Anda di halaman 1dari 10

TUGAS KIMIA

Laporan Praktikum Korosi

Najmi Az-Zahra Feryputri

XII MIA 1

Guru Pembimbing: Bu Diyah


Pengaruh Oksigen dan Air Pada Peristiwa Korosi Besi

A. Landasan Teori.
Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi redoks antara suatu
logam dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang
tidak diinginkan. Dalam bahasa sehari-hari, korosi disebut perkaratan.
Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang merusak logam karena logam
bereaksi secara kimia atau elektrokimia dengan lingkungan. Korosi dapat terjadi karena
keberadaan oksigen (O₂) dan air (H₂O) pada lingkungan yang mengalami kontak langsung
dengan besi. Oksigen (O₂) dan air (H₂O) ini dapat berasal dari udara, air hujan, air embun,
maupun uap.
Besi (Fe) memiliki potensial reduksi yang nilainya lebih kecil dari oksigen (O₂)
maupun air (H₂O). Akibat hal tersebut, ketika besi bersentuhan langsung dengan zat yang
mengandung oksigen dan air, besi akan berperan sebagai anode dan langsung mengalami
oksidasi, dengan reaksi:
Fe(s) ----->Fe2⁺(aq) + 2 e⁻
Elektron yang dibebaskan di anode mengalir ke bagian lain dari besi itu yang
bertindak_sebagai katode, dimana oksigen atau air tereduksi sesuai reaksi berikut:
O₂(g) + 4 H⁺(aq) + 4 e⁻ ---------> 2 H₂O(l) atau
O₂(g) + 2 H₂O(l) + 4 e⁻------------->4 OH⁻(aq)
Ion besi(II) yang terbentuk pada anode selanjutnya teroksidasi membentuk ion
besi(III) yang kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi, yaitu karat besi. Rumus
kimia karat besi adalah Fe₂O₃.nH₂O, suatu zat padat yang berwarna coklat-merah. Besi
yang sudah berkarat (sudah mengalami korosi) akan berubah warnanya menjadi coklat-
kemerahan.

B. Tujuan Praktikum.
Membuktikan adanya pengaruh oksigen (O₂) dan air (H₂O) yang menyebabkan peristiwa
korosi besi.
C. Bahan dan Alat.
1) 6 Gelas plastik aqua.
2) 6 Penutup erat gelas.
3) 6 Paku besi.
Bahan-bahan ini dibutuhkan secukupnya sesuai ukuran gelas plastik aqua:
4) Air.
5) Air mendidih (air panas).
6) Larutan asam, saya menggunakan cuka dapur (CH₃COOH).
7) Larutan garam (larutan NaCl).
8) Minyak sayur.

D. Langkah Kerja:
1) Tandai gelas dengan memberikan tulisan nomor kecil pada gelas.
2) Masukkan paku ke dalam masing-masing gelas.
3) Tuangkan ke dalam masing-masing gelas berturut-turut (nomor gelas bebas), tidak
menuangkan apapun pada gelas 1, air yang sudah dipanaskan pada gelas 2, larutan
garam pada gelas 3, minyak sayur pada gelas 4, air biasa pada gelas 5, dan larutan
asam pada gelas 6.
4) Tutup rapat masing-masing gelas dengan penutup gelas hingga tanpa celah.
5) Lakukan pengamatan dengan mencatat dan memotret perubahan fisik paku dan
larutan atau cairan serta amati juga perkembangan korosi paku pada masing-
masing gelas.
6) Lakukan pengamatan dalam 5 hari secara berturut-turut.

E. Hasil Percobaan.
a) Gelas 1 (tidak berisi)

(Dari kiri ke kanan hari ke 1-5)


• Hari 1 : Tidak terdapat karat pada paku.
• Hari 2 : Tidak terdapat karat pada paku.
• Hari 3 : Tidak terdapat karat pada paku.
• Hari 4 : Tidak terdapat karat pada paku.
• Hari 5 : Tidak terdapat karat pada paku.

b) Gelas 2 (berisi air mendidih)

(Dari kiri ke kanan hari ke 1-5)


• Hari 1 : Terjadinya sedikit karat pada bagian ujung bawah paku. Terjadi
sangat sedikit perubahan warna pada bagian dasar air.
• Hari 2 : Terjadi penambahan karat sehingga hampir menyelimuti bagian
ujung paku dan sedikit keatas Tidak terjadi penambahan perubahan warna
air.
• Hari 3 : Terjadi sangat sedikit penambahan karat pada bagian bawah dan
timbul sangat sedikit karat pada pangkal paku. Terjadi sangat sedikit
perubahan warna air menjadi kekuningan.
• Hari 4 : Terjadi penambahan karat sehingga menyelimuti bagaian ujung
paku dan penambahan karat pada pangkal paku. Tidak terjadi perubahan
warna air.
• Hari 5 : Terjadi penambahan karat sehingga hampir ke tengah paku dan
terjadi penambahan karat yang berada di pangkal paku. Terjadi sangat
sedikit perubahan warna air terutama pada bagian dasar.
c) Gelas 3 (berisi larutan garam)

(Dari kiri ke kanan hari ke 1-5)

• Hari 1 : Terdapat karat yang menyelimuti bagian ujung bawah paku Tidak
terjadi perubahan warna air.
• Hari 2 : Terjadi penambahan karat sehingga menyelimuti bagian tengah
paku. Terjadi sangat sedikit perubahan warna air pada bagian dasar.
• Hari 3 : Terjadi penambahan karat baru pada pangkal paku. Terjadi sangat
sedikit perubahan warna air.
• Hari 4 : Terjadi penambahan karat hingga keseluruh bagian atas paku dan
hamper menyelimuti paku. Terjadi sangat sedikit perubahan warna air.
• Hari 5 : Terjadi penambahan karat hingga menyelimuti paku tapi pada
bagian bawah paku sangat tipis. Terjadi sangat sedikit perubahan warna
air terutama pada bagian dasar.

d) Gelas 4 (berisi minyak sayur)

(Dari kiri ke kanan hari ke 1-5)


• Hari 1 : Tidak terjadi karat pada paku. Tidak terjadi perubahan warna
cairan.
• Hari 2 : Tidak terjadi karat pada paku. Tidak terjadi perubahan warna
cairan.
• Hari 3 : Tidak terjadi karat pada paku. Tidak terjadi perubahan warna
cairan.
• Hari 4 : Tidak terjadi karat pada paku. Tidak terjadi perubahan warna
cairan.
• Hari 5 : Tidak terjadi karat pada paku. Tidak terjadi perubahan warna
cairan.

e) Gelas 5 (berisi air)

(Dari kiri ke kanan hari ke 1-5)


• Hari 1 :Terdapat sedikit karat pada atas ujung paku. Terjadi sedikit
perubahan warna air menjadi kekuningan.
• Hari 2 :Terjadi penambahan sedikit karat hingga bagian atas tengah paku
dan bagian pangkal paku. Terjadi perubahan warna pada bagian dasar air.
• Hari 3 :Terjadi penambahan karat sehingga hampir ke semua bagian atas
paku. Terjadi perubahan warna air terutama pada bagian dasar.
• Hari 4 :Terjadi sangat sedikit penambahan karat pada bagian tengah paku.
Warna air terlihat sama seperti hari sebelumnya
• Hari 5 :Terjadi penambahan karat sehingga hampir menyelimuti seluruh
bagian paku, kecuali pangkal bawah paku Terjadi perubahan warna yang
terus menguning

f) Gelas 6 (berisi larutan asam)

(Dari kiri ke kanan hari ke 1-5)


• Hari 1 : Tidak terdapat karat pada paku. Tidak terjadi perubahan warna
pada larutan.
• Hari 2 : Tidak terdapat karat pada paku. Ada sangat sedikit warna
kemerahan pada air (tidak begitu terlihat).
• Hari 3 : Terdapat sangat sedikit karat pada paku. Warna kemerahan pada
air menjadi lebih tajam.
• Hari 4 : Terjadi penambahan jumlah karat hingga menyelimuti bagian
dasar paku. Selain kemerahan warna air juga terlihat agak coklat.
• Hari 5 : Terjadi penambahan jumlah karat hingga menyelimuti setengah
bagian paku, warna air agak coklat-kemerahan.

F. Pembahasan.
Berdasarkan praktikum tersebut, bisa kita lihat bersama bahwa paku yang
diletakkan pada gelas 1, gelas yang tidak ada isinya, sama sekali tidak mengalami
perubahan fisik. Berdasarkan pengamatan tersebut dapat kita simpulkan bahwa paku pada
gelas 1 tidak mengalami peristiwa korosi sehingga tidak timbul karat. Hal tersebut jug
aterjadi pada gelas 4, yaitu gelas yang berisi paku dan minyak sayur. Walaupun paku
tenggelam dalam cairan berupa minyak, tetap tidak terjadi perubahan fisik pada paku
maupun minyak.
Peristiwa tersebut berbeda dengan paku pada gelas 2,3,5 dan 6. Pada semua gelas
tersebut, paku mengalami perkaratan yang ditandai dengan perubahan fisik, sehingga dapat
kita simpulkan bahwa pada gelas 2,3,5 dan 6 paku mengalami peristiwa korosi. Kenapa hal
ini bisa terjadi?
a) Pada gelas 1, gelas tidak diisi oleh cairan atau larutan apapun, hanya diisi dengan
paku, lalu ditutup rapat. Ditutup rapat berarti paku tersebut mengalami isolasi, yang
berarti tidak akan ada kontak antara sistem (gelas berisi paku), dengan lingkungan
sekitar (udara) yang mengandung oksigen ataupun uap air. Sirkulasi udara di dalam
gelas tersebut ditutup, sehingga kandungan udara dalam gelas sangat sedikit, malah
tidak ada sama sekali. Hal tersebut menjelaskan bahwa tidak ada O₂ dalam gelas
tersebut, sehingga besi pada paku tidak akan bereaksi dengan apapun, yang
menyebabkan reaksi oksidasi besi tidak mungkin terjadi. Karena tidak adanya
oksidasi besi, paku tetap awet dan tidak mengalami perkaratan.
b) Pada gelas 4, gelas diisi oleh paku dan minyak sayur, lalu ditutup rapat yang berarti
tidak akan ada kontak antara sistem (gelas), dengan lingkungan sekitar (udara)
sehingga sirkulasi udara tidak akan terjadi. Minyak sayur adalah senyawa organik
yang mengandung asam lemak tak jenuh, seperti asam oleat (C17H33COOH), asam
linoleat (C17H31COOH), serta asam linolenat (C17H29COOH). Asam-asam tersebut
sangat lemah sehingga kekuatan asamnya ([H⁺]) tidak perlu diperhitungkan, karena
memang sangat kecil. Selain kandungan asam lemak tersebut, minyak tidak
mengandung O₂ maupun H₂O, sehingga besi pada paku tidak akan bereaksi dengan
apapun, yang menyebabkan reaksi oksidasi besi tidak mungkin terjadi. Karena
tidak adanya oksidasi besi, paku tetap awet dan tidak mengalami perkaratan. Begitu
pula minyak tidak mengalami perubahan warna karena tidak ada reaksi yang terjadi
antara kedua zat tersebut.
c) Pada gelas 5, gelas diisi oleh paku dan air lalu ditutup rapat, yang berarti tidak akan
ada kontak antara sistem (gelas berisi paku), dengan lingkungan sekitar (udara).
Meskipun tidak ada sirkulasi udara antara gelas dengan lingkungan, tetap saja gelas
tersebut sudah diisi dengan H2O sehingga paku pasti akan bersentuhan atau
mengalami kontak langsung dengan H2O. Karena kontak langsung ini, reaksi
elektrokimia atau lebih tepatnya sel volta akan terbentuk pada permukaan besi,
dimana pada anode, besi (Fe) akan mengalami oksidasi menjadi Fe2+ semenjak
pada katode H2O akan mengalami reduksi. Fe2+ ini akan mengalami oksidasi lebih
lanjut karena bereaksi lagi dengan H2O menjadi karat besi, Fe2O3.nH2O. Karat besi
inilah yang menyebabkan perubahan warna pada paku yang lalu memengaruhi
warna air.
d) Pada gelas 2, gelas diisi oleh paku dan air mendidih lalu ditutup rapat, yang berarti
tidak akan ada kontak antara sistem (gelas berisi paku), dengan lingkungan sekitar
(udara). Meskipun tidak ada sirkulasi udara antara gelas dengan lingkungan, tetap
saja gelas tersebut sudah diisi dengan H2O sehingga paku pasti akan bersentuhan
atau mengalami kontak langsung dengan H2O. Walau sama-sama diisi H2O, pada
gelas 2 terjadi kasus yang sedikit berbeda dengan gelas 5. Pada gelas 2, perkaratan
terbentuk jauh lebih cepat. Reaksi yang terjadi sama persis dengan gelas ke 2,
perbedaan terletak pada laju reaksi. Karena gelas 2 diisi oleh air mendidih yang
memiliki suhu lebih tinggi, energi kinetik tiap molekul (baik molekul Fe maupun
H2O) akan meningkat, menyebabkan semakin banyak molekul yang mampu
mencapai energi aktivasi, sehingga reaksi berjalan lebih cepat atau dapat kita
simpulkan laju reaksi pada gelas 2 lebih besar dari gelas 5.
e) Pada gelas 3, gelas diisi oleh paku dan larutan garam lalu ditutup rapat, yang berarti
tidak akan ada kontak antara sistem (gelas berisi paku), dengan lingkungan sekitar
(udara). Meskipun tidak ada sirkulasi udara gelas tetap diisi oleh larutan garam
yang mengandung molekul H2O, serta komponen garam berupa kation Na+ dan
anion Cl-, sehingga paku pasti mengalami kontak langsung dengan zat-zat tersebut.
Karena kontak langsung ini, reaksi elektrokimia atau lebih tepatnya sel volta akan
terbentuk pada permukaan paku yang mengandung besi, dimana pada anode,
karena memiliki potensial reduksi yang paling kecil besi (Fe) akan mengalami
oksidasi menjadi Fe2+ semenjak pada katode, karena memiliki potensial reduksi
paling besar H2O akan mengalami reduksi. Fe2+ ini akan mengalami oksidasi lebih
lanjut karena bereaksi lagi dengan H2O menjadi karat besi, Fe2O3.nH2O. Karat besi
inilah yang menyebabkan perubahan warna pada paku yang lalu memengaruhi
warna larutan.
f) Pada gelas 6, gelas diisi oleh paku dan larutan asam garam lalu ditutup rapat, yang
berarti tidak akan ada kontak antara sistem (gelas berisi paku), dengan lingkungan
sekitar (udara). Meskipun tidak ada sirkulasi udara gelas tetap diisi oleh larutan
asam yang mengandung molekul H2O, serta komponen asam cuka berupa kation
H⁺ dan anion CH3COO- sehingga paku pasti mengalami kontak langsung dengan
zat-zat tersebut. Karena kontak langsung ini, reaksi elektrokimia atau lebih tepatnya
sel volta akan terbentuk pada permukaan paku yang mengandung besi, dimana pada
anode, karena memiliki potensial reduksi yang paling kecil besi (Fe) akan
mengalami oksidasi menjadi Fe2+ semenjak pada katode, karena memiliki potensial
reduksi paling besar H2O akan mengalami reduksi. Fe2+ ini akan mengalami
oksidasi lebih lanjut karena bereaksi lagi dengan H2O menjadi karat besi,
Fe2O3.nH2O. Karat besi inilah yang menyebabkan perubahan warna pada paku yang
lalu memengaruhi warna larutan.
G. Kesimpulan.
1. Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi redoks antara suatu
logam dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa
yang tidak diinginkan.
2. Korosi disebabkan oleh adanya reaksi akibat kontak langsung antara logam atau
besi dengan oksigen (O2) atau air (H2O). Apabila logam atau besi tidak mengalami
kontak langsung dengan oksigen atau air peristiwa korosi tidak akan terjadi.
3. Suhu larutan atau cairan memengaruhi kecepatan peristiwa perkaratan. Semakin
tinggi suhu larutan atau cairan maka semakin besar laju reaksi sehingga perkaratan
semakin cepat terjadi.
4. Walaupun terdapat komponen lain dalam gelas, Besi tetap mengalami reduksi. Hal
ini menjelaskan bahwa besi memiliki potensial reduksi yang sangat rendah dan
terletak pada sebelah kiri deret volta sehingga sangat mudah mengalami oksidasi.

H. Saran:
1. Agar tidak terjadi korosi pada logam atau besi, hindari kontak langsung antara
logam dengan udara. Cara yang dapat dilakukan antara lain adalah mengecat logam,
melapisi logam dengan timah, membalut logam dengan plastik, melapisi logam
dengan zink, kromium, atau logam lain yang lebih mudah teroksidasi.

Daftar Pustaka:

1. Purba, Michael. dan Sarwiyati, Eti. 2016. Kimia untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta:
PENERBIT ERLANGGA.
2. Sudarmo, Unggul. 2013. KIMIA UNTUK SMA/MA KELAS XII. Jakarta: PENERBIT
ERLANGGA.

Anda mungkin juga menyukai