KELOMPOK 1 2K1:
ADINDA AMALIANINGRUM 18020004
ADIRA NAUFAL RACHMAT 18020005
ALFINA PUTRI PERTIWI 18020012
ALLYARISNA NOVIA R 18020014
Membuat zat warna alam dari eksrak bunga rosella ungu lalu diaplikasikan
pada pencelupan kain kapas metode exhaust dengan variasi suhu dan pH.
1.2. Tujuan
2. Kerangka Pemikiran
2.1. Teori Pendekatan
a. Kapas
Serat kapas dihasilkan dari rambut biji tanaman Gossypium. Analisa
menunjukkan bahwa serat kapas tersusun atas selulosa. Selulosa (C6H10O5)n
merupakan polimer linier yang tersusun dari kondensasi molekul glukosa
(C6H12O6). Derajat polimerisasi selulosapada kapas kira-kira 10.000 dengan berat
molekul kira-kira 1.500.000. Dinding sekunder serat terdiri dari selulosa murni
dan dinding primer juga mengandung selulosa. Pada setiap molekul glukosa
terdapat 3 gugus reaktif hidroksil (OH) yang mempunyai kemampuan untuk
mengikat molekul air/zat kimia.
b. Zat Warna
Zat warna adalah hal yang paling penting untuk proses pada tekstil
khususnya pada proses pencapan dan pencelupan, dan penggunaan zat warna
alam banyak digunakan pada awalnya. Akan tetapi, karena terbatasnya jumlah
dan sifat dari zat warna alam tersebut maka banyak orang yang menggunakan zat
warna sintetik untuk meminimalisir kekurangan yang terdapat pada zat warna
alam.
Zat warna alami adalah zat warna yang diperoleh dari alam atau tumbuhan
baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara tradisional zat warna alami
diperolah dengan ekstraksi atau perebusan tanaman yang ada disekitarnya. Bagian-
bagian tanaman yang dapat dipergunakan untuk zat warna alami adalah kulit,
ranting, daun, akar, bunga, biji atau getah. (Fitrihana, 2007).
Kingdom : Plantae(tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta(berpembuluh)
Superdivisio : Spermatophyta(menghasilkanbiji)
Divisio : Magnoliophyta(berbunga)
Kelas : Magnoliopsida(berkepingdua/dikotil)
Sub-kelas : Dilleniidae
Ordo : Malvales
Familia : Malvaceae(sukukapas-kapasan)
Genus : Hibiscus
Spesies : Hibiscus sabdariffa L (Comojime, 2008).
Rosella mempunyai nama ilmiah “Hibiscus sabdarifa linn” merupakan
anggota famili Malvaceae. Rosella dapat tumbuh baik di daerah beriklim tropis
dan sub tropis. Tanaman ini mempunyai habitat asli di daerah terbentang dari
India hingga Malaysia. Saat ini rosella telah tersebar luas di seluruh daerah
tropis maupun sub trobis. Rosella memiliki nama berbeda-beda di setiap negara.
Rosella merupakan herba tahunan yang bisa mencapai ketinggian 0,5 – 3
meter. Batangnya bulat, tegak, berkayu dan berwarna merah. Daunnya tunggal,
berbentuk bulat telur, pertulangannya menjari, ujung tumpul namun bergerigi,
pangkal berlekuk, panjang daun 6-15 cm dan lebarnya 5-8 cm, tangkai daun
bulat berwarna hijau.(Anonim , 2009)
Bagian bunga yang dapat dimanfaatkan sebagai zat warna adalah
kelopaknya. Kandungan penting yang terdapat dalam kelopak bunga rosella
adalah pigmen antosianin yang membentuk flavonoid yang berperan sebagai
anti oksidan. Flavonoid rosella terdiri dari flavonols dan pigmen antosianin.
Pigmen antosianin ini membentuk warna ungu kemerahan di kelopak bunga
rosella. Antosianin diyakini sebagai antioksidan yang dapat menyembuhkan
berbagai penyakit degeneratif. (Mardiah et al,2009).
d. Antosianin
f. Polifenol
Polifenol adalah kelompok zat kimia yang ditemukan pada tumbuhan. Zat ini
memiliki tanda khas yakni memiliki banyak gugus fenol dalam molekulnya.
Polifenol berperan dalam memberi warna pada suatu tumbuhan.
Struktur Polifenol
g. Mordanting
Mordanting adalah bagian dari proses pewarnaan dengan zat warna alam
karena akan menentukan berhasil tidaknya proses pewarnaan. Proses mordanting
harus dilakukan secara akurt dan hati-hati supaya dihasilkan warna yang stabil.
Proses mordanting juga dimaksudkan untuk meningkatkan daya tarik zat warna
alam terhadap bahan tekstil serta berguna untuk menghasilkan kerataan dan
ketajaman warna yang baik. Mordanting dibutuhkan untuk menghasilkan warna
yang permanen. Sebagian besar pewarnaan dengan zat warna alam akan mudah
luntur sehingga diperlukan proses terlebih dahulu dengan mordating. Garam logam
akan mengikat secara kimia zat pembawa warna yang ada pada zat warna alam lebih
mudah larut dan mudah bereaksi dengan kain. (Sulistiyani,2015)
h. Ekstraksi
Ekstraksi merupakan suatu proses pemisahan kandungan senyawa kimia dari
jaringan tumbuhan ataupun hewan dengan menggunakan penyari tertentu. Ekstrak
adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan cara mengekstraksi zat aktif dengan
menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut
diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian, hingga
memenuhi baku yang ditetapkan.
Ekstraksi bertujuan untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat
dalam simplisia. Ekstraksi didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat
ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka,
kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut. Proses pengekstraksian komponen
kimia dalam sel tanaman yaitu pelarut organik akan menembus dinding sel dan
masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dalam
pelarut organik di luar sel, maka larutan terpekat akan berdifusi keluar sel dan
proses ini akan berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentras
cairan zat aktif di dalam dan di luar sel. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
laju ekstraksi adalah tipe persiapan sampel, waktu ekstraksi, kuantitas pelarut, suhu
pelarut, dan tipe pelarut (Depkes RI 1995).
i. Pencelupan
Menurut teori pencelupan perpindahan zat warna dari larutan ke dalam serat
terjadi secara bertahap yaitu:
1. Zat warna absorbsi pada permukaan serat
2. Difusi dari permukaan serat ke dalam serat
3. Pengikatan zat warna di dalam serat
Jumlah zat warna yang dapat diikat oleh serat dibatasi oleh banyaknya
tempat-tempat yang dapat diisi oleh zat warna. Sebelum zat warna mencapai
tempat-tempat di dalam serat, maka zat warna harus mampu berpenetrasi
pada serat. (Hadiyat,1987)
Mekanisme Pencelupan
Pada proses pencelupan, biasanya terjadi tiga peristiwa penting yaitu:
(1) Migrasi : proses pelarutan zat warna dan mengusahakan agar larutan zat
warna tersebut bergerak menempel pada bahan. Semakin tinggi suhu
larutan zat warna, maka akan semakin cepat gerakan molekul zat warna.
(2) Adsorpsi : proses pendorongan zat warna agar dapat terserap menempel
pada bahan. Pada peristiwa ini molekul zat warna telah memiliki tenaga
yang cukup besar untuk dapat mengatasi gaya-gaya tolak dari
permukaan serat.
(3) Difusi dan Fiksasi : merupakan bagian terpenting dalam proses
pencelupan, yaitu masuknya zat warna dari permukaan bahan kedalam
bahan. Pada peristiwa difusi ini biasanya digunakan sebagai tolok ukur
untuk menentukan kecepatan celup. Setelah difusi kemudian terjadi
fiksasi. (Widihastuti,2014)
2.2. Hipotesis
Kestabilan warna pada senyawa antosianin dipengaruhi oleh suhu dan pH.
Semakin tinggi kenaikan suhu dan pH maka akan terjadi degradasi zat warna yang
menyebabkan hilangnya warna. Semakin rendah pH maka kestabilan warna pada
senyawa antosianin akan tetap terjaga.
3. PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
NO. PENGUJIAN ALAT
1. Neraca
2. Bejana
1. Ekstrasi
3. Kompor Gas
4. Saringan
2. Pembuatan Zat Warna Bubuk 1. Spray Dryer
2. Labu ukur
3. Spektrofotometri Zat Warna
3. Tabung Cuvet
4. Neraca Analitik
5. Spektrofotometer
6. Botol Semprot
1. Bejana
2. Kompor Gas
3. Pengaduk
Aplikasi Pencelupan pada Kain
4. 4. Termometer
sutera
5. Stopwatch
6. Gunting
7. Neraca
1. Launderometer/Lini Test
2. Gray Scale dan Staining
5. Evaluasi Kain Scale
3. Meja yang dilengkapi Lampu
4. Crockmeter
3.2 Resep
3.2.1 Resep Pencelupan Tanpa Mordan
a. pH Asam
Zat Warna =x%
Asam asetat 30% = 2-3 tetes (pH 5)
NaCl = 20 g/l
Suhu = suhu kamar, 50oC, 70oC, 90 oC
Waktu = 30 menit
Vlot = 1:20
b. pH Netral
Zat Warna =x%
NaCl = 20 g/l
Suhu = suhu kamar, 50oC, 70oC, 90 oC
Waktu = 30 menit
Vlot = 1:20
3.2.2 Resep Celup-Mordan
a. Variasi Tawas
Tawas (Al2SO3) = 3 g/l
NaCl = 10 g/l
Suhu = 70oC
Waktu = 30 menit
Vlot = 1:50
b. Variasi Kationik Fixing Agent
Kationik Fixing Agent = 3 g/l
NaCl = 10 g/l
Suhu = 70oC
Waktu = 30 menit
Vlot = 1:50
3.3 Diagram
a. Pembuatan zat warna
Ekstraksi bunga rosela
Homogenkan filtrat
Panaskan
Saring
Masukkan dalam spray dryer
Diperoleh panjang
gelombang maksimum, nilai
absorbansi larutan
Didapat
konsentrasi zat
warna
c. Aplikasi pencelupan pada kain kapas
Persiapkan alat dan
bahan
Potong kain 5 x 10 cm
Lakukan pencelpan
variasi Celup-
Mordan
Pencucian
Pengeringan
Evaluasi warna:
λ maksimum
Ketuaan
Kerataan
Lab
30oC
Waktu (menit)
30’
b. Suhu 50oC
( oC)
50 oC
Waktu (menit)
30’
c. Suhu 70oC
( oC)
70 oC
Waktu (menit)
30’
d. Suhu 90oC
( oC)
90 oC
Waktu (menit)
30’
5. Prosedur Kerja
5.1 Ekstraksi Zat Warna
1) Bunga rosella di potong-potong menjadi ukuran yang relative kecil.
2) Kemudian dikeringkan (dijemur).
3) Bunga rosella yang sudah keringkan kemudian di timbang sesuai
kebutuhan bahan dan direbus dalam air.
4) Bunga rosella direbus sampai warna yang terdapat dari bunga rosella
keluar sesuai dengan yang diinginkan dan jumlah air menjadi ½ dari
semula.
5) Saring untuk memisahkan ekstrak dan ampas.
6) Hasil ekstraksi dipindahkan pada gelas ukur
7) Hasil ekstraksi di spray dryer
5.2 Pencelupan
1) Pencelupan
- Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
- Timbang kain kapas.
- Semua kebutuhan zat yang di hitung sesuai resep, kemudian buat
larutan untuk pencelupan.
- Masukkan kain ke dalam larutan, kemudian panaskan hingga suhu
mencapai 70°C selama 30 menit.
- Angkat dan cuci bersih.
2) Celup-Mordan
- Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
- Timbang kain kapas.
- Semua kebutuhan zat yang dihitung sesuai resep, kemudian buat
larutan untuk mordan.
- Masukkan kain ke dalam larutan, kemudian panaskan hingga suhu
mencapai 70°C selama 30 menit.
- Angkat dan cuci bersih.
5.3 Uji Tahan Gosok
1) Kain contoh uji yang telah dicelup dipotong-potong dengan ukuran
5x20 cm dan siapkan potongan kain kapas putih sebagai pembanding.
2) Kemudian kain contoh uji digosok menggunakan alat yang telah
tersedia di laboratorium sebanyak 10x gosokan.
3) Dilakukan dalam keadaan serat kapas kering dan basah.
4) Membandingkan serat kapas yang telah diuji ketahanan gosoknya,
dengan menggunakan staining scale.