Anda di halaman 1dari 44

Tanggal Praktikum : 28 September 2021

Tanggal Pengumpulan : 05 Oktober 2021

PRAKTIKUM PEMROGRAMAN KOMPUTER SEMESTER 115

[PENGOPERASIAN ALAT UKUR]

Nama : Immanuella Senja Dwi Febriani

NRM : 1306620006

Dosen Pengampu : Dewi Muliyati, M.Si., M.Sc.

Asisten Laboratorium:

Fiqri Aditya Riyanto (1306619007)

Wildan Nurrahman(1306619044)

Firman Prastiawan (1302619076)

Febian Riza Rhamadhan (1306619032)

Rendy Setiabudi (1302619070)

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam


Universitas Negeri Jakarta
2021
MODUL 1
PENGOPERASIAN ALAT UKUR

A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Menggunakan alat ukur Multimeter dan Osciloscop dengan tepat dan benar.
2. Menguji komponen elektronika dengan tepat dan benar.

B. TEORI DASAR
1. MULTIMETER
Multimeter adalah alat ukur elektronika yang dipakai untuk menguji atau
mengukur suatu komponen, mengetahui kedudukan kaki-kaki komponen, dan
mengetahui besar nilai komponen yang diukur. Komponen yang dapat diukur
dengan multimeter adalah: besar nilai resistor, besar nilai kapasitor, kedudukan
kaki-kaki transistor, dioda, tegangan DC ataupun AC, besar arus DC, dan lain
sebagainya.
Multimeter dapat dibedakan atas dua, yaitu multimeter digital dan
multimeter analog (jarum). Multimeter mempunyai bagian – bagian penting,
diantaranya:
1. Papan skala pengukuran
2. Jarum penunjuk skala
3. Pengatur jarum skala
4. Tombol pengatur NOL Ohmmeter
5. Batas ukur Ohmmeter
6. Batas ukur DC volt (DCV)
7. Batas ukur AC volt (ACV)
8. Batas ukur Amperemeter DC (DCA)
9. Saklar pengatur pengukuran dan
batas ukur
10. Lubang positif
11. Lubang negatif
Keterampilan dan kesesuaian penggunaan alat ukur akan menentukan
keberhasilan dan ketepatan pengukuran.
a. Voltmeter (Pengukuran tegangan)
1) Penggunaan voltmeter dipasang paralel dengan komponen yang akan
diukur tegangannya.
2) Sesuaikan jenis tegangan rangkaian dengan multimeter, AC atau DC.
3) Bila tidak diketahui daerah tegangan yang akan diukur, gunakan batas
ukur yang terbesar dan gunakan voltmeter yang mempunyai impedansi
input yang tinggi.
b. Amperemeter (Pengukuran kuat arus)
1) Penggunaan amperemeter dipasang seri pada jalur yang akan diukur
besar arusnya.
2) Bila tidak diketahui daerah arus yang akan diukur, gunakan batas ukur
yang terbesar.
c. Ohmmeter (Pengukuran resistor)
1) Putar saklar pemilih pada pasisi Ohmmeter.
2) Ambil suatu skala pengukuran yang diperkirakan dapat mengukur nilai
gambatan yang hendak diukur. Skala X1 artinya hasil yang ditunjuk
jarum adalah nilai pengukuran hambatan tersebut. Skala X10 artinya
nilai hambatan yang diukur adalah 10 kali dari nilai yang ditunjuk oleh
jarum. Jika jarum menunjuk pada skala 100 artinya nilai hambatannya
adalah 10 x 100 jadi bernilai 1000. Demikian juga untuk X100, X1K
atay X1000.
3) Sebelum mengukur nilai hambatan resistor, nolkan terlebih dahulu tutuk
awal pengukuran dengan cara menghubungkan probe kutub positif
(merah) dan probe kutub negatif (hitam) kemudian atur jarum penunjuk
agar tepat di titik nol.
4) Setiap penggantian nilai skala batas ukur selalu titik nol dikalibrasi.
5) Tempelkan masing-masing probe pada ujung-ujung resistor. Tangan
praktikan jangan sampai menyentuh kedua ujung kawat resistor (Salah
satu ujung resistor boleh tersentuh tetapi jangan keduanya).
6) Jika jarum bergerak maka resistor baik, jika jarum penunjuk tidak
bergerak resistor putus. Amati titik akhir yang ditunjuk jarum dan
hitunglah nilai resistor yang dinyatakan dari hasil pengukuran tersebut.
d. Menguji Transistor
Pada transistor biasanya letak kaki kolektor berada di pinggir dan diberi
tanda titik atau lingkaran kecil. Sedangkan kaki basis biasanya terletak
diantara kalektor dan emitor.
1) Transistor PNP
 Saklar pemilih pada multimeter harus menunjuk pada ohmmeter
 Praktikan harus memastikan kaki kolektor, basis, dan emitornya.
 Tempelkan probe (pencolok) positif (warna merah) pada basis
dan probe negatif (warna hitam) pada emitor. Jika jarum
bergerak, pindahkan probe negatif pada kolektor. Jika pada
kedua pengukuran di atas jarum bergerak maka transistor dalam
keadaan baik, sedangkan bila pada salah satu pengukuran jarum
tidak bergerak, maka transistor dalam keadaan rusak.

2) Transistor NPN
Tempelkan probe negatif pada basis dan probe positif pada kolektor.
Jika jarum bergerak, pindahkan probe positif pada emitor. Jika pada
kedua pengukuran jarum bergerak, maka transistor dalam keadaan baik.
Sedangkan bila pada salah satu pengukuran jarum tidak bergerak maka
transistor dalam keadaan rusak.

e. Menguji Kondensator Elco


Sebelum dipasang pada rangkaian kapasitor harus diuji dahulu
keadaannya atau ketika membeli di toko anda harus memastikan bahwa elco
tersebut dalam keadaan baik. Cara mengujinya adalah sebagai berikut:
 Putar saklar pemilih pada posisi ohmmeter
 Perhatikan tanda negatif atau positif yang ada pada badan elco dan
lurus pada salah satu kaki.
 Tempelkan probe negatif pada kaki positif (+) dan probe positif pada
kaki negatif (-). Perhatikan gerakan jarum penunjuk.
 Jika jarum bergerak ke kanan kemudian kembali ke kiri
berarti kondensator elco baik.
 Jika jarum bergerak ke kanan kemudian kembali ke kiri
namun tidak penuh berarti kondensator elco rusak.
 Jika jarum bergerak ke kanan kemudian tidak kembali ke kiri
(berhenti) berarti kondensator elco bocor.
 Jika jarum tidak bergerak sama sekali berarti kondensator
elco putus.

f. Menguji Dioda
o Putar saklar pemilih pada posisi ohm meter
o Tempelkan probe positif pada kutub katoda dan tempelkan probe
negatif pada kutub anoda. Perhatikan jarum penunjuk, jika bergerak
berarti diode baik sedangkan jika diam berarti putus.
o Selanjutnya dibalik, tempelkan probe negative pada kutub katoda
dan tampelkan probe positif pada kutub anoda. Perhatikan jarum
penunjuk, jika jarum diam berarti diode baik sedangkan jika
bergerak berarti diode rusak.

2. OSILOSKOP
Osiloskop dapat mengukur tegangan AC dan DC serta memperlihatkan
bentuk gelombangnya. Osiloskop harus dikatalisasi sebelum digunakan.

Cara mengkalibrasi osiloskop adalah sebagai berikut:


 Hidupkan osiloskop.
o Atur fokus dan tingkat kecerahan gambar pada osiloskop,
o Pasang kabel pengukur pada osiloskop (bisa pada channel X atau
Y),
o Atur coupling pada posisi AC
o Tempelkan kabel pengukur negatif / ground (kepala jepit buaya
atau berwarna hitam) pada ground yang terdapat di osiloskop.
o Tempelkan kabel pengukur positif (kepala utama atau berwarna
merah) pada tempat untuk mengkalibrasi yang ada pada
osiloskop
o Putar saklar pemilih variabel volt/div pada 0.5 V
o Putar saklar pemilih variabel sweep time/div pada 0.5 ms
o Aturlah agar gelombang kotak yang muncul di monitor sama
dengan garis-garis kotak yang ada pada layar monitor osiloskop
dengan menggerak-gerakkan tombol merah atau kuning yang ada
pada saklar pemilih variabel volt/div dan sweep time/div
sehingga gelombang kotak yang ada sebesar 0.5 𝑉𝑝𝑝

3. SINYAL GENERATOR
Sinyal generator dapat
menghasilkan sinyal yang berupa
tegangan DC ataupun tegangan AC
yang frekuensi dan amplitudonya
dapat kita atur. Bagian yang
menghasilkan tegangan DC
dinamakan DC Power. Keluarannya
terdiri dari +5V, -5V, 0 ~ +15V dan O
~ -15V. Pada bagian yang menghasilkan sinyal AC dinamakan function
generator. Pada tombol amplitudo berguna untuk mengatur amplitudo
sinyal keluaran. Sinyal keluaran dapat diatur apakah sinyal kotak,
segitiga atau sinyal berbentuk gelombang sinusoida melalui tombol
function. (Dosen Fisika UNJ, 2012).
Alat ukur multimeter sering disebut dengan multitester atau
AVOmeter memiliki beberapa bagian penting dengan fungsi dan
kegunaan berbeda-beda. Gambaran umum dari multimeter analog,
yaitu:

Keterangan bagian-bagian multimeter dan fungsinya:


1. Papan skala, sebagai skala pembacaan meter.
2. Jarum penunjuk, sebagai penunjuk besaran yang diukur.
3. Sekrup pengatur posisi jarum penunjuk, untuk mengatur
kedudukan jarum penunjuk.
4. Saklar pengatur posisi jarum penunjuk, untuk mengatur jarum
penunjuk pada posisi nol.
5. Saklar pemilih jangkauan alat ukur (selector), untuk memilih
posisi pengukuran dan batas ukurannya. Ada empat posisi
pengukuran pada multimeter, yaitu:
1) Voltmeter DC terdiri dari 4 batas ukur: 10, 50, 250, dan 1000.
2) Posisi DcmA (miliampere DC), sebagai mili amperemeter DC
yang terdiri dari 3 batas ukur: 0.5, 50, dan 250.
3) Posisi (Ohm), sebagai ohmmeter, terdiri dari tiga batas ukur:
X10, X100, dan X1K.
4) Posisi ACV (Volt AC), sebagai voltmeter AC, terdiri dari 4
ukur: 10, 50, 250, dan 1000
5) Posisi DCV (Volt DC)
6) Terminal kabel pemeriksa (-) probe hitam
7) Terminal kabel pemeriksa (+) probe merah
8) Batas ukur. (Martias, 2017).
Ada juga beberapa kelemahan serius pada analog multimeter. Akurasi
adalah analog yang paling parah kelemahan multimeter. Ada tiga penyebab
kesalahan. Pertama, mekanisme perangkat membuatnya tidak akurat-
petunjuk yang disertakan dengan multimeter analog menyarankan Anda
mengatur skala ke sisi kanan skala di mana ketidaktepatan hanya 1 atau 2
persen. Saat Anda bergerak ke kiri melintasi skala, ketidaktepatan
meningkat. Kedua, membuat kesalahan saat menghitung kelulusan yang
ditandai itu mudah, terutama jika sudut pengamatan Anda tidak aktif. Anda
juga harus interpolasi digit terakhir ketika jarum jatuh di antara dua wisuda.
Ketiga, ketidakakuratan dapat disebabkan oleh timbangan. Yang paling
jelas dari ini adalah salah skala. Selain itu, Anda harus melakukan sedikit
aritmatika untuk sebagian besar pengukuran, dan itu sering menjadi
kesalahan menunggu terjadi (Suraj Khamkar et al, 2019).
Fungsi dari prototipe perlu diuji telebih dahulu untuk mengetahui
apakah alat ini sudah dapat digunakan atau belum. Pengujian baik/buruknya
suatu transistor dilakukan pada transistor yang masih terpasang dalam
rangkaian dan transistor di luar rangkaian (berdiri sendiri) dari tipe NPN
dan PNP. Pengukur ℎ𝐹𝐸 transistor dilakukan pada beberapa transistor (NPN
dan PNP). Hasil pengukuran dibandingkan dengan ℎ𝐹𝐸 yang tercantum pada
data book atau dibandingkan dengan hFE hasil pengukuran yang
menggunakan alat ukur ℎ𝐹𝐸 (Hendriawan & Heni Puspita, 2013).
Menguji kondisi transistor dapat di lakukan dengan mengunakan
multimeterdandi seting pada posisi OHM meter dengan skala x10, x100 dan
test kaki basis, kemudian untuk test hubungan kolektor emitor pada skala
x10k. Mencoba transistor NPN, hubungkan antara kaki basis dengan probe
hitam dan probe merah ke kaki kolektor yang telah di sambungkan pada
emitor. Saat kondisi itu jarum multimeter harus bergerak menunjuk ke arah
nilai resistansi yang terbaca oleh multimeter. Setelah itu tes saat kondisi
sebaliknya, kaki basis dihubungkan mengunakan probe merah dan probe
hitam ke kaki kolektor dan emitor yang telah di sambungkan. Saat kedua
kondisi ini jarum multimetrer tidak bergerak atau menunjuk resistansi tak
terbatas (Rasid Jatmiko Adi, 2017).
Kapsitor Elektrolit (Elco) hanya digunakan pada tegangan DC yang
berdenyut pada rangkaian radio, televisi, telepon, telegraf, peluru kendali
dan perlengkapan komputer. Fungsi elco adalah sebagai perata denyut arus
listrik. Gambar 2.5 menunjukkan bentuk fisik dari elco.

Gambar 2.5 Kapasitor Elektrolit (Elco)


Berdasarkan Gambar 2.5 dapat dijelaskan bahwa kapasitor elektrolit
mempunyai dielektrik berupa oksida aluminium. Elektroda positif terbuat
dari bahan logam, seperti aluminium dan tantalum, sedangkan elektroda
negatif terbuat dari bahan elektrolit. Bahan dielektrik digunakan untuk
melapisi elektroda negatif. Tebal lapisan oksida sekitar 0,0001 mm
(Edwinanto & Nurul Hasanah, 2019).
Pada kapasitor berukuran besar, nilai kapasitansi umumnya ditulis
dengan angka yang jelas. Lengkap dengan nilai tegangan maksimum dan
polaritasnya. Misalnya pada kapasitor elco dengan jelas tertulis
kapasitornya sebesar 100μF 25v yang artinya kapasitor/ kondensator
tersebut memiliki nilai kapasitansi 100 μF dengan tegangan kerja maksimal
yang diperbolehkan sebesar 25 volt. Kapasitor yang ukuran fisiknya kecil
biasanya hanya bertuliskan 2 (dua) atau 3 (tiga) angka saja. Jika hanya
ada dua angka, satuannya adalah pF (pico farads) (Agus Irawan, 2018).
Dioda merupakan penyearah yaitu proses pengubahan arus bolak balik
menjadi arus searah. Ketika tegangan dioda lebih kecil dari tegangan
penghambat tersebut tersebut maka arus dioda akan kecil, ketika tegangan
dioda melebihi potensial penghalang arus akan naik secara cepat. Dioda
memiliki fungsi yang unik yaitu hanya dapat mengalirkan arus satu arah
saja. Struktur dioda tidak lain adalah sambungan semikonduktor P dan
N. Satu sisi adalah semikonduktor dengan tipe P dan satu sisinya yang
lain adalah tipe N. Dengan struktur demikian arus hanya akan dapat
mengalir dari sisi P menuju sisi N (Fadliondi, 2014).
Adapun kegunaan dioda adalah:
1) Sebagai penyearah tegangan, yaitu merubah dari arus AC menjadi
arus DC.
2) Sebagai Zener, yaitu membatasi tegangan keluaran suatu rangkaian
pada nilai tertentu.
3) Penghasil cahaya, yaitu untuk menghasilkan cahaya seperti pada
LED Semua dioda memiliki terminal positif (anoda) dan terminal
negative (katoda) karena itu dioda termasuk komponen berpolaritas
dan tidak boleh terbalik dalam pemasangannya (Korni Mufarola &
Anggiat Rio Marbuwo, 2019).
Osiloskop adalah merupakan salah satu alat ukur besaran listrik, yang
mampu menampilkan betuk gelombang tegangan listrik, bentuk gelombang
arus listrik dalam kapasitas dan periode tertentu secara nyata. Kapasitas
tegangan listrik ditampilkan pada sumbu vertikal, kapasitas arus listrik
ditampilkan pada sumbu vertikal dan untuk periode dari gelombang
tegangan listrik, gelombang arus listrik ditampilkan pada sumbu horisontal
di layar monitor. Jenis osiloskop dilihat dari teknologi layar monitornya:
a) Osiloskop tabung vakum.
b) Osiloskop LCD.
c) Osiloskop LED.
Jenis osiloskop dilihat dari teknologi pengolahan datanya:
a) Osiloskop analog.
b) Osiloskop digital.
Secara umum bagian-bagian dari sebuah osiloskop adalah:
a) Bagian catu daya.
b) Bagian papan rangkaian utama.
c) Bagian masukan (probe osiloskop).
d) Bagian keluaran (layar monitor).
e) Bagian control (vertical, horizontal) (I Wayan Lastera, 2019).
Osiloskop dibedakan menjadi dua jenis, osiloskop analog dan
osiloskop digital. Osiloskop analog bekerja dengan secara langsung
memberikan tegangan yang diukur ke sinar katoda yang bergerak pada layar
osiloskop. Tegangan ini membelokkan sinar ke atas dan ke baah secara
proposional, sehingga meninggalkan jejak berupa bentuk gelombang pada
layar. Hasilnya merupakan gambar langsung dari bentuk gelombang.
Osiloskop digital mencuplik bentuk gelombang dan menggunakan ADC
(analog to digital converter) untuk mengkonversikan tegangan yang diukur
menjadi informasi digital (Achmad Yani, 2016).

C. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM ALAT UKUR


1. Multimeter (2 buah)
2. Osiloskop 2 channel
3. Signal Generator
4. Protoboard (papan rangkaian)
5. Kapasitor (Keramik dan Elco)
6. Dioda
7. Resistor
8. Transistor (PNP dan NPN)
9. Kawat Penghubung

D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Memeriksa masing-masing komponen yang akan digunakan baik atau
rusak
2. Menyusun rangkaian seperti di bawah ini

3. Memberikan tegangan sumber DC sebesar 3 volt


4. Mengukur besar arus yang mengalir pada rangkaian
5. Mengukur tegangan 𝑉𝑎𝑏 , 𝑉𝑎𝑐 , 𝑉𝑎𝑑 , 𝑉𝑎𝑒 , 𝑉𝑏𝑐 , 𝑉𝑏𝑑 , 𝑉𝑏𝑒 , 𝑉𝑐𝑑 , 𝑉𝑐𝑒 , 𝑉𝑑𝑒 dengan
menggunakan voltmeter
6. Melakukan Langkah 2, 3, 4 untuk sumber dengan sumber DC 6 volt dan 9
volt
7. Melepaskan Amperemeter dan mengganti sumber tegangan dengan AC 4
volt
8. Mengukur tegangan 𝑉𝑎𝑏 , 𝑉𝑎𝑐 , 𝑉𝑎𝑑 , 𝑉𝑎𝑒 , 𝑉𝑏𝑐 , 𝑉𝑏𝑑 , 𝑉𝑏𝑒 , 𝑉𝑐𝑑 , 𝑉𝑐𝑒 , 𝑉𝑑𝑒 dengan
menggunakan voltmeter
9. Mengukur tegangan 𝑉𝑎𝑏 , 𝑉𝑎𝑐 , 𝑉𝑎𝑑 , 𝑉𝑎𝑒 , 𝑉𝑏𝑐 , 𝑉𝑏𝑑 , 𝑉𝑏𝑒 , 𝑉𝑐𝑑 , 𝑉𝑐𝑒 , 𝑉𝑑𝑒 dengan
menggunakan osiloskop dan menggambarkan hasilnya
10. Mencatata volt/dive dan time/dive dari osiloskop untuk membantu anda
dalam menetapkan skala sinyal yang diukur
11. Melakukan Langkah 3 – 9 untuk sumber dengan sumber AC 3VPP , 6VPP

E. TUGAS PENDAHULUAN
1. Ukurlah besar arus yang mengalir pada rangkaian jika dipasang tegangan
sumber DC 6 volt.
Jawab:

1 1 1
= + = 68.75 𝛺
𝑅𝑝 100 220

𝑅𝑇 = 100 + 220 + 68.75 = 388.75


Saklar yang tersambung seri, sehingga V0 = 0.5 V.
Tegangan sumber – Drop Tegangan diode = 6 – 0.5 = 5.5 V
V = I.R
𝑉 5.5
𝐼=𝑅= = 0.014 𝐴
388.75
2. Hitunglah tegangan 𝑉𝑎𝑏 , 𝑉𝑎𝑐 , 𝑉𝑎𝑑 , 𝑉𝑎𝑒 , 𝑉𝑏𝑐 , 𝑉𝑏𝑑 , 𝑉𝑏𝑒 , 𝑉𝑐𝑑 , 𝑉𝑐𝑒 , 𝑉𝑑𝑒 jika yang
digunakan diode silicon.
Jawab:

𝑉𝑐𝑑 = 0.014 × 220 = 3.08 𝑉


𝑉𝑑𝑒 = 0.014 × 68.75 = 0.9625 𝑉
𝑉𝑎𝑏 = 0.5 𝑉𝑜𝑙𝑡
𝑉𝑎𝑐 = 𝑉𝑎𝑏 + 𝑉𝑏𝑐 = 0.5 + 1.4 = 1.9 𝑉
𝑉𝑎𝑑 = 𝑉𝑎𝑏 + 𝑉𝑏𝑐 + 𝑉𝑐𝑑 = 𝑉𝑎𝑐 + 𝑉𝑐𝑑 = 1.9 + 3.08 = 4.98 𝑉
𝑉𝑎𝑒 = 𝑉𝑎𝑑 + 𝑉𝑑𝑒 = 4.98 + 0.9625 = 5.9425 𝑉
𝑉𝑐𝑒 = 𝑉𝑐𝑑 + 𝑉𝑑𝑒 = 3.08 + 0.9625 = 4.0425 𝑉
𝑉𝑏𝑑 = 𝑉𝑏𝑐 + 𝑉𝑐𝑑 = 1.4 + 3.08 = 4.48 𝑉
𝑉𝑏𝑒 = 𝑉𝑏𝑑 + 𝑉𝑑𝑒 = 4.48 + 0.9625 = 5.4425 𝑉
𝑉𝑏𝑐 = 0.014 × 100 = 1.4 𝑉
F. DATA PERCOBAAN
a. Percobaan Sumber Tegangan DC
Ebat I (mA) Vab Vac Vad Vae Vbc Vbd Vbe Vcd Vce Vde
3V 7,54 0,67 1,27 2,61 3,02 0,60 1,94 2,35 1,33 1,75 0,45
6V 15,28 0,70 2,08 5,14 6,10 1,37 4,43 5,37 3,04 4,00 0,94
9V 23,73 0,72 2,87 7,62 9,12 2,14 6,90 8,38 4,74 6,23 1,47

b. Percobaan Sumber Tegangan AC


3 Vpp 6 Vpp 9 Vpp
Va

Vab

Vac

Vad
Vae

Vbc

Vbd

Vbe

Vcd

Vce
Vde
G. PENGOLAHAN DATA
DATA TUNGGAL
NST Generator = 1 V
NST Multimeter = 0,01 mA
NST Voltmeter DC = 0,01 V
NST Voltmeter AC = 0,001 V
a. Sumber tegangan DC
 Sumber Tegangan DC
1. E = 3 V
1 1
ΔE = 2 x NST = 2 x 1 = 0,5 V
ΔE 0,5
KSR = x 100% = x 100% = 16,67% (2 AP)
E 3
(E ± ΔE) = (3,0 ± 0,5) V
2. E = 6 V
1 1
ΔE = 2 x NST = 2 x 1 = 0,5 V
ΔE 0,5
KSR = x 100% = x 100% = 8,33% (2 AP)
E 6
(E ± ΔE) = (6,0 ± 0,5) V
3. E = 3 V
1 1
ΔE = 2 x NST = 2 x 1 = 0,5 V
ΔE 0,5
KSR = x 100% = x 100% = 16,67% (2 AP)
E 3
(E ± ΔE) = (3,0 ± 0,5) V
 Kuat Arus Sumber DC
1. I = 7,54 mA
1 1
ΔI = 2 x NST = 2 x 0,01 = 0,005 mA
ΔI 0,005
KSR = x 100% = x 100% = 0,066313% (4 AP)
I 7,54
(I ± ΔI) = (7,540 ± 0,005) x 10−3 A
2. I = 15,28 mA
1 1
ΔI = 2 x NST = 2 x 0,01 = 0,005 mA
ΔI 0,005
KSR = x 100% = x 100% = 0,032722% (4 AP)
I 15,28
(I ± ΔI) = (15,28 ± 0,005) x 10−3 A
3. I = 23,73 mA
1 1
ΔI = x NST = x 0,01 = 0,005 mA
2 2
ΔI 0,005
KSR = x 100% = x 100% = 0,021070% (4 AP)
I 23,73
(I ± ΔI) = (23,73 ± 0,005) x 10−3 A
 Output Tegangan Sumber DC
E=3V
1. Vab = 0,67 V
1 1
ΔVab = x NST = x 0,01 = 0,005 V
2 2
ΔVab 0,005
KSR = x 100% = x 100% = 0,73627% (4 AP)
Vab 0,67
(Vab ± ΔVab ) = (0,670 ± 0,005) V
2. Vac = 1,27 V
1 1
ΔVac = x NST = x 0,01 = 0,005 V
2 2
ΔVac 0,005
KSR = x 100% = x 100% = 0,292701% (4 AP)
Vac 1,27
(Vac ± ΔVac ) = (1,270 ± 0,005) V
3. Vad = 2,61 V
1 1
ΔVad = x NST = x 0,01 = 0,005 V
2 2
ΔVad 0,005
KSR = x 100% = x 100% = 0,191571% (4 AP)
Vad 2,61
(Vad ± ΔVad ) = (2,610 ± 0,005) V
4. Vae = 3,02 V
1 1
ΔVae = x NST = x 0,01 = 0,005 V
2 2
ΔVae 0,005
KSR = x 100% = x 100% = 0,165563% (4 AP)
Vae 3,02
(Vae ± ΔVae ) = (3,020 ± 0,005) V
5. Vbc = 0,6 V
1 1
ΔVbc = x NST = x 0,01 = 0,005 V
2 2
ΔVbc 0,005
KSR = x 100% = x 100% = 0,833333% (4 AP)
Vbc 0,6
(Vbc ± ΔVbc ) = (0,600 ± 0,005) V
6. Vbd = 1,94 V
1 1
ΔVbd = x NST = x 0,01 = 0,005 V
2 2
ΔVbd 0,005
KSR = x 100% = x 100% = 0,257732% (4 AP)
Vbd 1,94
(Vbd ± ΔVbd ) = (1,940 ± 0,005) V
7. Vbe = 2,35 V
1 1
ΔVbe = x NST = x 0,01 = 0,005 V
2 2
ΔVbe 0,005
KSR = x 100% = x 100% = 0,212766% (4 AP)
Vbe 2,35
(Vbe ± ΔVbe ) = (2,350 ± 0,005) V
8. Vcd = 1,33 V
1 1
ΔVcd = x NST = x 0,01 = 0,005 V
2 2
ΔVcd 0,005
KSR = x 100% = x 100% = 0,37594% (4 AP)
Vcd 1,33
(Vcd ± ΔVcd ) = (1,330 ± 0,005) V
9. Vce = 1,75 V
1 1
ΔVce = x NST = x 0,01 = 0,005 V
2 2
ΔVce 0,005
KSR = x 100% = x 100% = 0,285714% (4 AP)
Vce 1,75
(Vce ± ΔVce ) = (1,750 ± 0,005) V
10. Vde = 0,45 V
1 1
ΔVde = x NST = x 0,01 = 0,005 V
2 2
ΔVde 0,005
KSR = x 100% = x 100% = 1,1111% (4 AP)
Vde 0,45
(Vde ± ΔVde ) = (0,450 ± 0,005) V
E=6V
1. Vab = 0,70 V
1 1
ΔVab = x NST = x 0,01 = 0,005 V
2 2
ΔVab 0,005
KSR = x 100% = x 100% = 0,714286% (4 AP)
Vab 0,70
(Vab ± ΔVab ) = (0,700 ± 0,005) V
2. Vac = 2,08 V
1 1
ΔVac = x NST = x 0,01 = 0,005 V
2 2
ΔVac 0,005
KSR = x 100% = x 100% = 0,240385% (4 AP)
Vac 2,08
(Vac ± ΔVac ) = (2,080 ± 0,005) V
3. Vad = 5,14 V
1 1
ΔVad = x NST = x 0,01 = 0,005 V
2 2
ΔVad 0,005
KSR = x 100% = x 100% = 0,097276% (4 AP)
Vad 5,14
(Vad ± ΔVad ) = (5,140 ± 0,005) V
4. Vae = 6,1 V
1 1
ΔVae = x NST = x 0,01 = 0,005 V
2 2
ΔVae 0,005
KSR = x 100% = x 100% = 0,081967% (4 AP)
Vae 6,1
(Vae ± ΔVae ) = (6,100 ± 0,005) V
5. Vbc = 1,37 V
1 1
ΔVbc = x NST = x 0,01 = 0,005 V
2 2
ΔVbc 0,005
KSR = x 100% = x 100% = 0,363963% (4 AP)
Vbc 1,37
(Vbc ± ΔVbc ) = (1,370 ± 0,005) V
6. Vbd = 4,43 V
1 1
ΔVbd = x NST = x 0,01 = 0,005 V
2 2
ΔVbd 0,005
KSR = x 100% = x 100% = 0,112867% (4 AP)
Vbd 4,43
(Vbd ± ΔVbd ) = (4,430 ± 0,005) V
7. Vbe = 5,37 V
1 1
ΔVbe = x NST = x 0,01 = 0,005 V
2 2
ΔVbe 0,005
KSR = x 100% = x 100% = 0,09311% (4 AP)
Vbe 5,37
(Vbe ± ΔVbe ) = (5,370 ± 0,005) V
8. Vcd = 3,04 V
1 1
ΔVcd = x NST = x 0,01 = 0,005 V
2 2
ΔVcd 0,005
KSR = x 100% = x 100% = 0,164474% (4 AP)
Vcd 3,04
(Vcd ± ΔVcd ) = (3,040 ± 0,005) V
9. Vce = 4,00 V
1 1
ΔVce = x NST = x 0,01 = 0,005 V
2 2
ΔVce 0,005
KSR = x 100% = x 100% = 0,125% (4 AP)
Vce 4,00
(Vce ± ΔVce ) = (4,000 ± 0,005) V
10. Vde = 0,94 V
1 1
ΔVde = x NST = x 0,01 = 0,005 V
2 2
ΔVde 0,005
KSR = x 100% = x 100% = 0,531915% (4 AP)
Vde 0,94
(Vde ± ΔVde ) = (0,940 ± 0,005) V
E=9V
1. Vab = 0,72 V
1 1
ΔVab = x NST = x 0,01 = 0,005 V
2 2
ΔVab 0,005
KSR = x 100% = x 100% = 0,6944% (4 AP)
Vab 0,72
(Vab ± ΔVab ) = (0,720 ± 0,005) V
2. Vac = 2,87 V
1 1
ΔVac = x NST = x 0,01 = 0,005 V
2 2
ΔVac 0,005
KSR = x 100% = x 100% = 0,17422% (4 AP)
Vac 2,87
(Vac ± ΔVac ) = (2,870 ± 0,005) V
3. Vad = 7,62 V
1 1
ΔVac = x NST = x 0,01 = 0,005 V
2 2
ΔVad 0,005
KSR = x 100% = x 100% = 0,0656% (4 AP)
Vad 7,62
(Vad ± ΔVad ) = (7,620 ± 0,005) V
4. Vae = 9,12 V
1 1
ΔVae = x NST = x 0,01 = 0,005 V
2 2
ΔVae 0,005
KSR = x 100% = x 100% = 0,0548% (4 AP)
Vae 9,12
(Vae ± ΔVae ) = (9,120 ± 0,005) V
5. Vbc = 2,14 V
1 1
ΔVbc = x NST = x 0,01 = 0,005 V
2 2
ΔVbc 0,005
KSR = x 100% = x 100% = 0,23148% (4 AP)
Vbc 2,14
(Vbc ± ΔVbc ) = (2,140 ± 0,005) V
6. Vbd = 6,90 V
1 1
ΔVbd = x NST = x 0,01 = 0,005 V
2 2
ΔVbd 0,005
KSR = x 100% = x 100% = 0,07246% (4 AP)
Vbd 6,90
(Vbd ± ΔVbd ) = (6,900 ± 0,005) V
7. Vbe = 8,38 V
1 1
ΔVbe = x NST = x 0,01 = 0,005 V
2 2
ΔVbe 0,005
KSR = x 100% = x 100% = 0,05966% (4 AP)
Vbe 8,38
(Vbe ± ΔVbe ) = (8,380 ± 0,005) V
8. Vcd = 4,74 V
1 1
ΔVcd = x NST = x 0,01 = 0,005 V
2 2
ΔVcd 0,005
KSR = x 100% = x 100% = 0,10548% (4 AP)
Vcd 4,74
(Vcd ± ΔVcd ) = (4,740 ± 0,005) V
9. Vce = 6,23 V
1 1
ΔVce = x NST = x 0,01 = 0,005 V
2 2
ΔVce 0,005
KSR = x 100% = x 100% = 0,08025% (4 AP)
Vce 6,23
(Vce ± ΔVce ) = (6,230 ± 0,005) V
10. Vde = 1,47 V
1 1
ΔVde = x NST = x 0,01 = 0,005 V
2 2
ΔVde 0,005
KSR = x 100% = x 100% = 0,34013% (4 AP)
Vde 1,47
(Vde ± ΔVde ) = (1,470 ± 0,005) V
b. Sumber Tegangan AC
 Sumber Tegangan AC
1. Vpp = 3 V
1 1
ΔVpp = 2 x NST = 2 x 1 = 0,5 V
ΔVpp 0,5
KSR = x 100% = x 100% = 16,67% (2 AP)
Vpp 3
(Vpp ± ΔVpp) = (3,0 ± 0,5) V
2. Vpp = 6 V
1 1
ΔVpp = 2 x NST = 2 x 1 = 0,5 V
ΔVpp 0,5
KSR = x 100% = x 100% = 8,33% (2 AP)
Vpp 6
(Vpp ± ΔVpp) = (6,0 ± 0,5) V
3. Vpp = 3 V
1 1
ΔVpp = x NST = x 1 = 0,5 V
2 2

ΔVpp 0,5
KSR = x 100% = x 100% = 16,67% (2 AP)
Vpp 3
(Vpp ± ΔVpp) = (3,0 ± 0,5) V
 Output Tegangan Sumber AC
Vpp = 3 V
1. Va = 2,96 V
1 1
ΔVa = x NST = x 0,001 = 0,0005 V
2 2
ΔVa 0,0005
KSR = x 100% = x 100% = 0,01689% (4 AP)
Va 2,96
(Va ± ΔVa ) = (29,60 ± 0,005) 10−1 V
2. Vab = 2,56 V
1 1
ΔVab = x NST = x 0,001 = 0,0005 V
2 2
ΔVab 0,0005
KSR = x 100% = x 100% = 0,01953% (4 AP)
Vab 2,56
(Vab ± ΔVab ) = (25,60 ± 0,005) 10−1 V
3. Vac = 2,96 V
1 1
ΔVac = x NST = x 0,001 = 0,0005 V
2 2
ΔVac 0,0005
KSR = x 100% = x 100% = 0,01689% (4 AP)
Vac 2,96
(Vac ± ΔVac ) = (29,60 ± 0,005) 10−1 V
4. Vad = 2,96 V
1 1
ΔVad = x NST = x 0,001 = 0,0005 V
2 2
ΔVad 0,0005
KSR = x 100% = x 100% = 0,01689 % (4 AP)
Vad 2,96
(Vad ± ΔVad ) = (29,60 ± 0,005) 10−1 V
5. Vae = 2,96 V
1 1
ΔVae = x NST = x 0,001 = 0,0005 V
2 2
ΔVae 0,0005
KSR = x 100% = x 100% = 0,01689% (4 AP)
Vae 2,96
(Vae ± ΔVae ) = (29,60 ± 0,005) 10−1 V
6. Vbc = 200 mV = 0,2 V
1 1
ΔVbc = x NST = x 0,001 = 0,0005 V
2 2
ΔVbc 0,0005
KSR = x 100% = x 100% = 0,25% (4 AP)
Vbc 0,2
(Vbc ± ΔVbc ) = (2,000 ± 0,005) 10−1 V
7. Vbd = 500 mV = 0,5 V
1 1
ΔVbd = x NST = x 0,001 = 0,0005 V
2 2
ΔVbd 0,0005
KSR = x 100% = x 100% = 0,1% (4 AP)
Vbd 0,5
(Vbd ± ΔVbd ) = (5,000 ± 0,005) 10−1 V
8. Vbe = 560 mV = 0,56 V
1 1
ΔVbe = x NST = x 0,001 = 0,0005 V
2 2
ΔVbe 0,0005
KSR = x 100% = x 100% = 0,0893 % (4 AP)
Vbe 0,56
(Vbe ± ΔVbe ) = (5,600 ± 0,005) 10−1 V
9. Vcd = 348 mV = 0,348 V
1 1
ΔVcd = x NST = x 0,001 = 0,0005 V
2 2
ΔVcd 0,0005
KSR = x 100% = x 100% = 0,143678% (4 AP)
Vcd 0,348
(Vcd ± ΔVcd ) = (3,480 ± 0,005) 10−1 V
10. Vce = 420 mV = 0,42 V
1 1
ΔVce = x NST = x 0,001 = 0,0005 V
2 2
ΔVce 0,0005
KSR = x 100% = x 100% = 0,11904% (4 AP)
Vce 0,42
(Vce ± ΔVce ) = (4,200 ± 0,005) 10−1 V
11. Vde = 420 mV = 0,42 V
1 1
ΔVde = x NST = x 0,001 = 0,0005 V
2 2
ΔVde 0,0005
KSR = x 100% = x 100% = 0,11904% (4 AP)
Vde 0,45
(Vde ± ΔVde ) = (4,200 ± 0,005) 10−1 V
Vpp = 6 V
1. Va = 6,9 V
1 1
ΔVa = x NST = x 0,001 = 0,0005 V
2 2
ΔVa 0,0005
KSR = x 100% = x 100% = 0,007% (4 AP)
Va 6,9
(Va ± ΔVa ) = (69,00 ± 0,005) 10−1 V
2. Vab = 4,9 V
1 1
ΔVab = x NST = x 0,001 = 0,0005 V
2 2
ΔVab 0,0005
KSR = x 100% = x 100% = 0,0102% (4 AP)
Vab 4,9
(Vab ± ΔVab ) = (49,00 ± 0,005) 10−1 V
3. Vac = 5,36 V
1 1
ΔVac = x NST = x 0,001 = 0,0005 V
2 2
ΔVac 0,0005
KSR = x 100% = x 100% = 0,009% (4 AP)
Vac 5,36
(Vac ± ΔVac ) = (53,60 ± 0,005) 10−1 V
4. Vad = 5,92 V
1 1
ΔVad = x NST = x 0,001 = 0,0005 V
2 2
ΔVad 0,0005
KSR = x 100% = x 100% = 0,008 % (4 AP)
Vad 5,92
(Vad ± ΔVad ) = (59,20 ± 0,005) 10−1 V
5. Vae = 4,96 V
1 1
ΔVae = x NST = x 0,001 = 0,0005 V
2 2
ΔVae 0,0005
KSR = x 100% = x 100% = 0,01% (4 AP)
Vae 4,96
(Vae ± ΔVae ) = (49,60 ± 0,005) 10−1 V
6. Vbc = 560 mV = 0,56 V
1 1
ΔVbc = x NST = x 0,001 = 0,0005 V
2 2
ΔVbc 0,0005
KSR = x 100% = x 100% = 0,089% (4 AP)
Vbc 0,56
(Vbc ± ΔVbc ) = (5,600 ± 0,005) 10−1 V
7. Vbd = 1,34 V
1 1
ΔVbd = x NST = x 0,001 = 0,0005 V
2 2
ΔVbd 0,0005
KSR = x 100% = x 100% = 0,037% (4 AP)
Vbd 1,34
(Vbd ± ΔVbd ) = (13,40 ± 0,005) 10−1 V
8. Vbe = 1,56 V
1 1
ΔVbe = x NST = x 0,001 = 0,0005 V
2 2
ΔVbe 0,0005
KSR = x 100% = x 100% = 0,067 % (4 AP)
Vbe 1,56
(Vbe ± ΔVbe ) = (15,60 ± 0,005) 10−1 V
9. Vcd = 920 mV = 0,92 V
1 1
ΔVcd = x NST = x 0,001 = 0,0005 V
2 2
ΔVcd 0,0005
KSR = x 100% = x 100% = 0,054% (4 AP)
Vcd 0,92
(Vcd ± ΔVcd ) = (9,200 ± 0,005) 10−1 V
10. Vce = 1,12 V
1 1
ΔVce = x NST = x 0,001 = 0,0005 V
2 2
ΔVce 0,0005
KSR = x 100% = x 100% = 0,045% (4 AP)
Vce 1,12
(Vce ± ΔVce ) = (11,20 ± 0,005) 10−1 V
11. Vde = 272 mV = 0,272 V
1 1
ΔVde = x NST = x 0,001 = 0,0005 V
2 2
ΔVde 0,0005
KSR = x 100% = x 100% = 0,183% (4 AP)
Vde 0,272
(Vde ± ΔVde ) = (2,720 ± 0,005) 10−1 V
Vpp = 9 V
1. Va = 0,06 V
1 1
ΔVa = x NST = x 0,001 = 0,0005 V
2 2
ΔVa 0,0005
KSR = x 100% = x 100% = 0,833% (4 AP)
Va 0,06
(Va ± ΔVa ) = (0,600 ± 0,005) 10−1 V
2. Vab = 6,8 V
1 1
ΔVab = x NST = x 0,001 = 0,0005 V
2 2
ΔVab 0,0005
KSR = x 100% = x 100% = 0,0074% (4 AP)
Vab 6,8
(Vab ± ΔVab ) = (68,00 ± 0,005) 10−1 V
3. Vac = 7 V
1 1
ΔVac = x NST = x 0,001 = 0,0005 V
2 2
ΔVac 0,0005
KSR = x 100% = x 100% = 0,0071% (4 AP)
Vac 7
(Vac ± ΔVac ) = (70,00 ± 0,005) 10−1 V
4. Vad = 8,8 V
1 1
ΔVad = x NST = x 0,001 = 0,0005 V
2 2
ΔVad 0,0005
KSR = x 100% = x 100% = 0,0056 % (4 AP)
Vad 8,8
(Vad ± ΔVad ) = (88,00 ± 0,005) 10−1 V
5. Vae = 9,06 V
1 1
ΔVae = x NST = x 0,001 = 0,0005 V
2 2
ΔVae 0,0005
KSR = x 100% = x 100% = 0,0055% (4 AP)
Vae 9,06
(Vae ± ΔVae ) = (90,60 ± 0,005) 10−1 V
6. Vbc = 900 mV = 0,9 V
1 1
ΔVbc = x NST = x 0,001 = 0,0005 V
2 2
ΔVbc 0,0005
KSR = x 100% = x 100% = 0,055% (4 AP)
Vbc 0,9
(Vbc ± ΔVbc ) = (9,000 ± 0,005) 10−1 V
7. Vbd = 2,2 V
1 1
ΔVbd = x NST = x 0,001 = 0,0005 V
2 2
ΔVbd 0,0005
KSR = x 100% = x 100% = 0,022% (4 AP)
Vbd 2,2
(Vbd ± ΔVbd ) = (22,00 ± 0,005) 10−1 V
8. Vbe = 2,4 V
1 1
ΔVbe = x NST = x 0,001 = 0,0005 V
2 2
ΔVbe 0,0005
KSR = x 100% = x 100% = 0,0208 % (4 AP)
Vbe 1,56
(Vbe ± ΔVbe ) = (24,00 ± 0,005) 10−1 V
9. Vcd = 1,52 V
1 1
ΔVcd = x NST = x 0,001 = 0,0005 V
2 2
ΔVcd 0,0005
KSR = x 100% = x 100% = 0,33% (4 AP)
Vcd 1,52
(Vcd ± ΔVcd ) = (15,20 ± 0,005) 10−1 V
10. Vce = 1,76 V
1 1
ΔVce = x NST = x 0,001 = 0,0005 V
2 2
ΔVce 0,0005
KSR = x 100% = x 100% = 0,03% (4 AP)
Vce 1,76
(Vce ± ΔVce ) = (17,60 ± 0,005) 10−1 V
11. Vde = 440 mV = 0,44 V
1 1
ΔVde = x NST = x 0,001 = 0,0005 V
2 2
ΔVde 0,0005
KSR = x 100% = x 100% = 0,133% (4 AP)
Vde 0,44
(Vde ± ΔVde ) = (4,400 ± 0,005) 10−1 V
H. ANALISIS DATA DAN GRAFIK
1 100
= 200 = 68,75Ω
𝑅𝑝

𝑅𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 100 + 200 + 68,75 = 388,75Ω

𝑃𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑉𝑆 = 3 𝑉𝑜𝑙𝑡


V = IR
𝑉 3
𝐼 = 𝑅 = 388,75 = 0,0077 𝐴

𝑃𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑉𝑆 = 6 𝑉𝑜𝑙𝑡


V = IR
𝑉 6
𝐼 = 𝑅 = 388,75 = 0,015 𝐴

𝑃𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑉𝑆 = 9 𝑉𝑜𝑙𝑡


V = IR
𝑉 9
𝐼 = 𝑅 = 388,75 = 0,023 𝐴

V 𝑽𝑺 = 𝟑 𝑽𝒐𝒍𝒕
𝑉𝑏𝑐 = IR
= (0,0077)(100)
= 0,77 V
𝑉𝑏𝑑 = IR
= (0,0077)(320)
= 2,46 V
𝑉𝑏𝑒 = IR
= (0,0077)(388,75)
= 2,99 V
𝑉𝑐𝑑 = IR
= (0,0077)(220)
= 1,69 V
𝑉𝑐𝑒 = IR
= (0,0077)(288,75)
= 2,22 V
𝑉𝑑𝑒 = IR
= (0,0077)(68,5)
= 0,53 V
𝑽 𝑽𝑺 = 𝟔 𝑽𝒐𝒍𝒕
𝑉𝑏𝑐 = IR
= (0,015)(100)
= 1,50 V
𝑉𝑏𝑑 = IR
= (0,015)(320)
= 4,80 V
𝑉𝑏𝑒 = IR
= (0,015)(388,75)
= 5,83 V
𝑉𝑐𝑑 = IR
= (0,015)(220)
= 3,30 V
𝑉𝑐𝑒 = IR
= (0,015)(288,75)
= 4,33 V
𝑉𝑑𝑒 = IR
= (0,015)(68,5)
= 1,03 V
𝑽 𝑽𝑺 = 𝟗 𝑽𝒐𝒍𝒕
𝑉𝑏𝑐 = IR
= (0,023)(100)
= 2,30 V
𝑉𝑏𝑑 = IR
= (0,023)(320)
= 6,40 V
𝑉𝑏𝑒 = IR
= (0,023)(388,75)
= 7,77 V
𝑉𝑐𝑑 = IR
= (0,023)(220)
= 4,40 V
𝑉𝑐𝑒 = IR
= (0,023)(288,75)
= 5,775 V
𝑉𝑑𝑒 = IR
= (0,023)(68,5)
= 1,37 V

Berdasarkan data dari praktikum, diketahui bahwa tegangan pada masing-


masing hambatan berbeda walaupun beberapa ada hambatan yang sama, tetapo
rangkaiannya berbeda (seri/paralel), sehingga dapat disumpulkan bahwa bentuk
rangkaian memengaruhi besarnya nilai tegangan. Jika tegangan sistem diberi
nilai yang besar, maka tegangan masing-masing resistor akan semakin besar.
Hal ini dapat diketahui dengan adanya kenaikan dari setiap tegangan di masing-
masing resistor saat sistem diperbesar dari 3V, 6V, dan 9V. Pada Vab yang
merupakan dioda, nilai tegangannya sebesar 0,67V saat diamati dengan
multimeter. Namun saat menggunakan osiloskop, tegangannya berbeda. Jika
arus yang mengalir pada V sumber semakin besar, maka tegangannya akan
semakin besar. Jika tegangannya besar maka nilai arusnya juga besar.

I. TUGAS AKHIR
1. Tuliskan bagian-bagian dari multimeter analog dan jelaskan fungsi masing-
masingnya.
Jawab:
Bagian dan fungsinya:
1. Jarum penunjuk meter, sebagai penunjuk besaran yang diukur.
2. Skala, sebagai skala pembacaan meter, yaitu skala tegangan skala arus
dan skala resistor.
3. Zero adjust screw, untuk mengatur kedudukan jarum penunjuk dengan
cara memutar sekrupnya ke kanan atau ke kiri dengan menggunakan
obeng pipih kecil.
4. Zero ohm adjust knob, untuk mengatur jarum penunjuk pada posisi
nol. Caranya, saklar pemilih diputar pada posisi (ohm), test lead +
(merah) dihubungkan ke test lead - (hitam), kemudian tombol pengatur
diputar ke kiri atau ke kanan sehingga jarum menunjuk pada 0 Ohm.
5. Lubang kutub +, sebagai tempat masuknya test lead kutub (+) yang
berwarna merah.

2. Tuliskan bagian-bagian dari osciloscop dan jelaskan fungsi masing-


masingnya.
Jawab:
Bagian dan fungsinya:
1. Tombol power ON/OFF, untuk menghidupkan dan mematikan
osiloskop.
2. Lampu indikator, sebagai indikasi osiloskop dalam keadaan ON (lampu
hidup) atau OFF (lampu mati).
3. Rotation, untuk mengatur posisi tampilan garis pada layar agar tetap
berada pada posisi horizontal. Untuk mengatur rotation ini, biasanya
harus menggunakan obeng untuk memutarnya.
4. Intensity, untuk mengatur kecerahan tampilan bentuk gelombang agar
mudah dilihat.
5. Focus, untuk mengatur penampilan bentuk gelombang sehingga tidak
kabur.
6. CAL, untuk kalibrasi tegangan peak to peak (VP-P) atau tegangan
puncak ke puncak.
7. Position, untuk mengatur posisi vertikal (masing-masing
saluran/channel memiliki pengatur position).
8. INV (INVERT). Saat tombol INV ditekan, sinyal input yang
bersangkutan akan dibalikan.
9. Sakelar Volt/Div, untuk memilih besarnya tegangan persentimeter
(Volt/Div) pada layar osiloskop. Umumnya, osiloskop memiliki dua
saluran (dual channel) dengan dua sakelar Volt/Div. Biasanya tersedia
pilihan 0,01V/Div hingga 20V/Div.
10. Variable pada osiloskop, untuk mengatur kepekaan (sensitivitas) arah
vertikal pada saluran atau channel yang bersangkutan. Putaran
Maksimum variable adalah CAL, untuk melakukan kalibrasi tegangan
1 V tepat pada 1 cm di layar osiloskop.
11. AC-DC. Pilihan AC, untuk mengukur sinyal AC, sinyal input yang
mengandung DC akan ditahan/diblokir oleh sebuah kapasitor.
Sedangkan pilihan posisi DC, input terminal akan terhubung langsung
dengan penguat yang ada di dalam osiloskop dan seluruh sinyal input
akan ditampilkan pada layar osiloskop.
12. GND. Jika tombol GND diaktifkan, maka terminal input akan terbuka,
input yang bersumber dari penguatan internal osiloskop akan
ditanahkan (grounded).
13. Vertical input CH-1, sebagai vertical input untuk saluran 1 (channel 1)
14. Vertical input CH-2, sebagai vertical input untuk saluran 2 (channel 2)
15. Sakelar MODE. Sakelar MODE pada umumnya terdiri dari 4 pilihan
yaitu CH1, CH2, DUAL dan ADD.
CH1, untuk tampilan bentuk gelombang saluran 1 (channel 1).
CH2, untuk tampilan bentuk gelombang saluran 2 (channel 2).
DUAL, untuk menampilkan bentuk gelombang saluran 1 (CH1) dan
saluran 2 (CH2) secara bersamaan.
ADD, untuk menjumlahkan kedua masukan saluran/saluran secara
aljabar. Hasil penjumlahannya akan menjadi satu gambar bentuk
gelombang pada layar.
16. x10 MAG, untuk pembesaran (magnification) frekuensi hingga 10 kali
lipat.
17. Position, untuk penyetelan tampilan kiri-kanan pada layar.
18. XY. Pada fungsi XY digunakan, input saluran 1 akan menjadi Axis X
dan input saluran 2 akan menjadi Axis Y.
19. Sakelar Time/Div, untuk memilih skala besaran waktu dari suatu
periode atau per satu kotak cm pada layar osiloskop.
20. Tombol CAL (Time/Div), untuk kalibrasi Time/Div.
21. Variable pada bagian horizontal, untuk mengatur kepekaan
(sensitivitas) Time/Div.
22. GND merupakan konektor yang dihubungkan ke ground (Tanah).
23. Tombol CHOP dan ALT. CHOP, menggunakan potongan dari saluran
1 dan saluran 2. ALT atau alternate, menggunakan saluran 1 dan saluran
2 secara bergantian.
24. HOLD OFF, untuk mendiamkan gambar pada layar osiloskop.
25. LEVEL atau TRIGGER LEVEL, untuk mengatur gambar yang
diperoleh menjadi diam atau tidak bergerak.
26. Tombol NORM dan AUTO
27. Tombol LOCK
28. Sakelar COUPLING, untuk menunjukan hubungan dengan sinyal
searah (DC) atau bolak balik (AC).
29. Sakelar SOURCE, sebagai penyesuai pemilihan sinyal.
30. Trigger Alt
31. Slope
32. Ext adalah trigger yang dikendalikan dari rangkaian di luar osiloskop.

3. Tuliskan bagian-bagian dari sinyal generator dan jelaskan fungsi masing-


masingnya.
Jawab:
Bagian-bagian dan fungsinya:
1. Saklar daya/power switch berfungsi sebagai tombol untuk
menghidupkan generator fungsi.
2. Terminal output TTL/CMOS. Terminal yang berfungsi untuk
menghasilkan keluaran (output) yang kompatibel dengan TTL/CMOS.
3. Duty function berfungsi sebagai tombol untuk mengatur duty cycle
gelombang (siklus kerja gelombang) dengan cara menarik dan duty
cycle atau siklus kerja adalah perbandingan lamanya waktu antara
kondisi ON dan OFF suatu sinyal pada setiap periode.
4. Selektor TTL/CMOS merupakan tombol yang jika ditekan maka pada
terminal output TTl/CMOS akan menghasilkan gelombang yang
kompatibel dengan TTL. Sementara jika tombol ini ditarik, maka
besarnya tegangan kompatibel output dati terminal output TTL/CMOS
dapat diatur antara 5-15 Vpp, sesuai besarnya tegangan yang
kompatibel dengan CMOS.
5. DC offset berfungsi untuk memberikan offset (tegangan DC) pada
sinyal +/-10V. Untuk memperoleh level tegangan DC positif cukup
dengan cara menarik dan memutar searah jarum jam. Namun, bila untuk
mendapatkan level tegangan DC negatif dengan cara memutar ke arah
yang berlawanan.
6. Amplitudo output. Apabila memutar tombol ini searah jarum jam maka
akan menghasilkan tegangan output yang maksimal dan kebalikan
untuk output -20dB. Ketika tombol ini ditarik, maka tegangan output
akan diperlemah sebesar 20dB.
7. Selector fungsi berfungsi untuk mengatur dan memilih bentuk
gelombang output yang diinginkan dengan cara menekan salah satu dari
tombol.
8. Terminal output utama. Terminal yang berfungsi untuk mengeluarkan
sinyal output utama.
9. Tampilan pencacah berfungsi untuk menampilkan nilai frekuensi dalam
format 6 x 0,3”.
10. Selector range frekuensi berfungsi untuk memilih range frekuensi yang
sesusai dengan kebutuhan dengan cara menekan salah satu tombol yang
relevan.
11. Pelemah 20 dB sebagai tombol yang berfungsi untuk mendapatkan
tegangan output yang diperlemah sebesar 20 dB.

4. Bandingkan antara hasil pengukuran dengan voltmeter dan hasil


pengukuran dengan osciloscop untuk sumber tegangan AC. Jelaskan kenapa
berbeda?
Jawab:
Hasil pengukuran dengan menggunakan osiloskop dan voltmeter berbeda
disebabkan beberapa hal sebagai berikut:
 Bila menggunakan voltmeter, kita bisa langsung menempelkan
kabel hitam dan merah pada sesuatu yang ingin diukur, tetapi jika
menggunakan osiloskop, harus melakukan kalibrasi terlebih dahulu.
 Osiloskop mempunyai hambatan dalam yang berbeda dengan yang
dimiliki voltmeter.
 Faktor generator sinyal yang kurang stabil.
 Faktor pengali Vrms terhadap Vpp adalah √2, jadi grafik yang
ditunjukkan pada osiloskop adalah grafik sinus yang nilainya √2.

J. PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN


PEMBAHASAN
Pada paktikum pengoperasian alat ukur ini bertujuan supaya dapat
menggunakan alat ukur multimeter dan osiloskop, menguji komponen
elektronika, mengetahui hubungan antara tegangan dan arus listrik, fungsi dari
multimeter dan osiloskop, serta dapat menentukan angka yang terbaca dalam
multimeter dan osiloskop. Dengan menggunakan alat dan bahan pada
praktikum ini ialah Proto Board (Papan Rangkaian), kawat penghubung,
oschiloschop (2) channel, multimeter (2) buah, signal generator, diode, resistor,
transistor (PNP dan NPN), dan kapasitor .

Multimeter adalah alat ukur elektronika yang dipakai untuk menguji dan
mengukur, mengetahui kedudukan kaki, dan mengetahui besar nilai kompinen
yang diukur. Komponen-komponen yang diukur ialah besar nilai resistor,
kapasitorm kedudukan kaki transistorm diode, tegangan DC ataupun AC, besar
arus DC, dan lainnya. Pada percobaan ini digunakan multimeter analog.
Langkah pertama yang dilakukan ialah memeriksa masing-masing komponen
yang akan digunakan harus dalam keadaan baik. Lalu menyusun rangkaiannya
dan berikan tegangan sumber DC sebesar 3, 6, 9 Volt secara bergantian,
sehingga besar arus yang mengalir dapat terukur. Kemudian ukur tegangannya
dengan voltmeter. Setelah itu lepaskan amperemeter dan mengganti sumber
tegangan AC 4 V. Lalu mengukur tegangannya dengan voltmeter. Kemudian
mengukur tegangannya dengan osiloskop dan gambarkan hasil yang terbaca.
Selanjutnya tetapkan skala sinyal dengan mencatat VOLT/DIVE dan
TIME/DIVE dari osiloskop. Kemudian ulangi langkah tadi dengan
menggunakan sumber AC 3 Vpp, 6 Vpp, dan 9 Vpp.

Percobaan ini menggunakan osiloskop, signal generator dan rangkaian yang


sama seperti pada percobaan yang pertama. Osiloskop digunakaan untuk
melihat bentuk sinyal yang sedang diamati supaya kita dapat mengetahui berapa
frekuensi periode dan tegangan dari sinyal. Lalu generator fungsi digunakan
sebagai sumber arus AC.
Untuk hasil pengukuran voltmeter dan pengukuran dengan osiloskop untuk
sumber tegangan AC ialah sedikit berbeda. Perbedaan tersebut terjadi karena
pada multimeter pengukuran dapat langsung dilakukan dengan menempelkan
probe pada elektronik yang ingin diukur, sedangkan pada osiloskop, harus
dilakukan kalibrasi terlebih dahulu untuk mendapatkan hasil pengukuran yang
presisi. Selain itu karena nilai keakuratan data yang digunakan.

Setelah itu didaptkan data pengamatan dari percobaan sumber tegangan


DC sebagai berikut:
Ebat I (mA) Vab Vac Vad Vae Vbc Vbd Vbe Vcd Vce Vde
3V 7,54 0,67 1,27 2,61 3,02 0,60 1,94 2,35 1,33 1,75 0,45
6V 15,28 0,70 2,08 5,14 6,10 1,37 4,43 5,37 3,04 4,00 0,94
9V 23,73 0,72 2,87 7,62 9,12 2,14 6,90 8,38 4,74 6,23 1,47
Berdasarkan tabel diatas dari hasil pengukuran arus dan tegangan DC
menggunakan Multimeter menunjukkan bahwa semakin besar sumber tegangan,
maka arusnya semakin besar dan sumber tegangan DC nya pun semakin besar.

Adapun data pengamatan dari percobaan sumber tegangan AC sebagai


berikut:
3 Vpp 6 Vpp 9 Vpp
Va 2,96 V 6,9 V 0,66 V
Vab 2,56 V 4,9 V 6,8 V
Vac 2,96 V 5,36 V 7V
Vad 2,96 V 5,92 V 8,8 V
Vae 2,96 V 4,96 V 9,06 V
Vbc 200 mV 560 mV 900 mV
Vbd 500 mV 1,34 V 2,2 V
Vbe 560 mV 1,56 V 2,4 V
Vcd 348 mV 920 mV 1,52 V
Vce 420 mV 1,12 V 1,76 V
Vde 104 mV 272 mV 440 mV
Dari data di atas menunjukkan bahwa semakin besar nilai tegangan, maka
semakin besar pula nilai Vpp (tegangan maksimum). Vpp berbanding lurus
dengan sumber tegangan. Hal ini terjadi karena semakin tinggi puncak dan
semakin panjang gelombang pada tampilan grafik osiloskop. Perbandingan data
hasil eksperimen memunculkan angka yang tidak selalu sama. Beberapa data
ada yang mendekati sama, namun ada juga data yang sangat berbeda. Hal ini
dapat terjadi karena ketidaksesuaian dalam pengukuran

KESIMPULAN
1. Multimeter digunakan untuk menguji dan mengukur, mengetahui
kedudukan kaki, dan mengetahui besar nilai kompinen yang diukur.
2. Osiloskop dapat mengukur tegangan AC dan DC, serta memperlihatkan
bentuk gelombang.
3. Tegangan dan arus listrik berbanding lurus, sehingga semakin besar
tegangan maka arus listrik akan semakin besar.
4. Multimeter dapat digunakan sebagai volmeter maupun amperemeter.
5. Mengetahui fungsi dari multimeter dan osiloskop.
6. Data yang didapatkan dari percobaan sumber tegangan DC adalah:
Ebat I (mA) Vab Vac Vad Vae Vbc Vbd Vbe Vcd Vce Vde
3V 7,54 0,67 1,27 2,61 3,02 0,60 1,94 2,35 1,33 1,75 0,45
6V 15,28 0,70 2,08 5,14 6,10 1,37 4,43 5,37 3,04 4,00 0,94
9V 23,73 0,72 2,87 7,62 9,12 2,14 6,90 8,38 4,74 6,23 1,47
7. Data yang didapatkan dari percobaan sumber tegangan AC adalah:
3 Vpp 6 Vpp 9 Vpp
Va 2,96 V 6,9 V 0,66 V
Vab 2,56 V 4,9 V 6,8 V
Vac 2,96 V 5,36 V 7V
Vad 2,96 V 5,92 V 8,8 V
Vae 2,96 V 4,96 V 9,06 V
Vbc 200 mV 560 mV 900 mV
Vbd 500 mV 1,34 V 2,2 V
Vbe 560 mV 1,56 V 2,4 V
Vcd 348 mV 920 mV 1,52 V
Vce 420 mV 1,12 V 1,76 V
Vde 104 mV 272 mV 440V

8. Untuk menentukan komponen kaki digunakan multimeter yang berfungsi


untuk mengetahui terjadinya simpangan atau tidak pada jarum yang berguna
dalam penentuan kaki pada kapasitor diode dan transistor. Untuk kaki
panjang adalah positif dan untuk kaki pendek adalah negatif. Untuk diode
dengan menghubungkan probe dengan kaki yang sesuai polaritas jarum
tidak menyimpang, jika dibalik menyimpang. Untuk transistor, dengan
menentukan kaki basis lalu emitor dan collector.
9. Kesalahan yang terjadi pada praktikum ini adalah adanya kesalahan alat
ukur (multimeter) yang dikarenakan pada pengukuran arus yang kurang
tepat, serta kesalahan dalam membaca alat ukur (multimeter).
K. DAFTAR PUSTAKA

Adi, Rasid Jatmiko. (2017). Kombinasi Rangkaian Transistor Sebagai Penghasil


Energi Listrik Tenaga Sinar Matahari. Universitas Muhammadiyah
Surakarta.

Irawan, Agus, dkk. (2018). Jurnal PROSISKO, 5(1). Maret e-ISSN: 2597 9922,
pISSN: 2406-7733.

Tim Dosen Elektronika UNJ. (2018). Modul Praktikum Elektronika. Jakarta:


UNJ.

Edwinanto & Hasanah, Nurul. (2019). Kit Elektro Guna Meningkatkan Layanan
Praktikum Mahasiswa. Jurnal Rekayasa Teknologi Nusa Putra, 7(1).

Fadliondi, dkk. (2015). Jurnal Elektum, 14(1). ISSN : 1979-5564 e-ISSN : 2550-
0678.

Hendriawan & Puspita, Heni. (2013). Perancangan dan Pembuatan Alat Penguji
dan Pengukur Penguatan Arus Transistor. INDEPT, 3(3).

Khamkar, Suraj et al. (2019). Smart Glasses Multimeter. International Research


Journal of Engineering and Technology (IRJET), 6(3).

Lastera, I Wayan. (2019). Peningkatan Kapasitas Rentang Tegangan Uji


Osiloskop Tipe Hm 203-7 dengan Pemanfaatan Alat Konverter. Jurnal
SPEKTRUM, 6(3).

Martias. (2017). Penerapan dan Penggunaan Alat Ukur Multimeter Pada


Pengukuran Komponen Elektronika. Konferensi Nasional Ilmu Sosial &
Teknologi (KniST). Jakarta: AMIK BSI.

Mufarola, Korni & Murbowo, Anggiat Rio. (2019). Manfaat Pembelajaran


Robotika Untuk Belajar Siswa Di Sekolah Dasar. Prosiding Seminar
Nasional Pendidikan Program Pascasarjana Universitas PGRI
Palembang. Palembang.
Yani, Achmad. (2016). Pembuatan Osiloskop Berbasis Personal Komputer
Menggunakan Sound Card. Journal of Electrical Technology, 1(1).

Anda mungkin juga menyukai