Anda di halaman 1dari 9

PENGUJIAN KETAHANAN LUNTUR WARNA TERHADAP PENCUCIAN

(SNI ISO 105-C06:2010)

I. MAKSUD DAN TUJUAN


1.1 Maksud
Menguji ketahanan luntur kain terhadap proses pencucian rumah tangga menurut
prosedur SNI ISO 105-C06:2010.
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui nilai perubahan warna dan nilai penodaan warna pada kain yang
didapat setelah proses pencucian serta membandingkan hasilnya dengan SNI kain yang
didapat.

II. TEORI DASAR

2.1. Pengujian Tahan Luntur Warna Terhadap Pencucian


Tahan luntur warna terhadap pencucian mempunyai arti yang sangat penting dalam
pemakaian bahan tekstil sehari-hari. Pengujian nya dapat dilakukan dengan beberapa cara, yang
disesuaikan dengan penggunaan dari bahan tekstil tersebut. Cara pengujian ini dimaksudkan
unuk menentukan tahan luntur warna terhadap pencucian. Tahan luntur terhadap pencucian
mempunyai arti yang sangat penting dalam pemakaian bahan tekstil sehari-hari. Pengujian ini
dapat dilakukan beberapa cara yang disesuaikan dengan penggunaan dari bahan tekstil tersebut.
Prinsip pengujiannya adalah dengan mencuci sehelai kain yang diambil dari contoh dengan
ukuran tertentu, kemudian dijahitkan diantara dua helei kain putih dengan ukuran yang sama.
Sehelai dari kain putih tersebut adalah sejenis dengan kain yang diuji, sedangkan helai lainnya
sesuai dengan pasangannya.
Pengujian dilakukan pada kondisi alat, suhu, waktu, dan deterjen tertentu, sesuai dengan
cara penguian yang telah ditentukan. Penilaian dilakukan dengan membandingkan contoh yang
telah diuji dan penodaan warna pada kain putih. Perubahan warna pada contoh dinilai dengan
grey scale sedangkan penodaan warna dinilai dengan staning scale. Hasil evaluasi tahan luntur
warna terhadap angka-angka gray scale dan staining scale adalah sebagai berikut:

Nilai Tahan Luntur Warna Evaluasi Tahan Luntur Warna

5 Baik sekali
4-5 Baik
4 Baik
3-4 Cukup baik
3 Cukup
2-3 Kurang
2 Kurang
1-2 Jelek
1 Jelek

Berkurangnya warna dan pengaruh gosokan yang dihasilkan oleh larutan dan gosokan
lima kali pencucian tangan atau pencucian dengan mesin, hampir sama dengan satu kali
pencucian dengan mesin selama 45 menit. Contoh uji dicuci dengan suatu alat linitest atau alat
yang sejenis dengan pengatur secara suhu secara termostatik dan kecepatan putaran 42 putaran
per menit.
Alat ini (lintiest) dilengkapi dengan piala baja dan kelereng-kelereng baja tahan karat.
Proses pencucian dilakukan sedemikian rupa sehingga kondisinya sama dengan keadaan
pencucian yang diinginkan. Kondisi pencucian berbeda-beda bergantung pada suhu yang
dikehendaki.

2.2. Gray Scale

Gray scale terdiri dari Sembilan pasangan standar lempeng abu-abu, setiap pasangan
mewakili perbedaan warna atau kekontrasan warna sesuai dengan penilaian tahan luntur dengan
angka.pada gray scale, penilaian tahan luntur warna dan perubahan warna yang sesuai, dilakukan
dengan membandingkan perbedaan pada contoh yang telah diuji dengan contoh asli terhadap
perbadaan standar perubahan warna yang digambarkan oleh gray scale dan dinyatakan dengan
rumus CIE lab yang tercantum dalam tabel berikut:

Nilai Tahan Luntur Perbedaan Warna Toleransi Untuk Standar


Warna (CIE; l.ab.) Kerja (CIE;l.a.b.)
5 0 ±0,2
4-5 0,8 ±0,2
4 1,7 ±0,3
3-4 2,5 ±0,3
3 3,4 ±0,4
2-3 4,8 ±0,5
2 6,8 ±0,6
1-2 9,6 ±0,7
1 13,6 ±1,0

Spesifikasi kolorimetri yang tepat dari warna abu-abu standard dan perubahan warna
pada gray scale. Nilai 5 berarti tidak ada perubahan dan seterusnya sampai nilai 5 yang berarti
perubahan warna sangat besar. Nilai tahan luntur 5 ditunjukkan pada skala oleh dua lempeng
yang identik yang diletakkan berdampingan berwarna abu-abu netral dengan reflektansi 12 + 1
persen. Perbedaan warna sama dengan nol. Bilai tahan luntur 4 – 5 sampai 1 ditunjukkan oleh
lempeng pembanding yang identik dan yang dipergunakan untuk tingkat 5, berpasangan dengan
lempeng abu-abu netral sama tetapi lebih muda. Perbedaan secara visual dari pasangan-pasangan
nilai 4, 3, 2, dan 1 adalah tingkat geotetrik dari perbedaan warna atau kekontrasan.

2.3. Staining Scale

Pada staining scale penialain penodaan warna pada kain putih di dalam pengujian tahan
luntur warna, dilakukan dengan membandingkan perbedaan warna dari kain putih yang dinodai
dan kain putih yang tidak ternodai, terhadap perbedaan yang digambarkan staining scale, dan
dinyatakan dengan nilai kkhromatikan adam seperti gray scale, hanya besar perbedaan warnanya
berbeda. Staining scale terdiri dari satu pasangan standar lempeng putih dan 8 pasang standar
lempeng abu-abu dan putih, dan setiap pasang mewakili perbedaan warna atau kekontrasan
warna sesuai dengan penilaian penodaan dengan angka.
Nilai Tahan Luntur Perbedaan Warna Toleransi Untuk Standar
Warna (CIE; l.ab.) Kerja (CIE;l.a.b.)
5 0 ±0,2
4-5 2,2 ±0,3
4 4,3 ±0,3
3-4 6,0 ±0,4
3 8,5 ±0,5
2-3 12,0 ±0,7
2 16,9 ±1,0
1-2 24,0 ±1,5
1 34,1 ±2,0

Nilai tahan luntur 5 ditunjukkan pada skala oleh dua lempeng yang identik yang
diletakkan berdampingan, mempunyai reflektansi tidak kurang dari 85%. Perbedaan warna sama
dengan nol.nilai tahan luntur 4-5 sampai 1 ditunjukkan oleh lempeng putih pembanding yang
identik dengan yang dipergunakan untuk nilai 5, berpasangan dengan lempeng yang sama tetapi
berwarna abu-abu netral.

2.4. Persyaratan Mutu Kain Tenun Untuk Kemeja

Acuan ASTM D.3477-95a, Standard Performance for Men’s and Boy’s Woven Dress Shirt
Fabrics. Mutu kain tenun untuk kemeja ditentukan oleh persyaratan sebagaimana tercantum pada
tabel dibawah

No. Jenis Uji Satuan Persyaratan Keterangan


1 Kekuatan tarik kain per 2,5 cm1) N 107,9
Minimum
Kg 11,0
2 Kekuatan sobek1) N 6,9
Minimum
Kg 0,7
3 Tahan selip benang dalam kain pada jahitan N 78,5
(bukaan 6 mm)1) Minimum
Kg 8,0
4 Perubahan dimensi1)
4.1 Setelah pencucian dan pengeringan % 2,0 Maksimum
4.2 Setelah pencucian kering2) % 2,0 Maksimum
5 Kenampakan kain setelah pencucian
Berulang3) DP 3,5 Minimum
6 Ketahanan luntur warna terhadap:4)
6.1 Pencucian 40oC
- Perubahan warna5) 4 Minimum
- Penodaan6) 3-4
6.2 Pencucian kering2)
- Perubahan warna 4 Minimum
6.3 Keringat asam dan basa
- Perubahan warna5) 4 Minimum
6)
- Penodaan 3-4
6.4 Gosokan
- Kering6) 4 Minimum
- Basah6) 3-4
6.5 Sinar7) 4
7 Kandungan formaldehida bebas
- Dewasa ppm 75 Maksimum
- Anak-anak ppm 20
1) Berlaku untuk arah lusi dan pakan;
2) Berlaku untuk kain yang mengalami pencucian kering;
3) Berlaku untuk kain tekan-awet (durable-press);
4) Berlaku untuk kain yang berwarna;
5) Skala abu-abu;
6) Skala penodaan;
7) Standar wol biru
Sumber: SNI 0051:2008, Badan Standardisasi nasional.
Kain tenun untuk kemeja dinyatakan memenuhi syarat mutu, apabila hasil pengujian memenuhi
persyaratan yang tercantum pada butir 4.

III. ALAT DAN BAHAN


3.1. Alat-alat yang digunakan:
1. Linitest
2. Tabung baja
3. Kelereng baja
4. pH meter
5. Neraca analitis
6. Staining scale
7. Grey scale
8. Air suling
9. Light Box
3.2. Bahan yang digunakan:
1. Kain kapas putih
2. Kain Poliester
3. Sabun 3 g/L
4. Na2CO3 1 g/L
5. Kain tenun sampel
6. As. Asetat glacial 0,2 g/L

IV. PROSEDUR KERJA


4.1. Persiapan Contoh Uji
1. Potong contoh dengan ukuran 4 x 10 cm, potong pula kain pelapis dengan ukuran yang
sama
2. Letakkan contoh uji diantara sepasang kain pelapis.,kemudian jahit salah satu kain
terpendek
4.2. Proses Pencucian
1. Larutan cuci disiapkan dengan melarutkan sabun deterjen 3 g/L ke dalam air suling. pH
larutan diatur sesuai kondisi dengan penambahan 1 g/L Na2CO3.
2. Larutan pencuci dimasukkan ke dalam tabung tahan karat. Atur suhu larutan sesuai
dengan standar yang telah ditentukan, contoh uji dan kelereng baja dimasukkan dan
kemudian tutup tabung. Mesin dijalankan pada suhu 500C selama 45 menit.
3. Contoh uji dikeluarkan, bilas dua kali dengan 100 mL air suling selama 1 menit pada
suhu 400C.
4. Bilas dengan 100 mL larutan 0,2 g/L asam asetat glacial selama 1 menit pada suhu 300C,
kemudian dibilas dengan 100 mL air suling selama 1 menit suhu 300C dan diperas.
5. Contoh uji dikeringkan dengan cara digantung pada suhu tidak lebih dari 600C.
6. Tentukan nilai perubahan warna contoh uji dengan grey scale dan penodaan warna pada
kain pelapis dengan staining scale.

V. DATA PENGAMATAN
Uji Pencucian
No Penodaan Warna
Perubahan Warna
Kapas Poliester
1 3 3-4 3-4
2 3 3-4 3-4
VI. PEMBAHASAN
Praktikum yang telah dilakukan adalah pengujian tahan luntur warna terhadap pencucian.
Pengujian tahan luntur warna terhadap pencucian adalah pengujian yang bertujuan untuk
mengetahui ketahanan luntur warna pada kain jika dilakukan pencucian berulang-ulang dengan
menggunakan alat pengujian khusus yaitu launder-o-meter atau lintiest, dengan resep pengujian
yang telah ditentukan standarnya di dalam SNI ISO 105-C06:2010. Dengan Prinsip dari
pengujian ini adalah dengan menjahit kain sampel yang kita dapat (kain yang saya dapat adalah
kain seperti ini: ) diantara 2 kain putih dimana untuk kain yang pertama
bahannya harus sama dengan kain sampel yang di dapat dan kain yang kedua tergantung dari
jenis bahan kain sampel (untuk mengetahui kain ke 2 dapat dilihat di tabel kain pelapis di dasar
teori) lalu dilakukan proses pencucian dengan resep sesuai dengan standar selanjutnya kain
tersebut dimasukkan kedalam tabung baja, dan ditambahkan 10 kelereng baja. Setelah
penambahan larutan pencucian dan kelereng baja, terakhir adalah memasukkan tabung baja
tersebut kedalam mesin linitest/ Launder-o-meter dan dilakukan proses pencucian selama 45
menit lalu dikeringkan di oven dengan suhu tidak boleh lebih dari 60oC. Kain yang telah kering
dievaluasi penurunan warnanya dengan menggunakan grey scale dan evaluasi penodaan warna
dengan menggunakan staining scale di dalam lightbox.
Percobaan dimulai dengan melapisi kain sampel dengan kain pelapis yang akan
digunakan, disini kain pelapis yang saya gunakan adalah kain kapas dan kain poliester, disini
saya menggunakan kain pelapis kapas dan poliester disebabkan besar kemungkinan bahwa kain
sampel yang saya dapat bukanlah 100% kapas dan juga kemungkinan zat warna yang dipakai
adalah zat warna pigmen, dimana zat warna tersebut dapat menodai semua kain termasuk
poliester. Selanjutnya kain sampel yang telah dilapisi kain pelapis dijahit di bagian pinggirnya
saja, setelah dijahit maka selanjutnya adalah membuat larutan pencucian karena larutan
pencucian sudah disediakan dengan konsentrasi 3g/L sabun dan 1g/L Na2CO3 maka larutan
sabun dapat langsung dimasukkan kedalam tabung baja sebanyak 150 mL, tidak lupa setelah
larutan pencucian masuk kedalam tabung baja, terlebih dahulu ditambahkan kelereng baja
sebanyak 10 buah, barulah masukkan kain kealam tabung baja. Tutup tabung baja lalu masukkan
kedalam mesih lintiest, lalu dilakukan proses pencucian selama 45 menit dengan suhu 60oC.
Setelah proses pencucian selesai maka kain dikeringkan dan dievaluasi. Pada evaluasi kain yang
pertama saat dilakukan evaluasi penurunan warna dengan menggunakan gray scale ternyata
nilainya adalah 3 berarti nilai tahan luntur warnanya warnanya cukup , dengan perbedaan
warnanya 8,5 (menurut CIE l.a.b), lalu saat dilakukan pengujian penodaan pada kain pelapis
yang pertama yaitu kain kapas dengan menggunakan staining scale didapat nilai penodaan
warnanya sebesar 3-4, nilai ini berarti ketahanan luntur warnanya cukup baik, lalu pada
pengujian penodaan pada kain pelapis yang kedua yaitu kain poliester didapat nilai penodaan
warnanya warnanya sama dengan penodaan pada kain kapas yaitu 3-4 yang berarti nilai
ketahanan luntur warnanya cukup-baik.
Setelah mendapatkan nilai ketahanan luntur warna tersebut maka kita harus tau apakah
kain tersebut nilai ketahanan luntur warnanya sudah sesuai dengan SNI atau belum jika ingin
dijadikan pakaian, karena itu saya mengidentifikasi kain ini, jika dilihat kain ini kemungkinan
adalah kain untuk bahan kemeja, untuk menyesuaikan apakah ketahanan luntur kain tersebut
sesuai dengan SNI kain tenun kemeja atau belum, saya akan membandingkan nilai ketahan
luntur warna kain tersebut dengan nilai ketahanan luntur warna kain tenun kemeja SNI. Jika
dilihat dari SNI kemeja, untuk nilai ketahanan luntur terhadap pencucian, penodaannya minimal
bernilai 3-4 dan nilai perubahan warnanya minimal adalah 4 sedangkan setelah dievaluasi kain
yang saya dapat nilai perubahan warnanya adalah 3 sedangkan nilai penodaan warnanya adalah
3-4, dari hasil tersebut untuk nilai penodaannya sudah cukup namun nilai perubahan warnannya
ternyata lebih kecil. Jadi kain sampel yang saya dapat masih belum memenuhi syarat SNI tahan
luntur warna terhadap pencucian pada kemeja. dikarenakan menurut standar SNI “kain tenun
untuk kemeja dinyatakan memenuhi syarat mutu, apabila hasil pengujian memenuhi persyaratan
yang tercantum pada butir 4” dimana syarat mutu pada butir 4 adalah membahas tentang
ketahanan luntur warna kain.
VII. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan ada beberapa hal yang dapat disimpulkan:
1. Kain sampel yang didapat memiliki:
 Nilai penodaan warna pada kain kapas sebesar 3-4
 Nilai penodaan warna pada kain poliester sebesar 3-4
 Nilai perubahan/penurunan warna sebesar 3
2. Kain sampel yang didapat belum memenuhi SNI ketahanan luntur terhadap pencucian pada
kemeja tenun.
Lampiran

Penodaan warna
Sampel Perubahan warna
Kapas Polyester

Anda mungkin juga menyukai