TEOREMA RANGKAIAN
Fachri Irfansyah (121130101)
Asisten : Melanie Putri Sulistiawani (120130034)
Tanggal Percobaan : 15/ 11/2022
EL2102_B-8_Praktikum_Rangkaian_Elektrik_1
Laboratorium Teknik Elektro
Institut Teknologi Sumatera
Abstrak—Pada praktikum modul IV ini membahas Suatu rangkaian listrik dapat disederhanakan
mengenai teorema yang berkaitan dengan rangkaian yaitu dengan hanya terdiri dari satu buah sumber tegangan
Teorema Thevenin,Norton dan Superposisi. Pada teorema
Thevenin menghitung Vth,Rth dan Iab. Kemudian teorema
yang dihubungserikan dengan sebuah tahanan
Norton hampir sama dengan teorema Thevenin ekivelennya pada dua terminal yang diamati.Tujuan
perbedaannya yaitu apabila R3 tidak di lepas makan yang sebenarnya dari teorema ini adalah untuk
terukur nilai IN terakhir teorema Superposisi yaitu untuk menyederhanakan analisis rangkaian, yaitu membuat
menghitung tegangan dan arus keseluruhan titik pada saat rangkaian pengganti yang berupa sumber tegangan
V1/V2/V3 ON dan pengaruhnya dari salah satu sumber itu
ON atau OFF.
yang dihubungkan seri dengan suatu resistansi
ekivalennya Gambar 1. Rangkaian seri linier Pada
Kata Kunci— gambar diatas, dengan terorema substitusi kita dapat
Teorema,Thevenin,Norton,Superposisi,Tegangan,Arus melihat rangkaian sirkuit B dapat diganti dengan
sumber tegangan yang bernilai sama saat arus
I. PENDAHULUAN melewati sirkit B pada dua terminal yang kita amati
yaitu terminal a-b. Setelah kita dapatkan rangkaian
Pada praktikum modul IV teorema rangkaian substitusinya, maka dengan menggunakan teorema
membahas 3 macam yaitu teorema Thevenin, Norton superposisi didapatkan bahwa: 1. Ketika sumber
dan Superposisi yang dimana teorema itu sendiri tegangan V aktif/bekerja maka rangkaian pada sirkit
berguna untuk mempermudah perhitungan dalam linier A tidak aktif (semua sumber bebasnya mati
suatu rangkaian. Di praktikum kali ini praktikan diganti tahanan dalamnya), sehingga didapatkan
diperintahkan merangkai rangkaian sederhana nilai resistansi ekivalennya. [1]
kemudian menghitung nilai Vth,Rth,Iab,Vab,arus
dan tegangan dan memperbandingkannya dengan
nilai perhitungan manual.
C. Teorema Superposisi
Pada teorema ini hanya berlaku untuk Selanjutnya mengukur nilai Vth (r3 dicopot
rangkaian yang bersifat linier, dimana rangkaian kemudian mengukur dengan multimeter di titik
linier adalah suatu rangkaian dimana persamaan kaki dari r3 dan sumber arus on), Rth (sama
yang muncul akan memenuhi jika y = kx, dimana k seperti Rth namun sumber arus kondisi off), dan
= konstanta dan x = variabel. Dalam setiap rangkaian nilai Iab dengan cara mengukur dengan
linier dengan beberapa buah sumber tegangan/ mencabut salah satu kaki resistor
sumber arus dapat dihitung dengan cara:
Memulai Praktikum
Selanjutnya mengukur nilai RN (R3 dicopot Selanjutnya mengukur nilai dari masing
kemudian mengukur multimeter pada kaki masing tegangan dan arus di keadaan salah satu
resistor dengan sumber daya OFF), IN dari V1,V2,V3 ON dilakukan secara bergilir
(mengukur dengan cara mencabut salah satu
kaki resistor menggunakan multimeter) dan Vab
(dengan r3 diabaikan kemudian diukur
menggunakan multimeter dan daya arus ON)
Mencatat hasil pengukukuran percobaan
Selesai
IV. HASIL DAN ANALISIS
Memulai
R1
Perhitungan: 𝑅𝑡𝑜𝑡 = 5,58 𝑘Ω
1. V1 ON = 3V 𝑉2 = 𝐼. 𝑅𝑡𝑜𝑡 𝑉 = 𝐼. 𝑅1
5,58
𝐼 = 2 = 2,79 𝐴 = 2,79 × 0
𝑅𝑡𝑜𝑡 = 𝑅1 + 𝑅2 + (𝑅4||𝑅5) =0𝑉
10 × 5,6
= 1+1+( ) = 5,58 𝑘Ω R2
10 + 5,6 𝑅𝑡𝑜𝑡 = 5,58 𝑘Ω
R1 𝑉2 = 𝐼. 𝑅𝑡𝑜𝑡 𝑉 = 𝐼. 𝑅2
𝑅𝑡𝑜𝑡 = 5,58 𝑘Ω 5,58
𝐼 = 2 = 2,79 𝐴 = 2,79 × 1
𝑉1 = 𝐼. 𝑅𝑡𝑜𝑡 𝑉 = 𝐼. 𝑅1 = 2,79 𝑉
5,58
𝐼 = 3 = 1,86 𝐴 = 1,86 × 1k R3
𝑅𝑡𝑜𝑡 = 5,58 𝑘Ω
= 1,86 𝑉
R2 𝑉2 = 𝐼. 𝑅𝑡𝑜𝑡 𝑉 = 𝐼. 𝑅3
𝑅𝑡𝑜𝑡 = 5,58 𝑘Ω 5,58
𝐼 = 2 = 2,79 𝐴 = 2,79 × 1
𝑉1 = 𝐼. 𝑅𝑡𝑜𝑡 𝑉 = 𝐼. 𝑅2 = 2,79 𝑉
5,58
𝐼 = 3 = 1,86 𝐴 = 1,86 × 1 R4
𝑅𝑡𝑜𝑡 = 5,58 𝑘Ω
= 1,86 𝑉
R3 𝑉2 = 𝐼. 𝑅𝑡𝑜𝑡 𝑉 = 𝐼. 𝑅4
𝑅𝑡𝑜𝑡 = 5,58 𝑘Ω 5,58
𝐼 = 2 = 2,79 𝐴 = 2,79 × 10
𝑉1 = 𝐼. 𝑅𝑡𝑜𝑡 𝑉 = 𝐼. 𝑅3 = 27,9 𝑉
5,58
𝐼 = 3 = 1,86 𝐴 = 1,86 × 0 R5
𝑅𝑡𝑜𝑡 = 5,58 𝑘Ω
=0𝑉
R4 𝑉2 = 𝐼. 𝑅𝑡𝑜𝑡 𝑉 = 𝐼. 𝑅5
𝑅𝑡𝑜𝑡 = 5,58 𝑘Ω 5,58
𝐼 = 2 = 2,79 𝐴 = 2,79 × 5,6
𝑉1 = 𝐼. 𝑅𝑡𝑜𝑡 𝑉 = 𝐼. 𝑅4 = 15,6 𝑉
5,58
𝐼 = 3 = 1,86 𝐴 = 1,86 × 10
= 18,6 𝑉 3. V3 ON = 3V
R5
𝑅𝑡𝑜𝑡 = 5,58 𝑘Ω 𝑅𝑡𝑜𝑡 = 𝑅5 + (𝑅4||𝑅2)
10 × 1
𝑉1 = 𝐼. 𝑅𝑡𝑜𝑡 𝑉 = 𝐼. 𝑅5 = 5,6 + ( ) = 6,5 Ω
5,58
10 + 1
𝐼 = 3 = 1,86 𝐴 = 1,86 × 5,6
= 10,4 𝑉 R1
𝑅𝑡𝑜𝑡 = 6,5 Ω
V. KESIMPULAN
𝑉3 = 𝐼. 𝑅𝑡𝑜𝑡 𝑉 = 𝐼. 𝑅1
6,5 Pada praktikum modul 3 Teorema Rangkaian
𝐼 = 3 = 2,16 𝐴 = 2,16 × 0
ini membahas tentang beberapa teorema-teorema
=0𝑉
yang dapat membantu mempermudah perhitungan di
R2 sebuah rangkaian.
𝑅𝑡𝑜𝑡 = 6,5 Ω Pada praktikum kali ini didapatkan kesimpulan
yaitu pertma praktikan telah dapat memahami
𝑉3 = 𝐼. 𝑅𝑡𝑜𝑡 𝑉 = 𝐼. 𝑅2 Teorema Thevenin, Teorema Norton dan juga
6,5
𝐼 = 3 = 2,16 𝐴 = 2,16 × 1 Teorema Superposisi pada sebuah rangkaian arus
= 2,16 𝑉 searah.
R3
𝑅𝑡𝑜𝑡 = 6,5 Ω
VI. REFRENSI
𝑉3 = 𝐼. 𝑅𝑡𝑜𝑡 𝑉 = 𝐼. 𝑅3
6,5
𝐼 = 3 = 2,16 𝐴 = 2,16 × 0
=0𝑉 [1] D. Fadila, "Rangkaian Thevenin-Norton," Rangkaian
R4 Thevenin-Norton.
𝑅𝑡𝑜𝑡 = 6,5 Ω [2] M. Ramdhani, "BAB IV Analisis Rangkaian AC,"
Rangkaian Listrik.
𝑉3 = 𝐼. 𝑅𝑡𝑜𝑡 𝑉 = 𝐼. 𝑅4
6,5
𝐼 = 3 = 2,16 𝐴 = 2,16 × 10
= 21,6 𝑉
R5
𝑅𝑡𝑜𝑡 = 6,5 Ω
𝑉3 = 𝐼. 𝑅𝑡𝑜𝑡 𝑉 = 𝐼. 𝑅5
6,5
𝐼 = 3 = 2,16 𝐴 = 2,16 × 5,6
= 12,096 𝑉