II. PERALATAN
1. Splitter.
2. Pan.
3. Sekop.
4. Saringan no. 4.
III. BAHAN
Agregat kasar tertahan saringan no. 4, sebanyak 5000 gram.
IV. PEMBAHASAN TEORI
Agregat kasar ini diperoleh dari proses pemecahan bongkahan batu
besar kemudian digiling sesuai kebutuhan dan dalam penelitian ini agregat
yang dibutuhkan dengan diameter maksimal 19 mm. keunggulan agregat
kasar ini adalah berat jenisnya yang lebih ringan dibandingkan dengan
agregat yang bias digunakan untuk pembuatan beton pada umumnya,
walaupun kekuatannya tidak lebih besar.
Agregat kasar sendiri memiliki peranan penting dalam suatu beton
selain untuk mengurangi volume dari parta semen agregat kasar juga
memiliki fungsi sebagai penentu kekuatan suatu beton. Agregat adalah
material batuan yang didefinisikan secara umum sebagai formasi kulit bumi
yang kerasa dan kenyal (solid). Menurut Silvia Sukirman, (2003), agregat
merupakan butir-butir batu pecah, kerikil, pasir atau mineral lain, baik yang
berasal dari alam maupun buatan yang berbentuk mineral padat berupa
ukuran, besar maupun kecil atau fragmen-fragmen.
Agregat kasar adalah agregat dengan ukuran terkecil yang tertahan di
atas saringan no. 8 (2,38 mm) atau partikel yang lebih besar 4,75 mm
menurut ASTM, lebih besar dari 2 mm menurut AASHTO (Silvia
Sukirman, 1992: 42). Agregat kasar berfungsi untuk memberikan kekuatan
pada campuran.1
1
Standar Nasional Indonesia (SNI). SNI 1969-2008. Cara Uji Berat Jenis dan Penyerapan Air
Agregat Kasar. Jakarta
Pengambilan sampel agregat kasar dapat dilakukan dengan 2 metode,
yaitu :
1. Metode Quartering
Metode Quartering adalah cara pengujian tanpa menggunakan alat
khususyaitu pengujian yang sangat sederhana. Biasanya dilakukan di
lapangan karena keterbatasan alat uji. Pengujian ini relatif mudah, yaitu
dengan mengaduk-aduk agregat yang akan diambil sebagai contoh benda
uji,kemudian dibagi menjadi 4 bagian yang kurang lebih sama
banyaknya,salah satu bagian yang bersebrangan diambil sebagai bahan uji.
Jika bahan yang didapat belum sesuai dengan yang dibutuhkan maka perlu dilakukan
kembali cara sebelumnya, sehingga didapatkan bahan yang dibutuhkan.
2
Standar Nasional Indonesia (SNI). SNI 03-1744-1989. Metode Pengujian Laboratorium. Jakarta.
V. PROSEDUR PERCOBAAN
a. Pengambilan sampel dengan Splitter :
1. Aduk seluruh pasir supaya homogen dan merata.
2. Masukan sejumlah pasir (diambil dari beberapa bagian adukan pasir)
ke dalam splitter sampai penuh, lalu setengahnya dibuang.
3. Setengah bagian yang tersisa dimasukan lagi ke dalam splitter
sehingga terbagi lagi menjadi 2 bagian. Buang lagi setengahnya.
4. Ulangi pengambilan sampel ini sehingga diperoleh sejumlah sampel
yang cukup untuk berbagai pasir yang akan dikerjakan.
VII. KESIIMPULAN
1. Dari hasil pengujian, dapat disimpulkan bahwa pengujian pengambilan
contoh agregat pengambilan sampel ada dua metode yaitu dengan cara
Quatering dan Splitter. Dari kedua metode tersebut, metode Splitter lebih
mudah dan lebih efektif dalam pengambilan contoh agregat.
2. Dengan menggunakan metode pengambilan sampel khususnya Splitter
kami mendapatkan hasil agregat yang representatif . Hasil sampel yang
akan di uji jumlahnya sesuai dengan rencana pengujian, sampel tersebut
dianggap sama rata dan mencukupi bahan untuk penelitian selanjutnya.
3. Dengan menggunakan metode Quartering, benda uji yang diperoleh juga
bersifat representatif, bedanya dengan metode Splitter ialah hanya
dengan waktu yang digunakan. Metode Quartering ini lebih cepat
daripada metode Splitter.
VIII. DOKUMENTASI
A. Pengambilan sampel dengan metode Splitter