteri Kesehatan R.I. Dalam pelaksanaannya program TB secara Nasional
dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan, cq. Direktorat Pengendalian Penyakit Menular Langsung.

20
b. Tingkat Provinsi.
Di tingkat provinsi Gerdunas-TB Provinsi yang terdiri dari Tim Pengarah dan Tim
Teknis. Bentuk dan struktur organisasi disesuaikan dengan kebutuhan daerah.
Dalam pelaksanaan program TB di tingkat provinsi dikordinasikan Dinas Kesehatan
Provinsi.
c. Tingkat Kabupaten/Kota
Di tingkat kabupaten/kota Gerdunas-TB kabupaten/kota yang terdiri dari Tim
Pengarah dan Tim Teknis. Bentuk dan struktur organisasi disesuaikan dengan
kebutuhan kabupaten/kota. Dalam pelaksanaan program TB di tingkat
Kabupaten/Kota dikordinasikan oleh Dinas Kesehatan kabupaten/kota.
d. Tingkat fasyankes
Tatalaksana pasien TB dilaksanakan oleh Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
(FKTP) dan Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL).
1). Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)
Berdasarkan kemampuan pemeriksaan mikroskopis FKTP di bagi
menjadi :
 FKTP Rujukan Mikroskopis (FKTP-RM), yaitu fasilitas kesehatan
tingkat pertama yang mampu melakukan pemeriksaan
mikroskopis TB.
 FKTP Satelit (FKTP-S) yaitu Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
yang melakukan pembuatan sedian apus sampai fiksasi.
Secara umum konsep pelayanan pasien TB di Balai Pengobatan
dan Dokter Praktek Mandiri (DPM) sesuai dengan kemampuan
pelayanan yang diberikan.
2). Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL)
FKRTL dalam hal ini adalah fasilitas kesehatan RTL yang mampu
memberikan layanan TB secara menyeluruh mulai dari promotif,
preventif, kuratif, rehabilitatif dan paliatif untuk kasus-kasus TB dengan
penyulit dan kasus TB yang tidak bisa ditegakkan diagnosisnya di
FKTP.
Fasilitas kesehatan yang termasuk dalam FKRTL adalah RS Tipe C, B
dan A, RS Rujukan Khusus Tingkat Regional dan Nasional, Balai Besar
Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) dan klinik utama.
Untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi pasien TB secara
berkualitas dan terjangkau, semua fasilitas kesehatan tersebut diatas
perlu bekerja sama dalam kerangka jejaring pelayanan kesehatan baik

21
secara internal didalam gedung maupun eksternal bersama lembaga
terkait disemua wilayah.
Pembagian peran dan wewenang dalam penanggulangan TB.
Pelaksanaan pembagian peran dan wewenang antara pemerintah pusat dan daerah,
bertujuan untuk:
 Meningkatkan komitmen dan kepemilikan program antara pemerintah pusat
dan daerah.
 Meningkatkan koordinasi, keterpaduan dan sikronisasi perencanaan,
pelaksanaan dan pemantauan penilaian program.
 Efisiensi, efektifas dan prioritas program sesuai dengan kebutuhan.
 Meningkatkan kontribusi pembiayaan program bersumber dari dana
pemerintah pusat dan daerah untuk pembiayaan program secara memadai.

Pembagian peran dalam Penanggulangan TB :


Tingkat pusat
 Menetapkan kebijakan dan strategi program penanggulangan TB (NSPK).
 Melakukan koordinasi lintas program/lintas sektor dan kemitraan untuk
kegiatan Penanggulangan TB dengan institusi terkait ditingkat nasional.
 Memenuhi kebutuhan Obat Anti TB (OAT) lini1 dan lini2 (TB-RO).
 Memenuhi kebutuhan perbekalan kesehatan, reagensia dan penunjang
laboratorium lain untuk penegakan diagnosis TB sebagai penyangga
kegiatan atau buffer.
 Pemantapan mutu obat dan laboratorium TB.
 Monitoring, evaluasi dan pembinaan teknis kegiatan Penanggulangan TB.
 Pendanaan kegiatan operasional Penanggulangan TB yang terkait dengan
tugas pokok dan fungsi.
 Pendanaan kegiatan peningkatan SDM Penanggulangan TB terkait dengan
tugas pokok dan fungsi.
Tingkat Provinsi
 Melaksanakan ketetapan kebijakan dan strategi program
penanggulangan TB (NSPK).
 Menyediakan kebutuhan perbekalan kesehatan, reagensia dan
penunjang laboratorium lain untuk penegakan diagnosis TB sebagai
penyangga kegiatan atau buffer.
 Melakukan koordinasi lintas program/lintas sektor dan kemitraan untuk
kegiatan Penanggulangan TB dengan institusi terkait ditingkat provinsi.

22
 Mendorong ketersediaan dan peningkatan kemampuan tenaga
kesehatan Penanggulangan TB.
 Pemantauan dan pemantapan mutu atau quality assurance untuk
pemeriksaan laboratorium sebagai penunjang diagnosis TB.
 Monitoring, evaluasi dan pembinaan teknis kegiatan Penanggulangan TB,
pemantapan surveilans epidemiologi TB ditingkat kabupaten/kota.
 Pendanaan kegiatan operasional Penanggulangan TB yang terkait
dengan tugas pokok dan fungsi.
 Pendanaan kegiatan peningkatan SDM Penanggulangan TB terkait
dengan tugas pokok dan fungsi.
Tingkat Kabupaten/Kota
 Melaksanakan ketetapan kebijakan dan strategi program
penanggulangan TB (NSPK).
 Menyediakan kebutuhan perbekalan kesehatan dan bahan pendukung
diagnosis.
 Menyediakan kebutuhan pendanaan untuk operasional program
Penanggulangan TB.
 Melakukan koordinasi lintas program dan lintas sektor serta jejaring
kemitraan untuk kegiatan Penanggulangan TB dengan institusi terkait
ditingkat Kabupaten.
 Menyediakan kebutuhan Pendanaan kegiatan peningkatan SDM
Penanggulangan TB di wilayah nya.
 Menyediakan bahan untuk promosi TB.

VIII. REFERENSI
Peraturan Menteri Kesehatan TB No.67 tahun 2016 tentang
Penanggulangan Tuberkulosis
Strategi Nasional Pengendalian Tuberkulosis, 2015-2019
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan Tuberkulosis tahun 2015-2019

IX. LAMPIRAN
A. LAMPIRAN 1.
Standar Internasional untuk Pelayanan Tuberkulosis
(International Standards for TB Care/ISTC) edisi ke 3
International for Tuberculosis Care (ISTC) merupakan standar yang melengkapi
guideline Program Pengendalian TB yang konsisten dengan rekomendasi WHO.

23

Anda mungkin juga menyukai