Anda di halaman 1dari 15

Alat Ukur Osiloskop dan Multimeter

KATA PENGATAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan
dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 10 Desember 2021

Penyusun
Daftar Isi
Daftar Gambar
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan Indonesia memiliki berbagai sarana dan prasarana untuk menunjang kualitas


pembelajaran mahasiswa contohnya laboratorium pengukuran. Pada laboratorium
pengukuran terdapat seperangkat alat praktikum yang dapat digunakan sebagai media
belajar. Beberapa alat yang berada di laboratorium pengukuran, yaitu multimeter dan
osiloskop.
Alat-alat  praktikum seperti multimeter dan osiloskop tersebut merupakan alat yang
digunakan untuk melakukan pengukuran yang berhubungan dengan materi listrik.
Umumnya, alat-alat tersebut kerap digunakan di tingkat perguruan tinggi.
Pengukuran menggunakaan multimeter dan osiloskop memerlukan tingkat ketelitian
yang lebih tinggi dan penuh kehati-hatian agar hasil pengukuran yang diperoleh tepat. Saat
melakukan pengukuran menggunakan multimeter dan osiloskop hendaknya praktikan
memperhatikan prosedur-prosedur tertentu agar alat yang digunakan tetap terjaga
kualitasnya.
Umumnya, praktikan tidak memperhatikan prosedur-prosedur tertentu dalam
menggunakan alat-alat praktikum sehingga terjadi kerusakan pada alat yang menyebabkan
alat tidak tahan lama. Oleh karena itu, makalah ini dibuat untuk memberikan pengetahuan
kepada pembaca agar dapat menggunakan peralatan laboratorium dengan baik.

1.2 Tujuan Umum Praktikum


Praktikum ini dilakukan agar kami para praktikan dapat :
1. Memperluas dan menambah wawasan serta keterampilan dalam bidang pengukuran
2. Mengembangkan ilmu yang telah diperoleh atau yang sudah dipraktekkan
3. Memahami secara lebih mendalam mengenai alat ukur multimeter dan osiloskop
4. Memahami cara kerja dari praktik-praktik yang telah dilakukan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Multimeter
2.1.1 Pengertian Multimeter
Multimeter adalah alat pengukur listrik yang juga sering disebut sebagai AVO meter
(Ampere Volt Ohm Meter). Pada kehidupan sehari-hari multitester dapat digunakan untuk
mengukur tegangan (Volt meter), hambatan (Ohm meter) maupun arus (Ampere meter).
Multimeter ada 2 jenis yaitu multimeter analog dan digital.
Multitester analog menggunakan peraga jarum moving coil dan besaran ukur
berdasarkan arus (elektronis dan non elektronis). Sedangkan multitester digital
menggunakan peraga bilangan digital dan besaran ukur berdasarkan tegangan yang
dikonversi ke sinyal digital. Spesifikasi Multimeter :
1. Batas Ukur dan Skala Tegangan searah  (DC&AC), arus (DC), dan resistensi
2. Sensitivitas pengukuran tegangan
3. sensitivitas pengukuran tegangan dalam ΩΩ/V/V
4. ketelitian dalam %
5. jangkauan frekuensi tegangan bolak bolak-balik
6. yang mampu diukur (misalnya antara 20 Hz -30 KHz).
7. baterai yang diperlukan
2.1.2 Jenis-Jenis Multimeter
Multimeter ada 2 jenis, yaitu multimeter analog dan multimeter digital:
a. Multimeter Analog

Gambar 2.1 Multimeter Analaog


Multimeter analog lebih banyak dipakai untuk kegunaan sehari-hari, seperti para
tukang servis TV atau komputer kebanyakan menggunakan jenis yang analog ini.
Kelebihannya adalah mudah dalam pembacaannya dengan tampilan yang lebih
simple. Sedangkan kekurangannya adalah akurasinya rendah, jadi untuk pengukuran
yang memerlukan ketelitian tinggi sebaiknya menggunakan multimeter digital.

Multimeter analog terdiri dari bagian-bagian penting, diantaranya adalah sebagai


berikut:

1. Papan skala 
2. Jarum penunjuk skala 
3. Pengatur jarum skala 
4. Knop pengatur nol ohm
5. Batas ukur ohm meter 
6. Batas ukur DC volt (dcv)
7. Batas ukur AC volt (acv)
8. Batas ukur ampere meter DC
9. Saklar pemilih (dcv, acv, ohm, ampere dc)

1) Kelebihan Multimeter Analog


a. Untuk pengecekan kerusakan rangkaian, atau komponen lebih mudah
b. Harga relatif lebih murah

2) Kekurangan Multimeter Analog


a. Menggunakan rumus tertentu untuk menghitung nilai yang ditunjuk jarum
b. Rawan rusak di bagian spul atau penunjuk jarum.

2.1.3 Cara menggunakan Multimeter Analog yaitu:

1. Untuk memulai setiap pengukuran, hendaknya jarum menunjukkan angka nol


apabila kedua penjoloknya dihubungkan. Putarlah penala mekanik apabila jarum
belum tepat pada angka nol (0).
2. Putarlah sakelar pemilih ke arah besaran yang akan diukur, misalnya ke arah DC
mA apabila akan mengukur arus DC, ke arah AC V untuk mengukur tegangan AC,
dan ke arah DC V untuk mengukur tegangan DC.
3. Untuk mengukur tahanan (resistor), sakelar pemilih diarahkan ke sekala ohm dan
nolkan dahulu dengan menggabungkan probe positif dan negatif. Apabila belum
menunjukkan angka nol cocokkan dengan memutar ADJ Ohm.
4. Sambungkan penjolok warna merah ke jolok positif dan penjolok warna hidam ke
jolok negatif.
5. Untuk pengukuran besaran DC, jangan sampai terbalik kutub positif dan
negatifnya karena bisa menyebabkan alat ukurnya rusak.
2.1.4 Cara Menggunakan Multimeter Digital
Sama dengan multimeter analog, hanya lebih sederhana dan lebih cermat dalam
penunjukan hasil ukurannya karena menggunakan display 4 digit sehingga mudah
membaca dan memakainya.
1. Putar sakelar pemilih  pada posisi skala yang kita butuhkan setelah alat ukur siap
dipakai.
2. Hubungkan probenya ke komponen yang akan kita ukur setelah disambungkan
dengan alat ukur.
3. Catat angka yang tertera pada multimeter digital.
4. Penyambungan probe tidak lagi menjadi prinsip sekalipun probenya terpasang
terbalik karena display dapat memberitahu

b. Multimeter Digital

Gambar 2.2 Multimeter Digital


Multimeter digital memiliki akurasi yang tinggi, dan kegunaan yang lebih
banyak jika dibandingkan dengan multimeter analog. Yaitu memiliki tambahan-
tambahan satuan yang lebih teliti, dan juga opsi pengukuran yang lebih banyak,
tidak terbatas pada ampere, volt, dan ohm saja. Multimeter digital biasanya dipakai
pada penelitian atau kerja-kerja mengukur yang memerlukan kecermatan tinggi,
tetapi sekarang ini banyak juga bengkel-bengkel komputer dan service center yang
memakai multimeter digital. Kekurangannya adalah susah untuk memonitor
tegangan yang tidak stabil. Jadi bila melakukan pengukuran tegangan yang bergerak
naik-turun, sebaiknya menggunakan multimeter analog.
Multimeter digital terdiri dari bagian-bagian penting, diantaranya adalah
sebagai berikut:

1. Display hasil pengukuran


2. Tombol function
3. Selector switch
4. Jack probe
5. Probe
2.2 Osiloskop
2.2.1 Pengertian Osiloskop
Osiloskop merupakan alat ukur elektronik.  Frekuensi dan periode dapat diukur
dengan menggunakan alat ukur osiloskop ini, dan dapat melihat bentuk-bentuk
gelombang seperti bentuk gelombang sinyal audio, sinyal video, dan bentuk
gelombang tegangan listrik arus bolak-balik.

Osiloskop telah lama digunakan untuk pengukuran luas atau lebar yang bervariasi
oleh insinyur, ilmuwan, dan teknisi. Banyak yang menyatakan bahwa osiloskop
sangatlah serbaguna dan fungsi utamanya adalah bertujuan untuk mengukur peralatan
elektronik.

Osiloskop merupakan salah satu alat ukur elektronika yang sering kita
jumpai disamping alat ukur yang lain seperti halnya sinyal generator penghitung
frekuensi, alat pengukur geratan (vibrasi) dan alat pengukur deru suara dan
sebagainya. Alat alat ukur tersebut diatas merupakan perangkat alat ukur
perbengkelan, laboratorium, dan industri elektronika, penggunaan osiloskop
elektromagnetik ini dibatasi sampai frequensi ini dibatasi sampai 10 KHz, dan untuk
gejala frequensi tinggi digunakanlah tabung sinar katoda yang biasa disebut CRT
(cathoda ray tube) tabung ini berfungsi untuk mendefleksikan sinar cahaya electron.

2.2.2 Fungsi Osiloskop

Secara umum osiloskop berfungsi untuk menganalisa besaran yang berubah-ubah


terhadap waktu yang ditampilkan pada layar, untuk melihat bentuk sinyal yang sedang
diamati. Dengan Osiloskop maka kita dapat mengetahui berapa frekuensi, periode dan
tegangan dari sinyal. Dengan sedikit penyetelan kita juga bisa mengetahui beda fasa
antara sinyal masukan dan sinyal keluaran. Ada beberapa kegunaan osiloskop lainnya,
yaitu: 
1. Mengukur besar tegangan listrik dan hubungannya terhadap waktu.
2. Mengukur frekuensi sinyal yang berosilasi.
3. Mengecek jalannya suatu sinyal pada sebuah rangakaian listrik. 
4. Membedakan arus AC dengan arus DC.

5. Mengecek noise pada sebuah rangkaian listrik dan hubungannya terhadap waktu.

Osiloskop terdiri dari dua bagian utama yaitu display dan panel kontrol. Display
menyerupai tampilan layar televisi hanya saja tidak berwarna warni dan berfungsi
sebagai tempat sinyal uji ditampilkan. Pada layar ini terdapat garis-garis melintang
secara vertikal dan horizontal yang membentuk kotak-kotak dan disebut div. Arah
horizontal mewakili sumbu waktu dan garis vertikal mewakili sumbu tegangan. Panel
kontrol berisi tombol-tombol yang bisa digunakan untuk menyesuaikan tampilan di
layar.

Pada umumnya osiloskop terdiri dari dua kanal yang bisa digunakan untuk melihat
dua sinyal yang berlainan, sebagai contoh kanal satu untuk melihat sinyal masukan
dan kanal dua untuk melihat sinyal keluaran.

  Ada beberapa jenis tegangan gelombang yang akan diperlihatkan pada layar
monitor osiloskop, yaitu: 
1. Gelombang sinusoida

2. Gelombang blok 

3. Gelombang segitiga.

2.2.3 Setting Default Osiloskop

Tombol Umum:
Powe (On/Off) : Untuk menghidupkan/mematikan Oscilloscope
Ilumination : Untuk menyalakan lampu latar.
Intensity : Untuk mengatur terang/gelapnya garis frekuensi
Focus : Untuk mengatur ketajaman garis frekuensi
Rotation : Untuk mengatur posisi kemiringan rotasi garis frekuensi
CAL : Frekuensi Sample yg dpt diukur utk mengkalibrasi Oscilloscope

Tombol di Vertikal Block :


Position : Untuk mengatur naik turunnya garis.
V. Mode : Untuk mengatur Channel yg dipakai
Ch1 : Menggunakan Input Channel1
Ch2 : menggunakan Input Channel 2
Alt : (Alternate) menggunakan bergantian Channel1 dan Channel 2
Chop : Menggunakan potongan dari Channel 1 dan Channel2
Add : Menggunakan penjumlahan dari Ch1 dan Ch2
Coupling : Dipilih sesuai input Channel yg digunakan,
Source : Sumber pengukuran bisa dari Channel1 atau Channel2
Slope : Normal digunakan yang +. Gunakan yang – untuk kebalikan gelombang.
AC-GND-DC : Pilih AC untuk gelombang bolak-balik (peak to peak)
Pilih DC untuk gelombang/tegangan searah DC
Pilih GND untuk menonaktifkan gelombang mis:Utk menentukan posisi awal
VOLTS/DIV : Untuk menentukan skala vertikal tegangan dlm satu kotak/DIV
Vertikal.

Tombol di Horizontal Block :


Position : Untuk mengatur posisi horizontal dari garis gelombang.
TIME/DIV : Untuk megatur skala frekuensi dalam satu kotak/DIV Horizontal.
X10 MAG : Untuk memperbesar/ Magnificient frekuensi menjadi 10x lipat.
Variable : Untuk mengatur kerapatan gelombang horizontal.
Trigger Level : Untuk mengatur agar frekuensi tepat terbaca.

2.2.4 Prinsip Kerja Osiloskop Analog

Gambar 2.3 Osiloskop Analog

Penjelasan untuk skema prinsip kerja osiloskop analog:

Saat kita menghubungkan probe ke sebuah rangkaian, sinyal tegangan mengalir dari


probe menuju ke pengaturan vertikal dari sebuah sistem osiloskop (Vertical System),
sebuah Attenuator akan melemahkan sinyal tegangan input sedangkan Amplifier akan
menguatkan sinyal tegangan input. Pengaturan ini ditentukan oleh kita saat
menggerakkan kenop "Volt/Div" pada user interface Osiloskop.

Tegangan yang keluar dari sistem vertikal lalu diteruskan menuju pelat defleksi
vertikal pada sebuah CRT (Catode Ray Tube), sinyal tegangan yang dimasukkan ke
pelat ini nantinya akan digunakan oleh CRT untuk menggerakkan berkas-berkas
elektron secara bidang vertikal saja (ke atas atau ke bawah).

Sampai point ini dapat disimpulkan bahwa Vertical System pada osiloskop analog


berfungsi untuk mengatur penampakan Amplitudo dari sinyal yang diamati.

Selanjutnya sinyal masuk ke dalam pelat defleksi vertikal.Sinyal tegangan yang


teraplikasikan disini menyebabkan berkas-berkas elektron bergerak.Tegangan positif
mengakibatkan berkas elektron bergerak ke atas, sedangkan tegangan negatif
menyebabkan elektron terdorong ke bawah.

Sinyal yang keluar dari Vertical System tadi juga diarahkan ke Trigger


System untuk memicu sweep generator dalam menciptakan apa yang disebut dengan
"Horizontal Sweep" yaitu pergerakan elektron secara sweep - menyapu ke kiri dan ke
kanan - dalam dimensi horizontal atau dengan kata lain adalah sebuah ungkapan
untuk aksi yang menyebabkan elektron untuk bergerak sangat cepat menyeberangi
layar dalam suatu interval waktu tertentu. Pergerakan elektron yang sangat cepat
(dapat mencapai 500,000 kali per detik) inilah yang menyebabkan elektron tampak
seperti garis pada layar (misalnya seperti daun kipas pada kipas angin yang tampak
seperti lingkaran saja saat berputar).

Pengaturan berapa kali elektron bergerak menyebrangi layar inilah yang dapat kita
anggap sebagai pengaturan Periode/Frekuensi yang tampak pada layar, bentuk
konkretnya adalah saat kita menggerakkan kenop Time/Div pada Osiloskop.

Pengaturan bidang vertikal dan horizontal secara bersama-sama akhirnya dapat


merepresentasikan sinyal tegangan yang diamati ke dalam bentuk grafik yang dapat
kita lihat pada layar CRT.

2.2.5 Cara Mengukur Frekuensi, Tegangan, Arus Searah dan Arus Bolak-Balik

Pengukuran tegangan dilakukan dengan menghitung jumlah pembagi yang meliputi


muka gelombang pada bagian skala vertikal.Sinyal dapat diatur dengan mengubah-
ubah kontrol vertikal, untuk pengukuran terbaik pilihlah skala volts/div (volt per
kotak) yang paling cocok.

Waktu dapat diukur dengan menggunakan skala horizontal pada


osiloskop.Pengukuran waktu meliputi periode, lebar pulsa (pulse width), dan waktu
dari pulsa. Pengukuran waktu akan lebih akurat bila mengatur porsi sinyal yang akan
diukur untuk mengatasi besarnya area pada layar. Pengukuran waktu yang lebih
akurat dapat dilakukan dengan mengatur tombol time/div.
Langkah-Langkah Mengukur Tegangan Arus Bolak-Balik (AC)
1. Sinyal AC diarahkan ke CH input dan stel saklar mode untuk menampilkan
bentuk gelombang yang diarahkan ke CH tersebut.
2. Distel saklar VOLT/ DIV untuk menampilkan kira- kira 5 DIV bentuk gelombang.
3. Distel saklar SEC/ DIV untuk menampilkan beberapa gelombang.
4.Atur penampilan gelombang secara vertikal sehingga puncak gelombang negatif,
gelombang berhimpit dengan salah satu garis gratikul horizontal.
5. Atur tampilan gelombang secara horizontal, sehingga puncak berimpit dengan
pusat garis gratikul vertikal.
6. Hitunglah tegangan puncak- kepuncak ( Peaks to peaks ) dengan menggunakan
persamaan:
VOLT ( p.p ) = ( difleksi vertikal ) x ( penempatan saklar VOLT/ DIV ).

Langkah-Langkah Mengukur Tegangan Arus Searah (DC)


1. Pilih mode SOURCE pada LINE.
2. Pilih mode COUPLING pada DC.
3. Pilih DC pada tombol AC-DC.
4. Siapkan baterai yang akan diukur.
5. Dengan kabel penghubung, hubungkan battery dengan salah satu channel.
6. Hal yang perlu diperhatikan sebelum mengukur adalah, letakkan nilai 0 di layar
sebaik mungkin.
7. Variasikan VOLTS/DIV pada beberapa angka (misalnya 1, 1.5, dan 2).
8. Catat semua hasil pengukuran yang didapatkan.

Langkah-Langkah Mengukur Periode dan Frekuensi


1. Distel saklar SEC/DIV untuk menampilkan siklus gelombang kompleks.
2. Diukur jarak horizontal antara titik-titik pengukuran waktu (satu panjang
gelombang ).
3. Ditentukan period e gelombang dengan mengalikan jumlah pembagi dengan
faktor pengali.
4. Ditentukan frekuensi gelombang (1/ periode).
2.2.6

Anda mungkin juga menyukai