Anda di halaman 1dari 16

DIKTAT

CATUDAYA DAN GROUNDING


SISTEM TELEKOMUNIKASI

DISUSUN OLEH :
AKHMAD SYAUQI, S.MB
SMK TELKOM BANDUNG
TAHUN 2013
BAB-1
SUMBER TENAGA LISTRIK TELEKOMUNIKASI

1. Tujuan Pembelajaran
Materi pembelajaran ini disusun dengan tujuan agar peserta didik dapat memahami :

a. Tentang Sumber tenaga listrik Telekomunikasi


b. Sumber tenaga listrik Telekomunikasi dari PLN
c. Sumber tenaga listrik telekomunikasi dari genset
d. Sumber tenaga listrik telekomunikasi dari batere
e. Sumber tenaga listrik telekomunikasi dari tenaga surya

2. Istilah-istilah dalam Kelistrikan :

1. Ampere ; Satuan besaran arus


2. AC (Alternating current) : Sumber tegangan arus bolak-balik
3. DC (Direct Current) : Sumber tegangan arus searah
1. Daya Tersambung : Besarnya daya yang disepakati oleh PLN dan
pelanggan dalam Perjanjian Jual Beli Tenaga
Listrik yang menjadi dasar perhitungan biaya
beban
2. Faktor daya atau Cos : Perbandingan antara pemakaian daya dalam
Watt dengan pemakaian daya dalam Volt-
Ampere
3. Faktor Ketidak Seimbangan : Tegangan Perbandingan komponen tegangan
urutan negative terhadap komponen
tegangan urutan positif
4. Hertz (HZ) : Satuan frekuensi listrik
5. Jam nyala Pemakaian kWh : dalam satu bulan dibagi dengan kVA
tersambung
6. Kilo Volt Ampere (kVA) : Seribu Volt Ampere, adalah satuan daya
7. Volt atau Kilo Volt (kV) : adalah satuan tegangan listrik
8. Watt atau Kilo Watt (kW) : Satuan daya listrik
9. kWh Meter : Alat ukur pemakaian energi listrik
10. Tegangan Rendah (TR) : Tegangan sistem sampai dengan 1.000 Volt
11. Tegangan Tinggi (TT) : Tegangan sistem diatas 35.000 Volt sampai
dengan 245.000 Volt

3. `Definisi :
Listrik pada kehidupan modern menjadi suatu kebutuhan pendukung yang mutlak harus
tersedia, mudah diperoleh dan tersedia sesuai dengan kebutuhan, perangkat-perangkat
elektronik seperti: peralatan rumah tangga, alat penerangan, sistem pendingin ruangan, sistem
kontrol dan sarana telekomunikasi sangat berketergantungan dengan ketersediaan sumber
listrik, untuk itu siswa perlu mendapatkan pengetahuan dan pemahaman tentang kelistrikan,
agar dalam implementasi dilapangan kerja dapat menggunakan dan memanfaatkan sumber
listrik sesuai dengan peruntukannya
Sumber tenaga Listrik adalah: sistem atau unit perangkat pembangkit listrik yang dapat
mencatu tenaga listrik (memberikan daya listrik) pada perangkat.

Sistem Catudaya listrik adalah: sebuah kesisteman yang terdiri dari piranti elektronika dan
supply daya listrik {PLN} berfungsi untuk mencatu perangkat, sehingga perangkat tersebut
dapat bekerja secara optimal sesuai dengan standar operasi yang telah ditentukan.

4. Pengertian Sistem Catudaya Telekomunikasi

Sistem Catudaya telekomunikasi adalah seluruh unsur/elemen baik perangkat (piranti


elektronika) maupun pasokan/supply daya listrik yang berfungsi untuk menjamin pasokan/
supply daya listrik pada perangkat telekomunikasi, sehingga perangkat telekomunikasi dapat
beroperasi sesuai dengan standar yang ditentukan.

Sistem catudaya telekomunikasi secara umum mengoperasikan sumber catuan dari PLN sebagai
sumber catuan utama, sedangkan genset dan batere dioperasikan sebagai sumber catuan
cadangan, hal ini disebabkan belum ada jaminan dari PLN bahwa pasokan/supply daya listrik
dapat mencatu tanpa adanya gangguan/terputus.

Dalam penerapan suatu teknologi telekomunikasi mutlak perlu dukungan dari sarana
pendukung, seperti sistem Catu Daya. Fungsi sistem Catu daya pada teknologi telekomunikasi
sangat menentukan, karena pada sistem teknologi telekomunikasi seluruh perangkat aktif
terdistribusi mulai dari sentral otomat (STO), jaringan akses (wireline dan wireless) dan terminal
pelanggan, dimana semua perangkat aktif tersebut membutuhkan sumber catuan daya listrik
yang aman dan handal sehingga seluruh sistem dapat bekerja dengan baik.

Perangkat telekomunikasi di lokasi sentral (STO) dan selter( misalnya Remote DSLAM, BTS)
selalu berada pada indoor sedangkan perangkat aktif yang berada pada sisi pelanggan dan
perangkat penguat / pengulang dapat berada didalam ruangan (indoor) atau berada di luar
ruangan (Outdoor ), seperti terlihat dalam tabel 1.1.

Tabel 1.1 Letak Perangkat Telekomunikasi

Posisi letak Indoor Outdoor

Perangkat Telekomunikasi OLT / CT, biasanya berada ONU/BTS, yang terletak


pada sisi sentral untuk dan pada posisi jaringan fiber
ONU/RT pada selter/rumah dalam kabinet .
pelanggan untuk terminal.

Pada Tabel 1.2 berikut ditunjukkan contoh-contoh komponen perangkat aktif pada teknologi
Telekomunikasi.
Tabel 1.2 Komponen Perangkat Telekomunikasi

Teknologi Telekomunikasi Perangkat di sisi Perangkat di sisi Jaringan /


Sentral/Selter Pelanggan
Integrated DLC CT RT
SDH DLC ADM ADM,CB / A-MUX
PON OLT ONU
AON OLT Active Splitter equipment ( ASE),
ONU
GSM/CDMA CT RT

5. Kehandalan Catu daya Telekomunikasi

Kehandalan sistem catu daya telekomunikasi sangat mempengaruhi kondisi performansi


supply/pasokan piranti elektornika listrik termasuk pasokan listrik dari PLN, untuk itu dalam
menjaga agar sistem catu daya telekomunikasi stabil, perlu diperhatikan beberapa langkah,
seperti di bawah ini :
1. Standar supply daya Listrik AC baik frekuensi dan tegangan normal , baik dari catuan
listrik PLN maupun Genset. Misalnya 50Hz dan 220V.
2. Sistem pembebanan dilakukan secara seimbang.
3. Menetukan sumber daya listrik yang sesuai.
4. Backup batere sesuai perhitungan
5. Pendistribusian catu daya sesuai kebutuhan

6. Kegagalan Sistem Catu daya Telekomunikasi

Secara umum, kegagalan sistem catu daya dapat diakibatkan oleh 2 faktor, yaitu:
1. Faktor Internal
yaitu kegagalan sistem catu daya yang terjadi akibat kesalahan operasi sistem catu daya itu
sendiri , sehingga sistem tidak bekerja sebagaimana mestinya, misalnya : Switch panel utama
tidak berfungsi, bahan bakar kosong, batere stater rusak dan lain-lain.
2. Faktor External
adalah sumber kegagalan sistem catu daya yang terjadi akibat gangguan dari pihak lain
(misalnya : supply listrik PLN terganggu, faktor alam dan lain-lain).
7. Pembagian Catu Daya Telekomunikasi

Pada prinsipnya sistem catu daya pada perangkat telekomunikasi terdiri dari beberapa bagian,
antara lain, dapat dilihat pada gambar 1.1:
1) Sumber catu daya
2) Subsistem transmisi dan pengkondisian daya.
3) Beban perangkat jaringan akses.

SUBSISTEM BEBAN
SUMBER TRANSMISI PERANGKAT
CATU DAYA DAN JARINGAN
PENGKONDISIAN AKSES
DAYA

Gambar -1.1 Blok Diagram Sistem Catu Daya Pada Perangkat Jaringan
Akses

Sumber catu daya terdiri dari :


(a) PLN ( Catu daya utama)
(b) Genset ( Catu daya cadangan)
(c) Batere
(d) Listrik tenaga surya

A. Sumber Catu Daya Listrik PLN


Sumber catu daya listrik PLN (catu daya utama AC) adalah sumber catu daya listrik AC yang
disediakan oleh PLN, yang mempunyai tegangan nominal adalah sebesar 380 V/50 Hz untuk
pelanggan tiga fasa atau 220 V/ 50 Hz untuk pelanggan satu fasa. Sumber catuan ini menjadi
sumber utama, artinya catuan ini sebagai prioritas pertama dalam kegiatan operasional
perangkat telekomunikasi, selama sumber catuan PLN mampu mensuplai energi listrik maka
sumber catuan yang lain tidak digunakan.
Prinsip kerja sumber catu daya utama AC dapat dilihat sebagai-berikut :

PLN RS T
Fuse Rect

Trafo

Rect
KWH Meter

Switch SDP
Panel Beban
MDP AC

Diesel Genset

Beban
AC

Gambar-1.2 : Konfigurasi Sumber Catuan Listrik Tegangan AC

Pada kondisi normal input tegangan 3 fasa masuk dari trafo PLN melalui fuse pengaman
diteruskan ke KWH Meter dan disesuaikan dengan beban daya (sesuai kontrak pelanggan)
switch panel MDP akan memilih secara otomatis atau manual (dilakukan oleh petugas),
mendistribusikan daya listrik melalui panel Distribusi (dalam hal ini Secondary Distribution
Panel - SDP), berdasarkan pembatas arus (Main switch breaker /MCB) daya listrik dikirim ke
beban.

Sumber tegangan Listrik 3 Fasa

Tegangan 3 (tiga) fasa adalah tegangan yang dibangkitkan atau dikirim oleh sumber catu daya
nominal sebesar 380 Volt, 50 Hz antar fasa, dimana fasa fasanya berurutan fasa R,S ,T dan
netral. Fungsinya sebagai konsumsi catuan langsung bagi perangkat 3 (tiga) fasa dan atau
input bagi panel distribusi yang selanjutnya akan dibagi-bagikan untuk masing-masing
kebutuhan beban, konfigurasi lihat gambar berikut:

Beban

R S
Beban

Sumber Panel

N T Beban

Gambar-1.3 : Konfigurasi sumber catuan listrik 3 fasa


Tegangan 3 (tiga) fasa nominal 380 Volt, 50 Hz adalah keluaran dari Sumber (PLN atau
Genset), kemudian dikirim ke panel (MCB) yang selanjutnya didistribusikan ke beban( 3 fasa /
1 fasa).

Pendistribusian tegangan PLN 3 fasa ini diantaranya :


a) Pendistribusian daya 3 fasa 380 Volt,50 Hz untuk suplai pendingin ruangan (Air
Conditioning ).
b) Pendistribusian daya 1 fasa 220 Volt,50 Hz untuk suplai Rectifier.
c) Pendistribusian daya 3 fasa 380 Volt,50 Hz untuk suplai panel pembagi (SDP).

Tegangan 1 (satu) fasa

Tegangan 1(satu) fasa adalah tegangan listrik AC yang dibangkitkan atau dikirim oleh sumber
catu daya (PLN) dengan tegangan nominal sebesar 220 Volt, 50 Hz antara fasa dan netral
(misal: R-N,S-N dan T-N). Fungsinya sebagai konsumsi catuan langsung bagi perangkat yang
menggunakan sumber catuan tegangan AC 1(satu) fasa, konfigurasi sebagai berikut:

Panel
(SDP) Ke beban 1 fasa

R
Sumber
(KWH
meter ) Panel
N Ke beban 1 fasa
(SDP)

Gambar -1. 4:. Tegangan 1(satu) Fasa

B. Sumber Catu Daya Genset


Genset merupakan seperangkat sistem catu daya yang terdiri dari generator yang berfungsi
sebagai penggerak dan alternator yang berfungsi membangkitkan listrik, satu kesatuan yang tak
bisa terpisah ini disebut genset, jadi genset merupakan sumber tenaga listrik.

Prinsip kerja genset sebagai berikut


Mesin akan dibangun untuk memutar medan magnet di sekitar kumparan kawat set stasioner
dengan memutar sebuah poros, teganggan AC akan diproduksi di kumparan kawat sebagai
poros yang diputar, sesuai dengan Hukum Faraday tentang induksi elektromagnetik. Ini adalah
prinsip operasi dasar dari sebuah generator AC, kumparan kawat akan berubah-ubah posisinya
mengikuti arah putaran generator yang akan membalikkan sebagai kutub yang berlawanan
dengan magnet berputar dan terhubung ke suatu beban, ini akan membalik polaritas
teganggan membuat bolak-balik arah arus di dalam rangkaian. Semakin cepat poros
alternator berbalik, semakin cepat magnet akan berputar, menghasilkan teganggan dan arus
bolak-balik switch arah.

Gambar 1. 5 : Genset Bekerjanya

Genset yang digunakan peda sistem telekomunikasi pada umumnya adalah tipe genset arus bolak-
balik yang menghasilkan tegangan listrik AC nominal 220 /380 V, 50 Hz ( 1 fasa / 3 fasa ).

Berdasarkan letaknya posisi genset dapat dibagi menjadi 3, yaitu :


Genset statis ( posisinya tidak dapat berpindah tempat ).
Genset mobile ( posisinya dapat berpindah lokasi ).
Genset portable (mudah dipindah-pindahkan lokasi).
Gambar -1.6 : Genset Statis
Genset pada sistem catu daya jaringan akses dimaksudkan adalah genset portable ( mudah
dipindah-pindahkan lokasi ) dengan tegangan nominal 220 V,50 Hz ( 1 fasa) dan kapasitasnya antara
1 s/d 5 KVA . Fungsinya sebagai cadangan sumber listrik AC bila sumber listrik utama AC tidak dapat
memberikan suplai daya ke perangkat jaringan akses.

Bagian utama dari genset sebagai berikut:


1. Genset (Generator-alternator)
2. Batere starter
3. Sistem bahan bakar
4. Sistem pengaman

Sistem operasi genset secara umum dapat dilakukan dengan 2 ( dua) cara :
Pada genset statis (tetap) secara otomatis genset hidup, bila catuan utama (PLN) tidak
normal dan akan mati bila catuan utama normal kembali.
Pada genset portable & mobile secara manual genset dihidupkan bila catuan utama ( PLN)
mati / tidak normal dan dimatikan bila catuan utama normal kembali.
Persyaratan operasi yang perlu diperhatikan antara lain :
1. Beroperasi normal pada suhu 0 - 50 C dan kelembaban 90 %.
2. Dilengkapi tangki bahan bakar, kontrol kubikal, terminal terminal penghubung, batere
charger dan batere starter serta cadangan komponen yang memadai.
3. Semua bagian yang terbuat dari logam harus ditanahkan. Pentanahan pada induk kubikal
harus memakai kabel yang fleksibel.
4. Getaran yang dihasilkan harus diupayakan sekecil mungkin.
5. Pengamanan harus dilakukan pada bagian diesel yang berputar atau yang bersuhu tinggi.
6. Pemilihan genset disesuaikan dengan kebutuhan daya yang diperlukan.
7. Semua peralatan yang mendukung operasi dan pemeliharaan harus tersedia lengkap dalam
kotak perlengkapan.
C. Sumber Catudaya Listrik batere
Setelah kamu mengetahui bagaimana terjadinya arus listrik dari sumber PLN dan Generator Set
(Genset), sekarang saatnya kamu juga mengetahui mengenai batere sebagai sumber tegangan
DC, batere memiliki elemen yang dapat membantu gerakan elektron dalam rangkaian.

Elemen dibedakan menjadi dua yaitu elemen primer dan elemen skunder, elemen primer adalah
elemen yang setelah habis muatannya tidak dapat diisi ulang kembali. Contohnya elemen volta
dan batu baterai. Elemen sekunder adalah elemen yang setelah habis dapat diisi ulang kembali.

Contohnya akumulator (aki). Pada elemen volta baterai dan akumulator terdapat tiga bagian
utama, yaitu :
1) Anode, kutub positip yang memiliki potensial tinggi
2) Katode, Kutub negative yang memiliki potensial rendah
3) Larutan elektrolit, cairan yang dapat menghantarkan arus listrik

1. Elemen Volta
Elemen Volta dikembangkan pertama kali oleh Fisikawan Italia bernama Allesandro Volta (1790 -
1800) dengan menggunakan sebuah bejana yang diisi larutan asam sulfat (H2SO4) dan dua
logam tembaga (Cu) dan seng (Zn). Bagian utama elemen Volta, yaitu:

1) kutub positif (anode) terbuat dari tembaga (Cu),


2) kutub negatif (katode) terbuat dari seng (Zn),
3) Larutan elektrolit terbuat dari asam sulfat (H2SO4).

Lempeng tembaga memiliki potensial tinggi, sedangkan lempeng seng memiliki potensial
rendah. Jika kedua lempeng logam itu dihubungkan melalui lampu, lampu akan menyala. Hal ini
membuktikan adanya arus listrik yang mengalir pada lampu. Ketika lampu menyala, larutan
elektrolit akan bereaksi dengan logam tembaga maupun seng sehingga menghasilkan sejumlah
elektron yang mengalir dari seng menuju tembaga. Adapun, reaksi kimia pada elemen Volta
adalah sebagai berikut.

a. Pada larutan elektrolit terjadi reaksi H2SO4 2H+ + SO24


b. Pada kutub positif terjadi reaksi Cu + 2H+ polarisasi H2
c. Pada kutub negatif terjadi reaksi Zn + SO4 ZnSO4+ 2e

Reaksi kimia pada elemen Volta akan menghasilkan gelembung-gelembung gas hidrogen (H2).
Gas hidrogen tidak dapat bereaksi dengan tembaga, sehingga gas hidrogen hanya menempel
dan menutupi lempeng tembaga yang bersifat isolator listrik. Hal ini menyebabkan terhalangnya
aliran elektron dari seng menuju tembaga maupun arus listrik dari tembaga menuju seng.
Peristiwa tertutupnya lempeng tembaga oleh gelembung-gelembung gas hidrogen disebut
polarisasi. Adanya polarisasi gas hidrogen pada lempeng tembaga menyebabkan elemen Volta
mampu mengalirkan arus listrik hanya sebentar. Tegangan yang dihasilkan setiap elemen Volta
sekitar 1,1 volt. Penggunaan larutan elektrolit yang berupa cairan merupakan kelemahan elemen
Volta karena dapat membasahi peralatan lainnya.

2. Elemen Kering
Elemen kering yang sering kita sebut sebagai batere. Elemen kering pertama kali dibuat
oleh Leclance. Bagian utama elemen kering terdiri-dari:

a) Kutub positif (anode) terbuat dari batang karbon (C),


b) Kutub negatif (katode) terbuat dari seng (Zn),
c) Larutan elektrolit terbuat dari amonium klorida (NH4Cl),
d) Dispolarisator terbuat dari mangan dioksida (MnO2).

Batere disebut elemen kering, karena elektrolitnya merupakan campuran antara serbuk karbon,
batu kawi, dan salmiak yang berwujud pasta (kering). Batang karbon (batang arang) memiliki
potensial tinggi, sedangkan lempeng seng memiliki potensial rendah. Jika kedua elektrode itu
dihubungkan dengan lampu maka lampu akan menyala. Hal ini membuktikan adanya arus listrik
yang mengalir pada lampu. Ketika lampu menyala, larutan elektrolit akan bereaksi dengan seng.
Adapun, reaksi kimia pada batu baterai adalah sebagai berikut.

Elemen Kering (Baterai)

1. Pada larutan elektrolit terjadi reaksi Zn + 2NH4Cl Zn2+ + 2Cl + 2NH3 + H2 (ditangkap
dispolarisasi)
2. Pada dispolarisator terjadi reaksi H2 + 2MnO2 Mn2O3 + H2O

Reaksi kimia pada batu baterai akan menghasilkan gelembung-gelembung gas hidrogen (H2).
Gas hidrogen akan ditangkap dan bereaksi dengan dispolarisator yang berupa mangan dioksida
(MnO2) menghasilkan air (H2O), sehingga pada batu baterai tidak terjadi polarisasi gas hidrogen
yang mengganggu jalannya arus listrik. Bahan yang dapat menghilangkan polarisasi gas
hidrogen disebut dispolarisator. Adanya bahan dispolarisator pada batu baterai, menyebabkan
arus listrik yang mengalir lebih lama. Setiap batu baterai menghasilkan tegangan 1,5 volt.
Elemen kering (batu baterai) banyak dijual di toko karena memiliki keunggulan antara lain tahan
lama (awet), praktis karena bentuk sesuai kebutuhan, dan tidak membasahi peralatan karena
elektrolitnya berupa pasta (kering)

3. Akumulator
Akumulator sering disebut aki. Elektrode akumulator baik anode dan katode terbuat dari timbal
(Cu) berpori. Bagian utama akumulator, yaitu

a) kutup positif (anode) terbuat dari timbal dioksida (PbO2),


b) kutub negatif (katode) terbuat dari timbal murni (Pb),
c) larutan elektrolit terbuat dari asam sulfat (H2SO4) dengan kepekatan 30%.
Akumulator

Lempeng timbal dioksida dan timbal murni disusun saling bersisipan akan membentuk satu
pasang sel akumulator yang saling berdekatan dan dipisahkan oleh bahan penyekat berupa
isolator. Beda potensial yang dihasilkan setiap satu sel akumulator 2 volt. Dalam kehidupan
sehari-hari, ada akumulator 12 volt yang digunakan untuk menghidupkan starter mobil atau
untuk menghidupkan lampu sein depan dan belakang mobil. Akumulator 12 volt tersusun dari 6
pasang sel akumulator yang disusun seri. Kemampuan akumulator dalam mengalirkan arus
listrik disebut kapasitas akumulator yang dinyatakan dengan satuan Ampere Hour (AH).
Kapasitas akumulator 50 AH artinya akumulator mampu mengalirkan arus listrik 1 ampere yang
dapat bertahan selama 50 jam tanpa pengisian kembali.

a. Proses Pengosongan Akumulator


Pada saat akumulator digunakan, terjadi perubahan energi kimia menjadi energi listrik dan terjadi
perubahan anode, katode dan elektrolitnya. Pada anode terjadi perubahan yaitu timbal dioksida
(PbO2) menjadi timbal sulfat (PbSO4). Perubahan yang terjadi pada katode adalah timbal murni
(Pb) menjadi timbal sulfat (PbSO4). Adapun pada larutan elektrolit terjadi perubahan, yaitu asam
sulfat pekat menjadi encer, karena pada pengosongan akumulator terbentuk air (H2O). Susunan
akumulator adalah sebagai berikut.

1) Kutub positif (anode) terbuat dari timbal dioksida (PbO2)


2) Kutub negatif (katode) terbuat dari timbal murni (Pb).
3) Larutan elektrolit terbuat dari asam sulfat (H2SO4) dengan kepekatan 30%.

Ketika akumulator digunakan, terjadi reaksi antara larutan elektrolit dengan timbal dioksida dan
timbal murni sehingga menghasilkan elektron dan air. Reaksi kimia pada akumulator yang
dikosongkan adalah sebagai berikut.

1) Pada elektrolit : H2SO4 2H+ + SO4 2


2) Pada anode: PbO2 + 2H+ + 2e + H2SO4 PbSO4+2H2O
3) Pada katode : Pb + SO 42 PbSO4

Pada saat akumulator digunakan, baik anode maupun katode perlahan - lahan akan berubah
menjadi timbal sulfat (PbSO4). Jika hal itu terjadi, maka kedua kutubnya memiliki potensial sama
dan arus listrik berhenti mengalir. Terbentuknya air pada reaksi kimia menyebabkan kepekatan
asam sulfat berkurang, sehingga mengurangi massa jenisnya. Keadaan ini dikatakan akumulator
kosong (habis).

b. Proses Pengisian Akumulator


Akumulator termasuk elemen sekunder, sehingga setelah habis dapat diisi kembali. Pengisian
akumulator sering disebut penyetruman akumulator. Pada saat penyetruman akumulator terjadi
perubahan energi listrik menjadi energi kimia. Perubahan yang terjadi pada anode, yaitu timbal
sulfat (PbSO4) berubah menjadi timbal dioksida (PbO2). Perubahan pada kanode, yaitu timbal
sulfat (PbSO4) berubah menjadi timbal murni (Pb). Kepekatan asam sulfat akan berubah dari
encer menjadi pekat, karena ketika akumulator disetrum terjadi penguapan air. Bagaimanakah
cara menyetrum akumulator?
Untuk menyetrum akumulator diperlukan sumber tegangan DC lain yang memiliki beda potensial
yang lebih besar. Misalnya akumulator 6 volt kosong harus disetrum dengan sumber arus yang
tegangannya lebih dari 6 volt. Kutub - kutub akumulator dihubungkan dengan kutub sumber
tegangan. Kutub positif sumber tegangan dihubungkan dengan kutub positif akumulator.
Adapun, kutub negatif sumber tegangan dihubungkan dengan kutub negatif akumulator.
Rangkaian ini menyebabkan aliran elektron sumber tegangan DC berlawanan dengan arah
aliran elektron akumulator.

Elektron - elektron pada akumulator dipaksa kembali ke elektrode akumulator semula, sehingga
dapat membalik reaksi kimia pada kedua elektrodenya. Agar hasil penyetruman akumulator lebih
baik, maka arus yang digunakan untuk mengisi kecil dan waktu pengisian lama. Besarnya arus
listrik diatur dengan reostat. Pada saat pengisian terjadi penguapan asam sulfat, sehingga
menambah kepekatan asam sulfat dan permukaan asam sulfat turun. Oleh sebab itu, perlu
ditambah air akumulator kembali.

Susunan akumulator yang akan dicharge (diisi) dalam keadaan masih kosong, yaitu
a) kutub positif (anode) terbuat dari timbal dioksida (PbO2),
b) kutub negatif (katode) terbuat dari timbal murni (Pb),
c) larutan elektrolit terbuat dari asam sulfat (H2SO4) encer.

Reaksi kimia saat akumulator Proses charging (pengisian), yaitu


a) pada elektrolit : H2SO4 2H+ + SO4 2
b) pada anode : PbSO4 + SO4 2 + 2H2O PbO2 + 2H2SO4
c) pada katode: PbSO4 + 2H+ Pb + H2SO4
Jadi, saat penyetruman akumulator pada prinsipnya mengubah anode dan katode yang
berupa timbal sulfat (PbSO4) menjadi timbal dioksida (PbO2) dan timbal murni (Pb).

D. Sumber Catudaya Listrik Tenaga Surya

Sumber catudaya listrik tenaga surya adalah sumber tenaga listrik yang terjadi akibat proses
perubahan dari energi surya menjadi energi listrik. Proses pengubahan energi listrik tersebut bisa
dilakukan dengan dua cara, yaitu secara langsung menggunakan photovoltaic dan secara tidak
langsung dengan pemusatan energi surya. Photovoltaic mengubah secara langsung energi cahaya
menjadi listrik menggunakan efek fotoelektrik. Pemusatan energi surya menggunakan sistem lensa
atau cermin dikombinasikan dengan sistem pelacak untuk memfokuskan energi matahari ke satu titik
untuk menggerakan mesin kalor.

a) Pemusatan energi surya

Sistem pemusatan energi surya (concentrated solar power, CSP) menggunakan lensa atau cermin
dan sistem pelacak untuk memfokuskan energi matahari dari luasan area tertentu ke satu titik. Panas
yang terkonsentrasikan lalu digunakan sebagai sumber panas untuk pembangkitan listrik biasa yang
memanfaatkan panas untuk menggerakkan generator. Sistem cermin parabola, lensa
reflektor Fresnel, dan menara surya adalah teknologi yang paling banyak digunakan. Fluida kerja
yang dipanaskan bisa digunakan untuk menggerakan generator (turbin uap konvensional
hingga mesin Stirling) atau menjadi media penyimpan panas.
Ivanpah Solar Plant yang terleak di Gurun Mojave akan menjadi pembangkit listrik tenaga surya tipe
pemusatan energi surya terbesar dengan daya mencapai 377 MegaWatt. Meski pembangunan
didukung oleh pendanaan Amerika Serikat atas visi Barrack Obama mengenai program 10000 MW.

b) Photovoltaic

Sel surya atau sel photovoltaic adalah alat yang mengubah energi cahaya menjadi energi listrik
menggunakan efek fotoelektrik. Dibuat pertama kali pada tahun 1880 oleh Charles Fritts.

Pembangkit listrik tenaga surya tipe photovoltaic adalah pembangkit listrik yang menggunakan
perbedaan tegangan akibat efek fotoelektrik untuk menghasilkan listrik. Solar panel terdiri dari 3
lapisan, lapisan panel P di bagian atas, lapisan pembatas di tengah, dan lapisan panel N di bagian
bawah. Efek fotoelektrik adalah di mana sinar matahari menyebabkan elektron di lapisan panel P
terlepas, sehingga hal ini menyebabkan proton mengalir ke lapisan panel N di bagian bawah dan
perpindahan arus proton ini adalah arus listrik.

c) Pembangkit listrik tenaga surya di Indonesia

Di Indonesia, PLTS terbesar pertama dengan kapasitas 2 * 1 MW terletak di Pulau Bali, tepatnya di
dearah Karangasem dan Bangli. Pemerintah mempersilakan siapa saja untuk meniru dan
membuatnya di daerah lain karena PLTS ini bersifat opensource atau tidak didaftarkan dalam hak
cipta.

Sejarah PLTS tidak terlepas dari penemuan teknologi sel surya berbasis silikon pada tahun 1941.
Ketika itu Russell Ohl dari Bell Laboratory mengamati silikon polikristalin akan membentuk buit in
junction, karena adanya efek segregasi pengotor yang terdapat pada leburan silikon. Jika berkas
foton mengenai salah satu sisi junction, maka akan terbentuk beda potensial di antara junction,
dimana elektron dapat mengalir bebas. Sejak itu penelitian untuk meningkatkan efisiensi konversi
energi foton menjadi energi listrik semakin intensif dilakukan. Berbagai tipe sel surya dengan
beraneka bahan dan konfigurasi geometri pun berhasil dibuat

d) Prinsip kerja sel surya

Sel surya adalah dioda semikonduktor yang dapat mengubah cahaya menjadi listrik dan merupakan
komponen utama dalam sistem PLTS

Gambar Sel Surya


Selain terdiri atas modul-modul sel surya, komponen lain dalam sistem PLTS adalah Balance of
System (BOS) berupa inverter dan kontroller. PLTS sering dilengkapi dengan batere sebagai
penyimpan daya, sehingga PLTS dapat tetap memasok daya listrik ketika tidak ada cahaya matahari.

Pembangkitan energi listrik pada sel surya terjadi berdasarkan efek fotolistrik, atau disebut juga efek
fotovoltaik, yaitu efek yang terjadi akibat foton dengan panjang gelombang tertentu yang jika
energinya lebih besar daripada energi ambang semikonduktor, maka akan diserap oleh elektron
sehingga elektron berpindah dari pita valensi (N) menuju pita konduksi (P) dan
meninggalkan holepada pita valensi, selanjutnya dua buah muatan, yaitu pasangan elektron-hole,
dibangkitkan. Aliran elektron-hole yang terjadi apabila dihubungkan ke beban listrik melalui
penghantar akan menghasilkan arus listrik.

e) Tipe Sel Surya

Ditinjau dari konsep struktur kristal bahannya, terdapat tiga tipe utama sel surya, yaitu sel surya
berbahan dasar monokristalin, poli (multi) kristalin, dan amorf. Ketiga tipe ini telah dikembangkan
dengan berbagai macam variasi bahan, misalnya silikon, CIGS, dan CdTe.

Berdasarkan kronologis perkembangannya, sel surya dibedakan menjadi sel surya generasi pertama,
kedua, dan ketiga. Generasi pertama dicirikan dengan pemanfaatan wafer silikon sebagai struktur
dasar sel surya; generasi kedua memanfaatkan teknologi deposisi bahan untuk menghasilkan lapisan
tipis (thin film) yang dapat berperilaku sebagai sel surya; dan generasi ketiga dicirikan oleh
pemanfaatan teknologi bandgap engineering untuk menghasilkan sel surya berefisiensi tinggi dengan
konsep tandem atau multiple stackes.

Kebanyakan sel surya yang diproduksi adalah sel surya generasi pertama, yakni sekitar 90% (2008).
Di masa depan, generasi kedua akan makin populer, dan kelak akan mendapatkan pangsa pasar
yang makin besar. European Photovoltaic Industry Association (EPIA) memperkirakan pangsa
pasar thin film akan mencapai 20% pada tahun 2010. Sel surya generasi ketiga hingga saat ini masih
dalam tahap riset dan pengembangan, belum mampu bersaing dalam skala komersial.

Anda mungkin juga menyukai