Anda di halaman 1dari 25

Laporan Praktikum

Elektronika 1

Modul Praktikum
Menguji Komponen dan Menggunakan Alat Ukur

Nama : Siti Nurul Azizah


NPM : 1806195330
Rekan Kerja : Diva Kartika L
Kelompok :4
Hari : Jumat
Tanggal : 13 September 2019
Modul ke :1

Laboratorium Elektronika – Departemen Fisika


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Indonesia
2019
MODUL 1

MENGUJI KOMPONEN DAN MENGGUNAKAN ALAT UKUR

A. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat menggunakan alat ukur Multimeter dan Osiloskop dengan
baik
2. Mahasiswa dapat menguji/ mengetes kondisi suatu komponen elektronika
B. TEORI DASAR

Multimeter adalah alat ukur elektronika yang dipakai untuk menguji atau
mengukur suatu komponen, mengetahui kedudukan kaki-kaki komponen, dan
besar nilai komponen yang diukur. Multimeter memiliki bagian-bagian penting,
diantaranya :

1. Papan skala
2. Jarum penunjuk skala
3. Pengatur jarum skala
4. Tombol pengatur nol ohm
5. Batas ukur ohm meter
6. Batas ukur DC Volt (DCV)
7. Batas ukur AC Volt (ACV)
8. Batas ukur Ampere meter DC (DCmA)
9. Lubang positif (+)
10. Lubang negative (-)
11. Scalar pemilih

Gambar Multimeter

Menggunakan Multimeter

Keterampilan dan kesesuaian penggunaan alat ukur akan menentukan


keberhasilan dan ketepatan pengukuran.

Berikut ini beberapa ketentuan untuk menggunakan multimeter


1. Voltmeter
a. Penggunaanya di pasang parallel dengan komponen yang akan diukur
teganganya.
b. Perhatikan jenis tegangannya, AC atau DC
c. Bila tidak diketahui daerah tegangan yang akan diukur, gunakan
batas ukur yang trebesar dan gunakan voltmeter yang memiliki
impedansi input tinggi.
2. Amperemeter
a. Penggunaannya dipasang secara seri pada jalur yang akan diukur
arusnya
b. Bila tidak diketahui daerah kerja arus yang akan mengalir, gunakan
daerah pengukuran yang terbesar dari amperemeter yang digunakan
3. Ohmmeter
Untuk mengukur nilai hambatan, nolkan dahulu titik awal pengukuran
dengan cara menghubungkan kutub + dan -, lalu jarum penunjuk agar tepat
di titik nol.
4. Menguji Transistor
Pada transistor biasanya letak kaki kolektor berada di pinggir dan diberi
tanda titik lingkaran kecil. Sedangkan kaki basis biasanya terletak diantara
kolektor dan emitor.
a. Transistor PNP
• Saklar pemilih pada multimeter harus menunjuk pada ohm
meter
• Praktikan harus memastikan kaki kolektor, basis,dan
emitornya.
• Tempelkan probe (pencolok) positif (berwarna merah) pada
basis dan probe negative (berwarna hitam) pada emitor. Jika
jarum bergerak, pindahkan probe negative pada kolektor.
Jika pada kedua pengukuran di atas jarum bergerak, maka
transistor dalam keadaan baik. Sedangkan bila pada salah
satu pengukuran jarum tidak beregrak, maka transistor dalam
keadaan rusak.
b. Transistor NPN
• Tempelkan probe negative pada basis dan probe positif pada
kolektor. Jika jarum bergerak , pindahkan probe positif pada
emitor. Jika pada kedua pengukuran di atas jarum bergerak,
maka transistor dalam keadaan baik. Sedangkan bila pada
salah satu (kedua) pengukuran jarum tidak bergerak, maka
transistor dalam keadaan rusak.
5. Menguji resistor
• Resistor atau tahana dapat putus akibat pemakaian ataupun
umur. Bila resitor putus maka rangkaian elektronika yang
kita buat tidak akan bekerja atau mengalami cacat. Putar
saklar pemilih pada posisi ohm meter
• Tempelkan masing-masing probe pada ujung-ujung resistor.
Tangan praktikan jangan sampai menyentuh kedua ujung
kawat resistor(salah satu ujung resistor boleh tersentuh
asalkan tidak keduanya)
• Jika jarum beregrak maka resistor baik, jika jarum penunjuk
tidak bergerak berarti resistor putus.
6. Menguji Kondensator Elco
Sebelum dipasang pada rangkaian kapasitor harus diuji dahulu keadaanya
atau ketika membeli di tolo anda harus memastikan bahwa elco tersebut
dalam keadaan baik. Cara mengujinya adalah sebai berikut :
• Putar scalar pemilih pada posisi ohmmeter
• Perhatikan tanda negative atau positif yang ada pada bahan elco dan
lurus pada salah satu kaki
• Tempelkan probe negative pada kaki positif (+) dan probe positif
pada kaki negative (-). Perhatikan Gerakan jarum penunjuk.
• Jika jarum bergerak ke kanan kemudian kembali ke kiri berarti
kondensor elco baik.
• Jika jarum bergerak ke kanan kemudian kembali ke kiri namun tidak
penuh berate kondensator elco agak rusak.
• Jika jarum bergerak ke kanan kemudian tidak kembali ke kiri
(berhenti) berate kondensator bocor
• Jika jarum tak bergerak sama sekali berate kondensator elco putus.
7. Menguji Dioda
• Putar scalar pemilih pada posisi ohm meter
• Tempelkan probe positif pada kutub katoda dan tempelkan probe
negative pada kutub anoda. Perhatikan jarum penunjuk, jika
bergerak berarti diode baik sedangkan jika diam berarti putus.
• Selanjutnya dibalik, tempelkan probe negative pada kutub katoda
dan tempelkan probe positif pada kutub anoda perhatikan jarum
penunjuk, jika jarum diam berarti diode baik sedangkan jika
bergerak diode rusak.

Dioda
Dioda (Diode) adalah Komponen Elektronika Aktif yang terbuat dari bahan
semikonduktor dan mempunyai fungsi untuk menghantarkan arus listrik ke satu
arah tetapi menghambat arus listrik dari arah sebaliknya. Dioda pada umumnya
mempunyai 2 Elektroda (terminal) yaitu Anoda (+) dan Katoda (-) dan memiliki
prinsip kerja yang berdasarkan teknologi pertemuan p-n semikonduktor yaitu dapat
mengalirkan arus dari sisi tipe-p (Anoda) menuju ke sisi tipe-n (Katoda) tetapi tidak
dapat mengalirkan arus ke arah sebaliknya.

Osiloskop

Osiloskop adalah alat ukur Elektronik yang dapat memetakan atau


memproyeksikan sinyal listrik dan frekuensi menjadi gambar grafik agar dapat
dibaca dan mudah dipelajari. Dengan menggunakan Osiloskop, kita dapat
mengamati dan menganalisa bentuk gelombang dari sinyal listrik atau frekuensi
dalam suatu rangkaian Elektronika. Pada umumnya osiloskop dapat menampilkan
grafik Dua Dimensi (2D) dengan waktu pada sumbu dan tegangan pada sumbu Y.
Menggunakan Osiloskop

Osiloskop dapat mengukur tegangan AC dan DC serta memperlihatkan bentuk


gelombangnya. Sebelum menggunakan osiloskop adalah penting untuk
mengkalibrasi osiloskop.

Cara mengaklibrasi osiloskop adalah sebagai berikut :

• Hidupkan osiloskop
• Atur focus dan tingkat kecerahan gambar pada osiloskop
• Pasang kabel pengukur pada osiloskop (bisa pada chanel X atau Y)
• Atur coupling pada posisi AC
• Tempelkan kabel pengukur negative/ground (berwarna hitam) pada ground
yng terdapat di osiloskop
• Putar saklar pemilih variable Volt/Div pada 0,5V
• Putar scalar pemilih variable Sweep Time/Div pada 0,5 ms
• Aturlah agar gelombang kotak yang muncul dimonitor sama dengan garis-
garis kotak yang ada pada layer monitor osiloskop dengan menggerak-
gerakan tombol merah atau kuning yanag ada pada saklar pemilih variable
VOLT/DIV dan SWEEP TIME/DIV sehingga gelombang kotak yang ada
sebesar 0,5 Vp-p

Menggunakan Sinyal Generator

Sinyal generator dapat menghasilakn sinyal yang berypa tegangan DC ataupun


tegangan AC yang frekuensi dan amplitudonya dapat kita tur. Bagian yang
menghasilkan tegangan DC dinamakan DC POWER. Keluarnya terdiri dari +5V, -
5V, 0- 15 V dan 0- 15V.

Pada bagian yang menghasilkan sinyal AC dinamakan FUNCTION


GENERATOR. Pada bagian ini tombol frekuency berguna untuk mengatur
frekuensi sinyal keluaran. Sinyal keluaran dapat diatur apakah sinyal kotak, segi
tiga atau sinyal yang berbentuk sinusoidal melalui tombol function.

Teorema Thevenin

Theorema thevenin adalah salah satu teori elektronika yang mempelajari tentang
nilai tegangan pada rangkaian listrik yang terbebani. Kembali pada pembahasan
pembagi tegangan yang terbebani, hasil yang diperoleh dari penyederhanaan
rangkaian merupakan salah satu kasus dari teorema Thevenin. Secara singkat
teorema Thevenin dapat dikatakan sebagai berikut.

“Jika suatu kumpulan rangkaian sumber tegangan dan resistor dihubungkan dengan
dua terminal keluaran, maka rangkaian tersebut dapat digantikan dengan sebuah
rangkaian seri dari sebuah sumber tegangan rangkaian terbuka v0/c dan sebuah
resistor RP“

Gambar rangkaian dibawah menunjukkan suatu jaringan rangkaian yang akan


dihubungkan dengan sebuah beban RL. Kombinasi seri v0/c dan RP pada gambar
d dibawah merupakan rangkaian ekivalen/setara Thevenin. Gambar Rangkaian
Terbentuknya Rangkaian Setara Thevenin

Ada beberapa kondisi ekstrem dari rangkaian pada gambar rangkaian setara
thevenin diatas, seperti misalnya saat RL = ∞ dan RL = 0. Harga RL = ∞ berada
pada kondisi rangkaian terbuka, seolah-olah RL dilepas dari terminal keluaran,
dengan demikian diperoleh tegangan rangkaian terbuka sebesar v0/c (lihat gambar
b diatas). Saat RL = 0 (gambar c diatas) berarti rangkaian berada pada kondisi
hubung singkat (kedua ujung terminal terhubung langsung) dengan arus hubung

singkat Is/c sebesar :


Pada beberapa rangkaian, perhitungan v0/c ataupun Is/c kemungkinan sangat sulit
untuk dilakukan. Langkah yang paling mudah adalah dengan menghitung harga RP
(harga resistansi yang dilihat dari kedua ujung terminal keluaran). Dalam hal ini RP
dihitung dengan melihat seolah-olah tidak ada sumber tegangan.

C. PERALATAN
1. Multimeter
2. Osiloskop
3. Signal generator
4. Protoboard
5. Transistor
6. Kapasitor Elektrolit
7. Resistor
8. Dioda
9. Kawat penghubung
D. PROSEDUR PERCOBAAN

GAMBAR

1. Mengukur arus dan tegangan pada rangkaian


a. Menyusun rangkaian pada gambar 1.2 di bawah ini
b. Sebelumnya menguji dahulu komponen yang digunakan dan
mencatat nilai dari hasil pengukuran tersebut.
c. Memberi tegangan batere E (DC) sebesar 4V,6V, 10 V dan 12 V.
d. Mengukur VA,VB,VC, VAB, VBC, IAB, IBC-R1, dan IBC-R2
dengan menggunakan multimeter
e. Mengganti sumber tegangan dengan sumber gelombang (generator
fungsi), bentuk gelombang sinus dengan tegangan 6VPP dan 12
VPP.
f. Mengukur VA,VB,VC, VAB, VBC dengan menggunakan osiloskop
dan menggambar hasilnya.
2. Percobaan Thevenin

a. Menyusun rangkaian pada gambar 1.3


b. Sebelumnya menguji dahulu komponen yang digunakan
c. Memberi tegangan batere E(DC) sebesar 4V,6V, 10 V dan 12 V.
d. Mengukur VR1 sampai dengan VR11 dengan menggunakan
multimeter
e. Mengukur arus yang mengalir melalui R2, R4, R6,R8,R10, R11
dan R12 dengan menggunakan multimeter
E. TUGAS PENDAHULUAN
1. Analisis teori rangkaian Gambar 1.2
E VA VB VC VAB VBC VAC IA IR1 IR2
batere
4 4 3,514 0 0,486 3,514 4 0,389 0,351 0,035
VDC
6 6 5,491 0 0,509 5,491 6 0,606 0,549 0,055
VDC
10 10 9,462 0 0,538 9,462 10 1,046 0,946 0,095
VDC
12 12 11,453 0 0,547 11,453 12 1,265 1,145 0,115
VDC
6Vpp 2,121 0,963 0 1,333 0,963 2,121 0,107 0,096 0,096
AC
12 4,242 2,104 0 2,507 2,104 4,242 0,233 0,121 0,021
Vpp

2. Analisis teori rangkaian Gambar 1.3


Ebatere Tegangan
R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12

4 VDC 0,659 0,659 0,659 0,703 0,703 0,703 0,176 0,176 0,176 0,527 0,659 1,363
6 VDC 0,989 0,989 0,989 1,055 1,055 1,055 0,264 0,264 0,264 0,191 0,989 2,044
10VDC 1,648 1,648 1,648 1,758 1,758 1,758 0,44 0,44 0,44 1,319 1,648 3,407
12VDC 1,978 1,978 1,978 2,11 2,11 2,11 0,527 0,527 0,527 1,582 1,978 4,080

Ebatere Tegangan
R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7
4 VDC 0,659 0,703 0,703 0,176 0,52 0,659 1,363
7
6 VDC 0,989 1,054 0,989 0,264 0,79 0,989 2,044
1
10 VDC 1,647 1,757 1,758 0,439 1,31 1,648 3,407
9
12 VDC 1,977 2,109 2,109 0,528 1,58 1,977 4,088
2
F. Simulasi

Simulasi Percobaan Mengukur arus dan tegangan

Simulasi Hasil
4V VA = 4
VB= 3,514
BC= 0
VAB= 0,486
VBC= 3,514
VAC= 4
IA= 0,389
IR1= 0,351
IR2 0,035

6V VA = 6
VB= 5,491
BC= 0
VAB= 0,509
VBC= 5,491
VAC= 6
IA= 0,606
IR1= 0,549
IR2 0,055
10 V VA = 10
VB= 9,462
BC= 0
VAB= 0,538
VBC= 9,462
VAC= 10
IA= 1,046
IR1= 0,946
IR2= 0,095

12 V VA = 12
VB= 11,45
BC= 0
VAB= 0,547
VBC= 11,45
VAC= 12
IA= 1,265
IR1= 1,145
IR2 = 0,115
VA = 2,121
6VPP VB= 0,963
BC= 0
VAB= 1,333
VBC= 0,963
VAC= 2,121
IA= 0,107
IR1= 0,096
IR2 = 0,096

Titik A

Titik B
Titik C

Titik AB
Titik BC
12 Vpp VA = 4,242
VB= 2,104
BC= 0
VAB= 2,507
VBC= 2,104
VAC= 4,242
IA= 0,233
IR1= 0,121
IR2 = 0,021

Titik A

Titik B
Titik C

Titik AB
Titik BC
Simulasi Percobaan Thevenin

Simulasi Hasil
4V Tengangan pada
Mengukur Kuat Arus R1 0,659
R2 0,659
R3 0,659
R4 0,703
R5 0,703
R6 0,703
R7 0,176
R8 0,176
R9 0,176
R10 0,527
R11 0,659
R12 1,363
Kuat arus pada
R2 0,659
R4 0,703
R6 0,703
R8 0,176
R10 0,527
R11 0,659
Mengujur Tegangan
R12 1,363
6V Tengangan pada
Mengukur Kuat arus R1 0,989
R2 0,989
R3 1,055
R4 1,055
R5 1,055
R6 0,264
R7 0,264
R8 0,264
R9 0,191
R10 0,989
R11 2,044
R12

Kuat arus pada


R2 0,989
R4 1,054
R6 0,989
R8 0,264
R10 0,791
Mengukur tegangan R11 0,989
R12 2,044
10V Tengangan pada
Mengukur Kuat arus R1 1,648
R2 1,648
R3 1,648
R4 1,758
R5 1,758
R6 1,758
R7 0,44
R8 0,44
R9 0,44
R10 1,319
R11 1,648
R12 3,407
Kuat arus pada
R2 1,647
R4 1,757
Mengukur Tegangan R6 1,758
R8 0,439
R10 1,319
R11 1,648
R12 3,407
12 V Tengangan pada
Mengukur kuat arus R1 1,978
R2 1,978
R3 1,978
R4 2,11
R5 2,11
R6 2,11
R7 0,527
R8 0,527
R9 0,527
R10 1,582
R11 1,978
R12 4,080

Kuat arus pada


R2 1,977
R4 2,109
R6 2,109
Mengukur tegngan R8 0,528
R10 1,582
R11 1,977
R12 4,088
Referensi

https://elektronika-dasar.web.id/teorema-thevenin/ ( Diunduh 12 September 2019


pukul 23.56)

A Malvino, D Bates. 2015.“ Electronic Principle 8th”. New York : McGraw-Hill


Education

Kho, Dikson.“Pengertian Osiloskop dan Spesifikasi penentu kinerjanya”.


2017.http://teknikelektronika.com/pengertian-osiloskop-spesifikasi-penentu-
kinerjanya/ ( Diunduh 12 September 2019 pukul 23.56)
Kho, Dikson.“Fungsi Dioda dan Cara Mengukurnya”.2017.
http://teknikelektronika.com/fungsi-dioda-cara-mengukur-dioda/ ( Diunduh 12
September 2019 pukul 23.56)

Anda mungkin juga menyukai