NPM.
LABORATORIUM No : Kaira
PENGUKURAN BESARAN LISTRIK Milani Fitria
Edisi/Revisi :
Tanggal Berlaku :
PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK Halaman :
I. JUDUL PERCOBAAN
III.TEORI DASAR
Teorema Thevenin
Teorema Thevenin adalah salah satu teori elektronika atau alat analisis yang
menyederhanakan suatu rangkaian rumit menjadi suatu rangkaian sederhana
dengan cara membuat suatu rangkaian pengganti yang berupa sumber tegangan
yang dihubungkan secara seri dengan sebuah resistansi yang ekivalen. Teorema
Thevenin ini sangat bermanfaat apabila diaplikasikan pada analisis rangkaian yang
berkaitan dengan daya atau sistem baterai dan rangkaian interkoneksi yang dapat
mempengaruhi satu rangkaian dengan rangkaian lainnya. Teorema Thevenin ini
ditemukan oleh seorang insinyur yang berasal dari Perancis yaitu M.L. Thevenin.
Teorema Thevenin menyatakan bahwa :
“Setiap Rangkaian linear yang terdiri dari beberapa tegangan dan resistor dapat
digantikan dengan hanya satu tegangan tunggal dan satu resistor yang terhubung
secara seri”.
Pada teorema ini berlaku bahwa suatu rangkaian listrik dapat disederhanakan
dengan hanya terdiri dari satu buah sumber tegangan yang dihubungserikan dengan
sebuah tahanan ekivelennya pada dua terminal yang diamati
LABORATORIUM No : Kaira
PENGUKURAN BESARAN LISTRIK Milani Fitria
Edisi/Revisi :
Tanggal Berlaku :
PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK Halaman :
Teorema Thevenin menyatakan bahwa dimungkinkan untuk menyederhanakan
suatu rangkaian yang linier, seberapa rumit sekalipun rangkaian itu, menjadi
sebuah rangkaian ekivalen yang berisi sumber tunggal yang disusun seri dengan
sebuah beban (resistor). Kata-kata linier adalah identik dengan yang ditemukan
pada teorema superposisi, dimana semua persamaan dasarnya harus linier (tidak
ada bentuk eksponen atau akar). Bila kita menjumpai rangkaian pasif (seperti
resistor, induktor, dan kapasitor), teorema ini bisa dipakai. Namun, ada beberapa
komponen seperti komponen semikonduktor adalah tidak linier.
Teorema Thevenin ini berguna untuk menganalisa sistem daya dan rangkaian
lainnya dimana terdapat satu resistor pada rangkaian tersebut (biasa disebut resistor
beban) yang dijadikan subjek perubahan, sehingga apabila nilai resistor beban itu
diubah-ubah, kita tidak perlu susahsusah menganalisa rangkaian secara
menyeluruh.
Tujuan sebenarnya dari teorema ini adalah untuk menyederhanakan analisis
rangkaian, yaitu membuat rangkaian pengganti yang berupa sumber tegangan yang
dihubungkan seri dengan suatu resistansi ekivalennya.
Teorema Thevenin Menyatakan bahwa sembarang dua terminal rangkaian dapat
diubah menjadi sebuah rangkaian ekuivalen yang terdiri atas sebuah sumber
tegangan (ETH) dan sebuah impedans ekuivalen yang diseri dengan sumber
tegangan (ZTH). Teorema Thevenin menjelaskan bahwa setiap rangkaian sumber-
sumber dan impedansi-impedansi dapat diganti dengan satu sumber tegangan satu
impedansi seri dengan sumber itu. Dimana sumber tegangan tersebut sama dengan
tegangan pada jepitan-jepitan terbuka dari rangkaian dan impedansi itu sama
dengan impedansi yang di ukur antara jepitan-jepitan terbuka dari rangkaian
dengan semua sumber-sumber dalam rangkaian tidak bekerja, yaitu sumber
tegangan di hubung singkat, sumber arus terbuka.
Untuk membuat rangkaian pengganti tersebut, maka terdapat dua aturan yang
digunakan untuk mencari tegangan dan hambatan pengganti.
Aturan I : tegangan pengganti adalah hambatan yang terdapat pada titik-titik yang
dikehendaki dengan beban dianggaptidak ada atau merupakan rangkaian terbuka
(open circuit).
Aturan II : hambatan pengganti adalah hambatan yang terjadi pada titik-titik
LABORATORIUM No : Kaira
PENGUKURAN BESARAN LISTRIK Milani Fitria
Edisi/Revisi :
Tanggal Berlaku :
PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK Halaman :
rangkaian dengan sumber tegangan diaggap sebagai rangkaian tertutup (close
crcuit) dan sumber arus dianggap sebagai rangkaian terbuka (open circuit).
Secara skematis teorema thevenin dapat di gambarkan dengan diagram blok pada
gambar 3.1 berikut ini :
Kombinasi dari baterai dan resistances dengan dua terminal dapat digantikan oleh
satu sumber tegangan e dan satu seri hambat r. Nilai e adalah buka sirkuit tegangan
pada terminal, dan nilai r adalah e dibagi dengan saat ini dengan terminal circuited
pendek.
Setiap kotak hitam hanya mengandung sumber tegangan, sumber saat ini, dan
lainnya resistors dapat dikonversi ke sirkuit thevenin yang setara, terdiri dari tepat
satu sumber tegangan dan satu resistor.
Langkah-langkah penyelesaian dengan teorema Thevenin :
1. Cari dan tentukan titik terminal a-b dimana parameter yang ditanyakan.
2. Lepaskan komponen pada titik a-b tersebut, open circuit kan pada terminal a-b
LABORATORIUM No : Kaira
PENGUKURAN BESARAN LISTRIK Milani Fitria
Edisi/Revisi :
Tanggal Berlaku :
PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK Halaman :
kemudian hitung nilai tegangan dititik a-b tersebut (Vab = Vth).
3. Jika semua sumbernya adalah sumber bebas, maka tentukan nilai tahanan diukur
pada titik a-b tersebut saat semua sumber di non aktifkan dengan cara diganti
dengan tahanan dalamnya (untuk sumber tegangan bebas diganti rangkaian short
circuit dan untuk sumber arus bebas diganti dengan rangkaian open circuit)
(Rab = Rth).
4. Jika terdapat sumber tak bebas, maka untuk mencari nilai tahanan pengganti
Theveninnya didapatkan dengan cara
Rth = Vth
Isc
5. Untuk mencari Isc pada terminal titik a-b tersebut dihubungsingkatkan dan
dicari arus yang mengalir pada titik tersebut (Iab = Isc).
6. Gambarkan kembali rangkaian pengganti Theveninnya, kemudian pasangkan
kembali komponen yang tadi dilepas dan hitung parameter yang ditanyakan.
Teorema Norton
Teorema norton untuk jaringan listrik menyatakan bahwa setiap kumpulan
tegangan sumber, saat ini sumber, dan resistors dengan dua terminal elektrik
adalah setara dengan sumber yang ideal saat ini, I bersama dengan satu
penghambat, R. Untuk satu frekuensi AC sistem yang juga dapat diterapkan untuk
umum impedances, tidak hanya resistor. Teorema Norton yang sama digunakan
untuk mewakili setiap jaringan linear dan sumber impedansi, pada suatu frekuensi.
Sirkuit yang terdiri dari sumber yang ideal saat ini sejajar dengan yang ideal
Impedance (atau penghambat untuk non-reaktif sirkuit).
Teorema Norton merupakan perpanjangan dari Teorema Thevenin dan telah
diperkenalkan pada 1926 secara terpisah oleh dua orang: Hause-Siemens peneliti
Hans Mayer Ferdinand (1895-1980) dan Bell Labs engineer Lawry Edward Norton
(1898-1983). Mayer sebenarnya hanya diterbitkan di topik ini, tetapi Norton
memberitahukan kepada mencari melalui internal lapor teknis di Bell Labs.
LABORATORIUM No : Kaira
PENGUKURAN BESARAN LISTRIK Milani Fitria
Edisi/Revisi :
Tanggal Berlaku :
PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK Halaman :
Setiap kotak hitam hanya mengandung sumber tegangan, saat ini sumber, dan
resistors dapat dikonversi ke Norton setara sirkuit.
Pada teorema ini berlaku bahwa :
“Suatu rangkaian listrik dapat disederhanakan dengan hanya terdiri dari satu buah
sumber arus yang dihubungparalelkan dengan sebuah tahanan ekivelennya pada
dua terminal yang diamati.”.
Tujuan dari analisis rangkaian ini adalah dengan membuat rangkaian pengganti
yang berupa sumber arus yang diparalel dengan suatu tahanan aekivalennya.
1. Power Supply DC
2. Ohm Meter
3. Volt Meter
4. Ampere Meter
5. Kabel penghubung
6. Resistor
V. RANGKAIAN PERCOBAAN
Adapun analisa dan pembahasan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
8.1 Perhitungan
70 ×110 7700
Rth= = =42,78 ohm
70+110 180
Rth=55,68 ohm
110
VTH = ( 110+70+110 +70 )
v s
VTH = ( 110
360 )
.5
VTH = ( 0,305 ) . 5
VTH = 1,525 V
110
VTH = ( 110+70+110 +70 )
v s
VTH = ( 110
360 )
.10
VTH = ( 0,305 ) . 10
VTH = 3,05 V
110
VTH = ( 110+70+110 +70 )
v s
VTH = ( 110
360 )
.15
VTH = ( 0,305 ) . 15
VTH = 4,575 V
110
VTH = ( 110+70+110 +70 )
v s
VTH = ( 110
360 )
. 20
VTH = ( 0,305 ) . 20
VTH = 6,1 V
110
VTH = ( 110+70+110 +70 )
v s
VTH = ( 110
360 )
. 25
VTH = ( 0,305 ) . 25
VTH = 7,625 V
8.1.3 Perhitungan IN
8.1.3.1 IN saat Vs = 5 V
70 ×110
Rt =70+ =112,78 ohm
70+110
v 5 5
It= = It= =0,044 A
Rt 112,78 112,78
110
I N =I T ( 110+70 )
I N =0,044 ( 0,611 )
I N =0,0268 A=26,8 mA
8.1.3.1 IN saat Vs = 10 V
70 ×110
Rt =70+ =112,78 ohm
70+110
v 10 10
It= = It= =0,089 A
Rt 112,78 112,78
110
I N =I T ( 110+70 )
I N =0,089 ( 0,611 )
I N =0,054 A=54 mA
8.1.3.1 IN saat Vs = 15 V
70 ×110
Rt =70+ =112,78 ohm
70+110
v 15 15
It= = It= =0,133 A
Rt 112,78 112,78
110
I N =I T ( 110+70 )
I N =0,133 ( 0,611 )
I N =0,0812 A=81,2 mA
8.1.3.1 IN saat Vs = 20 V
70 ×110
Rt =70+ =112,78 ohm
70+110
v 20 20
It= = It= =0,177 A
Rt 112,78 112,78
110
I N =I T ( 110+70 )
I N =0,177 ( 0,611 )
I N =0,108 A=108 mA
8.1.3.1 IN saat Vs = 25 V
70 ×110
Rt =70+ =112,78 ohm
70+110
v 25 25
It= = It= =0,221 A
Rt 112,78 112,78
110
I N =I T ( 110+70 )
I N =0,221 ( 0,611 )
I N =0,135 A=135 mA
8.1.4 Perhitungan VL dan IL
RT = ( 7070+110
×110
)+ 70=112,78
112,78
RTH = ( 112,78+110 )=0,5062 ohm
VTH = RTH . Vs
IL = 2,531 / (122,78)
IL = 0,0206 A = 20,6 mA
VL = IL . RL
VL = 0,0206. 10
VL = 0,21 V
RT = ( 7070+110
×110
)+ 70=112,78
112,78
RTH = ( 112,78+110 )=0,5062 ohm
VTH = RTH . Vs
IL = 0,0412 A = 41,2 mA
VL = IL . RL
VL = 0,0412. 10
VL = 0,41 V
RT = ( 7070+110
×110
)+ 70=112,78
112,78
RTH = ( 112,78+110 )=0,5062 ohm
VTH = RTH . Vs
IL = 7,593 / (122,78)
IL = 0,0618 A = 61,8 mA
VL = IL . RL
VL = 0,0618. 10
VL = 0,62 V
RT = ( 7070+110
×110
)+ 70=112,78
112,78
RTH = ( 112,78+110 )=0,5062 ohm
VTH = RTH . Vs
IL = 10,124 / (122,78)
IL = 0,0824 A = 82,4 mA
VL = IL . RL
VL = 0,0824. 10
VL = 0,82 V
RT = ( 7070+110
×110
)+ 70=112,78
112,78
RTH = ( 112,78+110 )=0,5062 ohm
VTH = RTH . Vs
IL = 12,655 / (122,78)
IL = 0,103A = 103 mA
VL = IL . RL
VL = 0,10307. 10
VL = 1,03 V
RT = ( 7070+110
×110
)+ 70=112,78
112,78
RTH = ( 112,78+110 )=0,5062 ohm
VTH = RTH . Vs
IL = 2,531 / (132,78)
IL = 0,0191A = 19,1 mA
VL = IL . RL
VL = 0,0191. 20
VL = 0,382 V = 0,4 V
RT = ( 7070+110
×110
)+ 70=112,78
112,78
RTH = ( 112,78+110 )=0,5062 ohm
VTH = RTH . Vs
IL = 5,062 / (132,78)
IL = 0,0378 A = 37,8 mA
VL = IL . RL
VL = 0,0378. 20
VL = 0,756 V = 0,8 V
RT = ( 7070+110
×110
)+ 70=112,78
112,78
RTH = ( 112,78+110 )=0,5062 ohm
VTH = RTH . Vs
IL = 7,593 / (132,78)
IL = 0,0572 A = 57,2 mA
VL = IL . RL
VL = 0,0572 . 20
VL = 1,144 V
RT = ( 7070+110
×110
)+ 70=112,78
112,78
RTH = ( 112,78+110 )=0,5062 ohm
VTH = RTH . Vs
IL = 10,124 / (132,78)
IL = 0,0762 A = 76,2 mA
VL = IL . RL
VL = 0,0762. 20
VL = 1,524V
RT = ( 7070+110
×110
)+ 70=112,78
112,78
RTH = ( 112,78+110 )=0,5062 ohm
VTH = RTH . Vs
IL = 12,655 / (132,78)
IL = 0,0953A = 95,3 mA
VL = IL . RL
VL = 0,0953 . 20
VL = 1,906 V = 1,91 V
ohm.
VL = I . RL
VT
VL = . RL
R Th
1,525
VL = . 10
55,68
VL = 0,273 V
I N × RTH
IL =
RTH + R L
26,8× 55,68
IL =
55,68+10
1492,224
IL =
65,68
IL = 22,71 mA = 23 mA
ohm
VL = I . RL
VT
VL = . RL
R Th
3,05
VL = . 10
55,68
VL = 0,547 V
I N × RTH
IL =
RTH + R L
54 ×55,68
IL =
55,68+10
3006,72
IL =
65,68
IL = 45,78 mA
ohm
VL = I . RL
VT
VL = . RL
R Th
4,575
VL = . 10
55,68
VL = 0,821V
IL = VTH / (RL + RTH)
I N × RTH
IL =
RTH + R L
81,2× 55,68
IL =
55,68+10
4521,216
IL =
65,68
IL = 68,8 mA
ohm
VL = I . RL
VT
VL = . RL
R Th
6,1
VL = . 10
55,68
VL = 1,095 V
I N × RTH
IL =
RTH + R L
108× 55,68
IL =
55,68+10
6013,44
IL =
65,68
IL = 91,55 mA
ohm
VL = I . RL
VT
VL = . RL
R Th
7,625
VL = . 10
55,68
VL = 1,36 V
I N × RTH
IL =
RTH + R L
135× 55,68
IL =
55,68+10
7516,8
IL =
65,68
IL = 114,44 mA
ohm.
VL = I . RL
VT
VL = . RL
R Th
1,525
VL = . 20
55,68
VL = 0,547 V
I N × RTH
IL =
RTH + R L
26,8× 55,68
IL =
55,68+20
1492,224
IL =
75,68
IL = 19,71 mA
ohm
VL = I . RL
VT
VL = . RL
R Th
3,05
VL = . 20
55,68
VL = 1.09 V
I N × RTH
IL =
RTH + R L
54 ×55,68
IL =
55,68+20
3006,72
IL =
75,68
IL = 39,729 mA
ohm
VL = I . RL
VT
VL = . RL
R Th
4,575
VL = . 20
55,68
VL = 1,64 V
I N × RTH
IL =
RTH + R L
81,2× 55,68
IL =
55,68+20
4521,216
IL =
75,68
IL = 59,741 mA
ohm
VL = I . RL
VT
VL = . RL
R Th
6,1
VL = . 20
55,68
VL = 2,191 V
I N × RTH
IL =
RTH + R L
108× 55,68
IL =
55,68+20
6013,44
IL =
75,68
IL = 79,458 mA
8.1.5.2.e Perhitungan VL dan IL pada R ekuivalen (Saat RL = 20 ohm) saat Vs = 25
ohm
VL = I . RL
VT
VL = . RL
R Th
7,625
VL = . 20
55,68
VL = 2,73 V
I N × RTH
IL =
RTH + R L
135× 55,68
IL =
55,68+20
7516,8
IL =
75,68
IL = 99,32 mA
8.2 Grafik dan Analisa
8.2.1 Grafik hubungan antara Tegangan Thevenin (Vth) dengan tegangan sumber
(Vs).
Pada gambar diatas, dapat dilihat, saat Vs bernilai 5 V, maka Vth yang
adalah 3,02 V. Saat Vs bernilai 15 V, maka Vth yang dihasilkan adalah 4,52 V.
Saat Vs bernilai 20 V, maka Vth yang dihasilkan adalah 6,03 V. Begitupun saat
Vs bernilai 25 V, maka Vth yang dihasilkan adalah 7,54 V. Dari grafik yang
bahwa hubungan antara tegangan thevenin (Vth) dengan tegangan sumber (Vs)
kenaikan atau penambahan nilai, maka Vth akan mengalami kenaikan nilai juga.
Atau dapat dikatakan, semakin tinggi nilai Vs, maka semakin tinggi nilai Vth
yang didapatkan.
8.2.1.b Grafik hubungan antara Tegangan Thevenin (Vth) dengan tegangan
Pada gambar diatas, dapat dilihat, saat Vs bernilai 5 V, maka Vth yang dihasilkan
adalah 1,52 V. Saat Vs bernilai 10 V, maka Vth yang dihasilkan adalah 3,05 V.
Saat Vs bernilai 15 V, maka Vth yang dihasilkan adalah 4,57 V. Saat Vs bernilai
maka Vth yang dihasilkan adalah 7,62 V. Dari grafik yang menunjukkan garis
antara tegangan thevenin (Vth) dengan tegangan sumber (Vs) pada hasil
penambahan nilai, maka Vth akan mengalami kenaikan nilai juga. Atau dapat
dikatakan, semakin tinggi nilai Vs, maka semakin tinggi nilai Vth yang
didapatkan.
8.2.2 Grafik hubungan antara Tegangan Sumber (Vs) dengan Arus Norton (IN)
8.2.2.a Grafik hubungan antara Tegangan Sumber (Vs) dengan Arus Norton (I N)
hasil percobaan.
Gambar 8.2.2.a Grafik hubungan antara Tegangan Sumber (Vs) dengan Arus
Pada gambar diatas, dapat dilihat, saat Vs bernilai 5 V, maka I N yang dihasilkan
adalah 27,1 mA. Saat Vs bernilai 10 V, maka IN yang dihasilkan adalah 54,1 mA.
Saat Vs bernilai 15 V, maka I N yang dihasilkan adalah 81,2 mA. Saat Vs bernilai
maka IN yang dihasilkan adalah 135 mA. Dari grafik yang menunjukkan garis
antara arus norton (IN) dengan tegangan sumber (Vs) pada hasil percobaan adalah
maka IN akan mengalami kenaikan nilai juga. Atau dapat dikatakan, semakin
hasil perhitungan.
Gambar 8.2.2.b Grafik hubungan antara Tegangan Sumber (Vs) dengan Arus
Pada gambar diatas, dapat dilihat, saat Vs bernilai 5 V, maka I N yang dihasilkan
adalah 26,8 mA. Saat Vs bernilai 10 V, maka I N yang dihasilkan adalah 54 mA.
Saat Vs bernilai 15 V, maka I N yang dihasilkan adalah 81,2 mA. Saat Vs bernilai
maka IN yang dihasilkan adalah 135 mA. Dari grafik yang menunjukkan garis
antara arus norton (IN) dengan tegangan sumber (Vs) pada hasil perhitungan
nilai, maka IN akan mengalami kenaikan nilai juga. Atau dapat dikatakan, semakin
percobaan.
Gambar 8.2.3.a Grafik hubungan antara (RL) dengan (IL) pada rangkaian dasar
hasil percobaan
Pada gambar diatas, dapat dilihat pada garis warna biru, saat Vs bernilai 5 V
dengan RL senilai 10 ohm, maka IL yang dihasilkan adalah 22,9 mA. Saat Vs
maka IL yang dihasilkan adalah 68,8 mA. Saat Vs bernilai 20 V, maka I L yang
Kemudian dapat dilihat pada garis warna kuning, saat Vs bernilai 5 V dengan R L
senilai 20 ohm, maka IL yang dihasilkan adalah 19,9 mA. Saat Vs bernilai 10 V,
maka IL yang dihasilkan adalah 39,8 mA. Saat Vs bernilai 15 V, maka I L yang
dihasilkan adalah 59,8 mA. Saat Vs bernilai 20 V, maka I L yang dihasilkan adalah
79,7 mA. Begitupun saat Vs bernilai 25 V, maka IL yang dihasilkan adalah 99,6
mA.
Dari grafik yang menunjukkan garis dengan kenaikan konstan, maka dapat
diambil kesimpulan bahwa hubungan antara arus pengganti norton (IL) dengan
tegangan sumber (Vs) pada RL senilai 10 ohm maupun pada RL senilai 20 ohm
pada hasil percobaan adalah berbanding lurus. Kemudian dapat diambil hubungan
antara RL dan IL adalah berbanding terbalik, dimana semakin besar nilai RL, maka
nilai IL akan semakin kecil. Dapat dilihat dari garis untuk I L pada RL senilai 20
ohm, memiliki titik lebih rendah daripada garis untuk I L pada RL senilai 10 ohm.
Hal ini mengindikasikan bahwa nilai pada IL dengan RL senilai 20 ohm lebih kecil
8.2.3.b Grafik hubungan antara (RL) dengan (IL) pada rangkaian dasar hasil
perhitungan
Gambar 8.2.3.b Grafik hubungan antara (RL) dengan (IL) pada rangkaian dasar
hasil perhitungan
Pada gambar diatas, dapat dilihat pada garis warna biru, saat Vs bernilai 5 V
dengan RL senilai 10 ohm, maka IL yang dihasilkan adalah 20,6 mA. Saat Vs
maka IL yang dihasilkan adalah 61,8 mA. Saat Vs bernilai 20 V, maka I L yang
Kemudian dapat dilihat pada garis warna kuning, saat Vs bernilai 5 V dengan R L
senilai 20 ohm, maka IL yang dihasilkan adalah 19,1 mA. Saat Vs bernilai 10 V,
maka IL yang dihasilkan adalah 37,8 mA. Saat Vs bernilai 15 V, maka I L yang
dihasilkan adalah 57,2 mA. Saat Vs bernilai 20 V, maka I L yang dihasilkan adalah
76,2 mA. Begitupun saat Vs bernilai 25 V, maka IL yang dihasilkan adalah 95,3
mA.
Dari grafik yang menunjukkan garis dengan kenaikan konstan, maka dapat
diambil kesimpulan bahwa hubungan antara arus pengganti norton (IL) dengan
tegangan sumber (Vs) pada RL senilai 10 ohm maupun pada RL senilai 20 ohm
hubungan antara RL dan IL adalah berbanding terbalik, dimana semakin besar nilai
RL, maka nilai IL akan semakin kecil. Dapat dilihat dari garis untuk I L pada RL
senilai 20 ohm, memiliki titik lebih rendah daripada garis untuk I L pada RL senilai
10 ohm. Hal ini mengindikasikan bahwa nilai pada IL dengan RL senilai 20 ohm
percobaan
Gambar 8.2.3.c Grafik hubungan antara (RL) dengan (IL) pada rangkaian norton
hasil percobaan
Pada gambar diatas, dapat dilihat pada garis warna biru, saat Vs bernilai 5 V
dengan RL senilai 10 ohm, maka IL yang dihasilkan adalah 23 mA. Saat Vs
maka IL yang dihasilkan adalah 68,8 mA. Saat Vs bernilai 20 V, maka I L yang
Kemudian dapat dilihat pada garis warna kuning, saat Vs bernilai 5 V dengan R L
senilai 20 ohm, maka IL yang dihasilkan adalah 19,9 mA. Saat Vs bernilai 10 V,
maka IL yang dihasilkan adalah 39,8 mA. Saat Vs bernilai 15 V, maka I L yang
dihasilkan adalah 59,7 mA. Saat Vs bernilai 20 V, maka I L yang dihasilkan adalah
79,5 mA. Begitupun saat Vs bernilai 25 V, maka IL yang dihasilkan adalah 99,3
mA.
Dari grafik yang menunjukkan garis dengan kenaikan konstan, maka dapat
diambil kesimpulan bahwa hubungan antara arus pengganti norton (IL) dengan
tegangan sumber (Vs) pada RL senilai 10 ohm maupun pada RL senilai 20 ohm
pada hasil percobaan adalah berbanding lurus. Kemudian dapat diambil hubungan
antara RL dan IL adalah berbanding terbalik, dimana semakin besar nilai RL, maka
nilai IL akan semakin kecil. Dapat dilihat dari garis untuk I L pada RL senilai 20
ohm, memiliki titik lebih rendah daripada garis untuk I L pada RL senilai 10 ohm.
Hal ini mengindikasikan bahwa nilai pada IL dengan RL senilai 20 ohm lebih kecil
perhitungan
Gambar 8.2.3.d Grafik hubungan antara (RL) dengan (IL) pada rangkaian norton
hasil perhitungan
Pada gambar diatas, dapat dilihat pada garis warna biru, saat Vs bernilai 5 V
dengan RL senilai 10 ohm, maka IL yang dihasilkan adalah 23,0 mA. Saat Vs
maka IL yang dihasilkan adalah 68,8 mA. Saat Vs bernilai 20 V, maka I L yang
Kemudian dapat dilihat pada garis warna kuning, saat Vs bernilai 5 V dengan R L
senilai 20 ohm, maka IL yang dihasilkan adalah 19,71 mA. Saat Vs bernilai 10 V,
maka IL yang dihasilkan adalah 39,73 mA. Saat Vs bernilai 15 V, maka IL yang
Dari grafik yang menunjukkan garis dengan kenaikan konstan, maka dapat
diambil kesimpulan bahwa hubungan antara arus pengganti norton (IL) dengan
tegangan sumber (Vs) pada RL senilai 10 ohm maupun pada RL senilai 20 ohm
hubungan antara RL dan IL adalah berbanding terbalik, dimana semakin besar nilai
RL, maka nilai IL akan semakin kecil. Dapat dilihat dari garis untuk I L pada RL
senilai 20 ohm, memiliki titik lebih rendah daripada garis untuk I L pada RL senilai
10 ohm. Hal ini mengindikasikan bahwa nilai pada IL dengan RL senilai 20 ohm
Praktikum Thevenin dan Norton ini diawali dengan melakukan pertemuan secara
diberikan soal pretest oleh kepala lab untuk mengetahui seberapa paham praktikan
dengan materi yang akan disampaikan pada percobaam superposisi ini. Setelah
diadakannya pretest dan sedikit penjelasan oleh kepala lab, praktikum diambil alih
Pada hasil percobaan, didapatkan hasil saat Vs bernilai 5V; 10V; 15V; 20V; 25V
didapatkan nilai Vt berturut-turut 1,51V; 3,02V; 4,52V; 6,03V; 7,54V. Pada hasil
perhitungan, saat Vs bernilai 5V; 10V; 15V; 20V; 25V didapatkan nilai Vt
sedikit perbedaan antara nilai Vt pada hasil percobaan dan perhitungan. Dapat
dilihat bahwa terdapat perbedaan nilai pada angka dibelakang koma, yang
menandakan bahwa adanya perbedaan hasil perhitungan dan simulasi percobaan.
Hal ini dapat terjadi, dikarenakan pada metode pengukuran saat percobaan,
Pada hasil percobaan didapatkan hasil saat Vs bernilai 5V; 10V; 15V; 20V; 25V
hasil perhitungan, saat Vs bernilai 5V; 10V; 15V; 20V; 25V didapatkan nilai IN
sedikit perbedaan antara nilai IN pada hasil percobaan dan perhitungan. Sama
halnya seperti perbedaan hasil pada Vt, dimana hal ini dapat terjadi, dikarenakan
sehingga menyebabkan hasil dari kedua metode akan berbeda, yang menandakan
Begitupun pada hasil percobaan, dimana saat Vs bernilai 5V; 10V; 15V; 20V;
68,8mA; 91,6mA; 114mA. Pada hasil perhitungan, saat Vs bernilai 5V; 10V;
15V; 20V; 25V dengan RL sebesar 10 ohm, didapatkan nilai IL sebesar 23,0mA;
bernilai 5V; 10V; 15V; 20V; 25V dengan RL sebesar 20 ohm, didapatkan nilai IL
saat Vs bernilai 5V; 10V; 15V; 20V; 25V dengan R L sebesar 20 ohm, didapatkan
nilai IL sebesar 19,71mA; 39,73mA; 59,74mA; 79,45mA; 99,32mA. Jika
dibandingkan, terdapat sedikit perbedaan antara nilai IL pada hasil percobaan dan
dimana hal ini dapat terjadi, dikarenakan pada metode pengukuran saat percobaan,
hubungan antara RL dan IL adalah berbanding terbalik, dimana semakin besar nilai
RL, maka nilai IL akan semakin kecil. Hal ini dapat dilihat nilai pada I L dengan RL
senilai 20 ohm lebih kecil daripada nilai pada IL dengan RL senilai 10 ohm. Hal ini
terjadi karena sesuai dengan hukum ohm, dimana besarnya arus akan berbanding
terbalik dengan besarnya tahanan. Dalam hal ini IL berbanding terbalik dengan
besarnya RL. Nilai IL adalah nilai arus pengganti Norton, yang sesuai dengan teori
Sehingga baik hasil antara percobaan dan perhitungan, memiliki korelasi dengan
Kekuatan dan waktu energi arus pasang surut di suatu wilayah dipengaruhi oleh
faktor hidrolik eksternal (potensi pendorong arus) dan oleh konfigurasi internal
listrik analog. Faktor eksternal kemudian selalu dapat diwakili oleh sumber
tegangan dan impedansi seri (rangkaian Thévenin) atau oleh sumber arus dan
impedansi paralel (rangkaian Norton). Saluran sederhana dan pendek antara dua
cekungan utama bergantung pada inersia dan gesekan dan dapat direpresentasikan
secara sederhana oleh resistor dan induktor. Saluran yang lebih panjang atau
diberikan oleh area basah dan ditunjukkan bahwa area seluas> 100 km 2 cukup
untuk mengubah kekuatan dan waktu aliran pasang surut untuk sumber daya skala
IX. KESIMPULAN
5. Adanya perbedaan hasil antara hasil percobaan dan hasil perhitungan dapat
disebabkan karena pembulatan angka dibelakang koma yang berbeda pada
masing masing metode pengukuran.
6. Walaupun hasil dari percobaan dan perhitungan sedikit berbeda di hasil
akhir, namun dikatakan hasil dari percobaan berbanding lurus dengan hasil
dari perhitungan karena sama sama memenuhi teori yang diterapkan.
DAFTAR PUSTAKA