Anda di halaman 1dari 24

1

P4 PERCOBAAN STUDI ABSORBSI OBAT SECARA IN SITU


A. TUJUAN
Mempelajari pengaruh pH terhadap absorbsi obat yang diabsorbsi melalui difusi
pasif dan percobaan dilakukan secara in situ.

B. METODE
1. Alat - Alat
 Kanula 1 set
 Timer/Stopwatch
 Spuit Injeksi (untuk pemberian anestesi)
 Timbangan hewan uji
 Alat/Perlengkapan bedah
 Pompa peristaltik
 Alat-alat gelas
 Spektrofotometer UV
2. Bahan – Bahan
 Larutan dapar fosfat pH 1,2 dan pH 7,5
 Larutan obat dalam dapar fosfat pada berbagai pH
 Tikus putih jantan dengan berat 150-170 gram
 Larutan uretan 40 % steril
 Larutan natrium klorida 0,9 % b/v
3. Cara Kerja
 Tahap Preparasi
Hewan percobaan yang akan digunakan dipuasakan selama 1 hari (24 jam)

Hewan ditimbang untuk menentukan besar volume injeksi anestesi

Ditunggu hingga tikus tertidur (45-50 menit), ditandai dengan hilangnya


refleks membalikkan tubuh

Dibuka rongga perut menurut arah linea mediana dengan gunting bedah
2

Dicari bagian lambung dan diukur kea rah anal kira-kira sepanjang 15 cm
dengan pertolongan benang.

Dititik tersebut (pada usus) dengan hati-hati dibuat lubang, lalu dimasukkan
selang dengan arah ke anal dan diikat kuat-kuat.

Dari titik pertama, diukur kembali sepanjang 20 cm dengan pertolongan


benang, titik tersebut adalah titik kedua

Di titik kedua dibuat lubang lalu dimasukkan selang dengan arah ke oral dan
diikat kuat-kuat.

Selang pertama dihubungkan dengan pompa peristaltik dan selang kedua


dihubungkan ke penampung

 Tahap Pengujian
Pertama usus dialiri dengan larutan fisiologis (NaCl 0,9 %) untuk
membersihkan usus hewan uji dari kotoran. Pembersihan ini diakhiri dengan
sifat cairan buangan sudah jernih.

Dialiri usus dengan larutan dapar yang sudah mengandung obat lalu pada tiap-
tiap waktu ditampung cairan buangannya (dari selang kedua).

Tiap-tiap waktu yaitu menit ke 5,10,20,30,40,50,60

Volume yang ditampung kurang lebih 5 Ml

Dicatat juga panjang usus dan diameter usus.


3

 Tahap Pemeriksaan
Larutan hasil tampungan tiap waktu diambil sebesar 1 mL menggunakan pipet
volum

Ditambahkan 2 mL ZnSO4 dan 2 mL Ba(OH)2

Divortex kurang lebih 10 menit

Diambil cairan yang jernih lalu dipindahkan ke tabung rekasi yang bersih

Dibaca dengan spektrofotometri UV dengan panjang gelombang maksimal 239


nm (pH 1,2) dan 233 nm (pH 7,5)

Bila terlalu besar absorbansi yang terbaca ( > 1,5 ) maka diencerkan lalu dibaca
kembali.

4. Analisis Data
Pembacaan dengan spektrofotometri UV didapatkan hasil nilai absorbansi

Dari nilai absorbansi dikonversi menjadi nilai kadar obat dengan bantuan kurva
baku.

Dihitung nilai Papp obat tiap waktu yang diperoleh

Lalu dibuat grafik antara kadar obat vs waktu dan Papp vs waktu

Diambil kesimpulan
4

C. DATA DAN PERHITUNGAN


1. Data Percobaan
1.1 Nama bahan obat : Asam Salisilat
1.2 Medium : 2.1. Buffer fosfat pH 1,2
2.1. Buffer fosfat pH 7,5
1.3 Berat tikus (gram) : pH 1,2 pH 7,5
1. 127 1. 140
2. 107 2. 140
1.4 Panjang usus (cm) : pH 1,2 pH 7,5
1. 20 1. 15,5
2. 20 2. 15,5
1.5 Diameter usus (cm) : pH 1.2 pH 7.5
1. 1 1. 1
2. 1 2. 1,2
1.6 Lama alir larutan obat : 60 menit
1.7 Kecepatan alir : 4,87 mL/menit
1.8 Data Penentuan kadar obat secara spektrofotometri
Percobaan dilakukan pada :
 pH 1,2 = 239 nm
 pH 7,5 = 233 nm
Persamaan kurva baku :
 pH 1,2  y = 0,594x + 0,017
 pH 7,5  y = 0,469x – 0,0062
5

Tabel 1. Data Absorbansi pH 1,2

Waktu Absorbansi Pengenceran


(menit) Tikus 1 Tikus 2 Tikus 1 Tikus 2
Blanko -0.02 0.029 - -
5 0,165 0,185 - -
10 0,237 0,756 - -
15 0,284 0,281 - -
30 0,165 0,363 - -
40 0,422 0,369 - -
50 0.370 0.300 - -
60 0,403 0,533 - -

Tabel 2. Data Absorbansi pH 7,5

Waktu Absorbansi Pengenceran


(menit) Tikus 1 Tikus 2 Tikus 1 Tikus 2
Blanko 0 0 - -
5 0,064 0,668 - -
10 0,588 0,659 - -
15 0,740 0,607 - -
30 0,849 0,815 - -
45 0,793 0,643 - -
60 0,866 0,737 - -

2. Perhitungan Kadar
2.1 Untuk pH 1,2
Perhitungan kadar
y = 0.597x + 0.017
y−0.017
x=
0.594
dimana  y = Absorbansi
x = kadar ( mg% atau mg/100ml)
Kadar sesungguhnya = x . fp (faktor pengenceran)
2.1.1 Tikus 1
−0.02−0,017
Kadar menit ke 0  x = x1
0,594
x = -0.062 mg%
x = -0.062 x 10-2 mg/ml
6

0.165−0,017
Kadar menit ke 5  x = x1
0,594
x = 0.248 mg%
x = 0.248 x 10-2 mg/ml
0.237−0,017
Kadar menit ke 10  x = x1
0,594
x = 0.369 mg%
x = 0.369 x 10-2 mg/ml
0.284−0,017
Kadar menit ke 15  x = x1
0,594
x = 0.447 mg%
x = 0.447 x 10-2 mg/ml
0,165−0,017
Kadar menit ke 30  x = x1
0,594
x = 0.248 mg%
x = 0.248 x 10-2 mg/ml
0.422−0,017
Kadar menit ke 40  x = x1
0,594
x = 0.678 mg%
x = 0.678 x 10-2 mg/ml
0.370−0,017
Kadar menit ke 50  x = x1
0,594
x = 0.591 mg%
x = 0.591 x 10-2 mg/ml
0.403−0,017
Kadar menit ke 60  x = x1
0,594
x = 0.647 mg%
x = 0.647 x 10-2 mg/ml
2.1.2 Tikus 2
0.029−0,017
Kadar menit ke 0  x = x1
0,594
x = 0.020 mg%
x = 0.020 x 10-2 mg/ml
0.185−0,017
Kadar menit ke 5  x = x1
0,594
7

x = 0.281 mg%
x = 0.281 x 10-2 mg/ml
0.756−0,017
Kadar menit ke 10  x = x1
0,594
x = 1.238 mg%
x = 1.238 x 10-2 mg/ml
0.281−0,017
Kadar menit ke 15  x = x1
0,594
x = 0.442 mg%
x = 0.442 x 10-2 mg/ml
0.363−0,017
Kadar menit ke 30  x = x1
0,594
x = 0.580 mg%
x = 0.580 x 10-2 mg/ml
0.369−0,017
Kadar menit ke 40  x = x1
0,594
x = 0.590 mg%
x = 0.590 x 10-2 mg/ml
0.300−0,017
Kadar menit ke 50  x = x1
0,594
x = 0.474 mg%
x = 0.474 x 10-2 mg/ml
0.533−0,017
Kadar menit ke 60  x = x1
0,594
x = 0.864 mg%
x = 0.864 x 10-2 mg/ml
2.2 Untuk pH 7,5
Perhitungan kadar
y = 0.469x – 0.0062
y+ 0.0062
x=
0.469
dimana  y = Absorbansi
x = kadar ( mg% atau mg/100ml)
Kadar sesungguhnya = x . fp (faktor pengenceran)
8

2.2.1 Tikus 1
0+0.0062
Kadar menit ke 0  x = x1
0.469
x = 0.013 mg%
x = 0.013 x 10-2 mg/ml
0.064+0.0062
Kadar menit ke 5  x = x1
0.469
x = 0.150 mg%
x = 0.150 x 10-2 mg/ml
0.588+0.0062
Kadar menit ke 10  x = x1
0.469
x = 1.267 mg%
x = 1.267 x 10-2 mg/ml
0.740+0.0062
Kadar menit ke 15  x = x1
0.469
x = 1.591 mg%
x = 1.591 x 10-2 mg/ml
0.849+0.0062
Kadar menit ke 30  x = x1
0.469
x = 1.823 mg%
x = 1.823 x 10-2 mg/ml
0.793+0.0062
Kadar menit ke 45 x = x1
0.469
x = 1.704 mg%
x = 1.704 x 10-2 mg/ml
0.866+0.0062
Kadar menit ke 60  x = x1
0.469
x = 1.860 mg%
x = 1.860 x 10-2 mg/ml
2.2.2 Tikus 2
0+0.0062
Kadar menit ke 0  x = x1
0.469
x = 0.013 mg%
x = 0.013 x 10-2 mg/ml
9

0.668+0.0062
Kadar menit ke 5  x = x1
0.469
x = 1.438 mg%
x = 1.438 x 10-2 mg/ml
0.659+0.0062
Kadar menit ke 10  x = x1
0.469
x = 1.418 mg%
x = 1.418 x 10-2 mg/ml
0.607+0.0062
Kadar menit ke 15  x = x1
0.469
x = 1.307 mg%
x = 1.307 x 10-2 mg/ml
0.815+0.0062
Kadar menit ke 30  x = x1
0.469
x = 1.751 mg%
x = 1.751 x 10-2 mg/ml
0.643+0.0062
Kadar menit ke 45 x = x1
0.469
x = 1.384 mg%
x = 1.384 x 10-2 mg/ml
0.737+0.0062
Kadar menit ke 60  x = x1
0.469
x = 1.585 mg%
x = 1.585 x 10-2 mg/ml

3. Perhitungan Papp
Q C
Papp =- ln 1
2. π . r . l C0
Papp = tetapan permeabilitas semu (ml menit-1 cm-2)
Q = kecepatan alir obat (ml/menit)
r = jari-jari penampang lintas intestin (cm)
l = panjang usus (cm)
C1 = kadar larutan obat setelah dialirkan melalui lumen intestin sepanjang 1
cm
10

C0 = kadar larutan obat mula-mula (75mg/500ml atau 0,15 mg/ml)


3.1 Untuk pH 1,2
3.1.1 Tikus 1
4.87 −0.0062
Menit ke 0  Papp = - ln
2. π .0,5.20 0,15
= tidak terdefinisi karena (-) ml menit-1 cm-2
4.87 0.00248
Menit ke 5  Papp = - ln
2. π .0,5.20 0,15
= 0.0446 ml menit-1 cm-2
4.87 0.00369
Menit ke 10 Papp = - ln
2. π .0,5.20 0,15
= 0.0403 ml menit-1 cm-2
4.87 0.00447
Menit ke 15 Papp = - ln
2. π .0,5.20 0,15
= 0.0382 ml menit-1 cm-2
4.87 0.00248
Menit ke 30 Papp = - ln
2. π .0,5.20 0,15
= 0.0446 ml menit-1 cm-2
4.87 0.00678
Menit ke 40 Papp = - ln
2. π .0,5.20 0,15
= 0.0337 ml menit-1 cm-2
4.87 0.00591
Menit ke 50 Papp = - ln
2. π .0,5.20 0,15
= 0.0352 ml menit-1 cm-2
4.87 0.00647
Menit ke 60 Papp = - ln
2. π .0,5.20 0,15
= 0.0342 ml menit-1 cm-2
3.1.2 Tikus 2
4.87 0.0002
Menit ke 0  Papp = - ln
2. π .0,5.20 0,15
= 0.0469 ml menit-1 cm-2
4.87 0.00281
Menit ke 5  Papp = - ln
2. π .0,5.20 0,15
= 0.0182 ml menit-1 cm-2
4.87 0.01238
Menit ke 10 Papp = - ln
2. π .0,5.20 0,15
11

= 0.0021 ml menit-1 cm-2


4.87 0.00442
Menit ke 15  Papp = - ln
2. π .0,5.20 0,15
= 0.0133 ml menit-1 cm-2
4.87 0.0058
Menit ke 30  Papp = - ln
2. π .0,5.20 0,15
= 0.0103 ml menit-1 cm-2
4.87 0.0059
Menit ke 40 Papp = - ln
2. π .0,5.20 0,15
= 0.0101 ml menit-1 cm-2
4.87 0.00474
Menit ke 50 Papp = - ln
2. π .0,5.20 0,15
= 0.0125 ml menit-1 cm-2
4.87 0.00864
Menit ke 60 Papp = - ln
2. π .0,5.20 0,15
= 0.0060 ml menit-1 cm-2
3.2 Untuk pH 7,5
3.2.1 Tikus 1
4.87 0.00013
Menit ke 0  Papp = - ln
2. π .0,5.15 .5 0,15
= 0.0989 ml menit-1 cm-2
4.87 0.0015
Menit ke 5  Papp = - ln
2. π .0,5.15 .5 0,15
= 0.0646 ml menit-1 cm-2
4.87 0.0127
Menit ke 10 Papp = - ln
2. π .0,5.15 .5 0,15
= 0.0342 ml menit-1 cm-2
4.87 0.0159
Menit ke 15 Papp = - ln
2. π .0,5.15 .5 0,15
= 0.0315 ml menit-1 cm-2
4.87 0.0182
Menit ke 30 Papp = - ln
2. π .0,5.15 .5 0,15
= 0.0296 ml menit-1 cm-2
4.87 0.0170
Menit ke 45 Papp = - ln
2. π .0,5.15 .5 0,15
= 0.0305 ml menit-1 cm-2
12

4.87 0.0186
Menit ke 60 Papp = - ln
2. π .0,5.15 .5 0,15
= 0.0293 ml menit-1 cm-2
3.2.2 Tikus 2
4.87 0.0001
Menit ke 0  Papp = - ln
2. π .0,6 .15.5 0,15
= 0.0824 ml menit-1 cm-2
4.87 0.0144
Menit ke 5  Papp = - ln
2. π .0,6 .15.5 0,15
= 0.0274 ml menit-1 cm-2
4.87 0.0142
Menit ke 10 Papp = - ln
2. π .0,6 .15.5 0,15
= 0.00276 ml menit-1 cm-2
4.87 0.0131
Menit ke 15 Papp = - ln
2. π .0,6 .15.5 0,15
= 0.0285 ml menit-1 cm-2
4.87 0.0175
Menit ke 30 Papp = - ln
2. π .0,6 .15.5 0,15
= 0.0251 ml menit-1 cm-2
4.87 0.0138
Menit ke 45 Papp = - ln
2. π .0,6 .15.5 0,15
= 0.0279 ml menit-1 cm-2
4.87 0.0159
Menit ke 60 Papp = - ln
2. π .0,6 .15.5 0,15
= 0.0263 ml menit-1 cm-2
Tabel 3. Perhitungan kadar dan Papp pH 1,2
Kadar (mg/mL) Papp (mL menit-1 cm-2)
Menit ke-
Tikus 1 Tikus 2 Tikus 1 Tikus 2
0 -0.62 x 10-2 0.02 x 10-2 - 0.0469
5 0.248 x 10-2 0.281 x 10-2 0.0446 0.0182
10 0.369 x 10-2 1.238 x 10-2 0.0403 0.0209
15 0.447 x 10-2 0.442 x 10-2 0.0381 0.0132
-2 -2
30 0.248 x 10 0.580 x 10 0.0446 0.0103
-2 -2
40 0.678 x 10 0.590 x 10 0.0337 0.0101
50 0.591 x 10-2 0.474 x 10-2 0.0352 0.0125
13

60 0.647 x 10-2 0.864 x 10-2 0.0342 0.006


Tabel 4. Perhitungan kadar dan Papp pH 7,5
Kadar (mg/mL) Papp (mL menit-1 cm-2)
Menit ke-
Tikus 1 Tikus 2 Tikus 1 Tikus 2
0 0.013 x 10-2 0.013 x 10-2 0.0989 0.0824

5 0.150 x 10-2 1.438 x 10-2 0.0646 0.0274

10 1.267 x 10-2 1.418 x 10-2 0.0347 0.0275

15 1.591 x 10-2 1.307 x 10-2 0.0315 0.0285

30 1.823 x 10-2 1.751 x 10-2 0.0297 0.0251

45 1.704 x 10-2 1.384 x 10-2 0.0306 0.0279

60 1.860 x 10-2 1.585 x 10-2 0.0293 0.0263

Gambar 1. Grafik Waktu vs Kadar Obat pada Buffer pH 1,2


14

Gambar 2. Grafik Waktu vs Papp pada Buffer pH 1,2

Gambar 3. Grafik Waktu vs Kadar Obat pada Buffer pH 7,5


15

Gambar 4. Grafik Waktu vs Papp pada Buffer pH 7,5


16

D. Pembahasan

Pada percobaan kali ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh pH terhadap


absorbsi obat yang diabsorbsi melalui difusi pasif dan percobaan dilakukan secara in
situ. Difusi didefinisikan sebagai proses transfer massa molekul tunggal suatu senyawa
yang terjadi karena gerakan molekul acak yang diakitkan dengan gaya dorong seperti
gradien konsentrasi (Sinko, 2006). Percobaan ini dilakukan secara in situ didasarkan
atas penentuan kecepatan hilangnya obat dan lumen usus halus setelah larutan obat
dengan kadar tertentu dilewatkan/dialirkan melalui lumen usus halus tersebut secara
perfusi dengan kecepatan tertentu. Cara ini dikenal pula dengan nama teknik perfusi,
yaitu usus dilubangi untuk jalur masuknya kanul pada bagian ujung atas usus (±15 cm
dari lambung) untuk masuknya sampel uji dan dilubangi pula usus pada bagian
bawahnya (±20cm setelah lubang pertama) untuk keluarnya cairan sampel uji tersebut.

Bahan obat yang akan dipakai pada percobaan kali ini adalah asam salisilat yang
dibuat larutan pada pelarut dapar fosfat pH 1,2 dan 7,5 (khusus untuk kami C-2
menggunakan dapar yang pH 1,2). Asam salisilat memiliki berat molekul 138,1 g/mol
(Clarke, 2011) dengan sifat kimia antara lain berbentuk serbuk pada suhu ruang,
berwarna putih, kristal berbulu/bersisik, titik leleh pada 159 oC, larut 1 bagian dalam 550
bagian air atau 4 bagian etanol atau 45 bagian kloroform atau 3 bagian eter (Demme et
al., 2005).

Gambar 5. Struktur asam salisilat (Clarke, 2011)

Adapun tahapan - tahapan yang dilakukan dalam percobaan kali ini, yaitu pertama
disiapkan seluruh alat dan bahan yang akan dipakai. Alat – alat yang akan dipakai
antara lain kanula 1 set, timer/jam, spuit injeksi, timbangan hewan uji, alat
bedah/operasi, pompa peristaltic, alat gelas lazim, ultrasonic bath, dan spektrofotometer
UV. Bahan – bahan yang dipakai antara lain larutan dapar fosfat pH 1,2; larutan obat
dalam dapar fosfat pH 1,2; larutan NaCl 0,9% b/v, larutan uretan 40% steril, dan hewan
17

uji berupa tikus putih jantan dewasa. Digunakan hewan uji berupa tikus dikarenakan
proses percobaan ini dilakukan secara in situ.

Pada percobaan ini, cairan sampel uji yang digunakan adalah larutan asam salisilat
dalam buffer fosfat pH 1,2. Sampel uji tersebut dibuat dengan cara ditimbang 150mg
asam salisilat dengan neraca analitik, dimasukkan kedalam labu ukur 1000 mL secara
hati-hati. Kemudian dilarutkan dengan buffer fosfat pH 1,2 sampai tepat 1000 mL (atau
sampai batas garis). Dilarutkan secara perlahan yakni dengan cara penambahan sedikit
demi sedikit sambil digojog perlahan. Kemudian setelah tepat garis, labu tersebut
disonikasi hingga terlarut sempurna dalam ultrasonic bath.

Sembari membuat larutan sampel uji, dipreparasi hewan uji yang akan digunakan.
Yakni dengan cara menimbang 2 hewan uji (tikus putih) satu demi satu dengan
timbangan yang kemudian dicatat berat badan hewan uji tersebut. Selanjutnya dihitung
volume zat anastesi (larutan uretan 40% steril) yang akan diberikan. Selanjutnya
dilakukan anestesi secara perkutan pada hewan uji dan dibiarkan hingga 1 jam hingga
lemas/pingsan. Proses ini dilakukan untuk mengurangi rasa sakit yang akan dialami oleh
hewan uji dikarenakan pada tahapan selanjutnya akan dilakukan proses pembedahan
yang tidak dibolehkan hewan uji sampai mengalami kematian. Namun selama 1 jam
menunggu, hewan uji yang telah dipejankan zat anestesi tidak kunjung lemas sehingga
dilakukan kembali pemejanan subkutan dengan dosis yang sama dan ditunggu hingga
hewan uji mengalami lemas. Lemas/pingsan disini dapat diketahui dengan cara
membalikan badan hewan uji, hewan uji yang tidak dapat membalikan badannya
mengindikasikan zat anestesi telah berefek optimal.

Setelah hewan uji dan sampel uji telah disiapkan, selanjutnya dilakukan proses
pembedahan hewan uji dengan cara meletakan hewan uji yang telah lemas pada papan
fiksasi dan diikatkan pada ke-4 kakinya dengan menggunakan benang. Diregangkan
benang menggunakan jarum yang telah tersedia untuk memudahkan praktikan dalam
melakukan pembedahan. Pembedahan dilakukan dengan membuka rongga perutnya
menurut arah linea mediana dengan gunting bedah secara hati-hati. Kemudian dicari
bagian lambung hewan uji dengan menggunakan pinset secara perlahan-lahan. Setelah
menemukan organ lambung, diukur 15 cm ke bagian usus dengan cara menyelusuri
benang yang telah dipotong sebelumnya (15 cm) secara hati-hati. Pada ujung 15 cm
18

tersebut dibutakn lubang untuk masuknya selang sedemikian rupa sehingga ujung
selang didalam usus mengarah ke bagian anal. Kemudian diikatkan selang yang
dilapisis usus tersebut dengan benang secara hati-hati dan kuat sehingga saat
menjalankan mesin pompa nanti tidak lepas.

Sembari memasukan ujung selang kedalam usus halus tersebut, dilakukan pula
pengukuran benang dengan panjang 20 cm. Benang disini akan dipakai dalam
mengukur panjang usus yang akan dipakai dalam percobaan. Setelah benang disiapkan,
diukur usus sepanjang 20 cm dengan menggunakan benang tadi dengan cara disusuri
usus tersebut secara perlahan dan hati-hati. Sebisa mungkin hindari perobekan lapisan
lemak yang melilit usus hewan uji. Hal ini dikarenakan pada lapisan lemak tersebut
terdapat pembuluh – pembuluh darah yang fungsinya untuk menyerap sampel obat
masuk kedalam darah. Bila jaringan lemak tersebut dirobek terlalu banyak,
dikhawatirkan data yang diperoleh dari hasil percobaan tidak menggambarkan absorbsi
obat dalam usus halus hewan uji secara in situ.

Selanjutnya dilubangi usus lagi dengan jarak yang telah diukur tersebut yang
kemudian dimasukan ujung selang yang lain sedemikian rupa sehingga kedua selang
saling berhadapan. Diikat selang yang dilapisi usus tersebut dengan menggunakan
benang secara hati-hati dan kuat untuk menghindari lepasnya selang dari usus. Pada
selang pertama dihubungkan dengan reservoir dengan pompa yang memompakan
larutan yang akan masuk kedalam usus. Pada selang kedua diletakkan pada
wadah/tempat pembuangan untuk menampung maupun membuang cairan yang
dimasukkan kedalam usus hewan uji tersebut.

Setelah selang dipasangkan semuanya, dinyalakan pompa peristaltik tersebut


untuk memompokan cairan yang masuk kedalam usus dengan diatur pada kecepatan
aliran 5 cc per menit. Kecepatan tersebut diasumsikan setara dengan kecepatan optimal
yang dibutuhkan untuk tidak merusak lapisan epitel usus halus hewan uji. Pada bagian
pertama dipompakan terlebih dahulu dapar fosfat pH 1,2 tanpa bahan obat, hal ini
dilakukan untuk membersihkan usus halus dari berbagai kotoran yang dapat
mengganggu jalannya praktikum. Dialiri terus menerus hingga cairan yang keluar dari
selang kedua berwarna bening jernih atau tidak keruh. Keruh disini mengindikasi
adanya kotoran atau sisa – sisa makana hewan uji yang belum tercerna secara sempurna.
19

Setalah jernih cairan yang keluar dari selang kedua, cairan tersebut ditampung dalam
wadah (tabung reaksi) untuk dijadikan blanko sampel percobaan.

Kemudian setelah diperoleh blanko sampel, larutan dapar forfat yang tidak
mengandung obat tersebut digantikan dengan larutan sampel uji yang terdiri dari dapar
fosfat pH 1,2 dengan didalamnya telah mengandung bahan obat (asam salisilat) secara
cepat dan dengan kecepatan pompa yang sama. Diambil cuplikan cairan yang keluar
dari pompa kedua pada menit ke 0, 5, 10, 20, 30, 40, 50, dan 60. Volume yang diambil
adalah sebanyak 2-3 mL secara konstan.

Selanjutnya sampel cuplikan yang telah diambil tersebut diambil 1 mL saja dan
ditaruh dalam wadah berupa conical tube. Kemudian ditambahkan ZnSO4 sebanyak 2
mL pada tabung reaksi dengan menggunakan pipet ukur dan ditambahkan pula Ba(OH) 2
sebanyak 2 mL pada conical tube yang sama. Tujuan penambahan tersebut untuk
mengoptimasi larutan cuplikan sehingga kotoran yang menggangu dapat mengendap
bersama dengan garam yang terbentuk dari 2 pereaksi tersebut.

Setelah ditambahkan kedua pereaksi tersebut, dilakukan sentrifugasi selama 10


menit hingga seluruh garam yang terbentuk dapat mengendap kebawah. Diambil
supernatannya dan diukur kadar asam salisilat yang terdapat pada cuplikan tersebut
dengan menggunakan spektrofotometer UV. Panjang gelombang yang dipakai adalah
239nm karena pada panjang gelombang tersebut asam salisilat memberikan absorbansi
tertinggi dalam pelarut berupa larutan dapat fosfat pH 1,2.

Dari praktikum yang telah dilaksanakan, terdapat beberapa data yang didapatkan,
diantaranya yaitu nama bahan obat (asam salisilat), medium (buffer fosfat pH 1,2 dan
pH 7,5), berat tikus (pH 1,2 (127 gram dan 107 gram) dan pH 7,5 (140 gram dan 140
gram)), panjang usus (untuk pH 1,2 masing-masing tikus 20 cm, dan untuk pH 7,5
masing masing 15,5), diameter usus (pH 1,2 (1 cm dan 2 cm) dan pH 7,5 (1 cm dan 1,2
cm)), lama alir larutan obat (60 menit), kecepatan alir (4,87 mL/menit), kemudian data
penentuan kadar secara spektrofotometri (panjang gelombang (pH 1,2 pada λ 239 nm
dan pH 7,5 pada λ 233 nm) dan persamaan kurva baku (pH 1,2 yaitu y =0,594x + 0,017
dan pH 7,5 yaitu y=0,469x – 0,0062)). Pada kelompok ini dilakukan hanya pada pH 1,2
sedangkan untuk pH 7,5 dilakukan oleh kelompok lain.
20

Buffer Fosfat pH 1,2


Dibaca absorbansinya pada λ 239 nm masing-masing tikus pada menit ke-5, 10,
15, 30, 40, 50, dan 60 serta blanko. Secara berurutan absorbansi yang terbaca sebagai
berikut : -0.02; 0.029 | 0,165; 0,185 | 0,237; 0,756 | 0,284; 0,281 | 0,165; 0,363 | 0,422;
0,369 | 0.370; 0.300 | 0,403; 0,533.
Kemudian dari absorbansi yang didapat, dihitung kadarnya menggunakan
persamaan kurva baku y = 0.597x + 0.017, sehingga rumus untuk mendapatkan kadar
yaitu
y−0.017
x= dimana  y = Absorbansi
0.594
x = kadar ( mg% atau mg/100ml)
Kadar sesungguhnya = x . fp (faktor pengenceran)
Dari persamaan tersebut didapatkan kadar untuk tikus pertama (mg/mL) yaitu
-0.62 x 10-2 (menit ke-0); 0.248 x 10-2 (menit ke-5); 0.369 x 10-2 (menit ke-10); 0.447 x
10-2 (menit ke-15); 0.248 x 10-2 (menit ke-30); 0.678 x 10-2 (menit ke-40); 0.591 x 10-2
(menit ke-50); 0.647 x 10-2 (menit ke-60). Sedangkan untuk tikus kedua didapatkan
kadar (mg/mL) yaitu 0.02 x 10-2 (menit ke-0); 0.281 x 10-2 (menit ke-5); 1.238 x 10-2
(menit ke-10); 0.442 x 10-2 (menit ke-15); 0.580 x 10-2 (menit ke-30); 0.590 x 10-2
(menit ke-40); 0.474 x 10-2 (menit ke-50); 0.864 x 10-2 (menit ke-60).
Setelah didapatkan kadar, langkah selanjutnya yaitu perhitungan Papp. Papp
menunjukkan tingkat permeabel dan membran, jadi semakin tinggi nilainya, maka
waktu obat di dalam membran untuk absorbsi semakin lama, sebaliknya jika nilainya
rendah, maka obat akan cepat keluar dan efek yang diinginkan tidak tercapai karena
cepat terabsorbsi.
Perhitungan Papp menggunakan rumus sebagai berikut:
Q C
Papp ¿− ln 1 dimana  Papp : tetapan permeabilitas semu (ml menit-1 cm-2)
2. π .r . l C 0
Q : kecepatan alir obat (ml/menit)
r : jari-jari penampang lintas intestin (cm)
l : panjang usus (cm)
C1 : kadar larutan obat setelah dialirkan melalui
lumen intestine sepanjang 1 cm
21

C0 : kadar larutan obat mula-mula (75mg/500ml


atau 0,15 mg/ml)
Dari persamaan tersebut didapatkan Papp untuk tikus pertama (mL menit-1 cm-2)
yaitu - (menit ke-0); 0.0446 (menit ke-5); 0.0403 (menit ke-10); 0.0381 (menit ke-15);
0.0446 (menit ke-30); 0.0337 (menit ke-40); 0.0352 (menit ke-50); 0.0342 (menit ke-
60). Sedangkan untuk tikus kedua didapatkan Papp (mL menit -1 cm-2) yaitu 0.0469
(menit ke-0); 0.0182 (menit ke-5); 0.0209 (menit ke-10); 0.0132 (menit ke-15); 0.0103
(menit ke-30); 0.0101 (menit ke-40); 0.0125 (menit ke-50); 0.006 (menit ke-60). Oleh
sebab itu, Papp yang tertinggi pada tikus pertama yaitu 0,0466 mL menit -1 cm-2 pada
menit ke-5 dan 30, sedangkan untuk tikus kedua yaitu 0,0469 mL menit -1 cm-2 pada
menit ke-0.
Buffer Fosfat pH 7,5
Dibaca absorbansinya pada λ 233 nm masing-masing tikus pada blanko, menit
ke-5, 10, 15, 30, 45, dan 60. Secara berurutan absorbansi yang terbaca sebagai berikut :
0; 0 | 0,064; 0,668 | 0,588; 0,659 | 0,740; 0,607 | 0,849; 0,815 | 0,793; 0,643 | 0.866;
0.737.
Kemudian dari absorbansi yang didapat, dihitung kadarnya menggunakan
persamaan kurva baku y = 0.597x + 0.017, sehingga rumus untuk mendapatkan kadar
yaitu
y−0.017
x= dimana  y = Absorbansi
0.594
x = kadar ( mg% atau mg/100ml)
Kadar sesungguhnya = x . fp (faktor pengenceran)
Dari persamaan tersebut didapatkan kadar untuk tikus pertama (mg/mL) yaitu
0.013 x 10-2 (menit ke-0); 0.150 x 10-2 (menit ke-5); 1.267 x 10-2 (menit ke-10); 1.591 x
10-2 (menit ke-15); 1.823 x 10-2 (menit ke-30); 1.704 x 10-2 (menit ke-45); 1.860 x 10-2
(menit ke-60). Sedangkan untuk tikus kedua didapatkan kadar (mg/mL) yaitu 0.013 x
10-2 (menit ke-0); 1.438 x 10-2 (menit ke-5); 1.418 x 10-2 (menit ke-10); 1.307 x 10-2
(menit ke-15); 1.751 x 10-2 (menit ke-30); 1.384 x 10-2 (menit ke-45); 1.585 x 10-2
(menit ke-60).
Setelah didapatkan kadar, langkah selanjutnya yaitu perhitungan Papp. Papp
menunjukkan tingkat permeabel dan membran, jadi semakin tinggi nilainya, maka
waktu obat di dalam membran untuk absorbsi semakin lama, sebaliknya jika nilainya
22

rendah, maka obat akan cepat keluar dan efek yang diinginkan tidak tercapai karena
cepat terabsorbsi.
Perhitungan Papp menggunakan rumus sebagai berikut:
Q C
Papp = - ln 1 dimana  Papp : tetapan permeabilitas semu (ml menit-1 cm-2)
2. π . r . l C0
Q : kecepatan alir obat (ml/menit)
r : jari-jari penampang lintas intestin (cm)
l : panjang usus (cm)
C1 : kadar larutan obat setelah dialirkan melalui
lumen intestine sepanjang 1 cm
C0 : kadar larutan obat mula-mula (75mg/500ml
atau 0,15 mg/ml)
Dari persamaan tersebut didapatkan Papp untuk tikus pertama (mL menit-1 cm-2)
yaitu 0.0989 (menit ke-0); 0.0646 (menit ke-5); 0.0347 (menit ke-10); 0.0315 (menit ke-
15); 0.0297 (menit ke-30); 0.0306 (menit ke-45); 0.0293 (menit ke-60). Sedangkan
untuk tikus kedua didapatkan Papp (mL menit-1 cm-2) yaitu 0.0824 (menit ke-0); 0.0274
(menit ke-5); 0.0275 (menit ke-10); 0.0285 (menit ke-15); 0.0251 (menit ke-30); 0.0279
(menit ke-45); 0.0263 (menit ke-60). Oleh sebab itu, Papp yang tertinggi pada tikus
pertama yaitu 0,0989 mL menit-1 cm-2 pada menit ke-0, sedangkan untuk tikus kedua
yaitu 0,0824 mL menit-1 cm-2 pada menit ke-0.
Dari perhitungan tersebut, jika dibandingkan diantara pH 1,2 dan pH 7,5 maka
Papp pH 7,5 lebih tinggi. Hal ini tidak sesuai teori, karena obat bersifat asam jika berada
dalam lingkungan basa, obat menjadi terion, sehingga banyak obat yang terekskresi,
akibatnya sedikit saja yang terabsorbsi. Sebaliknya, jika obat bersifat asam berada di
lingkungan asam, maka obat tidak terionkan, sehingga banyak obat yang terabsorbsi.
Berdasarkan teori tersebut, hasil yang ada dalam praktikum tidak sesuai.
23

E. Kesimpulan
1. Pada pH 1,2; kadar tertinggi pada menit ke-40 yaitu 0.678 x 10-2 (tikus
pertama) dan pada menit ke-10 yaitu 1.238 x 10-2 (tikus kedua).
2. Pada pH 7,5; kadar tertinggi pada menit ke-60 yaitu 1.860 x 10-2 (tikus
pertama) dan pada menit ke-30 yaitu 1.751 x 10-2 (tikus kedua).
3. Pada pH 1,2; Papp yang tertinggi pada tikus pertama yaitu 0,0466 mL menit -1
cm-2 pada menit ke-5 dan 30, sedangkan untuk tikus kedua yaitu 0,0469 mL
menit-1 cm-2 pada menit ke-0.
4. Pada pH 7,5; Papp yang tertinggi pada tikus pertama yaitu 0,0989 mL menit -1
cm-2 pada menit ke-0, sedangkan untuk tikus kedua yaitu 0,0824 mL menit -1
cm-2 pada menit ke-0.
24

F. Daftar Pustaka
Clarke, 2011, Clarke’s Analysis of Drugs and Poisons, 4th edition, Pharmaceutical
Press, London & Chicago.
Demme, U., et al., 2005, Systematic evaluation of 1-chlorobutane for liquid–liquid
extraction of drugs, Proceedings of the 12th TIAFT, Seoul, pp481–486.
Sinko, P. J., 2006, Martin’s Physical Pharmacy and Pharmaceutical Science, 5th
edition, Lippincott Williams & Wilkins, USA.

Yogyakarta, 23 November 2016


Asisten koreksi Praktikan

Naufa Hanif
FA/10061

Fauzan Azima
FA/10064

Rohmad Fauzi M.
FA/10067

Anathapindika K.
FA/10070

Anda mungkin juga menyukai