Anda di halaman 1dari 9

MODUL 3 RANGKAIAN PENGUAT OPERASIONAL

Najmi Azzahra Feryputri (13221086)


Asisten: David Azaria (13219051)
Tanggal Percobaan: 18/10/2022
EL2101-Praktikum Rangkaian Elektrik
Laboratorium Dasar Teknik Elektro - Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB

Abstrak elektronik berdaya rendah (low power). Istilah


operational merujuk pada kegunaan op amp
Pada praktikum modul 3 Rangkaian penguat operasional
pada rangkaian elektronik yang memberikan
ini praktikan akan belajat untuk mendesain rangkaian
operasi aritmetik pada tegangan input (atau arus
pada breadboard, Adapun rangkaian yang didesain adalah
input) yang diberikan pada rangkaian.
rangkaian standar op-amp agar praktikan juga memhami
fungsi op amp pada rangkaian. Rangkaian yang dibuat Op amp digambarkan secara skematik seperti
adalah rangkaian penguat non-inverting, rangkaian penguat pada Gambar 2-1. Gambar tersebut menunjukkan
inverting, rangkaian summer, rangkaian integrator, serta dua input, output, dan koneksi catu daya pada
rangkaian osilator. Praktikan juga harus mendesain op amp. Simbol”-” menunjukkan inverting input
rangkaian sendiri sesuai ketentuan. Hasil dari percobaan dan ”+” menunjukkan non-inverting input.
cukup baik. Koneksi ke catu daya pada op amp tidak selalu
digambarkan dalam diagram, namun harus
Kata kunci: breadboard, op-amp, rangkaian, standar.
dimasukkan pada rangkaian yang sebenarnya.
1. PENDAHULUAN
2.2 IC OP AMP 741
Percobaan pada modul ini secara umum
bertujuan agar praktikan dapat merancang
rangkaian pada breadboard dan memahami
penggunaan operational amplifier pada
rangkaian elektrik. Adapun tujuan rinci dari
modul ini:
1) Dapat menyusun rangkaian pada
breadboard.
2) Memahami penggunaan operational Gambar 2-2. Konfigurasi pin IC Op Amp 741[1]
amplifier.
IC op amp yang digunakan pada percobaan ini
3) Dapat menggunakan rangkaian-rangkaian ditunjukkan pada Gambar 3-2. Rangkaian op
standar operational amplifier pada amp ini dikemas dalam bentuk dual in-line
komputasi analog sederhana. package (DIP). DIP memiliki tanda bulatan atau
strip pada salah satu ujungnya untuk menandai
2. STUDI PUSTAKA arah yang benar dari rangkaian. Pada bagian atas
DIP biasanya tercetak nomor standar IC.
2.1 OP AMP Perhatikan bahwa penomoran pin dilakukan
berla-wanan arah jarum jam, dimulai dari bagian
yang dekat dengan tanda bulatan/strip.
Pada IC ini terdapat dua pin input, dua pin
power supply, satu pin output, satu pin NC (no
connection), dan dua pin offset null. Pin offset
null memungkinkan kita untuk melakukan
sedikit pengaturan terhadap arus internal di
dalam IC untuk memaksa tegangan output
menjadi nol ketika kedua input bernilai nol. Pada
Gambar 3-1 Simbol Op – Amp[1] percobaan kali ini kita tidak akan menggunakan
fitur offset null. Perhatikan bahwa tidak terdapat
Operational Amplifier, sering disingkat dengan pin ”ground” pada op amp ini, amp menerima
sebutan Op Amp, merupakan komponen yang
penting dan banyak digunakan dalam rangkaian
Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB 1
referensi ground dari rangkaian dan komponen
eksternal.
Meskipun pada IC yang digunakan pada
eksperimen ini hanya berisi satu buah op amp,
terdapat banyak tipe IC lain yang memiliki dua
atau lebih op amp dalam suatu kemasan DIP. IC
op amp memiliki kelakukan yang sangat mirip
dengan konsep op amp ideal pada analisis Gambar 2-3 (a) Rangkaian penyangga
rangkaian. Bagaimanapun, terdapat batasan- Rangkaian penguat inverting
batasan penting yang perlu diperhatikan.
Pertama, tegangan maksimum power supply
tidak boleh melebihi rating maksimum, biasanya
±18V, karena akan merusak IC. Kedua, tegangan
output dari IC op amp biasanya satu atau dua
volt lebih kecil dari tegangan power supply.
Sebagai contoh, tegangan swing output dari
suatu op amp dengan tegangan supply 15 V
adalah ±13V. Ketiga, arus output dari sebagian Gambar 2-3 (b) Rangkaian penguat inverting
besar op amp memiliki batas pada 30mA, yang
Rangkaian penguat non inverting
berarti bahwa resistansi beban yang ditambahkan
pada output op amp harus cukup besar sehingga
pada tegangan output maksimum, arus output
yang mengalir tidak melebihi batas arus
maksimum.
Berikut adalah spesifikasi dasar dari IC op amp
741:

Tabel 4-6 Spesifikasi dasar IC op amp 741 Gambar 2-3 (c) Rangkaian penguat Non inverting
Rangkaian penguat selisih
Power Supply Minimum 5 V, maksimum 18
V

Impedasi masukan 2MΩ

Impedasi keluaran 75Ω

Voltage gain 200.000 untuk frekuensi


rendah (200 V/mV)
Gambar 2-3 (d) Rangkaian penguat selisih
Arus keluaran 20 mA
maksimum
2.4 BREADBOARD
Hambatan keluaran ≥ 2 KΩ
yang
direkomendasikan

Input offset 2mV – 6 mV

Slew rate 0.5V/µs

2.3 RANGKAIAN STANDAR OP AMP


Berikut rangkaian standar op amp beserta
persamannya:
Rangkaian penyangga (voltage follower) Gambar 2-4 (a) Bagian penting pada breadboard

Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB 2


Pada bagian a lubang-lubang breadboard saling
16. Resistor 3.3 kΩ (4 buah)
terhubung secara vertikal. Tiap set lubang pada
bagian ini terdiri dari lima lubang yang saling
17. Resistor 6.8 kΩ (2 buah)
terhubung. Pada bagian b lubang-lubang
breadboard saling terhubung secara horizontal.
18. Resistor 12 kΩ (3 buah)
Tiap set lubang pada bagian b terdiri dari 25
lubang yang saling terhubung. Perhatikan bahwa 19. Resistor 3.9 kΩ (1 buah)
pada tiap set lubang tersebut terdapat jarak
pemisah antar lubang yang lebih besar setiap Langkah-langkah yang dilakukan untuk
lima lubang. Bagian c adalah pemisah yang praktikum modul ini adalah:
menyatakan bahwa bagian lubang-lubang
breadboard yang saling terhubung secara vertikal 3.1 PERCOBAAN 1: RANGKAIAN
di sebelah atas tidak terhubung dengan bagian PENGUAT NON-INVERTING
lubang-lubang breadboard di sebelah bawah.
Bagian d adalah pemisah yang menyatakan
bahwa bagian lubang-lubang breadboard yang
saling terhubung secara horizontal di sebelah kiri
tidak terhubung dengan bagian lubang-lubang
breadboard di sebelah kanan. Pada banyak jenis
breadboard, pemisah ini ditandai dengan jarak
pemisah yang lebih besar daripada jarak pemisah
antar set lubang pada bagian b.

3. METODOLOGI
Komponen dan alat yang digunakan selama
praktikum ini adalah :

1. Power Supply DC (1 buah)


Gambar 3-1 (a) Rangkaian percobaan penguat non-
2. Generator Sinyal (1 buah) inverting

3. Osiloskop (1 buah) Prosedur Percobaan:

Susun rangkaian seperti pada Gambar 3-1


4. Kabel BNC – probe jepit (2 buah) (a).

5. Kabel BNC – BNC (1 buah)


Ukur dan catat nilai aktual resistor 1 kΩ.
6. Kabel 4mm – 4mm (max 5 buah)

7. Kabel 4mm – jepit buaya (max 5 buah) Sambungkan VP ke titik A, ukur lalu catat
nilai Vin dan Vout.
8. Multimeter Digital (2 buah)
Sambungkan VP ke titik B, ukur lalu
9. Breadboard (1 buah) catat nilai Vin dan Vout.

10. Kabel jumper (1 buah)


Sambungkan VP ke titik C, ukur lalu catat
11. IC Op Amp 741 (7 buah) nilai Vin dan Vout.

12. Kapasitor 1 nF (3 buah) Sambungkan VP ke titik D, ukur lalu catat


nilai Vin dan Vout.
13. Resistor 1 kΩ (6 buah)

14. Resistor 1.1 kΩ (2 buah) Amati hubungan Vin dan Vout

15. Resistor 2.2 kΩ (7 buah) Gambar 3-1 (b) Diagram alur percobaan rangkaian
penguat non-inverting

Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB 3


3.2 PERCOBAAN 2: RANGKAIAN 3.3 PERCOBAAN 3 : RANGKAIAN
PENGUAT INVERTING SUMMER (PENJUMLAH)

Gambar 3-3 (a) Rangkaian percobaan summer


(penjumlah)
Gambar 3-2 (a) Rangkaian percobaan penguat inverting
Prosedur percobaan:
Prosedur Percobaan:

Susun rangkaian seperti pada Gambar 3-3 (a).


Susun rangkaian seperti pada Gambar 3-2 (a).

Ukur dan catat nilai aktual resistor yang


digunakan. Ukur dan catat nilai aktual resistor yang digunakan.

Sambungkan VP ke titik A, ukur lalu catat nilai Vin


dan Vout.
Buka sambungan dari titik C ke rangkaian. Pasang
generator sinyal sebagai Vin dengan frekuensi 500
Hz.

Sambungkan VP ke titik B, ukur lalu catat nilai Vin


dan Vout.

Atur keluaran generator sinyal sehingga


menghasilkan output op amp sebesar 4Vpp.

Amati hubungan Vin dan Vout.

Sambungkan Vp ke titik A. Amati dengan


menggunakan osiloskop dan catat nilai Vin serta
Copot titik B, pasang generator sinyal sebagai Vin Vout. Pastikan setting osiloskop menggunakan DC
di titik B dengan frekuensi 500 Hz. coupling.

Atur keluaran generator sinyal sehingga


menghasilkan output op-amp (Vout) sebesar 4 Vpp. Sambungkan Vp ke titik B, catat nilai Vin dan Vout.

Gambar 3-3 (b) Diagram alur percobaan rangkaian


Ukur dan catat Vin saat Vout sebesar 4 Vpp. summer

Gambar 3-2 (b) Diagram alur percobaan rangkaian


penguat inverting
Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB 4
3.4 PERCOBAAN 4: RANGKAIAN
INTEGRATOR
Gambar 3-5 (b) Aturan penentu nomor kombinasi
rangkaian yang akan didesain

Prosedur percobaan:

Susun rangkaian sesuai kombinasi yang didapat.


Persiapkan rangkaian dari rumah.

Tunjukkan pada asisten bahwa hubungan antara


Vouput dengan Vinput pada rangkaian anda adalah
benar. (Petunjuk: Gunakan tegangan input Va
sekitar 0,5 V dan tegangan Vb sekitar 0,1 Vpp.)

Gambar 3-5 (c) Diagram alur percobaan desain rangkaian


Gambar 3-4 (a) Rangkaian percobaan integrator

Prosedur percobaan: 3.6 PERCOBAAN 6: RANGKAIAN


OSCILLATOR
Susun rangkaian seperti pada Gambar 3-4
(a).

Rangkai Vs dengan sinyal kotak


menggunakan generator sinyal pada
frekuensi 1 kHz 0,5 Vpp.

Amati gelombang output dengan


menggunakan osiloskop. Plot kedua Gambar 3-6 (a) Rangkaian percobaan oscillator
gelombang input dan output. analisis dan
tulis dalam laporan. Prosedur percobaan:

Susun rangkaian seperti pada Gambar 3-6 (a).


Lakukan langkah sebelumnya dengan
mengubah amplitudo sebesar 0.1 Vpp dan
bandingkan hasilnya.

Gambar 3-4 (b) Diagram alur percobaan rangkaian Catatlah frekuensi yang dihasilkan di titik C,
integrator dan catatlah di BCL.

3.5 PERCOBAAN 5: DESAIN RANGKAIAN


Ubahlah nilai R1 dan R2 menjadi 6,8 kΩ. amati
sinyal yang muncul di titik C. catat
frekuensinya di BCL.

Kembalikan R1 & R2 ke nilai awal. Lalu


ubahlah nilai C1 menjadi 470 pF. Amati sinyal
yang muncul di titik C. catat frekuensi-nya di
BCL.
Gambar 3-5 (a) Kombinasi rangkaian untuk desain
rangkaian
Kembalikan C1 ke nilai awal Ubahlah nilai R4
Cara menentukan rangkaian kombinasi x yang menjadi 12 kΩ. amati sinyal yang muncul di
akan didesain mengikuti aturan pada gambar 3-5 titik C. catat frekuensi-nya di BCL.
(b) di bawah ini: Gambar 3-6 (b) Diagram alur percobaan rangkaian
oscillato

Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB 5


4. HASIL DAN ANALISIS Tabel 4-2 (a) Nilai aktual resistor percobaan rangkaian
penguat non-inverting
4.1 PERCOBAAN 1: RANGKAIAN Nilai resistor
PENGUAT NON-INVERTING
Tertulis Terukur

Tabel 4-1 (a) Nilai aktual resistor percobaan rangkaian


2.2 KΩ 2.18 KΩ
penguat non-inverting
Nilai resistor 1 KΩ 1.002 KΩ

Tertulis Terukur 3.3 KΩ 3.298 KΩ

1 KΩ 0.98 KΩ 1.2 KΩ 1.2 KΩ

Tabel 4-1 (b) Data hasil percobaan rangkaian penguat


2.2 KΩ 2.18 KΩ
non-inverting
Sambungan Vin (V) Vout (V) Tabel 4-2 (b) Data hasil percobaan rangkaian penguat
Hitung Ukur Hitung Ukur
inverting
A -6 6.02 12 10.86
Sambungan Vin (V) Vout (V)
B 2 2.04 4 4
Hitung Ukur Hitung Ukur
C -2 -1.985 -4 -4
A -4 -4.97 8.8 8.87
D -6 -6 -12 -9.35
B 0 0 0 0
Hasil percobaan yang diharapkan adalah nilai Vin Tabel 4-2 (c) Data hasil percobaan rangkaian penguat
inverting dengan input generator sinyal
dan Vout hasil pengukuran sama atau mirip
(memiliki perbedaan yang sangat kecil) dengan Vin (V) f=500 Hz Vpp (V)

hasil perhitungan. Untuk Vin semua hasil


3 4
pengukuran yang didapat sudah sesuai dengan
hasil perhitungan. Untuk Vout hasil pengukuran
Sama seperti percobaan sebelumnya, hasil
sudah sesuai untuk sambungan B dan C . Untuk
percobaan yang diharapkan adalah nilai Vin dan
sambungan A dan D selisihnya agak jauh dan
Vout hasil pengukuran sama atau mirip (memiliki
tidak mirip dengan hasil perhitungan.
perbedaan yang sangat kecil) dengan hasil
Ketidakakuratan pengukuran ini terjadi karena
perhitungan. Pada percobaan ini, semua nilai
banyaknya gerakan pada kabel-kabel pada
yang didapat baik Vin maupun Vout sudah sesuai
rangkaian kami. Hubungan antara Vin dan Vout
dengan hasil perhitungan. Hubungan antara Vin
yang diharapkan menurut hasil perhitungan
dan Vout yang diharapkan menurut hasil
adalah
perhitungan adalah sebagai berikut:
𝑉𝑉𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜 = 2𝑉𝑉𝑖𝑖𝑖𝑖 (pers 4-1)
𝑉𝑉𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜 = −2. 2𝑉𝑉𝑖𝑖𝑖𝑖 (pers 4-2)

Perlu diketahui saat tersambung ke titik A, maka


Perlu diketahui saat tersambung ke titik A, maka
Vin=VA begitu juga dengan titik B, C, dan D.
Vin=VA, begitu juga dengan titik B. Pada hasil
Dapat dilihat dari hasil pada tabel 4-1 (a),
pengukuran yang didapat , secara intuitif kita
hubungan antara Vin dan Vout seperti persamaan
mengetahui bahwa hubungan Vin dan Vout juga
4-1 juga didapatkan pada hasil pengukuran di
pasti mirip dengan yang didapat dari hasil
sambungan B dan C. Hubungan Vin dan Vout
perhitungan. Untuk sambungan A, jika kita bagi
seperti persamaan 4-1 tidak didapatkan pada
Vout/Vin (-8.97/4.27) maka hasil yang didapat
hasil pengukuran sambungan A dan D karena
adalah 2.10164. Untuk sambungan B, karena baik
hasil pengukuran Vout yang kurang akurat. Vin dan Vout sama-sama memiliki nilai 0, sudah
Meskipun demikian, semua hasil pengukuran Vin pasti memenuhi hubungan Vin = 2.2Vout. Hasil ini
dan Vout memiliki kesamaan yaitu tanda dari Vout mirip dengan hasil yang didapat dari hasil
selalu sama dengan tanda Vin. Hal ini sesuai perhitungan.
dengan definisi rangkaian non-inverting, yaitu
Saat input diganti menjadi sinyal sinusoidal dari
rangkaian yang memiliki perbandingan Vout dan
generator sinyal dengan frekuensi 500 Hz, Vin
Vin positif.[2] Maka selain pada persamaan 4-1
yang terukur adalah sebesar 3 Volt saat Vout
hubungan lain yang bisa didapat adalah Vout akan
sebesar 4 Vpp. Dengan begitu, maka hubungan
selalu memiliki polaritas yang sama dengan Vin
antara Vout dan Vin adalah Vout = 1.33 Vin.
Hubungan ini berbeda dengan hubungan Vout
dan Vin yang didapat saat input bukan sinyal dari
4.2 PERCOBAAN 2: RANGKAIAN generator sinyal. Perbedaan ini disebabkan oleh
PENGUAT INVERTING perbedaan jenis input. Pada saat sambungan
masih tersambung ke titik A dan B, masing-
Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB 6
masing dari titik tersebut tersambung ke resistor Hasil perhitungan yang didapat dengan formula
dan power supply DC. Sehingga pada saat itu pada persamaan 4-3 sudah cukup sesuai,
power supply dari rangkaian op-amp adalah memang tidak sama persis, tetapi selisih nilai Vout
power supply DC. Saat sumber tegangan diganti yang terhitung dekat. Akan tetapi formula pada
menjadi dari generator sinyal, maka sumber persamaan 4-3 dan hasil pengukuran
tegangan akan memiliki sinyal sinusoidal (AC) . menunjukkan hasil yang cukup berbeda. Apabila
Pada saat pengukuran, osiloskop tidak hanya mengikuti persamaan 4-3 untuk sambungan A
mendeteksi sinyal DC tetapi juga sinyal AC, Vout memiliki besar -4.18 V dan Vout memiliki
karena itulah pastinya nilai Vin yang didapat besar 1.2 V. Untuk sambungan A,
berbeda dengan nilai Vin yang didapat dengan ketidaksesuaian terjadi akibat banyaknya noise
power supply DC. Oleh karena itu, diapatkan pada kabel dari rangkaian yang kami rancang
hubungan Vout dan Vin yang berbeda antara sehingga hasil baca osiloskop kurang akurat
sumber tegangan dari power supply dan begitu juga pada sambungan B yang dari
generator sinyal. pengukuran Vin 1 (V DC) saja sudah tidak akurat.
Kesimpulan yang diapat adalah hasil
Selain itu, dapat dilihat pada gambar 4-2 (b) serta
pengukuran kurang akurat, hasil pengukuran
pada persamaan 4-2 bahwa Vout memiliki tanda
serta hubungan tegangan output dan input yang
yang berbalik dengan Vin. Hal ini sesuai dengan
diharapkan adalah sesuai dengan pers 4-3, yaitu
definisi rangkaian inverting, yaitu rangkaian
Vout merupakan penambahan dari Vin yang
yang membalikkan polaritas dari sinyal input.[2]
dikalikan suatu nilai/bobot.
Oleh karena itu selain pada persamaan 4-2
hubungan lain yang bisa diapat adalah Vout akan
4.4 PERCOBAAN 4: RANGKAIAN
selalu merupakan polaritas yang berbalik dengan
INTEGRATOR
Vin.
Tabel 4-3 (a) Data hasil percobaan rangkaian integrator
4.3 PERCOBAAN 3: RANGKAIAN SUMMER Vgenerator Vin (V) Vout (V) Bentuk Gelombang
(V)
Tabel 4-3 (a) Nilai aktual resistor percobaan rangkaian (Vpp) Vpp Vrms Vpp Vrms
summer 0.5 0.5 0.249 22.1 9.9
0.1 0.104 0.049 20.7 5.89
Nilai resistor

Tertulis Terukur

2.2 KΩ 2.179 KΩ

1 KΩ 0.974 KΩ

1 KΩ 0.937 KΩ

1 KΩ 1.1 KΩ

2.2 KΩ 2.15 KΩ
Hubungan antara Vin dan Vout rangkaian
Tabel 4-3 (b) Data hasil percobaan rangkaian summer
Sambungan Vin DC (V) Vin AC (V) Vout (V)
integrator op amp adalah:
Hitung Ukur Hitung Ukur Hitung Ukur
A 0 0 +1.82 1.9 4 5.3
B -4 -1.5 -1.82 1.9 0.88 3 1 𝑡𝑡 (pers 4-4)[2]
𝑉𝑉𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜 = − � 𝑉𝑉 𝑑𝑑𝑑𝑑
Dapat dilihat pada hasil percobaan di gambar 4-3 𝑅𝑅𝑅𝑅 0 𝑖𝑖𝑖𝑖
(b), hasil pengukuran yang didapat sudah cukup
Berdasarkan persamaan 4-2, maka sinyal output
mirip dengan hasil perhitungan. Selisih terjadi
seharusnya merupakan integral dari sinyal input.
akibat toleransi resistansi dari resistor. Dengan
Sinyal input berbentuk kotak merupakan unit step
menurunkan persamaan Vin dan Vout pada
function u(t), yaitu sinyal yang hanya memiliki 2
gambar 3-3 (a) sebagai berikut:
nilai, antara 0 dan suatu nilai H. Seperti yang
−𝑉𝑉𝑥𝑥 −𝑉𝑉𝑖𝑖𝑛𝑛2 𝑉𝑉𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜 terlihat pada gambar 4-3, didapatkan hasil
+ = gelombang output berupa gelombang segitiga.
1𝑘𝑘 1𝑘𝑘 2.2𝑘𝑘
Gelombang segitiga merupakan grafik dari ramp
−2.2𝑉𝑉𝑥𝑥 − 2.2𝑉𝑉𝑖𝑖𝑛𝑛2 = 𝑉𝑉𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜 function r(t). Karena r(t) merupakan integral dari
u(t), maka hasil percobaan sesuai dan dapat kita
𝑉𝑉𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜 = −2.2(𝑉𝑉𝑥𝑥 + 𝑉𝑉𝑖𝑖𝑛𝑛2 ) (pers 4-3) simpulkan bahwa pada rangkaian integrator

Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB 7


sinyal output merupakan integral dari sinyal 4.6 PERCOBAAN 6: RANGKAIAN
input. OSILATOR

4.5 PERCOBAAN 5: DESAIN RANGKAIAN Tabel 4-6 (a) Data hasil perhitungan percobaan rangkaian
osilator
No R1 R2 Cf R4 Hitung Ukur
(KΩ) (KΩ) (nF) (KΩ)
1 12 12 1 3.9 7.561 -
2 6.8 6.8 1 3.9 13.343 -
3 12 12 0.47 3.9 16.887 -
4 12 12 1 12 13.263 -

Gambar 4-5 (a) Rangkaian osilator yang dibuat di ltSpice

Gambar 4-6 (b) Rangkaian osilator yang dibuat di ltSpice

Gambar 4-5 (b) Waveform Vout pada titik c hasil simulasi

Tabel 4-5 (c) Data hasil percobaan desain rangkaian


Tegangan (V) Vrms (V)

Vin 1 0.5

Vin 2 1.1

Vout 4 Vpp

Kami tidak sempat melakukan percobaan ini di


lab sehingga dilakukan simulasi. Pada simulasi
ini, dengan nim teman sekelompok saya, kami
mendapatkan kombinasi 1. Kami merancang
rangkaian seperti gambar 4-5 (a). Hasil
pengukuran yang didapat sudah sudah sesuai
dengan Vout pada kombinasi 1. Vout pada
kombinasi 1 diformulasikan:
𝑡𝑡 (pers 4-5)
𝑉𝑉𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜 = 𝑉𝑉𝐴𝐴 + 2.2 � 𝑉𝑉𝐵𝐵 𝑑𝑑𝑑𝑑
0

VA memiliki nilai 0.5 Volt dan VB memiliki besar


0.1 Vpp atau dapat dikatakan amplitudonya
adalah 0.1 V. Jika kita melakukan perhitungan
sesuai persamaan 4-5 dengan menggunakan
frekuensi 50 Hz maka VB = 0.1 sin 50t. Setelah
diintegrasikan dari t ke 0 lalu dihitung dengan
subtitusi nilai t dari t=0, maka akan didapat hasil
Vout yang sama dengan data pada tabel 4-5 (b).

Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB 8


Gambar 4-6 (c) Waveform Vout pada titik c hasil simulasi Design, McGrawHill, Departement of
terurut dari variasi 1-4 Electrical and Computer Engineering,
Kami tidak sempat melakukan percobaan ini di University of Toronto, 2002.
lab sehingga dilakukan simulasi menggunakan
ltspice. Pada ltspice, cara untuk menghitung
frekuensi adalah dengan melakukan analisis
bentuk waveform, dengan menempatkan cursor
antara 2 puncak yang membentuk 1 gelombang
sinusoidal. Akan tetapi, seperti terlihat pada
gambar 4-6 (c), waveform yang didapatkan tidak
berbentuk sinusoidal sehingga frekuensi tidak
bisa diketahui.

5. KESIMPULAN
1. Breadboard merupakan board yang dapat
digunakan untuk menyusun rangkaian.
Bagian paling atas dan bawah breadboard,
yang hanya terdiri dari 2 baris merupakan
bagian yang terhubung secara horizontal.
Bagian ini digunakan sebagai tempat menaruh
power supply. Bagian tengah yang terbagi
dua dan masing-masing terdiri dari 5 baris
merupakan tempat merangkai yang terhbung
vertical berlima-lima. Merancng di
breadboard cukup sederhana karena tidak
perlu solder dan komponen bisa dicabut
Kembali.
2. Operational Amplifier atau op amp adalah
komponen yang dapat digunakan untuk
melakukan operasi terhadap inputnya yaitu
tegangan. Untuk menjalankan fungsinya op
amp memerlukan energi dari power supply.
Output keluaran op amp merupakan hasil
operasi dari input yang diterima.
3. Terdapat beberapa rangkaian standar
operasional amplifier, 4 diantaranya dibahas
pada mdul ini. Yang pertama adalah
rangkaian penguat non-inverting, yaitu
rangkaian yang memiliki perbandingan Vout
dan Vin positif. Lalu ada rangkaian penguat
inverting, yaitu rangkaian yang membalikkan
polaritas Vin. Ketiga adalah rangkaian summer,
yaitu rangkaian penjumlah input-inpunya
dengan pemberian bobot tertentu. Yang
keempat adalah rangkaian integrator,
rangkaian yang outputnya merupakan
integral dari inputnya.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Mervin T Hutabarat dan Arif Sasongko.,
Petunjuk Praktikum Praktikum Sistem Digital,
Laboratorium Dasar Teknik Elektro,
Bandung, 2022.
[2] Stephen Brown dan Zvonko Vranesic,
Fundamentals Of Digital Logic with Verilog

Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB 9

Anda mungkin juga menyukai