Anda di halaman 1dari 16

MODUL 4

TEOREMA RANGKAIAN
Abdurrahman (122130143)
Asisten : Ahmad Fahri Fahrezi (121130104)
Tanggal Percobaan : 01/11/2023
EL2202_D-2_PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKTRIK 1
Laboratorium Teknik Elektro
Institut Teknologi Sumatera
Abstrak— Percobaan ini melibatkan penerapan Teorema
Thevenin, Norton dan Superposisi untuk menghitung
arus yang mengalir melalui resistor. Tujuan utamanya
adalah membandingkan hasil eksperimen dengan
perhitungan teoretis. Dalam percobaan ini, tegangan
sumber dan hambatan dari setiap resistor diukur
menggunakan metode Thevenin pada percobaan Gambar 1. Rangkaian seri linier
pertama, setelah itu menggunakan metode Norton.
Dalam gambar tersebut, dengan menggunakan teorema
Kata Kunci— Thevenin, Norton, Superposisi. substitusi, kita dapat menggantikan rangkaian B dengan
sumber tegangan yang memiliki nilai yang sama ketika arus
mengalir melalui terminal a-b yang diamati. Setelah
I. PENDAHULUAN mendapatkan rangkaian substitusi, penggunaan teorema
superposisi menghasilkan kesimpulan berikut:
Percobaan Thevenin, Norton dan Superposisi dilakukan 1. Saat sumber tegangan V aktif atau sedang beroperasi,
karena mahasiswa sering mendapatkan penjelasan teori rangkaian pada bagian linier A tidak berfungsi (semua
tentang konsep Thevenin, Norton dan Superposisi, tetapi sumber tegangan bebasnya dimatikan dan diganti dengan
tidak selalu dapat mengaplikasikannya langsung dalam tahanan dalamnya). Sebagai hasilnya, nilai resistansi
rangkaian. Dalam merakit rangkaian, pemahaman yang tepat ekivalennya dapat dihitung. [1]
tentang metodenya penting untuk mencegah kerusakan pada
alat. Selain itu, mahasiswa diharapkan dapat
menginterpretasi data yang diperoleh dari alat seperti
Multimeter dan Resistor yang digunakan. Setelah mampu
membaca data tersebut, mahasiswa harus bisa melakukan
perhitungan dan pengolahan data untuk memastikan akurasi
hasil percobaan

Adapun tujuan dari percobaan modul ini ialah: Gambar 2. Sirkuit Linier A mati
1. Memahami penggunaan teorema Thevenin dan pada 2. Ketika sirkit linier A aktif/bekerja maka pada
rangkaian arus sumber tegangan bebas diganti dengan tahanan di
searah dalamnya yaitu nol atau berupa rangkaian short circuit
2. Memahami penggunaan teorema Norton dan pada
rangkaian arus
searah
3. Memahami Teorema Superposisi

II. LANDASAN TEORI

A. Theorema thevenin

Teorema ini memungkinkan rangkaian listrik yang rumit Gambar 3. Sirkit Linier A aktif
untuk disederhanakan dengan menggunakan satu sumber
tegangan yang terhubung dengan sebuah tahanan ekivalen B. Theorema Norton
pada dua terminal yang diamati. Prinsipnya adalah
menciptakan sebuah rangkaian pengganti yang terdiri dari Suatu rangkaian listrik bisa disederhanakan dengan
sumber tegangan yang terhubung secara seri dengan menggantinya hanya dengan satu sumber arus yang
resistansi ekivalennya. Hal ini bertujuan untuk dihubungkan secara paralel dengan tahanan ekivalennya
mempermudah analisis rangkaian yang kompleks. pada dua terminal yang diamati. Pendekatan ini
memudahkan analisis rangkaian dengan menciptakan

1
rangkaian pengganti yang terdiri dari sumber arus dan 4. Multimeter (1 Buah )
tahanan yang diparalelkan. [2] 5. Power Supply DC ( 1 Buah )
6. Kabel Jumper (5 Buah )

B. Langkah Kerja

Percobaan 1. Teorema Thevenin

Gambar 4. Rangkaian pengganti Norton

C.Theorema Superposisi

Teorema superposisi menyatakan bahwa jika ada n Ukurlah nilai arus pada setiap beban (R1,R2,R3,R4,
sumber bebas dalam sebuah rangkaian, maka dengan dan R5).
menggunakan teorema superposisi, kita dapat menganalisis
rangkaian tersebut seolah-olah terdapat n keadaan terpisah.
Meskipun ada sumber-sumber tak bebas dalam rangkaian,
teorema superposisi tetap mengizinkan kita untuk
menghitung n keadaan dari n sumber bebasnya.
Prinsip Superposisi tidak berlaku untuk menghitung daya
karena dalam sebuah sumber tahanan, daya yang hilang
berubah secara tidak linear seiring dengan perubahan
kuadrat arus atau tegangan. Agar pengaruh masing-masing
Bukalah titik a-b kemudian ukurlah tegangan yang ada
sumber dapat diamati secara terpisah tanpa saling
pada titik tersebut menggunakan multimeter, kemudian
memengaruhi, sumber-sumber tersebut harus diisolasi dan
catat nilai tegangan tersebut sebaagai nilai VTH.
diuji secara individual. Untuk mengambil sumber tegangan,
penting bahwa perbedaan potensial antara terminal sumber
tegangan harus dijaga pada nilai nol dengan
menghubungkannya secara langsung. Sementara itu, untuk
mengambil sumber arus, terminalnya harus tetap terbuka
(tidak terhubung). Hambatan-hambatan yang terhubung
dengan sumber yang dicabut tidak boleh dihilangkan,
namun tetap harus diperhatikan. [3]
Prinsip superposisi adalah konsep penting dalam analisis Untuk mengukur nillai RTH yaitu tegangan yang
rangkaian, di mana setiap sumber energi dievaluasi secara dilihat pada titik a-b, matikanlah setiap sumber dan
terpisah. Pendekatan ini berguna terutama dalam rangkaian ukur resistansi dengan menggunakan multimeter
sederhana. Dalam analisis superposisi, lebih dari satu
sumber arus atau sumber tegangan dievaluasi secara
terpisah, dan ini efektif ketika rangkaian memiliki struktur
yang mudah dipahami.

Hitungalah nilai arus yang melalui R3 (Iab) pada


rangkaian pengganti

Gambar 5. Teorema Superposisi

III. METODOLOGI

A. Alat dan Bahan Percobaan 2. Teorema Norton

Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan modul ini


ialah:
1. Resistor 1 K Ohm ( 3 buah )
2. Resistor 10 K Ohm (1 Buah )
3. Resistor 5,6 K Ohm ( 1 Buah )

2
Ukurlah nilai arus pada setiap beban (R1,R2,R3,R4, Matikan sumber Vb dan Vc (hanya Va yang hidup)
dan R5). kemudian ukur nilai tegangan pada R4 dan arus yang
melalui R5

Bukalah titik a-b kemudian ukurlah tegangan yang ada


pada titik tersebut menggunakan multimeter, kemudian
Catat nila yang didapatkan pada bukucatatan
catat nilai tegangan tersebut sebaagai nilai VTH
praktikum sebagai nilai V1 dan I1.

Untuk mengukur nillai RTH yaitu tegangan yang Hitunglah nilai nilai V dan I
dilihat pada titik a-b, matikanlah setiap sumber dan
ukur resistansi dengan menggunakan multimeter

IV. HASIL DAN ANALISIS


Lakukan Pengukuranpada rangkaian di atas, ukurlah
V1, V2 dan V3. A. Tabel 1 Percobaan Teorema Thevenin
Ukurlah masing2 arus pada setiap komponen.
Pengukuran Perhitungan
Rth 0,993 K Ω 0,848 K Ω
V th 1,735 Mv 0,45 V
I ab 0,01 mA 0,536 Ma
Perhitungan:
Hitunglah nilai tegangan yang pada beban R3 Vab R2 X R 5
Rth =
R2 + R5
1000 X 5600
¿
6600
¿ 0,848 K
R2
V th =
Percobaan 3. Superposisi R 2+ R5

1000
¿
6600

¿ 0 , 45 V

V th
Ukurlah nilai tegangan pada beban R4 dan arus pada
I ab=
Rth
R5 sebagai pembanding dan catat sebagai nilai V’ dan
I’ 0 , 45
¿
0,848

3
¿ 0,536 mA R3 V 1,316 12,1 1,123 1,95 1,447 16,3
6 mV V 6 mV
I 1,316 0,03 1,123 0,02 1,447 0,07
6 mA mA 6 mA
Analisis: R4 V 1,316 0,418 0,877 1,8 1,551 2,885
6 V mV V
Terlihat perbedaan yang sangat jauh antara perhitungan dan I 1,316 0,04 0,877 0,02 0,155 0,06
pengukuran dibagian V th dan I ab. Ini mungkin terjadi karena 6 mA mA 1 mA
kesalahan dalam pengukuran, karena hasil yang didapat R5 V 1,316 63,6 0,877 1,3 0,447 19,4
tidak begitu akurat. 6 mV mV 6 mV
I 0,235 0,01 0,156 0,05 0,258 0,06
B. Tabel 2 Percobaan Teorema Northon 1 mA 6 mA mA
Perhitungan:
Pengukuran Perhitungan V 1 ON
RN 10,01 K Ω 3,59 K Ω
3−V 1 V V1 V1
IN 0,06 Ma -0,536 Ma = + +
V ab 358,9 mV -1,924 V 1000 10000 5600 1000
Perhitungan: 5 ,6. V 1 +10.V 1+56. V 1 +56.V 1−168
R2 X R5 =0
R N= 56000
R 2+ R 5 5 , 6.V 1 +10. V 1 +56.V 1 +56. V 1−16 8=0
10000 X 5600 127 , 6. V 1=16 8
¿
15600
168
¿ 3 , 59 K V 1=
127 , 6
V
IN= V 1=1,316 V
R
V 1=V . R3=V . R4 =V . R5
−3
¿
5600 V R 1=3−1,3161
¿−0,536 mA ¿ 1,6839 V
V ab=I N X R N 1,6839
I R 1=
¿−0,000536 X 3590 1000
¿−1,924 V ¿ 1,6839 mA
Analisis: V R 2=0 V
Dalam menghitung nilai IN dibagian terminal a-b
dihubungkan sebagai short circuit dan mengabaikan resistor
I R 2=0 A
didepan terminal a-b. Sama seperti percobaan pertama, V R 3=1,316 V
percobaan Northon ini terjadi perbedaan antara pengukuran
dan perhitungan. 1,316
I R3=
1000
C.Tabel 3 Percobaan Teorema Superposisi ¿ 1,316 A
V 1 ON V 2 ON V 3 ON 1,316
I R 4= =0,1316 mA
perhit pengu perhit peng perhit pengu 10000
ungan kuran ungan ukura ungan kuran
n
V R 4=1,316V
R1 V 1,683 2,06 0,877 1,1 V 1,551 2,89 1,316
V V I R5= =0,2351mA
I 1,683 0,07 1,683 0,01 1,551 0,07
5600
mA mA mA V 2 ON :
R2 V 0 7,8 0 10,9 3 2,953
mV mV V 2−V 1 V1 V1 V1
I 0 0,01 0 0,01 3 0,06 = + +
1000 10000 5600 1000
mA mA mA

4
5 ,6. V 1 +10.V 1+56. V 1 +56.V 1−112 Loop 4
=0
56000 1000 ( I 4−I 2 )−3=0
5 , 6.V 1 +10. V 1 +56.V 1 +56. V 1−112=0 1000 I 4−1000 I 2=3
127,6V 1=112 1000 I 4=1000 I 2+ 3
112 1000
V 1= +5
127 , 6 2
I 4= … (4 )
V 1=0 ,87 V 1000
V 1=V R 1=V R 4 =V R 5 Subtitusi persamaan

V R 1=0 , 87 16600 I 2−10000 I 1−5600 I 3−1000 I 4=0

( )
0 , 87 1000
I R 1= =0 ,87 mA +3

V R 2=0
1000 16600 I 2−1000
10
( )
I −5600
11 2
28
( )
I −1000
33 2
2
1000
=0

Sehingga didapat
I R 2=0
I 2=0,001707 A
V R 3=2−0 ,87=1 , 13V
¿ 1,707 mA
1 , 13
I R3= =1 , 13 mA 10
1000 I 2= X 1,707=1,551mA
11
V R 4=0 , 87V
28
0 , 87 I 2= X 1,707=1,448 mA
I R 4= =0,087 mA 33
10000
1000 ( 1,707 ) +3
V R 5=0 , 87 I 4= =1 , 75 mA
1000
0 , 87 I R 1=I 1=1,551 mA
I R5= =0,1553 mA
5600
3
V 3 ON I R 2= =3 mA
1000
Loop 1 I R 3 =I 3=1,448 mA
100. I 1 +10000 ( I 1−I 2) =0 1,551
I R 4= =0,1551 mA
11000 I 1−10000 I 2=0 10000
10 1,4476
I 1= I … ( 1) I R5= =0 ,26 mA
11 2 5669
Loop 2 V R 1=1,551 X 1000=1,551 V
10000 ( I 2−I 1 ) +1000 ( I 2−I 4 ) +5600 ( I 2−I 5 )=0 V R 2=V 3=3 V
16600. I 2−10000. I 1−5600 I 3 −1000 I 4 =0 … ( 2 ) V R 3=1,4476 X 1000=1,4476 V
Loop 3 V R 4=V R 1=1,551 V
5600 ( I 3−I 2) + 1000 I 3=0 V R 5=V R 3=1,4476 V
6600 I 3−5600 I 2=0 Analisis:

6600 I 3=5600 I 2 V1 on dengan V3 on memiliki tegangan dan arus yang


besar, berbeda dengan V2 on. Terdapat perbedaan diluar
5600 I 2
I 3= batas toleransi antara pengukuran dengan perhitungan.
6600
28
¿ I … (3 )
33 2
5
V. SIMPULAN VI. REFERENSI

Kesimpulan pada praktikum modul 3 ini ialah:


1. Telah dipahami cara menggunakan teorema
Thevenin dalam konteks rangkaian arus searah.
Teorema Thevenin memungkinkan penggantian
suatu rangkaian aktif linier dengan sumber
tegangan VT yang disusun seri dengan resistor
RT.Terdapat perbedaan pada setiap analisis
2. Teorema Norton dan teorema thevenin memiliki
dasarhukum yang sama dalam analisis suatu
rangkaian.
3. Ketiga teorema ini memudahkan kita dalam
mengukur arus/tegangan

[1] F. D. Sari, “Menganalisa teorema thevenin dan norton,” Thevenin dan Norton, pp. 1-14, 2012.
[2] C. Robertson, Fundamental Electricaland Electronic Principles 3 rd edition, Burlington: Elsevier, 2008.
[3] M. Sadiku, Fundamental of Electric Circuits 4th Edition, New York: Mc Graw Hill, 2009.

6
LAMPIRAN

1. BCP

7
8
9
10
11
2. Dokumentasi

12
13
14
15

Anda mungkin juga menyukai