Anda di halaman 1dari 8

MODUL 2 TEOREMA RANGKAIAN DC DAN NILAI STATISTIK RESISTANSI

Najmi Azzahra Feryputri (13221086)


Asisten: Titan Hizbullah Rukmana (13219012)
Tanggal Percobaan: 14/09/2022
EL2101-Praktikum Rangkaian Elektrik
Laboratorium Dasar Teknik Elektro - Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB

Abstrak 11) Memahami hubungan tegangan dan arus


pada rangkaian seri RC dan RL.
Pada praktikum modul 2 teorema ramgkaian DC dan nilai
statistik resistansi ini praktikan akan membuktikan 12) Mengukur fasa pada tegangan dan arus pada
kebenaran dari teorema ragkaian yaitu teorema Thevenin, rangkaian seri RC dan RL
Norton, superposisi dan resiprositas. Praktikan juga akan
menghitung daya beban serta dikenalkan pada rangkaian 2. STUDI PUSTAKA
AC. Praktikan akan mengukur tegangan dan beda fasa
kompnen pada rangkaian RL dan RC. 2.1 TEOREMA THEVENIN
Kata kunci: Teorema, DC, Pengukuran, AC. Teorema thevenin menyebutkan bahwa suatu
rangkaian aktif dengan sumber tegangan dan/
1. PENDAHULUAN atau sumber arus dependen maupun independen
yang bersifat linier dengan 2 kutub (terminal) a
Percobaan pada modul ini secara umum bertujuan
dan b, dapat diganti dengan suatu tegangan VT
agar praktikan memahami teorema pada
seri dengan resistor RT. VT merupakan tegangan
rangkaian DC, yaitu teorema Thevenin, theorema
pada terminal a-b dalam keadaan open circuit
Norton, teorema superposisi dan teorema
(tanpa beban), RT merupakan resistansi pada a-b
resiprositas. Selain itu praktikan juga
diiihat kearah rangkaian dengan semua sumber
diperkenalkan pada rangkaian AC yaitu
independen diganti dengan resistansi dalamnya.
rangkaian RC dan RL Pada modul ini, praktikan
akan membuktikan kebenaran teorema pada
2.2 TEOREMA NORTON
rangkaian, merangkai rangkaian RC dan RL serta
mengukur tegangan dan beda fasa pada rangkaian Teorema Norton menyebutkan bahwa suatu
RC dan RL. Adapun tujuan rinci dari modul ini rangkaian aktif dengan sumber tegangan dan/
berdasarkan modul petunjuk Praktikum atau sumber arus dependen maupun independen
Rangkaian Elektrik: yang bersifat linier dengan 2 kutub (terminal) a
dan b, dapat diganti dengan suatu sumber arus IN
1) Dapat merancang percobaan arus searah
paralel dengan resistor RT. IN merupakan arus
2) Memahami penggunaan teorema Thevenin yang mengalir pada terminal a-b dalam keadaan
dan teorema Norton pada rangkaian arus short circuit (hubung singkat), RT merupakan
searah. resistansi pada a-b diiihat kearah rangkaian
dengan semua sumber independen diganti
3) Memahami teorema superposisi
dengan resistansi dalamnya. IN merupakan arus
4) Memahami teorema resiprositas yang mengalir melalui RT dengan sumber
tegangan VT. IN sama dengan VT dibagi RT.
5) Dapat merancang rangkaian pembagi
tegangan
2.3 TEOREMA SUPERPOSISI
6) Memahami rangkaian resistor seri dan
Teorema superposisi menyatakan bahwa respon
parallel
yang terjadi pada suatu cabang, berupa arus atau
7) Dapat merancang percobaan arus bolak-balik. tegangan, yang disebabkan oleh beberapa sumber
(arus dan/atau sumber tegangan) yang bekerja
8) Memahami nilai statistic resistansi
bersama-sama, sama dengan jumlah masing-
9) Memahami konsep impedansi dalam arti fisik masing respon bila sumber tersebut bekerja
sendiri dengan sumber lainnya diganti oleh
10) Memahami hubungan antara impedansi
resistansi dalamnya. Saat mengukur suatu respon
resistansi dan reaktansi pada rangkaian seri
dari sumber tertentu, sumber lainnya ”dimatikan”,
RC dan RL.
yaitu sumber tegangan lainnya di hubung

Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB 1


singkatkan dan sumber arus lainnya di hubung 2. Kit Multimeter (1 buah)
terbuka.
3. Kit Osiloskop dan Generator Sinyal (1 buah)
2.4 TEOREMA RESIPROSITAS 4. Resistor Dekade (1 set)
Teorema Resiprositas menyatakan bahwa dalam 5. Power Supply DC (2 buah)
tiap rangkaian pasif yang bersifat linier, bila suatu
6. Multimeter (2 buah)
sumber tegangan V yang dipasang pada cabang k
menghasilkan arus I1=I pada cabang m, maka bila 7. Kabel 4 mm – 4 mm (min 10 buah)
sumber tegangan V tersebut dipindahkan ke
8. Kit Rangkaian RC & RL (1 buah)
cabang m, arus yang mengalir pada cabang k
adalah I2 = I. 9. Resistor: 1 kꭥ, 10 kꭥ , 100 kꭥ , 1Mꭥ (masing-
masing 1 buah)
2.5 TRANSFER DAYA MAKSIMUM
10. Kapasitor: 0.1 µF, 0.01 0.1 µF, 0.001 0.1 µF
Transfer daya maksimum pada beban dapat (masing-masing 1 buah)
terjadi saat resistansi beban memiliki besar yang
11. Induktor 2.5 mH (1 buah)
sama dengan resistansi thevenin atau:
Langkah-langkah yang dilakukan untuk
𝑅𝑅𝐿𝐿 = 𝑅𝑅𝑇𝑇
praktikum modul ini adalah:
2.6 RANGKAIAN AC Teorema Thevenin (Rangkaian 1)
Rangkaian AC merupakan rangkaian dengan arus Dalam percobaan ini, teorema Thevenin
bolak-balik. Arus bolak balik berbentuk sinusoidal dipergunakan untuk mencari arus pada beban R
yang yang dapat didefinisikan dalam domain pada cabang C-D secara tidak langsung, dengan
fasor. Hambatan ekuivalen, yaitu perbandingan mengukur VT, RT, dan R. Kemudian hasilnya
antara tegangan dan arus pada rangkaian AC dibandingkan dengan pengukuran arus melalui
disebut impedansi. Untuk bentuk sinusoidal, beban secara langsung dengan menggunakan
impedansi adalah perbandingan antara fasor multimeter.
tegangan dan fasor arus. Pada modul ini akan
dibahas 2 jenis rangkaian AC, yaitu rangkaian RC
dan rangkaian RL.

2.7 RANGKAIAN RC
Hambatan pada rangkaian RC terdiri dari resistor
dan kapasitor. Pada rangkaian RC, resistor sefasa
dengan arus yang mengalir dari sumber Gambar 3.1 Pengukuran arus rangkaian
sedangkan kapasitor tertinggal 90◦ dari arus,
sehingga Tegangan pada resistor (VR) dan
tegangan pada kapasitor (VC) juga memiliki beda
fasa sebesar 90◦ , dimana VR mendahului VC.

2.8 RANGKAIAN RL
Gambar 3.2 Pengukuran tegangan thevenin
Hambatan pada rangkaian RL terdiri dari resistor
dan induktor. Pada rangkaian RL, resistor sefasa
dengan arus yang mengalir dari sumber
sedangkan induktor mendahului arus sebesar 90◦,
sehingga tegangan induktor (VL) dan Tegangan
pada resistor (VR) juga memiliki beda fasa sebesar
90◦ , dimana VL mendahului VR.
Gambar 3.3 Pengukuran resistansi Thevenin/Norton (RT)

Gunakan kit Thevenin dan Norton. Pasanglah


3. METODOLOGI sumber tegangan searah 20 V pada AB. pada
cabang C-D pasanglah mA meter seri dengan
Komponen dan alat yang digunakan selama
beban R1, seperti pada Gambar 3-1.
praktikum ini adalah :
1. Kit Teorema Thevenin dan Norton (1 buah)

Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB 2


Teorema Norton
Bukalah beban & mA-meter, sehingga C-D
Dalam percobaan ini, rangkaian pada percobaan
terbuka (open circuit). Ukurlah tegangan
open circuit C-D dengan Voltmeter Elektronik , thevenin 1 di atas diganti dengan sebuah sumber
(seperti pada Gambar 3-2). Catat tegangan arus IN paralel dengan suatu resistansi RN yang
open circuit ini sebagai nilai VT. Perhatikan besarnya sama dengan RT.
bahwa tegangan sumber A-B harus tetap = 20
V.

Untuk mengukur RT, yaitu resistansi yang


“dilihat” pada terminal C-D ke arah kiri,
bukalah/lepaskan sumber tegangan dari A-B Gambar 3-5 Pengukuran arus norton
dan hubung singkatkan A-B, seperti pada
Gambar 3-3. Ukurlah resistansi pada terminal
C-D dengan ohmmeter.

Ukurlah resistansi R1
Gambar 3-6 Pengukuran arus rangkaian pengganti norton

Untuk mencari IN Pasanglah sumber tegangan


Hitunglah arus melalui R1 dari: searah 20 V pada A-B. Ukurlah arus hubung-
𝑉𝑉𝑇𝑇 singkat pada C-D dengan menggunakan mili
𝐼𝐼 = 𝑅𝑅 ………………… (pers. 3.1) ammeter seperti pada gambar 3.5.
𝑇𝑇 +𝑅𝑅𝑖𝑖
Catat hasil pengukuran dan perhitungan,
ulangi percobaan untuk nilai R yang lain.

Aturlah sumber arus sehingga menghasilkan


Teorema Thevenin (Rangkaian 2) arus sebesar 𝐼𝐼𝑁𝑁 . Buatlah rangkaian seperti pada
gambar 3-6 dengan nilai RT didapat pada
percobaan pertama.

Ukurlah arus melalui mA-meter untuk nilai R


lainnya

Gambar 3-4 Pengukuran arus pada rangkaian pengganti


Thevenin 1
Ubah resistor RN menggunakan resistor
Susun rangkaian seperti Gambar 3-4. Sumber dekade, lakukan kembali pengukuran arus
tegangan menggunakan sumber tegangan seperti Langkah-langkah sebelumnya. Catat
yang diatur tegangannya pada nilai VT dan seluruh hasil pengukuran.
resistor menggunakan resistor dekade atau
potensiometer yang tersedia pada kit
praktikum, dengan nilai RT. Gunakan nilai VT
dan RT yang sudah diapat pada percobaan 1. Teorema Superposisi

Ukurlah arus yang mengalir melalui R1 dengan


mA-meter, catat hasil pengukuran.

Gambar 3-7 Pengukuran arus rangkaian teorema


Ulangi percobaan untuk nilai R yang lain. Superposisi
Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB 3
Gunakan kit multimeter, buat rangkaian seperti Ukurlah arus melalui a-b dengan memasang
milli Ammeter pada a-b.
gambar 3-7 dengan R1 = 33 kΩ, R2 = 1,5 kΩ, R3
=1,5 kΩ, dan R4 = 2,2 kΩ, serta V1 = 12 V dan
V2 = 0 V (dihubung singkat).
Transfer Daya Maksimum

Ukur arus yang melalui R4 (yaitu arus I4) dan


beda potensial pada R1, catat hasil pengukuran.

Gambar 3-9 Rangkaian percobaan pembagi tegangan


Kemudian ,ubah rangkaian di atas menjadi V1 =
0 V (V1 dihubung singkat) & V2 = 6 V.
Gunakan Kit Teorema Norton. Rangkai
rangkaian pembagi tegangan seperti gambar 3-
9 dengan nilai resistor RA = resitor variabel
Ukur lagi arus yang melalui R4 (yaitu arus I4) metrik x10 kΩ, x1 kΩ , x100 Ω serta RB = 3,3 kΩ
dan beda potensial pada R1. dari kit praktikum.

.Kemudian modifikasilah rangkaian di atas Amati dan catat tegangan, arus dan daya yang
menjadi V1 = 12 V dan V2 = 6 V, Ukur juga terjadi pada resistor beban RB
arus yang melalui R4 (yaitu arus I4) dan beda
potensial pada R1. Cata seluruh hasil
pengukuran.
Gambarkan grafik daya Vs dan RB amati
adanya tegangan maksimum

Teorema Resiprositas

Atur RB hingga diperoleh nilai RB yang


memberi nilai daya maksimum

Rangkaian Resistor Seri dan Paralel

Gunakan Kit Multimeter. Rangkai suatu


Gambar 3-8 Rangkaian percobaan teorema resiprositas rangkaian dengan resistor-resistor yang tersedia
pada kit, yang menghasilkan resistansi efektif
Buatlah rangkaian seperti pada gambar 3-8 5.2 kΩ (untuk praktikum hari rabu).
dengan R1= 1,5 KΩ, R2= 33KΩ, R3= 1,5KΩ, R4=
220KΩ, R5= 2,2KΩ. R

Ukur resistansi masing-masing resistor yang


osiloskop
digunakan dan resistansi efektif rangkaian
Pasang sumber tegangan V = 12 V pada a-b. tersebut dengan menggunakan multimeter
Ukurlah arus yang melalui c-d dengan digital, catat hasil pengukuran.
memasang milli Ammeter pada c-d

Pindahkanlah sumber tegangan 12 V tersebut ke


c-d (Vcd = 12V)

Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB 4


Rangkaian RC
Carilah beda fasa antara Vi dan VR dan VL
dengan bantuan osiloskop, catat hasil
pengukuran.

4. HASIL DAN ANALISIS


Teorema Thevenin (Rangkaian 1)

Tabel 4-1 Hasil pengukuran arus pada rangkaian thevenin


1
Gambar 3-10 Rangkaian RC untuk pengukuran fasor
R VT RT I I
Buatlah rangkaian seperti pada gambar 3-10
dengan Vi = 2 Vrms (bentuk gelombang sinus) , (Ω) (V) (Ω) dari perhitungan Dari rangkaian Thevenin
R = 10 KΩ; C= 0,1µF, dan f = 300 Hz (mA) (mA)

1K 6.8 1.318K 2.92 2.934

Hitunglah VR dan VC dengan harga besaran 2K 2.07 2.049


yang telah diketahui
3.3K 1.48 1.4725

Pada percobaan ini, arus dari resistor yang


Ukurlah VR dan VC dengan multimeter. Cek terhubung dengan rangkaian N memiliki besar
apakah Vi = VR + VC sangat mirip dengan arus yang diukur dengan
mengganti rangkaian N dengan nilai resistansi
ekuivalen (RT) serta tegangan VT. Dengan
demikian, kita mengetahui bahwa suatu
Amati Vi, VR dan VC dengan osiloskop. rangkaian yang memiliki 2 terminal terbuka
memiliki memiliki rangkaian ekuivalen yang
terdiri dari satu sumber tegangan (tegangan pada
Carilah beda fasa antara Vi dan VR, juga antara terminal terbuka) serta satu resistor dengan
VC dan VR dengan bantuan osiloskop. Catat resistansi ekuivalen dilihat dari terminal tersebut.
hasil pengukuran. Berdasarkan hal itu, teorema Thevenin terbukti
benar. Selain itu, dapat diketahui juga bahwa
teorema Thevenin dapat menyederhanakan
Rangkaian RL rangkaian/ bagian rangkaian menjadi bentuk
yang sangat sederhana (hanya terdiri dari satu
tegangan dan satu resistor) untuk mempermudah
analisis rangkaian.
Teorema Thevenin (Rangkaian 2)

Tabel 4-2 Hasil pengukuran arus pada rangkaian thevenin


2

R VT RT I
Gambar 3-11 Rangkaian RL untuk pengukuran fasor (V) (mA)
(Ω) (Ω)

Buatlah rangkaian seperti pada gambar 3-11 1K 6.8 1.318K 0.98


dengan Vi = 2 Vrms (bentuk gelombang sinus) ,
R = 10 KΩ; C= 0,1µF, dan f = 300 Hz 2K 0.7

3.3K 0.5

Hitunglah VR dan VL dengan harga besaran yang R=0 1.68


telah diketahui
Percobaan ini seharusnya juga membuktikan
kebenaran teorema Thevenin. Pada percobaan 2
Amati nilai Vi dengan osiloskop, catat hasil ini, dicari besar arus yang melalui suatu resistor R
pengukuran
atau beban yang disambungkan dengan rangkaian
Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB 5
pengganti Thevenin dengan nilai VT dan RT sama Hasil percobaan ini menunjukkan bahwa total
dengan percobaan sebelumnya, seperti pada penjumlahan arus IR4 dan tegangan VR1 dengan
gambar 3-4. Rangkaian ini adalah rangkaian seri kontribusi satu sumber memiliki besar yang sangat
sehingga untuk mencari besar arus yang melalui mirip jika pengukuran Bersama kedua sumber
R1 dapat diterapkan konsep pembagi arus. tersebut dilakukan. Hal ini membuktikan
Penurunan persamaan dari pembagi arus akan kebenaran dari teorema superposisi.
menghasilkan persamaan 3.1, sehingga
Teorema Resiprositas
seharusnya hasil pengukuran arus yang didapat
sama dengan percobaan 1. Akan tetapi, pada Tabel 4-5 Hasil pengukuran arus arus I pada percobaan
percobaan ini kami kesulitan mendapatkan hasil teorema resiprositas
ukur yang akurat akibat keadaan kit teorema
Thevenin-norton yang kurang baik. Kami sudah Letak V Besar V Letak I Besar I

mencoba mengukur baik pada multimeter digital (V) (mA)


genggam maupun multimeter digital benchtop dan
a-b 12 c-d 2.34
hasilnya tetap sama.
Teorema Norton c-d 12 a-b 2.34

Tabel 4-3 Hasil pengukuran arus pada rangkaian norton Pada percobaan ini, arus pada cabang c-d saat
sumber tegangan dipasang di a-b memiliki besar
R IN RN I I
sama dengan arus pada cabang a-b saat sumber
(Ω) (mA) (Ω) Dari rangkaian N Dari resistor dekade tegangan yang sama dipasang di c-d, sehigga
(mA) (mA) teorema resiprositas terbukti benar.

1K 5.08 1.318K 6.7 6.63 Transfer Daya Maksimum

2K 3.37 3.32 Tabel 4-6 Hasil percobaan transfer daya maksimum

3.3K 2.02 2.0 No RB VB IB P

(Ω) (V) (mA) (miliwatt)


Pada percobaan ini, arus dari resistor yang
terhubung dengan rangkaian N memiliki besar 1 200 0.234 3.02 0.7067
sangat mirip dengan arus yang diukur dengan
mengganti rangkaian N dengan nilai resistansi 2 400 1.145 2.86 3.275

ekuivalen (menggunakan resistor decade). Dengan


3 800 2.065 2.57 5.307
demikian, kita mengetahui bahwa suatu
rangkaian yang memiliki 2 terminal terbuka 4 1600 3.453 2.15 7.424
memiliki satu nilai resistansi ekuivalen yang
merupakan total dari seluruh resistansi rangkaian 5 3200 5.191 1.61 8.357

dilihat dari terminal tersebut. Berdasarkan hal itu,


6 6400 6.943 1.07 6.947
teorema Norton terbukti benar. Selain itu, dapat
diketahui juga bahwa teorema Norton dapat 7 12800 8.355 0.64 5.347
menyederhanakan rangkaian/ bagian rangkaian
menjadi bentuk yang sangat sederhana (hanya 8 25600 9.301 0.34 3.162
terdiri dari satu sumber arus dan satu resistor)
9 51200 9.86 0.17 1.676
untuk mempermudah analisis rangkaian.
Teorema Superposisi Pada studi pustaka subbab 2.7, disebutkan bahwa
transfer daya maksimum pada beban dapat terjadi
Tabel 4-4 Hasil pengukuran arus R4 dan tegangan R1 pada
bila nilai resistansi beban sama dengan resistansi
percobaan teorema superposisi
Thevenin (RT). Karena itulah, semakin dekat nilai
V1 V2 IR4 VR1 resistansi beban dengan resistansi Thevenin, maka
(V) (V) (mA) (V)
kemungkinan terjadinya transfer daya maksimum
semakin besar. Resistor yang merupakan
12 0 0.1 12.34 resistansi Thevenin dalam rangkaian ini memili
hambatan sebesar 3.3 kΩ. Karena itulah, transfer
0 6 1.38 2.46 daya maksimum terjadi saat RB = 3.2k Ω.
12 6 1.4 14.0

Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB 6


Rangkaian Resistor Seri dan Paralel Rangkaian RL (ntar liat lagi bcl ari)

Tabel 4-7 Hasil percobaan rangkaian resistor dan seri Tabel 4-10 Hasil pengukuran arus pada rangkaian RL
parallel
Vi R L Frekuensi Perhitungan Multimeter
R1 R1 R3 Ref
(Vrms) (Ω) (H) (Hz)
VR VL VR VL
(Ω) (Ω) (Ω) (Ω) (V) (V) (V) (V)

1.458K 1.458K 2.162K 5.09K 2 1K 2.5M 60K 1.2 0.9 1.34 1.12

Untuk mendapatkan resistor 5.2 kΩ, pasang dua Pada percobaan ini, didapatkan VR + VL = 2.24 V.
resistor 1.5 kΩ dan resistor 2.2 kΩ secara seri. Resistor dan inductor memiliki toleransi dalam
Percobaan berjalan lancar, kami mendapatkan pengukuran, sehingga probabilitas alat ukur
hasil pengukuran resistansi yang mirip dengan mendapatkan hasil pengukuran yang tidak sama
nilai aslinya yang berarti rangkaian resistor seri persis sangat mungkin terjadi. Hal ini aakan
sudah terangkai dengan tepat. menyebabkan adanya selisih dari nilai
Rangkaian RC pengukuran dengan nilai sebenarnya. Karena
itulah pada percobaan ini didapatkan nilai VR dari
Tabel 4-8 Hasil pengukuran arus pada rangkaian RC pengukuran dengan multimeter dan perhitungan
berbeda.
Vi R C Frekuensi Perhitungan Mutimeter

(Vrms) (µF) (Hz) Tabel 4-11 Hasil pengukuran beda fasa pada rangkaian RL
(Ω)
VR VC VR VC
(V) (V) (V) (V) Vi dan VR VC dan VR

2 1K 0.1 300 1.77 0.937 1.34 0.9 Sketsa Tampilan Sketsa Tampilan

Pada percobaan ini, didapatkan VR + VC = 2.24 V.


Resistor dan kapasitor memiliki toleransi dalam
pengukuran, sehingga probabilitas alat ukur
mendapatkan hasil pengukuran yang tidak sama
persis sangat mungkin terjadi. Hal ini aakan
menyebabkan adanya selisih dari nilai
pengukuran dengan nilai sebenarnya. Maka kita
dapat mengansumsikan 2.24 volt mendekati nilai
Vrms sehingga hubungan antara Vi, VR, Vs dapat Gambar 4-11 Hasil pengukuran beda fasa VR dan VL pada
rangkaian RL
dirumuskan sebagai:
𝑉𝑉𝑖𝑖 = 𝑉𝑉𝑅𝑅 + 𝑉𝑉𝐶𝐶

Tabel 4-9 Hasil pengukuran beda fasa pada rangkaian RC

Vi dan VR VC dan VR

Sketsa Tampilan Sketsa Tampilan

Sesuai dengan subbab 2.8 pada studi Pustaka, VR


dan Vi sefasa karena resistor memang memiliki
fasa yang sama dengan arus sumber. Pada
percobaan ini, kami tidak sempat mendapatkan
Sesuai dengan subbab 2.7 pada studi Pustaka, VR sketsa tampilan untuk VR dan VL. Karena itu kami
dan Vi sefasa karena resistor memang memiliki melakukan simulasi dengan ltspice. Hasil simulasi
fasa yang sama dengan arus sumber. Pada terdapat pada gambar 4-1. Didapat selisih waktu
percobaan ini, kami tidak bisa mendapatkan ( 𝛥𝛥𝛥𝛥) . Beda fasa dihitung dengan metodel dual
sketsa tampilan yang jelas untuk VR dan VC karena trace, yaitu:
banyak sekali noise pada gelombang VC yang ∆𝑡𝑡
𝜑𝜑 = ∗ 360 ◦
ditampilkan osiloskop. Karena itu juga, kami tidak 𝑇𝑇
Didapat beda fasa antara VR dan VL. sebesar
dapat mengetahui beda fasa antara VC dan VR.
90.945◦.
Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB 7
5. KESIMPULAN
Teorema Thevenin benar, salah satu aplikasi dari
teorema Thevenin adalah menyederhanakan
rangkaian/ bagian rangkaian menjadi bentuk
yang sangat sederhana (hanya terdiri dari satu
tegangan dan satu resistor) untuk mempermudah
analisis rangkaian.
Teorema superposisi dan teorema resiprositas juga
benar dan dapat digunakan untuk
meyederhanakan rangkaian dan mempermudah
analisis rangkaian.
Rangkaian pembagi tegangan dirangkai dengan
Menyusun hambatan secara parallel terhadap
tegangan sumber.
Niai resistansi tertentu daapat didapatkan dengan
merangkai mengkombinasikan rangkaian resistor
secara seri dan paralel.
Transfer daya maksimum terjadi saat nilai
resistansi beban sama dengan resistansi Thevenin.
Semakin dekat besar resistansi beban ke resistansi
Thevenin, semakin besar daya yang bisa ditransfer
ke bebsn tersebut.
Impedansi adalah hambatan pada rangkaian arus
bolak balik (rangkaian AC).
Pada rangkaian AC baik RC maupun RL,
hubungan antara tegangan sumber dan tegangan
komponen adalah:
𝑉𝑉𝑖𝑖 = 𝑉𝑉𝑅𝑅 + 𝑉𝑉𝐶𝐶
𝑉𝑉𝑖𝑖 = 𝑉𝑉𝑅𝑅 + 𝑉𝑉𝐿𝐿
Impedansi merupakan perbadingan antara
tegangan dan arus komponen pada rangkaian AC
(RL dan RC)
Pada rangkaian RC, 𝑉𝑉𝑅𝑅 dan 𝑉𝑉𝑖𝑖 sefasa, 𝑉𝑉𝑅𝑅 dan 𝑉𝑉𝐶𝐶
seharusnya berbeda ±90◦ dengan 𝑉𝑉𝑅𝑅 mendahului
𝑉𝑉𝐶𝐶 . Pada rangkaian RL, 𝑉𝑉𝑅𝑅 dan 𝑉𝑉𝑖𝑖 juga sefasa. 𝑉𝑉𝑅𝑅
dan 𝑉𝑉𝐿𝐿 berbeda ±90◦ dengan 𝑉𝑉𝐿𝐿 mendahului 𝑉𝑉𝑅𝑅 .
Pada rangkaian RL,

DAFTAR PUSTAKA
[1] Mervin T Hutabarat dan Muhammad Amin
S., Petunjuk Praktikum Praktikum Rangkaian
Elektrik, Laboratorium Dasar Teknik Elektro,
Bandung, 2022.
[2] Charles K. Alexander dan Matthew N.O.
Sadiku, Fundamentals of Electric Circuits,
Department of Electrical and Computer
Engineering, Cleveland State University.

Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB 8

Anda mungkin juga menyukai