Anda di halaman 1dari 291

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISA SISTEM TENAGA LISTRIK

Nama : Fram Eriel A. Manurung

NIM : 202011248

Kelas :F

Jurusan : S1 Teknik Elektro

Tanggal Praktikum : 1. 8 November 2022

2. 15 November 2022

3. 22 November 2022

4. 29 November 2022

5. 6 Desember 2022

Tanggal Presentasi : 13 Desember 2022

Asisten : Nadiatuljanah

LABORATORIUM SISTEM TENAGA LISTRIK


INSTITUT TEKNOLOGI PLN
JAKARTA
2021
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
MODUL I

DIAGRAM SALURAN TUNGGAL (SINGLE LINE DIAGRAM)

I. TUJUAN
1. Mempelajari fungsi ETAP dalam system tenaga listrik.
2. Dapat memahami cara pengoprasian program software ETAP.
3. Dapat menggambar diagram saluran tunggal sistem tenaga listrik dan setting beberapa
komponen komponen pada software ETAP.

II. ALAT DAN PERLENGKAPAN


1. 1 unit PC
2. Software ETAP

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
III. TEORI MODUL
Sistem Tenaga Listrik merupakan sekumpulan pusat listrik dan pusat beban yang
satu sama lain dihubungkan oleh jaringan transmisi dan distribusi sehingga merupakan
sebuah kesatuan interkoneksi. Sistem tenaga listrik mempunyai 3 subsistem yang terdiri
dari pembangkit, transmisi, dan distribusi. Ketiga subsistem beroperasi secara bersamaan
dan saling berhubungan antar subsistemnya.

Gambar 1.1 Sistem Tenaga Listrik Secara Umum

1. SINGLE LINE DIAGRAM


Single line diagram adalah gambar listrik satu garis yang menjelaskan sistem
kelistrikan pada gardu induk secara sederhana sehingga memudahkan mengetahui
kondisi dan fungsi-fungsi dari setiap bagian peralatan instalasi yang terpasangsehingga
memudahkan dalam membaca dan memahami diagram gambar listrik yang kemudian
berfungsi untuk operasi maupun pemeliharaan peralatan listrik.

2. PEMBANGKIT
Pada unit pembangkit terdapat generator yang berfungsi menghasilkan daya
listrik, biasanya generator digunakan merupakan generator AC 3 fasa, yang juga disebut
generator sinkron atau altenator. Atau unit pembangkit yaitu komponen sistem tenaga
listrik yang berfungsi mengkonversikan sumber daya energi primer menjadi sebuah
energi listrik.

3. TRANSMISI
Transmisi pada sistem tenaga listrik berfungsi untuk menyalurkan energi listrik
dari unit-unit pembangkit yang tersebar menuju ke sistem distribusi yang akhirnya
menyuplai beban. Transmisi diklasifikasikan berdasarkan jenis saluran, jarak dan level
tegangan.
Laboratorium Sistem Tenaga Listrik
Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
4. DISTRIBUSI
Single line diagram adalah gambar listrik satu garis yang menjelaskan sistem
kelistrikan pada gardu induk secara sederhana sehingga memudahkan mengetahui
kondisi dan fungsi-fungsi dari setiap bagian peralatan instalasi yang terpasangsehingga
memudahkan dalam membaca dan memahami diagram gambar listrik yang kemudian
berfungsi untuk operasi maupun pemeliharaan peralatan listrik.

5. BEBAN
Beban Listrik adalah segala sesuatu yang ditanggung oleh pembangkit listrik
atau bisa disebut segala sesuatu yang membutuhkan tenaga/daya listrik. Beban listrik
dikatakan juga sebagai hambatan/resistan(Resistance) dalam ilmu listrik dimana dapat
dirumuskan pada hukum ohm, Hukum Ohm adalah suatu pernyataan bahwa besar arus
listrik yang mengalir melalui sebuah penghantar selalu berbanding lurus dengan beda
potensial yang diterapkan kepadanya.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
IV. LANGKAH PERCOBAAN
Setting ETAP
Standard : IEC
Frequency : 50 Hz Unit
System : Metric

Pemodelan Sistem Tenaga pada ETAP

1. Dengan mengacu pada sistem tenaga listrik yang tergambar pada gambar s/dgambar,
gambarkanmodel one-line-diagram yang lengkap dari sistem tenaga listrik tersebut
pada software analysis sistem tenaga ETAP
2. Dengan menggunakan data yang ada pada tabel s/d tabel , lengkapi data base dari
peralatan padasistem tenaga listrik di atas!
3. Analisa data yang dapat langsung digunakan, dan data yang perlu dikonversi lebih
lanjut! Amatiasumsi-asumsi yang diperlukan dalam pengisian data.
4. Pada menu bar project, klik information dan standard, lalu isi data seperti di bawah ini:

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
5. Susunan Rangkaian SLD seperti gambar dibawah ini

Gambar 1.6 Single Line Diagram

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

Gambar 1.7 Network1

Gambar 1.8 Komponen Cmtr1

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

A. Generator

ID Mode MW Rating kV Rating PF Rating Imp/Model

Mvar
PLTU Unit I 5 MW 11 90 % Typical Data
Control
Mvar
PLTU Unit II 5 MW 11 90 % Typical Data
Control
Mvar
PLTU Unit III 5 MW 11 90 % Typical Data
Control
Voltage
PLTD 5 MW 6,6 90 % Typical Data
Control

PF
PLTA 5 MW 6,6 90 % Typical Data
Control

PLTU Unit I

PLTU Unit II

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

PLTU Unit III

PLTD

PLTA

ID MVAsc (3-Phase) MVAsc (1-Phase) X/R

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

Grid Trans_TET 20 20 5

B. Power Grid

C. PV Array

Irradiance : 936 W/m2

Inverter
kW : 7,78
V DC : 0,4 kV
Eff : 90%
PF : 100%
V AC : 0,4 kV

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
D. Transformator

Vp Vs Nilai Typical Prim. Sec.


ID Grounding
(kV) (kV) MVA Data Grounding Groundin
g
Trafo Tng I
11 500 18 Z & X/R - Resistor 40 Resistor 40
11/500 kV Ω Ω

Trafo Tng II
6,6 500 25 Z & X/R Resistor 40 Resistor 40
-
6,6/150 kV Ω Ω

Trafo Tng III


6,6 500 6,3 Z & X/R Resistor 40 Resistor 40
6,6/150 kV - Ω Ω

Trafo IBT
500 150 17 Z & X/R Resistor 40 Resistor 40
500/150 kV - Ω Ω

Trafo Dist I
150 20 6 Z & X/R Resistor 40 -
150/20 kV - Ω

Trafo Dist II
150 20 10 Z & X/R Resistor 40 -
150/20 kV - Ω

Trafo Dist. I
20 0,4 2 Z & X/R - Resistor 40
-
20/0,4 kV Ω

Trafo Dist. II
20 0,4 1,3 Z & X/R - Resistor 40
-
20/0,4 kV Ω

Trafo Dist.
20 0,4 1,5 Z & X/R - - Resistor 40
III

20/0,4 kV

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

E. Static Load

ID kVA kV % PF

Load1 450 0,4 100

Load2 500 0,4 100

Load3 350 0,4 100

Load4 350 0,4 100

F. Lumped Load

ID kVA kV % PF

Lump1 500 0,4 85

Lump2 500 0,4 85

Lump3 250 0,4 85

Lump4 250 0,4 85

Lump5 400 0,4 85

Lump6 1500 20 85

Lump7 1000 20 85

G. Induction Machine

ID HP kV % PF

Mtr1 1500 20 75

Mtr2 1000 20 85

H. Synchronous Motor

ID HP kV % PF

Syn1 2500 20 92,75

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

I. Transmission Line

ID Length (km)

SUTET I 100

SUTT I 80

SUTT II 60

SUTT III 60

SUTT V 80

Conductor Lib : Metric; 50 Hz; AAAC; Pirelli; KRYPTON 158 mm2

Impedance (User-Defined)

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
SUTUT I

SUTT I, SUTT II, SUTT III dan SUTT V

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
J. Cable

ID Length Size Unit Freq


kV #C Insul Source Install
(km) (mm2) Syste m (Hz)

SKUTM I 10 400 Metric 50 20 3/C XLPE Heesung Non-Mag


SKUTM II 5 400 Metric 50 20 3/C XLPE Heesung Non-Mag
SKUTM III 8 400 Metric 50 20 3/C XLPE Heesung Non-Mag
SKUTM IV 10 400 Metric 50 20 3/C XLPE Heesung Non-Mag
SKUTM V 10 400 Metric 50 20 3/C XLPE Heesung Non-Mag
SUTR I 0,2 400 Metric 50 1,0 3/C XLPE BS5467 Mag
SUTR II 0,1 400 Metric 50 1,0 3/C XLPE BS5467 Mag
SUTR III 0,3 400 Metric 50 1,0 3/C XLPE BS5467 Mag
SUTR IV 0,2 400 Metric 50 1,0 3/C XLPE BS5467 Mag
SUTR V 0,2 400 Metric 50 1,0 3/C XLPE BS5467 Mag
SUTR VI 0,2 400 Metric 50 1,0 3/C XLPE BS5467 Mag
SUTR VII 0,2 400 Metric 50 1,0 3/C XLPE BS5467 Mag
SUTR VIII 0,2 400 Metric 50 1,0 3/C XLPE BS5467 Mag
SUTR IX 0,25 400 Metric 50 1,0 3/C XLPE BS5467 Mag

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
V. GAMBAR RANGKAIAN
• Gambar Rangkaian Modul
- Sebelum Running “ Load Flow “

Gambar Single Line Diagram

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
Gambar Network 1

Gambar Cmtr1

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

- Sesudah Running “ Load Flow “ Sebelum mengatur standart jatuh tegangan

Gambar Single Line Diagram

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
Gambar Network 1

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
Gambar Cmtr1

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
VI. TEORI TAMBAHAN
Dalam Suatu sistem tenaga listrik merupakan kesatuan dari beberapa sistem, yaitu
sistem pembangkitan tenaga listrik, sistem transmisi tenaga listrik, sistem distribusi tenaga
listrik, serta sistem proteksi yang terdapat pada sistem-sistem tersebut. Sistem tenaga listrik
yang baik adalah sistem tenaga listrik yang memiliki faktor keandalan tinggi, bersifat
ekonomis dan aman. Untuk mencapai faktor-faktor tersebut, suatu sistem tenaga listrik
harus dapat dianalisis besar daya, besar rugi-rugi, dan besar drop tegangannya sehingga
sistem tenaga listrik tersebut andal dan ekonomis. Sayangnya proses analisa aliran daya,
rugi-rugi daya, dan besar penurunan tegangan dihadapkan pada perhitungan yang rumit
dan komplek sehingga membutukan waktu yang sangat lama pada sistem yang besar.

Untuk memudahkan perhitungan dan analisa aliran daya, rugi-rugi daya, serta besar
voltage drop dapat digunakan bantuan perangkat lunak (software engineering) sehingga
dapat dilakukan lebih cepat dan akurat. Software ETAP dipilih karena kemudahan dalam
pengoperasian, kecepatan dalam iterasi, dan keakurasian dalam perhitungan sehingga
proses perhitungan dapat dengan mudah dan cepat. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk
mempelajari fungsi dari software ETAP dalam menganalisis sistem tenaga listrik,
mempelajari cara membuat Single Line Diagram (SLD) dengan menggunakan software
ETAP 12.6, dan mempelajari konsep aliram daya (Load Flow) dalam sistem tenaga listrik.
Salah satu fitur yang dapat digunakan pada software ETAP adalah analisa aliran daya.
Percobaan aliran daya ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik aliran daya yang berupa
pengaruh dari variasi beban dan rugi-rugi transmisi pada aliran daya serta mempelajari
adanya tegangan jatuh di sisi beban. Aliran daya berupa besar daya yang dibangkitkan,
besar rugi-rugi yang terjadi, besar arus yng mengalir pada sistem serta nilai voltage drop
dari sistem. ETAP (Electric Transient and Analysis Program) merupakan suatu perangkat
lunak yang mendukung sistem tenaga listrik. Perangkat ini mampu bekerja dalam keadaan
offline untuk simulasi tenaga listrik dan online untuk pengelolaan data dan kendali sistem

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
secara real-time. Fitur yang terdapat di dalamnya antara lain fitur untuk menganalisa
pembangkitan tenaga listrik, sistem transmisi, dan sistem distribusi tenaga listrik.
Dalam menganalisa tenaga listrik, suatu diagram saluran tunggal (single line
diagram) merupakan notasi yang disederhanakan untuk sebuah sistem tenaga listrik tiga
fasa. Sebagai ganti dari representasi saluran tiga fasa yang terpisah, digunakanlah sebuah
konduktor. Hal ini memudahkan dalam pembacaan diagram maupun analisa rangkaian.
Elemen elektrik seperti pemutus rangkaian, transformator, kapasitor, bus bar, dan
konduktor lain dapat ditunjukkan dengan menggunakan simbol yang telah distandardisasi
untuk diagram saluran tunggal. Elemen pada diagram tidak mewakili ukuran fisik atau
lokasi dari peralatan listrik, tetapi merupakan konvensi umum untuk mengatur diagram
dengan urutan kiri-ke-kanan yang sama, atas-ke-bawah, sebagai saklar, atau peralatan
lainnya yang diwakili. Beberapa elemen yang digunakan dalam suatu diagram saluran
tunggal adalah Generator, Transformator, Pemutus Tenaga, dan lain-lain.
Sistem distribusi merupakan keseluruhan komponen dari sistem tenaga listrik yang
menghubungkan secara langsung antara sumber daya yang besar (seperti gardu transmisi)
dengan konsumen tenaga listrik. Secara umum yang termasuk ke dalam sistem distribusi
antara lain :
1. Gardu Induk( GI )
Pada bagian ini jika sistem pendistribusian tenaga listrik dilakukan secara langsung,
maka bagian pertama dari sistem distribusi tenaga listrik adalah Pusat Pembangkit Tenaga
Listrik dan umumnya terletak di pinggiran kota.Untuk menyalurkan tenaga listrik ke
pusatpusat beban (konsumen) dilakukan dengan jaringan distribusi primer dan jaringan
distribusi sekunder. Jika sistem pendistribusian tenaga listrik dilakukan secara tak
langsung, maka bagian pertama dari sistem pendistribusian tenaga listrik adalah Gardu
Induk yang berfungsi menurunkan tegangan dari jaringan transmisi dan menyalurkan
tenaga listrik melalui jaringan distribusi primer.
2. Jaringan Distribusi Primer
Jaringan distribusi primer merupakan awal penyaluran tenaga listrik dari Gardu
Induk (GI) ke konsumen untuk sistem pendistribusian langsung. Sedangkan untuk sistem
pendistribusian tak langsung merupakan tahap berikutnya dari jaringan transmisi dalam
upaya menyalurkan tenaga listrik ke konsumen. Standar tegangan menengah di Indonesia
adalah 20 kV (Abdul Kadir 2006 : 149). Untuk wilayah kota, tegangan diatas 20kV tidak
diperkenankan, mengingat pada tegangan 30 kV akan terjadi gejala-gejala korona yang
dapat mengganggu frekuensi radio, televisi, telekomunikasi dan telepon. Sifat pelayanan
sistem distribusi sangat luas dan kompleks, karena konsumen yang harus dilayani
Laboratorium Sistem Tenaga Listrik
Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
mempunyai lokasi dan karakteristik yang berbeda. Sistem distribusi harus dapat melayani
konsumen yang terkonsentrasi di kota, pinggiran kota dan konsumen di daerah terpencil.
Sedangkan dari karakteristiknya, terdapat konsumen perumahan dan konsumen dunia
industri. Sistem konstruksi saluran distribusi terdiri dari saluran udara dan saluran bawah
tanah. Pemilihan konstruksi tersebut didasarkan pada pertimbangan yaitu alasan teknis
berupa persyaratan teknis, alasan ekonomis, alasan estetika dan alasan pelayanan yaitu
kontinuitas pelayanan sesuai jenis konsumen. Menurut Unggul (2011 : 2) pada jaringan
distribusi primer terdapat 4 jenis sistem konfigurasi jaringan yaitu :
a. Sistem Radial
Sistem distribusi dengan pola radial seperti gambar berikut adalah sistem distribusi
yang paling sederhana dan ekonomis. Pada sistemini terdapat beberapa penyulang yang
menyuplai beberapa gardu distribusi secara radial.

Dalam penyulang tersebut dipasang gardugardu distribusi untuk konsumen. Gardu


distribusi adalah tempat dimana trafo untuk konsumen dipasang. Bisa dalam bangunan
beton atau diletakan diatas tiang. Keuntungan dari sistem ini adalah sistem ini tidak rumit
dan lebih murah dibanding dengan sistem yang lain.
b. Sistem Hantaran Penghubung (Tie Line)
Sistem distribusi Tie Lineseperti gambar berikut umumnya digunakan untuk
pelanggan penting yang tidak boleh padam (Bandar Udara, Rumah Sakit, dan lain- lain).

Sistem ini memiliki minimal dua penyulang sekaligus dengan tambahan Automatic
Change Over Switch / Automatic Transfer Switch, dan setiap penyulang terkoneksi ke

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
gardu pelanggan khusus tersebut sehingga bila salah satu penyulang mengalami gangguan
maka pasokan listrik akan di pindah ke penyulang lain.
c. Sistem Loop
Pada jaringan tegangan menengah struktur lingkaran (Loop) seperti gambar berikut
ini dimungkinkan pemasokannya dari beberapa gardu induk, sehingga dengan demikian
tingkat keandalannya relatif lebih baik.

d. Sistem Spindel
Sistem Spindel seperti gambar berikut adalah suatu pola kombinasi jaringan dari
pola Radial dan Ring. Spindel terdiri dari beberapa penyulang (feeder) yang tegangannya
diberikan dari Gardu Induk dan tegangan tersebut berakhir pada sebuah Gardu Hubung
(GH).

Pada sebuah sistem spindel biasanya terdiri dari beberapa penyulang aktif dan
sebuah penyulang cadangan (express) yang akan dihubungkan melalui gardu hubung. Pola
spindel biasanya digunakan pada jaringan tegangan menengah yang menggunakan kabel
tanah atau saluran kabel tanah tegangan menengah (SKTM). Namun pada
pengoperasiannya, sistem spindel berfungsi sebagai sistem radial. Di dalam sebuah
penyulang aktif terdiri dari gardu distribusi yang berfungsi untuk mendistribusikan
tegangan kepada konsumen baik konsumen tegangan rendah (TR) atau tegangan menengah
(TM).
SUMBER :
http://lib.unnes.ac.id/21127/1/5301410042-S.pdf
http://eprints.umg.ac.id/937/3/BAB%20II.pdf

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
VII. DATA PENGAMATAN
Pada modul 1 belum ada data pengamatan

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
VIII. PENGOLAHAN DATA
Pada modul 1 ini tidak ada pengolahan data.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
IX. ANALISA
Pada praktikum kali melakukan percobaan modul I yang berjudul Diagram saluran tunggal
(Single Line Diagram). Pada modul I ini bertujuan untuk mempelajari fungsi software ETAP
dalam sistem tenaga listrik. Yang kedua kita dapat memahami cara pengoperasian program
software ETAP. Dan yang terakhir kita dapat menggambar diagram saluran tunggal sistem tenaga
listrik dan menyetting beberapa komponen komponen pada software ETAP. Diagram saluran
tunggal adalah notasi penyederhaan gambar listrik tiga fasa menjadi satu garis yang menjelaskan
sistem kelistrikan. Syarat dari Single Line Diagram adalah logis dan sesuai kebutuhan, mengikuti
standar yaitu standar grid code dan standar PLN, dan efektif dalam memilih komponen.
Sistem Tenaga Listrik adalah suatu kesatuan interkoneksi yang terdiri dari pusat listrik dan
pusat beban yang satu sama lain dihubungkan jaringan transmisi dan distribusi. Terdapat tiga
daerah penting pada sistem tenaga listrik yaitu pembangkit, transmisi dan distribusi. Pembangkit
adalah daerah yang menghasilkan daya. Transmisi adalah yang menyalurkan energi listrik dari
unit unit pembangkit yang tersebar ke distribusi yang akhirnya menyuplai beban. Distribusi
merupakan yang menghubungkan gardu induk ditribusi ke konsumen atau pusat beban.
Pada modul satu juga mempelajari tentang beberapa konfigurasi jaringan pada distribusi ,
yaitu konfigurasi radial , loop, spindle dan tie line. Konfigurasi radial ini merupakan jaringan
distribusi yang berbentuk ditarik radial dari sumber dengan ujung bercabang sebagai beban yang
disalurkan,konfigurasi ini sangat sederhana , keandalannya sangat minim dan biasanya berada di
daerah yang kecil atau pedesaan. Kemudian konfigurasi loop ini berbentuk seperti lingkaran
dikarenakan dengan sumber 2 arah dengan satu titik beban , yang mana jika salah satu aliran
cabangnya mengalami ganguan maka aliran lain yang membackup. Konfigurasi ini memiliki
keandalan yang lebih baik dan lebih rumit daripada radial. Konfigurasi Spindel memiliki
penyulang langsung atau feeder untuk terus menjamin bekerjanya system apabila salah satu
terdapar gangguan. Yang terakhir ada konfigurasi Tie Line adalah jenis konfigurasi yang paling
handal , biasanya berada di tempat yang gabisa padam contohnya di istana presiden, rumah sakit,
dll. Pada rangkaian modul ini menggunakan konfigurasi radial.
Pada percoban ini melakukan simulasi sld dengan menggunakan program software ETAP.
Terdapat dua standart yang digunakan untuk melakukan Analisa system tenaga listrik. Yaitu IEC
(International Electrotechnical Commission) dan ANSI (American National Standard Institute).
IEC biasanya standar yang digunakan di beberapa negara Asia contohnya Indonesia. Sedangkan
ANSI standar yang digunakan oleh Amerika. Perbedaanya pada aplikasi ETAP di beberapa
gambar komponen nya terdapat perbedaan. Pada praktikum ini kita menggunakan standar IEC.
Adapun komponen yang digunakan untuk merangkai pada praktikum modul Single Line
Diagram ini yaitu kita menggunakan 5 generator , generator adalah komponen atau alat yang
Laboratorium Sistem Tenaga Listrik
Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
menghasilkan tenaga listrik atau daya listrik yang berada di daerah pembangkit. Pembangkit yang
kita gunakan adalah tiga unit PLTU yang dipararelkan. Lalu ada PLTA dan PLTS. Syarat untuk
memperarelkan generator adalah fasa nya harus sama , frekuensinya sama, polaritasnya sama.
Urutan fasa dan bentuk gelombangnya juga harus sama. Terdapat empat mode generator di
program software ETAP. Yang pertama ada mode swing untuk menstabilkan system tenaga
listrik pada rangkaian. Kedua ada mode Voltage Control kita dapat mengatur tegangan dan daya
aktifnya. Ketiga ada mode MVAR control kita dapat mengatur daya aktif dan reaktifnya. Dan
yang terakhir ada mode PF control kita dapat mengatur tegangan dan factor dayanya. Kemudian
ada Power Grid merupakan komponen sederhana yang mempresentasikan sebuah jaringan besar
yang terdapat di system tenaga listrik yang terdiri dari generator dan jaringan yang
menghubungkan kabel, transmisi , trafo dan beban. Lalu kita menggunakan 2 winding
transformator. Transformator adalah suatu mesin listrik statis yang berfungsi untuk mengatur
level tegangan dengan frekuensi dan amplitude yang sama. Disini kita menggunakan 3 trafo
tenaga , 1 trafo IBT , 2 Trafo Dist 150/20 kV ( menurunkan tegangan dari 150 kV ke 20 kV) dan
3 trafo Dist 20/0,4 kV ( menurunkan tegangan dari 20 kV ke 0,4 kV). Kemudian kita
menggunakan transmission line yaitu saluran yang secara konstruksi tidak ada isolasi. Kita
menggunakan nya di tegangan yang ekstra tinggi dan tegangan tinggi, yaitu 1 buah SUTET, dan
4 buah SUTT. Kemudian ada cable , fungsinya sama dengan Transmision Line, namun cable
secara konstruksi memiliki isolasi dan digunakan pada tegangan menengah dan tegangan rendah
yaitu 5 SKUTM dan dan 9 SUTR. Lalu ada busbar , busbar merupakan penghubung beberapa
komponen. Terdapat dua jenis busbar yaitu single busbar dan double busbar. Perbedaanya pada
double busbar membutuhkan daerah penempatan yang lebih luas daripada single busbar, tingkat
keandalanya lebih tinggi karena jika ada gangguan , semua komponen tidak langsung mati.
Circuit breaker merupakan komponen yang berfungsi sebagai pemutus ketika terdapat gangguan
dalam rangkaian. Kita menggunakan 2 jenis Circuit Breaker yaitu HVCB (High Voltage Circuit
Breaker) dan LVCB (Low Voltage Circuit Breaker). Perbedannya yaitu pada HVCB digunakan
pada tegangan yang lebih dari 0,4 kV sedangkan LVCB pada 0,4 kV. Kemudian ada beban, ada
3 jenis beban yang kita gunakan yaitu static load, motor dan lumped load. Pada rangkaian modul
1 ini menggunakan ketiga beban tersebut. Perbedaan dari ketiga beban tersebut adalah pada static
load, merupakan beban statis yang tidak terdapat beban motor listrik sehingga tidak banyak
mempengaruhi tegangan sistem ketika start.Pada beban motor banyak menyerap daya reaktif.
Sehingga mempengaruhi factor daya pada suatu system. Terdapat dua jenis motor yang kita
gunakan yaitu motor induksi dan motor sinkron. Lumped load adalah beban dinamis yang
merupakan gabungan dari static load dan motor. Jadi pada lumped load ini kita dapat mengatur
berapa persen static load dan motornya. Kemudian ada Composite Network yaitu komponen
Laboratorium Sistem Tenaga Listrik
Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
dalam aplikasi ETAP yang berfungsi untuk menyederhanakan sebuah jaringan yang terdiri dari
system penyaluran berupa trafo, transmisi hingga menuju ke beban. CMTR adalah komponen
ETAP yang berfungsi untuk menyederhanakan sebuah jaringan yang terhubung langsung ke
beban. Yang terakhir ada PV Array yang berfungsi untuk mendapatkan besaran tegangan dan
arus tertentu.
Adapun kesalahan yang dapat terjadi pada percobaan ini adalah praktikan salah dalam
merangkai atau salah menaruh komponen dikarenakan gambar rangkaian modul yang kecil, jadi
beberapa praktikan salah membuat komponenya dikarenakan kurang jelas. Kesalahan lainnya
yaitu kesalahan dalam menginput nilai atau merating komponen pada rangkaian. Lalu terdapat
bug pada aplikasi ETAP yang kita gunakan yaitu terkadang kita sudah merating komponen
namun dikarenakan bug nilai yang kita input tidak masuk. Jadi sehingga membuat keliruan.
Untuk meminimalisir bug tersebut kita harus sering mengsave rangkaian kita agar tersimpan
sebelum terjadi bug tersebut.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
X. KESIMPULAN
1. Kita dapat memahami cara merangkai pada software ETAP ini dengan benar
2. Kita dapat mengetahui fungsi fungsi apa saja komponen komponen yang digunakan
pada saat merangkai software ETAP
3. Kita dapat merangkai diagram saluran tunggal system tenaga listrik dan setting
beberapa komponen dengan menggunakan program software ETAP

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
XI. REPORT

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
XII. PERTANYAAN

1. Pada Rangkaian yang anda telah buat, konfigurasi rangkaian apa yang anda pakai ? Dan
berikan alasan anda mengapa memilih menggunakan konfigurasi itu!

2. Apa yang anda ketahui mengenai mode generator yang ada pada ETAP? Jelaskan definisi
mode operasi generator Swing, Voltage Control, Mvar Control, dan PF Control! Jelaskan
mengapa dalam SLD harus ada minimal 1 generator yang bermode Swing!

3. Jelaskan cara mengatur beban static load menjadi 100% beban motor !

4. Jelaskan perbedaan dari Single Busbar dan Doubel Busbar (minimal 3 poin) !

5. Jelaskan perbedaan pengisian rating atas dan bawah pada komponen Generator

JAWABANNYA

1. Konfigurasi yang saya gunakan pada rangkaian tugas akhir adalah konfigurasi radial
memiliki Kelebihan : dari segi ekonomi lebih murah karena peralatan yang digunakan
sedikit di banding konfigurasi lain. Kekurangannya kehandalannya kurang
2. Terdapat empat mode generator di program software ETAP. Yang pertama ada mode swing
untuk menstabilkan system tenaga listrik pada rangkaian. Kedua ada mode Voltage Control
kita dapat mengatur tegangan dan daya aktifnya. Ketiga ada mode MVAR control kita
dapat mengatur daya aktif dan reaktifnya. Dan yang terakhir ada mode PF control kita dapat
mengatur tegangan dan factor dayanya. Alasan dalam SLD harus ada 1 generator bermode
swing adalah, dikarenakan mode swing digunakan untuk menstabilkan system tenaga
listrik, jadi dibutuhkan minimal 1, dan juga swing merupakan refrensi bagi system.

3. Dengan cara membuka nameplate pada lumped load , kemudia ubah Load Type nya
sampe constant kva yang diatas menunjukan 100%.
Laboratorium Sistem Tenaga Listrik
Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
4. Single busbar : - Busbar yang lebih sederhana
- Lebih sedikit memerlukan ruang pada penggunaanya
- Dan juga system yang ekonomis

Double busbar : - Lebih efektif untuk mengurangi pemadaman beban


- lebih membutuhkan ruang yang besar untuk pengunannya.
- Lebih mahal dari pada single busbar dikarenakan memerlukan
peraltan yang lebih banyak

5. Perbedaan rating atas dan bawah pada generator adalah rating yang diatas merupakan
kapasitas maksimum dari sebuah generator , sedangkan rating yang dibawah merupakan
kapasitas yang digunakan pada sebuah generator.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
MODUL II

ANALISA ALIRAN DAYA (LOAD FLOW ANALYSIS)

I. TUJUAN
1. Mempelajari konsep dan tujuan Analisa aliran daya dalam system tenaga listrik.
2. Menganalisa masalah masalah aliran daya pada system tenaga listrik.

II. ALAT DAN PERLENGKAPAN


1. 1 unit PC
2. Software ETAP

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
III. TEORI MODUL
Studi Aliran Daya Listrik adalah pembelajaran dalam rangka mendapatkan
informasi mengenai Analisa Load Flow atau Aliran Daya pada kondisi saat operasi sistem,
Tujuan dilakukannya Studi ini adalah untuk mengetahui dan mendapatkan operasi sistem
yang baik dan terevaluasi sesuai dengan kondisi pembangkitan danpembebanan nya.
Studi ini dapat dilakukan dengan menggunakan metode Manual maupun menggunakan
bantuan aplikasi yang pada dasarnya Studi ini tetap menggunakan Faktor Utama yaitu
Tegangan Bus, Faktor daya, Arus dan Aliran Daya dari pembangkitan ke pembebanan pada
sistem tenaga listrik yang dianalisa. Kualitas Daya, sesuai dengan Istilahnya yaitu sesuatu
yang berkaitan tentang keandalan dalam sistem tenaga listrik, yaitu energi listrik dengan
kualitas yang baik dan memenuhi kualitas yangmemenuhi standar minimum dalam sistem
tenaga listrik.
Pada dasarnya kualitas daya adalah sesuatu yang sangat penting dalam proses
terjadinya operasi sistem tenaga listrik yang mana dengan adanya kualitas daya listrik yang
baik dan memenuhi kualitas yang memenuhi standar dalam sistem tenaga listrik dapat
memberikan efektifitas dan efisiensi yang signifikan baik terutama dalam aspek
keekonomisan penggunaan daya listrik tersebut. Konsep perhitungan Load Flow atau
aliran daya dalam dilakukannya studi atau analisa aliran listrik adalah menghitung faktor-
faktor dasar pada sistem tenaga listrik seperti, besar beda potensial dan sudut fasa tegangan
ẟ.
Dalam studi/analisis aliran daya, bus-bus yang terdapat pada sistem tenaga listrik
diklasifikasikan ke dalam 3 jenis bus sebagai berikut:

1. Bus berayun (swing bus) atau juga dinamakan dengan slack bus yang dipilih dari bus
yang menjadi sumber tenaga listrik/pembangkit terbesar dan bertindak sebagaibus yang
akan memikul semua rugi daya pada sistem. Bus ini dinamai juga sebagaibus referensi
dimana magnitude tegangan dan sudut fase tegangan sudah ditentukan.
2. Bus kontrol tegangan (voltage control bus). Bus ini memiliki besar tegangan dan daya
reaktif tertentu. Pengaturan daya reaktif yang disuplai atau diserap dimaksudkan untuk
mengendalikan tegangan pada bus. Bus ini disebut juga dengan bus P-V dan biasanya
pembangkit/generator dipilih sebagai bus kontrol.
3. Bus beban (load bus). Daya aktif dan daya reaktif pada bus ini diketahui sedangkan
magnitude/besar tegangan dan sudut fase tegangan harus dicari melalui proses iterasi
sampai diperoleh nilai tertentu atau konvergensi telah dipenuhi dengan ketelitian
tertentu. Bus ini juga disebut dengan bus P-Q.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
Klasifikasi Bus pada Sistem Tenaga :
Tipe Bus Besaran yang Besaran yang tidak
diketahui diketahui
Generator P,V Q, ф
Referensi V; ф P, Q
Beban P, Q V, ф

Untuk melakukan kalkulasi aliran daya, terdapat 3 metode yang biasa digunakan:
1. Sistem Gauss-Seidel– Seidel
Method Sistem Gauss-Seidel adalah salah satu jenis analisis yang paling umum.
Keunggulan dari sistem ini adalahkesederhanaannya dalam pengoperasian, daya
komputasi yang diperlukan terbatas, dan waktu penyelesaian yang lebih sedikit. Namun,
tingkat konvergensinya yang lambat menghasilkan banyak iterasi.Jumlah bus yang lebih
banyak meningkatkan iterasi ini.
2. Metode Newton–Raphson
Metode Newton-Raphson adalah metode yang lebih canggih, menggunakan
konvergensi kuadrat, dan dapat digunakan untuk situasi yang lebih kompleks. Metode
ini membutuhkan lebih sedikit iterasi untuk mencapai konvergensi, danoleh karena itu
juga membutuhkan lebih sedikit waktu komputer. Ini juga lebihakurat karena kurang
sensitif terhadap faktor-faktor rumit seperti pemilihan buskendur atau transformator
regulasi. Salah satu kelemahannya adalah pemrograman.
3. Fast Decoupled Method
Keuntungan utama dari metode ini adalah menggunakan lebih sedikit memori
komputer. Kecepatan kalkulasi 5x lebih cepat daripada metode Newton – Raphson,
menjadikannya pilihan populer untuk manajemen jaringan listrik secara real-time.
Namun, ini bisa menjadi kurang akurat karena asumsi digunakan untuk mendapatkan
penghitungan cepat. Karena lebih sulit untuk mengubah program komputer ini untuk
mencari masalah lain seperti keamananatau aliran sistem daya, cakupannya menjadi
terbatas.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
Macam-Macam Jenis daya :

S = V I (VA) = I2Z

Q = V I SIN ϕ (VAR) = I2X

P = V I COS ϕ (WATT) = I2R


Gambar 2. 1 Segitiga Daya dan Rumusnya
1. Daya Aktif (P)
Daya aktif (Active Power) adalah daya yang terpakai untuk melakukan energi
sebenarnya. Satuan daya aktif adalah Watt.
2. Daya Reaktif (Q)
Daya reaktif adalah jumlah daya yang diperlukan untuk pembentukan medan
magnet. Dari pembentukan medan magnet maka akan terbentuk fluks medanmagnet.
Contoh daya yang menimbulkan daya reaktif adalah transformator, motor,lampu pijar
dan lain – lain. Satuan daya reaktif adalah Var.
3. Daya Semu (VA)
Daya Semu adalah daya yang dihasilkan oleh perkalian antara tegangan dan arus
dalam suatu jaringan atau daya yang merupakan hasil penjumlahan trigonometri daya
aktif dan daya reaktif. Satuan daya semu adalah VA.
Adanya drop voltage maka akan mempengaruhi besar daya yang diterima dan terjadi
rugi rugi daya (losses) yang dirumuskan dengan :

Plooses = I2.R

Dimana:
Plooses : Rugi-rugi daya aktif (W)
I = Arus (A)
R = Hambatan (Ohm)

Qlooses = I2.X

Dimana:
Qlooses : Rugi-rugi daya reaktif (Var)
I = Arus (A)
X = Reaktansi (Ohm)

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
DAFTAR PUSTAKA
[1] Faruq, U., Ridho, A., Vrayulis, M., & Julio, E. (2021). Analisa Aliran Daya pada
Sistem Tenaga Listrik menggunakan ETAP 12.6. Jurnal Sain, Energi, Teknologi &
Industri, 16-18.
[2] Hakim, M. F. (2014). ANALISIS KEBUTUHAN CAPACITOR BANK BESERTA
IMPLEMENTASINYA UNTUK MEMPERBAIKI FAKTOR DAYA LISTRIK DI
POLITEKNIK KOTA MALANG. Jurnal ELTEK, 107-108.
[3] Hrarun, E. H., Adam, M. T., & Ilham, J. (2022). Perbaikan Kualitas Tegangan
Distribusi 20 kV di Gardu Hubung Lemito Melalui Studi Aliran Daya. Jambura
Journal of Electrical and Electronics Engineering, 144.
[4] Idris, K., Stevenson Jr, W.D., 1996. Analisis Sistem Tenaga Listrik. Erlangga Jkt..
[5] L.P. Singh, "Advanced Power System Analysis & Dynamics" dari New Age
International, ISBN 81-224-1732-9.
[6] I.J. Nagrath & D.P Kothari, "Modern Power System Analysis" dari Tata McGrawHill,
ISBN 978-0-07-049489-3, ISBN 0-07-049489-4
[7] Grainger, J.; Stevenson, W. (1994). Power System Analysis. New York:McGraw–
Hill. ISBN 0-07-061293-5

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
IV. LANGKAH PERCOBAAN
1. Gambarkan model one line diagram lanjutan dari modul 1

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
2. Klik menu , kemudian klik study case akan tampil seperti dibawah ini: klik
alert, untuk mensetting batas kritis dan marginal system sesuai standard. Pada critical
undervoltage diganti standardnya menjadi 90% dan marginal undervoltage menjadi
95%.

3. Running Load Flow dan amati warna bus :


a. Jika bus berwarna merah artinya level tegangan dalam kondisi kritis.
b. Jika bus berwarna pink artinya level tegangan dalam kondisi marginal
c. Jika bus berwarna hitam artinya level tegangan sesuai standard
4. Catat datanya pada table data pengamatan.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
V. GAMBAR RANGKAIAN
• Gambar Rangkaian Modul
- Sesudah Running “ Load Flow “ Dengan Menampilkan KW & KVar dan telah
mengatur standart jatuh tegangan
GAMBAR SINGLE LINE DIAGRAM

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
GAMBAR NETWORK

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
GAMBAR CMTR1

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
VI. TEORI TAMBAHAN
Pada Sistem Tenaga Listrik selalu memiliki kecendrungan yaitu terjadinya
pembentukan sistem Interkoneksi antara satu pusat pembangkit dengan Pembangkit
lainnya dengan tujuan agar sistem memiliki tingkat keandalan yang mumpuni serta
distribusi listrik yang layak [1]. Mempelajari proses terjadinya Aliran daya pada suatu
Sistem Tenaga Listrik adalah kegiatan memahami serta menentukan tegangan, arus, daya
aktif dan reaktif pada Sistem tenaga Listrik yang nantinya indikator analisis tersebut akan
menjadi acuan dengan melihat prosesnya guna menjaga pengoperasian jaringan listrik
selalu dalam keadaan baik dan stabil hingga waktu yang lama.
Pada dasarnya setiap Sistem Tenaga Listrik memiliki modul atau dikenal dengan
sebutan BUS yang didalamnya terdapat proses terjadinya Aliran daya yang terdiri dari
Sudut serta magnitude beda potensial, aliran daya aktif dan reaktif, kondisi serta segala hal
yang diperlukan untuk kestabilan proses berjalannya Sistem Tenaga Listrik tersebut, yang
mana berdasarkan tujuan tersebut terdapat 3 macam Bus yaitu Generator Bus, Beban Bus,
dan Penghubung Bus.

Bus Generator adalah bus yang memiliki pengaturan daya reaktif yang dapat
dikontrol agar tegangangnya pasti. Bus ini juga dinamakan sebagai PV Bus karena terdiri
dari parameter berupa Daya (P) dan Tegangan (V) Bus Referensi adalah Bus yang menjadi
penghubung untuk memberikan suplai ketika terjadi kebutuhan DayaAktif(P) dan
dayaReaktif (Q) didalam Sistem Tenaga Listrik. Bus ini memiliki Parameter berupa
Tegangan (V) dan Sudut Fasa (ẟ). Pada suatu Sistem Tenaga Listrik hanya terdapat 1 Bus
Referensi sebagai Tempat Pembangkit atau Generator dengan kapasitas terbesar didalam
Sistem Tenaga Listrik. Bus Beban adalah Bus yang memiliki hubungan dengan Tahap
akhir dari suatu Sistem Tenaga Listrik yaitu Beban. Bus Beban memiliki Parameter yaitu
Daya Aktif (P) dan Daya Reaktif (Q) sehingga Bus ini juga dapat disebut sebagai PQ Bus.
Sistem Distribusi Listrik Primer adalah Jaringan Sistem Tenaga Listrik yang
dikelompokkan sebagai jaringan tegangan menengah yaitu sebesar 20 kV jaringan ini pada
dasarnya dipergunakan untuk menyalurkan listrik dari pusat pembangkitan atau bisa
disebut sebagai Gardu Induk listrik menuju ke Pusat Beban dengan berupa melalui Saluran
Udara maupun Tanah. Jaringan ini memiliki beberapa macam model yaitu Jaringan Radial,
Laboratorium Sistem Tenaga Listrik
Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
Jaringan Hantaran Penghubung, Jaringan Spindel dan Jaringan Loop Daya adalah Asas
terjadinya energi listrik yang dengannya dapat memungkinkan muncul Tenaga listrik yang
dapat dipergunakan dengan Watt sebagai satuannya. Dalam Sistem Tenaga Listrik dua arah
(bolak balik atau Alternating Current = AC), Daya menggunakan Konsep Segitiga Daya
dalam pengaplikasiannya. Disebabkan dalam Sistem AC tentu memiliki beberapa hal yang
dapat menyebabkan tidak sesuainya jumlah Daya awal. Segitiga daya terdiri atas Daya
Aktif (P), Daya Reaktif (Q) dan Daya semu (S) yang menjadi Jumlah Daya pasti dalam
Rangkaian AC,

Studi Aliran Daya Listrik adalah pembelajaran dalam rangka mendapatkan


informasi mengenai Analisa Load Flow atau Aliran Daya pada kondisi saat operasi sistem,
Tujuan dilakukannya Studi ini adalah untuk mengetahui dan mendapatkan operasi sistem
yang baik dan terevaluasi sesuai dengan kondisi pembangkitan dan pembebanannya. Studi
ini dapat dilakukan dengan menggunakan metode Manual maupun menggunakan bantuan
aplikasi yang pada dasarnya Studi ini tetap menggunakan Faktor Utama yaitu Tegangan
Bus, Faktor daya, Arus dan Aliran Daya dari pembangkitan ke pembebanan pada sistem
tenaga listrik yang dianalisa. Kualitas Daya, sesuai dengan Istilahnya yaitu sesuatu yang
berkaitan tentang keandalan dalam sistem tenaga listrik, yaitu energi listrik dengan kualitas
yang baik dan memenuhi kualitas yang memenuhi standar minimum dalam sistem tenaga
listrik.
Pada dasarnya kualitas daya adalah sesuatu yang menjadi primadona dalam proses
terjadinya operasi sistem tenaga listrik yang mana dengan adanya kualitas daya listrik yang
baik dan memenuhi kualitas yang memenuhi standar dalam sistem tenaga listrik dapat
memberikan efektifitas dan efisiensi yang signifikan baik terutama dala aspek
keekonomisan penggunaan daya listrik tersebut Konsep perhitungan Load Flow atau aliran
daya dalam dilakukannya studi atau analisa aliran listrik adalah menghitung faktor faktor
dasar pada sistem tenaga listrik seperti, besar beda potensial dan sudut fasa tegangan ẟ.
Perhitungan Aliran Daya juga menjadi salah satu proses dilakukannya perhitungan
terhadapa besarnya Daya Aktif (P) dan Daya Reaktif (Q) didalam setiap bagian terutama
yang menjadi komponen utama dalam sistem pendistribuan daya listrik dalam sistem
Laboratorium Sistem Tenaga Listrik
Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
tenaga listrik, tak lupa juga berdasarkan dilakukannya perhitungan daya Aktif (P) dan Daya
Reaktif (Q) juga dapat dilakukan Analisa terhadap Jatuh tegangan dan Rugi Rugi daya
pada sistem baik pembangkitan maupun Beban.
ttttAliran Daya Menggunakan ETAP Studi dan Analisa Load Flow atau Aliran
Daya disini menggunakan metode yang dapat dikatakan langsung atau automatis karena
menggunakan aplikasi yaitu aplikasi ETAP, Pada Analisa yang akan dilakukan nantinya
akan dilakukan perhitungan terhadap Tegangan Jalur, Faktor daya dan Arus serta yang
paling utama yaitu perhitungan dan mengetahu proses aliran daya pada sistem tenaga listrik
tersebut. Aplikasi ini dapat diatur menggunakan Sumber Daya berayun atau Swing,
Tegangan pada banyak Sumber dan Beban.\
SUMBER :
file:///C:/Users/eriel/Downloads/7031-Article%20Text-30004-4-10-
20220112%20(2).pdf

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
VII. DATA PENGAMATAN

Tabel 2.1 Data Transformator

No. Transformator Pembebanan KW Losses KVar Losses


Trafo Tng I 13,8/500 41,8 18,58 KW 371,6 KVar
1.
KV
2. Trafo IBT 500/150 KV 43,9 19,96 KW 399,2 KVar
3. Trafo Dist II 150/20 KV 52,9 22,61 KW 293,9 KVar
4. Trafo Dist III 20/0,4 KV 53,9 5,91 KW 35,46 KVar

Tabel 2.2 Report Sistem Single Line


Adaptive Newton Raphson
No. Busbar Precision = 0.0001
(MV) (MVAR) (KA) (KV)
1. GI DAAN MOGOT – GI 7,777 3,222 0,0256 150
DAAN MOGOT II
2. GI KIT I – GI KIT IB -8,981 -2,328 0,0016 500
3. GI DURI KOSAMBI I – 3.466 1,648 0,0148 150
GI DURI KOSAMBI II
4. Bus 16 – Gardu 0,972 -0.276 0,030 96,2
Distribusi Semanan

Jumlah Iterasi = 3

Losses = 0.243 MW, 0,552 MVar

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
VIII. PENGOLAHAN DATA
SKUTM I

QLooses = I2 .X

= 42,22 X 0,0898

= 159,9194 Var

Plosses = I2 .R

=42,22 X 0,061042

= 108,7060 W

SUTR I = I2 .X

= 7652 X 0,071

= 41550,975Var

Plosses = I2 .R

=7652 X 0,061042

= W

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
IX. ANALISA
Pada praktikum kali melakukan percobaan modul II yang berjudul Analisa Aliran Daya
(Load Flow Analys). Pada modul II ini bertujuan untuk mempelajari konsep dan tujuan Analisa
aliran daya dalam system tenaga listrik. Yang kedua menganalisa masalah masalah aliran daya
dalam system tenaga listrik. Masalah masalah yang dimaksud seperti terjadinya jatuh tegangan
dan rugi rugi daya. Analisa aliran daya adalah studi untuk mengetahui aliran dan besar daya
dalam system tenaga listrik dari pembangkit, transmisi sampe distribusi.
Pada moduli II ini kita dapat mengetahui jenis jenis busbar yang ada system tenaga listrik,
yaitu swing bus, generator bus, dan load bus. Swing bus adalah bus yang terhubung dengan
generator bermode swing, swing bus juga disebut dengan bus refrensi. Generator bus adalah bus
yang terhubung dengan generator yang bermode selain mode swing. Kemudian ada Load bus
adalah bus yang terhubung dengan beban.
Pada modul ini juga mempelajari segitiga daya , yaitu daya aktif , daya reaktif , dan daya
semu. Daya aktif adalah daya yang digunakan untuk melakukan energi yang sebenarnya atau
juga daya yang sebenarnya yang dibutuhkan beban. Rumusnya adalah P = V . I . cos 𝜑 , dengan
satuan WATT. Daya reaktif adalah daya yang diserap oleh beban induktif. Rumus untuk mencari
daya reaktif adalah Q = V . I . sin 𝜑 dengan satuan VAR. Daya semu adalah keseluruhan daya
yang belum terpakai atau perkalian antara tegangan dan arus. Rumus untuk mencari daya semu
adalah V. I dengan satuan VA.
Rugi rugi daya adalah daya yang hilang ketika pengaliran daya dari generator ke beban.
Rugi-rugi daya disebabkan oleh peristiwa terjadinya jatuh tegangan. Pada pertemuan ini kita
dapat mengetahui bagaiamana mencari rugi rugi daya , ada rugi rugi daya satu fasa dan tiga fasa.
Untuk mencari rugi rugi daya dapat dicari dengan rumus Rugi rugi daya aktif ( W) dengan rumus
Plosses =I2 . R dan rugi rugi yang mana I = Arus (A) dan R = Hambatan (Ohm) dan juga ada
rugi rugi daya reaktif (Var) dengan rumus I2 . X yang mana I = Arus (A) dan X = Reaktansi
𝐼 2 .𝑅 . 3 .𝐿
(Ohm). Sedangkan yang tiga fasa yaitu , Rugi rugi daya aktif dengan rumus Plossess = 1000

dimana I = Arus(Ampere) , R = hambatan (Ohm) dan 3 merupakan fasanya dan L sama dengan
𝐼 2 .𝑅 . 3 .𝐿
Panjang kawat atau saluran . Rugi rugi daya reaktif dengan rumus Qlossess = dimana I
1000

= Arus, X = Reaktansi (Ohm) dan 3 merupakan fasanya dan L sama dengan Panjang kawat atau
saluran .
Pada percoban ini melakukan simulasi analisa alirqan daya dengan menggunakan
program software ETAP. Terdapat dua standart yang digunakan untuk melakukan Analisa
system tenaga listrik. Yaitu IEC (International Electrotechnical Commission) dan ANSI
(American National Standard Institute). IEC biasanya standar yang digunakan di beberapa negara

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
Asia contohnya Indonesia. Sedangkan ANSI standar yang digunakan oleh Amerika. Perbedaanya
pada aplikasi ETAP di beberapa gambar komponen nya terdapat perbedaan. Pada praktikum ini
kita menggunakan standar IEC. Adapun komponen yang digunakan untuk merangkai pada
praktikum modul Single Line Diagram ini yaitu kita menggunakan 5 generator , generator adalah
komponen atau alat yang menghasilkan tenaga listrik atau daya listrik yang berada di daerah
pembangkit. Pembangkit yang kita gunakan adalah tiga unit PLTU yang dipararelkan. Lalu ada
PLTA dan PLTS. Syarat untuk memperarelkan generator adalah fasa nya harus sama ,
frekuensinya sama, polaritasnya sama. Urutan fasa dan bentuk gelombangnya juga harus sama.
Terdapat empat mode generator di program software ETAP. Yang pertama ada mode swing
untuk menstabilkan system tenaga listrik pada rangkaian. Kedua ada mode Voltage Control kita
dapat mengatur tegangan dan daya aktifnya. Ketiga ada mode MVAR control kita dapat
mengatur daya aktif dan reaktifnya. Dan yang terakhir ada mode PF control kita dapat mengatur
tegangan dan factor dayanya. Kemudian ada Power Grid merupakan komponen sederhana yang
mempresentasikan sebuah jaringan besar yang terdapat di system tenaga listrik yang terdiri dari
generator dan jaringan yang menghubungkan kabel, transmisi , trafo dan beban. Lalu kita
menggunakan 2 winding transformator. Transformator adalah suatu mesin listrik statis yang
berfungsi untuk mengatur level tegangan dengan frekuensi dan amplitude yang sama. Disini kita
menggunakan 3 trafo tenaga , 1 trafo IBT , 2 Trafo Dist 150/20 kV ( menurunkan tegangan dari
150 kV ke 20 kV) dan 3 trafo Dist 20/0,4 kV ( menurunkan tegangan dari 20 kV ke 0,4 kV).
Kemudian kita menggunakan transmission line yaitu saluran yang secara konstruksi tidak ada
isolasi. Kita menggunakan nya di tegangan yang ekstra tinggi dan tegangan tinggi, yaitu 1 buah
SUTET, dan 4 buah SUTT. Kemudian ada cable , fungsinya sama dengan Transmision Line,
namun cable secara konstruksi memiliki isolasi dan digunakan pada tegangan menengah dan
tegangan rendah yaitu 5 SKUTM dan dan 9 SUTR. Lalu ada busbar , busbar merupakan
penghubung beberapa komponen. Terdapat dua jenis busbar yaitu single busbar dan double
busbar. Perbedaanya pada double busbar membutuhkan daerah penempatan yang lebih luas
daripada single busbar, tingkat keandalanya lebih tinggi karena jika ada gangguan , semua
komponen tidak langsung mati. Circuit breaker merupakan komponen yang berfungsi sebagai
pemutus ketika terdapat gangguan dalam rangkaian. Kita menggunakan 2 jenis Circuit Breaker
yaitu HVCB (High Voltage Circuit Breaker) dan LVCB (Low Voltage Circuit Breaker).
Perbedannya yaitu pada HVCB digunakan pada tegangan yang lebih dari 0,4 kV sedangkan
LVCB pada 0,4 kV. Kemudian ada beban, ada 3 jenis beban yang kita gunakan yaitu static load,
motor dan lumped load. Pada rangkaian modul 1 ini menggunakan ketiga beban tersebut.
Perbedaan dari ketiga beban tersebut adalah pada static load, merupakan beban statis yang tidak
terdapat beban motor listrik sehingga tidak banyak mempengaruhi tegangan sistem ketika
Laboratorium Sistem Tenaga Listrik
Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
start.Pada beban motor banyak menyerap daya reaktif. Sehingga mempengaruhi factor daya pada
suatu system. Terdapat dua jenis motor yang kita gunakan yaitu motor induksi dan motor sinkron.
Lumped load adalah beban dinamis yang merupakan gabungan dari static load dan motor. Jadi
pada lumped load ini kita dapat mengatur berapa persen static load dan motornya. Kemudian ada
Composite Network yaitu komponen dalam aplikasi ETAP yang berfungsi untuk
menyederhanakan sebuah jaringan yang terdiri dari system penyaluran berupa trafo, transmisi
hingga menuju ke beban. CMTR adalah komponen ETAP yang berfungsi untuk
menyederhanakan sebuah jaringan yang terhubung langsung ke beban. Yang terakhir ada PV
Array yang berfungsi untuk mendapatkan besaran tegangan dan arus tertentu.
Percobaan yang kita lakukan di modul ini adalah mengatur standar marginal dan critical
dari jatuh tegangan, kita mengubah pada saat over voltage criticalnya menjadi 105% dan
marginalnya 102%. Dan pada saat undervoltage itu diubah menjadi criticalnya 90 % dan
marginalnya 95% . Standar jatuh tegangan yang ditetapkan oleh PLN adalah untuk
overvoltagenya +5 % sedangkan undervoltagenya -10% . Kemudian kita running rangkaiannya
dengan run load flow analysis. Apabila kondisi warna bus berwarna merah itu menunjukan
critical. Apabila bus nya berwarna pink artinya marginal. Apabila warna hitam maka artinya level
tegangan sudah sesuai dengan standard. Untuk menganalisa arah dan besar aliran daya dapat
dilihat pada tanda panah pada saat running load flow analysis. Apabila tanda panah nya
menunjukan ke arah busbar, maka ketika angka ya positif artinya komponenya menyuplai nya,
sedangkan ketika angkanya negative maka menandakan komponenya menyerap daya. Apabila
tanda panahnya menunjukan ke arah komponen, maka ketika angkanya negative maka komponen
tersebut menyerap daya, sedangkan jika angkanya negative maka komponen tersebut menyuplai
daya.
Adapun kesalahan yang dapat terjadi pada percobaan ini adalah praktikan salah dalam
merangkai atau salah menaruh komponen dikarenakan gambar rangkaian modul yang kecil, jadi
beberapa praktikan salah membuat komponenya dikarenakan kurang jelas. Kesalahan lainnya
yaitu kesalahan dalam menginput nilai atau merating komponen pada rangkaian. Lalu terdapat
bug pada aplikasi ETAP yang kita gunakan yaitu terkadang kita sudah merating komponen
namun dikarenakan bug nilai yang kita input tidak masuk. Jadi sehingga membuat keliruan.
Untuk meminimalisir bug tersebut kita harus sering mengsave rangkaian kita agar tersimpan
sebelum terjadi bug tersebut.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
X. KESIMPULAN
1. Kita dapat memahami bagaimana konsep Analisa aliran daya dan tujuan di dalam
system tenaga listrik .
2. Kita dapat memahami bagaimana menganalisa masalah masalah aliran daya pada
system tenaga listrik.
3. Kita dapat membaca bagaiman aliran daya dalam sebuah system tenaga listrik, pada saat
positif ke arah bus maka artinya komponen menyuplai, ketika tanda panah mengarah
komponen pada saat positif artinya komponen menyerap.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
XI. REPORT

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
XII. PERTANYAAN
1. Jelaskan analisis aliran daya pada bus distribusi pada GI KIT IB hingga GI KIT I,
beserta penjelasan arah panahnya !
2. Mengapa dalam suatu sistem tenaga listrik harus memiliki pembangkit mode
swing?jelaskan!
3. Jelaskan yang dimaksud dengan rugi-rugi daya pada system tenaga listrik !
4. Jelaskan 3 perbedaan warna yang terjadi pada busbar ketika tersambung pada beban
5. Hitunglah Qlosses saluran distribusi di SKUTM I dan SUTR I !
6. Hitunglah Plosses saluran distribusi di SKUTM I dan SUTR I !
7. Pada simulasi ETAP, apakah ada pengaruh dari perubahan metode kalkulasi aliran
daya dan jelaskan cara mengubah metode kalkulasi aliran dayanya !

JAWABANNYA
1. Pada rangkaian di modul 2 ini kitab isa lihat pad bus GI KIT IB tanda panah yang
menujukan ke arah bus itu menandakan bahwa generator menyuplai daya aktif 3000
kW, 2500 kW,2000 kW dan daya reaktif 900 kVAR, 500 kVAR, 500 kVAR.
Kemudian tanda panah menuju ke arah komponen itu menunjjukan bahwa trafo
menyerap daya sebesar 7500 kW dan 1900 kVAR. Pada GI KIT I, arah tanda panah
menuju komponen artinya SUTT I menyerap daya aktif sebesar 7487 kW dan 1645
kVAR.
2. Alasan dalam system tenaga listrik harus ada 1 generator bermode swing adalah,
dikarenakan mode swing digunakan untuk menstabilkan system tenaga listrik, jadi
dibutuhkan minimal 1, dan juga swing merupakan refrensi bagi system
3. Rugi rugi daya adalah daya yang hilang ketika pengaliran daya dari pembangkit ke
generator. Rugi rugi daya disebabkan oleh jatuh tegangan .beberapa factor yang
mempengaruhi rugi rugi daya ada arus , hambatan , reaktansi dan Panjang kawat atau
saluran
4. - Jika bus berwarna Merah artinya level tegangan dalam kondisi kritis.
- Jika bus berwarna Pink artinya level tegangan dalam kondisi marginal.
- Jika bus berwarna hitam artinya level tegangan dalam kondisi standard
5. SKUTM I :
QLooses = I2 .X

= 42,22 X 0,0898

= 159,9194 Var
Laboratorium Sistem Tenaga Listrik
Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
SUTR I = I2 .X

= 7652 X 0,071

= 41550,975Var

6. SKUTM I :
Plosses = I2 .R

=42,22 X 0,061042

= 108,7060 W

Plosses = I2 .R

=7652 X 0,061042

= W

7. Ada pengaruh, cara mengubahnya yaitu membuka menu load flow , lalu klik edit study
case , lalu pada menu info akan ditampilkan method, pilih metode kalkulasi apa yang
akan digunakan.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A Manurung
2020-11-248
SUB MODUL II
EKSPERIMEN SISTEM TRANSMISI DAN DISTRIBUSI DAYA

I. TUJUAN
1. Memahami konsep penyaluran tenaga listrik pada sistem transmisi dan distribusi.
2. Menganalisa nilai arus dan tegangan pada kondisi berbeban dan tidak berbeban.

II. ALAT DAN PERLENGKAPAN


1. Three Phase Power Supply
2. Power Circuit Breaker
3. Three Phase Transformer TL415KV
4. Transmission Line Model TL415KV
5. Electrical Meter
6. Resistive Load
7. Inductive load
8. Capasitive load

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A Manurung
2020-11-248
III. TEORI MODUL
Klasifikasi Saluran Transmisi Berdasarkan Tegangan

Ditinjau dari klasifikasi tegangannya, transmisi listrik dibagi menjadi:

1. Saluran Udara Ekstra Tinggi (SUTET) 200 kV – 500 Kv. Tujuannya adalah agar drop
tegangan dari penampang kawat dapat direduksi secara maksimal, sehingga
diperoleh operasional yang efektif dan efisien.
2. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 30 kV – 150 kV, Jarak terjauh yang
palingefektif dari saluran transmisi ini ialah 100 km. Jika jarak transmisi lebihdari
100 km maka tegangan jatuh (drop voltage) terlalu besar, sehinggategangan diujung
transmisi menjadi rendah.
3. Saluran Kabel Tegangan Tinggi ( SKTT ) 30 kV – 150 kV. Saluran transmisi
dipasang di kota-kota besar menggunakan kabel bawah tanah.
Pembagian Jaringan Distribusi Tenaga Listrik

Sistem jaringan distribusi tenaga listrik dapat dibedakan berdasarkan tegangan, arus dan
sistem penyaluran.
1. Tegangan

Berdasarkan besarnya tegangan listrik, jaringan distribusi tenaga listrik dapat


dibedakan menjadi 2 (dua) sistem, yaitu : sistem jaringan distribusi primer dan sistem
jaringan distribusi sekunder.
a. Sistem Jaringan Distribusi Primer Sistem jaringan distribusi primer atau sering
disebut jaringan distribusi tegangan menengah (JDTM) terletak diantara gardu induk
dengan gardu pembagi, yang memiliki tegangan sistem lebih tinggi dari tegangan
terpakai untuk konsumen.
b. Sistem Jaringan Distribusi Sekunder Sistem jaringan distribusi sekunder atausering
disebut jaringan distribusi tegangan rendah (JDTR), merupakan jaringan yang
berfungsi sebagai penyalur energi listrik dari gardu pembagi (gardu distribusi) ke
pusat beban (konsumen tenaga listrik)
2. Arus

Berdasarkan sumber arus listrik maka sistem jaringan distribusi dapat dibedakan menjadi
2 (dua) jenis, yaitu :
a. Jaringan Distribusi AC

Jaringan distribusi arus bolak-balik (AC) paling banyak digunakan. Penyaluran

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A Manurung
2020-11-248
energi listrik dari gardu induk ke konsumen tegangan menengah20 kV menggunakan
sistem 3 (tiga) fasa sedangkan penyaluran energi listrik dari gardu distribusi ke
konsumen tegangan rendah seperti industri menggunakan sistem 3 fasa dengan
tegangan 380 V, akan tetapi penyaluran energi listrik ke perumahan menggunakan
sistem 1 fasa yaitu 220 V.

b. Jaringan Distribusi DC

Jaringan distribusi arus searah (DC) jarang digunakan, walaupun ada untuk
daerah tertentu. Penggunaan jaringan DC ini dilakukan dengan jalan menyearahkan
terlebih dahulu arus AC (bolak-balik) ke arus DC (searah) dengan alat penyearah
converter, sedangkan untuk merubah kembali dari arus bolakbalik ke arus searah
digunakan alat inverter. Dari kedua sistem iniyang banyak digunakan adalah sistem
distribusi arus bolak-balik (AC).
3. Sistem Penyaluran

Berdasarkan sistem penyalurannya, jaringan distribusi dapat dibedakan menjadi dua


macam , yaitu :
a. Saluran Udara (Overhead Line)

Saluran udara merupakan sistem penyaluran tenaga listrik melalui kawat penghantar
yang ditompang pada tiang listrik.

b. Saluran Bawah Tanah (Underground Cable)

Saluran bawah tanah merupakan sistem penyaluran tenaga listrik melalui kabel yang
ditanamkan di dalam tanah.
Karakteristik Beban Listrik

Dalam sistem listrik arus bolak-balik (AC) karakteristik beban listrik dapat diklasifikasikan
menjadi tiga macam, yaitu :
a). Beban Resistif (R)
b). Beban Induktif (L)
c). Beban Kapasitif (C)
Pemodelan Beban

a) Constant Power
Beban Constant power akan menjaga daya yang disuplai ke beban tetap
konstan. Pada beban constant power nilai daya aktif dan daya reaktif yang tidak

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A Manurung
2020-11-248
tergantung denganvariasi besarnya tegangan pada beban tersebut .
b) Constant impedance
Constant impedance adalah pemodelan beban yang dimodelkan bahwa
beban menjaga besarnya impedansi pada beban tersebut. Pada beban constant
impedance, besarnya daya aktif dan daya reaktif berubah sesuai dengan kuadrat
besarnya tegangan
c) Constant Current
Constant current adalah pemodelan beban yang dimodelkan bahwa beban
menjaga besarnya arus yang mengalir pada beban tersebut. Pada beban constant
current, besarnya daya aktif dan daya reaktif berubah sesuai dengan besarnya
tegangan.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Hudaya, Chairul. (2010). Transmission of Electrical Energy. Depok: Universitas


Indonesia.
[2] Jumadi, & Tambunan, J. M. (2015). Analisis Pengaruh Jenis Beban Listrik
Terhadap Kinerja Pemutus Daya Listrik di Gedung Jakarta. JURNAL ENERGI
&KELISTRIKAN VOL. 7 NO. 2.
[3] Pratama, G. R., Hakim, L., & Zebua, O. (2016). Penerapan Model Beban Zip Untuk
Analisa Aliran Daya Tiga Fasa pada Penyulang Katu GI Menggala. Jurnal
Rekayasa dan Teknologi Elektro.
[4] Dasman, & Handayani. (2017). Evaluasi Keandalan Sistem Distribusi 20 Kv
Menggunakan Metode Saidi. Jurnal Teknik Elektro ITP, 6(2), 173.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A Manurung
2020-11-248
IV. LANGKAH PERCOBAAN
Percobaan: Ohmic NO Load

Objectives:

Pengukuran dan interpretasi rasio arus dan tegangan saluran transmisi dengan
Tanpa beban.

Equipment:
• Three Phase Power Supply
• Power Circuit Breaker
• Three Phase Transformer TL415KV
• Transmission Line Model TL415KV
• Electrical Meter

Experiment procedure
1. Buatlah rangkaian sesuai dengan diagram gambar 5 di atas.
2. Setel sisi primer trafo tiga fasa pada sambungan STAR 415V dan menggunakan
bridging plug dan konektor dan setel sisi sekunder ke bintang Vo +5%. (Catatan: Vo
adalah 380VAC)
3. Masukkan semua busi penghubung yang menghubungkan ke kapasitansi ke model
saluran udara.
4. Masukkan nilai terukur ke dalam pengamatan.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A Manurung
2020-11-248
Percobaan : Ohmic Resistif Load

Objectives:

Pengukuran dan interpretasi rasio arus dan tegangan saluran transmisi dengan beban
Resistif.

Experiment procedure
1. Buatlah rangkaian sesuai dengan diagram gambar 5 di atas.
2. Setel sisi primer trafo tiga fasa pada sambungan STAR 415V dan menggunakan
bridging plug dan konektor dan setel sisi sekunder ke bintang Vo +5%. (Catatan: Vo
adalah 380VAC)
3. Masukkan semua busi penghubung yang menghubungkan ke kapasitansi ke model
saluran udara.
4. Untuk mengakhiri terminal saluran, sambungkan beban induktif ohmik seimbang fase
pohon.
5. Atur nilai resistansi beban menjadi 200 ohm.
6. Nilai awal meningkatkan nilai resistansi secara bertahap ke 600, 800 dan 1K ohms
dalam urutan itu.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A Manurung
2020-11-248
7. Untuk setiap langkah, ukur besaran berikut: Tegangan V₁, Arus I₁, Daya Aktif P1
dan daya reaktif Q1 di awal saluran, dan tegangan V2, arus I2 dan Cos di ujung saluran
8. Masukkan nilai terukur ke dalam tabel pengamatan.
Percobaan : Ohmic Inductive Load

Objectives:

Pengukuran dan interpretasi rasio arus dan tegangan saluran transmisi dengan beban
induktif ohmik campuran dan induktif murni.

Equipment:
• Three Phase Power Supply
• Power Circuit Breaker
• Three Phase Transformer TL415KV
• Transmission Line Model TL415KV
• Electrical Meter
• Inductive Load
• Resistive Load

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A Manurung
2020-11-248
Experiment procedure :

1. Buatlah rangkaian sesuai dengan diagram gambar 5 di atas.

2. Setel sisi primer trafo tiga fasa pada sambungan STAR 415V dan menggunakan
bridging plug dan konektor dan setel sisi sekunder ke bintangVo +5%. (Catatan: Vo
adalah 380VAC)
3. Masukkan semua busi penghubung yang menghubungkan ke kapasitansi ke model
saluran udara.
4. Untuk mengakhiri terminal saluran, sambungkan beban induktif ohmik seimbang fase
pohon.
5. Atur nilai resistansi beban menjadi 200 ohm dan mulai dengan nilai beban induktif
1,2H.
6. Nilai awal meningkatkan nilai resistansi secara bertahap ke 600, 800 dan 1Kohms
dalam urutan itu.
7. Untuk setiap langkah, ukur besaran besaran, yakni Tegangan V₁, Arus I₁, Daya Aktif
P₁ dan daya reaktif Q₁ di awal saluran, dan tegangan V₂, arus I2 dan Cos di ujung
saluran.
8. Masukkan nilai terukur ke dalam tabel pengamatan.

9. Ulangi pengukuran di atas untuk beban induktif 1H dan 0.8H.

10. Sekarang lepaskan sambungan ke beban resistif dan ulangi pengukuran untukL=1.2H.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A Manurung
2020-11-248
Percobaan : Ohmic Capacitive Load

Objectives:

Pengukuran dan interpretasi rasio arus dan tegangan saluran transmisi dengan beban
kapasitif ohmik campuran dan kapasitif murni.

Equipment:
• Three Phase Power Supply
• Power Circuit Breaker
• Three Phase Transformer TL415KV
• Transmission Line Model TL415KV
• Electrical Meter
• Capacitive Load
• Resistive Load

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A Manurung
2020-11-248
Experiment procedure
1. Buatlah rangkaian sesuai dengan diagram gambar 6 di atas.
2. Setel sisi primer trafo tiga fasa pada sambungan STAR 415V dan menggunakan
bridging plug dan konektor dan setel sisi sekunder menjadi bintang Vo -15%. (Catatan:
Vo adalah 380VAC)
3. Masukkan semua busi penghubung yang menghubungkan ke kapasitansi ke model
saluran udara.
4. Untuk mengakhiri terminal saluran, sambungkan beban kapasitif ohmikseimbang tiga
fase.
5. Atur nilai resistansi beban menjadi 200 ohm dan mulai dengan nilai C= 2µF beban
kapasitif.
6. Nilai awal meningkatkan nilai resistansi secara bertahap ke 600, 800 dan 1K ohms
dalam urutan itu.
7. Untuk setiap langkah, ukur besaran besaran, yakni Tegangan V₁, Arus I₁, Daya Aktif
P₁ dan daya reaktif Q₁ di awal saluran, dan tegangan V₂, arus I2 dan Cos di ujung
saluran.
8. Masukkan nilai terukur ke dalam tabel pengamatan
9. Sekarang lepaskan sambungan ke beban resistif dan ulangi pengukuran untukC=16µF.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A Manurung
2020-11-248
V. TEORI TAMBAHAN
Pembangkit listrik biasanya berlokasi di tempat yang berjarak cukup jauh dari pemukiman,
pabrik maupun daerah komersial. Untuk itu, diperlukan suatu sistem penyaluran listrik
untuk mendistribusikan listrik dari pembangkit ke konsumen akhir. Sistem penyaluran
listrik terbagi menjadi dua, yaitu sistem transmisi dan sistem distribusi listrik, seperti yang
ditunjukan pada Gambar 1. Kedua sistem tersebut terintegrasi menjadi satu kesatuan sistem
penyaluran listrik. Perbedaan keduanya terletak pada besar tegangan listrik yang melalui
kedua sistem tersebut.

Gambar 1. Skema Proses Pembangkitan, Transmisi, dan Distribusi Listrik

Sistem transmisi listrik merupakan sistem yang berfungsi untuk mengalirkan listrik dari
pembangkit ke gardu listrik utama (main substation). Umumnya, pembangkit listrik dan
substation terpisah dengan jarak yang cukup jauh, berkisar antara 300 km hingga 3000 km.
Akibatnya, panjangnya jarak tersebut dapat berdampak pada besarnya rugi-rugi listrik,
salah satunya adalah disipasi panas. Salah satu cara untuk meminimalisir besarnya rugi-
rugi listrik saat proses penyaluran adalah dengan memperbesar tegangan listrik. Pada
sistem transmisi listrik, tegangan listrik mencapai 550kV. Listrik yang dihasilkan oleh
generator biasanya memiliki tegangan sebesar 15 kV hingga 25 kV. Tegangan ini terbilang
rendah untuk dapat ditransmisikan dalam jarak yang sangat jauh. Dua parameter yang
menentukan daya listrik adalah tegangan dan arus seperti pada persamaan: Daya =
Tegangan x Arus. Dengan demikian, dengan nilai daya tertentu, apabila tegangan rendah,
maka arus listrik tinggi. Tingginya arus listrik akan berdampak pada besarnya kerugian
listrik saat melalui sistem transmisi, karena kuadrat arus proporsional dengan energi yang
terdisipasi dalam bentuk panas. Dengan demikian, listrik yang keluar dari generator akan
ditingkatkan tegangannya dengan menggunakan transformator. Ketika tegangan listrik
sudah cukup tinggi, kemudian listrik ditransmisikan melalui overhead lines atau yang
dikenal dengan sebutan SUTET (Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi).
Overhead lines terdiri dari tiga komponen utama yaitu konduktor, insulator dan tower.
Konduktor merupakan suatu kabel yang memiliki peran sebagai media penyaluran listrik.
Material yang digunakan untuk konduktor biasanya merupakan paduan aluminium yang
Laboratorium Sistem Tenaga Listrik
Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A Manurung
2020-11-248
memiliki konduktifitas listrik yang tinggi. Konduktor ini kemudian dibalut oleh insulator
listrik dan termal untuk mengurangi listrik yang terbuang ke lingkungan dalam bentuk rugi-
rugi listrik seperti panas. Ujung-ujung konduktor tersambung ke tower. Tower dilengkapi
dengan penangkal petir untuk menghindari kerusakan sistem akibat petir yang dapat
berdampak pada terhentinya penyaluran listrik. Jarak antara kedua tower tidak boleh terlalu
jauh karena dapat berakibat pada melengkungnya konduktor sampai batas yang dianggap
tidak lagi aman bagi lingkungan sekitar. Jarak vertikal antara konduktor dengan permukaan
tanah (ground clearance) harus dibatasi, biasanya antara 5 m hingga 7 m bergantung pada
besarnya tegangan listrik yang melalui sistem transmisi tersebut. Pembatasan ground
clearance menjadi sangat esensial karena sistem transmisi listrik dapat berdampak serius
pada kesehatan manusia. Salah satu contoh imbasnya pada manusia adalah dapat
menimbulkan rasa pusing, insomnia, atau bahkan masalah serius pada kesehatan seperti
leukemia dan kanker. Tegangan listrik yang sampai ke konsumen umumnya sebesar 120 V
atau 230 V. Tentunya nilai ini sangat jauh lebih kecil dibanding besar tegangan saat awal
transmisi (550 kV). Pada proses transmisi listrik, listrik yang disalurkan mengalami tiga
tahap proses penurunan tegangan (step down voltage) menggunakan trafo yang terdapat
pada gardu listrik. Tahap pertama yaitu ketika listrik bertegangan 550 kV mengalir
melaluioverhead lines kemudian sampai ke gardu listrik pertama. Di gardu listrik tersebut,
tegangan diturunkan dari 550 kV menjadi 230 kV. Kemudian listrik dialirkan lagi hingga
ke gardu kedua yang memungkinkan tegangan listrik diturunkan dari 230 kV ke 69 kV
yang seterusnya dialirkan kembali melalui overhead line ke gardu ketiga. Saat keluar dari
gardu ini, tegangan listrik menjadi sebesar 12 kV. Proses transmisi listrik berakhir pada
tahap ini. Proses penyaluran listrik selanjutnya diteruskan oleh sistem distribusi listrik.
Fungsi sistem distribusi listrik adalah untuk menyalurkan listrik ke konsumen akhir. Pada
sistem distribusi listrik, media transportasi listrik bisa juga melalui overhead lines, dengan
ukuran kabel yang tidak sebesar pada sistem transmisi listrik, dan melalui underground
cable. Listrik bertegangan 12 kV mengalir melalui kabel sampai ke gardu listrik untuk
menjalani proses penurunan tegangan menjadi 120 V atau 230 V yang siap digunakan oleh
konsumen. Dengan demikian, sistem kelistrikan pada prinsipnya terdiri dari tiga proses
utama dari hulu ke hilir, yaitu proses pembangkitan listrik (power generation), proses
transmisi listrik (power transmission).
Sifat Sifat Beban
• Beban Resistif
Beban resistif adalah suatu beban listrik yang memiliki sifat resistif (resistan), sehingga

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A Manurung
2020-11-248
prinsip kerjanya adalah resistan (hambatan). Peralatan listrik yang cara kerjanya
menggunakan beban resistif, pada umumnya komponen peralatan listrik tersebut terdiri
dari bahan resistan atau bahan yang sifatnya menghambat arus listrik. Contoh peralatan
listrik yang memakai prinsip kerja beban resistif adalah setrika listrik, solder listrik, rice
cooker, lampu pijar, teko listrik dan beberapa peralatan listrik yang bekerja menggunakan
elemen pemanas lainnya. Jika kita perhatikan dengan baik, semua peralatan listrik yang
memakai prinsip kerja beban resistif tersebut beroperasi menggunakan kawat atau elemen
pemanas, yang dimana kawat atau elemen pemanas tersebut bekerja menghambat arus
listrik yang melewatinya sehingga dapat menghasilkan energi panas yang dapat kita
gunakan atau manfaatkan. Beban resistif ini memiliki sifat yang pasif dalam artian beban
ini hanya mengkonsumsi energi listrik serta menghambat aliran muatan elektron yang
melewatinya sehingga menyebabkan dikonversikannya menjadi energi panas. Karena sifat
pasifnya tersebut beban resistif tidak mampu memproduksi energi listrik, sehingga nilai
faktor dayanya tetap atau tidak dipengaruhi oleh faktor daya (nilai Cosphi nya tetap 1).

• Beban Induktif
Beban induktif adalah suatu beban listrik yang bersifat induktif (induksi), sehingga prinsip
kerjanya adalah sistem induksi magnetik atau medan magnet. Peralatan listrik yang cara
kerjanya menggunakan beban induktif, pada umumnya komponen peralatan listrik tersebut
terdiri dari bahan induktor yang berupa kawat penghantar yang dibentuk menjadi
kumparan. Kumparan tersebut dibutuhkan oleh peralatan listrik untuk menciptakan medan
magnet sebagai komponen kerjanya. Pembangkitan medan magnet pada kumparan inilah
yang menjadi beban induktif pada rangkaian arus listrik. Contoh peralatan listrik yang
memakai prinsip kerja beban induktif adalah motor listrik atau dinamo seperti pada (pompa
air, kipas angin, mesin cuci, blender dll) atau transformator (trafo), mesin las dan beberapa
peralatan listrik yang bekerja menggunakan prinsip kerja medan magnet lainnya. Prinsip
kerja beban induktif bekerja dengan mengandalkan medan magnet seperti halnya pada
motor listrik yang dapat berputar karena adanya pembangkit medan magnet pada sisi stator
untuk menginduksi rotor, sehingga pada rotor tercipta medan magnet lawan yang akan
mengikuti medan magnet pada sisi stator. Beban untuk membangkitkan medan magnet
putar pada stator motor induksi tersebut, tentu membutuhkan energi listrik khusus,
sehingga menyebabkan terjadinya daya reaktif.

• Beban Kapasitif

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A Manurung
2020-11-248
Beban kapasitif adalah suatu beban listrik yang bersifat kapasitif (kapasitansi), sehingga
prinsip kerjanya adalah menyimpan energi muatan listrik murni. Cara kerja beban kapasitif
ini menyerap dan menyimpan energi listrik dalam waktu sesaat, dan energi tersebut dapat
digunakan untuk memperbaiki daya reaktif sehingga jika digunakan pada motor listrik nilai
faktor dayanya akan dapat terjaga, namun dalam batasan tertentu. Contoh paling umum
untuk peralatan listrik dengan prinsip kerja beban kapasitif ini adalah kapasitor
(kondensator), di industri besar biasanya kapasitor digunakan untuk motor listrik
penggerak sebagai penghemat daya listrik.

SUMBER:
https://indonesiare.co.id/id/article/pengenalan-sistem-transmisi-dan-
distribusilistrik\
http://hobbytekniklistrik.blogspot.com/2019/05/mengenal-beban-beban-
listrikresistif.html

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A Manurung
2020-11-248
VI. DATA PENGAMATAN

Tabel Percobaan 1: Ohmic No Load

V₁(V) I₁(A) P₁(W) Q₁(Var) V₂(V) I₂(A) Cosϕ₂


381,1 0 0 0 382,5 0 1

Tabel Percobaan 2: Ohmic Resistif Load

R V₁(V) I₁(A) P₁(W) Q₁(Var) V₂(V) I₂(A) Cosϕ₂

200 374,3 0,917 0,181 0,078 313,5 0,919 1

600 378,0 0,342 0,073 0,001 358 0,343 1

800 378,2 0,264 0,056 0,007 363,3 0,261 1

1000 378,4 0,206 0,044 0,004 368,5 0,204 1

Percobaan 3: Ohmic Inductive Load

Inductive Load = 1,2 H

R V₁(V) I₁(A) P₁(W) Q₁(Var) V₂(V) I₂(A) Cosϕ₂

200 373,9 0,878 0,133 0,134 263,7 0,881 0,906

600 376,5 0,510 0,053 0,096 288,9 0,510 0,565

800 376,9 0,578 0,042 0,095 294,8 0,479 0,477

1000 380 0,425 0,031 0,087 297,4 0,426 0,370

Inductive Load =1H

R V₁(V) I₁(A) P₁(W) Q₁(Var) V₂(V) I₂(A) Cosϕ₂

200 373,8 0,891 0,128 0,143 256,4 0,894 0,873

600 376,5 0,559 0,051 0,109 279,4 0,560 0,503

800 377,1 0,532 0,041 0,108 281,7 0,532 0,403

1000 377,1 0,519 0,033 0,107 283,2 0,519 0,324

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A Manurung
2020-11-248
Inductive Load = 0,8 H

R V₁(V) I₁(A) P₁(W) Q₁(Var) V₂(V) I₂(A) Cosϕ₂


200 374,5 0,913 0,121 0,155 247,5 0,915 0,828

600 376,5 0,620 0,050 0,125 268,4 0,621 0,438

800 376,9 0,597 0,040 0,123 270,6 0,598 0,346

1000 377,2 0,587 0,033 0,123 272,0 0,588 0,278

Inductive Load 1.2 H tanpa beban resistif

V₁(V) I₁(A) P₁ (W) Q₁ (Var) V₂ (V) I₂ cosϕ₂


380,7 0,434 0,007 0,094 301,5 0,434 0,035

Percobaan 4: Ohmic Capacitive Load

Capacitive Load = 2µF

R V₁(V) I₁(A) P₁(W) Q₁(Var) V₂(V) I₂(A) Cosϕ₂

200 378,6 0,970 0,205 0,064 330 0,971 0,988

600 380,1 0,388 0,084 0,014 383,8 0,389 0,934

800 380,9 0,311 0,065 0,020 390,8 0,311 0,894

1000 381,3 0,259 0,051 0,024 396,1 0,258 0,839

Capacitive Load = 4µF

R V₁(V) I₁(A) P₁(W) Q₁(Var) V₂(V) I₂(A) Cosϕ₂

200 377,4 1,037 0,224 0,048 344,6 1,039 0,960

600 379,7 0,482 0,096 0,045 408,5 0,483 0,793

800 380,2 0,417 0,075 0,052 417 0,417 0,706

1000 380,5 0,379 0,060 0,057 423,8 0,379 0,609

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A Manurung
2020-11-248
Capacitive Load = 8 µF

R V₁(V) I₁(A) P₁(W) Q₁(Var) V₂(V) I₂(A) Cosϕ₂

200 375,2 1,234 0,272 0,014 376,1 1,234 0,872

600 377,7 0,786 0,126 0,117 464 0,788 0,531

800 378,7 0,741 0,100 0,128 476,3 0,741 0,430

1000 378,6 0,714 0,082 0,133 483,7 0,714 0,353

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A Manurung
2020-11-248
VII. ANALISA
Pada praktikum kali melakukan percobaan sub modul II yang berjudul Eksperimen
Sistem Transmisi dan Distribusi. Pada modul ini bertujuan untuk kita dapat memahami konsep
penyaluran tenaga listrik pada system transmisi dan distribusi, dan juga kita dapat menganalisa
nila arus dan tegangan pada kondisi berbeban dan tidak berbeban.
Pada praktikum modul ini kita melakukan eksperimen system trasnmisi dan distribusi
pada system tenaga listrik. Adapun alat alat dan perlengkapan yang digunakan adalah Three
phase power supply berfungsi untuk menyuplai daya 3 fasa dengan yang dihasilkan pada simulasi
415 kV , kemudian ada power circuit breaker sebagai pengaman atau proteksi pada rangkaian
simulasi, Three Phase Transformer TL415KV berfungsi untuk menurunkan tegangan dari 415
KV menjadi 400 kV. Transmission line model TL415KV yang menjadi bentuk saluran transmisi
pada system tenaga listrik dan menjadi simulasi pada percobaan ini. Kemudian ada resisitive
load, inductive load , capasitive load yang merupakan beban yang akan ditambahkan pada saat
eksperimen.
Transmisi adalah suatu jaringan yang menghubungkan dari pembangkit ke distribusi.
Alasan dibutuhkan system transmisi adalah dikarenakan pembangkit biasanya jauh dari
pemukiman atau ke pusat beban. Jadi akan menyebabkan terjadinya jatuh tegangan kalau tidak
ada system transmisi dan pembangkit langsung terhubung ke distribusi. Selain itu juga transmisi
digunakan agar menghindari terjadinya drop voltage. Ini yang menyebabkan kenapa harus ada
transmis, jarakyang jauh dari pembangkitan daya memerluka tegangan dengan kapasitas yang
cukup tinggi agar daya bisa sampai ke pusat beban tanpa ada terjadinya rugi-rugi daya yang di
pacu karena adanya jatuh tegangan. Pada umumnya transmisi ini bernilai tegangan sebesar 200
hingga 500 kv. Lalu setelah melalui transimi ini akan melewati yang namanya distribusi,
distribusi ini akan start melalui gardu sekunder agar bisa sampai ke pusat beban. Dimana
Distribusi ini bernilai 0,4 kv hingga 20 kv. Distribusi ini merupakan jalur yang akan dilalui daya
sebelum masuk ke dalam beban-beban atau konsumen. Lalu setelah jaringan distribusi sudah
dilalui maka akan masuk ke pusat beban yang dimana ini adalah daya yang kita gunakan dalam
kehidupan kita sehari-hari. Contoh penggunaan lampu dan lain-lain. Terkhusu untuk beberapa
pabrik yang membtuhkan daya reaktif yang besar maka ia masih tergolong dalam tegangan tinggi
walaupun sebenarnya ia tealah memasiki bagian dari jaringan distribusi. Pabrik-pabrik juga
membutuhkan daya reaktif yang tinggi dimana disinilah peran kapasitor untuk membantu prabrik
dalam menyuplai daya agar masuk ke dalam beban pabrik. Adapun beberapa jenis beban yang
dimana ada beban Induktif, kapasitf dan juga resistif. Beban induktif cenderung lebih banyak
menyerap daya reaktif, tetapi juga masih menyerap daya aktif walaupun sedikit. Lalu ada juga
beban kapasitif yang dimana ini adalah beban yang akan menyuplai daya reaktif. Diamana ia
Laboratorium Sistem Tenaga Listrik
Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A Manurung
2020-11-248
tidak hanya menyupai, sebelum ia bisa menyuplai ia harus menyerap beberap daya resistif
terlebih dahulu agar bisa mengirimkan daya resistif lebih besar kepada beban. Dan yang terakhir
adalah beban resisitif yang akan menyerap daya aktif.
Berikut ini adalah klasifikasi saluran transmisi dimana yang berdasarkan tegangannya
dibagi menjadi 3 yang pertama yaitu ada SUTET dimana ini adalah saluran udara tegangan ekstra
tinggi yang dimana range nilai tegangan nya yaitu berkisar 200 kv hingga 500 kv yang dimana
ini memiliki tujuan khsus untuk mencegah terjadinya drop voltage. Karena penampan kawat yang
besar menyebabkan besarnya juga nilai hambatan. Dengan adanya nilai tegangan tinggi pada
transmisi ini akan mereduksi drop voltage tersebut. Lalu yang kedua yaitu Saluran udara
tegangan tinggi atau yang kita kenal dengan SUTT yang dimana ini bernilai tegangan 30 kv
hingga 150 kv , dimana jarak yang jauh dari SUTT ini adalah 100 km. Ini merupakan jarak yang
efektif dalam penyaluran energi listrik. Jika tidak akan terjadi drop voltage pada ujung beban.
Dan yang terakhir adalah saluran kabel tegangan tinggi yang sering disebut dengan SKTT ini
berniali tegangan 30 kv hingga 150 kv yang dimana ini menggunakan sistem penyaluran melalui
bawah tanah. Berikut juga ada pembagian jaringan distribusi berdasarkan tegangan yang dimana
ini dibagi menjadi dua sistem jaringan tegangan primer dan sistem jaringan distribusi sekunder.
Primer digunakan dalam tegangan menengah yang dimana ini peletakannya pada gardu induk
dan juga gardu pembangkit. Dan yang kedua yaitu gardu distribsi sekunder. Yang diamana ini
digunakan pada tegangan rendah dengan nilai tegangan 0,4 kv hingga 20 kv. Adapun juga yang
berdasarkan arus yang dimana jika berdasarkan arus akan dibagi menjadi 2 yang dimana ada arus
AC dan juga arus DC. Arus ac ini seperti yang kita ketahui merupakan arus bolak-balik 3 fasa.
Yang dimana 3 fasa ini digunakan pada sistem jaringan transmisi dan yang kedua yaitu arus DC
yang dimana ini jarang untuk digunakan karena cukup rumit. Dimana arus ini sebenarnya
dibangkitkan terlebih dahulu menggunakan arus AC lalu kemudia mamakai rectifire untuk
mengubah arus tersebut menjadi arus DC lalu akan kembali menggunakan inverter untuk kembali
membuat arus nya menjadi arus AC. Yang dimana kekurangan arus dc adalah tegangannya tidak
dapat dinaikan. Lalu selanjutnya ada juga yang berdasarkan dengan tipe penyaluran daya, yang
dimana ini dibagi juga menjadi 2 yaitu penyaluran daya overhead line yang dimana ini tipe
penyaluran sistem tenaga listrik dengan menggunakan penyaluran tenaga listrik yang melalui
kawat penghantar yang ditopang. Lalu ada juga saluran bawah tanah yang dimana ini
menggunakan kabel underground atau penyaluran kabel yang diletakkan di dalam tanah. Lalu
ada juga pemodelan beban yang dimana ini dibagi menajdi tiga yaitu Constant power yang
dimana ini menjaga daya yang di suplai ke beban tetap konstant. Lalu ada juga constat impedance
yang dimana ini untuk menjaga besarnya imoedansi. Dan yang terakhir adalah constant current
yang dimana ini digunakan untuk menjaga konstantnya arus yang mengalir pada beban tersebut.
Laboratorium Sistem Tenaga Listrik
Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A Manurung
2020-11-248
Adapu kesalah-kesalahan yang apat terjadi dalam percobaan praktikum kali ini.
Sebenarnya alat yang akan digunakan di dalam praktikum memiliki sedikit masalah yang
menyebabkan kami tidak dapat langsung mempraktekkannya menggunakan alat tersbut. Jadi
kami hanya mempelajari konsep penyalurannya saja. Yang dimana Akan ada simulasi
penyaluran yang melalaui Pembangkit, lalu ke transmisi lalu ke distribusi dan hinggan beban
(induktif, kapasitif, dan juga resistif). Kesalahan yang mungkin akan terjadi yaitu karena salah
menghubungkan transmision linenya pada tiap-tiap komponen.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A Manurung
2020-11-248
VIII. PENGOLAHAN DATA

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A Manurung
2020-11-248
IX. KESIMPULAN
1. Kita dapat memahami konsep penyaluran tenaga listrik pada sistem transmisi dan
distribusi.
2. Kita dapat menganalisa nilai arus dan tegangan pada kondisi berbeban dan tidak
berbeban.
3. Kita dapat mengetahui adanya alat yang dapat di gunakan pada system trnasmisi dan
distribusi
4. kita dapat mengetahui adanya efek kapasitansi terhadap transmisi

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A Manurung
2020-11-248
X. PERTANYAAN
1. Jelaskan perbedaan jenis jenis beban yang digunakan pada praktikum ini berdasarkan
data pengamatan yang didapat!
Jawab:
2. Jelaskan mengapa pada saluran transmisi mnggunakan trafo step up!
Jawab:
3. Jelaskan mengapan pada saluran distribusi menggunakan trafo step down!
Jawab:
4. Mengapa antar fasa pada saluran transmisi terdapat efek kapasitor? Jelaskan!

Jawab:

1. Jenis jenis beban yang ada pada data pengamatan yaitu ada beban inductive load,
resistive load, dan juga beban capasitive load, yang pada beban resistif load ini beban
jika disambungkan dengan transmission maka pada daya aktif, daya reaktif, tegangan,
dan juga arusnya tidak jauh berbeda, jika pada beban inductive load ini beban jika
disambungkan dengan transmission maka pada daya aktif , daya reaktif nya naik,
tegangannya turun , dan juga arusnya naik jauh perbedaannya, jika pada beban
capasitive load ini jika disambungkan dengan transmission maka pada daya aktif, daya
reaktif nya turun, tegangannya naik, dan juga arusnya akan bertambah atau melebihi
dari sebelum di masukan ke beban.
2. Dikarenakan jarak dari pembangkit ke distribusi umumnya jauh, jadi untuk
mengurangi jatuh tegangan yang jauh maka perlu dinaikan tegangan pada transmisi
menggunakan trafo step up.
3. Di karenakan untuk dapat menyesuaikan untuk kepada konsumen konsumen seperti
konsumen daya 20 KV,150 KV, dan juga pada konsumen daya 0,4 KV dan Saluran
transmisi menggunakan trafo step down untuk menurunkan tegangan yang sudah
tinggi yang dinaikkan daritransmisi.
4. Karena pada saluran transmisi menggunakan konduktor tanpa isolasi dan berjaran
sanga dekat antar fasanya sehingga terdapat efek medan magnet konduktor yang
menyebabkan seolah-olaah konduktor tersambung sehingga timbul efek kapasitansi
yang menyuplai daya reaktif pada transmisi.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
MODUL III

PERBAIKAN JATUH TEGANGAN DAN FAKTOR DAYA DENGAN


MENGGUNAKAN TAP CHANGER & PEMASANGAN KAPASITOR BANK
PADA SOFTWARE ETAP

I. TUJUAN
1. Menganalisa system transmisi dan distribusi yang terjadi jatuh tegangan di bawah
standar.
2. Memperbaiki jatuh tegangan dengan melakukan tap charger pada transformator.
1. Memperbaiki jatuh tegangan dengan pemasangan kapasitor bank.
2. Menganalisa system tenaga listrik yang memiliki factor daya dibawah standar.
3. Memperbaiki factor daya dengan pemasangan kapasitor.

II. ALAT DAN PERLENGKAPAN


1. 1 unit PC
2. Software ETAP

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
III. TEORI MODUL
3.1 PEMASANGAN TAP CHANGER DAN CAPASITOR BANK UNTUK
PERBAIKAN TEGANGAN
Kebutuhan Energi listrik saat ini bukan lagi menjadi monopoli masyarakat
perkotaan, tetapi termasuk masyarakat yang tinggal di daerah terpencil. Secara umum
sistem tenaga listrik terdiri dari empat komponen utama, yaitu pembangkit,transmisi,
distribusi dan beban. Selanjutnya proses pengiriman daya listrik dilakukan secara
bertahap dimulai dari sistem pembangkitan kemudian disalurkan ke jaringan
transmisi, dan disalurkan ke beban – beban menggunakan saluran distribusi.
Kebutuhan energi listrik bagi masyarakat terus meningkat seiring dengan
meningkatnya gaya hidup dan peralatan yang dipakai. Kondisi ini mensyaratkan
ketersediaan energi listrik yang efisien dan berkualitas. Efisien dalam pengertian
energi yang diproduksi dapat digunakan secara maksimal oleh pelanggan atau tidak
mengalami kehilangan energi pada jaringan maupun peralatan listrik seperti trafo.
Kehilangan energi perlu diprediksi dan diantisipasi agar terjadidalam batas normal
dan wajar. Berkualitas berarti pengaturan energi listrik sesuai dengan peralatan yang
digunakan (patras,2015).

Sistem kelistrikan antar pusat pembangkit dan pusat beban pada umumnya
terpisah dalam jarak ratusan bahkan ribuan kilometer, jarak yang sangat jauh ini akan
menyebabkan jatuh tegangan (drop voltage). Sehingga untuk mencegah kerugian
daya yang diakibatkan jaringan transmisi yang sangat jauh, maka dibutuhkan
tegangan dari pembangkit listrik yang sangat tinggi, agar kerugian tegangan tersebut
dapat diatasi. Ada beberapa faktor juga yang dapat menyebabkanrugi – rugi tegangan
dan jatuh tegangan diantaranya faktor korona dan faktor kebocoran isolator yang
dikarenakan tegangan pada pangkal pengiriman dengan tegangan pada ujung
penerimaan ada perbedaan (sujatmiko,2009).
Ada 2 cara untuk memperbaiki jatuh tegngan yaitu :
1. Pemasangan Tap Changer
2. Pemasangan Kapasitor Bank
A. TAP CHANGER
Tap changer adalah alat perubah perbandingan transformasi untuk
mendapatkan tegangan operasi sekunder yang lebih baik (diinginkan) dari
tegangan jaringan / primer yang berubah-ubah. Untuk memenuhi kualitas
tegangan pelayanan sesuai kebutuhan konsumen (PLN Distribusi), tegangan
Laboratorium Sistem Tenaga Listrik
Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
keluaran (sekunder) transformator harus dapat dirubah sesuai keinginan. Untuk
memenuhi hal tersebut, maka pada salah satu atau pada kedua sisi belitan
transformator dibuat tap (penyadap) untuk merubah perbandingan transformasi
(rasio) trafo. Ada dua cara mengubah Tap Changer yaitu :

1. Mengubah tap dalam keadaan trafo tanpa beban. Tap changer yang hanya
bisa beroperasi untuk memindahkan tap transformator dalam keadaan
transformator tidak berbeban, disebut “Off Load Tap Changer” dan hanya
dapat dioperasikan manual. Biasanya dioperasikan dengan cara diputar
untuk memilih posisi tap pada trafo (tombol pengaturnya dibagian atas
deksel trafo, diantara Bushing Primer dan sekunder).

2. Mengubah tap dalam keadaan trafo berbeban. Tap changer yang dapat
beroperasi untuk memindahkan tap transformator, dalam keadaan
transformator berbeban, disebut “On Load Tap Changer (OLTC)” dandapat
dioperasikan secara manual atau otomatis.

Transformator yang terpasang di gardu induk pada umumnyamenggunakan


tap changer yang dapat dioperasikan dalam keadaan trafo berbeban dan dipasang
di sisi primer. Sedangkan transformator penaik tegangan di pembangkit atau
pada trafo kapasitas kecil, umumnya menggunakan tap changer yang
dioperasikan hanya pada saat trafo tenaga tanpa beban.

B. KAPASITOR BANK
Capasitor Bank merupakan peralatan listrik yang mempunyai sifat
kapasitif yang terdiri sekumpulan beberapa kapasitor yang disambung secara
paralel untuk mendapatkan kapasitas kapasitif tertentu. Besaran parameter yang
sering dipakai adalah KVAR (Kilovolt ampere reaktif).
Fungsi Kapasitor dalam system tenaga :
1. Menyuplai daya reaktif sehingga memaksimalkan penggunaan daya
kompleks (KVA).
2. Memperbaiki faktor daya
3. Mengurangi jatuh tegangan
4. Menghindari kelebihan beban trafo
5. Memberi tambahan daya yang tersedia
Laboratorium Sistem Tenaga Listrik
Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
6. Menghindari kenaikan arus dan suhu pada kabel
7. Menghemat daya / efisiensi

Tingkat Prioritas pemasangan Kapasitor Parelel dan Seri dalam memperbaiki


jatuh tegangan dan faktor daya.

Pilihan Pada
No. Tujuan/Sasaran
Seri Paralel
1. Memperbaiki Faktor Daya Kedua Pertama
Memperbaiki tingkat tegangan pada
2. Pertama Kedua
system saluran udara dengan factor
daya normal dan rendah
Memperbaiki tingkat tegangan pada
3. Tidak Pertama
system saluran udara dengan factor
digunakan
daya tinggi

RUMUS JATUH TEGANGAN

1 PHASA 𝑉𝑑𝑟𝑜𝑝 = 𝐼 × 𝑍
𝐼∙(𝑅∙cos 𝜃+𝑋 ∙ sin 𝜃)
𝑉𝑑𝑟𝑜𝑝 = 𝑙
1000

3 PHASA ∙𝐼∙(𝑅∙cos 𝜃+𝑋 ∙ sin 𝜃)


𝑉𝑑𝑟𝑜𝑝 = √3 𝑙
1000

Keterangan :
Vd = Drop Voltage (V) I = Arus ( A )
R = Resistansi saluran (Ω / km )
X = Reaktansi saluran (Ω / km )
𝑙 = Panjang saluran (Km)

3.2. PEMASANGAN CAPASITOR UNTUK PERBAIKAN FAKTOR DAYA

Faktor daya atau power factor (PF) merupakan perbandingan antara daya aktif
(Watt) dan daya semu (VA). Faktor daya mempunyai nilai antara 0 hingga 1 dan
dapat juga dinyatakan dalam persen. Faktor daya yang baik apabila bernilai
mendekati satu. Standar berdasarkan SPLN 70:1985 yaitu sebesar 0,85. Jika PF lebih
kecil dari 0,85 maka kapasitas daya aktif (kW) yang digunakan akan

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
berkurang.
𝐷𝑎𝑦𝑎 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑓 (𝑃)
PF = 𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑆𝑒𝑚𝑢 (𝑆) = cos𝜃 (Persamaan 2.1)

𝜑 = 𝑐𝑜𝑠 −1 PF (Persamaan 2.2)

A. Perbaikan Faktor Daya dengan Kapasitor Bank

Pemakaian daya listrik untuk kebutuhan rumah tangga umumnya


mempunyai beban bersifat reaktif induktif yang menyebabkan gelombang arus
tertinggal dari gelombang tegangan. Pada umumnya yang dimaksud dengan
daya listrik dengan kualitas baik adalah bila Power Factor >0,85. Sedangkan kita
tahu bahwa sebagian besar beban dari PLN adalah bersifat induktif, hal ini
menyebabkan rendahnya nilai faktor daya. Untuk mengetahui persoalan tersebut
diatas maka perlu dipasang Capacitor Bank. Sebuah kapasitor yang terpasang
paralel pada suatu beban induktif dapat diatur sedemikian rupa sehingga arus
yang mendahului pada kapasitor menjadi tepat sama besar dengan komponen
arus pada beban induktif yang tertinggal 90° terhadap tegangan. Jadi arus total
sefasa dengan tegangan. Kapasitor yang akan digunakan untuk memperbesar PF
dipasang paralel dengan rangkaian beban.
Perbaikan faktor daya untuk memperbesar harga cos φ (pf) yang rendah,hal

P
yang mudah di lakukan adalah dengan cara mempersempit sudut 𝜑1 sehingga
menjadi 𝜑2. Usaha untuk memperkecil sudut phi itu hal yang mungkin dilakukan
adalah memperkecil komponen daya reaktif (VAR). Perbaikan factor daya dapat
diilustrasikan seperti gambar dibawah ini :
Gambar Perbaikan Faktor Daya
Berdasarkan gambar Segitiga Daya maka didapatkan:
𝑄
tan 𝜃 = 𝑃 (Persamaan 2.3)

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
Q = P . tan 𝜃 (Persamaan 2.4)

Melalui gambar tersebut Qc merupakan daya reaktif yang disuplai oleh


kapasitor bank untuk memperkecil besar sudut antara daya aktif (P) dan daya
semu (S). Sehingga faktor daya menjadi meningkat dan mendekati nilai 1. Dapat
ditunjukkan melalui persamaan berikut :

𝑄𝑐 = 𝑄1 − 𝑄2 (Persamaan 2.5)

Maka melalui Persamaan 2.10 didapatkan persamaan berikut :

𝑄𝑐 = 𝑃1 . tan 𝜃1 - 𝑃2 . tan 𝜃2 (Persamaan 2.6)

𝑄𝑐 = P (tan 𝜃1 - tan 𝜃2 ) (Persamaan 2.7)

Kemudian berdasarkan persamaan 2.2 maka didapatkan:

𝑄𝑐 = P [tan (𝑐𝑜𝑠 −1 (PF1)) - tan (𝑐𝑜𝑠 −1 (PF2))] (Persamaan 2.8)


Dimana :
Qc : Daya Reaktif yang disuplai kapasitor (kVar)
P : Daya Aktif yang disuplai oleh Sistem (Watt)
PF1 : Faktor Daya saat sebelum diberi kapasitor
PF 2 : Faktor Daya sesuai dengan standar PLN

DAFTAR PUSTAKA
[1] Fahmi Hakim, M. (n.d.). Analisis Kebutuhan Capacitor Bank.
[2] al Bahar, A. K. (2017). ANALISA PENGARUH KAPASITOR BANK
TERHADAP FAKTOR DAYA GEDUNG TI BRI RAGUNAN. Jurnal Ilmiah
Elektrokrisna, 6(1).
[3] Filani, H,, Nasir, A,, & Sunarno, E, 2011, Perbaikan Faktor Daya Pada Instalasi
Rumah Tangga 2200 VA Dilengkapi Dengan Display dan Penstabil Tegangan,
Surabaya: PENS.
[4] Sitorus, R. J., & Warman, E. (n.d.). STUDI KUALITAS LISTRIK DAN PERBAIKAN
FAKTOR DAYA PADA BEBAN LISTRIK RUMAH TANGGA MENGGUNAKAN
KAPASITOR.
[5] Jurnal POROS TEKNIK, Volume 6, No. 2, Desember 2014 : 55 – 102
[6] ANALISIS RUGI-RUGI DAYA DAN JATUH TEGANGAN PADA SALURAN
TRANSMISI TEGANGAN TINGGI 150 KV PADA GARDU INDUK PALUR –
MASARAN

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
IV. LANGKAH PERCOBAAN
Perbaikan Tegangan dengan menggunakan Tap Changer dan Pemasangan
Kapasitor Bank
1. Catat ID BUS dan nilai Tegangan dan Arus sebelum dilakukannya TapTransformator
pada tabel pengamatan
2. Lakukan perbaikan tegangan pada BUS dengan cara mengubah tap changer pada
Trafo yang berhubungan dengan BUS terkait yang terjadi jatuh tegangan dengan
indikasi busbar warna merah.

3. Catat perubahan nilai Tegangan dan Arus sesudah dilakukannya Tap Transformator
pada tabel pengamatan
4. Pilih BUS yang akan dipasang kapasitor.
5. Apabila bus masih mengalami drop voltage (bus marginal), lakukan perbaikan
tegangan pada BUS yang mengalami drop voltage (Bus marginal) dengan pemasangan
kapasitor bank.
6. Klik Optimal Capasitor Placement

7. Klik Edit Study Case

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
8. Pada gambar diatas juga tersedia tabel data kapasitor yang mencakup level tegangan
9. Pilih bus yang akan dipasang kapasitor. Klik Add>>
10. Klik OK
11. Running Optimal Capasitor Placement secara otomatis ETAP akan
mengkalkulasikankapasitas dan banyaknya kapasitor minimal yang dibutuhkan untuk
memperbaiki leveltegangan sistem.

12. Masukkan nilai rating Kapasitor sesuai dengan yang terkalkulasikan oleh

ETAP
Perbaikan Faktor Daya dengan Pemasangan Kapasitor Bank
i. Untuk melakukan perbaikan Faktor daya dengan pemasangan kapasitor Bank, kita
harus melakukan running load flow untuk melihat Daya serta faktor daya sebelum
pemasangan kapasitor bank
ii. ID Bus dan Nilai faktor daya sebelum pemasangan kapasitor bank, catat pada tabel
pengamatan
iii. Pasang kapasitor bank seperti dibawah ini untuk memperbaiki faktor daya pada sistem

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

iv. Lakukan perhitungan Qc untuk mengetahui besarnya kapasitas kapasitor, dan catatlah
pada tabel pengamatan
v. Masukkan nilai kasitas kapasitor pada Rating Kapasitor

vi. Running load flow kembali dan catat perubahan faktor dayanya dalam tabel
pengamatan.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
V. GAMBAR RANGKAIAN

• Gambar Rangkaian Modul


- Sesudah running “Load Flow” dengan kondisi belum di Tap Changer dan seluruh
kapasitor dalam keadaan terbuka

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
- Sesudah running “Load Flow” dengan kondisi di Tap Changer dan seluruh
kapasitor dalam keadaan terbuka

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
- Sesudah running “Optimal Capasitor Placement” dengan menampilkan hasil
kalkulasi kapasitor bank dari ETAP

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
- Sesudah running “Load Flow” dengan kondisi di Tap Changer, dengan kapasitor
untuk perbaiki Jatuh Tegangan dalam keadaan tertutup (dengan parameter KW
dan KVAR)

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
- Sesudah running “Load Flow” dengan kondisi di Tap Changer, dengan kapasitor
untuk perbaiki Faktor Daya dalam keadaan tertutup (dengan parameter Ampere
dan %PF)

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
VI. TEORI TAMBAHAN
Penyediaan energi listrik dilakukan oleh suatu sistem tenaga listrik yang meliputi
sistem pembangkitan, sistem transmisi, dan sistem distribusi gambaran umumnya sistem
tenaga listrik.Pada pembangkit tenaga listrik terbarukan ataupun nonterbarukan proses
pembangkitan menghasilkan tenaga listrik sebesar 150 kV atau 500 kV Kemudian akan
di transmisikan pada SUTT tenaga listrik akan diterima pada gardu induk untuk kemudian
diturunkan tegangannya menjadi 20 kV dan akan didistribusikan ke konsumen, pada
sistem distribusi terdapat transformator distribusi yang berguna untuk menurunkan
tegangan 20 kV menjadi 220 dan kemudian akan sampai pada konsumen. Meningkatnya
usaha dibidang industri terutama yang berlokasi pada feeder-feeder yang umumnya
mayoritas beban bersifat induktif, menyebabkan kebutuhan daya reaktif induktif
meningkat. Permasalahan yang terjadi seiring meningkatnya daya reaktif induktif pada
suatu sistem mengakibatkan terjadinya drop tegangan. Terjadinya drop tegangan pada
penyaluran daya listrik akan berpengaruh terhadap besarnya drop tegangan. Drop
tegangan dalam sistem tenaga listrik tidak dapat dihindari. Terjadinya gangguan dan drop
tegangan pada suatu sistem tenaga listrik dan membuat tidak berfungsi dengan baik atau
terhenti total dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar. Secara umum, dalam
penyaluran energi listrik ada beberapa masalah yang dihadapi antara lain drop tegangan,
faktor daya yanag rendah. Beban pada jaringan distribusi bisa berupa beban kapasitif
maupun pada umumnya merupakan beban induktif. Apabila beban reaktif induktif
semakin tinggi maka akan berakibat memperbesarnya kebutuhan beban reaktif dan drop
tegangan yang terjadi. Baik buruknya sistem penyaluran dan distribusi tenaga listrik
terutama adalah ditinjau dari kualitas tegangan yang diterima oleh konsumen.
Perkembangan sistem kelistrikan saat ini telah mengarah pada efisiensi dalam penyaluran
energi listrik. Salah satu cara untuk meningkatkan efesiensi yaitu dengan meminimalkan
drop tegangan pada jaringan. Untuk mengatasi hal tersebut, terdapat beberapa metode
yang umumnya biasa digunakan untuk memperbaiki drop tegangan, adapun metode yang
biasa digunakan adalah dengan memperbesar luas permukaan penampang saluran
distribusi, pelimpahan beban ke feeder lain, pemasangan Tap Changer pada transformator
dan pemasangan kapasitor bank Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini akan
membahas tentang dampak pemasangan kapasitor bank dalam upaya mengurangi nilai-
nilai drop tegangan yang ada.

Drop tegangan ditimbulkan karena adanya resistansi pada penghantar, Besar arus
pada tiap fasa pada jaringan transmisi Akibatnya nilai tegangan di sisi penerima akan

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
berbeda dengan nilai tegangan di sisi pengirim. Drop tegangan pada saluran transmisi
adalah selisih antara tegangan pada sisi kirim (sending end) dan tegangan pada sisi terima
(receiving end). Dengan semakin besar pula perbedaan nilai tegangan yang ada pada sisi
kirim dengan yang ada pada sisi terima. Apabila perbedaan nilai tegangan tersebut
melebihi standar yang ditentukan, maka mutu penyaluran tersebut rendah. Di dalam
saluran tranmisi persoalan tegangan sangat penting, baik dalam keadaan operasi maupun
dalam perencanaan sehingga harus selalu diperhatikan tegangan pada setiap titik saluran.
Maka pemilihan penghantar (penampang penghantar) untuk tegangan menengah harus
diperhatikan. dimana ditentukan bahwa variasi tegangan pelayanan, sebagian akibat jatuh
tegangan, karena adanya perubahan beban, Penurunan tegangan maksimum pada beban
penuh, yang dibolehkan dibeberapa titik pada jaringan distribusi adalah (SPLN 72 :1987)

• SUTM = 5 % dari tegangan kerja bagi sistem radial


• SKTM = 2 % dari tegangan kerja pada sistem spindel dan gugus.
• Trafo distribusi = 3 % dari tegangan kerja • Saluran tegangan rendah = 4 % dari tegangan
kerja tergantung kepadatan beban.
• Sambungan rumah = 1 % dari tegangan nominal Sehingga untuk menghitung besar jatuh
tegangan yang terjadi pada jaringan transmisi dapat ditulis dengan persamaan.

Faktor daya (cos phi) adalah perbandingan antara daya aktif dan daya reaktif yang
digunakan pada sistem Alternating current (AC) atau beda fase antara tegangan dan arus,
Faktor daya yang rendah ini dapat disebabkan oleh pengoperasian beban induktif yang
diakibatkan oleh motor induksi dan unit lain yang memerlukan arus magnetisasi yang
aktif. Jika PF lebih kecil dari 0,85 maka kapasitas daya aktif (kW) yang digunakan akan
berkurang.

Kapasitor yang dalam rangkaian elektronikan dilambangkan “C”. Kapasitor bank


ini merupakan peralatan listrik yang mempunyai sifat kapasitif yang terdiri dari
sekumpulan kapasitor yang disambung secara paralel/seri untuk mendapatkan kapasitas
kapasitif tertentu. Besaran parameter yang sering dipakai adalah kVAr (kilo volt ampere
reactif) meskipun pada kapasitor sendiri tercantum besaran kapasitansi yaitu Farad (F)
atau microfarad (μF). Kapasitor yang akan digunakan untuk memperbesar faktor daya

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
dipasang paralel dengan rangkain beban. Terdapat dua cara pemasangan kapasitor yaitu
secara seri dan shunt/paralel. Pemasangan kapasitor pada sistem daya menimbulkan daya
reaktif untuk memperbaiki faktor daya dan tegangan, karenanya menambah kapasitas
sistem dan mengurangi kerugian. Pemasangan kapasitor secara seri maupun shunt
memiliki kelebihan dan kekurangan masingmasing. Ada beberapa aspek tertentu yang
menjadi kerugian pada kapasitor seri. Secara umum dapat dikatakan, biaya untuk
memasang kapasitor seri lebih tinggi dari biaya pemasangan kapasitor shunt. Hal ini
disebabkan karena peralatan perlindungan untuk kapasitor seri sering lebih kompleks.
Juga biasanya, kapasitor seri didesain untuk daya yang lebih besar dari pada kapasitor
shunt untuk mengatasi pengembangan beban nantinya.

Besarnya komponen KW konstan, sedangkan kVA dank VAR berubah dengan perubahan
faktor daya. Bila faktor daya berubah dari cos𝜑1 menjadi cos𝜑2 maka kVAr pada faktor
daya mula-mula adalah kW x tan𝜑 dan kVAr pada kaktor daya yang diperbaiki adalah
kW x tan𝜑2. Jadi besarnya rating daya reaktif kapsitor (Qc) yang dikehendaki untuk
memperbaiki faktor daya.

Sedangkan untuk menentukan daya reaktif yang diperbaiki dapat dicari dengan
menggunakan

SUMBER :
• http://repository.unissula.ac.id/17912/4/Lampiran.pdf

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
VII. DATA PENGAMATAN PEMASANGAN CAPASITOR BANK DAN TAP
CHANGER UNTUK PERBAIKAN TEGANGAN
Tabel 2.1 Pemasangan Tap Changer
Sebelum Dilakukan Tap Sesudah Dilakukan Tap
ID TRAFO %Tap
Tegangan Arus Tegangan Arus
TRAFO
DIST I -2,5% 0,38 KV 2.123,3 0,39 KV 2.110,8
20/0,4 kV

Tabel 2.2 Pemasangan Kapasitor


ID Kapasitas Kapasitor Sebelum Pemasangan Sesudah Pemasangan
BUS Kapasitor Kapasitor
Banks kVar
Tegangan Arus Tegangan Arus
27 2 100 0,39 KV 2.110,8 A 0,393 KV 1.997,9 A

PEMASANGAN CAPASITOR UNTUK PERBAIKAN FAKTOR DAYA

Tabel 2.3 Pemasangan Kapasitor


Kapasitas Kapasitor Faktor Daya Faktor Daya
Sebelum Sesudah
Banks kVar
ID BUS Pemasangan Pemasangan
Kapasitor Kapasitor
23 1 316,4 74,92% 84,43 %

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
VIII. PENGOLAHAN DATA
Qc = P [ tan(𝑐𝑜𝑠 −1 (PF1))-tan( 𝑐𝑜𝑠 −1 (PF2))]

= 1197 [tan(𝑐𝑜𝑠 −1 (74,92))- [tan(𝑐𝑜𝑠 −1 (0,85))]

=316,4 Kvar

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
IX. ANALISA
Pada Pada praktikum kali melakukan percobaan modul III yang berjudul perbaikan jatuh
tegangan dan factor daya dengan menggunakan tap changer dan pemasangan kapasitor bank
pada software ETAP. Pada modul III ini bertujuan untuk dapat menganalisa system transmisi
dan distribusi yang terjadi jatuh tegangan yang di bawah standart, kita juga dapat memperbaiki
jatuh tegangan yang terjadi dengan melakukan tap changer pada transformator, kita juga dapat
memperbaiki jatuh tegangan dengan adanya pemasangan kapasitor bank pada rangkaian yang
telah kita buat ini, kita dapat menganalisa system tenaga listrik yang memiliki factor daya di
bawah standar, dan juga kita juga dapat memperbaiki factor daya dengan pemasangan kapasitor
pada system.
Jatuh tegangan adalah keadaan dimana terdapat perbedaan yang dikirim dengan tegangan
yang diterima. Jatuh tegangan terjadi akibat dari proses penghantaran dalam system tenaga
listrik. Ada dua standar jatuh tegangan yaitu Grid Code dan standar PLN. Standar Grid Code
yaitu pada saat tegangan nominal 500 kv berada pada kondisi normal yaitu +5% dan -5%. Pada
saat tegangan nominal 275 kV berada pada kondisi normal yaitu +5% dan -5%. Pada saat
tegangan nominal 150 kV berada pada kondisi normal yaitu +5% dan -10 %. Pada saat tegangan
nominal 66 kV berada pada kondisi normal yaitu +5% dan -10 %. Standar PLN yaitu +5% dan
-5 %. Jatuh tegangan bisa dicari dengan rumus , pada saat 1 phasa 𝑉𝑑𝑟𝑜𝑝 = 𝐼 𝑥 𝑍 dan 𝑉𝑑𝑟𝑜𝑝 =
𝐼.(𝑅.cos 𝜃.+𝑋.sin 𝜃) √3 .𝐼.(𝑅.cos 𝜃.+𝑋.sin 𝜃)
l , pada saat 3 phasa l dengan Vd = drop voltage (V) , I =
1000 1000

Arus , R= Resistansi saluran (Ohm / km) , X= reaktansi saluran (Ohm/km) ,l = Panjang saluran
(km). Dapat dillihat dari rumus bahwa yang mempengaruhi terhadinya jatuh tegangan adalah
Panjang kawat , reaktansi , impendansi dan hambatan , dan arus pada sebuah system tenaga
listrik. Cara mengatasi jatuh tegangan yaitu dengan konduktor dengan hambatan jenis yang
kecil, mengganti ukuran kawat, memperbesar tegangan sumber, dan rekonfigurasi jaringan.
Pada modul ini juga mempelajari segitiga daya , yaitu daya aktif , daya reaktif , dan daya
semu. Daya aktif adalah daya yang digunakan untuk melakukan energi yang sebenarnya atau
daya yang diserap oleh beban resistif. Rumusnya adalah P = V . I . cos 𝜑 , dengan satuan
WATT. Daya reaktif adalah daya yang diserap oleh beban induktif. Rumus untuk mencari daya
reaktif adalah Q = V . I . sin 𝜑 dengan satuan VAR. Daya semu adalah keseluruhan daya yang
belum terpakai atau perkalian antara tegangan dan arus. Rumus untuk mencari daya semu
adalah V. I dengan satuan VA. Faktor daya adalah perbandingan antara daya aktif dengan daya
𝑃
semu. Rumusnya yaitu 𝑃𝐹 = cos 𝜃. dimana P merupakan daya aktif dan Q merupakan daya
𝑄

reaktif. standar factor daya pada system dari PLN adalah 0,85.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
Tap Changer adalah sebuah metode menaikkan lilitan (selector switch), mengurangi
lilitan (diverted switch), transisi resisto (hambatan ketika melakukan Tap Changer) pada
transformator. Tujuan dari melakukan tap changer pada trafo adalah supaya mendapatkan
tegangan di sisi sekunder lebih baik ketika terjadi jatuh tegangan, atau bisa dibilang menaikkan
tegangan di sisi sekundernya. Kapasitor bank adalah suatu komponen listrik yang terdiri dari
beberapa kapasitor yang dihubung secara pararel maupun seri. Kapasitor adalah beban yang
bersifat kapasitif. Beban kapasitif adalah beban yang menyuplai daya reaktif . Jadi fungsi dari
kapasitor adalah menyuplai daya reaktif ke system , memperbaiki factor daya pada system,
kemudian juga bisa memperbaiki jatuh tegangan ,dll. Jadi kapasitor menyuplai daya reaktif ke
system sehingga daya reaktif yang diserap pada beban makin berkurang jadi sudut 𝜃 akan
makin kecil maka dengan rumus factor daya jika sudutnya makin kecil maka factor daya pada
system makin baik.
Pada percoban ini melakukan simulasi Modul III dengan menggunakan program
software ETAP. Terdapat dua standart yang digunakan untuk melakukan Analisa system tenaga
listrik. Yaitu IEC (International Electrotechnical Commission) dan ANSI (American National
Standard Institute). IEC biasanya standar yang digunakan di beberapa negara Asia contohnya
Indonesia. Sedangkan ANSI standar yang digunakan oleh Amerika. Perbedaanya pada aplikasi
ETAP di beberapa gambar komponen nya terdapat perbedaan. Pada praktikum ini kita
menggunakan standar IEC. Adapun komponen yang digunakan untuk merangkai pada
praktikum modul Single Line Diagram ini yaitu kita menggunakan 5 generator , generator
adalah komponen atau alat yang menghasilkan tenaga listrik atau daya listrik yang berada di
daerah pembangkit. Pembangkit yang kita gunakan adalah tiga unit PLTU yang dipararelkan.
Lalu ada PLTA dan PLTS. Syarat untuk memperarelkan generator adalah fasa nya harus sama
, frekuensinya sama, polaritasnya sama. Urutan fasa dan bentuk gelombangnya juga harus
sama. Terdapat empat mode generator di program software ETAP. Yang pertama ada mode
swing untuk menstabilkan system tenaga listrik pada rangkaian. Kedua ada mode Voltage
Control kita dapat mengatur tegangan dan daya aktifnya. Ketiga ada mode MVAR control kita
dapat mengatur daya aktif dan reaktifnya. Dan yang terakhir ada mode PF control kita dapat
mengatur tegangan dan factor dayanya. Kemudian ada Power Grid merupakan komponen
sederhana yang mempresentasikan sebuah jaringan besar yang terdapat di system tenaga listrik
yang terdiri dari generator dan jaringan yang menghubungkan kabel, transmisi , trafo dan beban.
Lalu kita menggunakan 2 winding transformator. Transformator adalah suatu mesin listrik statis
yang berfungsi untuk mengatur level tegangan dengan frekuensi dan amplitude yang sama.
Disini kita menggunakan 3 trafo tenaga , 1 trafo IBT , 2 Trafo Dist 150/20 kV ( menurunkan
tegangan dari 150 kV ke 20 kV) dan 3 trafo Dist 20/0,4 kV ( menurunkan tegangan dari 20 kV
Laboratorium Sistem Tenaga Listrik
Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
ke 0,4 kV). Kemudian kita menggunakan transmission line yaitu saluran yang secara konstruksi
tidak ada isolasi. Kita menggunakan nya di tegangan yang ekstra tinggi dan tegangan tinggi,
yaitu 1 buah SUTET, dan 4 buah SUTT. Kemudian ada cable , fungsinya sama dengan
Transmision Line, namun cable secara konstruksi memiliki isolasi dan digunakan pada
tegangan menengah dan tegangan rendah yaitu 5 SKUTM dan dan 9 SUTR. Lalu ada busbar ,
busbar merupakan penghubung beberapa komponen. Terdapat dua jenis busbar yaitu single
busbar dan double busbar. Perbedaanya pada double busbar membutuhkan daerah penempatan
yang lebih luas daripada single busbar, tingkat keandalanya lebih tinggi karena jika ada
gangguan , semua komponen tidak langsung mati. Circuit breaker merupakan komponen yang
berfungsi sebagai pemutus ketika terdapat gangguan dalam rangkaian. Kita menggunakan 2
jenis Circuit Breaker yaitu HVCB (High Voltage Circuit Breaker) dan LVCB (Low Voltage
Circuit Breaker). Perbedannya yaitu pada HVCB digunakan pada tegangan yang lebih dari 0,4
kV sedangkan LVCB pada 0,4 kV. Kemudian ada beban, ada 3 jenis beban yang kita gunakan
yaitu static load, motor dan lumped load. Pada rangkaian modul 1 ini menggunakan ketiga
beban tersebut. Perbedaan dari ketiga beban tersebut adalah pada static load, merupakan beban
statis yang tidak terdapat beban motor listrik sehingga tidak banyak mempengaruhi tegangan
sistem ketika start.Pada beban motor banyak menyerap daya reaktif. Sehingga mempengaruhi
factor daya pada suatu system. Terdapat dua jenis motor yang kita gunakan yaitu motor induksi
dan motor sinkron. Lumped load adalah beban dinamis yang merupakan gabungan dari static
load dan motor. Jadi pada lumped load ini kita dapat mengatur berapa persen static load dan
motornya. Kemudian ada Composite Network yaitu komponen dalam aplikasi ETAP yang
berfungsi untuk menyederhanakan sebuah jaringan yang terdiri dari system penyaluran berupa
trafo, transmisi hingga menuju ke beban. CMTR adalah komponen ETAP yang berfungsi untuk
menyederhanakan sebuah jaringan yang terhubung langsung ke beban. Yang terakhir ada PV
Array yang berfungsi untuk mendapatkan besaran tegangan dan arus tertentu.
Pada simulasi modul tiga ini kita mengetahui memperbaiki jatuh tegangan dan factor
daya dengan pemasangan tap changer dan kapasitor bank. Yang pertama kita run load flow
analysis, lalu kita perhatikan busbarnya, jika ada yang drop voltage kita dapat memperbaikinya
dengan cara membuka trafo lalu buka tap lalu kita masukan -2,5% pada sisi primernya. Namun
jika masih terjadi jatuh tegangan kita dapat menambah kapasitor bank pada bus yang masih
terjadi jatuh tegangan. Kapasitor bank juga dapat memperbaiki factor daya , pertama kita
pasang kapasitor bank nya di bus yang menunjukan factor daya yang tidak memenuhi standar
dari SPLN. Lalu run capasitor, buka edit study case lalu pilih power factor constraint lalu
unactive pada global constraint. Lalu masukan bus yang sudah diberi kapasitor , kemudian run
kapasitor, kita dapat mengisi rating dari kapasitor dengan melihat rating setelah di
Laboratorium Sistem Tenaga Listrik
Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
run.Kemudian kita mengamati aruas pada busbar sebelum dan sesudah kita melakukan tap dan
menambahkan kapasitor untuk memperbaiki jatuh tegangan. Kemudian melihat factor daya
sebelum dan sesudah ditambahkan kapasitor bank. Pada kapasitor memperbaiki jatuh tegangan
didapat 2 bank kapasitor dengan rated kV 100 kV, sedangkan kapasitor yang memperbaiki
factor daya dengan hitungan didapat rated kV nya 313,8 kv.
Adapun kesalahan yang dapat terjadi pada percobaan ini adalah praktikan salah dalam
merangkai atau salah menaruh komponen dikarenakan gambar rangkaian modul yang kecil,
jadi beberapa praktikan salah membuat komponenya dikarenakan kurang jelas. Kesalahan
lainnya yaitu kesalahan dalam menginput nilai atau merating komponen pada rangkaian. Lalu
terdapat bug pada aplikasi ETAP yang kita gunakan yaitu terkadang kita sudah merating
komponen namun dikarenakan bug nilai yang kita input tidak masuk. Jadi sehingga membuat
keliruan. Untuk meminimalisir bug tersebut kita harus sering mengsave rangkaian kita agar
tersimpan sebelum terjadi bug tersebut.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
X. KESIMPULAN
1. Kita dapat menganalisa system transmisi dan distribusi yang terdapat jatuh
tegangan yang dibawah standar
2. Kita juga dapat memperbaiki adanya jatuh tegangan dengan menggunakan tap
changer di transformator
3. Kita juga dapat memperbaiki adanya jatuh tegangan dengan pemsangan kapasitor
pada rangkaian yang terdapat di beban
4. Kita juga dapat menganalisa system tenaga listrik yang memiliki faktor daya yang
di bawah standar .
5. Kita dapat mengetahui bagaimana memperbaiki factor daya pada system dengan
pemasangan kapasitor.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
XI. REPORT

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
XII. PERTANYAAN
1. Hitunglah nilai jatuh tegangan dirangkaian 3 phasa pada SKUTM I dan SUTR III
Jawab:
√3 ∙ 𝐼 (𝑅∙𝐶𝑜𝑠 𝜃+𝑋 ∙𝑆𝑖𝑛 𝜃) √3 ∙ 40,1 (0,06104∙𝐶𝑜𝑠 𝜃+0,0898 ∙𝑆𝑖𝑛 𝜃)
𝑉𝑑𝑟𝑜𝑝 𝑆𝐾𝑈𝑇𝑀 𝐼 = 𝑙 = 10 𝑘𝑚
1000 1000

√3 ∙ 𝐼 (𝑅∙𝐶𝑜𝑠 𝜃+𝑋 ∙𝑆𝑖𝑛 𝜃) √3 ∙605,8 (0,61042∙𝐶𝑜𝑠 𝜃+0,071 ∙𝑆𝑖𝑛 𝜃)


𝑉𝑑𝑟𝑜𝑝 𝑆𝑈𝑇𝑅 𝐼𝐼𝐼 = 𝑙 = 0,3 𝑘𝑚
1000 1000

2. Mengapa pada saat melakukan Tap Changer lebih baik dilakukan pada Tegangan
yang lebih tinggi? Jelaskan dengan menggunakan Rumus Trafo Ideal serta
hubungkan dengan isolasi Trafo
Jawab:
Dikarenakan apabila nilai tegangan pada sisi sekunder lebih besar daripada sisi
primer maka akan terjadi arching (busur api), sesuai dengan rumus ideal trafo
dimana arus sekunder berbanding terbalik dengan tegangan primer
3. Mengapa perbaikan faktor daya lebih baik menggunakan kapasitor yang
diparalelkan? Jelaskan berdasarkan rumus kapasitor!
Jawab:
Agar tak terjadi penyimpanan beban yang sangat besar
4. Hitunglah nilai Qc untuk memperbaiki faktor daya pada sistem hingga nilai faktor
daya yang telah ditetapkan pada SPLN 70:1985!
Jawab:
Qc = P [ tan(𝑐𝑜𝑠 −1 (PF1))-tan( 𝑐𝑜𝑠 −1 (PF2))]

= 1197 [tan(𝑐𝑜𝑠 −1 (74,92))- [tan(𝑐𝑜𝑠 −1 (0,85))]

=316,4 Kvar

5. Jelaskan apa yang terjadi jika pada rangkaian terjadi jatuh tegangan?
Jawab:
- Kerja rangkaian akan kurang maksimal
- Alat cepat rusak

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
SUB MODUL III

ANALISA HUBUNG SINGKAT


(SHORT CIRCUIT ANALYSIS)

I. TUJUAN
1. Untuk mempelajari karakteristik, jenis, dan manfaat Analisa gangguan hubung
singkat.
2. Untuk dapat mengetahui besarnya arus gangguan hubung singkat tiga fasa, satu fasa
ke tanah, dua fasa ke tanah, dan fasa ke fasa pada system tenaga listrik.
3. Untuk menentukan kapasitas pemutus dari circuit breaker.
4. Untuk menentukan distribusi arus gangguan dan tingkat tegangan busbar selama
gangguan.

II. ALAT DAN PERLENGKAPAN


1. 1 unit PC
2. Software ETAP

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
III. TEORI MODUL
Dalam operasi sistem tenaga listrik sering terjadi gangguan – gangguan yang dapat
mengakibatkan terganggunya penyaluran tenaga listrik ke konsumen. Gangguan adalah
penghalang dari suatu sistem yang sedang beroperasi atau suatu keadaan dari sistem
penyaluran tenaga listrik yang menyimpang dari kondisi normal. Suatu gangguan di dalam
peralatan listrik didefinisikan sebagai terjadinya suatu kerusakan di dalam jaringan listrik
yang menyebabkan aliran arus listrik keluar dari saluran yang seharusnya.

Berdasarkan ANSI/IEEE Std. 100-1992 gangguan didefinisikan sebagai suatu


kondisi fisis yang disebabkan kegagalan suatu perangkat, komponen, atau suatu elemen
untuk bekerja sesuai dengan fungsinya. Gangguan hampir selalu ditimbulkan olehhubung
singkat antar fase atau hubung singkat fase ke tanah. Suatu gangguan hampir selalu berupa
hubung langsung atau melalui impedansi. Istilah gangguan identik denganhubung singkat,
sesuai standart ANSI/IEEE Std. 100- 1992.

Hubung singkat merupakan suatu hubungan abnormal (termasuk busur api) pada
impedansi yang relatif rendah terjadi secara kebetulan atau disengaja antara dua titik yang
mempunyai potensial yang berbeda. Istilah gangguan atau gangguan hubung singkat
digunakan untuk menjelaskan suatu hubungan singkat. Gangguan hubung singkat dapat
didefinisikan sebagai gangguan yang terjadi akibat adanya penurunan kekuatan dasar
isolasi antara sesama kawat fasa dengan tanah yang menyebabkan kenaikan arus secara
berlebihan. Untuk mengatasi gangguan tersebut, perlu dilakukan analisis hubung singkat
sehingga sistem Proteksi yang tepat pada Sistem Tenaga Listrik dapat ditentukan.Analisis
hubung singkat adalah analisis yang mempelajari kontribusi arus gangguan hubung singkat
yang mungkin mengalir pada setiap cabang didalam sistem (di jaringan distribusi,
transmisi, trafo tenaga atau dari pembangkit) sewaktu gangguan hubung singkat yang
mungkin terjadi di dalam sistem tenaga listrik.

Analisis Hubung Singkat memiliki tujuan, yaitu sebagai berikut.


1. Untuk menentukan arus maksimum dan minimum hubung singkat.
2. Untuk menentukan arus gangguan tak simetris bagi gangguan satu dan dua line ke
tanah, gangguan line ke line, dan rangkaian terbuka.
3. Penyelidikan operasi rele-rele proteksi.
4. Untuk menentukan kapasitas pemutus dari circuit breaker.
5. Untuk menentukan distribusi arus gangguan dan tingkat tegangan busbar selama
gangguan.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
Jenis Gangguan Hubung Singkat

Pada dasarnya gangguan yang sering terjadi pada sistem saluran distribusi dapat
digolongkan menjadi dua macam yaitu gangguan dari dalam sistem dan gangguan dari luar
sistem. Gangguan yang berasal dari luar sistem disebabkan oleh sentuhan daun/pohon pada
penghantar, sambaran petir, manusia, binatang, cuaca dan lain-lain. Sedangkan gangguan
yang datang dari dalam sistem dapat berupa kegagalan dari fungsi peralatan jaringan,
kerusakan dari peralatan jaringan, kerusakan dari peralatan pemutus beban dan kesalahan
pada alat pendeteksi.

Klasifikasi gangguan yang terjadi pada jaringan distribusi adalah :


a. Dari jenis gangguannya :
1) Gangguan Hubung Singkat 1 fasa ke tanah
2) Gangguan Hubung Singkat 3 fasa
3) Gangguan Hubung Singkat 2 fasa ke tanah
4) Gangguan Hubung Singkat Fasa ke Fasa

b. Dari lamanya gangguan


1) Gangguan permanen
Gangguan yang bersifat permanen Gangguan permanen tidak akan dapat
hilang sebelum penyebab gangguan dihilangkan terlebih dahulu. Gangguan yang
bersifat permanen dapat disebabkan oleh kerusakan peralatan, sehinggga
gangguan ini baru hilang setelah kerusakan ini diperbaiki atau karena ada sesuatu
yang mengganggu secara permanen. Contoh gangguan ini yaitu adanya kawat
yang putus, terjadinya gangguan hubung singkat, dahan yang menimpa kawat
phasa dari saluran udara, adanya kawat yang putus, dan terjadinya gangguan
hubung singkat.

2) Gangguan temporer
Gangguan yang bersifat temporer Gangguan yang bersifat temporer ini
apabila terjadi gangguan, maka gangguan tersebut tidak akan lama dan dapat
normal kembali. Gangguan ini dapat hilang dengan sendirinya atau dengan
memutus sesaat bagian yang terganggu dari sumber tegangannya. Kemudian
disusul dengan penutupan kembali peralatan hubungnya. Salah satu contoh
gangguan yang bersifat temporer adalah gangguan akibat sentuhan pohon yang
tumbuh disekitar jaringan, akibat binatang seperti burung kelelawar, ular,
layangan dan lain sebagainya.
Laboratorium Sistem Tenaga Listrik
Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
c. Berdasarkan Kesimeterisannya.
1) Gangguan simetris
Gangguan simetris adalah gangguan yang terjadi pada semua fasanya
sehingga arus dan tegangan pada masing-masing fasa bernilai sama, yaitu di
antaranya Hubung Singkat 3 fasa dan Hubung singkat 3 fasa ke tanah.
2) Gangguan tak simetris (asimetris)
Gangguan simetris adalah gangguan yang mengakibatkan arus yang
mengalir pada setiap fasa tidak seimbang, yaitu di antaranya hubung singkat 1 fasa
ke tanah, hubung singkat fasa ke fasa, dan hubung singkat 2 fasa ke tanah.

Analisis Gangguan Hubung Singkat


1) Gangguan Hubung Singkat 1 Fasa ke Tanah
Untuk gangguan ini dianggap fasa a mengalami gangguan. Gangguan ini dapat
digambarkan pada gambar di bawah:

rumus untuk gangguan satu phasa ke tanah, yaitu:

2) Gangguan Hubung Singkat 3 Fasa


Kondisi saat terjadi gangguan hubung singkat tiga fasa :

Karena sistemnya seimbang maka urutan negatif dan urutan nol tidak ada,
sehingga diperoleh:

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
3) Gangguan Hubung Singkat 2 Fasa ke tanah
Gangguan terjadi pada phasa b dan phasa c Kondisi pada saat gangguan yaitu
seperti gambar di bawah ini.

Dengan menggunakan komponen simetris, diperoleh persamaan berikut.

4) Gangguan Hubung Singkat Fasa ke Fasa


Gangguan phasa dan phasa adalah gangguan yang terjadi dari penyebab putusnya
kawat phasa tengah pada transmisi atau distribusi dengan konfigurasi tersusun
vertikal. Perhitungan arus gangguan untuk suatu hubung singkat phasa ke phasa
pada sistem tenaga sama halnya dengan hubung singkat tiga phasa dan hubung
singkat satu phasa ke tanah, dimana digunakan asumsi-asumsi untuk
penyederhanaan perhitungan.

Adapun rumus untuk perhitungan arus hubung singkat yaitu sebagai berikut:

Impedansi urutan

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
Impedansi saluran suatu sistem tenaga listrik tergantung dari jenis konduktornya
yaitu dari bahan apa konduktor itu dibuat yang juga tentunya pula dari besar kecilnya
penampang konduktor dan panjang saluran yang digunakan jenis konduktor ini. Komponen
Simetris menyebabkan tegangan jatuh sesuai dengan urutan arusnya dan tidak
mempengaruhi urutan arus lainnya, berarti tiap urutan yang seimbang akan terdiri dari
suatu jaringan. Ketidakseimbangan arus atau tegangan ini akan menimbulkan pula
impedansi urutan positif, urutan negatif, dan urutan nol. Impedansi urutan dapat
didefinisikan sebagai suatu impedansi yang dirasakan arus urutan bila tegangan urutannya
dipasang pada peralatan atau pada sistem tersebut. Seperti juga tegangan dan arus didalam
metode komponen simetris dikenal tiga macam impedansi urutan yaitu sebagai berikut.

a. Impedansi urutan positif (𝑍1), adalah impedansi tiga phasa simetris yang terukur
bila dialiri oleh arus urutan positif.
b. Impedansi urutan negatif (𝑍2), adalah impedansi tiga phasa simetris yang terukur
bila dialiri oleh arus urutan negatif.
c. Impedansi urutan nol (𝑍0), adalah impedansi tiga phasa simetris yang terukur bila
dialiri arus urutan nol.

𝐼𝐴 = 𝐼1𝐴 + 𝐼2𝐴 + 𝐼0

𝐼𝐵 = 𝑎2 ∙ 𝐼1𝐴 + 𝑎 ∙ 𝐼2𝐴 + 𝐼0 ∙ 𝐼𝐶 = 𝑎 ∙ 𝐼1𝐴 + 𝑎2 ∙ 𝐼2𝐴 + 𝐼0

Dari persamaan tersebut, diperoleh persamaan berikut.


1
I1A = 3 (IA + 𝑎 . IB + 𝑎2 . IC )
1 1
I2A = (IA + 𝑎 . IB + 𝑎2 . IC ) . 𝐼0 = (IA + IB + IC )
3 3
Laboratorium Sistem Tenaga Listrik
Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
Persamaan di atas, terdapat operator a yang merupakan unit vektor yang membentuksudut
120 derajat berlawanan jarum jam.

Gangguan hubung singkat dapat menyebabkan aliran arus menjadi besar, besarnya
arus listrik yang mengalir dapat merusak peralatan listrik jika tidak dilengkapi dengan
sistem proteksi yang tepat. Besar kecil aliran arus hubung singkat dipengaruhi oleh letak
terjadinya gangguan. jika gangguan semakin dekat dengan sumber, maka arus gangguan
akan semakin besar begitu sebaliknya (Amira, 2014). Perluasan sistem tenaga listrik perlu
dianalisa kembali untuk mengetahui rating peralatan pemutus tegangan, misalnya Circuit
Breaker (CB). Supaya Circuit Breaker (CB) dapat mengamankan dari gangguan sistem
tenaga listrik.

DAFTAR PUSTAKA
1. Suswanto, D. (2010). Analisis Gangguan Pada Jaringan Distribusi. Sistem
Distribusi Tenaga Listrik, 1, 245–272.
2. Stevenson, William D, Jr.,”Analisis Sistem Tenaga Listrik”, Penerbit Erlangga,
Jakarta, 1990.
3. Kumolo, C. (2016). Analisis Aliran Beban pada Sistem Tenaga Listrik di KSO
Pertamina EP – GEO Cepu Indonesia Distrik 1 Kawengan menggunakan Software
ETAP 12.6. Emitor: Jurnal Teknik Elektro, 16(1), 1–15.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
IV. LANGKAH PERCOBAAN
1. Untuk melakukan running hubung singkat kita dapat masuk di section short circuit

2. Setelah itu klik edit study case lalu pilih masing-masing bus didaerah pembangkit,
transmisi dan distribusi untuk di menandai busbar yang trjadi gangguan.

3. Setelah itu klik run 3 phase, LG LL untuk melihat gangguan hubung singkat
sesuai bus yang di berikan gangguan. Contohnya seperti gambar dibawah ini.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
4. Setelah itu cetak report dengan cara klik report manager lalu pilih bagian
summary. Ketika sudah ada data tertampil pada pdf anda bisa melihat nilai arus hubung
singkat yaitu I”k pada summary.

Gambar Short Circuit Summary Report.

5. Lalu setelah itu tulis nilai I”k pada tabel pengamatan yang pertama.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
V. GAMBAR RANGKAIAN

• Gambar Rangkaian Modul


- Sebelum running “Short Circuit” yang terdapat bus fault

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
- Sesudah running “Short Circuit” dengan gangguan 3 Fasa

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
VI. TEORI TAMBAHAN
Sistem tenaga listrik memiliki 3 bagian diantaranya ialah sistem distribusi listrik, sistem transmisi
listrik dan sistem pembangkitan listrik energi listrik sangat dibutuhkan oleh masyarakat
pada era modern saat ini, pada proses produksinya banyak industri yang memerlukan
energi listrik (Nurdiana, 2016). Studi tentang arus gangguan hubung singkat digunakan
sebagai keadaan utama yang sangat perlu untuk diperhitungkan pada saat perencanaan
sistem tenaga listrik, guna menanggulangi gangguan hubung singkat Jurnal Teknik
Elektro, Volume 10. No 3, Tahun 2021, Halaman 699 - 706 yang terjadi, sangat penting
dilaksanakannya analisis untuk gangguan hubung singkat sehungga dapat menentukan
sistim pengaman yang akan digunakan dalam sistem tenaga listrik yang ada (Xan Wu &
Young Jiao, 2016). Analisis gangguan hubung singkat ialah sebuah studi yang digunakan
guna memahami tentang peran arus gangguan hubung singkat yang mengalir kepada
sistem tenaga listrik disetiap cabangnya (Calnela et al, 2020). Ada beberapa faktor yang
menyebabkan terjadinya gangguan hubung singkat, contoh dari faktor eksternal bisa
berupa hujan lebat, badai, pohon tumbang dan segala macam bencana alam yang lainnya
dan faktor internal yang menyebabkan terjadinya gangguan yaitu rusaknya peralatan
listrik sendiri pada sistem kelistrikannya. Selain karena beberapa faktor tersebut
gangguan juga disebabkan oleh gangguan permanen dan temporer, contoh dari gangguan
permanen adalah kegagalan isolator, rusaknya penghantar dak kerusakan pada peralatan
lain akan menyebabkan kerusakan secara permanen, sedangkan gangguan temporer dapat
diselesaikan dengan pemakaian CB (circuit Breaker) atau pengaman lainnya (Kumolo,
2016). Banyak peralatan listrik yang rusak dikarenakan gangguan hubung singkat yang
mengakibatkan aliran dari arus yang semakin besar dan juga perlatan listrik rusak terjadi
karena peralatan tersebut tanpa dilengkapikan dengan sistem pengaman yang benar.
Ketika gangguan menjadi tidak jauh dari sumber jadi gangguan arus hubung singkat pada
sistem tenaga listriknya semakin besar pula begitu juga sebaliknya(Moura et al, 2015).
Analisis hubung singkat merupakan cara agar diketahui besarnya arus hubung singkat
yang akan muncul kemudian dilanjutkan untuk perencanaan terhadap sistem proteksi
dapat ditentukan menggunakan peralatan yang tepat dan sesuai dengan perencanaan.
Analisis hubung singkat menjadi hal penting dalam memilih skala arus hubung singkat
yang digunakan sebagai pelindung dari peralatan dan perangkat pada sistem distribusi
dari akibat yang ditimbulkan dari beban (Mathur et al, 2015). Dalam sistem tenaga listrik,
gangguan pada tanah dapat berakibat sangat parah apabila tanpa memperhatikan sistem
pengamannya (Bonggas, 2012). Adanya tegangan induksi pada lilitanlilitan transformator
terhadap struktur logam sekitarnya. Breakdown isolation atau yang biasa disebut
Laboratorium Sistem Tenaga Listrik
Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
gangguan isolasi dapat menyebabkan kebocoran sehingga memicu terjadinya hubung
singkat (Youssef & Aboulenein, 2016). Sakelar Pemutus Tenaga (Circuit Breaker)
Pemutus Tenaga (PMT) biasa disebut Circuit Breaker (CB) ialah sebuah alat listrik yang
dipergunakan untuk menutup dan membuka aliran listrik dalam semua kondisi, baik pada
tegangan tidak normal maupun normal serta saat terjadi gangguan arus hubung singkat
atau Short Circuit (Qi Shancheng & Cao lilu, 2021). Peralatan ini memiliki fungsi sebagai
pelindung sebuah sistem tenaga listrik jika dalam gangguan atau kesalahan sistem
tersebut dengan cara memutus aliran listriknya (Alfianto, 2015). Fungsi utama pada
perlatan ini berupa sebagai alat penutup dan pembuka rangkaian listrik untuk keadaan
berbeban dan bisa menutup ataupun membuka aliran listrik jika terjadi arus gangguan
gubung singkat (Short Circuit) disistem kelistrikannya (Zuhal, 1991). Adapun beberapa
syarat yang perlu diperhatikan oleh sakelar pemutus tenaga (PMT) dijelaskan sebagai
berikut : 1. Dapat mengalirkan arus maksimum secara terusmenerus. 2. Dapat memutus
dengan cepat apabila terjadi gangguan arus hubung singkat supaya arus tidak terhubung
ke peralatan lain yang dapat menyebabkan kerusakan dan tidak menjadikan sistem
kehilangan keseimbangan serta tidak dapat membuat kerusakan sakelar pemutus tenaga
tersebut. 3. Dapat menutup atau memutuskan aliran listrik pada saat mengalami gangguan
hubung sinbgkat maupun saat berbeban dengan tidak menimbulkan kerusakan pada
sakelar tersebut. Jenis -Jenis Gangguan Arus Hubung Singkat Pada dasarnya terdapat 4
macam gangguan hubung singkat berdasarkan kesimetrisannya diantaranya adalah:
Gangguang Hubung Singkat Satu Fasa ke Tanah (Line to Ground Fault) Kenaikan dari
arus listrik pada fasa dengan gangguan dan tegangan jadi 0 merupakan dampak dari
gangguan arus satu fasa ke tanah oleh karena itu peristiwa ini dapat menyebabkan phase
lain mengalami arus yang menjadi nol disertai dengan kenaikan tegangan pada phase lain

Suatu sistem tenaga listrik sering dihadapkan dengan masalah gangguan yang dapat
menyebabkan pemasokan energi listrik terganggu. Gangguan hubung singkat merupakan
salah satu jenis gangguan yang dapat menyebabkan penyaluran energi listrik terhambat.
Gangguan hubung singkat biasanya disebabkan karena kerusakan bahan isolasi pada
penghantar. Gangguan hubung singkat secara mekanik dapat menyebabkan kerusakan
pada sistem maupun pada peralatan elektronik, dan secara ekonomi dapat menyebabkan
kegiatan produksi dan distribusi menurun atau terhenti [1]. Gangguan hubung singkat
pada sistem tenaga listrik akan menyebabkan aliran arus menuju titik gangguan akan
semakin besar. Besarnya arus listrik yang mengalir pada penghantar dapat merusak
peralatan listrik jika tidak dilengkapi dengan sistem pengaman yang baik dan

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
benar.Sehingga jenis gangguan ini diperlukan suatu perencanaan yang khusus untuk
dapat mengurangi risiko gangguan tersebut. Salah satu cara mengatasinya adalah dengan
melakukan studi analisis arus gangguan hubung singkat [2]; [3]; [4]. Dengan demikian
dapat diketahui nilai arus gangguan hubung singkat maksimum yang terjadi dalam sistem
jaringan yang digunakan. Nilai arus hubung singkat ini dapat ditentukan untuk penentuan
nilai breaking capacity pada Circuit Breaker (CB). Pada sistem pembangkit tenaga listrik
khususnya, Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Bolok mempunyai jaringan
pemakaian sendiri untuk menyuplai beban–beban unit seperti Feed Water Pump,
Circulating Water Pump, Condenser Vacuum Pump dan sebagainya. Peralatan ini sebagai
pendukung dalam menjalankan pembangkitan daya listrik. Peralatan ini diharapkan dapat
beroperasi tanpa adanya gangguan terutama gangguan pada jaringan kelistrikan unit.
Dimana bila peralatan pendukung dari PLTU tidak beroperasi maka proses pembangkitan
energi listrik akan menjadi terhambat, karena itu analisis arus gangguan hubung singkat
yang terjadi akan sangat penting demi menjaga mutu dan keandalan sistem tenaga listrik.
Pada penelitian ini digunakan perangkat lunak Electrical Transient Analysis Program atau
ETAP 12.6 sebagai alat bantu untuk simulasi besar arus gangguan hubung singkat dan
perhitungan manual untuk membandingkan besar arus gangguan dengan hasil simulasi
ETAP. Simulasi ini digunakan untuk memperoleh impedansi urutan nol, impedansi
urutan positif, dan impedansi urutan negatif yang akan digunakan untuk menghitung arus
gangguan hubung singkat secara manual 1.1 Klasifikasi Gangguan Dalam Sistem tenaga
Listrik A. Klasifikasi Gangguan Berdasarkan Lamanya Gangguan 1. Gangguan
Permanen Gangguan yang bersifat permanen dapat disebabkan oleh kerusakan peralatan,
sehingga gangguan ini baru hilang setelah kerusakan ini diperbaiki atau karena ada
sesuatu yang mengganggu secara permanen. 2. Gangguan Temporer Merupakan
gangguan yang terjadi dalam waktu yang singkat saja dimana kemudian sistem kembali
dalam keadaan normal. B. Klasifikasi Gangguan Berdasarkan Kesimetrisannya
Gangguan ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu: gangguan bersifat simetri atau
seimbang yang merupakan gangguan yang terjadi pada ketiga phase nya dan gangguan
tidak simetris atau tidak seimbang berupa gangguan antara phase, dua phase ke tanah, dan
satu phase ke tanah. 1.2 Gangguan Hubung singkat Pada Sistem Tenaga Listrik Gangguan
hubung singkat merupakan suatu kondisi pada sistem tenaga dimana penghantar yang
berarus terhubung dengan penghantar lain atau dengan tanah. Gangguan hubung singkat
dapat menimbulkan arus yang jauh lebih besar dari arus kondisi dimana sistem tenaga
listrik dalam keadaan normal. Bila gangguan hubung singkat dibiarkan berlangsung
dengan lama pada suatu sistem daya listrik, maka akan berpengaruh yang tidak diinginkan
Laboratorium Sistem Tenaga Listrik
Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
yang dapat terjadi: [2] 1. Berkurangnya batas-batas kestabilan untuk sistem daya suatu
sistem tenaga listrik 2. Rusaknya perlengkapan yang berada dekat dengan gangguan yang
disebabkan oleh arus tak seimbang, atau tegangan rendah yang ditimbulkan oleh hubung
singkat 3. Ledakan-ledakan yang mungkin akan terjadi pada peralatan yang mengandung
minyak isolasi sewaktu terjadi hubung singkat, dan yang mungkin menimbulkan
kebakaran sehingga dapat membahayakan orang yang menangani dan merusak peralatan-
peralatan yang lain. 4. Terpecahnya keseluruhan daerah pelayanan sistem daya tenaga
listrik karena suatu rentetan tindakan pengaman yang diambil oleh sistem pengamanan
yang berbeda-beda, kejadian ini dikenal sebagai cascading. Beberapa metode yang dapat
digunakan untuk studi hubung singkat antara lain, metode matriks impedansi bus, metode
matriks admitansi bus (kedua metode ini menggunakan teori komponen simetris) dan
metode koordinat phase. Untuk gangguan tiga phase seimbang cenderung disederhanakan
dengan pendekatan per phase. Diagram satu garis sederhana untuk menyelesaikan
masalah gangguan tiga phase seimbang dengan metode komponen simetris adalah untuk
memecahkan penyelesaian rangkaian tidak seimbang ke dalam sebuah rangkaian yang
seimbang. Prinsip dasar komponen simetris adalah, suatu kumpulan tiga hubungan vektor
yang tidak seimbang, yang dapat diuraikan menjadi tiga set vektor yang seimbang. Ketiga
set vektor yang seimbang itu biasa disebut dengan komponen urutan positif, komponen
urutan negatif, dan komponen urutan nol [2]; [5] Penggunaan komponen simetris pada
sistem tiga phase memerlukan suatu satuan fasor atau operator yang akan memutar rotasi
fasor dengan fasor lainnya yang berbeda phase 120 0 . Bila dipakai fasor operator satuan
adalah a, maka: a = -0.5 + j0.8666 dan a2 = -0.5 – j0.866 Fasor tiga phase tidak seimbang
dari sistem tiga phase dapat dipecahkan ke dalam fasor tiga phase seimbang sebagai
berikut: [2]; [5] 1. Komponen urutan positif, terdiri dari seperangkat komponen tiga phase
seimbang dan mempunyai urutan phase yang sama dengan fasor-fasor aslinya. 2.
Komponen urutan negatif, terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya, terpisah satu dengan
yang lainnya dalam phase sebesar 1200 , dan mempunyai urutan phase yang berlawanan
dengan fasor aslinya. 3. Komponen urutan nol, terdiri dari tiga phasor dengan magnitude
yang sama besar dan pergeseran phase nya adalah nol

Sumber :
• https://media.neliti.com/media/publications/298547-analisis-gangguan-
hubung-singkat-pada-ja-3a672eba.pdf

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
VII. DATA PENGAMATAN
Tabel 3.1 Nilai hasil simulasi arus Hubung Singkat

Arus 𝜃-G 𝜃-𝜃 3𝜃


Lokasi Rating
Sebelum
HS Gangguan kA A kA A kA A CB

GI KIT IB 480,2 9,388 9388 7,068 7068 8,026 8026 24,211

GI DURI
15,7 0,590 590 0,482 482 0,553 553 1,405
KOSAMBI I

Bus 19 598,7 0,006 6 6,279 6279 7,250 7250 11,636

Masukkan nilai arus I”k pada report masing-masing.

*Rating CB = Nilai Ip Terbesar

Tabel 3.2 Nilai hasil perbandingan perhitungan san simulasi arus Hubung singkat
Hasil Perbandingan Hasil Selisih
Jenis Gangguan
(Perhitungan – Simulasi)
Pada GI KIT I B Perhitungan (kA) Simulasi (kA)

3𝜃 8,025 8,026 0,001


𝜃-G 9,383 9,388 0,005

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
VIII. PENGOLAHAN DATA
Perhitungan Hubung Singkat 3 Fasa Pada GI KIT IB
Dik : Vfasa = 11 kV
Z1 = 0,87046 Ω
Cfaktor = 1,2
Dit : IHS3∅ ?
Penye :
Vfasa
√3
IHS3∅ = | | x Cfaktor
Z1

11 kV
√3
IHS3∅ = | | x 1,1
0,87046Ω

IHS3∅ = 8,025kA

Perhitungan Hubung Singkat 1 Fasa ke Tanah Pada GI KIT IB


Dik : Vfasa = 11 kV
Z0 = 0,52115 Ω
Z1 = 0,87046 Ω
Z2 = 0,84191 Ω
Cfaktor = 1,1
Dit : IHS3∅ ?
Penye :
Vfasa
3x
√3
IHS∅−G = | | x Cfaktor
Z0 + Z1 + Z2

11 kV
3x
√3
IHS∅−G = | | x 1,1
0,52115Ω + 0,87046 Ω + 0,84191 Ω

IHS∅−G = 9,383 kA

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
R Amp CB
➢ GI Kit I B
• 1,2 x 160,1 A = 192,12 A
• 1,2 x 160,1 A = 192,12 A
• 1,2 x 160,1 A = 192,12 A
• 1,2 x 160,1 A = 192,12 A
➢ GI Duri Kosambi I
• 1,2 x 15,4 A = 18,48 A
• 1,2 x 15,7 A = 18,84 A
➢ Bus 30
• 1,2 x 598,7 A = 718,44 A
• 1,2 x 598,7 A = 718,44 A

Making Peak
➢ GI Kit I B
1,2 x 24,211= 29,0532 A
➢ GI Duri Kosambi I
1,2 x 1,405 = 1,686 A
➢ Bus 30
1,2 x 11,636 = 13,9632 A

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
IX. ANALISA
Pada Pada praktikum kali melakukan percobaan sub modul III yang berjudul Analisa
Hubung Singkat (Short Circuit Analysis). Pada modul ini bertujuan untuk dapat memahami
jenis, karakteristik, jenis, dan manfaat Analisa gangguan hubung singkat ini yang telah kita buat
pada rangkaian, kita juga dapat mengetahui adanya besar arus gangguan hubung singkat tiga fasa,
satu fasa ke tanah, dua fasa ke tanah, dan juga fasa ke fasa pada system tenaga listrik yang telah
kita rangkai, dan juga kita dapat menetuka kapasitas pemutus yang kita telah hitung dari circuit
breaker, dan dapat menentukan distribusi arus gangguan dan tingkat tegangan busbar selama
gangguan.
Analisa Hubung singkat adalah menganalisa gangguan ganguan hubung singkat yang
terjadi pada system tenaga listrik. Hubung singkat adalah suatu gangguan yang terjadi pada
impendasi yang relatif rendah , dan resistansi yang rendah. Jadi tegangan pada system turun dan
arus yang mengalir meningkat dikarenakan gangguan hubung singkat ini, Tujuan dari Analisa
hubung singkat yaitu untuk menentukan arus maksimumn dan minimum hubung singkat ,
penyidikan system proteksi relay, menentukan kapasitas dari circuit breaker. Jenis gangguan
hubung singkat ada banyak, dari jenis gangguanya ada fasa ke fasa, fasa ke tanah. Berdasarkan
lama gangguan ada yang permanen dan ada yang temporer. Berdasarkan kesimetrisannya ada
yang simetris dan asimetris.
Pada percoban ini melakukan simulasi Hubung singkat dengan menggunakan program
software ETAP. Terdapat dua standart yang digunakan untuk melakukan Analisa system tenaga
listrik. Yaitu IEC (International Electrotechnical Commission) dan ANSI (American National
Standard Institute). IEC biasanya standar yang digunakan di beberapa negara Asia contohnya
Indonesia. Sedangkan ANSI standar yang digunakan oleh Amerika. Perbedaanya pada aplikasi
ETAP di beberapa gambar komponen nya terdapat perbedaan. Pada praktikum ini kita
menggunakan standar IEC. Adapun komponen yang digunakan untuk merangkai pada praktikum
modul Single Line Diagram ini yaitu kita menggunakan 5 generator , generator adalah komponen
atau alat yang menghasilkan tenaga listrik atau daya listrik yang berada di daerah pembangkit.
Pembangkit yang kita gunakan adalah tiga unit PLTU yang dipararelkan. Lalu ada PLTA dan
PLTS. Syarat untuk memperarelkan generator adalah fasa nya harus sama , frekuensinya sama,
polaritasnya sama. Urutan fasa dan bentuk gelombangnya juga harus sama. Terdapat empat mode
generator di program software ETAP. Yang pertama ada mode swing untuk menstabilkan system
tenaga listrik pada rangkaian. Kedua ada mode Voltage Control kita dapat mengatur tegangan
dan daya aktifnya. Ketiga ada mode MVAR control kita dapat mengatur daya aktif dan
reaktifnya. Dan yang terakhir ada mode PF control kita dapat mengatur tegangan dan factor
dayanya. Kemudian ada Power Grid merupakan komponen sederhana yang mempresentasikan
Laboratorium Sistem Tenaga Listrik
Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
sebuah jaringan besar yang terdapat di system tenaga listrik yang terdiri dari generator dan
jaringan yang menghubungkan kabel, transmisi , trafo dan beban. Lalu kita menggunakan 2
winding transformator. Transformator adalah suatu mesin listrik statis yang berfungsi untuk
mengatur level tegangan dengan frekuensi dan amplitude yang sama. Disini kita menggunakan
3 trafo tenaga , 1 trafo IBT , 2 Trafo Dist 150/20 kV ( menurunkan tegangan dari 150 kV ke 20
kV) dan 3 trafo Dist 20/0,4 kV ( menurunkan tegangan dari 20 kV ke 0,4 kV). Kemudian kita
menggunakan transmission line yaitu saluran yang secara konstruksi tidak ada isolasi. Kita
menggunakan nya di tegangan yang ekstra tinggi dan tegangan tinggi, yaitu 1 buah SUTET, dan
4 buah SUTT. Kemudian ada cable , fungsinya sama dengan Transmision Line, namun cable
secara konstruksi memiliki isolasi dan digunakan pada tegangan menengah dan tegangan rendah
yaitu 5 SKUTM dan dan 9 SUTR. Lalu ada busbar , busbar merupakan penghubung beberapa
komponen. Terdapat dua jenis busbar yaitu single busbar dan double busbar. Perbedaanya pada
double busbar membutuhkan daerah penempatan yang lebih luas daripada single busbar, tingkat
keandalanya lebih tinggi karena jika ada gangguan , semua komponen tidak langsung mati.
Circuit breaker merupakan komponen yang berfungsi sebagai pemutus ketika terdapat gangguan
dalam rangkaian. Kita menggunakan 2 jenis Circuit Breaker yaitu HVCB (High Voltage Circuit
Breaker) dan LVCB (Low Voltage Circuit Breaker). Perbedannya yaitu pada HVCB digunakan
pada tegangan yang lebih dari 0,4 kV sedangkan LVCB pada 0,4 kV. Kemudian ada beban, ada
3 jenis beban yang kita gunakan yaitu static load, motor dan lumped load. Pada rangkaian modul
1 ini menggunakan ketiga beban tersebut. Perbedaan dari ketiga beban tersebut adalah pada static
load, merupakan beban statis yang tidak terdapat beban motor listrik sehingga tidak banyak
mempengaruhi tegangan sistem ketika start.Pada beban motor banyak menyerap daya reaktif.
Sehingga mempengaruhi factor daya pada suatu system. Terdapat dua jenis motor yang kita
gunakan yaitu motor induksi dan motor sinkron. Lumped load adalah beban dinamis yang
merupakan gabungan dari static load dan motor. Jadi pada lumped load ini kita dapat mengatur
berapa persen static load dan motornya. Kemudian ada Composite Network yaitu komponen
dalam aplikasi ETAP yang berfungsi untuk menyederhanakan sebuah jaringan yang terdiri dari
system penyaluran berupa trafo, transmisi hingga menuju ke beban. CMTR adalah komponen
ETAP yang berfungsi untuk menyederhanakan sebuah jaringan yang terhubung langsung ke
beban. Yang terakhir ada PV Array yang berfungsi untuk mendapatkan besaran tegangan dan
arus tertentu.
Pada percobaan yang kita lakukan kita memberikan gangguan hubung singkat pada titik
yang ditentukan di sub modul ini. Kita memberikan gangguan hubung singkat pada busbar GI
KIT I B yaitu di pembangkit, di transmisi pada busbar GI DURIKOSAMBI BARU I, dan pada
distribusi di rangkaian pada bus 30. Kemudian running short sircuit , lalu kita mengisi data
Laboratorium Sistem Tenaga Listrik
Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
pengamatan dengan cara melihat I”k dari hasil report summary running short shircuit , dan ip
terbesar nya juga untuk mengisi rating CB pada data pengamatan. Kemudian kita mengisi untuk
rating CB yang terhubung pada busbar yang mengalami gangguan hubung singkat. Untuk
mencari nilai rated Amp nya dengan cara melihat arus dari running load flow analysis yang
mengalir ke cb yang mau dirating , kemudian dikalikan 1,2 atau rated Amp = I . 1,2. Untuk
mencari nilai making peaknya dengan cara mencari nilai Ip terbesar pada report rangkaian, atau
Making peak = Ip . 1,2 . kemudian untuk mengisi nilai breakingnya dengan mencari nilai Ib
terbesar pada reportnya yang ada di bus yang di pilih.
Adapun kesalahan yang dapat terjadi pada percobaan ini adalah praktikan salah dalam
merangkai atau salah menaruh komponen dikarenakan gambar rangkaian modul yang kecil, jadi
beberapa praktikan salah membuat komponenya dikarenakan kurang jelas. Kesalahan lainnya
yaitu kesalahan dalam menginput nilai atau merating pada rangkaian. Lalu terdapat bug pada
aplikasi ETAP yang kita gunakan yaitu terkadang kita sudah merating komponen namun
dikarenakan bug nilai yang kita input tidak masuk. Jadi sehingga membuat keliruan. Untuk
meminimalisir bug tersebut kita harus sering mengsave rangkaian kita agar tersimpan sebelum
terjadi bug tersebut.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
X. KESIMPULAN
1. Kita dapat mengetahui karakteristik, jenis dan manfaat Analisa gangguan hubung singkat
yang kita gunakan ini

2. Kita dapat mengetahui berapa besar arus gangguan hubung singkat tiga fasa, satu fasa
ke tanah, dua fasa ke tanah, dan fasa ke fasa pada rangkaian yang telah kita buat

3. Kita dapat mengetahui cara menentukan arus gangguan distribusi dan tingkat tegangan
selama adanya gangguan.

4. Kita dapat mengetahui bagamaiana menetukan kapasitas circuit breaker pada ETAP

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
XI. REPORT

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

XII. PERTANYAAN
1. Jelaskan yang dimaksud I’’k, Ib, Ip dan Ik! Pada report manager rangkaian ETAP!
Jawab:
I”k = arus saat terjadi hubung singkat
Ib = arus breaking
Ip = arus puncak
Ik = arus stabil
2. Apa tujuan kita melakukan pengisian rating Circuit Breaker (CB) pada rangkaian
simulasi yang kita buat? Dan apa yang akan terjadi ketika rating CB-nya lebih renda
dari arus gangguan pada sistem ? Jelaskan !
Jawab:
Untuk melindungi komponen yang tidak terkena gangguan, Ketika nilai arus yang
dibaca oleh CB melebihi kapasitasnya maka akan memutus yang mengalami
gangguan.
3. Apa yang kalian tahu tentang momen inersia? Dan menurut kalian apakah momen
inersia bisa menghasilkan arus hubung singkat? Jelaskan dan beri contoh
komponennya!
Jawab:
Momen inersia adalah kecendrungan suatu benda untuk mempertahankan porosnya.
Momen inersia dapat menghasilkan arus hubung singkat. Contohnya pada motor, pada
saat starting menghasilkan arus yang cukup tinggi, kemudian pada saat mau berhenti
dikarenakan momen inersia tadi jadi komponen terssebut kemungkinan membuat
hubung singkat.
4. Hitunglah arus hubung singkat 3 fasa dan 1 fasa ke tanah pada GI KIT I B serta
bandingkan hasilnya dengan simulasi di ETAP (masukkan pada pengolahan data dan
tabel perbandingan antara perhitungan manual dan hasil perhitungan di ETAP)!
Jawab:
𝑉𝑓𝑎𝑠𝑎
3𝑋
√3
IHS∅-G = |𝑍0+𝑍1+𝑍2|

11
3𝑋
√3
= |2,23352|

= 8,025

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
𝑉𝑓𝑎𝑠𝑎
√3
IHS3∅ = | |
𝑍1

11
√3
= | 0,87046 |

= 9,383

5. Hitunglah kesalahan relatif antara arus perhitungan dan arus hasil simulasi pada tabel
pengamatan 3.2. Kemudian jabarkan analisa kalian dari nilai hasil kesalahan relatif
yang kalian dapatkan.! ( 2 perhitungan ).
Jawab:
−0,001
KR = | 8,025 |x 100%

= 0,0124%
−0,005
KR = | |x 100%
9,383

= 0,05328%

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
MODUL IV
PERANCANGAN SISTEM PROTEKSI OCR PADA
PENYULANG DISTRIBUSI 20 KV

I. TUJUAN
1. Dapat memahami koordinasi proteksi pada penyulang distribusi 20 kV.
2. Dapat mengetahui fungsi koordinasi proteksi dan syarat perencanaan sistemproteksi.
3. Dapat mengetahui macam – macam karakteristik dan grafik relay.
4. Dapat mensimulasikan koordinasi proteksi di software ETAP.

II. ALAT DAN PERLENGKAPAN


1. 1 unit PC
2. Software ETAP

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
III. TEORI MODUL

Suatu sistem tenaga listrik tidak selamanya berjalan ideal, karena dalam
kenyataanya dapat terjadi suatu kondisi abnormal, seperti adanya gangguan atau terjadinya
short circuit. Kondisi abnormal tersebut dapat membahayakan sistem secara keseluruhan,
sehingga diperlukan adanya sistem proteksi yang dapat meminimalisasi efek dari kondisi
abnormal.

Fungsi peralatan proteksi adalah untuk mengidentifikasi gangguan dan


memisahkan bagian jaringan yang terganggu dari bagian lain yang masih sehat serta
sekaligus mengamankan bagian yang masih sehat dari kerusakan atau kerugian yang lebih
besar. Gangguan pada sistem tenaga listrik dapat terjadi di pembangkit, jaringann transmisi
maupun jaringan distribusi, dimanapun gangguan terjadi sistem proteksi harus dapat
mendeteksi dan memisahkan bagian terganggu secepat mungkin. Sistem proteksi tenaga
listrik pada umumnya terdiri dari beberapa komponen yang dirancang untuk
mengidentifikasi kondisi sistem tenaga listrik dan bekerja berdasarkan informasi yang
diperoleh dari sistem tersebut seperti arus, tegangan atau sudut fasa antar keduanya.

Fungsi dari sistem proteksi adalah


1. Untuk mengamankan sistem atau jaringan dari gangguan kelistrikan seperti overload,
short circuit atau gangguan lainnya.
2. Untuk menghindari ataupun mengurangi kerusakan peralatan listrik akibatgangguan
( kondisi abnormal)
3. Untuk mempercepat mengamankan daerah yang terganggu sehingga efek gangguan
menjadi sekecil mungkin atau memperkecil area yang terganggu.
4. Untuk dapat memberikan pelayanan listrik dengan keandalan yang tinggi kepada
konsumen.
5. Untuk melindungi manusia (terutama) terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh
listrik

Adapun beberapa syarat perencanaan sistem proteksi yang efektif :


1. Selektif, yaitu mampu memisahkan jaringan yang terganggu saja,

2. Sensitif, yaitu mampu merasakan gangguan sekecil apapun.

3. Andal, yaitu akan bekerja secepatnya sesuai dengan keadaan peralatan yang
dilundungi.
4. Cepat, yaitu mampu bekerja secepatnya sesuai dengan permintaan peralatan yang
dilindunginya.
Laboratorium Sistem Tenaga Listrik
Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
Terdapat banyak sekali kordinasi proteksi pada sistem tenaga listrik, terdapat pada
komponen, penyulang, bagian distribusi, bagian transmisi, dan juga bagian pembangkit.
Untuk modul ini akan mempelajari sistem proteksi di bagian jaringan distribusi, karena
fungsi jaringan distribusi yang sangat penting untuk menyalurkan tenaga listrik ke pihak
pelanggan, jadi keandalan disini sangat berperan penting dan juga terdapat pengaman.

Relai proteksi merupakan komponen yang berperan dalam sistem pengamanan


jaringan distribusi.Adapun relai harus mampu bekerja selektif, yaitu dapat membedakan
secara cermat dalam mengatasi gangguan agar kerja koordinasi antar relai proteksi di
sistem dapat bekerja dengan baik. Salah satu peralatan utama dalam sistem proteksi yang
digunakan pada saluran distribusi adalah relay arus lebih (Over Current Relay) dan relay
gangguan tanah (Ground Faulth Relay).

A. Over Current Relay (OCR)

Relay arus lebih atau yang lebih dikenal dengan Relai Arus Lebih merupakan
peralatan yang mensinyalir adanya arus lebih, yang disebabkan oleh adanya gangguan
hubung singkat antar fasa. Relay ini bekerja berdasarkan adanya kenaikan arus yang
melebihi nilai arus dan waktu settingnya.

B. Macam-Macam Karakteristik Relai

Arus Lebih (Over Current Relay/OCR) karateristiknya sebagai berikut:

a. Relay waktu seketika (Instantaneous relay)

b. Relay Waktu Tunda Tertentu (Definite Time)

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
c. Relay Waktu Tunda Terbalik (Inverse)

• Setelan Arus

Iset primer = k x Inom


𝐼𝑠𝑒𝑡 𝑝𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟
Iset sekunder = 𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐶𝑇

• Setelah Waktu

Keterangan :
Inom = Arus nominal (A)
Iset primer = Arus Setting Primer (A)
Iset sekunder = Arus Setting Sekunder (A)
𝑇𝐷 = Delay Waktu Kerja Relay (S)
𝐼𝑓 = Arus Hubung Singkat Terbesar Antar Fasa (A)
TMS = Time Multiplier Setting / Setting Waktu Relay
Untuk menentukan rasio CT dengan melihat besar arus hubung singkat, misalnya
arus hubung singkat sekitar 1.700 A maka rasio CT dapat kita tentukan sebesar 2000 : 1.
Relay Characteristic Equations
(IEC
Standard Inverse (SI) t = TMS * 𝛼

(𝐼𝑓)𝛽−1
Very Inverse (VI) t = TMS * 𝛼

(𝐼𝑓)𝛽−1
Extremely Inverse (EI) t = TMS * 𝛼

(𝐼𝑓)𝛽−1
Long Time Invers t = TMS * 𝛼

(𝐼𝑓)𝛽−1

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
Relay Characteristic 𝛽 𝛼
Standard Inverse (SI) 0,02 0,14
Very Inverse (VI) 1 13,5
Extremely Inverse (EI) 2 80
Long Time Inverse 1 120

DAFTAR PUSTAKA
[1] (Nurmalasari et al., 2016)(Sukisno, 2020)

[2] Nurmalasari, I., Nurwijayanti, & Hindardi. (2016). Analisa Pemilihan Relai
ProteksiPada Panel Listrik Untuk Studi Kasus Tegangan Menengah 20kV. 1–11.
[3] Sukisno, T. (2020). Pengantar Proteksi Sistem Tenaga Listrik Berbasis Software
ETAP.June, 1–
14.https://www.researchgate.net/publication/342548685_Pengantar_Proteksi_Siste
m_Tenaga_Listrik_Berbasis_Software_ETAP
[4] Charles A. Gross : “Power System Analysis”, John Willey & Son, 1986.

[5] Stevenson, William D, Jr.,”Analisis Sistem Tenaga Listrik”, Penerbit Erlangga,


Jakarta,1990. 3.
[6] I. D. G. A. B. Udiana, I. G. D. Arjana, T. G. I. Partha, “Studi Analisis Koordinasi
OverCurrentRelay (OCR) dan Ground Fault Relay (GFR) pada Recloser di Saluran
Penyulang Penebel,” Teknik Elektro., vol. 16, no. 2, Agustus. 2017.
[7] M. F. Aufar, R. Setiabudy, “Rekonfigurasi Sistem Proteksi Utama pada Saluran
UdaraTegangan Tinggi dengan Penambahan Gardu Induk Baru di Alam Sutera”.
2014

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
IV. LANGKAH PERCOBAAN
1. Buatlah project dan folder sesuai dengan nama praktikan masing – masing. Pada
modul ini, rangkaian modul melanjutkan dari modul sebelumnya.
Buatlah single line diagram seperti gambar di bawah ini !

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
2. Isi Rating
A. Data Trafo

Nilai Typical Prim Sec


Nama Vp (kV) Vs (kV) Grounding
MVA Data Grounding Grounding
Trafo Resistor
Gardu 150 kV 20 kV 2 Z & X/R Solid 40 Ω
Induk
Resistor
T1 20 kV 0,4 kV 0.2 Z & X/R -
40 Ω
Resistor
T2 20 kV 0,4 kV 0.2 Z & X/R -
40 Ω
Resistor
T3 20 kV 0,4 kV 0.2 Z & X/R -
40 Ω
Resistor
Trafo I 20 kV 0,4 kV 0.35 Z & X/R -
40 Ω
Resistor
Trafo II 20 kV 0,4 kV 0.35 Z & X/R -
40 Ω
Resistor
Trafo III 20 kV 0,4 kV 0.35 Z & X/R -
40 Ω
Resistor
Trafo IV 20 kV 0,4 kV 0.35 Z & X/R -
40 Ω
Resisto
Trafo V 20 kV 0,4 kV 0.35 Z & X/R - r
I

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
B. Lump
Lump ID kVA kV % PF
Lump A 150 kVA 0,4 kV 85 %
Lump B 150 kVA 0,4 kV 85 %
Lump C 150 kVA 0,4 kV 85 %

C. Lump Load
Lump ID kVA kV % PF
Load I 250 kVA 0,4 kV 100 %
Load II 250 kVA 0,4 kV 100 %
Load III 250 kVA 0,4 kV 100 %
Load IV 250 kVA 0,4 kV 100 %
Load V 250 kVA 0,4 kV 100 %

D. Transmisi Line
ID Length (km)

SUTT IV 80 km
Conductor Lib : Metric; 50 Hz; AAAC; Pirelli; KRYPTON 158 𝑚𝑚2

Impedance (User – Defined )

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
E. Cable SKUTM 2 – 10 KM

Length Size Unit Freq


NAMA kV #C Insul Source Install
(km) (𝑚𝑚2) System (Hz)
SKUTM Non -
2 km 400 Metric 50 20 3/C XLPE Heesung
2 KM Mag
SKUTM Non -
4 km 400 Metric 50 20 3/C XLPE Heesung
4 KM Mag
SKUTM Non –
6 km 400 Metric 50 20 3/C XLPE Heesung
6 KM Mag
SKUTM Non –
8 km 400 Metric 50 20 3/C XLPE Heesung
8 KM Mag
SKUTM Non –
10 km 400 Metric 50 20 3/C XLPE Heesung
10 KM Mag

F. CURRENT TRANSFORMER (CT)

Nama Primary (A) Secunder (A)


CT 1 700 1
CT 2 300 1

3. Setelah menyelesaikan rangkaian dengan load flow.


4. Setelah berhasil, pilih Star – Protection & Coordinasion , lalu edit study case

, pilih fault type 3 phase ( gangguan 3 fasa).

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
5. Lalu berikan gangguan pada bus SKUTM ( 2 KM – 10 KM). Catat nilai arus
hubung singkat yang 3 fasa pada lokasi relay dan isi nilai tersebut di tabel 4.1
6. Berdasarkan nilai arus hubung singkat yang sudah didapatkanm carilah TMS dari
masing – masing relay (Incoming dan Outgoing) lalu tuliskan pada tabel 4.2 & 4.3
7. Isilah data relay berdasarkan hasil yang didapat pada tabel 4.2 & 4.3.

8. Uji waktu kerja relay dengan cara klik fault insertion , letakkan pada bus
SKUTM 10 KM – 25 KM. Catat waktu kerja relay yang di tunjuan olehtime

viewer di tabel 4.4.

9. Cetak waktu kerja relay dengan cara block kedua relay lalu klik Create Star

View.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
V. GAMBAR RANGKAIAN

• Gambar Rangkaian Modul


- Sebelum running “Star Protection & Coordination” dengan penyulang baru

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
- Sesudah running “Star Protection & Coordination” dengan menunjukkan pemutusan
CB (Simbol X outgoing dan X incoming)

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
- Gambar Grafik yang menunjukkan kurva kerja Relay

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
VI. TEORI TAMBAHAN
Pemadaman akibat adanya gangguan eksternalpada sistem tak bisa dihindari, tetapi hal
ini dapat ditekan seminimal mungkin dengan sistem proteksi yang handal.Sistem proteksi
bertujuan untuk mendeteksi terjadinya suatu gangguan dan secepat mungkin
mengisolir bagian sistem yang terganggu tersebut agar tidak mempengaruhi keseluruhan
sistem. Salah satu pengaman di distribusi primer adalah penggunaan over current
relay(OCR), relai proteksi ini sangat penting terutama untuk mengatasi terjadinya
gangguan hubung singkat. Relaiini memerintahkan pemutus (PMT) untuk trip apabila
terjadi gangguan hubung singkat.Permasalahan yang sering dijumpai pada sistem
distribusi antara lain jika salah satu penyulang terkena gangguan, dapat mengakibatkan
penyulang lain yang berada pada satu bus juga ikut trip, karena gangguan hubung
singkat dapat mentripkan relai yang ada pada incomingpenyulang.Selain itu juga dapat
disebabkan oleh kurang terkoordinasinya penyetelan relai antaraoutgoinggardu hubung
dengan penyulang ekspres feederyang mensuplai gardu hubung tersebut, hal ini juga
mengakibatkan seluruh
penyulang outgoingdi gardu hubung akan padam (black out).Untuk mengetahui sistem
proteksi sudah bekerja saling berkoordinasiantara sisi incomingdengan sisi penyulang
(feeder)diperlukan analisa setting waktu kerja relai arus lebih pada penyulang distribusi
20 kV Gardu Induk Pauh Limo.2. TINJAUAN PUSTAKA2.1UmumPenurunan tegangan
dari jaringan transmisi pertama kali dilakukan pada gardu induk oleh transformator
penurun tegangan (step down transformer). Tegangan yang dihasilkan ini dinamakan
tegangan menengah atau tegangan distribusi primer. Tegangan distribusi primer PLN
pada umumnya bernilai 20 kV.Jaringan antara pusat listrik/pembangkit dan gardu induk
disebut dengan jaringan transmisi, sedangkan jaringan yang keluar dari gardu induk
ke konsumen/pelanggan disebut dengan jaringan distribusi.2.2Sistem DistribusiSistem
sistem ini saling berkaitan dan membentuk suatu sistem tenaga listrik. Sistem
distribusi adalah sistem yang berfungsi mendistribusikan tenaga listrik kepada
pemanfaat. Sistem distribusi terbagi dua bagian :sistem distribusi tegangan
menengah,sistem distribusi tegangan rendah
2.3Bentuk Jaringan DistribusiJaringan distribusi yang dimaksud disini dan yang akan
dibahas lebih lanjut adalah jaringan distribusi primer. Berdasarkan bentuk
jaringannya, jaringan distribusi dapat dikelompokan ke dalam beberapa bentuk sistem[1],
yaitu: sistem radial, sistem loop, sistem network(jaringan), sistem spindel.2.4 Gangguan
Hubung SingkatDalam suatu sistem distribusi, pencatuan daya melalui sistem jaringan
transmisi yang berpola radial yaitu dengan generator pada pangkalnya. Besar
Laboratorium Sistem Tenaga Listrik
Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
impedansi urutan positifdan urutan negatifdapat dihitung dengan menjumlahkan seluruh
impedansi urutan positifdan negatifkomponen yang ada mulai dari generator sampai
gardu induk. Sedangkan impedansi urutan nol ditentukan dengan cara lain.2.4.1
Impedansi Urutan SumberAdapun cara lain bila diketahui daya hubung singkat pada
system transmisi dalam MVA, yaitu besar daya gangguan hubung singkat tiga fasa
dan daya gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah, pada sisi tegangan tinggi gardu
induk.
PMT kopel 20 kV adalah suatu hal yang penting pada sistem 20 kV di GI Boombaru yang
berfungsi untuk penggabungan beban ataupun beban pada penyulang di sistem 20 kV
sehingga diperlukanya sistem proteksi yang handal dalam kinerjanya yaitu Over Current
Relay (OCR). Relay OCR pada kopel diharapkan dapat menghindari dari gangguan hubung
singkat pada sistem 20 kV penyulang ataupun beban lebih. Over Current Relay di kopel 20
kV merupakan sistem proteksi beban lebih antara transformator I dan transformator II,
dapat juga sebagai back up proteksi penyulang 20 kV. Oleh sebab itu juga diperlukannya
penyetelan OCR pada kopel 20 kV. Relay ini bekerja dengan cara membandingkan arus
yang terbaca dengan nilai setinganya, bila arus yang dibaca lebih besar dari pada nilai
setingan maka relay akan menge-trip-kan Pemutus Tenaga (PMT) atau circuit breaker (CB)
setelah waktu tertentu. Pada Gardu Induk Boombaru dahulunya PMT yang digunakan
sebagai kopel 20 kVadalah dua unit kubikel PMT spare (cadangan) penyulang, di
karenakan sifatnya Gilang Ramadhan, Yuslan Basir, Dyah Utari Y.W25 yang penting dan
sementara. Transformator yang dikopel pada GI Boombaru adalah transformator 30 MVA
I dengan transformator 30 MVA II. PMT kubikel penyulang, pada saat di kopel kedua
penyulang harus tetap beroperasi karena penggunaan dua PMT kubikel ini maka PT. PLN
Persero P3B Sumatera melakukan pengadaan PMT kopel 20 kV. Sehingga saat ini PMT
kopel 20 kV telah terpasang pada Gardu Induk Boombaru. Namun PMT kopel ini belum
diseting. TINJAUAN PUSTAKA SISTEM PROTEKSI Sistem Proteksi yaitu Sekelompok
alat pengaman yang terdiri atas CT/PT, relai, CB, catu daya dan wiring serta teleproteksi
jika diperlukan yang membentuk suatu pola pengaman. Maksud dan tujuan pemasangan
Relai proteksi adalah untuk mengidentifikasi gangguan dan memisahkan bagian jaringan
yang terganggu dari bagian lain yangmasih sehat serta sekaligus mengamankan bagian
yang masih sehat dari kerusakan atau kerugian yang lebih besar. Perangkat Sistem Proteksi.
1. Relai, 2. Trafo arus dan/atau trafo tegangan 3. Pemutus Tenaga (PMT) 4. Baterai beserta
alat pengisi (baterai charger). 5. Pengawatan (wiring) yang terdiri dari sirkit sekunder (arus
dan/atau tegangan), sirkit triping dan sirkit peralatan bantu Proteksi arus lebih. Merupakan
Over current Relay (OCR) digunakan sebagai pengaman pada trafo tenaga bila beban pada
Laboratorium Sistem Tenaga Listrik
Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
sisi sekunder mempunyai beban diatas kapasitas arus dari trafo atau berfungsi
mengamankan trafo dari gangguan hubung singkat antar fasa didalam maupun diluar
daerah pengaman trafo. Juga diharapkan relai ini mempunyai sifat komplementer dengan
rele beban lebih. Rele ini berfungsi pula sebagai pengaman cadangan bagi bagian instalasi
lainnya. Relai arus lebih berfungsi sebagai : - Pengaman gangguan hubung singkat antar
fasa maupun fasa ke tanah - Pengaman beban lebih - Pengaman utama atau cadangan a.
Rele Arus Lebih dengan Waktu Terbalik ( inverse time overcurrent relay ) Rele arus lebih
dengan karakteristik waktu terbalik adalah karakteristik yang grafiknya terbalik antara arus
dan waktu . dimana makin besar arus makin kecil waktu yang dibutuhkan untuk membuka
pemutus tenaga (PMT). Jenis karakteristik inverse rele dengan waktu terbalik dapat
dibedakan menjadi : - Long Time Inverse (LTI) - Standard Inverse (SI) - Very Inverse (VI)
- Extremely Inverse (EI)

Sumber :
• http://jnte.ft.unand.ac.id/index.php/jnte/article/view/144/182
• http://univ-tridinanti.ac.id/ejournal/index.php/teknik/article/view/580/558

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
VII. DATA PENGAMATAN
Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Arus Hubung Singkat
Lokasi Hubung Singkat 3𝜽
kA A
(Skutm)
2 km 0,98 980
4 km 0,95 950
6 km 0,909 909
8 km 0,86 860
10 km 0,813 813

Tabel 4.2 Perhitungan Setting Relay Over Curent Incoming


Incoming
Inom Rasio CT Time I set I set
Standard
Trafo GI (Ampere) Delay Primer Sekunder
Pengamanan
(Ampere) (s) (Amper) (Ampere) Invers
Primer Sekunder TMS
OCR 72.17 300 1 0,7 86,604 0,28868 0,2486

Tabel 4.3 Perhitungan Setting Relay Over Curent Outgoing


Incoming
Inom Rasio CT Time I set I set
Standard
Trafo GI (Ampere) Delay Primer Sekunder
Pengamanan
(Ampere) (s) (Amper) (Ampere) Invers
Primer Sekunder TMS
OCR 40,2 150 1 0,3 48,24 0,3216 0,13302

Tabel 4.4 Pemeriksaan Waktu Kerja Relay Standard Invers


Relay Di Incoming Relay Di Outgoing
Lokasi Gangguan
3𝜽 3𝜽
2 km 07002 0,3003
4 km 0,7102 0,3033
6 km 0,7229 0,3079
8 km 0,7408 0,314

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
VIII. PENGOLAHAN DATA
Relay OCR Incoming

Iset Primer = k x Inom = 1,2 x 72,17 = 86,604 A


𝐼𝑠𝑒𝑡 𝑃𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟 86,604 𝐴
Iset Sekunder = = = 0,28868 A
𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 𝐶𝑇 300
𝑖𝑓 980𝐴 0,02
𝑇𝐷 ( )𝑎 −1 0,7 ((
86,604 𝐴
) −1)
𝐼𝑠𝑒𝑡 𝑃𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟
TMS = = = 0,2486 A
𝛽 0,14

Relay OCR Outgoing


Iset Primer = Iload flow x 1,2= 40,2 x 1,2 = 48,24 A
𝐼𝑠𝑒𝑡 𝑃𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟 48,24 𝐴
Iset Sekunder = = = 0,3216 A
𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 𝐶𝑇 150
𝑖𝑓 980𝐴 0,02
𝑇𝐷 ( )𝑎 −1 0,3 ((
48,24 𝐴
) −1)
𝐼𝑠𝑒𝑡 𝑃𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟
TMS = = = 0,13302 A
𝛽 0,14

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
IX. ANALISA
Pada praktikum kali melakukan percobaan modul IV yang berjudul Perancangan Sistem
Proteksi OCR Pada Penyulang Distribusi 20 kV. Pada modul IV ini bertujuan untuk kita dapat
memahami koordinasi proteksi pada penyulang distribusi 20 kV. Dapat mengetahui fungsi
koordinasi proteksi dan syarat perencanaan system proteksi. Dan dapat mengetahui macam-
macam karakteristik dan grafik relay. Dan yang terakhir dapat mensimulasikan koordinasi
proteksi di software ETAP.
Sistem proteksi adalah suatu system untuk mengamankan peralatan atau jaringan listrik
jika mengalami gangguan. Sistem proteksi terbagi menjadi dua dalam mengamankan suatu
system tenaga listrik, yaitu main protection dan backup protection. Main protection adalah
system proteksi yang pertama kali akan bekerja jika terjadi gangguan pada system. Backup
protection adalah system yang akan bekerja pada saat proteksi utama sudah bekerja atau tidak
dapat bekerja lagi.Adapun beberapa syarat dalam perencaan system proteksi adalah selektif,
sensitive, andal dan cepat. Selektif merupakan dapat memisahkan jaringan yang terkena
gangguan. Sensitif merupakan peka terhadap gangguan sekecil apapun. Andal merupakan suatu
system proteksi dapat bekerja ketika dibutuhkan dan tidak bekerja pada saat tidak dibutuhkan.
Dan yang terakhir cepat maksudnya bekerja sesegera mungkin sesuai dengan permintaan system
yang dilindungi.
Pada modul ini kita menggunakan over current relay (ocr) sebagai system proteksi pada
rangkaian kita. Relay adalah suatu peralatan yang dirancang untuk merasakan atau mendeteksi
adanya gangguan. Over current relay adalah proteksi gangguan hubung singkat antar fasa atau
juga proteksi arus berlebih. GFR (ground fault relay) adalah suatu alat proteksi terhadap
gangguan fasa ke tanah. Karakteristik dari Over Current Relay ada tiga yaitu Relay waktu
seketika maskudnya relay bekerja tanpa ada waktu tunda, relay waktu tunda tertentu maksudny
relay akan memutus berdasarkan waktu yang telah ditetapkan, yang terakhir relay waktu tunda
terbalik maksudnya jika semakin besar gangguannya maka relay akan semakin cepat memutus.
Kordinasi system proteksi adalah dari Current Transformer lalu ke relay lalu ke PMT lalu ke
PMS.
Pada percoban ini melakukan simulasi Modul IV dengan menggunakan program software
ETAP. Terdapat dua standart yang digunakan untuk melakukan Analisa system tenaga listrik.
Yaitu IEC (International Electrotechnical Commission) dan ANSI (American National Standard
Institute). IEC biasanya standar yang digunakan di beberapa negara Asia contohnya Indonesia.
Sedangkan ANSI standar yang digunakan oleh Amerika. Perbedaanya pada aplikasi ETAP di
beberapa gambar komponen nya terdapat perbedaan. Pada praktikum ini kita menggunakan
standar IEC. Adapun komponen yang digunakan untuk merangkai pada praktikum modul Single
Laboratorium Sistem Tenaga Listrik
Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
Line Diagram ini yaitu kita menggunakan 5 generator , generator adalah komponen atau alat
yang menghasilkan tenaga listrik atau daya listrik yang berada di daerah pembangkit. Pembangkit
yang kita gunakan adalah tiga unit PLTU yang dipararelkan. Lalu ada PLTA dan PLTS. Syarat
untuk memperarelkan generator adalah fasa nya harus sama , frekuensinya sama, polaritasnya
sama. Urutan fasa dan bentuk gelombangnya juga harus sama. Terdapat empat mode generator
di program software ETAP. Yang pertama ada mode swing untuk menstabilkan system tenaga
listrik pada rangkaian. Kedua ada mode Voltage Control kita dapat mengatur tegangan dan daya
aktifnya. Ketiga ada mode MVAR control kita dapat mengatur daya aktif dan reaktifnya. Dan
yang terakhir ada mode PF control kita dapat mengatur tegangan dan factor dayanya. Kemudian
ada Power Grid merupakan komponen sederhana yang mempresentasikan sebuah jaringan besar
yang terdapat di system tenaga listrik yang terdiri dari generator dan jaringan yang
menghubungkan kabel, transmisi , trafo dan beban. Lalu kita menggunakan 2 winding
transformator. Transformator adalah suatu mesin listrik statis yang berfungsi untuk mengatur
level tegangan dengan frekuensi dan amplitude yang sama. Disini kita menggunakan 3 trafo
tenaga , 1 trafo IBT , 2 Trafo Dist 150/20 kV ( menurunkan tegangan dari 150 kV ke 20 kV) dan
3 trafo Dist 20/0,4 kV ( menurunkan tegangan dari 20 kV ke 0,4 kV). Kemudian kita
menggunakan transmission line yaitu saluran yang secara konstruksi tidak ada isolasi. Kita
menggunakan nya di tegangan yang ekstra tinggi dan tegangan tinggi, yaitu 1 buah SUTET, dan
4 buah SUTT. Kemudian ada cable , fungsinya sama dengan Transmision Line, namun cable
secara konstruksi memiliki isolasi dan digunakan pada tegangan menengah dan tegangan rendah
yaitu 5 SKUTM dan dan 9 SUTR. Lalu ada busbar , busbar merupakan penghubung beberapa
komponen. Terdapat dua jenis busbar yaitu single busbar dan double busbar. Perbedaanya pada
double busbar membutuhkan daerah penempatan yang lebih luas daripada single busbar, tingkat
keandalanya lebih tinggi karena jika ada gangguan , semua komponen tidak langsung mati.
Circuit breaker merupakan komponen yang berfungsi sebagai pemutus ketika terdapat gangguan
dalam rangkaian. Kita menggunakan 2 jenis Circuit Breaker yaitu HVCB (High Voltage Circuit
Breaker) dan LVCB (Low Voltage Circuit Breaker). Perbedannya yaitu pada HVCB digunakan
pada tegangan yang lebih dari 0,4 kV sedangkan LVCB pada 0,4 kV. Kemudian ada beban, ada
3 jenis beban yang kita gunakan yaitu static load, motor dan lumped load. Pada rangkaian modul
1 ini menggunakan ketiga beban tersebut. Perbedaan dari ketiga beban tersebut adalah pada static
load, merupakan beban statis yang tidak terdapat beban motor listrik sehingga tidak banyak
mempengaruhi tegangan sistem ketika start.Pada beban motor banyak menyerap daya reaktif.
Sehingga mempengaruhi factor daya pada suatu system. Terdapat dua jenis motor yang kita
gunakan yaitu motor induksi dan motor sinkron. Lumped load adalah beban dinamis yang
merupakan gabungan dari static load dan motor. Jadi pada lumped load ini kita dapat mengatur
Laboratorium Sistem Tenaga Listrik
Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
berapa persen static load dan motornya. Kemudian ada Composite Network yaitu komponen
dalam aplikasi ETAP yang berfungsi untuk menyederhanakan sebuah jaringan yang terdiri dari
system penyaluran berupa trafo, transmisi hingga menuju ke beban. CMTR adalah komponen
ETAP yang berfungsi untuk menyederhanakan sebuah jaringan yang terhubung langsung ke
beban. Yang terakhir ada PV Array yang berfungsi untuk mendapatkan besaran tegangan dan
arus tertentu. Lalu ada tambahan 2 kapasitor bank pada rangkaian.
Pada percobaan modul ini kita menambahkan penyulang baru yang terdiri dari delapan
tambahan trafo yaitu trafo gardu induk, dengan 150/20 kV; T1,T2,T3 dengan 20/0,4 kV; dan
trafo I, trafo II, trafo III, Trafo IV, trafo V dengan 20/0,4 kv dan beban yaitu 7 buah lumped load.
Terdapat transmission line yaitu SUTT IV dengan Panjang 80 km dan tambahan kabel sebanyak
30 km yang terdiri dari SKUTM 2 KM; SKUTM 4 KM;SKUTM 6 KM; SKUTM 8KM; SKUTM
10 KM . Pada penyulang baru ini kita juga menambahkan system proteksi yaitu 2 current
transformer (CT) , lalu ada 2 over current relay ada yang sebagai main protection dan ada yang
sebagai backup protection. Yang sebagai main adalah relay outgoing pada rangkaian yang telah
kita buat. Sedangkan backup protectionya adalah relay incoming. Kemudian kita mengisi rating
ocr nya untuk meperoleh grafik relaynya. Kita mencari nilai pickupnya dari I set sekunder yang
𝐼𝑝𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟
diperoleh dengan Is= , yang mana didapat pada relay incoming 0,28868, dan pada
𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐶𝑇

outgoing yaitu 0,3216. lalu mengisi time dial nya dengan nilai TMS yang diperoleh dengan TMS
𝐼𝐹 𝛼
𝑇𝐷 . (( ) −1)
𝐼𝑝𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟
= . yang mana diperoleh pada relay incoming nya yaitu 0,2486 dan pada realy
𝛽

outgoingnya yaitu 0,13302 Cari nilai ratingnya di kedua OCR nya lalu masukan nilainya. Lalu
kita run Star – Protection & Cordination, lalu pilih yang gangguan hubung singkat di yang skutm
2 km. Lalu klik kedua OCR nya lalu run create star viewnya. Ketika sudah muncul grafik ,
grafik akan benar ketika time delay pada relay incoming dalam jangkaun 0,69-0,71. Kalau lebih
maka masih terdapat kesalahan dalam menghitung nilai ratingnya. Sedangkan pada relay
outgoing jika nilai time delaynya dalam jangkauan 0,29-0,31 maka benar.
. Adapun kesalahan yang dapat terjadi pada percobaan ini adalah praktikan salah dalam
merangkai atau salah menaruh komponen dikarenakan gambar rangkaian modul yang kecil, jadi
beberapa praktikan salah membuat komponenya dikarenakan kurang jelas. Kesalahan lainnya
yaitu kesalahan dalam menginput nilai atau merating komponen pada rangkaian. Kemudian
kesalahan dalam mengitung nilai rating dari OCR nya. Lalu terdapat bug pada aplikasi ETAP
yang kita gunakan yaitu terkadang kita sudah merating komponen namun dikarenakan bug nilai
yang kita input tidak masuk. Jadi sehingga membuat keliruan. Untuk meminimalisir bug tersebut
kita harus sering mengsave rangkaian kita agar tersimpan sebelum terjadi bug tersebut.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
X. KESIMPULAN
1. Kita dapat memahami koordinasi proteksi terhadap penyulang distribusi 20KV
2. Kita dapat mengetahui fungsi koordinasi proteksi dan syarat pada perencanaan system
proteksi.
3. Kita dapat mengetahui karakteristik dan grafik relay
4. Kita juga dapat mensimulasikan kordinasi dari system proteksi di software ETAP.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
XI. REPORT

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
XII. PERTANYAAN

1. Apa yang dimaksud degan main protection dan backup protection pada sistem proteksi?
Jawab:
Main protection adalah system proteksi yang pertama kali akan bekerja jika terjadi
gangguan pada system. Backup protection adalah system yang akan bekerja pada saat
proteksi utama sudah bekerja atau tidak dapat bekerja lagi
2. Apa yang terjadi pada sistem saat CB incoming memutus terebih dahulu ?
Jawab:
Jika CB incoming memutus terlebih dahulu, maka akan terjadi kegagalan system proteksi
3. Mengapa arus hubung singkat terbesar terjadi si salura SKUTM 2 KM?
Jawab:
Karena saluran tersebut yang paling dekat dengan Relay , karena paling dekat arus
gangguan yang terbaca maka semakin besar.
4. Buatlah grafik incoming dan grafik outgoing dengan data dari tabel 4.4 ?
dimana : sumbu X = lokasi gangguan
sumbu Y = waktu memutus

Jawab:

GRAFIK INCOMING
0,745 0,7408
0,74
WAKTU MEMUTUS (DETIK)

0,735
0,73
0,7229
0,725
0,72
0,715 0,7102
0,71
0,705 0,7002
0,7
0,695
0 2 4 6 8 10
LOKASI GANGGUAN (KM)

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

GRAFIK OUTGOING
0,316
0,314

WAKTU MEMUTUS (DEITK)


0,312
0,31
0,308
0,306
0,304
0,302
0,3
0,298
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
LOKASI GANGGUAN(KM)

5. Mengapa pada pemeriksaan waktu kerja relay (tabel 4.4) semakin jauh jaraknya saluran,
maka semakin lama waktu untuk memutusnya? Simpulkan relay pada modul 4 ini macam
– macam karakteristik relay apa ?
Jawab:
Semakin jauh jarak relay maka arus hubung singkat akan semakin kecil dan saat arus kecil
maka waktu yang dibutuhkan juga semakin lama.
Macam-macam karakteristik relay
a. Relay Waktu Seketika (Instantaneous Relay) = Bekerja tanpa penundaan waktu
b. Relay Waktu Tunda Tertentu (Definite Time) = bekerja memutus berdasarkan waktu
yang ditetapkan.
c. Relay Waktu Tunda Terbalik (Invers) = semakin besar gangguan maka semakin cepat
untuk memutus.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
SUB MODUL IV
PROTEKSI DIGITAL GE MICOM P14D DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE
OMICRON DAN S1 AGILE MICOM

I. TUJUAN
1. Mempelajari setting parameter proteksi relay OCR
2. Mempelajari setting logic
3. Mempelajari cara pengujian relay OCR

II. ALAT DAN PERLENGKAPAN


1. Relay proteksi OCR dan GFR Micom P14D
2. Secondary Injector Omicron tipe CMC 156
3. 1 Unit PC
4. Software Micom S1 Agile
5. Software Omicron Test Universe

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
III. TEORI MODUL
Sistem proteksi tenaga listrik adalah pengamanan yang dilakukan terhadap peralatan-
peralatan listrik yang terpasang pada sistem tenaga listrik itu sendiri terhadap kondisi
abnormal dari sistem tenaga listrik.

Relay merupakan komponen elektromekanik yang berfungsi sebagai saklar (switch).


Relay dapat menghubungkan dan memutuskan arus listrik berdasarkan sebuahsinyal picu
kendali dari perangkat elektronik yang lain.

Sifat-Sifat Relay :
1. Impedansi kumparan, biasanya impedansi ditentukan oleh tebal kawat yang digunakan
serta banyaknya lilitan. Biasanya impedansi berharga 1 – 50 Kohm untuk memperoleh
daya hantar yang baik
2. Daya yang diperlukan untuk mengoperasikan relay besarnya sama dengan nilai
tegangan dikalikan arus
3. Banyaknya kontak-kontak jangkar dapat membuka dan menutup lebih dari satu kontak
sekaligus tergantung pada kontak dan jenis relaynya. Jarak antara kontak- kontak
menentukan besarnya tegangan maksimum yang diizinkan antara kontak tersebut.

Relay manajemen pengumpan (feeder management relay) adalah alat yang


memungkinkan untuk penyelidikan perlindungan dan pemantauan saluran udara dan kabel
bawah tanah.

P14D merupakan pengumpan terarah. Selain P14D terdapat jenis-jenis lain yang
masuk ke dalam klasifikasi feeder management relay yaitu P14N, P141, P142, P143.

Fungsi Feeder management relay P14D :


1. Perlindungan arus, tegangan, daya, dan frekuensi yang komprehensif (Perlindungan
secara menyeluruh)
2. Multi-stage independent protection elements (komponen yg dapat bekerja bertahap
dimana tahapan koordinasinya dilakukan secara berulang yaitu sebagai main
protection lalu ketika masih ada gangguan yg terdeteksi, komponen tersebut bisa
berubah menjadi backup protection)
3. Pengawasan switchgear termasuk CT/VT, suplai DC, pengawasan sirkuit saat kondisi
beroperasi
4. Dukungan untuk beberapa protokol komunikasi standar industri termasuk IEC 61850
(Digunakan untuk standar IEC).

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
Alat test uji relai Omicron CMC356 yaitu alat current injector untuk menginjeksi arus
ke peralatan relay. CMC 356 adalah solusi universal untuk menguji semua generasidan
jenis relay perlindungan.

CMC 356 mempunyai 3 fungsi yaitu :


1. Protection testing
2. Measurement equipment testing
3. Power utility communication

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
IV. LANGKAH PERCOBAAN

1. Pastikan sudah menginstall aplikasi software pendukung dari alat proteksi tersebut
yaitu omicron dan micom s1 Agile.
2. Rangkai sesuai gambar wiring dibawah ini :

3. Siapkan kabel wiring untuk menyambungkan dari omicron ke alat proteksi relaydigital

4. Sambungkan kabel r s t atau a b c dari omicron ke alat proteksi relay digital p14d
5. Sambungkal kabel inputan dari omicron ke alat proteksi relay digital p14d dimanakita
memakai ratio 300/1 ampere maka yang diwiring hanya terminal c2 c3 , c5 c6, c8 c9,
c11 c12
6. Lalu untuk wiring outputan pada gambar terminal c2,c6,c8,c12 dijumper pada masing
masing portnya sesuai dengan gambar wiring di atas.

7. Pastikan wiring sudah terpasang dengan benar!!!


8. Buka software S1 Agile, klik new pada system explorer > berikan penamaan padanew
system ( nama kelompok ) > klik ok > klik kanan system > klik new substation berikan
penamaan pada new substation (GI Duri Kosambi 150 kv/20 kv) > klikok > klik kanan
substation > klik new voltage level > berikan penamaan pada newvoltage (20kV) > klik
9. \ok > klik kanan new voltage level > klik new bay > berikan penamaan pada newbay
(Incoming) > klik ok > klik kanan bay > klik new device > pilih Micom p40 agile
modular> pilih P14D > klik next > pilih model p141d > klik next > klik finish
10. Klik kanan connection > pilih ethernet port > masukkan ip address sesuai device
masing masing > klik next > klik ok > klik kanan setting > klik extract setting > klik
kanan PSL>klik extract > pilih group 1 > klik ok > klik 2 kali file 000 pada setting

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
11. Isilah data sesuai dibawah ini. (ada data tabel) menentukan enabled dan disabled
12. Buka applikasi test universe 3.00 SR2 > klik overcurrent pada test modules > kliktest
object > klik edit > klik elements > klik tanda titik 3 (…) pada name > pilih IEC normal
inverse > pilih select > isi i(arus)pickup dengan nilai 1.000 ampere dantime index 0,105
klik ok
13. Dan masukkan paramater setting dari relay OCR (ditampilkan data data yangsudah
di setting pada micom S1 Agile/ buat tabel)
14. Buka software omicron, pilih quick cmc model (measurement / ct ratio) (langkah
langkah )
15. Pilih overcurrent model (langkah – langkah)
16. Pilih mode koordinasi relaynya dan jenis relay pada percobaan , relay yang akan
dipercobakan adalah overcurent relay, standart invers
17. Maka setting arus ocr pada software Micom S1 Agile
18. Setting secara manual pada alat proteksi digital dengan mengatifkan model
19. Sehingga ketika arus sudah melebihi sesuai batas pengukuran maka indikatoralarm
pada P14D akan menyala
20. Kembali reset dengan manual pada alat proteksi relay digital
21. Kembali uji coba dengan angka arus berlebih yang bervariasi
22. Catat hasil percobaan pada data pengamatan
23. Cocokkan hasil dari alat percobaan dengan perhitungan manual untuk mencocokkan
dengan perhitungan mencari tms secara manual dan menggunakanalat percobaan.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
V. TEORI TAMBAHAN
Proteksi Defence Keandalan dan kemampuan suatu sistem tenaga listrik dalam
melayani konsumen sangat tergantung pada sistem proteksi yang digunakan. Oleh sebab
itu dalam perencangan suatu sistem tenaga listrik, perlu dipertimbangkan kondisi-kondisi
gangguan yang mungkin terjadi pada sistem, melalui analisa gangguan. Dari hasil analisa
gangguan, dapat ditentukan sistem proteksi yang akan digunakan, seperti: spesifikasi
switchgear, rating circuit breaker (CB) serta penetapan besaran-besaran yang menentukan
bekerjanya suatu relay (setting relay) untuk keperluan proteksi. Proteksi sistem tenaga
listrik adalah sistem proteksi yang dipasang pada peralatanperalatan listrik suatu sistem
tenaga listrik, misalnya generator, transformator, jaringan dan lain-lain, terhadap kondisi
abnormal operasi sistem itu sendiri. Kondisi abnormal itu dapat berupa antara lain:
hubung singkat, tegangan lebih, beban lebih, frekuensi sistem rendah, asinkron dan lain-
lain.

Tujuan dari sistem proteksi adalah sebagai berikut:


1. Mengurangi kerusakan peralatan yang terganggu, maupun peralatan yang dilewati
oleh arus gangguan.
2. Mengisolir bagian sistem yang terganggusekecil mungkin dan secepat mungkin
3. Mencegah meluasnya gangguan.

Adapun fungsi dari sistem proteksi adalah sebagai berikut:


1. Mendeteksi adanya gangguan atau keadaanabnormal pada bagian sistem yang
diamankan.
2. Melepas bagian sistem yang terganggusehinggabagian sistem yang lainnya masih
dapat terus beroperasi.
3. Dalam aplikasinya, sistem proteksi terdiri dari beberapa peralatan pendukung.
Berikut ini adalah skema secara umum dari sistem proteksi beserta peralatan
pendukung yang digunakan. Sistem proteksi yang paling sering dijumpai pada
pembangkit antara lain adalah proteksi trafo, proteksi generator dan proteksi motor.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

• Relai pengaman sebagai elemen perasa / pengukur untuk mendeteksi gangguan.


• Pemutus tenaga sebagai pemutus arus dalam sirkuit tenaga untuk melepas bagian sistem
yang terganggu.
• Trafo arus dan atau trafo tegangan mengubah besarnya arus dan atau tegangan dari
sirkuit primer ke sirkuit sekunder [relai].
• Batere / aki sebagai sumber tenaga untuk mentripkan pmt dan catu daya untuk relai
statik dan relai bantu.
• Wiring untuk menghubungkan komponen komponen proteksi sehingga menjadi
satu sistem.

Syarat-Syarat Kelayakan Sistem Proteksi


Pada sistem tenaga listrik, sistem proteksi adalah perlindungan atau untuk mengisolir
pada bagian yang memungkinkan akan terjadi gangguan atau bahaya. Tujuan utama
proteksi adalah untuk mencegah terjadinya gangguan atau memadamkan gangguan yang
telah terjadi dan melokalisirnya, dan membatasi pengaruh-pengaruhnya biasanya dengan
mengisolir bagian-bagian yang terganggu tanpa mengganggu bagian- bagian yang lain
(Hutauruk, 1991). Sistem proteksi ini mendeteksi kondisi abnormal dalam suatu
rangkaian listrik dengan mengukur besaran- besaran listrik yang berbeda antara kondisi
normal dengan kondisi abnormal. Ada beberapa kriteria yang perlu diketahui pada
pemasangan suatu sistem proteksi dalam suatu rangkaian sistem tenaga listrik yaitu
(Tofan aryanto:2013):
Laboratorium Sistem Tenaga Listrik
Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
1. Kepekaan (sensitifitas)
Sensitifitas adalah kepekaan rele proteksi terhadap segala macam gangguan dengan tepat
yakni gangguan yang terjadi di daerah perlindungannya. Kepekaan suatu sistem proteksi
ditentukan oleh nilai terkecil dari besaran penggerak saat peralatan proteksi mulai
beroperasi. Nilai terkecil besaran penggerak berhubungan dengan nilai minimum arus
gangguan dalam daerah yang dilindunginya.
2. Kecepatan
Sistem proteksi perlu memiliki tingkat kecepatan sebagaimana ditentukan sehingga
meningkatkan mutu pelayanan, keamanan manusia, peralatan dan stabilitas operasi.
Mengingat suatu sistem tenaga mempunyai batas-batas stabilitas serta kadang-kadang
gangguan sistem bersifat sementara, maka rele yang semestinya bereaksi dengan cepat
kerjanya perlu diperlambat (time delay).
3. Selektifitas
Selektif berarti suatu sistem proteksi harus dapat memilih bagian sistem yang harus
diisolir apabila rele proteksi mendeteksi gangguan. Bagian yang dipisahkan dari sistem
yang sehat sebisanya adalah bagian yang terganggu saja. Diskriminatif berarti suatu
sistem proteksi harus mampu membedakan antara kondisi normal dan kondisi abnormal.
Ataupun membedakan apakah kondisi abnormal tersebut terjadi di dalam atau di luar
daerah proteksinya. Dengan demikian, segala tindakannya akan tepat dan akibatnya
gangguan dapat dieliminir menjadi sekecil mungkin.

SUMBER:

https://rakhman.net/electrical-id/sistem-proteksi/
https://dayat-akmal.blogspot.com/2016/04/syarat-syarat-sistem-proteksi-
sistem.html

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
VI. DATA PENGAMATAN
Tabel 4.1 Perhitungan Setting Relay Over Current Incoming
Incoming
Inom Rasio CT Time I set I set
Standard
Trafo GI (Ampere) Delay Primer Sekunder
Pengamanan
(Ampere) (s) (Amper) (Ampere) Invers
Primer Sekunder TMS
OCR 72.17 1000 1 0,7 260 0,26 0,150

Tabel 4.2

Pembuktian perhitungan hasil simulasi di Relay Incoming

Lokasi Arus Magnitude Tnom Tact Factor


Gangguan Gangguan (Ampere) (Sekon) (Sekon)
(Ampere)
2 km 1.120 1,12 708,1 748,0 4,312
4 km 1.090 1,090 722,6 748,2 4,188
6 km 1.050 1.05 739,7 765,9 4,054
8 km 1.020 1,02 757,2 776,3 3,927
10 km 990 0,99 776,1 794,3 3,800

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
VII. ANALISA
Pada praktikum kali melakukan percobaan sub modul IV dengan judul PROTEKSI
DIGITAL GE MICOM P14D DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE OMICRON DAN
S1 AGILE MICOM. Yang dimana adapun tujuan dalam pembelajaran modul kali ini yaitu untuk
mempelajari setting time parameter proteksi relay OCR lalu yang kedua untuk setting logic, dan
yang ketiga yaitu untuk memepelajari relay OCR. Adapun alat dan perlengkapan yang akan
digunaka dalam percobaan sub modul IV kali ini yaitu Relay proteksi OCR dan GFR micon
P14D lalu yang kedua yaitu ada secondary injector omicron tipe cmc 156. Lalu menggunakan 1
unit pc, selain itu juga terdapat Software Micom S1 Agile dan juga Software Omicon Test
Universe.
Sistem proteksi adalah suatu system untuk mengamankan peralatan atau jaringan listrik
jika mengalami gangguan. Sistem proteksi terbagi menjadi dua dalam mengamankan suatu
system tenaga listrik, yaitu main protection dan backup protection. Main protection adalah
system proteksi yang pertama kali akan bekerja jika terjadi gangguan pada system. Backup
protection adalah system yang akan bekerja pada saat proteksi utama sudah bekerja atau tidak
dapat bekerja lagi.Adapun beberapa syarat dalam perencaan system proteksi adalah selektif,
sensitive, andal dan cepat. Selektif merupakan dapat memisahkan jaringan yang terkena
gangguan. Sensitif merupakan peka terhadap gangguan sekecil apapun. Andal merupakan suatu
system proteksi dapat bekerja ketika dibutuhkan dan tidak bekerja pada saat tidak dibutuhkan.
Dan yang terakhir cepat maksudnya bekerja sesegera mungkin sesuai dengan permintaan system
yang dilindungi. Relay adalah suatu peralatan yang dirancang untuk merasakan atau mendeteksi
adanya gangguan. Over current relay adalah proteksi gangguan hubung singkat antar fasa atau
juga proteksi arus berlebih. GFR (ground fault relay) adalah suatu alat proteksi terhadap
gangguan fasa ke tanah. Karakteristik dari Over Current Relay ada tiga yaitu Relay waktu
seketika maskudnya relay bekerja tanpa ada waktu tunda, relay waktu tunda tertentu maksudny
relay akan memutus berdasarkan waktu yang telah ditetapkan, yang terakhir relay waktu tunda
terbalik maksudnya jika semakin besar gangguannya maka relay akan semakin cepat memutus.
Kordinasi system proteksi adalah dari Current Transformer lalu ke relay lalu ke PMT lalu ke
PMS.
Berikut ini merupakan adalah sifat-sifat dari relay itu sendiri adalah, yang pertama ada
impedansi. Biasanya pada impendansi ini akan ditentukan oleh tebalnya kawat yang akan
digunakan, serta banyaknya lilitan pada penghantar. Biasanya ini akan bernilai 1-50 kohm Lalu
yang kedua yaitu ada nya daya yang diperlukan untuk mengaktifkan relay-relay tersebut dengan
nilai kenaikan arus. Lalu yang ketiga adalah banyaknya kontak-kontak jangkar untuk membuka
jangkar dan serta untuk menutup kontak pada relay tersebut. Berikut ini adapun juga mengenai
Laboratorium Sistem Tenaga Listrik
Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
fungsi dari feeder management relau P14D. Yang pertama yaitu ada tentang perlindungan arus,
tegangan serta juga daya hingga frekuensi yang dimana ini akan menjadi perlindungan secara
menyeluruh. Lalu yang kedua itu adalah multi stage yang dimana ini meripakan komponen yang
dapat bekerja secara bertahap dan sesuai dengan koordinasi dari sistem poteksi yang ada di dalam
sistem tenaga listrik tersebut. Lalu yang ketiga ada pengawasan switch gear yang dimana ini
termasuk dalam CT dan jyga VT. Dengan suplai aliran DC dengan dalam kondisi beroperasi.
Dan yang teakhir yaitu dukungan untuk beberapa modul yang dimana unutk beberapa protokol
komunikasi dengan standart indstri. Lalu yang terakhir ada juga tentang test uji relai dari
Omicron yang diamana ini digunakan untuk menginjeksi arus gangguan kepada sistem relay.
Berikut juga CMC 356vyang memiliki 3 fungsi yaitu; yang pertama ada protection testing lalu
ada juga tentang measurment equiqment testing dan yang terakhir adalah power utility
communication.
Adapun rele-rele yang digunakan yakni ada transformer protec relay, lalu ada juga line
direc protection relay, lalu ada juga line differential protection relay, dan yang terakhir ada feeder
menagement. Berikut ini adapaun manfaat relay P14D. Yang dimana ini untuk mengatur
tegangan agar tegangan dapat tekendali ketika arus berlebih terdeteksi. Lalu selanjutnya untuk
memproteksi arus berlebih atau arus yang kurang pada sistem yang dimana jika ini terjadi akan
dapat merusak peralatan yang ada dalam sistem tenaga listrik. Lalu ada juga omicron yang
dimana ini digunakan untuk memberikan arus gangguan. Karena tidak wajar jika kita mengambil
arus gangguan dengan mengambil langsung pada arus yang dialirkan pada pln, yang dimana ini
sangatlah berbahaya.
Berikut ini saya akan memberikan sedikit tentang cara kerja alat yang kita gunakan dalam
praktikum modul ini. Yang dimana kita menggunakan relay dan juga omicron. Yang diamana
relay ini berfungsi untuk sebagai sistem proteksi dan omicron ini digunakan unntuk memberikan
arus gangguan pada sistem proteksi. Sistem proteksi ini akan mengamankan arus gangguan
secara langsung tidak menggunakan sistem direction yang dimana harus tergantung arah
arusnya. Karena ini hanya satu arus gangguan yang dimana ini tidak akan mempengaruhi dari
kerja sistem relay tersebut. Lalu menghubungkan relay tersebut ke dalam PC yang kita gunakan.
Yang dimana PC ini digunakan untuk memprogram relay yang akan bekerja sesuai dengan
keinginan kita. Setalah memasukkan seluruh perintahnya barulah kita dapat menjalankan
percobaannya. Yang jika kita lihat hasil akhirnya dalah sistem proteksi akan bekerja secara
berurutan.
Lalu yang terakhir saya akan membahas mengenai kesalahan kesalahan apa saja yang
kemungkinan akan terjadi. Dimana yang paling mungkin terjadi adalah kesalahan dalam
pemograman yang dimana jika kita tidak sesuai akan membuat relay tidak akan bekerja dengan
Laboratorium Sistem Tenaga Listrik
Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
baik sesuai dengan apa yang kita inginkan. Omicron juga sangat sensitif jadi kita perlu berhati-
hati dalam melakukan pengerjaan di dalam pengerjaan praktikum modul kali ini. Kesalahan
dalam menghitung dan memasukan data ke relaynya juga menyebabkan kegagalan proteksi.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
VIII. PENGOLAHAN DATA
Iset Primer = Iset sekunder x ratio CT = 0,26 x 1000 = 260 A

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
IX. KESIMPULAN
1. Kita dapat memahami cara mensetting parameter proteksi OCR
2. Kita juga dapat memahami setting logic
3. Kita juga dapat secara langsung menguji relay OCR

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
X. REPORT

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
XI. PERTANYAAN
1. Mengapa Pengambilan nilai arus nominal (Inom) pada incoming berbeda dengan
outgoing?
Jawab:
2. Sebutkan dan jelaskan macam-macam kode ANSI! (minimal 15)
Jawab:
3. Sebutkan dan jelaskan penyebab kegagalan system proteksi?
Jawab:
4. Sebutkan dan jelaskan macam-macam karakteristik kerja relay!
Jawab:
5. Sebutkan klasifikasi dari relay Alstom!
Jawab:
6. Buatlah grafik hubungan antara arus magnitude terhadap waktu (tnom dan tact)
- Grafik hubungan antara arus magnitude terhadap waktu actual
- Grafik hubungan antara arus magnitude terhadap waktu nominal
Jawab:

1. Karena untuk pengambilan nilai arus nominal pada incoming arusnya berasal dari
trafo sedangkan nilai arus nominal pada outgoing berasal dari bus.

2. Macam macam kode ANSI yaitu sebagai berikut :


1. ANSI 12
Over Speed Relay : Berfungsi untuk mendeteksi putaran lebih dari
penggerak mula generator yang disebabkan oleh kehilangan beban atau
tripnya PMT.
2. ANSI 14
Under Speed Relay : Berfungsi untuk mendeteksi putaran generator yang
lambat dari putaran nominalnya
3. ANSI 21
Distance Relay / Relai jarak akan bekerja dengan cara membandingkan
impedansi gangguan yang terukur dengan impedansi setting, dengan
ketentuan:
a. Bila harga impedansi ganguan lebih kecil dari pada impedansi seting
relaimaka relai akan trip.
b. Bila harga impedansi ganguan lebih besar daripada impedansi setting
relai maka relai akan tidak trip

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
4. ANSI 26/63
Over Temperature Relay : Proteksi transformator terhadap kenaikan suhu
(temperatur) maupun gangguan yang terjadi dalam trannsformator melalui
input digital yang terhubung keperalatan transformator tersebut.
5. ANSI 27
Under Voltage Relay : Berfungsi sebagai proteksi motor listrik atau
jaringan listrik terhadap tegangan rendah. Proteksi ini bekerja berdasarkan
pengukurantegangan antar fasa.
6. ANSI 27D
Positive Sequence Undervoltage Protection : Merupakan proteksi motor
terhadap gangguan operasional yang disebabkan karena tegangan jaringan
yang tidak seimbang dan juga bisa digunakan untuk mendeteksi
kesalahan arah puturan sebuah peralatan.

5. ANSI 27R
Remanent Undervoltage Protection : Proteksi yang digunakan untuk
mendeteksi tegangan yang masih ada (remanent voltage) pada sebuah
peralatan mesin berputar, sehingga akan mencegah suplay power masuk
kemesin tersebut untuk menghindari goncangan yang disebabkan electrcal
transien ataupun mechanical transient
6. ANSI 59
Overvoltage Relay : Merupakan proteksi tegangan lebih pada jaringan yang
melebihi batas setting (normal). Proteksi tegangan lebih ini bekerja
berdasarkan pengukuran tegangan antar fasa dan tegangan fasa ke netral.
7. ANSI 59N
Neutral Voltage Displacement Relay : Proteksi terhadap gangguan yang
timbul pada sebuah insulasi melalui pengukuran tegangan residual pada
sistim netral yang terisolasi
8. ANSI 32P
Directional Overpower Relay - Directional Active Overpower Merupakan
proteksi berdasarkan kalkulasi daya nyata yang dimanfaatkan untuk :
- Proteksi overload (kelebihan beban) dan penerapan load sheeding
- Proteksi untuk Reverse Power, yang digunakan pada sbb :
- Mencegah terjadinya generator beroperasi menjadi motor ketika
generator ikut mengkonsumsi daya nyata.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
- Mencegah terjadinya motor beroperasi menjadi generator ketika
motor ikut menyuplai daya.
9. ANSI 32Q/40
Directional Overpower Relay - Directional Reactive Overpower :
Merupakan roteksi dua arah berdasarkan perhitungan daya reaktif untuk
mendeteksi hilangnya kuat medan pada mesin synchron atau generator.
Biasanya digunakan sebagai :
- Proteksi kelebihan pemakaian daya reaktif pada sebuah motor
- Proteksi terhadap kelebihan daya reaktif yang dikonsumsi oleh
generator akibat hilangnya kuat medan
10. ANSI 46
Negative Sequence / Unbalance Relay : Merupakan proteksi terhadap
ketidakseimbangan arus setiap fasa untuk arus urutan negatif.
dari arus gangguan contohnya yaitu P642, P643.
o Line distance protection merupakan proteksi yang menggunakan relay
jarak contohnya yaitu P442, P444.
o Line Differential merupakan proteksi yang menggunakan relay dengan
waktu tunda yang dapat diatur contohnya yaitu P543, P546.
o Feeder management relay merupakan relay yang digunakan pada
penyulang contohnya yaitu P14D, P141.
o O/C (Over Current) & E/F (Earth Fault) relay merupakan relay yang
berkerja jika terdapat arus lonjakan contohnya P120, P122, P127, P111.
11.ANSI 47
Negative Sequence Voltage Relay : Merupakan proteksi terhadap
ketidakseimbangan tegangan antar fasa yang disebabkan oleh suply yang
tidak seimbang dan juga gangguan pada jaringan
12. ANSI 38/49T
Temperature Monitoring : Merupakan proteksi yang berfungsi adanya
kelainan temperatur pada belitan primer atau sekunder transformator dan
juga kelainan temperatur belitan rotor dan stator pada motor / generator
13. ANSI 49RMS
Thermal Overload : Merupakan proteksi terhadap suhu panas generator /
motor / transformator. Proteksi Thermal ini bekerja berdasarkan nilai arus
RMS, temperatur ambient dan arus urutan negatif penyebab kenaikan suhu.
14. ANSI 50/51
50 = Instantaneous Overcurrent Relay. 51 = Inverse TimeOvercurrent
Relay. Merupakan proteksi arus lebih akibat gangguan beban lebih dan
hubung singkat antar fasa.
15. ANSI 50N/51N
Laboratorium Sistem Tenaga Listrik
Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
Earth Protection : Proteksi Earth fault (Gangguan pentanahan)
dilaksanakan berdasarkan pengukuran atau hasil perhitungan arus yang
nilainya didapat dari perhitungan arus residual atau yang diukur melalui
sensor arus 3 phasa.

3. Kegagalan proteksi terajadi Ketika main proteksi tidak dapat bekerja


sehingga bacup proteksi yang bekerja. Kegagalan proteksi terjadi Ketika
grafik main protection relay dan bacup proteksion relay garisnya sama atau
bekerja secara bersamaan atau proteksi secara maksimal.
4. • Relay instantanacous merupakan relay yang bekerja secara seketika jika
terjadi gangguan pad system.
• Relay waktu tunda tak tertentu (Difinite Relay) merupakan relay yang
bekerja dengan waktu tunda yang telah ditentukanw.
• Relay waktu tunda tak tentu (invers relay) merupakan relay yang bekerja
ketika semakin besar gangguan yang terjadi maka akan semakin cepat bekerja.
5. jenis jenis di dalam relay Alstom seperti relay OCR, relay GFR, relay
Differensial, Relay distance, relay suhu dan lain lain
6. grafik: :

grafik hubungan magnitude dengan Tnom


800
776,1
780
757,2
760

740 729,7
Tnom

722,6
720 708,1

700

680

660
1,12 1,09 1,05 1,02 0,99
magnitude

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

grafik hubungan magnitude dengan Tact


820
797,1
800
778,2
780
760,7
760 743,6

Tact
740 729,1

720

700

680
1,12 1,09 1,05 1,02 0,99
magnitude

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
MODUL V
KESTABILAN TRANSIENT DAN PENGARUHNYA
BAGI SISTEM TENAGA LISTRIK

I. TUJUAN
1. Menganalisa dan mengamati kestabilan pembangkit saat terjadi kehilangan
pembangkit.
2. Menganalisa dan mengamati kestabilan pembangkit saat terjadi hubung singkat pada
saluran transmisi dalam selang waktu tertentu.
3. Menganalisa dan mengamati kestabilan pembangkit saat terjadi pelepasan beban
secara tiba-tiba.

II. ALAT DAN PERLENGKAPAN


1. 1 unit PC
2. Software ETAP

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
III. TEORI MODUL
Stabilitas adalah kemampuan sistem yang memiliki dua atau lebih mesin sinkron
untuk berpindah dari suatu kondisi steady-state karena adanya perubahan sistem ke kondisi
steady-state lainnya, maka sistem akan berubah dari kondisi lama ke kondisi baru. Periode
singkat antara dua kondisi itu disebut Kestabilan Peralihan (Transient Stability).

Suatu sistem tenaga listrik yang baik harus memenuhi beberapa syarat, seperti:
Reliability, Quality dan Stability.
1) Reliability adalah : Kemampuan suatu sistem untuk menyalurkan daya atau energi
secara terus menerus.
2) Quality adalah : Kemampuan sistem tenaga listrik untuk menghasilkan besaran-
besaran standart yang ditetapkan untuk tegangan dan frekuensi.
3) Stability adalah : Kemampuan dari sistem untuk kembali bekerja secara normal
setelah mengalami suatu gangguan.

Dalam sistem tenaga listrik yang baik maka ketiga syarat tersebut harusdipenuhi yaitu
sistem harus mampu memberi pasokan listrik secara terus menerus dengan standar besaran
untuk tegangan dan frekuensi sesuai dengan aturan yang berlaku dan harus segera kembali
normal bila sistem terkenagangguan.

A. Klasifikasi Kestabilan Sistem Tenaga Listrik

Kestabilan sistem tenaga listrik secara umum dapat dibagi menjadi tiga macam
kategori, yaitu: Angle Stability, Frequency stability dan Voltage stability. Angle
Stabilityyaitu kemampuandari mesin-mesin sinkron yang saling terkoneksi pada suatu
sistem tenaga listrik untuk tetap dalam keadaan sinkron. Frequency stability yaitu
kemampuan dari suatu sistem tenaga untuk mempertahankan kondisi steady state
frekuensi akibat gangguan Sedangkan Voltage Stability: yaitu kestabilan dari sistem
tenaga listrik untuk dapat mempertahankan nilai tegangan yang masihdapat diterima
saat terjadi kontingensiatau gangguan.

1. Kestabilan Peralihan
Kestabilan peralihan (Transient Stability) adalah kemampuan sistem untuk
mencapai titik keseimbangan atau stabilitas setelah adanya perubahan besar pada
sistem yang menyebabkan sistem sempat kehilangan stabilitasnya. Kestabilan
peralihan terjadi ketika teganganotomatis dan pengatur frekuensi belum bekerja.
Pengklasifikasian kestabilan dilakukan secara sistematis dan berdasarkan pada
beberapa pertimbangan, yaitu:
Laboratorium Sistem Tenaga Listrik
Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
1) Ukuran dari gangguan.
2) Pemodelan yang tepat dan analisis gangguan yang spesifik.
3) Rentang waktu saat gangguan berlangsung.
4) Parameter sistem yang paling berpengaruh.

Transient Stability Assessment atau studi tentang kestabilan transien harus


dilakukan karena suatu sistem dapat dikatakan stabil pada kestabilan steady state,
namun belum tentu stabil pada kestabilan peralihan, sehingga studi ini perlu
dilakukan guna untuk mengetahui apakah sistem dapat bertahan saat gangguan
peralihan terjadi. Gangguan kestabilan peralihan dapat terjadi karena beberapa
faktor, yaitu :
1) Beban lebih akibat lepasnya satu generator dari sistem.
2) Hubungan singkat (short circuit).
3) Starting pada motor.
4) Pelepasan beban yang mendadak.

2. Kestabilan Frekuensi

Kestabilan ini berkaitan dengan kemampuan dari sistem untuk


mempertahankan kestabilan frekuensi akibat gangguan pada sistem yang
mengakibatkan ketidakseimbangan antara pembangkitan dan beban. Pada
umumnya masalah kestabilan frekuensi dikaitkan dengan ketidakmampuan dari
respons peralatan, koordinasi yang buruk pada peralatan kontrol danperalatan
proteksi, atau kurangnya daya cadangan pembangkitan.

Selama terjadinya penyimpangan frekuensi, besarnya tegangan mungkin


dapat berubah dengansignifikan, terutama untuk kondisi islanding yang
menggunakan underfrequency load shedding untuk melepas bebannya. Perubahan
nilai tegangan yang mungkin prosentasenya lebih besar dari perubahan frekuensi
dapat mengakibatkan ketidakseimbangan antara pembangkitan dan
beban.Equilibrium point (titik keseimbangan) antara suplai daya system dan beban
harus dipertahankan untukmenjaga system dari generator outage.

Klasifikasi kestabilan frekuensi diklasifikasikan menjadi dua, yaitu jangka


panjang dan jangka pendek. Contoh fenomena jangka pendek untuk kestabilan
frekuensi adalah pada pembentukan undergenerated island dengan pelepasan
beban underfrequency yang tidak mencukupi, sehingga frekuensi menurun secara
tiba-tiba dan menyebabkan sistem mati total dalam durasi beberapa detik.
Laboratorium Sistem Tenaga Listrik
Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
Sedangkan kestabilan frekuensi jangka panjang biasanya disebabkan oleh kontrol
governor tidak bekerja ketika terdapat gangguan. Rentang waktu fenomena jangka
panjang yaitu puluhan detik hingga beberapa menit.

3. Kestabilan Sudut Rotor


Kestabilan sudut rotor adalah kemampuan dari beberapa mesin sinkron yang
saling terinterkoneksi pada suatu sistem tenaga untuk mempertahankan kondisi
sinkron setelah terjadi gangguan. Kestabilan sudut rotor bergantung pada
kemampuan untuk mempertahankan keseimbangan antara torsi elektromagnetik
dan mekanik pada mesin-mesin tersebut. Ketidakstabilan mengakibatkan
peningkatan kecepatan sudut yang berubah-ubah pada generator, yang akan
menyebabkan hilangnya sinkronisasi antar generator. Hal ini terjadi karena daya
output generator yang berubah sesuai dengan berubahnya rotor. Kestabilan sudut
rotor pada gangguan besar merupakan kemampuan sistem tenaga listrik untuk
mempertahankan sinkronisasi, salah satu contohnya adalah seperti hubungan
singkat pada saluran transmisi.

4. Kestabilan Tegangan
Kestabilan tegangan adalah kemampuan dari suatu sistem tenaga listrik untuk
mempertahankan kestabilan tegangan pada semua bus dari sistem setelah
mengalami gangguan. Kestabilan tegangan bergantung pada kemampuan sistem
untuk mempertahankan kesetimbangan antara supply daya dari pembangkit dan
jumlah pembebanannya. Gangguan yang biasanya terjadi adalah lepasnya beban
secara tiba-tiba ataupun hilangnya sinkron dari salah satu pembangkit sehingga
tegangan menjadi turun secara drastis. Kestabilan tegangan menyangkut dengan
gangguan besar dan gangguan kecil dalam jangka waktu pendek maupun panjang.
Ketidakstabilan yang mungkin terjadi adalah terjadinya peningkatan atau jatuhnya
nilai tegangan pada beberapa bus pada sistem. Faktor utama yang menjadi
penyebab ketidakstabilan tegangan adalah ketidakmampuan dari sistem untuk
memenuhi kebutuhan daya reaktif beban.

Penurunan tegangan bus dapat juga dihubungkan dengan ketidakstabilan


sudut rotor. Contohnya, ketika terjadi loss of synchronism di antara dua grup mesin
akan mengakibatkan tegangan yang sangat rendah di tengah saluran
sistem.Kestabilan tegangan dikelompokkan menjadi dua macam, berdasarkan
gangguannya:

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
1. Kestabilan tegangan akibat gangguan besar.
2. Kestabilan tegangan akibat gangguan kecil.

5. Kestabilan Mantap
Kondisi kestabilan pada suatu sistem tenaga listrik bukan hanya akibat dari
kondisi peralihan seperti proses pemutusan akibat adanya gangguan, tetapi meliputi
aspek ketidakstabilan pada kondisi mantap. Bila terdapat sebuah mesin (generator)
dengan tegangan internal dihubungkan dengan sistem tak hingga (infinite bus)
melalui saluran transmisi dan rangkaian.
Besaran tersebut merupakan batas kestabilan mantap, sehingga pengiriman
daya yang lebih besar dari Pmax akan menyebabkan mesin tersebut keluar dari
sistem. Berdasar pada model diatas, terdapat 3 karakteristik listrik yang
mempengaruhi kestabilan, yaitu:
1. Tegangan internal generator,
2. Reaktansi antara mesin generator dengan bus tak hingga
3. Tegangan pada bus tak hingga.
Dengan demikian, makin tingginya tegangan internal generator, dan makin
rendahnya reaktansi sistem dan generator, akan mengakibatkan daya yang dapat
ditransfer akan makin tinggi.

Pengaruh Penambahan Beban Secara Tiba-Tiba


Penambahan beban pada suatu sistem tenaga listrik dapat mengakibatkan
timbulnya gangguan peralihan jika:
1. Jumlah beban melebihi batas kestabilan keadaan mantap untuk kondisi tegangan
dan reaktansi rangkaian tertentu.
2. Jika beban dinaikkan sampai terjadi osilasi, sehingga menyebabkan sistem
mengalami ayunan yang melebihi titik kritis yang tidak dapat kembali.

Apabila sistem tenaga listrik dilakukan pembebanan dengan beban penuh secara
tiba-tiba, maka arus yang diperlukan sangat besar akibatnya frekuensi sistem akan
turundengan cepat. Pada kondisi demikian sistem akan keluar dari keadaan sinkron
walaupun besar beban belum mencapai batas kestabilan mantap yaitu daya
maksimumnya, Hal inidikarenakan daya keluar elektris generator jauh melampaui
daya masukan mekanis generator atau daya yang dihasilkan penggerak mula, dan
kekurangan ini disuplai dengan berkurangnya energi kinetis generator. Sehingga
putaran generator turun atau frekuensi sistem turun, sudut daya bertambah besar dan

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
melampaui sudut kritisnya, akibatnya generator akan lepas sinkron atau tidak stabil.
Sesaat dilakukannya pembebanan tersebut,rotor generator akan mengalami ayunan dan
getaran yang

DAFTAR PUSTAKA
[1] Kundur, P. (1993), “Power System Stability and Control”, McGraw-Hill, Inc, New
York.

[2] Stevenson, W.D., Jr and John J. Grenger, “Elements of Power System Analysis,
4th Edition”. McGraw-Hill, Inc, 1994.

[3] Danar Tri Kumara, Prof. Ir Ontoseno Penangsang M.Sc,Ph.D, dan Ir. NI Ketut
Aryani, MT. 2016. “Analisa Stabilitas Transien Pada Sistem Transmisi Sumatera
Utara 150 kV – 275 kV Dengan Penambahan PLTA Batang Toru 4 X 125 MW”
dalam Jurnal Teknik ITS Vol. 5, No. 2: Fakultas Teknologi Industri, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya 60111 Indonesia.

[4] Diktat Kuliah “ Dinamuka dan Stabilitas Sistem Tenaga listrik “ Oleh Dr.
Ramadoni Syahputra S.T,M.T,. Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik.

[5] Prima Prahasta Rezky, Ontoseno Penangsang, Ni Ketut Aryani 2016. “Studi
Analisa Stabilitas Transien Sistem Jawa-Madura-Bali (Jamali) 500 kV Setelah
Masuknya Pembangkit Paiton 1000 MW “ dalam Jurnal Teknik ITS Vol. 5, No. 2,
: Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya 60111
Indonesia.

[6] Yudiestira 2016. “Analisis Kestabilan Transien Dan Mekanisme Pelepasan Beban
Di Pt. Pertamina Ru V Balikpapan Akibat Penambahan Generator 2x15mw Dan
Penambahan Beban 25 Mw “ dalam Tugas Akhir - Te 141599 : Fakultas Teknologi
Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya 60111 Indonesia.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
IV. LANGKAH PERCOBAAN
1. Buatlah one line diagram dengan susunan seperti gambar di bawah ini !

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
2. Isi rating berdasarkan data yang telah ditentukan system : rating berdasarkan data
yang telah ditentukan system :

A. Generator

ID Mode MW Rating kV Rating PF Rating Pole

Mvar
PLTU Unit I Control 5 MW 11 90% 2

Mvar
PLTU Unit II 5 MW 11 90 % 2
Control
Mvar
PLTU Unit III 5 MW 11 90 % 2
Control

PLTD Swing 5 MW 6,6 90 % 4

PF
PLTA Unit I 5 MW 6,6 90 % 4
Control

PLTU Unit I; PLTU Unit II; PLTU Unit III

PLTD

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
PLTA

PLTU Unit I; PLTU Unit II; PLTU Unit III; PLTA Unit I; PLTG Unit I

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
PLTU Unit I; Unit II; Unit III

PLTA; PLTD

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
B. Synchronous Motor
Syn 1

3. Klik menu , kemudian Edit Study Case maka akan tampil sepertidi bawah
ini:

Klik Events, lalu klik Add pada Events dan Actions sesuai kondisi saat Kehilangan
Pembangkit, Hubung Singkat Pada Saluran Transmisi dan Pelepasan Beban. Isi Total
Simulation Time selama 60 sekon.
Laboratorium Sistem Tenaga Listrik
Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
Kehilangan Pembangkit

3.1 Lepas PLTU Unit III dengan membuka CB80 (t=1 s) atau isi sesuai gambar di
bawah ini:

3.2 Buka tab plot, lalu pilih Device ID yang ingin diplot sesuai yang akandiamati
di DataPengamatan (PLTU Unit I dan GI KIT I B).
3.3 Klik untuk Run Transient Stability. Amati Daya Aktif, Daya Reaktif,
Tegangan,Frekuensi, Kecepatan Rotor dan Sudut Daya Relatif dengan
menggunakan Slider, lalu catat pada Data Pengamatan.

3.4 Klik ikon untuk menampilkan grafik Device ID yang sudah diplot.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
Hubung Singkat Pada Saluran Transmisi

4.1 Beri gangguan hubung singkat tiga fasa pada saluran 50% (t=1 s) dan Clear (t=3
s)pada SUTT III atau isi sesuaigambar di bawah ini:

4.2 Buka tab plot, lalu pilih Device ID yang ingin diplot sesuai yang akan diamati di
Data Pengamatan (PLTU Unit I dan GI KIT I B).

4.3 Klik ikon untuk Run Transient Stability. Amati Daya Aktif, Daya Reaktif,
Tegangan, Frekuensi, Kecepatan Rotor dan Sudut Daya Relatif dengan
menggunakan Slider, lalu catatpada Data Pengamatan .

4.4 Klik ikon untuk menampilkan grafik Device ID yang sudah diplot.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
Pelepasan Beban

5.1 Lepas beban Lump1, Lump2 dan Load 1 dengan membuka CB64 (t= 1s) atauisi
sesuai gambardi bawah ini:

5.2 Buka tab plot, lalu pilih Device ID yang ingin diplot sesuai yang akan diamatidi
Data Pengamatan (PLTU Unit I dan GI KIT I B).

5.3 Klik ikon untuk Run Transient Stability. Amati Daya Aktif, Daya Reaktif,
Tegangan, Frekuensi, Kecepatan Rotor dan Sudut Daya Relatif dengan
menggunakan Slider, lalu catat pada Pengamatan..

5.4 Klik ikon untuk menampilkan grafik Device ID yang sudah diplot.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
V. GAMBAR RANGKAIAN
• Gambar Rangkaian Modul
- Sesudah running “Load Flow’ dengan menggunakan 1 generator bermode swing

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
- Sesudah running “Transient Stability” ketika kehilangan pembangkit dengan waktu t=1,001 s

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
- Gambar Grafik 6 Variabel sesuai data pengamatan

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
- Sesudah running “Transient Stability” Ketika terjadi hubung singkat pada daerah transmisi
dengan waktu t = 1,001 s

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
- Sesudah running “Transient Stability” Ketika terjadi hubung singkat pada daerah tranmisi dengan
waktu t = 3,001 s

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
- Sesudah running “Transient Stability” Ketika terjadi pelepasan beban dengan waktu t = 1,001 s

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
VI. TEORI TAMBAHAN
Stabilitas Sistem tenaga listrik yang kompleks memiliki banyak beban-beban
dinamis yang besar daya yang diserapnya sangat variasi dalam rentang waktu tertentu,
dengan adanya perubahan ini pasokan daya yang disalurkan oleh generator harus sesuai
dengan kebutuhan bebannya. Kestabilan sistem tenaga listrik secara umum dapat
didefinisikan sebagai kemampuan dari suatu sistem tenaga listrik untuk mempertahankan
keadaan sinkronnya pada saat dan sesudah terjadi gangguan. Definisi ini berlaku juga
untuk sistem yang beroperasi dengan menginterkoneksikan beberapa generator
(multimachine). Ketika kondisi sistem tidak sinkron perlu dilakukan usaha untuk
mengembalikan sistem menjadi sinkron setelah terjadi ganguan. Berdasarkan Paper IEEE
definition and classification of power system stability, kestabilan sistem tenaga listrik
dibagi menjadi tiga kategori, yaitu:
1. Kestabilan sudut rotor
Kestabilan sudut rotor merupakan kemampuan dari mesin sinkron yang terhubung
dengan sistem untuk tetap sinkron setelah terjadi gangguan. Ketidakstabilan akan
mengakibatkan naiknya sudut rotor yang berbeda-beda dari generator sehingga dapat
mengakibatkan generator mengalami hilang sinkronisasi dengan generator lain.
2. Kestabilan frekuensi
Kestabilan frekuensi merupakan kemampuan dari sistem tenaga mempertahankan
frekuensi untuk tetap stabil ketika terjadi gangguan dan setelah terjadi gangguan.
Biasanya gangguan ini berupa perubahan pembangkit atau bebanyang signifikan.
3. Kestabilan tegangan
4. Kestabilan tegangan merupakan kemampuan dari sistem tenaga mempertahankan
tegangan untuk tetap stabil pada semua bus setelah terjadi gangguan. Hal ini tergantung
dari sistem untuk tetap mempertahankan keseimbangan antara suplai daya dan beban.

Kestabilan transien merupakan kemampuan dari sistem tenaga untuk


mempertahankan sinkronisasi ketika mengalami gangguan transien. Gangguan transien
ini berupa gangguan besar yang terjadi pada sistem seperti gangguan hubung singkat,
motor starting, pelepasan beban serta penambahan beban secara tiba-tiba. Dalam
menentukan suatu sistem tenaga listrik stabil atau tidak yaitu dengan mengevaluasi
respon tegangan dan frekuensi sistem.
Pelepasan beban merupakan salah satu langkah untuk mempertahankan
kestabilan. Jika terjadi gangguan seperti generator outage mengakibatkan daya yang
tersedia tidak mampu melayani beban, sehingga untuk menjaga sistem tidak black out
Laboratorium Sistem Tenaga Listrik
Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
maka diperlukan pelepasan beban. Ketika beban dalam kondisi kekurangan suplai daya,
tidak dijinkan melepas beban secara besar-besaran. Terdapat dua skema pelepasan beban
yang mengacu pada standar ANSI/IEEE C37.106-1987, yaitu pelepasan beban tiga
langkah dan pelepasan beban enam langkah.
Kestabilan sistem tenaga listrik dapat didefinisikan sebagai kemampuan suatu
sistem tenaga listrik untuk mempertahankan kondisi operasi a wal atau mengembalikan
kesetimbangan kondisi operasinya setelah terjadinya gangguan. Agar kestabilan sistem
tetap terjaga, integritas sistem tetap dipertahankan agar sistem tenaga listrik tetap utuh
tanpa adanya pemutusan pembangkit atau beban. Kecuali jik a gangguan yang terjadi
memaksa diharuskannya suatu pemutusan, maka pemutusan dapat dilakukan untuk
mengisolasi sistem dari elemenelemen yang terkena gangguan atau pemutusan dilakukan
untuk menjaga dan mempertahankan keberlangsungan operasi sistem.
Sistem tenaga listrik merupakan sistem yang bekerja secara dinamis. Hal ini
dikarenakan perubahan beban, keluaran generator, dan parameter operasi lainnya yang
berubahubah serta gangguan yang terjadi pada sistem. Namun demikian, sistem tenaga
listrik ditu ntut agar tetap mempertahankan kesetimbangan operasi sistem walaupun pada
kondisi yang dinamis. Hal ini karena kestabilan sistem operasi sistem tenaga listrik
mensyaratkan kontinuitas kesetimbangan antara energi listrik yang dibangkitkan dengan
beban pada berubahsistem. Beban secara terus menerus ubah seperti penerangan,
peralatan rumah tangga, dan motormotor listrik yang terhubung dan terputus. Setiap
kenaikan atau penurunan beban harus diimbangi dengan perubahan energi listrik yang
dibangkitkan oleh gen erator pada sistem agar sistem tetap dalam keadaan stabil. Jika
reaksi generator terhadap perubahan beban tidak responsif maka akan menyebabkan
keseimbangan daya dalam sistem terganggu sehingga berpengaruh terhadap efisiensi
pengoperasian sistem dan menyebabkan kinerja sistem memburuk.
Kestabilan sudut rotor merupakan kemampuan mesin sinkron yang bekerja paralel
atau terinterkoneksi dalam sebuah sistem tenaga listrik untuk tetap mempertahankan
sinkronisasinya atau keadaan sinkronnya pasca terjadinya ganggu an. Ketidakstabilan
dapat menyebabkan terjadinya kehilangan sinkronisasi yang berakibat pada
ketidakmampuan sistem untuk melayani kebutuhan beban. Kehilangan sinkronisasi dapat
terjadi antara satu mesin dengan sistem atau satu mesin dengan mesin yang lain.
Kestabilan tegangan didefinisikan sebagai kemampuan sistem tenaga listrik untuk
mempertahankan tegangan yang tetap pada semua bus dalam si stem di bawah kondisi
operasi normal dan setelah terjadi gangguan. Sebuah sistem berada dalam kondisi
mengalami ketidakstabilan tegangan ketika terjadi gangguan, meningkatnya permintaan
Laboratorium Sistem Tenaga Listrik
Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
beban, atau perubahan dalam kondisi sistem yang dikarenakan penurunan tegangan
secara progresif dan tidak terkendali. Faktor utama penyebab ketidakstabilan adalah
ketidakmampuan sistem tenaga listrik untuk memenuhi permintaan daya reaktif. Inti dari
permasalahan biasanya adalah penurunan tegangan yang terjadi ketika daya akt if dan
daya reaktif mengalir melalui rektansi induktif pada jaringan transmisi. Tegangan dan
daya sistem akan tetap dapat dikendalikan setiap saat apabila kestabilan tegangan tetap
terjaga.

SUMBER:
Chrome-
extension://efaidnbmnnnibpcajpcglclefindmkaj/https://media.neliti.com/media/publicatio
ns/194295-ID-analisis-kestabilan-transien-dan-mekanis.pdf
Chrome-
extension://efaidnbmnnnibpcajpcglclefindmkaj/http://digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/t
emporary/DigitalCollection/MTg4MGZhMmE0OTAwMDNlOTIwOWUwYzQ4NjUxN
TBmOGRhY2I5YjY0MQ==.pdf

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
VII. DATA PENGAMATAN
• Kehilangan Pembangkit
Tabel 5.1 Kondisi PLTU Unit I saat Kehilangan Pembangkit
No Waktu Tegangan Frekuensi Daya Daya Kec. Sudut
(s) (kV) (Hz) Aktif Reaktif Rotor Daya
(kW) (kVar) (RPM) Relatif
(Degree)
1 1 11,21 50 2500 900 3000 30,86
2 1,001 11,09 50 3234 1105 299,9 30,86
3 5 11,2 49,5 2821 1347 2972,8 21,2
4 10 11,2 49,6 2985 1310 2977,6 24,28
5 20 11,2 49,7 3088 1313 2980,6 26,48
6 50 11,2 49,7 3144 1313 2981,3 27,03
7 60 11,2 49,7 3144 1313 2981,3 27,03

• Hubung Singkat Pada Saluran Transmisi


Tabel 5.2 Kondisi PLTU Unit I saat Hubung Singkat pada Saluran transmisi
No Waktu Tegangan Frekuensi Daya Daya Kec. Sudut
(s) (kV) (Hz) Aktif Reaktif Rotor Daya
(kW) (kVar) (RPM) Relatif
(Degree)
1 1 11,21 50 2500 900 3000 30,86
2 1,001 5,51 50 688,5 8102 3000 30,86
3 5 14,15 50,1 3128 -3239 3007,8 36,36
4 10 11,24 50,,2 2087 616,5 3013,9 30,59
5 20 11,21 50,2 2047 777,6 3014,6 27,71
6 50 11,21 50,2 2040 777,3 3013,9 27,62
7 60 11,21 50,2 2040 777,3 3013,9 27,62

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
• Pelepasan Beban
Tabel 5.3 Kondisi PLTU Unit I saat Pelepasan Beban
No Waktu Tegangan Frekuensi Daya Daya Kec. Sudut
(s) (kV) (Hz) Aktif Reaktif Rotor Daya
(kW) (kVar) (RPM) Relatif
(Degree)
1 1 11,21 50 2500 900 3000 30,86
2 1,001 11,26 50 2334 782,5 3000 30,86
3 5 11,21 50,3 2307 815,6 3015,8 30,66
4 10 11,21 50,2 2258 821,3 3011,3 30,04
5 20 11,21 50,1 2226 818,2 3008,3 29,66
6 50 11,21 50,1 2225 818,4 3008,3 29,66
7 60 11,21 50,1 2225 818,4 3008,3 29,66

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
VIII. PENGOLAHAN DATA

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
IX. ANALISA
Pada praktikum kali melakukan percobaan modul V yang berjudul Kestabilan Transient
dan Pengaruh Bagi Sistem Tenaga Listrik. Pada modul V ini bertujuan untuk kita dapat
mengamati dan menganalisa Kestabilan Pembangkit saat terjadi kehilangan pembangkit , kita
juga dapat mengamati dan menganalisa kestabilan pembangkit saat terjadi hubung singkat di
saluran transmisi dalam selang waktu yang telah di tentukan, menganalisa dan mengamati
kestabilan pembangkit pada saat terjadinya pelepasan beban secara tiba- tiba yang sudah tertera
pada modul yang telah kita pelajari.
Stabilitas adalah kemampuan suatu system untuk dapat Kembali ke keadaan normal ketika
mengalami gangguan. Syarat suatu system tenaga listrik yang baik ada tiga yaitu, reliability,
quality, stability. Ada tiga jenis kestabilan system yaitu Steady state, dinamis, dan peralihan atau
transient. Steady state adalah kecendrungan suatu system untuk Kembali ke kondisi stabilnya
jika terjadi perubahan kecil. Dinamis adalah suatu kecendrungan system untuk merespon jika
terjadi gangguan yang cukup besar. Peralihan (transient) merupakan kemampuan suatu system
ke kondisi stabil setelah terjadi perubahan yang cukup besar pada system. Faktor- factor yang
menyebabkan gangguan kestabilan transient adalah kehilangan pembangkit dari system, Hubung
singkat, pelepasan beban secara tiba tiba dan starting pada motor.
Pada modul ini mempelajari parameter kestabilan suatu system yaitu kestabilan sudut rotor,
kestabilan frekuensi, kestabilan tegangan. Kestabilan sudut rotor adalah kemampuan suatu mesin
sinkron utnuk mempertahankan kondisi sinkron setelah mengalami gangguan. stabil pada sudut
rotor adalah lebih kecil daripada 90°. Kestabilan frekuensi adalah kemampuan susatu system
untuk mempertahankan frekuensi dalam kondisi stabil ketika mengalami gangguan. Standar
frekuensi adalah lebih kurang dari 5%, yaitu 47,5 – 52,5 Hz. Ketika Daya yang dihasilkan suatu
system lebih besar daripada daya yang digunakan maka frekuensinya naik. Ketika daya yang
dihasilkan lebih kecil daripada daya yang digunakan maka frekuensi sistemnya turun. Ketika
daya yang dihasilkan sama dengan daya yang digunakan oleh beban maka kondisi stabil.
Pada percoban ini melakukan simulasi Modul V dengan menggunakan program software
ETAP. Terdapat dua standart yang digunakan untuk melakukan Analisa system tenaga listrik.
Yaitu IEC (International Electrotechnical Commission) dan ANSI (American National Standard
Institute). IEC biasanya standar yang digunakan di beberapa negara Asia contohnya Indonesia.
Sedangkan ANSI standar yang digunakan oleh Amerika. Perbedaanya pada aplikasi ETAP di
beberapa gambar komponen nya terdapat perbedaan. Pada praktikum ini kita menggunakan
standar IEC. Adapun komponen yang digunakan untuk merangkai pada praktikum modul Single
Line Diagram ini yaitu kita menggunakan 5 generator , generator adalah komponen atau alat
yang menghasilkan tenaga listrik atau daya listrik yang berada di daerah pembangkit. Pembangkit
Laboratorium Sistem Tenaga Listrik
Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
yang kita gunakan adalah tiga unit PLTU yang dipararelkan. Lalu ada PLTA dan PLTS. Syarat
untuk memperarelkan generator adalah fasa nya harus sama , frekuensinya sama, polaritasnya
sama. Urutan fasa dan bentuk gelombangnya juga harus sama. Terdapat empat mode generator
di program software ETAP. Yang pertama ada mode swing untuk menstabilkan system tenaga
listrik pada rangkaian. Kedua ada mode Voltage Control kita dapat mengatur tegangan dan daya
aktifnya. Ketiga ada mode MVAR control kita dapat mengatur daya aktif dan reaktifnya. Dan
yang terakhir ada mode PF control kita dapat mengatur tegangan dan factor dayanya. Kemudian
ada Power Grid merupakan komponen sederhana yang mempresentasikan sebuah jaringan besar
yang terdapat di system tenaga listrik yang terdiri dari generator dan jaringan yang
menghubungkan kabel, transmisi , trafo dan beban. Lalu kita menggunakan 2 winding
transformator. Transformator adalah suatu mesin listrik statis yang berfungsi untuk mengatur
level tegangan dengan frekuensi dan amplitude yang sama. Disini kita menggunakan 3 trafo
tenaga , 1 trafo IBT , 2 Trafo Dist 150/20 kV ( menurunkan tegangan dari 150 kV ke 20 kV) dan
3 trafo Dist 20/0,4 kV ( menurunkan tegangan dari 20 kV ke 0,4 kV). Kemudian kita
menggunakan transmission line yaitu saluran yang secara konstruksi tidak ada isolasi. Kita
menggunakan nya di tegangan yang ekstra tinggi dan tegangan tinggi, yaitu 1 buah SUTET, dan
4 buah SUTT. Kemudian ada cable , fungsinya sama dengan Transmision Line, namun cable
secara konstruksi memiliki isolasi dan digunakan pada tegangan menengah dan tegangan rendah
yaitu 5 SKUTM dan dan 9 SUTR. Lalu ada busbar , busbar merupakan penghubung beberapa
komponen. Terdapat dua jenis busbar yaitu single busbar dan double busbar. Perbedaanya pada
double busbar membutuhkan daerah penempatan yang lebih luas daripada single busbar, tingkat
keandalanya lebih tinggi karena jika ada gangguan , semua komponen tidak langsung mati.
Circuit breaker merupakan komponen yang berfungsi sebagai pemutus ketika terdapat gangguan
dalam rangkaian. Kita menggunakan 2 jenis Circuit Breaker yaitu HVCB (High Voltage Circuit
Breaker) dan LVCB (Low Voltage Circuit Breaker). Perbedannya yaitu pada HVCB digunakan
pada tegangan yang lebih dari 0,4 kV sedangkan LVCB pada 0,4 kV. Kemudian ada beban, ada
3 jenis beban yang kita gunakan yaitu static load, motor dan lumped load. Pada rangkaian modul
1 ini menggunakan ketiga beban tersebut. Perbedaan dari ketiga beban tersebut adalah pada static
load, merupakan beban statis yang tidak terdapat beban motor listrik sehingga tidak banyak
mempengaruhi tegangan sistem ketika start.Pada beban motor banyak menyerap daya reaktif.
Sehingga mempengaruhi factor daya pada suatu system. Terdapat dua jenis motor yang kita
gunakan yaitu motor induksi dan motor sinkron. Lumped load adalah beban dinamis yang
merupakan gabungan dari static load dan motor. Jadi pada lumped load ini kita dapat mengatur
berapa persen static load dan motornya. Kemudian ada Composite Network yaitu komponen
dalam aplikasi ETAP yang berfungsi untuk menyederhanakan sebuah jaringan yang terdiri dari
Laboratorium Sistem Tenaga Listrik
Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
system penyaluran berupa trafo, transmisi hingga menuju ke beban. CMTR adalah komponen
ETAP yang berfungsi untuk menyederhanakan sebuah jaringan yang terhubung langsung ke
beban. Yang terakhir ada PV Array yang berfungsi untuk mendapatkan besaran tegangan dan
arus tertentu. Lalu ada tambahan 2 kapasitor bank pada rangkaian. Dan ada tambahan penyulang
baru.
Pada percobaan modul ini kita melakukan simulasi untuk melihat kondisi pembangkit pada
saat mengalami gangguan kehilangan pembangkit, hubung singkat, dan pelepasan beban secara
tiba tiba pada menu transient stability. Sebelum melakukan percobaan kita harus memastikan
power grid dalam kondisi diopen dikarenakan kita sudah mempunyai pembangkit bermode swing
di PLTD, kemudian kita harus mengopen pv array dikarenakan pv array menimnulkan
harmonisa, lalu kita open kapasitor. Percobaan yang pertama adalah kehilangan pembangkit kita
memutuskan pembangkit PLTU unit III dengan menambahkanya dievent di edit study case
dengan waktu 1 detik. Kemudian percobaan yang kedua yaitu hubung singkat, kita
menambahkan di event pada transmission line SUTT III, dengan pada saat gangguan di waktu
1 detik, dan waktu membersihkan gangguan di waktu 3 detik. Pada percobaan yang ketiga ada
pelepasan beban kita melepas beban dengan memutus CB 60 pada rangkaian saya. Lalu kita
running Transient Stabilitynya . lalu kita amati dalam waktu 1 detik pada kehilangan pembangkit,
dalam waktu 1 dan 3 detik pada hubung singkat, pada pelepasan beban dalam waktu 1 detik.
Yang kita amati dalam percobaan ini adalah kondisi dari pembangkit PLTU unit I . lalu kita
melihat grafik dari PLTU unit I yaitu grafik kecepatan daya aktif dan daya reaktifnya.
Pada modul ini juga kita mengenal istilah Islanding,Load sharing dan load shading.
Islanding adalah kemampuan memutuskan jaringan dari pembangkit jika terjadi gangguan.Load
sharing adalah pembagian beban ketika terjadinya kehilangan pembangkit pada suatu system,
jadi jika terjadi kehilangan pembangkit, daya yang seharusnya dibangkitkan oleh pembangkit
tersebut akan disuplai oleh pembangkit lainnya yang tidak mengalami gangguan pada system.
Load shading adalah pelepasan beban bertahap ketika suatu system mengalami gangguan.
Adapun kesalahan yang dapat terjadi pada percobaan ini adalah praktikan salah dalam
merangkai atau salah menaruh komponen dikarenakan gambar rangkaian modul yang kecil, jadi
beberapa praktikan salah membuat komponenya dikarenakan kurang jelas. Kesalahan lainnya
yaitu kesalahan dalam menginput nilai atau merating komponen pada rangkaian. Lalu terdapat
bug pada aplikasi ETAP yang kita gunakan yaitu terkadang kita sudah merating komponen
namun dikarenakan bug nilai yang kita input tidak masuk. Jadi sehingga membuat keliruan.
Untuk meminimalisir bug tersebut kita harus sering mengsave rangkaian kita agar tersimpan
sebelum terjadi bug tersebut.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
X. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari modul 5 yang berjudul kestabilan transient dan pengaruhnya bagi
system tenaga listrik yaitu antara lain:
1. Kita dapat mengetahui dan menganalisa bagaimana kestabilan pada pembangkit
Ketika adanya kehilangan pembangkit pada waktu tertentu.
2. Kita dapat mengetahui dan menganlisa bagaimana kestabilan pada pembangkit pada
saat di hubung singkat pada transmisi line dalam waktu tertentu
3. Kita dapat mengetahuidan menganalisa bagaimana kestabilan pada pembangkit pada
pelepasan beban secara tiba tiba pada waktu tertentu

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
XI. REPORT

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
XII. PERTANYAAN
1. Apa yang menyebabkan terjadinya permasalahan kestabilan transient?
2. Ketika terjadi perubahan frekuensi saat ada gangguan pada sisitem tenaga listrik,
jelaskan cara untuk mengatur frekuensi system agar dapat kembali ke kondisi operasi
normal?
3. Jelaskan perbedaan antara load shedding dan load sharing pada sistem?
4. Saat terjadi pelepasan beban, mengapa tegangan sisitem naik secara tiba-tiba?
Jelaskan!
5. Saat terjadi kehilangan pembangkit, mengapa tegangan system turun secara tiba-tiba?
Jelaskan!

Jawab:
1. Penyebabnya ada pada Beban lebih akibat lepasnya satu generator dari
sistem.,Hubungan singkat (short circuit).,Starting pada motor.,Pelepasan beban yang
mendadak. Parameter kestabilan adalah kestabilan sudut rotor, kestabilan frekuensi ,
kestabilan tegangan.
2. Perubahan frekuensi dalam sistem dipengaruhi oleh perbandingan daya yang
dibangkitkan dengan daya yang diserap oleh konsumen. Sehingga untuk mengatur
frekuensi agar kembali normal yaitu dengan membuat daya yang dihasilkan dengan
daya yang digunakan sama.
3. Load shadding adalah pelepasan beban sedangkan load sharing adalah pembagian
beban pada system tenaga listrik
4. Dikarenakan katup governor pada system terbuka secara tiba-tiba yang menyebabkan
nilai tegangan naik secara drastic, dan Ketika governor mulai merespon maka tegangan
akan Kembali ke keadaan stabilnya.
5. Pembangkit atau yang menyuplai daya awalnya 3 ketika kehilangan menjadi dua ,
maka yang menghasilkan daya akhirnya berkurang lalu terjadinya jatuh tegangan
kemudian daya yang disuplai dibagikan ke pembangkit yang masih hidup atau tidak
mengalami gangguan.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN

Anda mungkin juga menyukai