Anda di halaman 1dari 11

I.

MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud
Mengetahui pengaruh variasi waktu pada pengurangan berat dan daya serap
Tujuan
Untuk menghilangkan kandungan serisin pada kain sutera agar memudahkan untuk
proses selanjutnya
II. DASAR TEORI
2.1 Serat Sutera
Sutera adalah sejenis serat yang dihasilkan dari sejenis serangga. Produksi kokon
untuk diambil filamennya disebut sericulture. Ulat sutera yang dipelihara di rumah-rumah
petani umumnya merupakan ulat sutera yang sudah dibiakkan dari jenis bombyx mori
yang tergolong lepidoptera bombycidea. Percobaan-percobaan telah membuktikan
bahwa kokon dari bombyx mori satu species dari ulat sutera dapat menghasilkan sutera
mentah dengan kualitas terbaik.
Ulat sutera terdiri dari berbagai jenis, tetapi pada umumnya digolongakan sebagai
berikut :
1. Jenis Ulat sutera berdasarkan macam makanannya

Jenis Sutera Alam Nama Ulat Sutera Makanannya


1. Sutera Murbei Ulat sutera Murbei Murbei (Morus Alba,
(Bombyx Mori L) Morus Indika,dll)
Kel. Bombycidea
2. Sutera Tasar Ulat Sutera Tasar Asam (Terminallia
(Antheraea Mylitta) Tomentosa)
Ulat Sutera Oak Oak
Tasae
3. Sutera Eri (Antheraea proylei) Jarak (Ricinus
Ulat Sutera Eri Communis)
Ketela Pohon
4. Muga (Manihot Utilisima)
Ulat Sutera Muga Manshilus
(Antheraea Bombycina
Assamensis)

Tabel 1. Jenis Ulat sutera berdasarkan makanannya


Species utama yang dipelihara untuk menghasilkan sutera yang dikenal di
dunia pertekstilan sebagai “sutera alam murbei” adalah Bombyx Mori. Sutera
alam tersebut meliputi 95 % dari produksi sutera dunia dari keturunan Bivoltine
dan Polyvoltine
2. Jenis ulat sutera berdasarkan keturunannya
Bombyx Mori atau ulat sutera pemakan daun murbei yang banyak dipelihara
di seluruh dunia memberikan keturunan yang berbeda sehingga dapat
digolongkan sebagai berikut :
a. Monovoltine atau univoltine
Ulat sutera yang mempunyai generasi satu kali setiap tahun dari sejak telur
sampai menetas

b. Bivoltine
Ulat sutera yang mempunyai generasi dua kali dalam setahun, dalam
keadaan biasa

c. Tetravoltine
Ulat sutera yang mempunyai generasi empat kali

d. Polyvoltine
Ulat sutera yang mempunyai generasi enam kali dalam setahun

Berdasarkan penelitian terbukti bahwa turunan dari persilangan


menghasilkan kupu-kupu dan kepompong yang lebih besar dari pada induknya
dengan aktivitas visiologis yang tinggi. Oleh sebab itu ulat sutera yang dibiakkan
dirumah-rumah petani adalah turunan pertama dari persilangan yang
pembibitannya diatur oleh pemerintah.

3. Jenis ulat sutera berdasarkan tempat asal


Ulat sutera dapat pula dikelompokkan berdasarkan tempat asal, misalnya :
turunan Jepang, Cina, turunan tropis, dan turunan Eropa. Kokon dari jepang
mempunyai bentuk seperti kacang, kokon dari Cina berbentuk bulat sampai
lonjong, sedangkan dari Eropa berbentuk lonjong.
Berdasarkan perternakan ilmiah, ulat sutera dapat ditetaskan 3 kali dalam
setahun, dalam kondisi alami penetasan terjadi hanya 1 kali dalam setahun
daur hidupnya sebagai berikut :
1. Telur, yang berkembang menjadi larva atau ulat sutera
2. Ulat sutera, yang membentuk kokon sebagai perlindungan dan berubah
menjadi pupa atau kepompong
3. Kepompong, yang terbentuk dari kokon yang akan berubah menjadi
ngengat
4. Ngengat, yang betina bertelur dan berlangsung kontinyu sebagai daur
hidup
2.1.1 Sifat – sifat Sutera Alam
2.1.1.1 Sifat Fisika
 Panjang Serat
Serat sutera merupakan filamen yang panjang, tergantung dari bentuk
kepompong yang dihasilkan.

 Kekuatan derat
Dalam keadaan kering kekuatannya 4 – 4,5 gram/ denier dengan mulur20 – 25
%, dan dalam keadaan basah kekuatannya 3,5 – 4 gram/ denier dengan mulur
25 – 30 %

 Kehalusan serat
Serat sutera merupkan filamen yang kehalusannya antara 1,75 – 4,0 denier

 Moisture regain
Moisture sutera mentah 11 % tetapi setelah dihilangkan serisinnya menjadi 10 %

 Bentuk penampang
Penampang lintang serat sutera bombyx mori berbentuk segitiga dengan sudut-
sudut yang membulat, sedangkan penampang lintang dari serat sutera liar
berbentuk pasak seperti pada gambar dibawah ini.

2.1.1.2 Sifat Kimia


Seperti serat protein lainnya sutera bersifat ampoter menyerap asam dan basa dari
larutan encer. Dibanding wool, sutera kurang tahan terhadap asam tetapi lebih tahan
terhadap alkali. Sutera kurang tahan terhadap zat-zat oksidator dan sinar matahari
dibanding dengan serat selulosa atau serat buatan, tetapi dibandingkan dengan
serat alam lainnya sutera lebih tahan terhadap serangan secara biologis.

2.2 Degumming.
Proses pemasakan sutera atau degumming sutera bertujuan untuk menghilangkan
kandungan serisin dan sedikit lemak pada serat, dimana kandungan serisin dapat
mencapai 25% dari berat bahan. Proses degumming biasanya dilakukan pada serat
filament atau kain sutera. Pada kain, serisin yang ada pada benang lusi dapat
melindungi filament sutera dari gesekan saat ditenun. Berdasarkan hasil penghilangan
serisin, maka filament sutera dibagi atas tiga yaitu :
1. Ecru Silk, mengalami penghilangan serisin 2-5% karena akan dipakai sebagai
benang lusi.
2. Souple Silk, mengalami penghilangan serisin sebagian, kira-kira 8-15%
digunakan untuk benang pakan.
3. Boil Off Silk, mengalami penghilangan serisin sempurna beratnya berkurang 20-
30%.

Pada proses degumming ini pH larutan merupakan factor yang paling penting, karena
sutera akan rusak pada pH tinggi maka proses degumming berlangsung pada pH 9-10.
Pemasakan merupakan proses persiapan yang memegang peranan penting bagi bahan
tekstil karena dengan pemasakan akan memudahkan bahan untuk menyerap zat-zat
yang ada pada proses basah berikutnya. Tujuan pemasakan adalah untuk memperoleh
bahan tekstil yang bersih atau untuk menghilangkan kotoran alami baik berupa lemak,
minyak, pektin, serisin, gum,kulit biji kapas (pada serat selulosa dan protein) dan kotoran
dari luar seperti oli, debu, spinning oil (pada serat sintetik) sehingga meningkatkan daya
serap pada seluruh permukaan bahan secara merata.

Mekanisme proses pemasakan adalah menyabunkan kotoran berupa lemak, oli,


serisin, gum sehingga dapat larut dalam air serta melepaskan kotoran akibat efek
detergensi dari larutan pemasakan dan gerakan mekanik yang diberikan pada bahan.

III. PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
Alat:
1. Beaker gelas
2. Batang pengaduk
3. Timbangan digital
4. Pipet volume
5. Kertas saring
6. Spatula
7. Plastic

Bahan :

1. Contoh uji
2. Zat sesuai resep
3.2 Diagram alir proses
Timbang Bahan

Proses Pemasakan

Pencucian

Pengeringan

Evaluasi kain,%pengurangan
berat, daya serap

3.3 Resep
3.3.1 Proses Degumming

Deterjen : 3 gram/L

Na2CO3 : 2 ml/L

NaHCO3 : 1,8 ml/L

Suhu :100

Waktu : 30,40,50 menit

Vlot : 1:30

3.3.2 Penetralan

(NH4)2SO4 : 1 g/L

Suhu : 50

Waktu : 15 menit

3.4 Fungsi Zat

Deterjen : menyabunkan serisin sehingga dapat larut

Na2CO3 : memberikan suasana pH alkalis, membantu melarutkan serisis


NaHCO3 : untuk larutan buffer

3.5 Skema Proses

Skema proses 30 menit

Skema proses 40 menit

Skema proses 50 menit

Skema proses penetralan


IV. PERHITUNGAN DAN DATA PERCOBAAN
4.1 Perhitungan resep

Zat Erpa Grady Irfan


Deterjen 3 𝑔𝑟𝑎𝑚 3 𝑔𝑟𝑎𝑚 3 𝑔𝑟𝑎𝑚
x 116,536 ml = x 111,664 ml = x 103,552 ml = 0,31
1000 1000 1000
0,34 ml 0,33 ml ml
Na2CO3 2 𝑚𝑙 2 𝑚𝑙 2 𝑚𝑙
1000
x 116,536 ml = 0,2 g 1000
x 111,664 ml = 0,2 1000
x 103,552 ml = 0,2 g
ml
NaHCO3 1,8 𝑚𝑙 1,8 𝑚𝑙 1,8 𝑚𝑙
1000
x 116,536 ml = 0,2 1000
x 111,664 ml = 1000
x 103,552 ml = 0,18 g
g 0,2 g
Kebutuhan Air 116,136 ml 111,239 ml 103,242 ml

Berat Kain 2,9134gram 2,7916 gram 2,5888 gram

4.2 Perhitungan hasil percobaan

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟


Data ∆% pengurangan berat (Erpa) = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙
x 100%
2,9134−2,7363
= 2,9134
x 100%
= 6,07%

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟


Data ∆% pengurangan berat (Grady) = x 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙
2,7916−2,4855
= 2,7916
x 100%
= 10,96%

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟


Data ∆% pengurangan berat (Irfan) = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙
x 100%
2,5888−2,2960
= x 100%
2,5888
= 11,31%

4.3 Data hasil percobaan

No. Data Pengamatan Erpa Grady Irfan


1. Berat Awal 2,9134 gram 2,7916gram 2,5888 gram
2. Berat Akhir 2,7363 gram 2,4855 gram 2,2860 gram
3. % pengurangan BB 6,07 % 10,96 % 11,31%
4. Variasi waktu 30 menit 40 menit 50 menit

Sampel Daya Serap Daya Serap variasi waktu


Awal Akhir
Erpa >60 detik 6 detik 30 menit
Grady >60 detik 5 detik 40 menit
Irfan >60 detik 1 detik 50 menit

V. DISKUSI

Pengaruh Variasi Waktu Terhadap Daya Serap


7
6
6
Daya Serap Akhir ( detik )

5
5

1 1

0
0 10 20 30 40 50 60
Waktu (Menit)

Dari hasil praktikum ini bisa dilihat dalam grafik, semakin lama waktu proses degumming
kain sutera makan serisin yang hilang semakin banyak juga sehingga mengakibatkan
daya serat semakin tinggi begitu juga sebalikya semakin sebentar waktu proses
degumming kain sutera maka serisin yang dihilangkan tidak begitu banyak sehingga
daya serap paling rendah diantara 2 sampel lainnya. Karena serisin sudah tidak
menutupi pori-pori kain sutera sehingga lebih mudah menyerap air.

Pengaruh Variasi Waktu Terhadap % Pengurangan


Berat
12 11.31
10.96
%Pengurangan Berat (%)

10

8
6.07
6

0
0 10 20 30 40 50 60
Waktu (Menit)

Dari grafik diatas dapat dilihat pengurangan berat paling besar terjadi pada waktu proses
degumming yang paling lama yaitu 50 menit dengan pengurangan serisin 11,31%
sedangkan pengurangan berat yang paling sedikit pada proses degumming dengan
waktu yang paling sebentar yaitu 30 menit dengan pengurangan serisin 6,07%.
Berdasarkan penggolongan penghilangan serisin pada filament sutera data dalam grafik
termasuk souple silk mengalami penghilangan serisin sebagian biasanya pada filament
benang pakan

VI. KESIMPULAN
- Daya serap paling tinggi pada waktu proses 50 menit
- Daya serap paling rendah pada waktu proses 30 menit
- %pengurangan berat paling tinggi pada waktu proses 50 menit
- %pengurangan berat paling rendah pada waktu proses 30 menit
- Berdasarkan penggolongan penghilangan serisin, termasuk souple silk
DAFTAR PUSTAKA

Okay Rukaesih, S.Teks, dkk. Petunjuk Praktis REELING KOKON SUTERA, Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Industri Tekstil, 1990/1991
Muhammad Ichwan, dkk. 2004. Pedoman Praktikum Teknologi Persiapan Penyempurnaan.
Bandung : Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.
LAPORAN TEKNOLOGI PERSIAPAN
PENYEMPURNAAN TEKSTIL
PENGARUH VARIASI WAKTU PADA PROSES DEGUMMING SUTERA DENGAN
METODE DETERJEN

Disusun oleh kelompok 6 :

Nama : Erpa Luthfia Hanifah 17020030

Grady Yohan Johananto 17020036

Irfan Zain Mahfuzh 17020043


Grup : 2K2
Dosen : Ir. Elly K,Bk.Teks.,M.Pd
Asisten Dosen : Ikhwanul Muslim, S.ST.,MT
Eka O.,S.ST.,MT

POLITEKNIK STTT BANDUNG


2018

Anda mungkin juga menyukai