FARMAKOTERAPI III
INFEKSI DAN ANTIBIOTIK
Dosen pengampu :
Apt.HELMICE AFRIYENI,M.Farm
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 1 :
Puji syukur atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas rakhmat dan petununjuk-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul“Infeksi dan
Antibiotik”.
Makalah ini dibuat untuk mengetahui dan membahas tentang apa saja yang
berkaitan dengan “Infeksi dan Antibiotik” guna untuk menambah ilmu pengetahuan.
Selain itu pemakalah juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang
telah memberikan dorongan dan motivasi sehingga makalah ini dapat terselesaikan serta
rekan-rekan yang ikut membantu.
Demikian makalah ini kami susun, apabila ada kata-kata yang kurang berkenan
dan banyak kekurangan, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
1.3.Tujuan..........................................................................................................1
III.1 Kesimpulan............................................................................................... 9
III.2 Saran..........................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar belakang
ANTIBIOTIK
Antibiotik ialah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi, yang
dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis lain. Banyak antibiotik
dewasa ini dibuat secara semisintetik atau sintetik penuh. Namun dalam praktek
sehari-hari, Antimikroba sintetik yang tidak diturunkan dari produk mikroba
(misalnya sulfonamid dan kuinolon) juga sering digolongkan sebagai antibiotik.
Berdasarkan sifat toksisitas selektif, ada antimikroba yang bersifat
menghambat pertumbuhan mikroba yang dikenal sebagai aktivitas bakteriostatik, dan
ada yang bersilat membunuh mikroba yang dikenal sebagai aktivitas bakterisid.
Kadar minimal yang diperlurkan untuk menghambat pertumbuhan mikroba
atau membunuhnya, masing-masing dikenal sebagai kadar hambat minimal (KHM)
dan kadar bunuh minimal (KBM). Antimikroba tertentu aktivitasnya dapat
meningkat dari bakteriostatik menjadi bakterisid bila kadar antimikrobanya
ditingkatkan melebihi KHM.
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui antibiotik dan infeksi
2. Untuk mengetahui patologi antibiotik dan infeksi
3. untuk mengetahui terapi antibiotik dan infeksi
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Banyak tes yang digunakan oleh dokter untuk menentukan apakah pasien memiliki
sebuah infeksi. Meskipun tidak ada tes tunggal yang dapat membuktikan bahwa pasien
terinfeksi, bila digunakan dalam kombinasi dengan temuan klinis, tes membantu
menegakkan diagnosis infeksi. Tes yang umum digunakan dan interpretasi serta
aplikasinya untuk diagnosis dan manajemen infeksi.
Memahami peran sel darah putih (WBC) dalam pertempuran infeksi penting dalam
diagnosis infeksi, pemilihan terapi obat, dan pemantauan kemajuan pasien. Peran utama
sel darah putih adalah untuk mempertahankan tubuh terhadap organisme yang
menyerang seperti bakteri, virus, dan jamur. Kisaran normal WBC adalah 4.500 hingga
10.000 sel/mm3. Sel darah putih biasanya meningkat sebagai respons untuk infeksi.
2. Tes lainnya
2
sendi. Peningkatan besar dalam ESR dikaitkan dengan infeksi seperti: seperti
endokarditis, osteomielitis, dan infeksi intraabdominal.
II.2 PATOLOGI
Patogen adalah organisme yang mampu merusak jaringan inang dan yang
menimbulkan respons dan gejala pejamu spesifik yang konsisten dengan proses infeksi.
Organisme ini dipindahkan dari pasien ke pasien, vektor ke pasien (binatang, serangga,
dan sebagainya), lingkungan ke pasien (misalnya, pengaturan rumah sakit) atau berasal
dari flora pasien itu sendiri. Sebaliknya, tubuh manusia mengandung banyak sekali
berbagai mikroorganisme yang menjajah sistem tubuh yang disebut flora normal.
Organisme ini terjadi secara alami di jaringan inang dan memberikan beberapa manfaat,
termasuk pertahanan dengan menempati ruang, bersaing untuk nutrisi penting,
merangsang antibodi pelindung silang, dan menekan pertumbuhan bakteri dan jamur
yang berpotensi pathogen.
3
Situasi klinis lain di mana peningkatan spektrum aktivitas yang diinginkan adalah
dengan infeksi nosokomial.
Sinergisme
Memilih agen antimikroba untuk mengobati infeksi jauh lebih banyak rumit
daripada mencocokkan obat dengan patogen yang diketahui atau dicurigai. Pemilihan
awal terapi antimikroba hampir selalu empiris, yang merupakan inisiasi antimikroba
kadang-kadang sebelum dokumentasi adanya infeksi dan sebelum organisme penyebab
diidentifikasi. Penyakit infeksi umumnya bersifat akut, dan keterlambatan dalam terapi
antimikroba dapat mengakibatkan morbiditas yang serius atau bahkan kematian.
Dengan demikian pemilihan terapi antimikroba empiris adalah berdasarkan informasi
yang dikumpulkan dari riwayat pasien dan pemeriksaan fisik dan hasil pewarnaan
Gram atau pemeriksaan cepat melakukan tes pada spesimen dari situsyang terinfeksi.
Informasi ini, dikombinasikan dengan pengetahuan tentang organismeyang paling
mungkin menyerang dan pola kerentanan lokal institusi, harus menghasilkan
pemilihan antibiotik yang rasional untuk mengobati pasien.
Identifikasi patogen
4
Serologi
Budaya dan kepekaan,
Faktor host,
Faktor obat
Penilaian klinis
Tes laboratorium
Penilaian kegagalan terapi
Secara tradisional, kombinasi obat aktif terhadap basil gram negatif aerobik,
seperti aminoglikosida, dan obat yang aktif melawan bakteri anaerob, seperti
metronidazol atau klindamisin, dipilih. Senyawa baru, yang memiliki sifat baik aktivitas
terhadap kedua jenis organisme ini, seperti B -laktam/ kombinasi inhibitor -
5
laktamase, karbapenem atau glisilsiklin, mungkin cukup untuk menggantikan
kombinasi dan dengan demikian mengurangi biaya terapi. Situasi klinis lain di mana
peningkatan spektrum aktivitas yang diinginkan adalah dengan infeksi nosocomial
sinergisme Pencapaian aktivitas antimikroba sinergis menguntungkan untuk infeksi
yang disebabkan oleh basil gram negatif enterik pada pasien dengan penekanan
kekebalan. Tes laboratorium untuk mengidentifikasi sinergi antara kombinasi antibiotik
dijelaskan dalam. Secara tradisional, kombinasi aminoglikosida dan -laktam telah
digunakan karena obat-obatan ini bersama-sama umumnya bekerja secara sinergis
terhadap berbagai berbagai bakteri. Namun, data yang mendukung kemanjuran unggul
dari sinergis atas kombinasi nonsinergis lemah. Itu akan tampak bahwa kombinasi
sinergis menghasilkan hasil yang lebih baik dalam infeksi tertentu yang disebabkan oleh
spesies P. aeruginosa dan Enterococcus. Contoh penggunaan sinergi yang paling nyata
adalah treatment endokarditis enterokokus. Organisme penyebab biasanya hanya
dihambat oleh penisilin, tetapi dibunuh dengan cepat dengan penambahan streptomisin
atau gentamisin menjadi penisilin.31 Kebutuhan akan aktivitas bakterisidal dalam
pengobatan endokarditis menggarisbawahi perlunya untuk kombinasi sinergis ini.
Mencegah Resistensi
Meskipun ada efek yang berpotensi menguntungkan dari menggabungkan obat, ada
juga potensi kerugian, termasuk peningkatan biaya, risiko toksisitas obat yang lebih
besar seperti nefrotoksisitas seperti: aminoglikosida, amfoterisin, dan mungkin
vankomisin, dan superinfeksi dengan bakteri yang lebih resisten. Kombinasi dua atau
lebih antibiotik dapat menimbulkan efek antagonistik. Secara klinis, efek antagonisme
mungkin terbukti ketika satu obat menginduksi produksi B-laktamase dan obat lain B-
laktamase tidak stabil. Cefoxitin dan imipenem adalah contoh dari obat yang mampu
menginduksi B-laktamase dan dapat menghasilkan lebih banyak inaktivasi penisilin
yang cepat bila digunakan bersama-sama.
Farmakokinetik
Absorbsi 70-100 % dosis oral sulfonamid diabsorpsi melalui
saluran cerna terutama terladi pada usus halus,
tetapi beberapa jenis sulfa dapat diabsorpsi
melalui lambung.
Distribusi Semua sulfonamid terikat pada protein plasma
terutama albumin dalam derajat yang berbeda-beda.
Obat ini tersebar ke seluruh jaringan tubuh.
Metabolisme Dalam tubuh, sulfa mengalami asetilasi danoksidasi.
Bentuk asetil pada N-4 merupakan metabolit utama,
dan beberapa sulfonamid yangterasetilasi lebih sukar
larut dalam air.
Bentuk asetil ini lebih banyak terikat protein plasma
daripada bentuk asalnya. Kadar bentuk terkonjugasi ini
tergantung terutama pada
besarnya dosis, lama pemberian, keadaan fungsihati
dan ginjal penderita.
Ekskresi Melalui Urin
Farmakodinamik
Mekanisme Kerja Kuman memerlukan PABA (p-aminobenzoic acid)
untuk membentuk asam folat yang digunakan untuk
sintesis purin dan asam-asam nukleat. Sulfonamid
merupakan penghambat bersaing PABA. Dalam proses
sintesis asam folat, bila PABA
digantikan oleh sulfonamid, maka akan terbentuk
analog asam folat yang tidak fungsional.
Dosis - Sulfisoksazol : Dosis permulaan untuk dewasa 2-
4 g dilanjutkan dengan 1 g setiap 4-6 jam, sedangkan
untuk anak 150 mg/kg berat badan sehari. Mula-mula
diberikan setengah dosis tersebut, kemudian
dilanjutkan dengan 1/6 dosis per hari setiap 4 jam
(maksimal 6 g sehari).
- Sulfadiazin : Dosis permulaan oral pada orang
dewasa 2-4 g, dilanjutkan dengan 2-4 g dalam 3-
6 kali pemberian; lamanya pemberian tergantung dari
keadaan penyakit. Anak-anak berumur lebih dari dua
bulan diberikan dosis awal setengah dosis per hari
kemudian dilanjutkan dengan 60-150 mg/kg BB
(maksimum 6 g/hari) dalam 4-6 kali pemberian.
- Sulfametizol : Digunakan untuk pengobatan infeksi
saluran kemih dengan dosis 500-1000
mg dalam 3-4 kali pemberian sehari.
Cara Pemberian Cara pemberian yang paling aman dan mudah ialah per
oral. Bila pemberian per oral tidak mungkin dilakukan
7
maka dapat diberikan parenteral (lM atau lV).
Penggunaan topikal sulfonamid umumnya telah
ditinggalkan kecuali sulfasetamid untuk mata, mafenid
asetat dan sulfadiazin perak untuk luka
bakar, serta sulfasalazin untuk kolitis ulseratif.
Bentuk Sediaan - Sulfisoksazol : Tablet 500 mg
- Sulfadiazin : Tablet 500 mg
- Sulfametizol : Tablet 250 atau 500 mg
Indikasi - Infeksi saluran kemih
- Disentri Basiler
- Meningitis oleh meningokokus
- Nokardiosis
- Trakoma dan inclusion conjunctivitis
- Toksoplasmosis
- Kemoprofilaksis dengan sulfonamid.
Kontra Indikasi Terhadap pasien yang Hipersensitif dan pada wanita
hamil aterm.
Efek Samping - Gangguan sistim Hematopoitik
- Gangguan saluran kemih
- Reaksi alergi
- Mual dan muntah
Toksisitas Terjadinya Anemia aplastik dan
reaksi Hipersensitifitas
Interaksi Obat Dengan obat berikut dapat meningkatkan kerja obat
tersebut :
- Antikoagulan oral
- Antidiabetik sulfonylurea
- Fenitoin
2. Rifampisin
Rifampisin adalah derivat semisintetik rifamipsin B yaitu salah satu anggota
kelompok antibiotik makrosiklik yang disebut rifamisin. Kelompok zat ini
dihasilkan oleh Streptomyces mediterranei. Obat ini merupakan ion zwifter,larut
dalam pelarut organik dan air yang pH nya asam.
Rifampisin menghambat pertumbuhan berbagai kuman gram positif dan
gram negatif. Terhadap kuman gram positif kerjanya tidak sekuat Penisilin G,
tetapi sedikit lebih kuat daripada eritromisin, linkomisin dan sefalotin, Terhadap
kuman gram-negatif kerjanya lebih lemah daripada tetrasiklin, kloramlenikol,
kanamisin, dan kolistin. Antibiotik ini sangat aktif terhadap N. meningitidis; kadar
hambat minimalnya berkisar antara 0,1-0,8 pg/ml. Obat ini dapat menghambat
pertumbuhan beberapa jenis virus.
Farmakokinetik
Absorbsi Melalui saluran cerna
Distribusi Ke seluruh tubuh
Metabolisme Mengalami deasetilasi didalam Empedu
Ekskresi Melalui empedu dan Ekskresi melalui urin
mencapai 30%. Obat ini juga dibuang lewat ASl.
8
Farmakodinamik
Mekanisme Kerja Menghambat DNA-dependent RNA polymerase dari
mikobakteria dan mikroorganisme lain dengan
menekan mula terbentuknya (bukan pemanjangan)
rantai dalam sintesis RNA. lnti RNA Polymerase dari
berbagai sel eukariotik tidak mengikat rifampisin dan
sintesis RNAnya tidak dipengaruhi. Rifampisin dapat
menghambat sintesis RNA mitokondria mamalia tetapi
diperlukan kadar yang lebih tinggi daripada kadar
untuk penghambatan pada kuman.
3. Penisilin
Penisilin yang digunakan dalam pengobatan terbagi dalam penisilin alam
dan penisilin semisintetik. Penisilin semisintetik diperoleh dengan cara mengubah
struktur kimia penisilin alam atau dengan cara sintesis dari inti penisilin yaitu
asam 6-aminopenisilanat (6-4PA). Sebagai bahan dasar untuk penisilin
semisintetik, 6-4PA dapat pula diperoleh dengan memecah rantai samping.
Mekanisme kerja antibiotik betalaktam dapat diringkas dengan urutan
sebagai berikut:
1) Obat bergabung dengan penicillin-binding protein (PBPs) pada
kuman.
2) Terjadi hambatan sintesis dinding sel kuman karena proses
transpeptidasi antar rantai peptidoglikan terganggu.
3) Kemudian terjadi aktivasi enzim proteolitik pada dinding sel.
Yang termasuk dalam kelompok penisilin antipseudomonas ialah golongan
karboksipenisitin (karbenisilin, natrium indanil karbenisitin dan tikarsilin) dan
ureidopenisilin (azlosilin, mezlosilin dan piperasilin).
Farmakokinetik
Absorbsi Sediaan oral diabsorbsi di Duodenum
Distribusi Terdistribusi ke seluruh tubuh
Metabolisme Akibat pengaruh penisilinase terjadi pemecahan cincin
betalaktam, dengan kehilangan seluruh aktivitas
antimikroba. Amidase memecah rantai samping
(radikal ekor), dengan akibat penurunan
potensi antimikroba yang sangat mencolok.
Ekskresi Umumnya diekskresi melalui proses sekresi di
tubuli ginjal
Farmakodinamik
Mekanisme Kerja Obat bergabung dengan penicillin-binding
protein (PBPs) pada kuman.
2) Terjadi hambatan sintesis dinding sel kuman karena
proses transpeptidasi antar rantai peptidoglikan
terganggu.
3) Kemudian terjadi aktivasi enzim proteolitik pada
dinding sel.
10
Dosis - Dosis oksasilin, kloksasilin, dikloksasilin,
flukloksasilin: 4-6 x 250-500 mg/kg BB sehari (anak
50-100 mg/kg BB/hari). Untuk infeksi berat
diberikan 8-12 g/hari dengan infus intermitten.
- Ampisilin : Dewasa, penyakit ringan sampai sedang
11
diberikan 2-4 g sehari, dibagi untuk 4 kali pemberian;
untuk penyakit berat sebaiknya diberikan preparat
parenteral sebanyak 4-6 g sehari. Untuk anak dengan
berat badan kurang dari 20 kg diberikan per orat : 50-
100 mg/kgBB sehari yang dibagi dalam 4 dosis; IM :
100-200 mg/kgBB sehari yang dibagi dalam 4 dosis,
bayi berumur kurang dari 7 hari diberi 50 mg/kgBB
sehari dalam 2 dosis, bayi berumur lebih dari 7 hari
diberi 75 mg/kgBB sehari dibagi dalam 3 dosis; IV:
empat kali 250-500 mg sehari. Untuk meningitis,
diberikan 150-250 mg/kgBB sehari dibagi dalam 6-8
dosis.
- Amoksisilin : 3 kali 250-500 mg sehari.
Cara Pemberian - Penisilin G: diberikan secara Parenteral dengan
suntikan SK, lM, lV atau intratekal.
- Penisilin V : diberikan secara oral
- Penisilin isoksazolil : diberikan secara oral dan
parenteral
- Ampisilin : diberikan secara oral dan parenteral
- Amoksisilin : diberikan secara oral
Bentuk Sediaan - Penisilin V (fenoksimetil penisilin) tersedia sebagai
garam kalium, dalam bentuk tablet 250 mg dan 625
mg dan sirup 125 mg/5 ml.
- Penisilin isoksazolil terdapat dalam bentuk tablet,
kapsul 125 mg, 250 mg, dan 500 mg; suspensi 62,5
mg/S ml dan 125 mg/5 ml; bubuk kering O2,S mg.
Untuk pemberian parenteral juga sebagai garam
natrium tersedia dalam vial 250 mg, 500 mg, dan 1
gram.
- Ampisilin tersedia dalam bentuk tablet atau kapsul
sebagai ampisilin trihidrat atau ampisilin anhidrat
125 mg, 250 mg, 500 mg dan 1000 mg.
Sedangkan untuk bubuk suspensi sirup mengandung
125 atau 500 mg/5 ml. Selain itu, ampisilin tersedia
juga untuk suntikan dalam ukuran 0,1; 0,25; 0,5 dan
1 g per vial
- Amoksisilin tersedia sebagai kapsul atau tablet
berukuran 125,250 dan 500 mg dan sirup 125 mg/5
ml
Indikasi a. Infeksi kokus gram positif
- Infeksi pneumococus, seperti pneumonia,
meningitis, endokarditis, dll
- Infeksi Streptococcus, seperti Faringitis dan
skarlatina, demam reumatik, Otitis media akut dan
mastoiditis, endortia, dll.
- Infeksi Stafilococcus
b. Infeksi kokus gram negatif
- Infeksi meningokokus
- Infeksi gonokokus, seperti gonorea, infeksi
ekstragenital
c. Sifilis
12
d. Aktinomikosis
e. Infeksi batang gram positif
- Difteria
- Klostridia
- Antraks
- Listeria
- Erisipeloid
f. Infeksi batang gram negatif
- Salmonela dan shigella
- Haemophilus influenza
- Fuso-spirochaeta
- Pasteurella, dll.
g. Penggunaan profilaksis
Kontra Indikasi - Penderita yang pernah mengalami reaksi alergi
penisilin, termasuk individu berisiko tinggi terhadap
keadaan tersebut, selanlutnya tidak boleh mendapat
Penisilin.
- Pada pasien mononukleosis.
Efek Samping - Reaksi Alergi
- Syok Anafilaksis
Resistensi - Pseudomonas, klebsiela, serrafia, asinobakter dan
proteus indol positif resisten terhadap ampisilin dan
aminopenisilin lainnya
Toksisitas Hanya sebagian kecil kemerahan kulit
oleh ampisilin berdasarkan reaksi alergi dan di sini
pemberian ampisilin harus dihentikan
Interaksi Obat - Pil KB : mengurangi efek pil KB
- Kloramfenikol : mengurangi efek penisilin
- Antibiotik Eritromisin : efek masing-masing
antibiotika dapat meningkat atauberkurang.
- Estrogen (hormon wanita) : mengurangiefek
estrogen
- Antibiotik tetrasiklin : mengurangi efek penisilin
4. Tetrasiklin
Tetrasiklin merupakan basa yang sukar larut dalam air, tetapi bentuk garam
natrium atau garam HCI-nya mudah larut. Dalam keadaan kering, bentuk basa dan
garam HCI tetrasiklin bersilat relatif stabil. Dalam larutan, kebanyakan tetrasiklin
sangat labil jadi cepat berkurang potensinya.
Efektivitasnya tinggi terhadap infeksi batang gram-negatif seperti Brucella,
Francisella tularensig Pseudomonas mallei, Pseudomonas pseudomallei, Vibrio
cholerae, Campylobacter fetus, Haemophilus ducreyi dan Calymmatobacterium
granulomatis, Yersinia pests, Pasteurella multocida, Spirillum minor,
Leptotrichia buccalis, Bordetella pertusis, Acinetobacter dan Fusobacterium.
Strain tertentu H. influenzae mungkin sensitif, tetapi E. coli, Klebsiella,
Enterobacter, Proteus indol positif dan Pseudomonas umumnya resisten.
Antibiotik golongan tetrasiklin dibagi menjadi 3 golongan berdasarkan silat
farmakokinetiknya :
1) Tetrasiklin, klortetrasiklin dan oksitetrasiklin. Absorpsi kelompok
13
tetrasiklin ini tidak lengkap dengan masa paruh 6-12 jam.
2) Demetilklortetrasiklin. Absorpsinya lebih baik dan masa paruhnya kira-kira
16 jam sehingga cukup diberikan 150 mg per oral tiap 6 jam.
3) Doksisiklin dan minosiklin. Absorpsinya baik sekali dan masa paruhnya 17-
20 jam. Tetrasiklin golongan ini cukup diberikan 1 atau 2 kali 100 mg sehari.
Farmakokinetik
Absorbsi Diserap dalam saluran cerna, sebagian besar
berlangsung di lambung dan usus halus bagianatas.
Farmakodinamik
Mekanisme Kerja Golongan tetrasiklin menghambat sintesis protein
bakteri pada ribosomnya. Paling sedikit terjadi 2 proses
dalam masuknya antibiotik ke dalam ribosom bakteri
gram-negatif; pertama yang disebut difusi pasif melalui
kanal hidrofilik, ke dua ialah sistem transport aktif.
Setelah masuk maka antibiotik berikatan dengan
ribosom 30S dan
menghalangi masuknya komplek tRNA-asam amino
pada lokasi asam amino.
Dosis etrasiklin, klortetrasiklin : untuk Dewasa Secara Oral
4 kali 250-500 mg/hari, Parenteral, 300 lM*) mg sehari
yang dibagi dalam 2-3 dosis,
u 250-500 mg lV diulang 2-4 kali sehari. Anak: Oral, 25-
50 mg/kgBB/hari, dibagi dalam 4 dosis. Parenteral,
untuk pemberian lM 15-25 mg/kg BB/hari sebagai dosis
tunggal atau dibagi dalam 2-3 dosis dan lV 20-30
mg/kgBB/hari dibagi dalam 2-3 dosis.
- Oksitetrasiklin : Untuk Dewasa secara Oral, 4 kali
250-5OO mg/hari, Parenteral, 100 mg lM, diulangi
2-3 sehari 500-1000 mg/hari IV (250 mg bubuk
dilarutkan dalam 100 ml larutan garam faal atau
dekstrosa 5%)
ak: Oral, 25-50 mg/kgBB/hari dibagi dalam dalam 4
14
dosis, Parenteral, 15-25 mg/kgBB/hari, lM dibagi dalam
2 dosis dan 10-20 mg/kgBB/hari lV dibagi dalam 2 dosis
- Doksisiklin : Untuk Dewasa secara Oral, dosis awal
200 mg, selanjutnya 100-200 mg/hari
ak : Oral, hari pertama 4 mg/kgBB/hari, selanjutnya 2
mg/kgBB/hari, dosis tunggal
Bentuk Sediaan - Tetrasiklin : Tetrasiklin Kapsul/tablet 250 dan
0 mg, Bubuk obat suntik lM 100 dan 200 mg/vial, Bubuk
obat suntik lV 250 dan 500 mg/Vial, Salep kulit 3 %,
Salep/obat tetes mata 1% (tetrasiklin HCI dan tetrasiklin
kompleks fosfat untuk oral tersedia dengan ukuran yang
sama)
- Klortetrasiklin : Kapsul 250 mg, Salep kutit 3 %,
Salep mata 1 %
- Oksitetrasiklin : Kapsul 250 mg dan 500 mg, Larutan
obat suntik lM 250 dan 100 mg/ ampul 2 ml dan 500
mg/vial 10 ml, Bubuk obat suntik lV 250 mg, Salep
kulit 3 %, Salep mata 1 %
- Doksisiklin : Kapsul atau tablet 100 mg, tablet 50
mg Sirup 10 mg/ml
Indikasi - Riketsiosis
- Infeksi Klamidia
- Uretritis Non Spesifik
- Infeksi Mycoplasma Pneumoniae
- Infeksi Venerik
- Akne Vulgaris
- Infeksi Basil
- Infeksi kokus, dll
Kontra Indikasi anita hamil dengan pielonefritis
15
Interaksi Obat Metoksifluoran : dapat menyebabkan nefrotoksik
Faktor yang berhubungan langsung dengan pemilihan obat meliputi pemilihan obat
yang tidak tepat atau dosis atau rute pemberian. Malabsorbsi suatu produk obat karena
penyakit gastrointestinal (GI), seperti: sebagai sindrom usus pendek, atau interaksi obat,
seperti asi kompleks fluorokuinolon dengan kation multivalen yang mengakibatkan
berkurangnya penyerapan, dapat menyebabkan serum yang berpotensi subterapeutik
konsentrasi. Eliminasi obat yang dipercepat juga dimungkinkan. Ini dapat terjadi pada
pasien dengan cystic fibrosis atau selama kehamilan, ketika pembersihan yang lebih
cepat atau volume distribusi yang lebih besar dapat mengakibatkan konsentrasi serum
rendah, terutama untuk aminoglikosida. Penyebab umum kegagalan terapi adalah
penetrasi yang buruk ke tempat infeksi. Hal ini terutama berlaku untuk situs seperti SSP,
mata, dan kelenjar prostat. Kegagalan obat juga dapat diakibatkan oleh obat-obatan
yang sangat terikat protein atau yang secara kimiawi tidak aktif di tempat infeksi.
17
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Farmakoterapi antimikroba yang tepat untuk infeksi penyakit tertentu
membutuhkan pengetahuan tentang patogen yang menginfeksi, karakteristik inang,
dan aktivitas obat yang diharapkan terhadap patogen. Kerentanan organisme terhadap
antimikroba yang diberikan adalah kunci untuk menentukan hasil dari terapi pasien.
Tes yang umum digunakan:
1. Hitung dan Diferensial Sel Darah Putih: Kisaran normal WBC adalah 4.500
hingga 10.000 sel/mm3. Sel darah putih biasanya meningkat sebagai respons untuk
infeksi.
2.Tes lainnya: Aktivasi komplemen, seperti C3a dan C5a, memulai peradangan dan
memicu kaskade perubahan dan pelepasan mediator berikutnya, yang semuanya dapat
diukur dan dipantau.
Patogen adalah organisme yang mampu merusak jaringan inang dan yang
menimbulkan respons dan gejala pejamu spesifik yang konsisten dengan proses infeksi.
Organisme ini dipindahkan dari pasien ke pasien, vektor ke pasien (binatang,serangga,
dan sebagainya), lingkungan ke pasien (misalnya, pengaturan rumah sakit) atau berasal
dari flora pasien itu sendiri. Organisme yang merupakan flora normal dapat menjadi
patogen ketika pertahanan pejamu terganggu atau jika mereka berpindah ke tempat
tubuh lain selama trauma
Pemilihan awal terapi antimikroba hampir selalu empiris, yang merupakan
inisiasi antimikroba kadang-kadang sebelum dokumentasi adanya infeksi dan sebelum
organisme penyebab diidentifikasi. Kegagalan terapi antibiotik adalah: kegagalan yang
disebabkan oleh pemilihan obat, kegagalan disebabkan oleh faktor tuan rumah,
kegagalan yang disebabkan oleh mikroorganisme
III.2 Saran
Kami sebagai penyusun dan penulis menyadari bahwa makalah ini ada kesalahan
dan jauh dari kesempurnaan. Tentunya kami akan memperbaiki makalah dengan
mengacu pada sumber yang lebih akurat.
Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah ini.
18
DAFTAR PUSTAKA
19
KASUS
FARMAKOTERAPI III
DOSEN PENGAMPU :
apt. Helmice Afriyeni, M.Farm
DISUSUN OLEH :
Kelompok 1
TD : 160/90
Billirubin : 50.08µmol/lt
AST : 50,01 IU/lt
ALT : 67 IU/lt
CrCl : 45 ml/min/1.73m2
GFR : 50 ml/min /1.73m2
A. SUBJEKTIF
B. OBJEKTIF
Dokter meresepkan obat :
Losartan 50 mg 1x sehari
Tetrasiklin 500 mg 4xsehari
Vitamin C 120 mg 1xsehari
Furosemid 40 mg 1xsehari
Hasil pemeriksaan labor :
Pemeriksaan Hasil keterangan Nilai normal
C. ASSESMENT
Tuan Robert seorang pria berumur 40 tahun datang kerumah sakit dan dilakukan
pemeriksaan fisik dan labor .Dari data subjektif dan objektif didapatkan diagnosis bahwa pasien
terkena hipertensi,gangguan ginjal dan penyakit sifilis yang disebababkan oleh bakteri
Treponema pallidum. Diagnosis ini didukung dengan pemeriksaan serum adanya positif bakteri
Treponema pallidum. Sifilis biasanya didapat melalui kontak seksual dengan selaput lendir yang
terinfeksi atau lesi kulit, meskipun pada kesempatan yang jarang dapat diperoleh dengan cara
nonseksual. kontak langsung, inokulasi yang tidak disengaja, atau transfusi darah.
Dari data labor terlihat bahwa nilai AST (Aspartate transmirase) dan ALT (Alanine
transmirase) dan bilirubin menunjukan hasil yang tinggi ini menunjukan bahwa terjadi
kerusakan hati. Kerusakan hati tuan Robert bisa disebabkan oleh kehidupan yang suka
mengkonsumsi minuman alcohol dan akibat infeksi bakteri Treponema pallidum.
Dari hasil pemeriksaan GFR tuan Robert juga menunjukan terjadinya penurunan
fungsi ginjal. Penurunan ini bisa diseabkan karena kebiasaan tuan Robert mngkonsumsi alcohol
dan juga infeksi bakteri Treponema pallidum tersebut. Kemungkinan terjadinya kerusakan-
kerusakan pada organ-organ tubuh tuan Robert menunjukan bahwa tingkatan sifilistuan Robert
memasuki tingkatan tersier dimana bakteri Treponema pallidum telah menyebar ke organ-organ
dan menyebabkan infeksi pada organ yang menyebabkan terjadinya kerusakan sel organ dan
menurunkan fungsi organ. Pada data labor didapatkan tingginya kadar bilirubin hal ini
dikarenakan terjadinya kerusakan pada hati atau liver sehingga menyebabkan tingginya kadar
bilirubin bisa meningkat.
Tuan Robert mengalami keluhan rasa sakit kepala yang tidak tertahankan ini bisa
disebabkan karena terjadinya neurosifilis atau gejala dari penyakit sifilis .Infeksi pada system
sara pusat yang disebabkan invasis awar darah otak oleh Treponemapallidum. Munculnya
lepuhana tau lesi pada organ genital disebabkan karna reaksi dari bakteri yang menepel pada
organ genital. Dan diamengaku sudah 3 hari frekuensi buang air kecil berkurang hal ini
disebabkan karna ginjal terganggu .
Kemudian dokter meresepkan obat Losartan 50 mg 1x sehari Tetrasiklin 500 mg
4xsehari Vitamin C 120 mg 1xsehari Furosemid 40 mg 1xsehari. Untuk penggunaan obat pada
pasien alergi dengan golongan penisilin sebaiknya diberikan tetrasiklin 500 mg per oral 4x
sehari selama 14 hari dan ceftriaxone 1 g secra IM atau IV setiap hari selama 8-10 hari sebagai
terapi lini pertama pada penyakit sifilis dan obat tambahan seperti furosemid untuk pengobatan
tekanan darah tinggi dan mengobati penyakit ginjal serta vitamin c untuk meningkatkan
imunitas tubuh.
D. PLANT
Terapi farmakologi
a) Tetrasiklin
Dosis : 500 4x sehari
Alas pengunaan :terapi lini pertama Sifilis untuk pasien yang alergi terhadap
obat golongan penisilin
Indikasi : antibiotic untuk mengobati infeksi bakteri
Efek samping : muntah,diare,sakit kepala
Kontraindikasi : Tetrasiklin tidak boleh diberikan pada pasien dengan
gangguan fungsi ginjal karena dapat menyebabkan eksaserbasi penyakit ginjal
b) Ceftriaxone
Dosis : 500 mg IV, sekalipemberi
AlasanPenggunaan : Lini terapi pertama sifilis dengan kombinasi
tetrasilin
Indikasi : untuk mengatasi infeksi bakteri gram negatif maupun
gram positif
Efek samping :Mual dan muntah,sakit kepala,reaksi alergi
Kontraindikasi : Penggunaan harus hati-hati pada pasien dengan riwayat
alergi penicillin karena bisa terjadi reaksi silang
c) Furosemid
AlasanPenggunaan : Terapi hipertensi, untuk kombinasi dengan
losartan, serta untuk meningkatkan frekuensi keluaran urin
Dosis : 40 mg, 1x sehar
KontraIndikasi : Hipovolemia, Hiponatremia,
EfekSamping : Hipotensi, hiperglisemia, peningkatan LDL
Kolesterol dan menurunkan HDL
Interaksi : dengan obat golongan aminoglikosida dan cisplatin dapat
meningkatkan toksisitas, hiperglisemia, peningkatan LDL Kolesterol dan
menurunkan HDL
d) Vitamin C
AlasanPenggunaan : sebagai suplemen, meningkatkan imunitas tubuh
Dosis : 120 mgsecara oral, 1x sehari
KASUS
FARMAKOTERAPI III
DOSEN PENGAMPU :
apt. Helmice Afriyeni, M.Farm
DISUSUN OLEH :
Kelompok 1
d. Keluhan utama : kulit muka bagian kanan rasa terbakar dan gatal, beberapa hari
kemudian terlihat bekas hitam pada muka dan mulai menyebar
pada keningnya dan Rani juga merasa demam.
e. Keluhan lainnya : keputihan yang semakin parah, sebelumnya dia tidak terganggu
dengan keputihan tersebut, tetapi sudah seminggu ini rani merasa
perih dan gatal serta nyeri pada saat buang air kecil.
f. Riwayat sosial :-
g. Riwayat alergi :-
2. OBJEKTIF
3. ASSESSMENT
Berdasarkan data pasien yang telah diketahui nyonya Rani 28 tahun menderita
penyakit herpes genitalia dan candidiasis. Herpes genital adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus herpes simpleks. Risiko kondisi ini bisa meningkat
berlipat ganda apabila Anda hobi bergonta-ganti pasangan seksual. Penyakit ini
sangat menular, bahkan jika penderita menyentuh luka dan memaparkannya ke
bagian tubuh lain.
Tanda dan gejala dari penyakit herpes genital ini, antara lain:
•Muncul gelembung kecil berisi cairan berwarna •kemerahan
•Terasa nyeri dan gatal
•Seperti ada sensasi terbakar
•Adanya pembesaran kelenjar getah bening
•Keluarnya cairan pada vagina
•Demam
•Sakit kepala
•Nyeri otot
Orang yang mengalami herpes ini juga dapat mengalami luka pada berbagai
bagian tubuh, termasuk bokong, paha, anus, mulut, hingga saluran kencing.
Pada wanita, herpes genital paling sering menyebabkan luka di sekitar vagina
dan serviksnya.
4. PLAN
A. TERAPI FARMAKOLOGI
Asiklover(400 mg, sebanyak 3 kali sehari), selama 5–10 hari.
Metrodinazole ( 500 mg, sebanyak 2 kali sehari (selama 7 hari).