Anda di halaman 1dari 13

TUGAS RANGKUMAN MATERI

FISIKA DASAR II

OLEH :
DENI W. TAMPUBOLON
201963027
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN
UNIVERSITAS PAPUA
A.HUKUM AMPERE
Hukum Ampere pertama kali dikemukakan oleh seorang fisikawan
berkebangsaan Perancis yang bernama Andre Marie Ampere sekitar tahun
1825. Ampere mengemukakan cara untuk menghitung kuat medan magnet
oleh kawat berarus listrik.

“ Integral garis komponen tangensial kuat medan magnetik di sekeliling


lintasan tertutup adalah sama dengan arus yang dilingkupi oleh lintasan
tersebut “

Dalam penggunaan hukum Ampere untuk menentukan H, maka dua kondisi


berikut ini haruslah terpenuhi :

1. Di setiap titik lintasan tertutup komponen H adalah bersifat tangensial atau


normal terhadap lintasan.

2. H memiliki nilai yang sama pada setiap titik lintasan dimana H adalah
tangensial

Cara menggunakan Hukum Ampere


 Menentukan arah medan dengan aturan tangan kanan. Jika ibu jari
menyatakan arah arus dan telapak tangan menghadap ke arus, maka jari
jari tangan lainnya menyatakan arah medan.
 Menentukan lintasan tertutup dan menghitung medan magnet :
1. Pilih lintasan terutup yang besar medan magnetnya
Homogen sepanjang lintasan itu agar integral menjadi mudah
2. Tentukan arus yang dilingkupi lintasan tersebut
3. Tentukan medan magnet akibat arus tersebut
Rumus Hukum Ampere

Dimana besar medan magnet disekeliling kawat lurus dialiri arus, sebanding
dengan arusnya dan berbanding terbalik dengan jarak daerah yang ditinjau
dari kawat tersebut.

Keterangan Rumus :
Penerapan Hukum Ampere

B.GAYA OLEH 2 KAWAT PARALEL


Jika ada dua kawat saling sejajar dipasang saling berdekatan ternyata kedua
kawat akan saling tarik-menarik jika dialiri arus searah , dan akan saling
tolak menolak jika dialiri arus berlawan- an arah.

Dua kawat sejajar terpisah sejauh a dialiri arus listrik I1 dan I2 searah satu
sama lain. Titik P adalah perpotongan antara kawat I1 dengan bidang dan titik
Q perpotongan antara I2 dengan bidang. B1 adalah medan di titik Q akibat
dari kuat arus I1 sedangkan B2 adalah medan magnet di titik P akibat dari kuat
arus I2. Jika masing-masing titik ( P dan Q ) ditentukan arah gaya Lorentz
yang dialaminya ( dengan menggunakan kaidah tangan kiri ) maka gaya F1
dan F2 akan seperti gambar. Gaya tersebut akan menyebabkan kedua kawat
saling tertarik dan akan melengkung ke dalam.
 FL           = gaya Lorentz dalam newton ( N )
 I1 dan I2  = arus pada masing-masing kawat dalam ampere ( A )
 a             = jarak antara kedua kawat dalam meter ( m )
 μ0           = permeabilitas udara / ruang hampa = 4∏. 10-7  Wb/ Am. m

C.SOLENOIDA
Solenoida adalah kawat panjang yang dililitkan di dalam sebuah helix yang
terbungkus rapat dan yang menyangkut sebuah arus i. Atau solenoida juga
merupakan lilitan kawat menjadi sebuah helix di sekeliling permukaan
silinder yang berpenampang lingkaran yang apabila dialiri arus listrik maka
akan berfungsi seperti magnet batang.

Tiap lilitan kawat pada solenioda akan menghasilkan arah medan magnet
yang seragam, sehingga didapatkan medan medan magnet yang seragam,
sehingga didapatkan medan magnet yang kuat ditengah-tengah solenoida.
Perhitungan Medan Magnet didalam Solenoida :
Dengan n merupakan jumlah lilitan per satuan panjang. Induksi magnetik (B)
hanya bergantung pada jumlah lilitan per satuan panjang (n), dan arus (I ).
Medan tidak tergantung pada posisi di dalam solenoida, sehingga B seragam.
Hal ini hanya berlaku untuk solenoida tak hingga, tetapi merupakan
pendekatan yang baik untuk titik-titik yang sebenarnya tidak dekat ke ujung.

D.TOROIDA
Solenoida panjang yang dilengkungkan sehingga berbentuk lingkaran
dinamakan toroida.

Induksi magnetik tetap berada di dalam toroida, dan besarnya dapat diketahui
dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
E.SIFAT-SIFAT MAGNETIK BAHAN
Bahan magnetik adalah suatu bahan yang memiliki sifat kemagnetan dalam
komponen pembentuknya. Berdasarkan sifat kemagnetannya benda
dikelompokkan menjadi 3 golongan yaitu:

 Ferromagnetik: tertarik oleh magnet dan menjadi magnet juga,


misalnya besi
 Paramagnetik: tertarik oleh magnet, tetapi hanya menjadi magnet
sementara, misalnya magnesium
 Diamagnetik: tidak bisa tertarik oleh magnet, misalnya kayu, kaca dan
aluminium

1. Paramagnetik

Kemagnetan adalah cabang ilmu Fisika yang disebut


Ferromagnetism. Paramagnetism adalah bentuk kemagnetan yang paling
lemah. Ini terjadi karena atom atau ion mempunyai efek-efek magnetik
elektron termasuk gerakan spin dan gerakan lintasan (orbital) nya, saling
meniadakan satu sama lain. Misalnya gas-gas mulia seperti Ne, ion
seperti Cu++.
Jika kita menempatkan sampel bahan yang terdiri dari N atom, yang
masing-masing mempunyai momen dipol magnet µ, di dalam sebuah
medan magnet. Maka dipol-dipol atom elementer tersebut cenderung
berbaris dalam arah medan magnet.
Kecenderungan menjajarkan diri ini disebut paramagnetism. Proses
penjajaran ini terganggu oleh efek-efek agitasi termal. Jadi bahan
paramagnetis memperoleh sebuah momen magnet bila ditempatkan di
dalam sebuah medan magnet luar, tetapi momen min << momen
maksimum yang mungkin untuk suatu bahan.
Bahan paramagnetik adalah bahan yang resultan medan magnet atomis
masingmasing atom/molekulnya tidak nol, tetapi resultan medan magnet
atomis total seluruh atom/molekul dalam bahan nol (Halliday & Resnick,
1989). Hal ini disebabkan karena gerakan atom/molekul acak, sehingga
resultan medan magnet atomis masing-masing atom saling meniadakan.
Bahan ini jika diberi medan magnet luar, maka elektron-elektronnya
akan berusaha sedemikian rupa sehingga resultan medan magnet
atomisnya searah dengan medan magnet luar. Sifat paramagnetik
ditimbulkan oleh momen magnetik spin yang menjadi terarah oleh
medan magnet luar. Pada bahan ini, efek diamagnetik (efek timbulnya
medan magnet yang melawan medan magnet penyebabnya) dapat timbul,
tetapi pengaruhnya sangat kecil. Permeabilitas bahan paramagnetik
adalah μ > μ0 , dan suseptibilitas magnetik bahannya > 0. χ m contoh
bahan paramagnetik: alumunium, magnesium, wolfram dan sebagainya.

2. Diamagnetik
Pada tahun 1846 Michael Faraday menemukan bahan (dalam hal ini
bismut) yang bila didekatkan ke kutub magnet yang kuat akan tertolak.
Sifat diamagnetik ini sangat lemah sehingga sering diabaikan.
Pada umumnya material/bahan tidak tertarik kuat oleh magnet.
Eksperimen dengan menggunakan solenoida dengan inti berupa vacuum
dan kemudian diberi sampel bahan yang ingn diketahui sifat
kemagnetannya.

Bahan diamagnetik tidak mempunyai momen dipol magnet permanen.


Jika bahan diamagnetik diberi medan magnet luar, maka elektron-
elektron dalam atom akan berubah gerakannya sedemikian hingga
menghasilkan resultan medan magnet atomis yang arahnya berlawanan.
Sifat diamagnetik bahan ditimbulkan oleh gerak orbital elektron
sehingga semua bahan bersifat diamagnetik karena atomnya mempunyai
elektron orbital. Permeabilitas bahan diamagnetik adalah μ < μ0 dan
suseptibilitas magnetiknya χ m < 0 . Contoh bahan diamagnetik yaitu:
bismut, perak, emas, tembaga dan seng.

3. Feromagnetik
Di dalam bahan terjadi kopling pertukaran (exchange coupling) diantara
atom-atom yang berdekatan. Efek ini adalah efek kuantum, tidak dapat
diterangkan dengan fisika klasik. Jika temperatur dinaikkan di atas
temperatur kritis (atau temperatur Curie), maka kopling pertukaran tiba-
tiba lenyap dan berubah menjadi paramagnetik.

Contoh Tc untuk Fe Tc = 1043 K = 7700C ; Ni = 3580C

Atom-atom di dalam bahan ferromagnetik sangat kooperatif satu sama


lain. Ada berjuta-juta dipol atom dalam suatu daerah yang saling
kooperatif yang disebut domain, yaitu magnet-magnet kecil yang dibentuk
oleh aksi kooperatif dari atom-atom dalam bahan ferromagnetik. Pada t Σ
tc, atom-atom tidak dapat berkooperatif, karena adanya energi termal yang
mengakibatkan vibrasi atom merusak domain-domain.

Masing-masing domain berperan sebagai magnet-magnet kecil.

Bahan feromagnetik sebelum diberi medan magnet luar mempunyai


domain yang momen magnetiknya kuat, tetapi momen magnetik ini
mempunyai arah yang berbeda-beda dari satu domain ke domain yang lain
sehingga medan magnet yang dihasilkan tiap domain saling meniadakan.
H (a) (b) Gambar 1. Arah domain-domain dalam bahan ferromagnetik
sebelum dan sesudah diberi medan magnet luar (Surya, 1989). Bahan ini
jika diberi medan magnet dari luar, maka domain-domain ini akan
mensejajarkan diri searah dengan medan magnet dari luar. Semakin kuat
medan magnetnya semakin banyak domain-domain yang mensejajarkan
dirinya. Akibatnya medan magnet dalam bahan ferromagnetik akan
semakin kuat. Setelah seluruh domain terarahkan, penambahan medan
magnet luar tidak memberi pengaruh apa-apa karena tidak ada lagi domain
yang disearahkan. Keadaan ini dinamakan jenuh atau keadaan saturasi.
Permeabilitas bahan ferromagnetik adalah μ >>> μ0 dan suseptibilitas
bahannya χ m >>> 0 . contoh bahan ferromagnetik : besi, baja, besi silicon
dan lain-lain. Sifat kemagnetan bahan ferromagnetik ini akan hilang pada
temperatur 9 yang disebut Temperatur Currie. Temperatur Curie untuk
besi lemah adalah 7700 C, dan untuk baja adalah 10430 C (Kraus. J. D,
1970).
DAFTAR PUSTAKA
Foster, Bob. 2003. Fisika Terpadu. Jakarta: Erlangga.

Pratama, Ichal. 2012. Bahan Magnetik.

https://www.academia.edu/34730611/HUKUM_AMPERE_DAN_SOLENOID
A

01102008011-RIDWAN_EFENDI/Hukum_Ampere_%5BCompatibility_Mode
%5D.pdf

https://www.academia.edu/8436234/BAHAN-BAHAN_MAGNETIK

Anda mungkin juga menyukai