Beberapa jenis bakteri mempunyai suatu lapisan lender di luar sel yang
disebut sebagai simpai atau kapsul. Kapsul tersebut berfungsi sebagai
cadangan makanan, sebagai pelindung terhadap fagositosis, serta
sebagai pelindung terhadap dehidrasi. Pewarnaan jenis ini sulit
dilakukan karena simpai mudah larut dalam air dan dapat rusak pada
saat proses pewarnaan dan pencucian. Jenis-jenis pewarnaan simpai
adalah sebagai berikut:
1. Burri-Gins: Kombinasi pewarnaan negatif dan sederhana
menggunakan karbol fuksin. Pada hasil proses pewarnaan, simpai
tidak berwarna dan terlihat sebagai bulatan terang dengan latar
belakang gelap sedangkan badan bakteri berwarna merah.
2. Muir: Pada hasil pewarnaan terlihat simpai berwarna biru dan
badan kuman berwarna merah.
3. Hiss: Pada hasil pewarnaan terlihat simpai berwarna ungu muda
dan badan bakteri berwarna ungu tua.
2. Perkembangbiakan Bakteri
2.1. Reproduksi Seksual
Reproduksi secara seksual yaitu dengan pertukaran materi genetik dengan
bakteri lainnya. Pertukaran materi genetik disebut rekombinasi genetik atau
rekombinasi DNA. Rekombinasi genetik dapat dilakukan dengan tiga cara
yaitu:
2.1.1. Konjugasi
Konjugasi merupakan pemindahan materi genetic berupa plasmid
secara langsung melalui kontak sel dengan membentuk struktur seperti
jembatan diantara dua sel bakteri yang berdekatan. Secara garis besar
konsep dari konjugasi adalah satu bakteri memberikan DNA dan satu
bakteri menerima DNA. Reproduksi jenis ini memiliki prosedur
sebagai berikut:
2.1.2. Transduksi
Transduksi adalah peristiwa dimana bakteri memperoleh DNA dari
bakteriofage yang menginfeksinya. Bakteriofage adalah virus yang
menyerang bakteri. Reproduksi jenis ini memiliki prosedur sebagai
berikut:
3. Pertumbuhan Bakteri
Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran atau subtansi atau masa zat
suatu organisme. Manusia dapat disebut tumbuh apabila bertambah tinggi, besar
atau berat. Sedangkan pada organisme bersel satu, pertumbuhan didefinisikan
sebagai pertumbuhan koloni yakni jumlah koloni yang bertambah, ukuran koloni
yang semakin besar, masssa mikroba dalam koloni semakin banyak. Faktor
lingkungan dapat mempengaruhi pertumbuhan bakteri. Segala perubahan
lingkungan dapat mempengaruhi morfologi dan fisiologi bakteri. Faktor
lingkungan tersebut di antaranya:
1. Temperatur atau suhu
Suhu merupakan salah satu faktor penting di dalam mempengaruhi dan
pertumbuhan mikroorganisme. Setiap bakteri memiliki temperatur optimal
dimana mereka dapat tumbuh sangat cepat dan memiliki rentang temperatur
dimana mereka dapat tumbuh sangat lambat. Suhu untuk pertumbuhan terdiri
atas suhu minimum, suhu optimum, dan suhu maksimum. Suhu minimum
yaitu suhu terendah tetapi mikroba masih dapat hidup. Berdasarkan rentang
temperatur dimana dapat terjadi pertumbuhan, bakteri dikelompokkan menjadi
tiga, yaitu:
1. Psikrofilik, mikroba yang dapat hidup pada suhu dingin -5 ° C sampai 30 °
C dan dapat tumbuh paling baik pada suhu optimum 10° C-20° C.
2. Mesofilik, mikroba dapat hidup maksimal pada suhu 10 ° C-45° C, dan suhu
optimum pada 20° C-40° C.
3. Termofilik mikroba yang tumbuh dengan baik pada suhu 25 ° C-80° C,
tumbuh optimum pada 50° C-60° C.
2. pH
pH mempengaruhi pertumbuhan bakteri-bakteri patogen. Pada umumnya
bakteri patogen pH optimalnya 7,2 – 7,6.
3. Kelembaban
Mikroorganisme mempunyai nilai kelembaban optimum. bakteri dapat tumbuh
pada media yang basah dan udara lembab. Nilai kadar air bebas didalam
larutan untuk bakteri pada umumnya antara 0,90 sampai 0, 999.
4. Tekanan osmosis
Tekanan osmosis sangat mempengaruhi bakteri. Jika konsentrasi larutan di
luar sel lebih tinggi dari konsentrasi larutan di dalam sel (hipertonik), sel akan
mengalami plasmolisis (keluarnya cairan dari sel bakteri melalui membran
sitoplasma). Jika konsentrasi larutan di luar sel lebih rendah dari konsentrasi
larutan di dalam sel (hipotonik), sel membengkak serta mengakibatkan
rusaknya sel. Oleh karena itu, dalam mempertahankan hidupnya sel bakteri
harus berada pada tingkat tekanan osmosis yang sesuai walaupun sel bakteri
memiliki daya adaptasi, perbedaan tekanan osmosis dengan lingkungannya
tidak boleh terlalu besar. Berdasarkan tekanan osmosis yang dibutuhkan,
bakteri dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu:
1. Mikroba Osmofil adalah mikroba yang dapat tumbuh pada kadar gula
tinggi.
2. Mikroba Halofil adalah mikroba yang dapat tumbuh pada kadar garam
halogen yang tinggi.
3. Mikroba Halodurik adalah kelompok mikroba yang dapat tahan (tidak
mati) tetapi tidak dapat tumbuh pada kadar garam tinggi, kadar garamnya
dapat mencapai 30 %.
5. Nutrisi
Nutrisi diperlukan oleh bakteri sebagai sumber energi dan pertumbuhan
selnya. Unsur-unsur dasar tersebut adalah Karbon (C), Nitrogen (N), Hidrogen
(H), Oksigen (O), Sulfur (S), Fosfor (P), zat besi dan sejumlah kecil logam
lainnya. Kekurangan sumber-sumber nutrisi ini dapat mempengaruhi
pertumbuhan bakteri hingga pada akhirnya dapat menyebabkan kematian.
Berdasarkan sumber Karbon dan energi yang diperlukan, bakteri digolongkan
menjadi tiga yaitu:
1. Khemoheterotrof: Golongan bakteri yang memerlukan bahan-bahan
organik seperti protein, karbohidrat dan lipid.
2. Khemoautotrof: Golongan bakteri yang sebagian sumber karbonnya
berasal dariCO 2.
3. Fototrof : Golongan bakteri yang memerlukan sumber karbon yang seluruhnya
dari CO 2.
Saat lahir, Lactobacillus aerob muncul di dalam vagina dan menetap selama pH
tetap asam. Apabila pH menjadi netral akan terdapat flora campuran yaitu coccus
dan basil. Saat pubertas, Lactobasillus aerob dan anaerob ditemukan kembali
dalam jumlah yang besar dan akan mempertahankan keasaman pH melalui
pembentukan dari karbohidrat khususnya glikogen. Keuntungan pembentukan
asam ini, yaitu untuk mencegah bakteri yang bersifat patogen dalam vagina.
Setelah menopause, Lactobacillus akan berkurang jumlahnya dan flora campuran
coccus dan basil akan muncul kembali.
1.6. Flora Normal pada Mata
Pada model ini, seseorang berada Pada model ini, kemampuan agent
pada kondisi sehat dimana host, meningkat sehingga agent mendapat
agent, dan environment berada pada
kondisi seimbang. kemudahan untuk menimbulkan
penyakit.
Pada model ini, adanya peningkatan Pada model ini, pergeseran lingkungan
kepekaan host terhadap suatu memberatkan agent sehingga terjadi
penyakit sehingga terjadi perubahan pergeseran kualitas lingkungan.
komposisi penduduk menurut umur Perubahan kualitas lingkungan
dan jenis kelamin,serta mempermudah atau menguntungkan
meningkatnya jumlah penduduk usia penyebaran agent. Contohnya,
rentan. terjadinya banjir menyebabkan air
kotor yang mengandung bakteri
berkontak langsung dengan masyarakat
dan lebih mudah menginfeksi tubuh
masyarakat.
Penyakit pes atau yang juga dikenal dengan istilah Plague, Pasteurella
pestis, sampar, atau yang sering kita kenal dengan istilah black death
merupakan infeksi bakteri serius yang umumnya ditularkan melalui
gigitan kutu. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Yersinia pestis yang
dibawa oleh kutu Xenopsylla cheopsis. Hewan-hewan pengerat yang
paling umum terinfeksi oleh penyakit ini adalah tikus, tupai, kelinci,
dan anjing. Penyebaran Manusia dapat tertular penyakit ini melalui
gigitan kutu yang terinfeksi, kontak langsung dengan cairan yang
terkontaminasi bakteri, serta menghirup udara yang terkontaminasi
bakteri. Penyakit pes disebabkan berpindahnya pinjal dari tikus satu ke
tikus lainnya dan manusia. Penyakit pes juga disebut dengan black
death karena wabah ini dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu bubonic,
pneumonic, dan septicemic.
1. Bubonic
Jenis penyakit pes yang paling umum adalah bubonic plague.
Kondisi ini biasanya terjadi ketika tergigit oleh kutu atau tikus
yang terinfeksi bakteri Yersinia pestis. Pada kasus yang sangat
jarang terjadi, mungkin dapat tertular penyakit ini dari penderita
lain. Bubonic plague menyerang sistem limfatik, yaitu salah satu
bagian sistem kekebalan tubuh. Hal ini menyebabkan terjadinya
peradangan pada kelenjar getah bening. Apabila tidak diobati, pes
jenis ini dapat berpindah ke darah (menyebabkan Septicemic
plague) atau paru-paru (mengakibatkan Pneumonic plague). Gejala
yang dirasakan penderita ketika terdapak penyakit ini, yaitu:
Pada kasus bubonic, gejala-gejala akan muncul 2-5 hari
setelah penderita terinfeksi bakteri,
Demam dan menggigil, merasa tidak enak badan, sakit
kepala, nyeri otot, kejang,
Pembengkakan kelenjar getah bening yang biasanya
ditemukan di pangkal paha. Namun, juga dapat terjadi pada
ketiak atau leher, paling sering pada area yang terinfeksi,
Rasa nyeri dapat muncul sebelum pembengkakan
2. Pneumonic
Apabila bakteri pes berhasil menyebar atau pertama kali masuk ke
dalam paru-paru, kondisi tersebut dinamakan dengan penyakit
Pneumonic plague. Penularan bakteri biasanya terjadi ketika
seseorang menghirup partikel udara yang telah terkontaminasi
bakteri. Pneumonic plague adalah satu-satunya jenis pes yang
dapat ditularkan antar-manusia. Namun, kondisi ini biasanya juga
bisa saja terjadi setelah sebelumnya mengalami pes jenis bubonic
atau pneumonic. Gejala yang dirasakan penderita ketika terdampak
penyakit ini, yaitu:
Gejala pada pes jenis pneumonic akan tampak 1-4 hari
setelah terinfeksi bakteri,
Batuk parah,
Kesulitan bernapas dan sakit pada dada saat bernapas
dalam-dalam,
Demam,
Dahak yang berbusa dan berdarah.
3. Septicemic
Saat bakteri masuk ke dalam aliran darah dan berkembang biak,
kondisi ini dinamakan dengan Septicemic plague. Orang yang
mengalami jenis pes ini akan mengalami perubahan warna kulit di
bagian jari tangan, kaki, dan hidung. Sama seperti bubonic, pes
jenis septicemic juga dapat terjadi akibat gigitan kutu atau tikus
yang terinfeksi. Gejala yang dirasakan penderita ketika terdampak
penyakit ini, yaitu:
Jenis pes ini adalah yang paling berbahaya. Bahkan, kondisi
ini dapat menyebabkan kematian sebelum gejala-gejala
muncul
Sakit perut, perdarahan akibat masalah pembekuan darah,
Diare, demam, mual, muntah,
Jika pasien tidak ditangani dengan antibiotic yang tepat,
bakteri dapat menyebar ke bagian tubuh yang lain.
Tularemia tidak terjadi secara alami pada manusia dan tidak diketahui
dapat menyebar dari manusia ke manusia. Namun, kasus tularemia
terjadi di seluruh dunia, terutama di daerah pedesaan karena di
pedesaan banyak sekali mamalia seperti burung, kelinci, serangga yang
terinfeksi Pasteurella tularensis. Bakteri memasuki tubuh melalui
gigitan serangga, luka pada kulit, atau karena menelan atau menghirup
bakteri tersebut. Gejala yang ditimbulkan oleh penderita berbeda beda
tergantung jenis tularemia. Penderita yang terkena penyakit ini
biasanya timbul gejala direntang hari ke-1-14, rata-rata 2-5 hari
tergantung virulensi dan ukuran inoculum. Di bawah ini jenis-jenis
tularemia dan gejala yang ditimbulkan pada penderita:
1. Ulceroglandular tularemia
Penyakit jenis ini merupakan penyakit paling umum terjadi. Tanda
dan gejalanya sebagai berikut:
Sebuah ulkus kulit yang terbentuk di lokasi infeksi
biasanya akibat gigitan serangga atau hewan,
Pembengkakan kelenjar getah bening,
Demam,
Menggigil,
Sakit kepala,
Kelelahan.
2. Glandular tularemia
Orang yang terkena penyakit ini memiliki tanda-tanda dan gejala
yang sama dengan Ulceroglandular tularemia. Namun, penderita
yang terkena penyakit ini tidak menimbulkan gejala ulkus kulit.
3. Oculoglandular tularemia
Jenis penyakit ini mempengaruhi mata dan dapat menyebabkan:
Sakit mata,
Mata kemerahan,
Pembengkakan mata dan mengeluarkan cairan
Sebuah ulkus dibagian dalam kelopak mata.
4. Orofaringeal tularemia
Tularemia ini biasanya disebabkan akibat memakan daging hewan
liar yang kurang matang atau meminum air yang terkontaminasi.
Orofaringeal tularemia biasanya mempengaruhi saluran
pencernaan. Tanda dan gejala yang biasanya dirasakan penderita,
yaitu:
Demam,
Sakit tenggorokan,
Ulkus pada mulut,
Muntah,
Diare.
5. Pneumonia tularemia
Jenis tularemia ini lebih umum terjadi pada orang tua dan tularemia
typoidal. Tanda dan gejala yang biasanya dirasakan penderita,
yaitu:
Batuk,
Nyeri dada,
Kesulitan bernapas
6. Typhoidal tularemia
Penyakit jenis ini jarang diderita namun tergolong dalam penyakit
serius. Tanda dan gejala yang biasanya dirasakan penderita, yaitu:
Demam tinggi,
Kelelahan ekstrem,
Muntah dan diare,
Pembesaran limpa,
Pembesaran hati
Pneumonia.