Anda di halaman 1dari 34

Karakteristik dan Rangkaian-Rangkaian Transistor

Nathaniel – 2206813681, Adinda Lestari - 2206050693


Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia
Depok, Jawa Barat 16436
nathaniel@ui.ac.id

Transistor adalah komponen elektronik aktif yang memiliki karakteristik penting seperti gain, impedansi input dan
output, serta daya tahan listrik dan suhu. Transistor memiliki dua jenis, yaitu transistor jenis NPN dan PNP. Pada
transistor NPN, elektron mengalir dari basis ke kolektor, sedangkan pada transistor PNP, elektron mengalir dari
kolektor ke basis. Transistor juga memiliki beberapa rangkaian yang digunakan dalam aplikasi elektronik, seperti
common emitter, common base, dan common collector. Rangkaian common emitter digunakan untuk amplifikasi
sinyal, sedangkan rangkaian common base digunakan untuk mengontrol impedansi input. Rangkaian common
collector digunakan sebagai buffer antara sumber sinyal dan beban, dengan impedansi input yang tinggi dan
impedansi output yang rendah. Dalam rangkaian transistor, biasa digunakan pula resistor sebagai pembatas arus.
Transistor juga dapat dihubungkan dalam rangkaian seri dan paralel untuk meningkatkan kekuatan dan
keandalannya. Oleh karena itu, transistor adalah salah satu komponen kunci dalam dunia elektronik modern.

PENDAHULUAN TEORI DASAR


Transistor adalah salah satu komponen kunci dalam
elektronik modern. Sebagai komponen aktif, transistor
dapat digunakan dalam berbagai aplikasi, seperti
amplifier, switch, oscillator, dan banyak lagi. Dalam
penggunaannya, karakteristik dan rangkaian-
rangkaian transistor sangat penting untuk dipahami.
Karakteristik transistor meliputi gain, impedansi input
dan output, serta daya tahan listrik dan suhu. Pada Gambar 1.1 simbol (a) Dioda (b) Dioda Zener
dasarnya, transistor memiliki tiga terminal yaitu basis,
kolektor, dan emitter. Dalam transistor, elektron
mengalir dari satu terminal ke terminal lainnya, Transistor merupakan suatu piranti semikonduktor
tergantung pada jenis transistor yang digunakan. yang memiliki sifat khusus. Secara ekuivalensi
transistor dapat dibandingkan dengan dua dioda yang
Terdapat dua jenis transistor, yaitu transistor jenis dihubungkan dengan suatu konfigurasi. Walaupun
NPN dan PNP. Pada transistor NPN, elektron mengalir sifat-sifat transistor tersebut tidak sama dengan dioda
dari basis ke kolektor, sedangkan pada transistor PNP, tersebut. Transistor diklasifikasikan menjadi 2, yaitu
elektron mengalir dari kolektor ke basis. Selain itu, UNIPOLAR (misal: FET) dan BIPOLAR (PNP dan
terdapat pula beberapa rangkaian yang digunakan NPN). Pada dasarnya transistor bekerja berdasarkan
dalam aplikasi transistor, seperti common emitter, prinsip pengendalian arus kolektor dengan
common base, dan common collector. menggunakan arus basis.
Rangkaian common emitter digunakan untuk Dengan kata lain arus basis mengalami penguatan
amplifikasi sinyal, sedangkan rangkaian common base hingga menjadi sebesar arus kolektor. Penguatan ini
digunakan untuk mengontrol impedansi input. bergantung dari faktor penguatan dari masing-masing
Rangkaian common collector digunakan sebagai transistor (α dan β). Konfigurasi dasar dari rangkaian
buffer antara sumber sinyal dan beban, dengan transistor sebagai penguat adalah Common Base,
impedansi input yang tinggi dan impedansi output Common Emitter dan Common Collector. Sifat dari
yang rendah. transistor yang akan saturasi pada nilai tegangan
Dalam penggunaannya, transistor dapat dihubungkan tertentu antara basis dan emitor menjadikan transistor
dalam rangkaian seri dan paralel untuk meningkatkan dapat berfungsi sebagai saklar elektronik. Nilai
kekuatan dan keandalannya. penguatan arus dari transistor dapat dinaikkan dengan
menggunakan konfigurasi Darlington.
Penguat Diferensial
Rangkaian dasar penguat diferensial tampak seperti
pada gambar 3.7, yang terdiri atas dua transistor utama
dengan 2 input dan 2 output. Rangkaian tersebut
simetris, transistor Q1

dan Q2 mempunyai karakteristik yang sama. Tahanan


beban di kolektor juga sama. Besarnya tegangan
output secara umum dinyatakan dengan persamaan:
Gambar 1.1. Rangkaian Ekivalen DC 𝑉𝑂𝑈𝑇 = 𝐴(𝑉1 − 𝑉2) (2)
dengan A adalah penguatan masing masing transistor
yang besarnya sama. Tegangan keluarannya akan nol
jika kedua tegangan input memiliki besar yang sama.

Regulator
Cara yang sederhana untuk menyempurnakan
pengaturan tegangan adalah dengan regulator Zener,
seperti pada gambar 3.8. Kelebihan rangkaian tersebut
Gambar 1.2. Rangkaian Ekivalen AC dibandingkan dengan rangkaian common emitter
adalah arus yang dihasilkan lebih besar. Tegangan
beban akan tetap sama dengan tegangan Zener
Rangkaian Ekivalen AC dan DC (dikurangi dengan tegangan yang jatuh pada transistor
𝑉𝐵𝐸 ), kecilnya arus pada diode zener dapat diatasi oleh
Rangkaian ekivalen DC adalah rangkaian untuk penguatan arus transistor (β). Oleh
menentukan tegangan dan arus pada emitor, basis dan
kolektor. Rangkaian ekivalen ini diperoleh dengan karena itu regulator tersebut dapat digunakan untuk
menganggap semua kapasitor terbuka sehingga dapat menggerakkan beban yang membutuhkan arus yang
dihilangkan dari rangkaian. besar.

Rangkaian ekivalen AC adalah rangkaian untuk


menentukan resistansi masukan, faktor penguatan
tegangan dan resistansi keluaran dari penguat. TEORI TAMBAHAN
Rangkaian ekivalen ini diperoleh dengan menganggap
semua kapasitor hubungan singkat.
Model Ebers-Moll
Model Ebers-Moll merupakan model dua dioda yang
Darlington
digunakan untuk menggambarkan perilaku transistor
Pada gambar 3.6 ditunjukkan suatu rangkaian penguat sambungan bipolar (BJT). Model Ebers-Moll terdiri
darlington. Penguat darlington ini didesain agar dari dua dioda, yang mewakili persimpangan emitor-
menghasilkan nilai β yang jauh lebih besar. Kolektor basis dan basis-kolektor, dan dua sumber arus, yang
kedua transistor dihubungkan, emitor pada transistor mewakili arus emitor dan kolektor. Model ini dapat
pertama mengendalikan daya basis transistor kedua. digunakan untuk menganalisis kinerja amplifier BJT,
Karena itu β keseluruhan dari penguat darlington termasuk gain, impedansi input dan output, serta
dirumuskan: respons frekuensi. (Sedra, 2016)

𝛽 = 𝛽𝑖 × 𝛽 (1)
Keuntungan dari penguat darlington adalah memiliki
Zin (impedansi input) yang tinggi.
Persamaan Dioda Shockley Cara Menghitung Rangkaian dengan Transistor
Pada gambar di atas, di sebelah kiri terdapat rumus
Persamaan Dioda ini, dikembangkan oleh William
untuk mencari tahu besarnya arus yang mengalir.
Shockley, menggambarkan hubungan antara arus yang Untuk β (beta) atau hfe Anda dapat mencarinya dari
mengalir melalui dioda dan tegangan yang datasheet transistor yang digunakan. Kemudian,
melewatinya. Persamaannya adalah sebagai berikut: karena transistor NPN cenderung lebih banyak
digunakan maka di sini menggunakan transistor NPN
sebagai contoh soalnya.
Di sebelah kiri pada gambar di atas terdapat transistor
ID = Is• [e(VD/n.VT) – 1] dalam sebuah rangkaian, di mana arus yang mengalir
ke basis sebesar 100 μA (1000 μA = 1 mA), sedangkan
hfe = 200. Ditanyakan adalah IC dan IE. Jawabannya
adalah IC = 10 mA dan IE = 10 mA. Dari contoh soal
Dimana: di atas, hfe > 100 yang mana itu berarti besarnya IE
kira-kira akan sama dengan IC (IE ≈ IC). Jawaban IE
ID = arus dioda (Ampere) sebenarnya 10,05 mA, tetapi itu dapat dibulatkan
menjadi 10 mA sehingga masih sama atau kira-kira
Is = arus saturasi balik (Ampere) sama dengan IC. (Cakrawala, 2023)
e = bilangan natural, 2.71828…
Salah satu aplikasi penting adalah penyearah, di mana
VD = tegangan yang melintasi dioda (Volt) dioda digunakan untuk mengubah tegangan AC
n = konstanta, 1 untuk Ge; 2 untuk Si menjadi tegangan DC. Aplikasi penting lainnya adalah
pengaturan tegangan, di mana dioda zener digunakan
VT = tegangan termal (Volt) untuk mempertahankan tegangan konstan pada beban.
(Shockley, 1949)

Persamaan dioda Shockley menggambarkan hubungan


arus-tegangan untuk persimpangan p-n. Persamaan
memperhitungkan konsentrasi dan mobilitas pembawa Persamaan pada Transistor
dalam bahan semikonduktor dan dapat digunakan
untuk menganalisis perilaku BJT dan FET.
Faktor penguatan arus pada basis bersama disebut
Konsep penting lainnya dalam sistem rangkaian dengan ALPHA (α). αdc (alpha dc) adalah
transistor biasing, yang mengacu pada penerapan perbandingan arus IC dengan arus IE pada titik kerja.
tegangan DC ke transistor untuk menetapkan titik Sedangkan αac (alpha ac) atau sering juga disebut
operasi yang diinginkan. Pembiasan sangat penting alpha (α) saja merupakan perbandingan perubahan IC
untuk memastikan transistor beroperasi di wilayah dengan IE pada tegangan VCB tetap berlaku rumusan:
liniernya dan untuk mengontrol sinyal keluaran.
(Streetman, 2015)

Seperti halnya pada α, istilah β juga terdapat βdc (beta


dc) maupun βac (beta ac). Definisi βac(atau β saja)
dengan VCE konstan adalah:

Gambar 1.3. Cara Menghitung Rangkaian dengan


Transistor
Sehingga IE = IC + IB dan

(Agus Purnama, 2013)

ALAT DAN KOMPONEN YANG


DIGUNAKAN
No. Alat / Komponen Keterangan / Jumlah
Tipe

1. Transistor QI BC 1088P 3 Gambar 2.1. Rangkaian Transistor Sedeerhana


2. Resistor 10K 1

100K 2 CARA KERJA


3.3K 1

2.2K 3 1. Menentukan Nilai β


a. Menyusun rangkaian seperti pada Gambar 2.1
1K 1
b. Mengatur Rvar agar 𝑉𝐼 bervariasi dari 0–9 volt
560 1
dengan interval kenaikan sebesar 1.5 volt.
22 1
c. Mengukur 𝑉𝐼 , 𝑉𝐵𝐸 , 𝑉𝐶𝐸 , 𝐼𝐵, dan 𝐼𝐶.
12K 2
d. Mencatat 𝑉𝐼 , 𝑉𝐵𝐸 , 𝑉𝐶𝐸 , 𝐼𝐵, dan 𝐼𝐶.
6.8K 1
e. Menghitung nilai β dan menganalisis hasilnya.
3. Potenstiometer 10K 1

50K 1

4. Kapasitor 10μF 2

5. Dioda Zener 4.7V 1

6. Multimeter - 1

7. Osiloskop - 1

Tabel 1.1 Alat dan komponen yang digunakan

Gambar 2.2. Rangkaian Menentukan Titik Beban


2. Menentukan garis beban dan titik Q
a. Menyusun rangkaian seperti pada Gambar 2.2
b. Mengukur tegangan 𝑉𝐶𝐸 dan arus pada 𝐼𝐶.
c. Mencatat tegangan 𝑉𝐶𝐸 dan arus pada 𝐼𝐶.
d. Dari hasil tersebut, menentukan titik saturasi
dan cutoff.

3. Analisis Rangkaian DC
a. Menyusun rangkaian seperti pada Gambar 2.3
Gambar 2.4. Rangkaian Ekivalen AC
rangkaian ekivalen DC.
b. Mengukur tegangan 𝑉𝐴, 𝑉𝐵𝐸 , 𝑉𝐶 , 𝑉𝐸 , dan 𝑉𝐶𝐸 .
5. Rangkaian Darlington
c. Mencatat tegangan 𝑉𝐴, 𝑉𝐵𝐸 , 𝑉𝐶 , 𝑉𝐸 , dan 𝑉𝐶𝐸 .
a. Menyusun rangkaian seperti pada Gambar 2.5
b. Mengatur potensio hingga 𝑉𝐴 = 0 𝑉. Catat nilai
4. Analisis Rangkaian AC
a. Menyusun rangkaian seperti Gambar 2.4 𝑉𝐵, 𝑉𝐶 , 𝑉𝐷, 𝑉𝐸 , dan 𝑉𝐹 .

rangkaian ekivalen AC. c. Menaikkan nilai 𝑉𝐴 dengan interval 1V hingga


b. Memberikan input signal generator sebesar 10 5V dan catat setiap perubahan nilai 𝑉𝐵, 𝑉𝐶 , 𝑉𝐷,
VPP 𝑉𝐸 , dan 𝑉𝐹 .
c. Dengan menggunakan osiloskop, ukur dan
gambarkan bentuk tegangan 𝑉𝐴 , 𝑉𝐵𝐸 , 𝑉𝐶 , 𝑉𝐶𝐸 ,
dan 𝑉𝐸 .

Gambar 2.5. Rangkaian Darlington

6. Penguat Diferensial
a. Menyusun rangkaian seperti pada Gambar 2.6
Gambar 2.3. Rangkaian Ekivalen DC b. Mengukur dan mencatat nilai awal 𝑉𝐴 dan 𝑉𝐵.
c. Mengatur potensio 5 kΩ sehingga nilai 𝑉𝐴 = 𝑉𝐵.
d. Memvariasikan sinyal sinus:
• Vin 1 = 40 mVpp Vin 2 = 40 mVpp
• Vin 1 = 40 mVpp Vin 2 = ground
• Vin 1 = ground Vin 2 = 40 mVpp
HASIL

Pada praktikum modul 3 ini, praktikan melakukan


percobaan untuk membuktikan teori dan memenuhi
tujuan pada modul. Praktikum mengikur arus dan
tegangan yang akan diukur menggunakan multimeter
digital. Sedangkan saat mengukur tegangan bolak
balik, praktikan menggunakan osiloskop untuk
melihat bentuk gelombangnya.
Pada percobaan pertama, praktikan akan mengukur
𝑉𝐼 , 𝑉𝐵𝐸 , 𝑉𝐶𝐸 , 𝐼𝐵, dan 𝐼𝐶 menggunakan multimeter
digital. Kemudian praktikan akan menghitung nilai β
dengan rumus IC/IE.

Gambar 2.6. Rangkaian Penguat Diferensial

Gambar 3.1. Rangkaian Percobaan 1

𝑉𝑖 (V) 𝑉𝐵𝐸 (V) 𝑉𝐶𝐸 (V) 𝐼𝐵 (A) 𝐼𝐶 (A) β

0V 0.4mV 95.5mV 0A 0A -
Gambar 2.7. Rangkaian Darlington

7. Regulator 1.5 V 14.9mV 1.01V 0A 0A -


a. Menyusun rangkaian pada Gambar 2.7
b. Mengukur dan mencatat IOUT maksimum 3V 550mV 2.48mV 0A 0A -
tersebut.
c. Memutar potensiometer sehingga IOUT mulai 619mV 3.73mV 28.4μA 31.8μA 1.12
4.5 V
jatuh (drop), (pada Imax, sebelum mulai turun)
pada saat inilah R sama dengan Rmax. Mencatat 6V 1.372V 5.61V 0A 0A -
nilai tegangan pada RLoad.
7.5 V 335.9mV 96.3mV 0A 0A -

9V 176.5mV 43.3mV 0A 0A -

Tabel 2.1. Tabel Data Pengamatan Percobaan 1


Gambar 3.2. Rangkaian Percobaan 2 Gambar 3.4. Rangkaian Percobaan 4

𝑉𝐶𝐶 (𝑉) 𝑉𝐶𝐸 (𝑉) 𝐼𝐶 (A)


𝑉𝐴 𝑉𝐵𝐸 𝑉𝐶 𝑉𝐸 𝑉𝐶𝐸
(V) (V) (V) (V) (V)
9V 9V 0A
Gambar
Tabel 2.2. Tabel Data Pengamatan Percobaan 2
8v 8v 160mV 160mV 3.04V
Pada percobaan kedua, praktikan menentukan garis
𝑉𝑃𝑃
beban dan titik Q dengan mrngukur VCE dan IC dengan
menggunakan multimeter digital.

Vmax 4.16v 4.24V 80mV 80mV 1.6V

Pada percobaan ketiga, praktikan melakukan analisis


00 0.570 - - -190.60
rangkaian DC dengan mengukur 𝑉𝐴, 𝑉𝐵𝐸 , 𝑉𝐶 , 𝑉𝐸 , Beda
dan 𝑉𝐶E dengan menggunakan multimeter digital. Fase
Tabel 2.4. Tabel Data Pengamatan Percobaan 4

Pada percobaan keempat, praktikan menganalisis


rangkaian AC dengan mengukur 𝑉𝐴 , 𝑉𝐵𝐸 , 𝑉𝐶 , 𝑉𝐶𝐸 ,
dan 𝑉𝐸 .dengan menggunakan osiloskop untuk melihat beda
fasenya.

Pada percobaan kelima, praktikan membuat rangkaian


darlington untuk membuktikan teori rangkaian darlington.

Gambar 3.3. Rangkaian Percobaan 3

VCC 𝑉𝐴 𝑉𝐵𝐸 𝑉𝐶 𝑉𝐸 𝑉𝐶𝐸


(V) (V) (V) (V) (V) (V)
9V 1.607V 1.602V 8.93V 8.5V 8.93V

Tabel 2.3. Tabel Data Pengamatan Percobaan 3 Gambar 3.5. Rangkaian Percobaan 5
𝑉𝐴 (V) 𝑉𝐵(V) 𝑉𝐶 𝑉𝐷(V) 𝑉𝐸 𝑉𝐹
(V) (V) (V)
7.14V 8.41V 0.1mV 0.1mV 8.89V
0V

8.88V 8.41V 8.32V 0V 8.88V


1V

8.88V 7.36V 8.31V 0.3mV 8.88V


2V

8.87V 8.4V 8.23V 0.1mV 8.88V


3V

8.88V 8.84V 8.31V 0.4mV 8.87V


4V Gambar 3.7. Rangkaian Percobaan 7

8.87V 8.4V 8.14V 0.5mV 8.87V Iout maksimum (µA) Tegangan Rload (V)
5V

Tabel 2.5. Tabel Data Pengamatan Percobaan 5 5.8μA 79.9mV

Tabel 2.7. Tabel Data Pengamatan Percobaan 7

Pada percobaan ketujuh ini, praktikan membuat


rangkaian regulator dengan mengukur Iout dan
tegangan Rload dengan menggunakan multimeter
digital.
Multimeter (voltmeter) dihubungkan secara parallel ke
titik tertentu untuk mengukur tegangan pada
rangkaian. Multimeter (amperemeter) dihubungkan
secara seri ke titik tertentu untuk mengukur kuat arus
pada rangkaian. Osiloskop digunakan untuk mengukur
dan melihat gelombang tegangan AC (arus bolak
balik) pada rangkaian dengan sumber catu daya AC.
Gambar 3.6. Rangkaian Percobaan 6 Tertera hasil pengukuran tersebut pada halaman Hasil.
Hasil yang tertera menunjukkan kesesuaian dengan
Vin 1 Vin 2 𝑉𝐴 (V) 𝑉𝐵 (V) 𝑉𝐴𝐵 (V) teori pada teori dasar maupun teori tambahan. Namun
dengan beberapa perbedaan dengan hasil pada
8.81V 7.69V 1.24V simulasi Tinkercad.
40 40 mVpp
mVpp Perbedaaan yang terjadi seperti pada Gambar 3.1
kolom IB dan IC didapatkan nilai sebesar 0A. ini
8.81V 7.95V 0.98V
40 Ground sangat berbeda dengan hasil simulasi dikarenakan
mVpp adanya kekurang telilian alat multimeter dalam
membaca arus yang nilainya sangat kecil.
8.81V 7.52V 1.314V
Ground 40 mVpp

Tabel 2.6. Tabel Data Pengamatan Percobaan 6 PEMBAHASAN


Pada percobaan keenam ini, praktikan membuat Pada praktikum Modul 3 ini, praktikan mempelajari
rangkaian penguat diferensial dengan mencari nilai cara mengukur tegangan dan arus baik DC maupun
VA, VB, dan VAB. AC. Dengan bantuan alat multimeter dan osiloskop.
Pada percobaan pertama, praktikan akan mengukur
𝑉𝐼 , 𝑉𝐵𝐸 , 𝑉𝐶𝐸 , 𝐼𝐵, dan 𝐼𝐶 menggunakan multimeter
digital. Kemudian praktikan akan menghitung nilai β
dengan rumus IC/IE. variasi yang dilakukan adalah ov, Pada percobaan ketujuh ini, praktikan membuat
1.5v, 3v, 4.5v, 6v, 7,5v, 9v. rangkaian regulator dengan mengukur Iout dan
tegangan Rload dengan menggunakan multimeter
Pada percobaan kedua, praktikan menentukan garis digital.
beban dan titik Q dengan mrngukur VCE dan IC dengan
menggunakan multimeter digital. Variasi yang Pada praktikum kali ini, percobaan dilakukan secara
digunakan hanya sumber 9v DC. offline. Namun terdapat beberapa ketidak sesuaian jika
dibandingkan dengan hasil pada Tinkercad. Hal ini
Pada percobaan ketiga, praktikan melakukan analisis disebabkan karena adanya beberapa factor seperti
rangkaian DC dengan mengukur 𝑉𝐴, 𝑉𝐵𝐸 , 𝑉𝐶 , 𝑉𝐸 , adanya hambatan dalam pada setiap komponen
dan 𝑉𝐶E dengan menggunakan multimeter digital. termasuk kabel dan adanya ketidaksempurnaan alat
Variasi yang digunakan hanya 9v DC. dalam membaca tegangan maupun arus.

Pada percobaan keempat, praktikan menganalisis


rangkaian AC dengan mengukur 𝑉𝐴 , 𝑉𝐵𝐸 , 𝑉𝐶 , 𝑉𝐶𝐸 ,
KESIMPULAN
dan 𝑉𝐸 .dengan menggunakan osiloskop untuk melihat beda
fasenya. Variasi yang digunakan hanya 9v DC.

Pada percobaan kelima, praktikan membuat rangkaian Berdsasarkan Praktikum yang telah dilaksanakan oleh
darlington untuk membuktikan teori rangkaian darlington. praktikan, dapat terpenuhi tujuan pada modul ini.
Variasi yang digunakan adalah 0v, 1v, 2v, 3v, 4v, 5v. Praktikan menganalisis rangkaian AC dan DC.
Konfigurasi transistor Darlington memberikan
Pada percobaan keenam ini, praktikan membuat penguatan arus jauh lebih tinggi daripada transistor
rangkaian penguat diferensial dengan mencari nilai tunggal yang diambil secara individual. Penguat
VA, VB, dan VAB. Variasi yang digunakan adalah Diferensial merupakan salah satu jenis penguat dengan
40mVpp. menggunakan kopel langsung. Rangkaian regulator
dapat digunakan untuk menggerakkan beban yang
membutuhkan arus yang besar.

REFERENSI

Sedra, A. S., & Smith, K. C. (2016). Microelectronic


circuits. Oxford University Press.

Streetman, B. G., & Banerjee, S. K. (2006). Solid


state electronic devices (6th ed.). Pearson.

Cakrawala. 2023. Teori Dasar Transistor NPN dan


PNP Gesaintech Indonesia

Gray, P. R., Hurst, P. J., Lewis, S. H., & Meyer, R.


G. (2014). Analysis and design of analog
integrated circuits (5th ed.). Wiley.

Agus Purnama. (2013). Konfigurasi Transistor


Bipolar. Elektronika Dasar.
https://elektronika-dasar.web.id/konfigurasi-
transistor-bipolar/
SIMULASI

A. Menentukan Nilai β

Tabel 1.1 Menentukan Nilai β

Skematik

Variasi Hasil

Vin = 0V DC IB = 0A
IC = 0A
VCE = 0V
VBE = 0V
Skematik

Variasi Hasil

Vin = 1.5V DC IB = 0A
IC = 88.5μA
VCE = 615mV
VBE = 569mV

Skematik
Variasi Hasil

Vin = 3V DC IB = 0A
IC = 294μA
VCE = 58.6V
VBE = 603mV

Skematik
Variasi Hasil

Vin = 4.5V DC IB = 11.6μA


IC = 445μA
VCE = 51.5mV
VBE = 615mV

Skematik
Variasi Hasil

Vin = 6V DC IB = 17.4μA
IC = 595μA
VCE = 48.7mV
VBE = 623mV

Skematik
Variasi Hasil

Vin = 7.5V DC IB = 23.2μA


IC = 745μA
VCE = 47.1mV
VBE = 629mV

Skematik
Variasi Hasil

Vin = 9V DC IB = 29μA
IC = 895μA
VCE = 46.2mV
VBE = 634mV

B. Menentukan Titik Beban


Tabel 1.2 Menentukan Titik Beban

Skematik

Variasi Hasil

Vin = 9V DC IC = 897μA
VCE = 25.7mV

C. Analisis Rangkaian DC
Tabel 1.3 Analisis Rangkaian DC

Skematik

Variasi Hasil

Vin = 9V DC VA = 1.62V
VBE = 631mV
VC = 5.76V
VE = 986mV
VCE = 4.77V
D. Analisis Rangkaian AC

Tabel 1.4 Analisis Rangkaian AC

Skematik

Variasi Hasil

Vin = 10 VPP AC
VA =

VBE =

VC =

VE =

VCE =
E. Rangkaian Darlington

Tabel 1.5 Rangkaian Darlington


Skematik

Variasi Hasil

Vin = 9V DC VA = 0V
VB = 0V
VC = 0V
VD = 0V
VE = 0V
VF = 0V
Skematik

Variasi Hasil

Vin = 9V DC VA = 1V
VB = 1V
VC = 642mV
VD = 587mV
VE = 3.5mV
VF = 8.84V

Skematik

Variasi Hasil
Vin = 9V DC VA = 2V
VB = 2V
VC = 1.47V
VD = 702mV
VE = 49.4mV
VF = 6.75V

Skematik
Variasi Hasil

Vin = 9V DC VA = 3V
VB = 3V
VC = 2.53V
VD = 786mV
VE = 113mV
VF = 3.9V
Skematik

Variasi Hasil

Vin = 9V DC VA = 4V
VB = 4V
VC = 3.41V
VD = 849mV
VE = 166mV
VF = 1.49V
Skematik

Variasi Hasil
Vin = 9V DC VA = 5V
VB = 5V
VC = 4.48V
VD = 879mV
VE = 192mV
VF = 327mV

F. Penguat Diferensial

Tabel 1.6 Penguat Diferensial


Skematik
Variasi Hasil

Vin = 40mVPP-40mVPP VA = 7.04V


VB = 7.04V
VAB = 0V
Skematik

Variasi Hasil

Vin = 40mVPP-Ground VA = 5.58V


VB = 9V
VAB = -3.42V

Skematik
Variasi Hasil

Vin = GroundP-40mVPP VA = 9V
VB = 5.58V
VAB = 3.42V

G. Regulator

Tabel 1.7 Regulator


Skematik
Variasi Hasil

Vin = 9V IOUT maksimum = 139μA


VRLOAD = 6.96V

Anda mungkin juga menyukai