Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di era modern ini, perangkat komunikasi merupakan hal utama atau bisa
dikatakan merupakan hal yang sangat penting karena sangat dibutuhkan dalam
interaksi manusia sekarang ini. Dalam perangkat sistem komunikasi terdapat
rangkaian yang berfungsi untuk meloloskan sinyal input pada frekuensi
tertentu yang mengandung informasi rahasia, rangkaian ini disebut filter RC.
Dalam teknik telekomunikasi, sinyal sinus dimanfaatkan dalam selang
frekuensi yang lebih lebar, mulai dari beberapa Hz sampai jutaan Hz. Untuk hal
yang kedua ini, walaupun rangkaian beroperasi pada keadaan mantap, tetapi
frekuensi sinyal yang diproses dapat bervariasi ataupun mengandung banyak
frekuensi (gelombang komposit), misalnya suara manusia ataupun suara musik.
Sebuah tapis atau filter merupakan sebuah jaringan yang didesain agar bisa
melewatkan isyarat pada daerah frekuensi tertentu. Daerah frekuensi ialah
dimana isyarat dapat diloloskan disebut pita lolos (pass band) dan daerah
frekuensi dimana isyarat ditolak disebut pita henti (stop band).Filter dengan
pita lolos pada frekuensi rendah disebut filter lolos rendah, sedangkan untuk
pita lolos frekuensi tinggi disebut filter lolos tinggi.
Dasar pemahaman tentang proses tanggapan frekuensi ini, maka kita hanya
akan mengkaji pada sifat RC yang bisa meloloskan frekuensi rendah dan tinggi
dan sebagai alat pengubah gelombang persegi ke segitiga dan persegi ke pulsa
dengan masing-masing mengintegrasikan dan mendiferensialkan gelombang
inputnya dan rangkaiannya sendiri masing-masing disebut rangkaian integrator
dan rangkaian diferensiator orde satu.
Untuk rangkaian tapis RC lolos rendah, tegangan-tegangan keluaran sama
dengan tegangan masukan, akan tetapi pada frekuensi yang tinggi isyarat
keluaran diperkecil. Adapun tanggapan fasa tapis RC lolos rendah berubah
dengan frekuensi, makin tinggi frekuensinya maka makin kecil keluarannya.
Untuk rangkaian tapis RC lolos tinggi, berfungsi untuk melewatkan frekuensi
tinggi atau melewatkan frekuensi diatas frekuensi cut-off. Untuk lebih
memahami rangkaian filter RC secara lebih mendalam, maka dilakukan
praktikum yang berjudul “Rangkaian Filter RC”.
B. Tujuan Praktikum
Mahasiswa diharapkan dapat :
1. Membedakan jenis rangkaian RC tapis lolos rendah dan tinggi.
2. Menentukan frekuensi cut – off rangkaian tapis RC lolos rendah dan lolos
tinggi berdasarkan bode – plot.
3. Merancang suatu sistem rangkaian tapis RC tingkat satu.
C. Manfaat Praktikum
Dengan melakukan praktikum ini, maka diperoleh manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
a. Mahasiswa dapat membedakan jenis rangkaian RC tapis lolos rendah dan
tinggi
b. Mahasiswa dapat menentukan frekuensi cut – off rangkaian taspis RC
lolos rendah dan lolos tinggi berdasarkan bode – plot
c. Mahasiswa dapat mengetahui rancangan suatu sistem rangkaian tapis RC
tingkat satu
2. Manfaat Praktis
Mahasiswa dapat mengaplikasian filter RC dalam kehidupan sehari-hari
salah satunya di dalam audio-video yaitu penggunaan filter kanal kanal pada
equalizer. Rangkaian integrator banyak digunakan dalam “komputasi sinyal
analog” dimana rangkaian ini banyak membantu menyelesaikan persamaan
integral.
BAB II
LANDASAN TEORI

Harmonik adalah salah satu dari sekian banyak permasalahan yang


menyangkut kualitas daya listrik. Keberadaan harmonik ini sangat menggangu
bahkan merugikan sistem apabila melebihi batas standar yang ditetapkan, dalam
hal ini standar yang digunakan adalah standar IEEE 519-1992 (Sunanda, 2012:5).
Riak (ripple) merupakan sesuatu yang tidak diinginkan, karenanya harus
diusahakan untuk direduksi sekecil mungkin. Salah satu metode yang biasa
digunakan untuk mereduksi amplitude riak keluaran dari sebuah catu daya yaitu
dengan memperbesar kontanta waktu pelepasan muatannya. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara memperbesar nilai atau memperbesar nilai resistansi
(Bakri dkk, 2015)
Rangkaian tapis RC lolos rendah biasa juga disebut sebagai rangkaian
pengintegral RC. Seperti gambar berikut :

Gambar 2.1(a) Rangkaian pengintegral RC, (b) Bentuk isyarat masukan Vs (t),
dan isyarat keluaran Vo (t)
( Sumber : Sutrisno, 1986)
Seperti ditujukkan pada gambar 1.1 b. jika tetapan waktu , kapasitor

C terisi penuh dalam waktu . Akan tetapi jika tetapan waktu , maka

kapasitor terisi penuh, tegangan Vs sudah berbalik menjadi negative. Akibatnya


kapasitor segera dikosongkan dan di isi muatan negative menuju ke –Vp. Belum
lagi terisi penuh, Vs sudah berubah tanda lagi. Akibatnya isyarat keluaran akan
berupa suatu tegangan yang berbentuk gelombang segitiga (Sutrisno,1986).
Menurut Sunanda (2012) filter ini dapat melewatkan frekuensi dibawah
frekuensi cut-off dan menahan atau meredam frekuensi diatas frekuensi cut-off.
adalah tegangan input yang masuk ke rangkaian dan Vout adalah tegangan
yang keluar dari rangkaian. Nilai Vout dapat dicari dengan persamaan berikut :
– ...2.1

...2.2

...2.3

– ...2.4

Dalam sistem tenaga listrik yang ideal, bentuk gelombang tegangan yang
disalurkan ke peralatan konsumen dan bentuk gelombang arus yang dihasilkan
adalah gelombang sinus murni. Harmonisasi adalah gangguan yang terjadi dalam
sistem distribusi tenaga listrik yang disebabkan adanya distorsi gelombang arus
dan tegangan. Distorsi gelombang arus dan tegangan ini disebabkan adanya
pembentukan gelombang-gelombang dengan frekuensi kelipatan bulat dari
frekuensi fundamentalnya (Widiarto, 2019)
Filter pasif adalah rangkaian listrik yang tersusun dari kombinasi sebuah
resistor (R) dengan sebuah komponen pasif lainnya yaitu kapasitor (C) maupun
induktor (L). Dalam frekuensi rendah rangkaian penguat audio, filter pasif
digunakan untuk menapis sinyal dengan cara menahan ( block ) interval frekuensi
sinyal tertentu dan melewatkan (pass) interval frekuensi sinyal lainnya. Secara
matematis rangkaian yang terdiri komponen RC dan RL menghasilkan persamaan
diferensial tingkat satu dan disebut rangkaian filter orda pertama atau first order
filter (Gintings, 2019)
Menurut Widodo (2002), bila tegangan Vi melebihi tegangan kapasitor, maka
diode menghantar (ON) dan kapasitor berisi muatan. Bila tegangan vi lebih
rendah daripada tegangan kapasitor maka diode tersumbat (OFF) dan kapasitor
mengosongkan muatannya. Ragam gelombang keluaran terlihat pada gambar
berikut.
Gambar 2.2 Ragam gelombang tegangan keluaran dan arus dioda
(Sumber : Widodo, 2002)
Selama diode meghantar, tegangan trafo diberikan beban. Bila penurunan
tegangan pada diode diabaikan maka tegangan keluaran adalah
...2.5
dengan,
...2.6
Selama dioda tersumbat, kapasitor mengosongkan muatannya ke beban
dengan tetapan waktu C .
Titik dimana diode mulai menghantar disebut titik hantar (cut-in) dan diode
mulai tersumbat disebut titik sumbat ( cut-off)
Menurut Bakri dkk (2015:183-184) besarnya riak direduksi dengan suatu
faktor pendekatan yang sama dengan :

...2.7
√ √
Dimana Xc adalah reaktansi kapasitif dari yang besarnya adalah :

...2.8

Jika tegangan dc pada ujung-ujung kapasitor filter pertama telah diketahui,


maka kita dapat menghitung tegangan dc keluaran dengan rangkaian filter RC
tambahan.
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Identifikasi Variabel
1. Variabel Kontrol : Resistansi (R)(Ω), Kapasitansi (C)(F), Tegangan
Input (Vin)(volt)
2. Variabel Manipulasi : Frekuensi (f) (Hz)
3. Variabel Respon : Tegangan Output (Vout) (volt)
B. Definisi Operasional Variabel
1. Resistansi (R) adalah kemampuan resistor cincin untuk menghambat sinyal
input dalam arus bolak-balik yang ditentukan berdasarkan kode warna yang
tertera pada resistor cincin dengan satuan Ohm (Ω). Resistor cincin yang
digunakan memiliki kode warna abu-abu, merah, hitam, emas.
2. Kapasitansi C adalah kemampuan kapasitor untuk menyimpan muatan,
nilainya ditentukan berdasarkan kode yang tertera pada kapasitor, satuannya
adalah Farad (F).
3. Tegangan Input Vin adalah nilai tegangan yang dialirkan pada rangkaian RC
dan bersumber dari Audio Function Generator, diukur dengan satuan volt
(V).
4. Frekuensi f adalah nilai frekuensi dari sinyal masukan yang dialirkan pada
rangkaian RC yang diperoleh dengan cara memutar tombol pengatur
frekuensi pada Audio Function Generator, satuannya adalah Hertz (Hz).
5. Tegangan Output Vout adalah besarnya tegangan keluaran yang nilainya
diperoleh dari penunjukan skala pada layar monitor osiloskop. satuannya
ialah volt (V).
C. Alat dan Bahan
1. Osiloskop Sinar Katoda + Probe (1 buah)
2. Audio Function Generator (1 buah)
3. Resistor | | (1 buah)
4. Kapasitor (1 buah)
5. Kabel Penghubung (4 buah)
D. Prosedur Kerja
a. Filter RC Lolos Rendah (Integrator)
1. Membuat rangkaian seperti pada gambar berikut :

Gambar 3.1 Rangkaian Filter RC Tapis Lolos Rendah (Integrator)


(Sumber : Modul Praktikum Elektronika Dasar 2022)
2. Sebelum melakukan pengamatan, terlebih dahulu mengukur dan
mencatat nilai –nilai berikut :
a. Nilai / harga komponen C dan R.
b. Memperkirakan besar frekuensi potong (Cut-Off) rangkaian yang
telah dibuat.
c. Mengukur tegangan puncak Vi (maksimum) audio function generator
untuk gelombang persegi.
d. Mengkalibrasi basis waktu dan basis tegangan pada osiloskop.
3. Setelah itu, melakukan pengamatan dan pengukuran untuk tegangan
output Vo pada ujung-ujung Kapasitor dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
a) Setelah tampilan output tampak pada layar monitor osiloskop dan
sudah dipastikan bahwa sistem rangkaian sudah berfungsi dengan
baik, maka dilakukan langkah selanjutnya yaitu tombol/pemutar
frekuensi diputar pada angka penunjukan 100 Hz.
b) Mengukur tegangan puncak yang tampak pada layar monitor
c) Melakukan langkah (2) dan langkah (3) untuk frekuensi 200Hz, 300
Hz, 400 Hz, 500 Hz, .......... dan seterusnya.
d) Mencatat hasil pengamatan pada tabel pengamatan.
b. Rangkaian Tapis RC Lolos Tinggi (Diferensiator)
1. Rangkaian yang digunakan sama dengan rangkaian pada integrator,
tetapi disini yang menjadi output yaitu R (resistor). Untuk Proses
pengamatan dan pengambilan data sama dengan rangkaian tapis RC lolos
rendah. Sesuai rangkaian pendiferensial berikut :

Gambar 3.2 Rangkaian Filter RC Tapis Lolos Tinggi (Diferensiator)


(Sumber : Modul Praktikum Elektronika Dasar 2022)

E. Teknik Analisis Data


1. Menentukan nilai frekuensi cut-off dan kutub tapis secara teori pada
rangkaian tapis lolos rendah dan tinggi dengan persamaan :

2. Membuat grafik hubungan antara frekuensi dan faktor penguat tegangan


(AV). Lalu berdasarkan grafik, ditarik garis lurus dari nilai tegangan kutub
pada sumbu y, lalu ditarik garis ke sumbu x untuk memperoleh nilai
frekuensi cut-off berdasarkan praktikum. Tegangan kutub secara praktikum
didapatkan berdasarkan persamaan :

3. Dari frekuensi cut-off yang diperoleh, ditentukan kutub tapis secara


praktikum dengan persamaan :
4. Untuk menentukan persentase kesalahan untuk frekuensi cut-off dan kutub
tapis, digunakan persamaan :

| |

| |
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
Tabel 4.1 Tegangan Output ( ) sebagai Fungsi Frekuensi Sumber.
| | ;
Integrator Deferensiator

No. No.
1. 100 2,0 1. 100 0
2. 200 2,0 2. 200 0
3. 300 2,0 3. 300 0
4. 400 2,0 4. 400 0
5. 500 2,0 5. 500 0
6. 600 2,0 6. 600 0
7. 700 2,0 7. 700 0
8. 800 2,0 8. 800 0
9. 900 2,0 9. 900 0
10. 1000 2,0 10. 1000 0
11. 2000 2,0 11. 2000 0
12. 3000 1,9 12. 3000 0
13. 4000 1,9 13. 4000 0,5
14. 5000 1,9 14. 5000 0,5
15. 6000 1,9 15. 6000 0,6
16. 7000 1,8 16. 7000 0,7
17. 8000 1,8 17. 8000 0,8
18. 9000 1,7 18. 9000 0,9
19. 10000 1,7 19. 10000 1,0
20. 11000 1,7 20. 11000 1,0
21. 12000 1,7 21. 12000 1,0
22. 13000 1,6 22. 13000 1,1
23. 14000 1,6 23. 14000 1,2
Integrator Deferensiator

No. No.
24. 15000 1,5 24. 15000 1,2
25. 16000 1,5 25. 16000 1,2
26. 17000 1,4 26. 17000 1,2
27. 18000 1,4 27. 18000 1,3
28. 19000 1,3 28. 19000 1,3
29. 20000 1,3 29. 20000 1,4
30. 30000 1,0 30. 30000 1,6
31. 40000 0,9 31. 40000 1,6
32. 50000 0,9 32. 50000 1,7
33. 60000 0,8 33. 60000 1,7
34. 70000 0,7 34. 70000 1,7
35. 80000 0,6 35. 80000 1,7
36. 90000 0,6 36. 90000 1,8
37. 99999 0,5 37. 99999 1,8

B. Analisis Data
Kegiatan 1. Rangkaian Tapis RC Lolos Rendah (Integrator)
| | ;

Tabel 4.2 Faktor Penguat Tegangan (AV) sebagai Fungsi Frekuensi Sumber
untuk Rangkaian Tapis RC Lolos Rendah (Integrator)

No. AV ( )

1. 100 1 0
2. 200 1 0
3. 300 1 0
4. 400 1 0
5. 500 1 0
6. 600 1 0
7. 700 1 0
No. AV ( )

8. 800 1 0
9. 900 1 0
10. 1000 1 0
11. 2000 1 0
12. 3000 0,95 -0,44553
13. 4000 0,95 -0,44553
14. 5000 0,95 -0,44553
15. 6000 0,95 -0,44553
16. 7000 0,9 -0,91515
17. 8000 0,9 -0,91515
18. 9000 0,85 -1,41162
19. 10000 0,85 -1,41162
20. 11000 0,85 -1,41162
21. 12000 0,85 -1,41162
22. 13000 0,8 -1,9382
23. 14000 0,8 -1,9382
24. 15000 0,75 -2,49877
25. 16000 0,75 -2,49877
26. 17000 0,7 -3,09804
27. 18000 0,7 -3,09804
28. 19000 0,65 -3,74173
29. 20000 0,65 -3,74173
30. 30000 0,5 -6,0206
31. 40000 0,45 -6,93575
32. 50000 0,45 -6,93575
33. 60000 0,4 -7,9588
34. 70000 0,35 -9,11864
35. 80000 0,3 -10,4576
36. 90000 0,3 -10,4576
37. 99999 0,25 -12,0412
a. Frekuensi Cut-Off
1) Secara Teori

2) Secara Praktikum

Maka berdasarkan plot grafik diperoleh


b. Kutup Tapis
1) Secara Teori

2) Secara Praktikum

c. % Kesalahan
1) Untuk Frekuensi Cut-Off

| |

| |

2) Untuk Kutup Tapis

| |
| |
𝑨𝑽 𝒗𝒐𝒍𝒕
1,1

0,9

0,8

𝟏𝟖𝟎𝟎𝟎 𝑯𝒛 0,707 volt


0,7

0,6

0,5

0,4

0,3

0,2

0,1

0 𝒇 𝑯𝒛
0 10000 20000 30000 40000 50000 60000 70000 80000 90000 100000
𝒇𝑪

Grafik 4.1 Hubungan Antara Frekuensi (Hz) dengan Faktor Penguatan Tegangan (AV) pada Filter Tapis Lolos Rendah (Integrator)
0 𝒇 𝑯𝒛
0 10000 20000 30000 40000 50000 60000 70000 80000 90000 100000
-1

-2

-3 𝟏𝟖𝟎𝟎𝟎 𝑯𝒛 -3 dB

-4

-5

-6

-7

-8

-9

-10

-11

-12

-13
𝟐𝟎 𝑳𝒐𝒈 𝑨𝑽 (dB) 𝒇𝑪

Grafik 4.2 Hubungan Antara Frekuensi (Hz) dengan 20 Log AV (dB) pada Filter Tapis Lolos Rendah (Integrator)
Kegiatan 2. Rangkaian Tapis RC Lolos Tinggi (Diferensiator)
| | ;

Tabel 4.3 Faktor Penguat Tegangan (AV) sebagai Fungsi Frekuensi Sumber
untuk Rangkaian Tapis RC Lolos Tinggi (Diferensiator)

No. AV ( )

1. 100 0 0
2. 200 0 0
3. 300 0 0
4. 400 0 0
5. 500 0 0
6. 600 0 0
7. 700 0 0
8. 800 0 0
9. 900 0 0
10. 1000 0 0
11. 2000 0 0
12. 3000 0 0
13. 4000 0,25 -12,0412
14. 5000 0,25 -12,0412
15. 6000 0,3 -10,4576
16. 7000 0,35 -9,11864
17. 8000 0,4 -7,9588
18. 9000 0,45 -6,93575
19. 10000 0,5 -6,0206
20. 11000 0,5 -6,0206
21. 12000 0,5 -6,0206
22. 13000 0,55 -5,19275
23. 14000 0,6 -4,43697
24. 15000 0,6 -4,43697
25. 16000 0,6 -4,43697
No. AV ( )

26. 17000 0,6 -4,43697


27. 18000 0,65 -3,74173
28. 19000 0,65 -3,74173
29. 20000 0,7 -3,09804
30. 30000 0,8 -1,9382
31. 40000 0,8 -1,9382
32. 50000 0,85 -1,41162
33. 60000 0,85 -1,41162
34. 70000 0,85 -1,41162
35. 80000 0,85 -1,41162
36. 90000 0,9 -0,91515
37. 99999 0,9 -0,91515

a. Frekuensi Cut-Off
1) Secara Teori

2) Secara Praktikum

Maka berdasarkan plot grafik diperoleh


b. Kutup Tapis
1) Secara Teori
2) Secara Praktikum

c. % Kesalahan
1) Untuk Frekuensi Cut-Off

| |

| |

2) Untuk Kutup Tapis

| |

| |
𝑨𝑽 𝒗𝒐𝒍𝒕
1

0,9

0,8

0,7

0,6 𝟏𝟕𝟓𝟎𝟎 𝑯𝒛 0,636 volt

0,5

0,4

0,3

0,2

0,1

0 𝒇 𝑯𝒛
0 10000 20000 30000 40000 50000 60000 70000 80000 90000 100000
𝒇𝑪

Grafik 4.3 Hubungan Antara Frekuensi (Hz) dengan Faktor Penguatan Tegangan (AV) pada Filter Tapis Lolos Tinggi (Diferensiator)
0 𝒇 𝑯𝒛
0 10000 20000 30000 40000 50000 60000 70000 80000 90000 100000
-1

-2

-3
𝟐𝟎𝟎𝟎𝟎 𝑯𝒛 -3dB
-4

-5

-6

-7

-8

-9

-10

-11

-12

-13
𝟐𝟎 𝑳𝒐𝒈 𝑨𝑽 (dB) 𝒇𝑪

Grafik 4.4 Hubungan Antara Frekuensi (Hz) dengan 20 Log AV (dB) pada Filter Tapis Lolos Tinggi (Diferensiator)
C. Pembahasan
Praktikum yang dilakukan berjudul Rangkaian Filter RC yang bertujuan
untuk membedakan jenis rangkaian RC tapis lolos rendah dan tinggi,
menentukan frekuensi cut-off rangkaian tapi RC lolos rendah dan tinggi, dan
merancang suatu sistem rangkaian tapis RC tingkat satu. Rangkaian filter RC
dirangkai secara seri, dimana pada rangkaian filter RC tapis lolos rendah
(integrator) yang menjadi keluaran adalah kapasitor, sedangkan pada rangkaian
RC tapis lolos tinggi (diferensiator) yang menjadi keluaran adalah Resistor.
Terdapat dua kegiatan, yaitu pengukuran dan pengambilan data untuk
rangkaian tapis RC lolos rendah (integrator) dan rangkaian tapis RC lolos
tinggi (diferensiator).
Sebelum memulai praktikum, terlebih dahulu ditentukan spesifikasi alat
dan bahan yang akan digunakan yaitu | | , ,
dan . Pada kegiatan yang pertama yaitu untuk integrator rangkaian
yang digunakan adalah rangkaian seri dengan keluaran berupa kapasitor.
Berdasarkan data praktikum diperoleh frekuensi masukan yang lebih rendah
dari frekuensi cut-off akan diloloskan. Sedangkan frekuensi yang lebih tinggi
dari frekuensi cut-off akan diredam. Berdasarkan analisis data, diperoleh
frekuensi cut-off secara teori . sedangkan secara
praktikum . Setelah menghitung perbandingan tegangan
keluaran dan tegangan masukan, dapat dibuat plot grafik hubungan antara
frekuensi dan tegangan output. Kemudian diperoleh persentase kesalahan
untuk frekuensi cut-off secara teori dan praktikum sebesar 6,47% yang nilainya
cukup menyimpang dari teori.
Pada kegiatan kedua yaitu untuk diferensiator rangkaian yang digunakan
adalah rangkaian seri dengan resistor sebagai keluaran. Berdasarkan data
praktikum diperoleh frekuensi yang lebih tinggi dari frekuensi cut-off akan
diloloskan dan akan meredam sinyal masukan dengan frekuensi yang lebih
rendah dari frekuensi cut-off. Berdasarkan analisis data, diperoleh frekuensi
cut-off secara teori sedangkan secara praktikum
. Setelah menghitung perbandingan tegangan keluaran dan
tegangan masukan, dapat dibuat plot grafik hubungan antara frekuensi dan
tegangan output. Kemudian diperoleh persentase kesalahan untuk frekuensi
cut-off secara teori dan praktikum sebesar 9,07%.
Secara spesifik nilai persentase kesalahan yang diperoleh pada rangkaian
integrator dan diferensiator dapat disimpulkan agak jauh dari nilai secara teori.
Besarnya kesalahan ini disebabkan oleh beberapa hal diantaranya praktikan
kurang teliti dalam melakukan pengukuran dan pengambilan data. Selain itu
kesalahan juga bisa jadi disebabkan karena peralatan yang digunakan kurang
memadai atau kualitasnya sudah menurun.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan ini, dapat disimpulkan bahwa:
1. Rangkaian filter RC dirangkai secara seri. Perbedaan mendasar antara
rangkaian tapis lolos rendah dan lolos tinggi terletak pada pengukuran
tegangan keluarannya, pada rangkaian tapis lolos rendah tegangan keluaran
diukur pada kapasitor. Sedangkan pada rangkaian lolos tinggi tegangan
keluarannya diukur pada resistor. Rangkaian RC tapis lolos rendah
merupakan rangkaian yang bersifat meloloskan frekuensi rendah dan
menahan frekuensi tinggi. Sedangkan RC tapis lolos tinggi merupakan
rangkaian yang bersifat meloloskan frekuensi tinggi dan menahan frekuensi
rendah.
2. Dalam menentukan frekuensi cut-off dapat dilakukan secara teori dan
praktikum. Secara teori digunakan persamaan frekuensi cut-off. Sedangkan
secara praktikum dapat diketahui berdasarkan bode-plot yaitu dengan
memproyeksikan garis tegak lurus pada nilai AV.
3. Sistem rangkaian tapis RC tingkat satu tersusun atas sebuah resistor, sebuah
kapasitor, audio function generator dan osiloskop, yang dimana komponen
tersebut disusun secara seri.
B. Saran
1. Untuk Asisten, agar tetap mendampingi praktikan dalam melakukan
pengambilan data sehingga praktikum dapat berjalan lancar dan data yang
diperoleh juga dapat sesuai.
2. Untuk Praktikan, disarankan agar berusaha untuk belajar dan memahami
materi yang akan dipraktikumkan sehingga praktikum berjalan dengan
lancar, dan lebih teliti dalam melakukan pengambilan data.
3. Untuk Laboran, disarankan agar komponen-komponen yang sudah tidak
berfungsi dengan baik dapat diganti dengan yang masih baik fungsinya agar
data yang diperoleh juga sesuai dengan yang seharusnya.
DAFTAR PUSTAKA

Bakri, Abd. Haris, M. Agus Martawijaya, Muh. Saleh. 2015. Dasar – Dasar
Elektronika. Makassar : Edukasi Mitra Grafika

Gintings, Abdorrakhman, dkk. 2019 . Filter Pasif RC dan Filter Aktif OP AMP
LM741 Sebagai Pengatur Nada dalam Sistem Penguat Audio,Sebuah
Catatan. Jurnal Ensains. 2(3)

Sunanda, Wahri, Rika Favoria Gusa. 2012. Aplikasi Low Pass RC Filter Untuk
Mengurangi Harmonisa Pada Lampu Hemat Energi . JTET. 2(3)

Sutrisno. 1986. Elektronika Teori dan Penerapannya. Bandung : ITB.

Widodo, Thomas Sri. (2002). Elektronika Dasar. Jakarta : Salemba teknika

Widiarto, Eko., Akhmad J. (2013). Perancangan Low Pass RC Filter untuk


Mereduksi Harmonik pada Lampu Hemat Energi (LHE) 20W. JTET.
2 (3)

Anda mungkin juga menyukai