NIM : 202011248
Kelas :F
2. 15 November 2022
3. 22 November 2022
4. 29 November 2022
5. 6 Desember 2022
Asisten : Nadiatuljanah
I. TUJUAN
1. Mempelajari fungsi ETAP dalam system tenaga listrik.
2. Dapat memahami cara pengoprasian program software ETAP.
3. Dapat menggambar diagram saluran tunggal sistem tenaga listrik dan setting beberapa
komponen komponen pada software ETAP.
2. PEMBANGKIT
Pada unit pembangkit terdapat generator yang berfungsi menghasilkan daya
listrik, biasanya generator digunakan merupakan generator AC 3 fasa, yang juga disebut
generator sinkron atau altenator. Atau unit pembangkit yaitu komponen sistem tenaga
listrik yang berfungsi mengkonversikan sumber daya energi primer menjadi sebuah
energi listrik.
3. TRANSMISI
Transmisi pada sistem tenaga listrik berfungsi untuk menyalurkan energi listrik
dari unit-unit pembangkit yang tersebar menuju ke sistem distribusi yang akhirnya
menyuplai beban. Transmisi diklasifikasikan berdasarkan jenis saluran, jarak dan level
tegangan.
Laboratorium Sistem Tenaga Listrik
Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
4. DISTRIBUSI
Single line diagram adalah gambar listrik satu garis yang menjelaskan sistem
kelistrikan pada gardu induk secara sederhana sehingga memudahkan mengetahui
kondisi dan fungsi-fungsi dari setiap bagian peralatan instalasi yang terpasangsehingga
memudahkan dalam membaca dan memahami diagram gambar listrik yang kemudian
berfungsi untuk operasi maupun pemeliharaan peralatan listrik.
5. BEBAN
Beban Listrik adalah segala sesuatu yang ditanggung oleh pembangkit listrik
atau bisa disebut segala sesuatu yang membutuhkan tenaga/daya listrik. Beban listrik
dikatakan juga sebagai hambatan/resistan(Resistance) dalam ilmu listrik dimana dapat
dirumuskan pada hukum ohm, Hukum Ohm adalah suatu pernyataan bahwa besar arus
listrik yang mengalir melalui sebuah penghantar selalu berbanding lurus dengan beda
potensial yang diterapkan kepadanya.
1. Dengan mengacu pada sistem tenaga listrik yang tergambar pada gambar s/dgambar,
gambarkanmodel one-line-diagram yang lengkap dari sistem tenaga listrik tersebut
pada software analysis sistem tenaga ETAP
2. Dengan menggunakan data yang ada pada tabel s/d tabel , lengkapi data base dari
peralatan padasistem tenaga listrik di atas!
3. Analisa data yang dapat langsung digunakan, dan data yang perlu dikonversi lebih
lanjut! Amatiasumsi-asumsi yang diperlukan dalam pengisian data.
4. Pada menu bar project, klik information dan standard, lalu isi data seperti di bawah ini:
A. Generator
Mvar
PLTU Unit I 5 MW 11 90 % Typical Data
Control
Mvar
PLTU Unit II 5 MW 11 90 % Typical Data
Control
Mvar
PLTU Unit III 5 MW 11 90 % Typical Data
Control
Voltage
PLTD 5 MW 6,6 90 % Typical Data
Control
PF
PLTA 5 MW 6,6 90 % Typical Data
Control
PLTU Unit I
PLTU Unit II
PLTD
PLTA
Grid Trans_TET 20 20 5
B. Power Grid
C. PV Array
Inverter
kW : 7,78
V DC : 0,4 kV
Eff : 90%
PF : 100%
V AC : 0,4 kV
Trafo Tng II
6,6 500 25 Z & X/R Resistor 40 Resistor 40
-
6,6/150 kV Ω Ω
Trafo IBT
500 150 17 Z & X/R Resistor 40 Resistor 40
500/150 kV - Ω Ω
Trafo Dist I
150 20 6 Z & X/R Resistor 40 -
150/20 kV - Ω
Trafo Dist II
150 20 10 Z & X/R Resistor 40 -
150/20 kV - Ω
Trafo Dist. I
20 0,4 2 Z & X/R - Resistor 40
-
20/0,4 kV Ω
Trafo Dist. II
20 0,4 1,3 Z & X/R - Resistor 40
-
20/0,4 kV Ω
Trafo Dist.
20 0,4 1,5 Z & X/R - - Resistor 40
III
Ω
20/0,4 kV
E. Static Load
ID kVA kV % PF
F. Lumped Load
ID kVA kV % PF
Lump6 1500 20 85
Lump7 1000 20 85
G. Induction Machine
ID HP kV % PF
Mtr1 1500 20 75
Mtr2 1000 20 85
H. Synchronous Motor
ID HP kV % PF
I. Transmission Line
ID Length (km)
SUTET I 100
SUTT I 80
SUTT II 60
SUTT III 60
SUTT V 80
Impedance (User-Defined)
Gambar Cmtr1
Untuk memudahkan perhitungan dan analisa aliran daya, rugi-rugi daya, serta besar
voltage drop dapat digunakan bantuan perangkat lunak (software engineering) sehingga
dapat dilakukan lebih cepat dan akurat. Software ETAP dipilih karena kemudahan dalam
pengoperasian, kecepatan dalam iterasi, dan keakurasian dalam perhitungan sehingga
proses perhitungan dapat dengan mudah dan cepat. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk
mempelajari fungsi dari software ETAP dalam menganalisis sistem tenaga listrik,
mempelajari cara membuat Single Line Diagram (SLD) dengan menggunakan software
ETAP 12.6, dan mempelajari konsep aliram daya (Load Flow) dalam sistem tenaga listrik.
Salah satu fitur yang dapat digunakan pada software ETAP adalah analisa aliran daya.
Percobaan aliran daya ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik aliran daya yang berupa
pengaruh dari variasi beban dan rugi-rugi transmisi pada aliran daya serta mempelajari
adanya tegangan jatuh di sisi beban. Aliran daya berupa besar daya yang dibangkitkan,
besar rugi-rugi yang terjadi, besar arus yng mengalir pada sistem serta nilai voltage drop
dari sistem. ETAP (Electric Transient and Analysis Program) merupakan suatu perangkat
lunak yang mendukung sistem tenaga listrik. Perangkat ini mampu bekerja dalam keadaan
offline untuk simulasi tenaga listrik dan online untuk pengelolaan data dan kendali sistem
Sistem ini memiliki minimal dua penyulang sekaligus dengan tambahan Automatic
Change Over Switch / Automatic Transfer Switch, dan setiap penyulang terkoneksi ke
d. Sistem Spindel
Sistem Spindel seperti gambar berikut adalah suatu pola kombinasi jaringan dari
pola Radial dan Ring. Spindel terdiri dari beberapa penyulang (feeder) yang tegangannya
diberikan dari Gardu Induk dan tegangan tersebut berakhir pada sebuah Gardu Hubung
(GH).
Pada sebuah sistem spindel biasanya terdiri dari beberapa penyulang aktif dan
sebuah penyulang cadangan (express) yang akan dihubungkan melalui gardu hubung. Pola
spindel biasanya digunakan pada jaringan tegangan menengah yang menggunakan kabel
tanah atau saluran kabel tanah tegangan menengah (SKTM). Namun pada
pengoperasiannya, sistem spindel berfungsi sebagai sistem radial. Di dalam sebuah
penyulang aktif terdiri dari gardu distribusi yang berfungsi untuk mendistribusikan
tegangan kepada konsumen baik konsumen tegangan rendah (TR) atau tegangan menengah
(TM).
SUMBER :
http://lib.unnes.ac.id/21127/1/5301410042-S.pdf
http://eprints.umg.ac.id/937/3/BAB%20II.pdf
1. Pada Rangkaian yang anda telah buat, konfigurasi rangkaian apa yang anda pakai ? Dan
berikan alasan anda mengapa memilih menggunakan konfigurasi itu!
2. Apa yang anda ketahui mengenai mode generator yang ada pada ETAP? Jelaskan definisi
mode operasi generator Swing, Voltage Control, Mvar Control, dan PF Control! Jelaskan
mengapa dalam SLD harus ada minimal 1 generator yang bermode Swing!
3. Jelaskan cara mengatur beban static load menjadi 100% beban motor !
4. Jelaskan perbedaan dari Single Busbar dan Doubel Busbar (minimal 3 poin) !
5. Jelaskan perbedaan pengisian rating atas dan bawah pada komponen Generator
JAWABANNYA
1. Konfigurasi yang saya gunakan pada rangkaian tugas akhir adalah konfigurasi radial
memiliki Kelebihan : dari segi ekonomi lebih murah karena peralatan yang digunakan
sedikit di banding konfigurasi lain. Kekurangannya kehandalannya kurang
2. Terdapat empat mode generator di program software ETAP. Yang pertama ada mode swing
untuk menstabilkan system tenaga listrik pada rangkaian. Kedua ada mode Voltage Control
kita dapat mengatur tegangan dan daya aktifnya. Ketiga ada mode MVAR control kita
dapat mengatur daya aktif dan reaktifnya. Dan yang terakhir ada mode PF control kita dapat
mengatur tegangan dan factor dayanya. Alasan dalam SLD harus ada 1 generator bermode
swing adalah, dikarenakan mode swing digunakan untuk menstabilkan system tenaga
listrik, jadi dibutuhkan minimal 1, dan juga swing merupakan refrensi bagi system.
3. Dengan cara membuka nameplate pada lumped load , kemudia ubah Load Type nya
sampe constant kva yang diatas menunjukan 100%.
Laboratorium Sistem Tenaga Listrik
Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
4. Single busbar : - Busbar yang lebih sederhana
- Lebih sedikit memerlukan ruang pada penggunaanya
- Dan juga system yang ekonomis
5. Perbedaan rating atas dan bawah pada generator adalah rating yang diatas merupakan
kapasitas maksimum dari sebuah generator , sedangkan rating yang dibawah merupakan
kapasitas yang digunakan pada sebuah generator.
I. TUJUAN
1. Mempelajari konsep dan tujuan Analisa aliran daya dalam system tenaga listrik.
2. Menganalisa masalah masalah aliran daya pada system tenaga listrik.
1. Bus berayun (swing bus) atau juga dinamakan dengan slack bus yang dipilih dari bus
yang menjadi sumber tenaga listrik/pembangkit terbesar dan bertindak sebagaibus yang
akan memikul semua rugi daya pada sistem. Bus ini dinamai juga sebagaibus referensi
dimana magnitude tegangan dan sudut fase tegangan sudah ditentukan.
2. Bus kontrol tegangan (voltage control bus). Bus ini memiliki besar tegangan dan daya
reaktif tertentu. Pengaturan daya reaktif yang disuplai atau diserap dimaksudkan untuk
mengendalikan tegangan pada bus. Bus ini disebut juga dengan bus P-V dan biasanya
pembangkit/generator dipilih sebagai bus kontrol.
3. Bus beban (load bus). Daya aktif dan daya reaktif pada bus ini diketahui sedangkan
magnitude/besar tegangan dan sudut fase tegangan harus dicari melalui proses iterasi
sampai diperoleh nilai tertentu atau konvergensi telah dipenuhi dengan ketelitian
tertentu. Bus ini juga disebut dengan bus P-Q.
Untuk melakukan kalkulasi aliran daya, terdapat 3 metode yang biasa digunakan:
1. Sistem Gauss-Seidel– Seidel
Method Sistem Gauss-Seidel adalah salah satu jenis analisis yang paling umum.
Keunggulan dari sistem ini adalahkesederhanaannya dalam pengoperasian, daya
komputasi yang diperlukan terbatas, dan waktu penyelesaian yang lebih sedikit. Namun,
tingkat konvergensinya yang lambat menghasilkan banyak iterasi.Jumlah bus yang lebih
banyak meningkatkan iterasi ini.
2. Metode Newton–Raphson
Metode Newton-Raphson adalah metode yang lebih canggih, menggunakan
konvergensi kuadrat, dan dapat digunakan untuk situasi yang lebih kompleks. Metode
ini membutuhkan lebih sedikit iterasi untuk mencapai konvergensi, danoleh karena itu
juga membutuhkan lebih sedikit waktu komputer. Ini juga lebihakurat karena kurang
sensitif terhadap faktor-faktor rumit seperti pemilihan buskendur atau transformator
regulasi. Salah satu kelemahannya adalah pemrograman.
3. Fast Decoupled Method
Keuntungan utama dari metode ini adalah menggunakan lebih sedikit memori
komputer. Kecepatan kalkulasi 5x lebih cepat daripada metode Newton – Raphson,
menjadikannya pilihan populer untuk manajemen jaringan listrik secara real-time.
Namun, ini bisa menjadi kurang akurat karena asumsi digunakan untuk mendapatkan
penghitungan cepat. Karena lebih sulit untuk mengubah program komputer ini untuk
mencari masalah lain seperti keamananatau aliran sistem daya, cakupannya menjadi
terbatas.
S = V I (VA) = I2Z
Plooses = I2.R
Dimana:
Plooses : Rugi-rugi daya aktif (W)
I = Arus (A)
R = Hambatan (Ohm)
Qlooses = I2.X
Dimana:
Qlooses : Rugi-rugi daya reaktif (Var)
I = Arus (A)
X = Reaktansi (Ohm)
Bus Generator adalah bus yang memiliki pengaturan daya reaktif yang dapat
dikontrol agar tegangangnya pasti. Bus ini juga dinamakan sebagai PV Bus karena terdiri
dari parameter berupa Daya (P) dan Tegangan (V) Bus Referensi adalah Bus yang menjadi
penghubung untuk memberikan suplai ketika terjadi kebutuhan DayaAktif(P) dan
dayaReaktif (Q) didalam Sistem Tenaga Listrik. Bus ini memiliki Parameter berupa
Tegangan (V) dan Sudut Fasa (ẟ). Pada suatu Sistem Tenaga Listrik hanya terdapat 1 Bus
Referensi sebagai Tempat Pembangkit atau Generator dengan kapasitas terbesar didalam
Sistem Tenaga Listrik. Bus Beban adalah Bus yang memiliki hubungan dengan Tahap
akhir dari suatu Sistem Tenaga Listrik yaitu Beban. Bus Beban memiliki Parameter yaitu
Daya Aktif (P) dan Daya Reaktif (Q) sehingga Bus ini juga dapat disebut sebagai PQ Bus.
Sistem Distribusi Listrik Primer adalah Jaringan Sistem Tenaga Listrik yang
dikelompokkan sebagai jaringan tegangan menengah yaitu sebesar 20 kV jaringan ini pada
dasarnya dipergunakan untuk menyalurkan listrik dari pusat pembangkitan atau bisa
disebut sebagai Gardu Induk listrik menuju ke Pusat Beban dengan berupa melalui Saluran
Udara maupun Tanah. Jaringan ini memiliki beberapa macam model yaitu Jaringan Radial,
Laboratorium Sistem Tenaga Listrik
Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
Jaringan Hantaran Penghubung, Jaringan Spindel dan Jaringan Loop Daya adalah Asas
terjadinya energi listrik yang dengannya dapat memungkinkan muncul Tenaga listrik yang
dapat dipergunakan dengan Watt sebagai satuannya. Dalam Sistem Tenaga Listrik dua arah
(bolak balik atau Alternating Current = AC), Daya menggunakan Konsep Segitiga Daya
dalam pengaplikasiannya. Disebabkan dalam Sistem AC tentu memiliki beberapa hal yang
dapat menyebabkan tidak sesuainya jumlah Daya awal. Segitiga daya terdiri atas Daya
Aktif (P), Daya Reaktif (Q) dan Daya semu (S) yang menjadi Jumlah Daya pasti dalam
Rangkaian AC,
Jumlah Iterasi = 3
QLooses = I2 .X
= 42,22 X 0,0898
= 159,9194 Var
Plosses = I2 .R
=42,22 X 0,061042
= 108,7060 W
SUTR I = I2 .X
= 7652 X 0,071
= 41550,975Var
Plosses = I2 .R
=7652 X 0,061042
= W
dimana I = Arus(Ampere) , R = hambatan (Ohm) dan 3 merupakan fasanya dan L sama dengan
𝐼 2 .𝑅 . 3 .𝐿
Panjang kawat atau saluran . Rugi rugi daya reaktif dengan rumus Qlossess = dimana I
1000
= Arus, X = Reaktansi (Ohm) dan 3 merupakan fasanya dan L sama dengan Panjang kawat atau
saluran .
Pada percoban ini melakukan simulasi analisa alirqan daya dengan menggunakan
program software ETAP. Terdapat dua standart yang digunakan untuk melakukan Analisa
system tenaga listrik. Yaitu IEC (International Electrotechnical Commission) dan ANSI
(American National Standard Institute). IEC biasanya standar yang digunakan di beberapa negara
JAWABANNYA
1. Pada rangkaian di modul 2 ini kitab isa lihat pad bus GI KIT IB tanda panah yang
menujukan ke arah bus itu menandakan bahwa generator menyuplai daya aktif 3000
kW, 2500 kW,2000 kW dan daya reaktif 900 kVAR, 500 kVAR, 500 kVAR.
Kemudian tanda panah menuju ke arah komponen itu menunjjukan bahwa trafo
menyerap daya sebesar 7500 kW dan 1900 kVAR. Pada GI KIT I, arah tanda panah
menuju komponen artinya SUTT I menyerap daya aktif sebesar 7487 kW dan 1645
kVAR.
2. Alasan dalam system tenaga listrik harus ada 1 generator bermode swing adalah,
dikarenakan mode swing digunakan untuk menstabilkan system tenaga listrik, jadi
dibutuhkan minimal 1, dan juga swing merupakan refrensi bagi system
3. Rugi rugi daya adalah daya yang hilang ketika pengaliran daya dari pembangkit ke
generator. Rugi rugi daya disebabkan oleh jatuh tegangan .beberapa factor yang
mempengaruhi rugi rugi daya ada arus , hambatan , reaktansi dan Panjang kawat atau
saluran
4. - Jika bus berwarna Merah artinya level tegangan dalam kondisi kritis.
- Jika bus berwarna Pink artinya level tegangan dalam kondisi marginal.
- Jika bus berwarna hitam artinya level tegangan dalam kondisi standard
5. SKUTM I :
QLooses = I2 .X
= 42,22 X 0,0898
= 159,9194 Var
Laboratorium Sistem Tenaga Listrik
Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
SUTR I = I2 .X
= 7652 X 0,071
= 41550,975Var
6. SKUTM I :
Plosses = I2 .R
=42,22 X 0,061042
= 108,7060 W
Plosses = I2 .R
=7652 X 0,061042
= W
7. Ada pengaruh, cara mengubahnya yaitu membuka menu load flow , lalu klik edit study
case , lalu pada menu info akan ditampilkan method, pilih metode kalkulasi apa yang
akan digunakan.
I. TUJUAN
1. Memahami konsep penyaluran tenaga listrik pada sistem transmisi dan distribusi.
2. Menganalisa nilai arus dan tegangan pada kondisi berbeban dan tidak berbeban.
1. Saluran Udara Ekstra Tinggi (SUTET) 200 kV – 500 Kv. Tujuannya adalah agar drop
tegangan dari penampang kawat dapat direduksi secara maksimal, sehingga
diperoleh operasional yang efektif dan efisien.
2. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 30 kV – 150 kV, Jarak terjauh yang
palingefektif dari saluran transmisi ini ialah 100 km. Jika jarak transmisi lebihdari
100 km maka tegangan jatuh (drop voltage) terlalu besar, sehinggategangan diujung
transmisi menjadi rendah.
3. Saluran Kabel Tegangan Tinggi ( SKTT ) 30 kV – 150 kV. Saluran transmisi
dipasang di kota-kota besar menggunakan kabel bawah tanah.
Pembagian Jaringan Distribusi Tenaga Listrik
Sistem jaringan distribusi tenaga listrik dapat dibedakan berdasarkan tegangan, arus dan
sistem penyaluran.
1. Tegangan
Berdasarkan sumber arus listrik maka sistem jaringan distribusi dapat dibedakan menjadi
2 (dua) jenis, yaitu :
a. Jaringan Distribusi AC
b. Jaringan Distribusi DC
Jaringan distribusi arus searah (DC) jarang digunakan, walaupun ada untuk
daerah tertentu. Penggunaan jaringan DC ini dilakukan dengan jalan menyearahkan
terlebih dahulu arus AC (bolak-balik) ke arus DC (searah) dengan alat penyearah
converter, sedangkan untuk merubah kembali dari arus bolakbalik ke arus searah
digunakan alat inverter. Dari kedua sistem iniyang banyak digunakan adalah sistem
distribusi arus bolak-balik (AC).
3. Sistem Penyaluran
Saluran udara merupakan sistem penyaluran tenaga listrik melalui kawat penghantar
yang ditompang pada tiang listrik.
Saluran bawah tanah merupakan sistem penyaluran tenaga listrik melalui kabel yang
ditanamkan di dalam tanah.
Karakteristik Beban Listrik
Dalam sistem listrik arus bolak-balik (AC) karakteristik beban listrik dapat diklasifikasikan
menjadi tiga macam, yaitu :
a). Beban Resistif (R)
b). Beban Induktif (L)
c). Beban Kapasitif (C)
Pemodelan Beban
a) Constant Power
Beban Constant power akan menjaga daya yang disuplai ke beban tetap
konstan. Pada beban constant power nilai daya aktif dan daya reaktif yang tidak
DAFTAR PUSTAKA
Objectives:
Pengukuran dan interpretasi rasio arus dan tegangan saluran transmisi dengan
Tanpa beban.
Equipment:
• Three Phase Power Supply
• Power Circuit Breaker
• Three Phase Transformer TL415KV
• Transmission Line Model TL415KV
• Electrical Meter
Experiment procedure
1. Buatlah rangkaian sesuai dengan diagram gambar 5 di atas.
2. Setel sisi primer trafo tiga fasa pada sambungan STAR 415V dan menggunakan
bridging plug dan konektor dan setel sisi sekunder ke bintang Vo +5%. (Catatan: Vo
adalah 380VAC)
3. Masukkan semua busi penghubung yang menghubungkan ke kapasitansi ke model
saluran udara.
4. Masukkan nilai terukur ke dalam pengamatan.
Objectives:
Pengukuran dan interpretasi rasio arus dan tegangan saluran transmisi dengan beban
Resistif.
Experiment procedure
1. Buatlah rangkaian sesuai dengan diagram gambar 5 di atas.
2. Setel sisi primer trafo tiga fasa pada sambungan STAR 415V dan menggunakan
bridging plug dan konektor dan setel sisi sekunder ke bintang Vo +5%. (Catatan: Vo
adalah 380VAC)
3. Masukkan semua busi penghubung yang menghubungkan ke kapasitansi ke model
saluran udara.
4. Untuk mengakhiri terminal saluran, sambungkan beban induktif ohmik seimbang fase
pohon.
5. Atur nilai resistansi beban menjadi 200 ohm.
6. Nilai awal meningkatkan nilai resistansi secara bertahap ke 600, 800 dan 1K ohms
dalam urutan itu.
Objectives:
Pengukuran dan interpretasi rasio arus dan tegangan saluran transmisi dengan beban
induktif ohmik campuran dan induktif murni.
Equipment:
• Three Phase Power Supply
• Power Circuit Breaker
• Three Phase Transformer TL415KV
• Transmission Line Model TL415KV
• Electrical Meter
• Inductive Load
• Resistive Load
2. Setel sisi primer trafo tiga fasa pada sambungan STAR 415V dan menggunakan
bridging plug dan konektor dan setel sisi sekunder ke bintangVo +5%. (Catatan: Vo
adalah 380VAC)
3. Masukkan semua busi penghubung yang menghubungkan ke kapasitansi ke model
saluran udara.
4. Untuk mengakhiri terminal saluran, sambungkan beban induktif ohmik seimbang fase
pohon.
5. Atur nilai resistansi beban menjadi 200 ohm dan mulai dengan nilai beban induktif
1,2H.
6. Nilai awal meningkatkan nilai resistansi secara bertahap ke 600, 800 dan 1Kohms
dalam urutan itu.
7. Untuk setiap langkah, ukur besaran besaran, yakni Tegangan V₁, Arus I₁, Daya Aktif
P₁ dan daya reaktif Q₁ di awal saluran, dan tegangan V₂, arus I2 dan Cos di ujung
saluran.
8. Masukkan nilai terukur ke dalam tabel pengamatan.
10. Sekarang lepaskan sambungan ke beban resistif dan ulangi pengukuran untukL=1.2H.
Objectives:
Pengukuran dan interpretasi rasio arus dan tegangan saluran transmisi dengan beban
kapasitif ohmik campuran dan kapasitif murni.
Equipment:
• Three Phase Power Supply
• Power Circuit Breaker
• Three Phase Transformer TL415KV
• Transmission Line Model TL415KV
• Electrical Meter
• Capacitive Load
• Resistive Load
Sistem transmisi listrik merupakan sistem yang berfungsi untuk mengalirkan listrik dari
pembangkit ke gardu listrik utama (main substation). Umumnya, pembangkit listrik dan
substation terpisah dengan jarak yang cukup jauh, berkisar antara 300 km hingga 3000 km.
Akibatnya, panjangnya jarak tersebut dapat berdampak pada besarnya rugi-rugi listrik,
salah satunya adalah disipasi panas. Salah satu cara untuk meminimalisir besarnya rugi-
rugi listrik saat proses penyaluran adalah dengan memperbesar tegangan listrik. Pada
sistem transmisi listrik, tegangan listrik mencapai 550kV. Listrik yang dihasilkan oleh
generator biasanya memiliki tegangan sebesar 15 kV hingga 25 kV. Tegangan ini terbilang
rendah untuk dapat ditransmisikan dalam jarak yang sangat jauh. Dua parameter yang
menentukan daya listrik adalah tegangan dan arus seperti pada persamaan: Daya =
Tegangan x Arus. Dengan demikian, dengan nilai daya tertentu, apabila tegangan rendah,
maka arus listrik tinggi. Tingginya arus listrik akan berdampak pada besarnya kerugian
listrik saat melalui sistem transmisi, karena kuadrat arus proporsional dengan energi yang
terdisipasi dalam bentuk panas. Dengan demikian, listrik yang keluar dari generator akan
ditingkatkan tegangannya dengan menggunakan transformator. Ketika tegangan listrik
sudah cukup tinggi, kemudian listrik ditransmisikan melalui overhead lines atau yang
dikenal dengan sebutan SUTET (Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi).
Overhead lines terdiri dari tiga komponen utama yaitu konduktor, insulator dan tower.
Konduktor merupakan suatu kabel yang memiliki peran sebagai media penyaluran listrik.
Material yang digunakan untuk konduktor biasanya merupakan paduan aluminium yang
Laboratorium Sistem Tenaga Listrik
Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A Manurung
2020-11-248
memiliki konduktifitas listrik yang tinggi. Konduktor ini kemudian dibalut oleh insulator
listrik dan termal untuk mengurangi listrik yang terbuang ke lingkungan dalam bentuk rugi-
rugi listrik seperti panas. Ujung-ujung konduktor tersambung ke tower. Tower dilengkapi
dengan penangkal petir untuk menghindari kerusakan sistem akibat petir yang dapat
berdampak pada terhentinya penyaluran listrik. Jarak antara kedua tower tidak boleh terlalu
jauh karena dapat berakibat pada melengkungnya konduktor sampai batas yang dianggap
tidak lagi aman bagi lingkungan sekitar. Jarak vertikal antara konduktor dengan permukaan
tanah (ground clearance) harus dibatasi, biasanya antara 5 m hingga 7 m bergantung pada
besarnya tegangan listrik yang melalui sistem transmisi tersebut. Pembatasan ground
clearance menjadi sangat esensial karena sistem transmisi listrik dapat berdampak serius
pada kesehatan manusia. Salah satu contoh imbasnya pada manusia adalah dapat
menimbulkan rasa pusing, insomnia, atau bahkan masalah serius pada kesehatan seperti
leukemia dan kanker. Tegangan listrik yang sampai ke konsumen umumnya sebesar 120 V
atau 230 V. Tentunya nilai ini sangat jauh lebih kecil dibanding besar tegangan saat awal
transmisi (550 kV). Pada proses transmisi listrik, listrik yang disalurkan mengalami tiga
tahap proses penurunan tegangan (step down voltage) menggunakan trafo yang terdapat
pada gardu listrik. Tahap pertama yaitu ketika listrik bertegangan 550 kV mengalir
melaluioverhead lines kemudian sampai ke gardu listrik pertama. Di gardu listrik tersebut,
tegangan diturunkan dari 550 kV menjadi 230 kV. Kemudian listrik dialirkan lagi hingga
ke gardu kedua yang memungkinkan tegangan listrik diturunkan dari 230 kV ke 69 kV
yang seterusnya dialirkan kembali melalui overhead line ke gardu ketiga. Saat keluar dari
gardu ini, tegangan listrik menjadi sebesar 12 kV. Proses transmisi listrik berakhir pada
tahap ini. Proses penyaluran listrik selanjutnya diteruskan oleh sistem distribusi listrik.
Fungsi sistem distribusi listrik adalah untuk menyalurkan listrik ke konsumen akhir. Pada
sistem distribusi listrik, media transportasi listrik bisa juga melalui overhead lines, dengan
ukuran kabel yang tidak sebesar pada sistem transmisi listrik, dan melalui underground
cable. Listrik bertegangan 12 kV mengalir melalui kabel sampai ke gardu listrik untuk
menjalani proses penurunan tegangan menjadi 120 V atau 230 V yang siap digunakan oleh
konsumen. Dengan demikian, sistem kelistrikan pada prinsipnya terdiri dari tiga proses
utama dari hulu ke hilir, yaitu proses pembangkitan listrik (power generation), proses
transmisi listrik (power transmission).
Sifat Sifat Beban
• Beban Resistif
Beban resistif adalah suatu beban listrik yang memiliki sifat resistif (resistan), sehingga
• Beban Induktif
Beban induktif adalah suatu beban listrik yang bersifat induktif (induksi), sehingga prinsip
kerjanya adalah sistem induksi magnetik atau medan magnet. Peralatan listrik yang cara
kerjanya menggunakan beban induktif, pada umumnya komponen peralatan listrik tersebut
terdiri dari bahan induktor yang berupa kawat penghantar yang dibentuk menjadi
kumparan. Kumparan tersebut dibutuhkan oleh peralatan listrik untuk menciptakan medan
magnet sebagai komponen kerjanya. Pembangkitan medan magnet pada kumparan inilah
yang menjadi beban induktif pada rangkaian arus listrik. Contoh peralatan listrik yang
memakai prinsip kerja beban induktif adalah motor listrik atau dinamo seperti pada (pompa
air, kipas angin, mesin cuci, blender dll) atau transformator (trafo), mesin las dan beberapa
peralatan listrik yang bekerja menggunakan prinsip kerja medan magnet lainnya. Prinsip
kerja beban induktif bekerja dengan mengandalkan medan magnet seperti halnya pada
motor listrik yang dapat berputar karena adanya pembangkit medan magnet pada sisi stator
untuk menginduksi rotor, sehingga pada rotor tercipta medan magnet lawan yang akan
mengikuti medan magnet pada sisi stator. Beban untuk membangkitkan medan magnet
putar pada stator motor induksi tersebut, tentu membutuhkan energi listrik khusus,
sehingga menyebabkan terjadinya daya reaktif.
• Beban Kapasitif
SUMBER:
https://indonesiare.co.id/id/article/pengenalan-sistem-transmisi-dan-
distribusilistrik\
http://hobbytekniklistrik.blogspot.com/2019/05/mengenal-beban-beban-
listrikresistif.html
Jawab:
1. Jenis jenis beban yang ada pada data pengamatan yaitu ada beban inductive load,
resistive load, dan juga beban capasitive load, yang pada beban resistif load ini beban
jika disambungkan dengan transmission maka pada daya aktif, daya reaktif, tegangan,
dan juga arusnya tidak jauh berbeda, jika pada beban inductive load ini beban jika
disambungkan dengan transmission maka pada daya aktif , daya reaktif nya naik,
tegangannya turun , dan juga arusnya naik jauh perbedaannya, jika pada beban
capasitive load ini jika disambungkan dengan transmission maka pada daya aktif, daya
reaktif nya turun, tegangannya naik, dan juga arusnya akan bertambah atau melebihi
dari sebelum di masukan ke beban.
2. Dikarenakan jarak dari pembangkit ke distribusi umumnya jauh, jadi untuk
mengurangi jatuh tegangan yang jauh maka perlu dinaikan tegangan pada transmisi
menggunakan trafo step up.
3. Di karenakan untuk dapat menyesuaikan untuk kepada konsumen konsumen seperti
konsumen daya 20 KV,150 KV, dan juga pada konsumen daya 0,4 KV dan Saluran
transmisi menggunakan trafo step down untuk menurunkan tegangan yang sudah
tinggi yang dinaikkan daritransmisi.
4. Karena pada saluran transmisi menggunakan konduktor tanpa isolasi dan berjaran
sanga dekat antar fasanya sehingga terdapat efek medan magnet konduktor yang
menyebabkan seolah-olaah konduktor tersambung sehingga timbul efek kapasitansi
yang menyuplai daya reaktif pada transmisi.
I. TUJUAN
1. Menganalisa system transmisi dan distribusi yang terjadi jatuh tegangan di bawah
standar.
2. Memperbaiki jatuh tegangan dengan melakukan tap charger pada transformator.
1. Memperbaiki jatuh tegangan dengan pemasangan kapasitor bank.
2. Menganalisa system tenaga listrik yang memiliki factor daya dibawah standar.
3. Memperbaiki factor daya dengan pemasangan kapasitor.
Sistem kelistrikan antar pusat pembangkit dan pusat beban pada umumnya
terpisah dalam jarak ratusan bahkan ribuan kilometer, jarak yang sangat jauh ini akan
menyebabkan jatuh tegangan (drop voltage). Sehingga untuk mencegah kerugian
daya yang diakibatkan jaringan transmisi yang sangat jauh, maka dibutuhkan
tegangan dari pembangkit listrik yang sangat tinggi, agar kerugian tegangan tersebut
dapat diatasi. Ada beberapa faktor juga yang dapat menyebabkanrugi – rugi tegangan
dan jatuh tegangan diantaranya faktor korona dan faktor kebocoran isolator yang
dikarenakan tegangan pada pangkal pengiriman dengan tegangan pada ujung
penerimaan ada perbedaan (sujatmiko,2009).
Ada 2 cara untuk memperbaiki jatuh tegngan yaitu :
1. Pemasangan Tap Changer
2. Pemasangan Kapasitor Bank
A. TAP CHANGER
Tap changer adalah alat perubah perbandingan transformasi untuk
mendapatkan tegangan operasi sekunder yang lebih baik (diinginkan) dari
tegangan jaringan / primer yang berubah-ubah. Untuk memenuhi kualitas
tegangan pelayanan sesuai kebutuhan konsumen (PLN Distribusi), tegangan
Laboratorium Sistem Tenaga Listrik
Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
keluaran (sekunder) transformator harus dapat dirubah sesuai keinginan. Untuk
memenuhi hal tersebut, maka pada salah satu atau pada kedua sisi belitan
transformator dibuat tap (penyadap) untuk merubah perbandingan transformasi
(rasio) trafo. Ada dua cara mengubah Tap Changer yaitu :
1. Mengubah tap dalam keadaan trafo tanpa beban. Tap changer yang hanya
bisa beroperasi untuk memindahkan tap transformator dalam keadaan
transformator tidak berbeban, disebut “Off Load Tap Changer” dan hanya
dapat dioperasikan manual. Biasanya dioperasikan dengan cara diputar
untuk memilih posisi tap pada trafo (tombol pengaturnya dibagian atas
deksel trafo, diantara Bushing Primer dan sekunder).
2. Mengubah tap dalam keadaan trafo berbeban. Tap changer yang dapat
beroperasi untuk memindahkan tap transformator, dalam keadaan
transformator berbeban, disebut “On Load Tap Changer (OLTC)” dandapat
dioperasikan secara manual atau otomatis.
B. KAPASITOR BANK
Capasitor Bank merupakan peralatan listrik yang mempunyai sifat
kapasitif yang terdiri sekumpulan beberapa kapasitor yang disambung secara
paralel untuk mendapatkan kapasitas kapasitif tertentu. Besaran parameter yang
sering dipakai adalah KVAR (Kilovolt ampere reaktif).
Fungsi Kapasitor dalam system tenaga :
1. Menyuplai daya reaktif sehingga memaksimalkan penggunaan daya
kompleks (KVA).
2. Memperbaiki faktor daya
3. Mengurangi jatuh tegangan
4. Menghindari kelebihan beban trafo
5. Memberi tambahan daya yang tersedia
Laboratorium Sistem Tenaga Listrik
Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
6. Menghindari kenaikan arus dan suhu pada kabel
7. Menghemat daya / efisiensi
Pilihan Pada
No. Tujuan/Sasaran
Seri Paralel
1. Memperbaiki Faktor Daya Kedua Pertama
Memperbaiki tingkat tegangan pada
2. Pertama Kedua
system saluran udara dengan factor
daya normal dan rendah
Memperbaiki tingkat tegangan pada
3. Tidak Pertama
system saluran udara dengan factor
digunakan
daya tinggi
1 PHASA 𝑉𝑑𝑟𝑜𝑝 = 𝐼 × 𝑍
𝐼∙(𝑅∙cos 𝜃+𝑋 ∙ sin 𝜃)
𝑉𝑑𝑟𝑜𝑝 = 𝑙
1000
Keterangan :
Vd = Drop Voltage (V) I = Arus ( A )
R = Resistansi saluran (Ω / km )
X = Reaktansi saluran (Ω / km )
𝑙 = Panjang saluran (Km)
Faktor daya atau power factor (PF) merupakan perbandingan antara daya aktif
(Watt) dan daya semu (VA). Faktor daya mempunyai nilai antara 0 hingga 1 dan
dapat juga dinyatakan dalam persen. Faktor daya yang baik apabila bernilai
mendekati satu. Standar berdasarkan SPLN 70:1985 yaitu sebesar 0,85. Jika PF lebih
kecil dari 0,85 maka kapasitas daya aktif (kW) yang digunakan akan
P
yang mudah di lakukan adalah dengan cara mempersempit sudut 𝜑1 sehingga
menjadi 𝜑2. Usaha untuk memperkecil sudut phi itu hal yang mungkin dilakukan
adalah memperkecil komponen daya reaktif (VAR). Perbaikan factor daya dapat
diilustrasikan seperti gambar dibawah ini :
Gambar Perbaikan Faktor Daya
Berdasarkan gambar Segitiga Daya maka didapatkan:
𝑄
tan 𝜃 = 𝑃 (Persamaan 2.3)
𝑄𝑐 = 𝑄1 − 𝑄2 (Persamaan 2.5)
DAFTAR PUSTAKA
[1] Fahmi Hakim, M. (n.d.). Analisis Kebutuhan Capacitor Bank.
[2] al Bahar, A. K. (2017). ANALISA PENGARUH KAPASITOR BANK
TERHADAP FAKTOR DAYA GEDUNG TI BRI RAGUNAN. Jurnal Ilmiah
Elektrokrisna, 6(1).
[3] Filani, H,, Nasir, A,, & Sunarno, E, 2011, Perbaikan Faktor Daya Pada Instalasi
Rumah Tangga 2200 VA Dilengkapi Dengan Display dan Penstabil Tegangan,
Surabaya: PENS.
[4] Sitorus, R. J., & Warman, E. (n.d.). STUDI KUALITAS LISTRIK DAN PERBAIKAN
FAKTOR DAYA PADA BEBAN LISTRIK RUMAH TANGGA MENGGUNAKAN
KAPASITOR.
[5] Jurnal POROS TEKNIK, Volume 6, No. 2, Desember 2014 : 55 – 102
[6] ANALISIS RUGI-RUGI DAYA DAN JATUH TEGANGAN PADA SALURAN
TRANSMISI TEGANGAN TINGGI 150 KV PADA GARDU INDUK PALUR –
MASARAN
3. Catat perubahan nilai Tegangan dan Arus sesudah dilakukannya Tap Transformator
pada tabel pengamatan
4. Pilih BUS yang akan dipasang kapasitor.
5. Apabila bus masih mengalami drop voltage (bus marginal), lakukan perbaikan
tegangan pada BUS yang mengalami drop voltage (Bus marginal) dengan pemasangan
kapasitor bank.
6. Klik Optimal Capasitor Placement
12. Masukkan nilai rating Kapasitor sesuai dengan yang terkalkulasikan oleh
ETAP
Perbaikan Faktor Daya dengan Pemasangan Kapasitor Bank
i. Untuk melakukan perbaikan Faktor daya dengan pemasangan kapasitor Bank, kita
harus melakukan running load flow untuk melihat Daya serta faktor daya sebelum
pemasangan kapasitor bank
ii. ID Bus dan Nilai faktor daya sebelum pemasangan kapasitor bank, catat pada tabel
pengamatan
iii. Pasang kapasitor bank seperti dibawah ini untuk memperbaiki faktor daya pada sistem
iv. Lakukan perhitungan Qc untuk mengetahui besarnya kapasitas kapasitor, dan catatlah
pada tabel pengamatan
v. Masukkan nilai kasitas kapasitor pada Rating Kapasitor
vi. Running load flow kembali dan catat perubahan faktor dayanya dalam tabel
pengamatan.
Drop tegangan ditimbulkan karena adanya resistansi pada penghantar, Besar arus
pada tiap fasa pada jaringan transmisi Akibatnya nilai tegangan di sisi penerima akan
Faktor daya (cos phi) adalah perbandingan antara daya aktif dan daya reaktif yang
digunakan pada sistem Alternating current (AC) atau beda fase antara tegangan dan arus,
Faktor daya yang rendah ini dapat disebabkan oleh pengoperasian beban induktif yang
diakibatkan oleh motor induksi dan unit lain yang memerlukan arus magnetisasi yang
aktif. Jika PF lebih kecil dari 0,85 maka kapasitas daya aktif (kW) yang digunakan akan
berkurang.
Besarnya komponen KW konstan, sedangkan kVA dank VAR berubah dengan perubahan
faktor daya. Bila faktor daya berubah dari cos𝜑1 menjadi cos𝜑2 maka kVAr pada faktor
daya mula-mula adalah kW x tan𝜑 dan kVAr pada kaktor daya yang diperbaiki adalah
kW x tan𝜑2. Jadi besarnya rating daya reaktif kapsitor (Qc) yang dikehendaki untuk
memperbaiki faktor daya.
Sedangkan untuk menentukan daya reaktif yang diperbaiki dapat dicari dengan
menggunakan
SUMBER :
• http://repository.unissula.ac.id/17912/4/Lampiran.pdf
=316,4 Kvar
Arus , R= Resistansi saluran (Ohm / km) , X= reaktansi saluran (Ohm/km) ,l = Panjang saluran
(km). Dapat dillihat dari rumus bahwa yang mempengaruhi terhadinya jatuh tegangan adalah
Panjang kawat , reaktansi , impendansi dan hambatan , dan arus pada sebuah system tenaga
listrik. Cara mengatasi jatuh tegangan yaitu dengan konduktor dengan hambatan jenis yang
kecil, mengganti ukuran kawat, memperbesar tegangan sumber, dan rekonfigurasi jaringan.
Pada modul ini juga mempelajari segitiga daya , yaitu daya aktif , daya reaktif , dan daya
semu. Daya aktif adalah daya yang digunakan untuk melakukan energi yang sebenarnya atau
daya yang diserap oleh beban resistif. Rumusnya adalah P = V . I . cos 𝜑 , dengan satuan
WATT. Daya reaktif adalah daya yang diserap oleh beban induktif. Rumus untuk mencari daya
reaktif adalah Q = V . I . sin 𝜑 dengan satuan VAR. Daya semu adalah keseluruhan daya yang
belum terpakai atau perkalian antara tegangan dan arus. Rumus untuk mencari daya semu
adalah V. I dengan satuan VA. Faktor daya adalah perbandingan antara daya aktif dengan daya
𝑃
semu. Rumusnya yaitu 𝑃𝐹 = cos 𝜃. dimana P merupakan daya aktif dan Q merupakan daya
𝑄
reaktif. standar factor daya pada system dari PLN adalah 0,85.
2. Mengapa pada saat melakukan Tap Changer lebih baik dilakukan pada Tegangan
yang lebih tinggi? Jelaskan dengan menggunakan Rumus Trafo Ideal serta
hubungkan dengan isolasi Trafo
Jawab:
Dikarenakan apabila nilai tegangan pada sisi sekunder lebih besar daripada sisi
primer maka akan terjadi arching (busur api), sesuai dengan rumus ideal trafo
dimana arus sekunder berbanding terbalik dengan tegangan primer
3. Mengapa perbaikan faktor daya lebih baik menggunakan kapasitor yang
diparalelkan? Jelaskan berdasarkan rumus kapasitor!
Jawab:
Agar tak terjadi penyimpanan beban yang sangat besar
4. Hitunglah nilai Qc untuk memperbaiki faktor daya pada sistem hingga nilai faktor
daya yang telah ditetapkan pada SPLN 70:1985!
Jawab:
Qc = P [ tan(𝑐𝑜𝑠 −1 (PF1))-tan( 𝑐𝑜𝑠 −1 (PF2))]
=316,4 Kvar
5. Jelaskan apa yang terjadi jika pada rangkaian terjadi jatuh tegangan?
Jawab:
- Kerja rangkaian akan kurang maksimal
- Alat cepat rusak
I. TUJUAN
1. Untuk mempelajari karakteristik, jenis, dan manfaat Analisa gangguan hubung
singkat.
2. Untuk dapat mengetahui besarnya arus gangguan hubung singkat tiga fasa, satu fasa
ke tanah, dua fasa ke tanah, dan fasa ke fasa pada system tenaga listrik.
3. Untuk menentukan kapasitas pemutus dari circuit breaker.
4. Untuk menentukan distribusi arus gangguan dan tingkat tegangan busbar selama
gangguan.
Hubung singkat merupakan suatu hubungan abnormal (termasuk busur api) pada
impedansi yang relatif rendah terjadi secara kebetulan atau disengaja antara dua titik yang
mempunyai potensial yang berbeda. Istilah gangguan atau gangguan hubung singkat
digunakan untuk menjelaskan suatu hubungan singkat. Gangguan hubung singkat dapat
didefinisikan sebagai gangguan yang terjadi akibat adanya penurunan kekuatan dasar
isolasi antara sesama kawat fasa dengan tanah yang menyebabkan kenaikan arus secara
berlebihan. Untuk mengatasi gangguan tersebut, perlu dilakukan analisis hubung singkat
sehingga sistem Proteksi yang tepat pada Sistem Tenaga Listrik dapat ditentukan.Analisis
hubung singkat adalah analisis yang mempelajari kontribusi arus gangguan hubung singkat
yang mungkin mengalir pada setiap cabang didalam sistem (di jaringan distribusi,
transmisi, trafo tenaga atau dari pembangkit) sewaktu gangguan hubung singkat yang
mungkin terjadi di dalam sistem tenaga listrik.
Pada dasarnya gangguan yang sering terjadi pada sistem saluran distribusi dapat
digolongkan menjadi dua macam yaitu gangguan dari dalam sistem dan gangguan dari luar
sistem. Gangguan yang berasal dari luar sistem disebabkan oleh sentuhan daun/pohon pada
penghantar, sambaran petir, manusia, binatang, cuaca dan lain-lain. Sedangkan gangguan
yang datang dari dalam sistem dapat berupa kegagalan dari fungsi peralatan jaringan,
kerusakan dari peralatan jaringan, kerusakan dari peralatan pemutus beban dan kesalahan
pada alat pendeteksi.
2) Gangguan temporer
Gangguan yang bersifat temporer Gangguan yang bersifat temporer ini
apabila terjadi gangguan, maka gangguan tersebut tidak akan lama dan dapat
normal kembali. Gangguan ini dapat hilang dengan sendirinya atau dengan
memutus sesaat bagian yang terganggu dari sumber tegangannya. Kemudian
disusul dengan penutupan kembali peralatan hubungnya. Salah satu contoh
gangguan yang bersifat temporer adalah gangguan akibat sentuhan pohon yang
tumbuh disekitar jaringan, akibat binatang seperti burung kelelawar, ular,
layangan dan lain sebagainya.
Laboratorium Sistem Tenaga Listrik
Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
c. Berdasarkan Kesimeterisannya.
1) Gangguan simetris
Gangguan simetris adalah gangguan yang terjadi pada semua fasanya
sehingga arus dan tegangan pada masing-masing fasa bernilai sama, yaitu di
antaranya Hubung Singkat 3 fasa dan Hubung singkat 3 fasa ke tanah.
2) Gangguan tak simetris (asimetris)
Gangguan simetris adalah gangguan yang mengakibatkan arus yang
mengalir pada setiap fasa tidak seimbang, yaitu di antaranya hubung singkat 1 fasa
ke tanah, hubung singkat fasa ke fasa, dan hubung singkat 2 fasa ke tanah.
Karena sistemnya seimbang maka urutan negatif dan urutan nol tidak ada,
sehingga diperoleh:
Adapun rumus untuk perhitungan arus hubung singkat yaitu sebagai berikut:
Impedansi urutan
a. Impedansi urutan positif (𝑍1), adalah impedansi tiga phasa simetris yang terukur
bila dialiri oleh arus urutan positif.
b. Impedansi urutan negatif (𝑍2), adalah impedansi tiga phasa simetris yang terukur
bila dialiri oleh arus urutan negatif.
c. Impedansi urutan nol (𝑍0), adalah impedansi tiga phasa simetris yang terukur bila
dialiri arus urutan nol.
𝐼𝐴 = 𝐼1𝐴 + 𝐼2𝐴 + 𝐼0
Gangguan hubung singkat dapat menyebabkan aliran arus menjadi besar, besarnya
arus listrik yang mengalir dapat merusak peralatan listrik jika tidak dilengkapi dengan
sistem proteksi yang tepat. Besar kecil aliran arus hubung singkat dipengaruhi oleh letak
terjadinya gangguan. jika gangguan semakin dekat dengan sumber, maka arus gangguan
akan semakin besar begitu sebaliknya (Amira, 2014). Perluasan sistem tenaga listrik perlu
dianalisa kembali untuk mengetahui rating peralatan pemutus tegangan, misalnya Circuit
Breaker (CB). Supaya Circuit Breaker (CB) dapat mengamankan dari gangguan sistem
tenaga listrik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Suswanto, D. (2010). Analisis Gangguan Pada Jaringan Distribusi. Sistem
Distribusi Tenaga Listrik, 1, 245–272.
2. Stevenson, William D, Jr.,”Analisis Sistem Tenaga Listrik”, Penerbit Erlangga,
Jakarta, 1990.
3. Kumolo, C. (2016). Analisis Aliran Beban pada Sistem Tenaga Listrik di KSO
Pertamina EP – GEO Cepu Indonesia Distrik 1 Kawengan menggunakan Software
ETAP 12.6. Emitor: Jurnal Teknik Elektro, 16(1), 1–15.
2. Setelah itu klik edit study case lalu pilih masing-masing bus didaerah pembangkit,
transmisi dan distribusi untuk di menandai busbar yang trjadi gangguan.
3. Setelah itu klik run 3 phase, LG LL untuk melihat gangguan hubung singkat
sesuai bus yang di berikan gangguan. Contohnya seperti gambar dibawah ini.
5. Lalu setelah itu tulis nilai I”k pada tabel pengamatan yang pertama.
Suatu sistem tenaga listrik sering dihadapkan dengan masalah gangguan yang dapat
menyebabkan pemasokan energi listrik terganggu. Gangguan hubung singkat merupakan
salah satu jenis gangguan yang dapat menyebabkan penyaluran energi listrik terhambat.
Gangguan hubung singkat biasanya disebabkan karena kerusakan bahan isolasi pada
penghantar. Gangguan hubung singkat secara mekanik dapat menyebabkan kerusakan
pada sistem maupun pada peralatan elektronik, dan secara ekonomi dapat menyebabkan
kegiatan produksi dan distribusi menurun atau terhenti [1]. Gangguan hubung singkat
pada sistem tenaga listrik akan menyebabkan aliran arus menuju titik gangguan akan
semakin besar. Besarnya arus listrik yang mengalir pada penghantar dapat merusak
peralatan listrik jika tidak dilengkapi dengan sistem pengaman yang baik dan
Sumber :
• https://media.neliti.com/media/publications/298547-analisis-gangguan-
hubung-singkat-pada-ja-3a672eba.pdf
GI DURI
15,7 0,590 590 0,482 482 0,553 553 1,405
KOSAMBI I
Tabel 3.2 Nilai hasil perbandingan perhitungan san simulasi arus Hubung singkat
Hasil Perbandingan Hasil Selisih
Jenis Gangguan
(Perhitungan – Simulasi)
Pada GI KIT I B Perhitungan (kA) Simulasi (kA)
11 kV
√3
IHS3∅ = | | x 1,1
0,87046Ω
IHS3∅ = 8,025kA
11 kV
3x
√3
IHS∅−G = | | x 1,1
0,52115Ω + 0,87046 Ω + 0,84191 Ω
IHS∅−G = 9,383 kA
Making Peak
➢ GI Kit I B
1,2 x 24,211= 29,0532 A
➢ GI Duri Kosambi I
1,2 x 1,405 = 1,686 A
➢ Bus 30
1,2 x 11,636 = 13,9632 A
2. Kita dapat mengetahui berapa besar arus gangguan hubung singkat tiga fasa, satu fasa
ke tanah, dua fasa ke tanah, dan fasa ke fasa pada rangkaian yang telah kita buat
3. Kita dapat mengetahui cara menentukan arus gangguan distribusi dan tingkat tegangan
selama adanya gangguan.
4. Kita dapat mengetahui bagamaiana menetukan kapasitas circuit breaker pada ETAP
XII. PERTANYAAN
1. Jelaskan yang dimaksud I’’k, Ib, Ip dan Ik! Pada report manager rangkaian ETAP!
Jawab:
I”k = arus saat terjadi hubung singkat
Ib = arus breaking
Ip = arus puncak
Ik = arus stabil
2. Apa tujuan kita melakukan pengisian rating Circuit Breaker (CB) pada rangkaian
simulasi yang kita buat? Dan apa yang akan terjadi ketika rating CB-nya lebih renda
dari arus gangguan pada sistem ? Jelaskan !
Jawab:
Untuk melindungi komponen yang tidak terkena gangguan, Ketika nilai arus yang
dibaca oleh CB melebihi kapasitasnya maka akan memutus yang mengalami
gangguan.
3. Apa yang kalian tahu tentang momen inersia? Dan menurut kalian apakah momen
inersia bisa menghasilkan arus hubung singkat? Jelaskan dan beri contoh
komponennya!
Jawab:
Momen inersia adalah kecendrungan suatu benda untuk mempertahankan porosnya.
Momen inersia dapat menghasilkan arus hubung singkat. Contohnya pada motor, pada
saat starting menghasilkan arus yang cukup tinggi, kemudian pada saat mau berhenti
dikarenakan momen inersia tadi jadi komponen terssebut kemungkinan membuat
hubung singkat.
4. Hitunglah arus hubung singkat 3 fasa dan 1 fasa ke tanah pada GI KIT I B serta
bandingkan hasilnya dengan simulasi di ETAP (masukkan pada pengolahan data dan
tabel perbandingan antara perhitungan manual dan hasil perhitungan di ETAP)!
Jawab:
𝑉𝑓𝑎𝑠𝑎
3𝑋
√3
IHS∅-G = |𝑍0+𝑍1+𝑍2|
11
3𝑋
√3
= |2,23352|
= 8,025
11
√3
= | 0,87046 |
= 9,383
5. Hitunglah kesalahan relatif antara arus perhitungan dan arus hasil simulasi pada tabel
pengamatan 3.2. Kemudian jabarkan analisa kalian dari nilai hasil kesalahan relatif
yang kalian dapatkan.! ( 2 perhitungan ).
Jawab:
−0,001
KR = | 8,025 |x 100%
= 0,0124%
−0,005
KR = | |x 100%
9,383
= 0,05328%
I. TUJUAN
1. Dapat memahami koordinasi proteksi pada penyulang distribusi 20 kV.
2. Dapat mengetahui fungsi koordinasi proteksi dan syarat perencanaan sistemproteksi.
3. Dapat mengetahui macam – macam karakteristik dan grafik relay.
4. Dapat mensimulasikan koordinasi proteksi di software ETAP.
Suatu sistem tenaga listrik tidak selamanya berjalan ideal, karena dalam
kenyataanya dapat terjadi suatu kondisi abnormal, seperti adanya gangguan atau terjadinya
short circuit. Kondisi abnormal tersebut dapat membahayakan sistem secara keseluruhan,
sehingga diperlukan adanya sistem proteksi yang dapat meminimalisasi efek dari kondisi
abnormal.
3. Andal, yaitu akan bekerja secepatnya sesuai dengan keadaan peralatan yang
dilundungi.
4. Cepat, yaitu mampu bekerja secepatnya sesuai dengan permintaan peralatan yang
dilindunginya.
Laboratorium Sistem Tenaga Listrik
Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
Terdapat banyak sekali kordinasi proteksi pada sistem tenaga listrik, terdapat pada
komponen, penyulang, bagian distribusi, bagian transmisi, dan juga bagian pembangkit.
Untuk modul ini akan mempelajari sistem proteksi di bagian jaringan distribusi, karena
fungsi jaringan distribusi yang sangat penting untuk menyalurkan tenaga listrik ke pihak
pelanggan, jadi keandalan disini sangat berperan penting dan juga terdapat pengaman.
Relay arus lebih atau yang lebih dikenal dengan Relai Arus Lebih merupakan
peralatan yang mensinyalir adanya arus lebih, yang disebabkan oleh adanya gangguan
hubung singkat antar fasa. Relay ini bekerja berdasarkan adanya kenaikan arus yang
melebihi nilai arus dan waktu settingnya.
• Setelan Arus
• Setelah Waktu
Keterangan :
Inom = Arus nominal (A)
Iset primer = Arus Setting Primer (A)
Iset sekunder = Arus Setting Sekunder (A)
𝑇𝐷 = Delay Waktu Kerja Relay (S)
𝐼𝑓 = Arus Hubung Singkat Terbesar Antar Fasa (A)
TMS = Time Multiplier Setting / Setting Waktu Relay
Untuk menentukan rasio CT dengan melihat besar arus hubung singkat, misalnya
arus hubung singkat sekitar 1.700 A maka rasio CT dapat kita tentukan sebesar 2000 : 1.
Relay Characteristic Equations
(IEC
Standard Inverse (SI) t = TMS * 𝛼
(𝐼𝑓)𝛽−1
Very Inverse (VI) t = TMS * 𝛼
(𝐼𝑓)𝛽−1
Extremely Inverse (EI) t = TMS * 𝛼
(𝐼𝑓)𝛽−1
Long Time Invers t = TMS * 𝛼
(𝐼𝑓)𝛽−1
DAFTAR PUSTAKA
[1] (Nurmalasari et al., 2016)(Sukisno, 2020)
[2] Nurmalasari, I., Nurwijayanti, & Hindardi. (2016). Analisa Pemilihan Relai
ProteksiPada Panel Listrik Untuk Studi Kasus Tegangan Menengah 20kV. 1–11.
[3] Sukisno, T. (2020). Pengantar Proteksi Sistem Tenaga Listrik Berbasis Software
ETAP.June, 1–
14.https://www.researchgate.net/publication/342548685_Pengantar_Proteksi_Siste
m_Tenaga_Listrik_Berbasis_Software_ETAP
[4] Charles A. Gross : “Power System Analysis”, John Willey & Son, 1986.
C. Lump Load
Lump ID kVA kV % PF
Load I 250 kVA 0,4 kV 100 %
Load II 250 kVA 0,4 kV 100 %
Load III 250 kVA 0,4 kV 100 %
Load IV 250 kVA 0,4 kV 100 %
Load V 250 kVA 0,4 kV 100 %
D. Transmisi Line
ID Length (km)
SUTT IV 80 km
Conductor Lib : Metric; 50 Hz; AAAC; Pirelli; KRYPTON 158 𝑚𝑚2
8. Uji waktu kerja relay dengan cara klik fault insertion , letakkan pada bus
SKUTM 10 KM – 25 KM. Catat waktu kerja relay yang di tunjuan olehtime
9. Cetak waktu kerja relay dengan cara block kedua relay lalu klik Create Star
View.
Sumber :
• http://jnte.ft.unand.ac.id/index.php/jnte/article/view/144/182
• http://univ-tridinanti.ac.id/ejournal/index.php/teknik/article/view/580/558
outgoing yaitu 0,3216. lalu mengisi time dial nya dengan nilai TMS yang diperoleh dengan TMS
𝐼𝐹 𝛼
𝑇𝐷 . (( ) −1)
𝐼𝑝𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟
= . yang mana diperoleh pada relay incoming nya yaitu 0,2486 dan pada realy
𝛽
outgoingnya yaitu 0,13302 Cari nilai ratingnya di kedua OCR nya lalu masukan nilainya. Lalu
kita run Star – Protection & Cordination, lalu pilih yang gangguan hubung singkat di yang skutm
2 km. Lalu klik kedua OCR nya lalu run create star viewnya. Ketika sudah muncul grafik ,
grafik akan benar ketika time delay pada relay incoming dalam jangkaun 0,69-0,71. Kalau lebih
maka masih terdapat kesalahan dalam menghitung nilai ratingnya. Sedangkan pada relay
outgoing jika nilai time delaynya dalam jangkauan 0,29-0,31 maka benar.
. Adapun kesalahan yang dapat terjadi pada percobaan ini adalah praktikan salah dalam
merangkai atau salah menaruh komponen dikarenakan gambar rangkaian modul yang kecil, jadi
beberapa praktikan salah membuat komponenya dikarenakan kurang jelas. Kesalahan lainnya
yaitu kesalahan dalam menginput nilai atau merating komponen pada rangkaian. Kemudian
kesalahan dalam mengitung nilai rating dari OCR nya. Lalu terdapat bug pada aplikasi ETAP
yang kita gunakan yaitu terkadang kita sudah merating komponen namun dikarenakan bug nilai
yang kita input tidak masuk. Jadi sehingga membuat keliruan. Untuk meminimalisir bug tersebut
kita harus sering mengsave rangkaian kita agar tersimpan sebelum terjadi bug tersebut.
1. Apa yang dimaksud degan main protection dan backup protection pada sistem proteksi?
Jawab:
Main protection adalah system proteksi yang pertama kali akan bekerja jika terjadi
gangguan pada system. Backup protection adalah system yang akan bekerja pada saat
proteksi utama sudah bekerja atau tidak dapat bekerja lagi
2. Apa yang terjadi pada sistem saat CB incoming memutus terebih dahulu ?
Jawab:
Jika CB incoming memutus terlebih dahulu, maka akan terjadi kegagalan system proteksi
3. Mengapa arus hubung singkat terbesar terjadi si salura SKUTM 2 KM?
Jawab:
Karena saluran tersebut yang paling dekat dengan Relay , karena paling dekat arus
gangguan yang terbaca maka semakin besar.
4. Buatlah grafik incoming dan grafik outgoing dengan data dari tabel 4.4 ?
dimana : sumbu X = lokasi gangguan
sumbu Y = waktu memutus
Jawab:
GRAFIK INCOMING
0,745 0,7408
0,74
WAKTU MEMUTUS (DETIK)
0,735
0,73
0,7229
0,725
0,72
0,715 0,7102
0,71
0,705 0,7002
0,7
0,695
0 2 4 6 8 10
LOKASI GANGGUAN (KM)
GRAFIK OUTGOING
0,316
0,314
5. Mengapa pada pemeriksaan waktu kerja relay (tabel 4.4) semakin jauh jaraknya saluran,
maka semakin lama waktu untuk memutusnya? Simpulkan relay pada modul 4 ini macam
– macam karakteristik relay apa ?
Jawab:
Semakin jauh jarak relay maka arus hubung singkat akan semakin kecil dan saat arus kecil
maka waktu yang dibutuhkan juga semakin lama.
Macam-macam karakteristik relay
a. Relay Waktu Seketika (Instantaneous Relay) = Bekerja tanpa penundaan waktu
b. Relay Waktu Tunda Tertentu (Definite Time) = bekerja memutus berdasarkan waktu
yang ditetapkan.
c. Relay Waktu Tunda Terbalik (Invers) = semakin besar gangguan maka semakin cepat
untuk memutus.
I. TUJUAN
1. Mempelajari setting parameter proteksi relay OCR
2. Mempelajari setting logic
3. Mempelajari cara pengujian relay OCR
Sifat-Sifat Relay :
1. Impedansi kumparan, biasanya impedansi ditentukan oleh tebal kawat yang digunakan
serta banyaknya lilitan. Biasanya impedansi berharga 1 – 50 Kohm untuk memperoleh
daya hantar yang baik
2. Daya yang diperlukan untuk mengoperasikan relay besarnya sama dengan nilai
tegangan dikalikan arus
3. Banyaknya kontak-kontak jangkar dapat membuka dan menutup lebih dari satu kontak
sekaligus tergantung pada kontak dan jenis relaynya. Jarak antara kontak- kontak
menentukan besarnya tegangan maksimum yang diizinkan antara kontak tersebut.
P14D merupakan pengumpan terarah. Selain P14D terdapat jenis-jenis lain yang
masuk ke dalam klasifikasi feeder management relay yaitu P14N, P141, P142, P143.
1. Pastikan sudah menginstall aplikasi software pendukung dari alat proteksi tersebut
yaitu omicron dan micom s1 Agile.
2. Rangkai sesuai gambar wiring dibawah ini :
3. Siapkan kabel wiring untuk menyambungkan dari omicron ke alat proteksi relaydigital
4. Sambungkan kabel r s t atau a b c dari omicron ke alat proteksi relay digital p14d
5. Sambungkal kabel inputan dari omicron ke alat proteksi relay digital p14d dimanakita
memakai ratio 300/1 ampere maka yang diwiring hanya terminal c2 c3 , c5 c6, c8 c9,
c11 c12
6. Lalu untuk wiring outputan pada gambar terminal c2,c6,c8,c12 dijumper pada masing
masing portnya sesuai dengan gambar wiring di atas.
SUMBER:
https://rakhman.net/electrical-id/sistem-proteksi/
https://dayat-akmal.blogspot.com/2016/04/syarat-syarat-sistem-proteksi-
sistem.html
Tabel 4.2
1. Karena untuk pengambilan nilai arus nominal pada incoming arusnya berasal dari
trafo sedangkan nilai arus nominal pada outgoing berasal dari bus.
5. ANSI 27R
Remanent Undervoltage Protection : Proteksi yang digunakan untuk
mendeteksi tegangan yang masih ada (remanent voltage) pada sebuah
peralatan mesin berputar, sehingga akan mencegah suplay power masuk
kemesin tersebut untuk menghindari goncangan yang disebabkan electrcal
transien ataupun mechanical transient
6. ANSI 59
Overvoltage Relay : Merupakan proteksi tegangan lebih pada jaringan yang
melebihi batas setting (normal). Proteksi tegangan lebih ini bekerja
berdasarkan pengukuran tegangan antar fasa dan tegangan fasa ke netral.
7. ANSI 59N
Neutral Voltage Displacement Relay : Proteksi terhadap gangguan yang
timbul pada sebuah insulasi melalui pengukuran tegangan residual pada
sistim netral yang terisolasi
8. ANSI 32P
Directional Overpower Relay - Directional Active Overpower Merupakan
proteksi berdasarkan kalkulasi daya nyata yang dimanfaatkan untuk :
- Proteksi overload (kelebihan beban) dan penerapan load sheeding
- Proteksi untuk Reverse Power, yang digunakan pada sbb :
- Mencegah terjadinya generator beroperasi menjadi motor ketika
generator ikut mengkonsumsi daya nyata.
740 729,7
Tnom
722,6
720 708,1
700
680
660
1,12 1,09 1,05 1,02 0,99
magnitude
Tact
740 729,1
720
700
680
1,12 1,09 1,05 1,02 0,99
magnitude
I. TUJUAN
1. Menganalisa dan mengamati kestabilan pembangkit saat terjadi kehilangan
pembangkit.
2. Menganalisa dan mengamati kestabilan pembangkit saat terjadi hubung singkat pada
saluran transmisi dalam selang waktu tertentu.
3. Menganalisa dan mengamati kestabilan pembangkit saat terjadi pelepasan beban
secara tiba-tiba.
Suatu sistem tenaga listrik yang baik harus memenuhi beberapa syarat, seperti:
Reliability, Quality dan Stability.
1) Reliability adalah : Kemampuan suatu sistem untuk menyalurkan daya atau energi
secara terus menerus.
2) Quality adalah : Kemampuan sistem tenaga listrik untuk menghasilkan besaran-
besaran standart yang ditetapkan untuk tegangan dan frekuensi.
3) Stability adalah : Kemampuan dari sistem untuk kembali bekerja secara normal
setelah mengalami suatu gangguan.
Dalam sistem tenaga listrik yang baik maka ketiga syarat tersebut harusdipenuhi yaitu
sistem harus mampu memberi pasokan listrik secara terus menerus dengan standar besaran
untuk tegangan dan frekuensi sesuai dengan aturan yang berlaku dan harus segera kembali
normal bila sistem terkenagangguan.
Kestabilan sistem tenaga listrik secara umum dapat dibagi menjadi tiga macam
kategori, yaitu: Angle Stability, Frequency stability dan Voltage stability. Angle
Stabilityyaitu kemampuandari mesin-mesin sinkron yang saling terkoneksi pada suatu
sistem tenaga listrik untuk tetap dalam keadaan sinkron. Frequency stability yaitu
kemampuan dari suatu sistem tenaga untuk mempertahankan kondisi steady state
frekuensi akibat gangguan Sedangkan Voltage Stability: yaitu kestabilan dari sistem
tenaga listrik untuk dapat mempertahankan nilai tegangan yang masihdapat diterima
saat terjadi kontingensiatau gangguan.
1. Kestabilan Peralihan
Kestabilan peralihan (Transient Stability) adalah kemampuan sistem untuk
mencapai titik keseimbangan atau stabilitas setelah adanya perubahan besar pada
sistem yang menyebabkan sistem sempat kehilangan stabilitasnya. Kestabilan
peralihan terjadi ketika teganganotomatis dan pengatur frekuensi belum bekerja.
Pengklasifikasian kestabilan dilakukan secara sistematis dan berdasarkan pada
beberapa pertimbangan, yaitu:
Laboratorium Sistem Tenaga Listrik
Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
1) Ukuran dari gangguan.
2) Pemodelan yang tepat dan analisis gangguan yang spesifik.
3) Rentang waktu saat gangguan berlangsung.
4) Parameter sistem yang paling berpengaruh.
2. Kestabilan Frekuensi
4. Kestabilan Tegangan
Kestabilan tegangan adalah kemampuan dari suatu sistem tenaga listrik untuk
mempertahankan kestabilan tegangan pada semua bus dari sistem setelah
mengalami gangguan. Kestabilan tegangan bergantung pada kemampuan sistem
untuk mempertahankan kesetimbangan antara supply daya dari pembangkit dan
jumlah pembebanannya. Gangguan yang biasanya terjadi adalah lepasnya beban
secara tiba-tiba ataupun hilangnya sinkron dari salah satu pembangkit sehingga
tegangan menjadi turun secara drastis. Kestabilan tegangan menyangkut dengan
gangguan besar dan gangguan kecil dalam jangka waktu pendek maupun panjang.
Ketidakstabilan yang mungkin terjadi adalah terjadinya peningkatan atau jatuhnya
nilai tegangan pada beberapa bus pada sistem. Faktor utama yang menjadi
penyebab ketidakstabilan tegangan adalah ketidakmampuan dari sistem untuk
memenuhi kebutuhan daya reaktif beban.
5. Kestabilan Mantap
Kondisi kestabilan pada suatu sistem tenaga listrik bukan hanya akibat dari
kondisi peralihan seperti proses pemutusan akibat adanya gangguan, tetapi meliputi
aspek ketidakstabilan pada kondisi mantap. Bila terdapat sebuah mesin (generator)
dengan tegangan internal dihubungkan dengan sistem tak hingga (infinite bus)
melalui saluran transmisi dan rangkaian.
Besaran tersebut merupakan batas kestabilan mantap, sehingga pengiriman
daya yang lebih besar dari Pmax akan menyebabkan mesin tersebut keluar dari
sistem. Berdasar pada model diatas, terdapat 3 karakteristik listrik yang
mempengaruhi kestabilan, yaitu:
1. Tegangan internal generator,
2. Reaktansi antara mesin generator dengan bus tak hingga
3. Tegangan pada bus tak hingga.
Dengan demikian, makin tingginya tegangan internal generator, dan makin
rendahnya reaktansi sistem dan generator, akan mengakibatkan daya yang dapat
ditransfer akan makin tinggi.
Apabila sistem tenaga listrik dilakukan pembebanan dengan beban penuh secara
tiba-tiba, maka arus yang diperlukan sangat besar akibatnya frekuensi sistem akan
turundengan cepat. Pada kondisi demikian sistem akan keluar dari keadaan sinkron
walaupun besar beban belum mencapai batas kestabilan mantap yaitu daya
maksimumnya, Hal inidikarenakan daya keluar elektris generator jauh melampaui
daya masukan mekanis generator atau daya yang dihasilkan penggerak mula, dan
kekurangan ini disuplai dengan berkurangnya energi kinetis generator. Sehingga
putaran generator turun atau frekuensi sistem turun, sudut daya bertambah besar dan
DAFTAR PUSTAKA
[1] Kundur, P. (1993), “Power System Stability and Control”, McGraw-Hill, Inc, New
York.
[2] Stevenson, W.D., Jr and John J. Grenger, “Elements of Power System Analysis,
4th Edition”. McGraw-Hill, Inc, 1994.
[3] Danar Tri Kumara, Prof. Ir Ontoseno Penangsang M.Sc,Ph.D, dan Ir. NI Ketut
Aryani, MT. 2016. “Analisa Stabilitas Transien Pada Sistem Transmisi Sumatera
Utara 150 kV – 275 kV Dengan Penambahan PLTA Batang Toru 4 X 125 MW”
dalam Jurnal Teknik ITS Vol. 5, No. 2: Fakultas Teknologi Industri, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya 60111 Indonesia.
[4] Diktat Kuliah “ Dinamuka dan Stabilitas Sistem Tenaga listrik “ Oleh Dr.
Ramadoni Syahputra S.T,M.T,. Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik.
[5] Prima Prahasta Rezky, Ontoseno Penangsang, Ni Ketut Aryani 2016. “Studi
Analisa Stabilitas Transien Sistem Jawa-Madura-Bali (Jamali) 500 kV Setelah
Masuknya Pembangkit Paiton 1000 MW “ dalam Jurnal Teknik ITS Vol. 5, No. 2,
: Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya 60111
Indonesia.
[6] Yudiestira 2016. “Analisis Kestabilan Transien Dan Mekanisme Pelepasan Beban
Di Pt. Pertamina Ru V Balikpapan Akibat Penambahan Generator 2x15mw Dan
Penambahan Beban 25 Mw “ dalam Tugas Akhir - Te 141599 : Fakultas Teknologi
Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya 60111 Indonesia.
A. Generator
Mvar
PLTU Unit I Control 5 MW 11 90% 2
Mvar
PLTU Unit II 5 MW 11 90 % 2
Control
Mvar
PLTU Unit III 5 MW 11 90 % 2
Control
PF
PLTA Unit I 5 MW 6,6 90 % 4
Control
PLTD
PLTU Unit I; PLTU Unit II; PLTU Unit III; PLTA Unit I; PLTG Unit I
PLTA; PLTD
3. Klik menu , kemudian Edit Study Case maka akan tampil sepertidi bawah
ini:
Klik Events, lalu klik Add pada Events dan Actions sesuai kondisi saat Kehilangan
Pembangkit, Hubung Singkat Pada Saluran Transmisi dan Pelepasan Beban. Isi Total
Simulation Time selama 60 sekon.
Laboratorium Sistem Tenaga Listrik
Institut Teknologi PLN
Fram Eriel A. Manurung
2020-11-248
Kehilangan Pembangkit
3.1 Lepas PLTU Unit III dengan membuka CB80 (t=1 s) atau isi sesuai gambar di
bawah ini:
3.2 Buka tab plot, lalu pilih Device ID yang ingin diplot sesuai yang akandiamati
di DataPengamatan (PLTU Unit I dan GI KIT I B).
3.3 Klik untuk Run Transient Stability. Amati Daya Aktif, Daya Reaktif,
Tegangan,Frekuensi, Kecepatan Rotor dan Sudut Daya Relatif dengan
menggunakan Slider, lalu catat pada Data Pengamatan.
3.4 Klik ikon untuk menampilkan grafik Device ID yang sudah diplot.
4.1 Beri gangguan hubung singkat tiga fasa pada saluran 50% (t=1 s) dan Clear (t=3
s)pada SUTT III atau isi sesuaigambar di bawah ini:
4.2 Buka tab plot, lalu pilih Device ID yang ingin diplot sesuai yang akan diamati di
Data Pengamatan (PLTU Unit I dan GI KIT I B).
4.3 Klik ikon untuk Run Transient Stability. Amati Daya Aktif, Daya Reaktif,
Tegangan, Frekuensi, Kecepatan Rotor dan Sudut Daya Relatif dengan
menggunakan Slider, lalu catatpada Data Pengamatan .
4.4 Klik ikon untuk menampilkan grafik Device ID yang sudah diplot.
5.1 Lepas beban Lump1, Lump2 dan Load 1 dengan membuka CB64 (t= 1s) atauisi
sesuai gambardi bawah ini:
5.2 Buka tab plot, lalu pilih Device ID yang ingin diplot sesuai yang akan diamatidi
Data Pengamatan (PLTU Unit I dan GI KIT I B).
5.3 Klik ikon untuk Run Transient Stability. Amati Daya Aktif, Daya Reaktif,
Tegangan, Frekuensi, Kecepatan Rotor dan Sudut Daya Relatif dengan
menggunakan Slider, lalu catat pada Pengamatan..
5.4 Klik ikon untuk menampilkan grafik Device ID yang sudah diplot.
SUMBER:
Chrome-
extension://efaidnbmnnnibpcajpcglclefindmkaj/https://media.neliti.com/media/publicatio
ns/194295-ID-analisis-kestabilan-transien-dan-mekanis.pdf
Chrome-
extension://efaidnbmnnnibpcajpcglclefindmkaj/http://digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/t
emporary/DigitalCollection/MTg4MGZhMmE0OTAwMDNlOTIwOWUwYzQ4NjUxN
TBmOGRhY2I5YjY0MQ==.pdf
Jawab:
1. Penyebabnya ada pada Beban lebih akibat lepasnya satu generator dari
sistem.,Hubungan singkat (short circuit).,Starting pada motor.,Pelepasan beban yang
mendadak. Parameter kestabilan adalah kestabilan sudut rotor, kestabilan frekuensi ,
kestabilan tegangan.
2. Perubahan frekuensi dalam sistem dipengaruhi oleh perbandingan daya yang
dibangkitkan dengan daya yang diserap oleh konsumen. Sehingga untuk mengatur
frekuensi agar kembali normal yaitu dengan membuat daya yang dihasilkan dengan
daya yang digunakan sama.
3. Load shadding adalah pelepasan beban sedangkan load sharing adalah pembagian
beban pada system tenaga listrik
4. Dikarenakan katup governor pada system terbuka secara tiba-tiba yang menyebabkan
nilai tegangan naik secara drastic, dan Ketika governor mulai merespon maka tegangan
akan Kembali ke keadaan stabilnya.
5. Pembangkit atau yang menyuplai daya awalnya 3 ketika kehilangan menjadi dua ,
maka yang menghasilkan daya akhirnya berkurang lalu terjadinya jatuh tegangan
kemudian daya yang disuplai dibagikan ke pembangkit yang masih hidup atau tidak
mengalami gangguan.