DISUSUN OLEH :
Nama : Adam Leonardo
Nim : 20171025041
I. PERALATAN
o Kit Praktikum Karakteristik Dioda, Penyearah dan Filter
o Osiloskop
o Generator Sinyal
o Tahanan Geser
o Multimeter
o Kabel penghubung
II. TUJUAN
Memahami karakteristik diode biasa dan diode zener dan penggunaan diode-dioda
tersebut. Mempelajari bermacam-macam rangkaian penapis atau filter yang biasa
digunakan pada sumber tegangan DC.
III. PENDAHULUAN
TEORI
Salah satu kegunaan dioda adalah untuk penyearah, yaitu mengubah tegangan AC
( bolak-balik ) menjadi tegangan DC ( searah ). Bahasan mengenai penyearahan
dapat dijumpai secara umum di semua buku teks elektronika dasar. Untuk
gelombang penuh dengan filter C dianjurkan untuk membaca buku karangan
Millman dan Halkias, ntegrated Electronics.Menurut buku tersebut, persamaan
penyearahan tegangan DC yang dihasilkan oleh rangkaian penyearah dioda adalah
𝐼𝑑𝑐 1
𝑉𝑑𝑐 = 𝑉𝑚 − � � 𝑑𝑎𝑛 𝑅𝑜 =
4𝑓. 𝐶 4𝑓. 𝐶
KARAKTERISTIK DIODA
Dalam percobaan ini akan kita amati karakteristik I-V dari tiga jenis diode yaitu
Dioda Ge, diode Si, dan diode Zener. Kedua dioda pertama adalah diode umum
yang berbeda berdasarkan bahannya (germanium dan silicon). Dioda ke tiga
adalah diode silicon yang dibuat khusus, yaitu sebagai penstabil tegangan DC.
Dengan menggunakan rangkaian kit praktikum yang tersedia, amati dan pahami :
tegangan nyala dioda (cut-in) dan tegangan rusak (breakdown). Dari kurva
karakteristik yang diperoleh, dapat kita hitung juga besar resistansi dinamis diode
pada suatu titik kerja di kurva. Terakhir adalah mempelajari penggunaan diode
berdasarkan karakteristik tersebut.
PENYEARAH
Dalam percobaan ini akan diamati 3 jenis penyearah yaitu penyearah gelombang
setengah (half-wave), penyearah gelombang penuh (full wave) dengan
menggunakan transformator ber-center tap (CT) dan penyearah gelombang penuh
menggunakan transformator tanpa CT (dengan rangkaian jembatan).
Mengunakan kit praktikum yang tersedia kita akan dapat memahami :
1. Perbedaan penyearahan gelombang setengah dan gelombang penuh.
2. Pengaruh tegangan nyala atau cut-in serta bentuk karakteristik diode pada
keluaran.
3. Pengaruh beban untuk masing-masing jenis
penyearah. FILTER
Dalam percobaan ini hanya akan kita amati beberapa jenis filter, yaitu filter C,
filter R-C, dan filter kombinasi C-R-C.
Catatan :
Jawaban tugas ini sebagian besar diperoleh setelah mempelajari bab Penyearahan
dari buku Millman dan Halkis, Integrated Electronics
V. PERCOBAAN
R Y
D X
Gambar-1
Pengukuran karakteristik dioda
220V/50Hz C RLVo
Gambar-2
Penyearah setengah-gelombang (half wave)
4xD
TR
220V/50Hz
C RL Vo
Gambar-3
Penyearah gelombang penuh (full wave)
1. 𝑅𝑜 = 1
4𝑓.𝐶
2. 𝐶 = 1000𝜇𝐹 = 1000𝑥10−6 𝐹 𝑓 = 50𝐻𝑧
1
𝑅𝑜 1 = = = 5Ω
4.50.1000.10−6
4𝑓.
𝐶
3. Ro diperoleh dari filter nilai C yang digunakan, semakin besar nilai C semakin
kecil nilai Ro.
4. Tegangan Ripel dengan filter L C dan CLC lebil rendah dibandingkan dengan
filter RC dan CRC, sehingga tegangan regulasi lebih bagus dengan filter CLC.
1. Karakteristik Dioda
C1 = 1000 100K 50
5mV/Div
C2 = 2200 100K 50
5mV/Div
C1 = 1000 1K 50
200mV/Div
C2 = 2200 1K 50
100mV/Div
IX. KESIMPULAN
I. PERALATAN
II. TUJUAN
Mencari impedansi masukan dan keluaran sebuah transistor bipolar dengan
konfigurasi CE ( Common Emitter ).
Menentukan penguatan tegangan suatu penguatan CE.
III. PENDAHULUAN
1. IMPEDANSI MASUKAN
Rangkaian penguat diperlihatkan di bawah ini. Impedansi masukan Z-in atau
R-in suatu penguat didefinisikan sebagai perbandingan antara tegangan sinyal
masukan terhadap arus masukannya.
𝑉𝑖𝑛
= 𝐼𝑖𝑛
𝑅𝑖𝑛
Ada dua cara untuk mengukur impedansi masukan, cara pertama adalah
dengan menghubungkan resistor Rx1 yang telah diketahui resistansinya.
Vcc
R1 RC
C2
Rx1 C1
AC
Vo Rx 2
R2 RE CE
Gambar 1
Rangkaian
Penguat
Tegangan jatuh di Rx1 dapat diukur. Arus Ix = Iin dapat kita peroleh dengan
menghitung melalui hokum Ohm. Tegangan sinyal masukan kita peroleh dari
pengukuran antara terminal B dengan C, dari hasil ini Rin dapat dihitung. Cara
kedua adalah dengan menghubungkan resistor variable Rx1 pada terminal A-
D. Resistor Rx1 diubah sampai tegangan antara terminal B-C setengah harga
Vs. Besar resistansi Rx1 dengan impedansi masukan yang dicari. Impedansi
masukan penguat CE ini dapat dinaikkan dengan menambahkan resistor
umpan balik ( degeneratif ) RE di kaki emitter transistor. Yang perlu
diperhatikan adalah penambahan kapasitor pelolos ( by pass ) CE yang
biasanya dipakaikan untuk menghilangkan efek degeneratif bagi sinyal bolak-
balik.
2. IMPEDANSI KELUARAN
Impedansi keluaran Zo suatu penguat dapat ditentukan dengan menambahkan
resistor variable Rx2. Tegangan keluaran Vo kemudian dapat diukur dalam
keadaan tanpa beban. Beban variable Rx2 kemudian dihubungkan dan diatur
hingga diperoleh tegangan keluaran sama dengan setengah nilai tegangan
tanpa beban tadi. Besar resistansi beban sekarang adalah sama dengan besar
impedansi keluaran Zo penguat yang dicari. Pada pengukuran impedansi
masukan dan keluaran ini harus diperhatikan agar bentuk sinyal tidak
mengalami distorsi atau cacat.
1. IMPEDANSI MASUKAN
47 10,2 12 100
47 10 12,5 12 100
2. IMPEDANSI KELUARAN
RE ( Ω ) CE ( μF ) Vo ( open ) ½ Vo Rx2 ( Ω )
3. FAKTOR PENGUATAN
47 0,77 1,54
47 10 0,77 1,52
𝑅𝐵 470000 𝑥 56000
= 470000 + 56000 = 50038 𝛺
Zout = RC // RL
Untuk RE = 47 Ω
Zin = Rin = RB // RE
RB = R1 // R2
𝑅𝐵
470000 𝑥 56000
= 470000 + 56000 = 50038 𝛺
𝑍𝑖𝑛
50038 𝑥 47
= 50038 + 47 = 46,99 𝛺
Zout = RC // RL
𝑋𝐶 = 1 = 1 = 318,47 𝛺
2𝜋 2𝜋.
𝑓𝑐 50.10.10−6
47 𝑥 318,47
RE // XC = = 40,96 𝛺
47 + 318,47
Zout = RC // RL
𝑃 = 𝐼 2 . 𝑅 = 𝑉. 𝐼
𝑃𝑖𝑛 𝑖= 𝐼 2 . 𝑅𝑖𝑛 = 𝑉𝑖𝑛 . 𝐼𝑖𝑛
𝑃𝑜𝑢𝑡 𝑛 = 𝐼2 . 𝑅
𝑜 𝑜𝑢𝑡 = 𝑉𝑜𝑢𝑡 . 𝐼𝑜𝑢𝑡
𝑢
𝑃𝑖𝑛 = 𝐼 2 . 𝑅
𝑖 𝑖𝑛 = 𝑉𝑖𝑛 . 𝐼𝑖𝑛 = 0,77 𝑥 0,164 = 0,126 𝑊
𝑛
𝑉𝑜𝑢𝑡
1,82
𝐼 = = = 0,0019 𝐴
𝑜𝑢𝑡
𝑅 947,68
𝑜𝑢
𝑡
Untuk RE = 47 Ω
𝑉𝑖𝑛 0,77
𝐼 = = = 0,0164 𝐴
𝑖𝑛
𝑅𝑖𝑛 47
2
𝑃𝑖𝑛 =𝐼 .𝑅
𝑖 𝑖𝑛 = 𝑉𝑖𝑛 . 𝐼𝑖𝑛 = 0,77 𝑥 0,0164 = 0,0126 𝑊
𝑛
𝑉𝑜𝑢𝑡
1,54
𝐼 = = = 0,00428 𝐴
𝑜𝑢𝑡
𝑅𝑜𝑢𝑡 359 ,38
𝑉𝑖𝑛
0,77
𝐼 = = = 0,0188 𝐴
𝑖𝑛 � 40,926
�
𝑖𝑛
2
𝑃𝑖𝑛 = 𝐼 . 𝑅
𝑖 𝑖𝑛 = 𝑉𝑖𝑛 . 𝐼𝑖𝑛 = 0,77 𝑥 0,0188 = 0,0145 𝑊
𝑛
𝑉𝑜𝑢𝑡 1,52
𝐼 = = = 0,00641 𝐴
𝑜𝑢𝑡
𝑅 237,223
𝑜𝑢
𝑡
VII. KESIMPULAN
I. PERALATAN
II. TUJUAN
III. PENDAHULUAN
1. RANGKAIAN RC
R VR
Vi
C VC
Gambar 1
Rangkaian RC
Persamaan rangkaian menurut hukum kirchof II ( KVL ) adalah Vi = VR +
VC atau Vi = Ri + f Idt
a. Membandingkan fasa tegangan di tiap elemen terhadap arus I yang
mengalir di rangkaian, VR ( tegangan DiR ) sefasa dengan I, sedangkan Vi
( tegangan sumber ) tertinggal sebesƞardari arus I yang keluar dari
sumber, di mana ƞ0° << 90°, besar sudut ƞ ditentukan oleh
perbandingan antara reaktansi dan resistansinya. Beda fasa antara VC
dengan arus I, atau Vi dengan , dapat dihitung dengan membandingkan
beda fasa antara VC da VR ( mengapa ? ).
b. Rangkaian diferensiator, perhatikan kondisi di mana VC >> VR,
persamaan : Vi = R I + 1 / C f I dt atau Vi = VR + VC praktis hanya
ditentukan oleh tegangan kapasitor Vi = VC. Besar arus I, Vi = 1 / C f I dt
atau dVi = (i/C)dt
I = C dVi/dt.
Jika tegangan keluaran diambil dari terminal resistor R (Vo = VR), maka
besar tegangan keluaran Vo merupakan diferensiasi ( turunan ) dari
tegangan maksimum Vi. Semacam persyaratan agar rangkaian berlaku
sebagai sebuah diferensiator, yaitu kondisi di mana VC >> VR atau pada
kondisi impedansi C harus jauh lebih besar dari R. Analisis menunjukkan
impedansi C, akan besar pada :
1 ≫ 𝑅𝐼 → 1
≫ 𝑉𝑅
𝐽 𝜔𝑐
𝜔
𝑐
Atau ωRC >> 1, bila didefinisikan ωo = 1/RC ( atau fo = 1/2π ). Maka
impedansi C besar akan terjadi pada frekuensi dengan rentan lebih kecil
atau rendah dari ωo : ketidaksamaan ωRC <<, memperhatikan hal ini :
ω / ωo << 1 ω << ωo.
c. Rangkaian filter lolos frekuensi tinggi. Dari persamaan satunya,
Vi = VR + VC, besar perbandingan sinyal keluaran terhadap sinyal
masukan dapat dihitung :
𝑉𝑜 𝑅 1 (3)
= =
𝑉𝑖 𝑅 1 1
1
𝐽𝜔𝑜
𝐽 1 + 𝜔
+ 𝐽 −
�
� 𝜔
𝑅
𝐶
Pada kondisi frekuensi dengan rentan lebih tinggi dari ωoω >> ω,
diperoleh Vo/Vi = 1. Frekuensi di mana rangkaian dianggap sudah tidak
mampu menerima / meneruskan sinyal ( meredam ). Pada frekuensi ω =
frekuensi cut-off, amplitude tegangan keluaran adalah 0,707 dari tegangan
masukan.
𝑉𝑜 1 = 0,707
=
𝑉𝑖 𝑉2
Dari ( Vo/Vi ) = 0,707 dapat diturunkan besar daya yang disisipkan pada R
adalah :
𝑉𝑖 2
2
𝑉𝑜 � 𝑉𝑖 2 1
𝑉� ( )
𝑃𝑅 = 𝑜 = = 𝑃𝑚𝑎𝑥 4
=
𝑅 𝑅 2𝑅 2
Pmax adalah daya disipasi terbesar terjadi pada saat frekuensi tinggi, ω >>
ωo (Vo ≈ Vi). Dengan perkataan lain rangkaian hanya meneruskan sinyal
pada frekuensi kerja yang lebih tinggi dari 1/RC, ω >> ωo. Jadi rangkaian
selain berfungsi sebagai diferensiator juga merupakan high pass filter
(HPF) atau rangkaian filter lolos frekuensi tinggi sederhana.
d. Dari persamaan Vi = R . I + 1/C f I dt atau Vi = VR + VC, bila keluaran
diambil dari kapasitor, VC = Vo, untuk VR >> VC, maka Vi = VR Vi
>> R atau I = Vi/R diperoleh hubungan Vo = VC terhadap masukan Vi
sebagai berikut :
Vo = 1/Cidt = 1/RCVidt.
Rangkaian dengan persyaratan ini dikenal sebagai rangkaian integrator.
Dalam bentuk fasor, hubungan di atas dapat dituliskan sebagai berikut :
VR >> VC atau VR >> VC atau RI >> 1/jωC.(I)
1 1
𝑅 ≫ 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝜔𝑅𝐶 ≫ 1; 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑓𝑜 =
𝜔𝐶 1 2𝜋𝑅𝐶
𝑏𝑖𝑙𝑎 𝜔𝑜 =
𝑅𝐶
maka ω/ωo >> 1 ω >> ωo
e. Dari prsamaandi atas Vi = VR + V, bila terjadi kondisi di mana Vo = VC
dapat dituliskan :
1
𝑉 𝐽𝜔 1
𝑜 1
𝐶 = 1+ 1+
= 1 𝑗𝜔𝐶𝑅 = 𝐽𝜔
𝑉𝑖 𝑅
𝜔𝑜
+ 𝑗𝜔
𝐶
𝜔
2. RANGKAIAN RL
Analisa pada rangkaian RL ( lihat gambar berikut ) dapat dilakukan dengan
cara yang sama seperti pada rangkaian RC. Menurut hokum Kirchoff II
( KVL ) :
Vi = R . I + L di/dt.
a. Vi = VR + VL : VR sefasa dengan I, VL mendahului dengan I, Vi
mendahului 90° terhadap I ( di mana 0° <ƞ° < 90° ). Seperti halnya pada
rangkaian RC, suduƞt ditentukan oleh perbandingan reaktansi dan
resistansinya beda fasa antara VL dan I atau antara Vi dan I, dapat dilihat
dengan membandingkan beda fasa antara VL dab VR, atau anatar Vi dan
VR ( mengapa ? )
R
Vi L = 2,5 mH
Gambar 2
Rangkaian RL
Dari persamaan VI = Ri + L di/dt, atau Vi = VR + VI, dengan cara yang sama seperti pada
rangkaian RC, dapat diturunkan persyaratan yang harus dipenuhi agar rangkaian RL berfungsi
sebagai rangakaian differensiator, integrator, filter lolos frekuensi tinggi ( high pass filter ),
ataupun filter frekuensi rendah ( low pass filter ).
IV. PERCOBAAN
1. RANGKAIAN RC
R = 1 kΩ
Vi C = 0,7 µF
Gambar 3
Percobaan Rangkaian RC
Vi = 2 volt rms f = 60 kHz bentuk gelombang sinus
R = 1 kΩ
C = 0,7 μF
a. Buatlah rangkaian dengan harga-harga besaran seperti pada gambar di atas
dengan menghubungkan R1 dan C1 pada kit praktikum.
b. Hitunglah harga VR dan VC dengan harga besaran yang telah diketahui.
c. Ukurlah VR dan VC dengan multimeter.
d. Amati VI, VR, dan VC dengan osiloskop.
e. Carilah beda fasa anatar Vi, VR, VC dengan osiloskop.
f. Catatlah hasil perhitungan dan pengamatan saudara ke dalam table 3
lembar kerja.
g. Coba untuk harga R yang lain.
2. RANGKAIAN RL
R
Vi L = 2,5 mH
Gambar 4
Percobaan Rangkaian RL
Vi = 2 volt rms, f = 60 kHz, bentuk gelombang sinus
R = 1 kΩ
L = 2 mH
a. Bauat rangkaian dengan harga-harga besaran seperti pada gambar di atas
dengan menghubungkan R1 dan L1 pada kit praktikum.
b. Hitunglah harga-harga VR dan VL dengan harga besaran yang telah
diketahui.
c. Ukurlah VR dan VL dengan multimeter.
d. Amati Vi, VR dan VL dengan osiloskop.
e. Carilah beda fasa antara Vi, VR, dan VL dengan osiloskop.
f. Carilah hasil perhitungan, pengukuran dengan pengamatan saudara ke
dalam table 3 lembar kerja. Cobalah untuk harga R yang lain.
3. RANGKAIAN DIFFERENSIATOR
C
INPUT R OUTPUT
Gambar 5
Rangkaian Differensiator
INPUT OUTPUT
C
Gambar 6
Rangkaian Integrator
a. Dari kit praktikum, buatlah rangkaian seperti pada gambar 6.
b. Aturlah input dengan bentuk gelombang segi empat sebesar 4 Vp-p pada
frekuensi 500 Hz dengan bantuan osiloskop.
c. Hitunglah konstanta waktu RC dengan harga C dan R yang tersedia (lihat
table 5).
d. Gambarlah bentuk gelombang yang ideal dengan input gelombang segi
empat.
e. Ukurlah bentuk gelombang keluaran yang terjadi dengan osiloskop.
f. Catatlah hasil perhitungan, pengukuran, dan gambarlah hasil pengamatan
saudara pada table 5 dalam lembar kerja.
g. Ulangi untuk beberapa harga R dan C seperti yang tercantum pada table 5.
5. PENGARUH FREKUENSI
C
INPUT R OUTPUT
Gambar 7
Pengaruh Frekuensi
a. Buatlah rangkaian RC seperti pada percobaan 3 (differensiator) dengan
harga R = 100 KΩ
b. Dan C = 0,01 μF
c. Hitunglah onstanta waktu RC.
d. Sinyal masukan persegi, 50 Hz, 4 Vp-p dengan bantuan osiloskop.
e. Ukur dan gambar bentuk gelombang keluaran untuk frekuensi 50 Hz, 500
Hz, dan 50 kHz.
f. Catat hasilnya pada table 6 dalam lembaran kerja.
g. Kemudian buatlah rangkaian RC (integrator) seprti pada percobaan 4,
dengan R = 100 KΩ, dan C = 0,01 μF.
h. Ulangi percobaan b, c, d, dan e.
R
INPUT OUTPUT
C
Gambar 8
Rangkaian
Integrator
RC : R = 10 kΩ 0,01 μF 0,1 μF
RC : R = 100 kΩ 0,001 μF 0,01 μF
RC : R = 1 MΩ 0,0001 μF 0,001 μF
RL : R = 10 kΩ 0,01 H 0,01 H
RL : R = 1 MΩ 0,0001 H 0,0001 H
2. RANGKAIAN RC
Pengukuran Pengamatan
Perhitungan Dengan osiloskop (Vpp)
Dengan multimeter (Vrms)
Vi VR VC Vi VR VC Vi VR VC
1,514 0,001 1,514 1,514 0,001 1,514 1,5 0,001 1,5
Pengukuran Pengamatan
Perhitungan Dengan osiloskop (Vpp)
Dengan multimeter (Vrms)
Vi VR VL Vi VR VL Vi VR VL
2 1,5 2,3 2 2 0,53 2,5 0,8 0,85
4. RANGKAIAN DIFFERENSIATOR
RC Bentuk Gelombang
Nilai R & C 2πRC/T
(konstanta waktu) Keluaran
R = 10 kΩ
0,001 3,14
C = 0,1 μF
20mS/Div 20V/Div
R = 10 kΩ
0,0001 0,314
C = 0,01 μF
20mS/Div 20V/Div
R = 100 kΩ
0,001 3,14
C = 0,01 μF
20mS/Div 20V/Div
R = 100 kΩ
0,0001 0,314
C = 0,001 μF
20mS/Div 20V/Div
R = 1 MΩ
0,01 31,4
C = 0,01 μF
20mS/Div 20V/Div
5. RANGKAIAN INTEGRATOR
RC Bentuk Gelombang
Nilai R & C 2πRC/T
(konstanta waktu) Keluaran
R = 10 kΩ
0,001 3,14
C = 0,1 μF
20mS/Div 20V/Div
R = 10 kΩ
0,0001 0,314
C = 0,01 μF
20mS/Div 20V/Div
R = 100 kΩ
0,001 3,14
C = 0,01 μF
20mS/Div 20V/Div
R = 100 kΩ
0,0001 0,314
C = 0,001 μF
20mS/Div 20V/Div
R = 1 MΩ
0,01 31,4
C = 0,01 μF
20mS/Div 5V/Div
6. PENGARUH FREKUENSI
2πRC/T Tegangan Keluaran
VR VC
Frekuensi Percobaan Percobaan
Percobaan Percobaan
V.5(a) V.5(1)
V.5(a) V.5(1)
50 Hz 0,314 0,314 9,8 1,9
500 Hz 3,14 3,14 2,47 9,7
5 kHz 31,4 31,4 0,10 9,6
50 kHz 314 314 0,13 0,4
VI. KESIMPULAN
I. PERALATAN
II. TUJUAN
Mempelajari theorema Thevenin dan Norton serta penggunaanya pada rangkaian
arus searah
III. PENDAHULUAN
1. TEOREMA THEVENIN
RT A
RANGKAIAN
AKTIF
EKUIVALEN
B
Gambar 1
Rangkaian ekuivalen thevenin
2. TEOREMA NORTON
Dengan cara serupa, teorema Norton mengatakan bahwa suatu rangkaian aktif
(terminal) a dan b, dapat digantikan oleh suatu sumber arus IN yang diparalel
dengan sebuah resistor RN (rangkaian mengandung sumber tegangan / arus,
dependen maupun independen) yang linier dengan 2 kutub. Rangkaian aktif
linier juga tetap kita anggap suatu kotak-hitam dengan sepasang terminal a dan
b. dilihat dari arah terminal, rangkaaian ini dapat dianggap sebagai sebuah
arus Norton dengan arus sebesar IN yang mengalir dari a dan b bila terminal
kita hubung singkat ( arus hubung singkat,arus short circuit= Isc) Resistor RN
adalah resistensi yang terukur di terminal a-b yang diperoleh dengan
menghubung singkattkann semua tegangan beban (independen), dan membuka
hubungan sumber arus bebas (independen) yang berada di dalam kotak hitam
tersebut. Dapat dibuktikan, hubung kedua parameter thievenin ( VT dan RT)
dengan kedua parameter Norton (IN dan RN) adalah :
𝑉𝐷𝐶
𝑅𝑁 = 𝑅𝑇
𝐼𝑆𝐶
A A
RANGKAIAN
AKTIF RN
EKUIVALEN
B B
Gambar 2
Rangkaian ekuivalen Norton
IV. PERCOBAAN
1. TEOREMA THEVENIN
Cara I :
Dalam percobaan ini, teorema Thevenin hendak kita manfaatkan untuk
mencari arus yang mengalir di beban R (berbagai nilai beban R1,R2,R3 dan
R4) secara tak langsung, beban R dipasangkan dicabang C-D kemudian
mengukur nilai VT, RT dan R hasilnya dibandingkan dengan mengukur arus
yang mengalir mmelalui beban R menggunakan mA-meter.
A C
100 K 100 K
100 K 100 K
B D
Gambar 3
Rangkaian percobaan
Thevenin
Prosedur percobaan :
A
RT
B
Gambar 4
Rangkaian Thevenin
Prosedur percobaan :
2. TEOREMA NORTON
Percobaan ini menggunakan rangkaian baru. Rangkaian berupa sebuah sumber
arus IN parallel dengan sebuah resistor RN yang besarnya sama dengan RT.
a. Mengukur IN. Pasanglah sumber tegangan searah 15 volt pada A – B.
Ukurlah arus hubungsingkat pada C – D ( pasang mA meter langsung pada
C – D ).
b. Memasang RN. Nilai RN = RT diperoleh dari percobaan terdahulu. Dalam
hal ini ragkaian N akan kita pergunakan sebagai pengganti RN.
c. Aturlah sumber arus sehingga menghasilkan arus sebesar IN seperti yang
diukur dari (a) di atas. Keudian susunlah rangkaian seperti di bawah ini.
d. Mengukur arus. Menggunakan mA meter ukur arus yang mengalir di R1,
R2, R3, dan R4.
e. Tulislah hasil pengamatan saudara di table pada lembar kerja.
B A
RANGKAIAN
N
D C
V = VT
RT
Gambar 5
Rangkaian Norton
A
C
D
B
R1R2R3R4
Gambar 6
PENGUKURAN
I. PERALATAN
o Kit praktikum rangkaian logika
o Multimeter
o Sumber Daya
o Kabel penghubung
II. TUJUAN
o Mempelajari jenis rangkaian logika
o Mempelajari cara kerja rangkaian logika.
III. PENDAHULUAN
1. GERBANG AND
Gambar 1 adalah (a) symbol (b) table kebenaran (c) rangkaian diode, dan (d)
rangkaian transistor darigerbang AND.
A B Y
A 0 0 0
Y 0 1 0
B
1 0 0
(a) Simbol
1 1 1
+5V
4,7K
D
A
D Y
B
(c) Rangkaian Dioda
+5V
39K
(d) Rangkaian transistor
Y
6K8 6K8
A B
1K8 1K8
Gambar 1
Gerbang AND
2. GERBANG OR
Gambar 2 adalah (a) symbol (b) table kebenaran (c) rangkaian diode, dan (d)
rangkaian transistor dari gerbang OR.
(b) Tabel kebenaran
A B Y
0 0 0
A
Y 0 1 1
B
1 0 1
(a) Simbol 1
1 1
+5V
+5V
4,7K
D
A
Y
D 8K2 8K2
B
(c) Rangkaian Dioda 180 180
B
A Y
(d) Rangkaian
transistor
8K2
Gambar 2
Gerbang OR
3. GERBANG NOT
Gambar 3 adalah (a) symbol (b) table kebenaran, dan (c) rangkaian transistor
dari gerbang NOT.
(b) Tabel kebenaran
A Y
A Y
0 1
(a) Simbol 1 0
+5V
820
Y
180
A Q
Gambar 3
Gerbang NOT
4. GERBANG NAND
Gerbang NAND merupakan proses penggabungan, yaitu gabungan gerbang
AND dan gerbang NOT. Berikut gambar (a) symbol (b) table kebenaran, dan
(c) rangkaian transistor dari gerbang NAND.
39K Y
180
Q
6K8 6K8
A B
1K8 1K8
Gambar 4
Gerbang
NAND
5. GERBANG NOR
Gerbang NOR merupakan proses penggabungan, yaitu gabungan gerbang OR
dan gerbang NOT. Berikut gambar (a) symbol (b) table kebenaran, dan (c)
rangkaian transistor dari gerbang NOR.
(b) Tabel kebenaran
A B Y
0 0 1
A 0
Y 0 1
B 0
1 0
(a) Simbol 1 0
1
+5V
(c) Rangkaian transistor
+5V
8K2 8K2
8K2
Gambar 5
Gerbang NOR gate
Selain realisasi gerbang dengan menggunakan komponen diskrit, dapat juga
digunakan rangkaian terintegrasi (integrated circuit disingkat IC) yang tersedia
banyak di pasaran. Sebagai contoh, pada percobaan di sini akan digunakan IC
type SN7400. IC ini berisi 4 buah gerbang NAND, masing-masing dengan dua
masukan. Lihat gambar di bawah, sedang diagram rangkaian elektronikanya
dari tiap gerbang, adalah seperti yang diperlihatkan gambar di bawah ini.
Gambar 6
IC NAND gate SN7400
Gambar 7
Rangkaian elektronika gerbang NAND
IV. TUGAS PENDAHULUAN
Pada contoh implementasi gerbang AND dengan diode dan dengan transistor,
menurut saudara manakah yang lebih baik? Jelaskan!
Jawab :
Lebih baik yang menggunakan transistor, karena yang menggunakan diode hanya
memanfaatkan tegangan forward dan reverse diode, sedangkan yang
menggunakan transistor, memanfaatkan kerja transistor sebagai switching.
V. PERCOBAAN
1. Nyalakan kit.
2. Realisasikan gerbang AND dengan dioda dan resistor dan lakukan pengujian.
3. Dapatkan tabel kebenaran untuk setiap rangkaian pada kit pada praktikum
(AND, OR, dan NOT). Ukur arus dan tegangan pada keluaran setiap
rangkaian.
4. Kombinasikan rangkaian gerbang AND, NOT, dan OR untuk mendapatkan
gerbang NAND dan NOR. Tuliskan table dan kebenarannya dan ukur
tegangan serta hitung arus dikeluaran setiap rangkaian.
5. Buatlah table kebenaran NAND dari IC type SN 7400.
6. Bentuklah gerbang AND dan OR dari IC NAND SN 7400 ini.
7. Bandingkan hasil perhitungan tegangan dan arus keluaran secara teoritis
dengan hasil pengamatan percobaan 3 dan 4 di atas.
8. Buat kesimpulan tentang percobaan yang dilakukan.
1. GERBANG AND
+5V
A
Y 4,7K
D
B A
(a) Simbol D Y
B
(b) Rangkaian Dioda
+5V
A
+5V
Y
B
4,7K
(a) Simbol D
A
D Y
+5V B
(b) Rangkaian Dioda
A B Y
180 180
B (Volt) (Volt) (Volt)
0 0 0
Y
(c) Rangkaian transistor 0 5 5
8K2
5 0 5
5 5 5
3. Gerbang NOT
+5V
A Y (b) Rangkaian transistor
(a) Simbol
820
A
Y
B
(a) Simbol
+5V
39K Y
180
Q
6K8 6K8
A B
1K8 1K8
(c) Tabel kebenaran
A B Y
(Volt) (Volt) (Volt)
0 0 5
0 5 5
5 0 5
5 5 0
+5V
A
Y (b) Rangkaian transistor
B +5V
(a) Simbol
8K2 8K2
8K2
A B Y
(Volt) (Volt) (Volt)
0 0 5
0 5 0
5 0 0
5 5 0
6. Gerbang AND dan OR dari IC NAND SN7400
a. Gerbang AND dari IC NAND SN7400
A
Y
B
(a.1) Simbol gerbang AND dari NAND
Gerbang logika dasar, terdiri dari 3 macam yakni AND, OR, dan NOT.
Gerbang NAND adalah kombinasi dari gerbang dasar AND dan NOT, dan
gerbang NOR adalah kombinasi dari gerbang OR dan NOT.
Gerbang AND dan OR bisa dibangun dengan menggunakan IC NAND
SN7400.
Gerbang-gerbang logika disusun dengan menggunakan dioda dan resistor
(Diode Logic), dengan menggunakan resistor dan transistor (Resistor
Transistor Logic), atau dengan menggunakan kombinasi transistor
(Transistor-Transistor Logic - TTL)
LABORATORIUM ELEKTRONIKA & RANGKAIAN LISTRIK
INSTITUT TEKNOLOGI BUDI UTOMO
JAKARTA
2. Dioda Germanium
3. Dioda Zener
CI — \ 00
1000 <
C2 = 2200
C2 —
2200
C1= 1000
C2 = 2200
Percobaan I : Pengukuran Ro
Resistansi Ro
Tegangan Tanpa beban — Vo '/z Tegangan Vo
( Volt ) ( Volt ) ‹n)
LABORATORIUM ELEKTRONIKA DAN RANGKAIAN
LISTRIK INSTITUT TEKNOLOGI BUDI UTOMO
JAKARTA
1. Impedansi Manukan
4,7 t00
47 1{Z 1DO
47 10 11
2. Impedansi Keluaran
|w»(n)
Re ( £1 ) CE ( OF )
A.s
4,7 I , 2f
47 ),Q Or '§?lo I K.Jk
47 10
3. Faktor Penguatan
Jakarta . .
LABORATORIUM ELEKTRONIKA DAN RANGKAIAN
LISTRIK INSTITUT TEKNOLOGI BUDI UTOMO
Percobaan
Tabcl-1
R£. R = 100 I:
Tabe!-2
Her aiau E C'
Jakarta .
J$p
Tabel-3
Rangkaian RL
Tabel-4
flaop,kaian Diferensiator
R = 10 kG
I
R = 100 LD
C = 0.01 pf
R = 100 kN
C = 0.001 pF
C=00l;J’
Jakarta .
R = 100 k
C = 0 01 itF “’‘“
R = 100 kG
Tabel-d
keluara 1
n
1
50 Hz
500 ltz
Jakarta .