Anda di halaman 1dari 18

INVESTIGASI GEOFISIKA UNTUK EVALUASI POLUSI LINGKUNGAN DALAM

AREA PERTAMBANGAN
DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH GEOFISIKA LINGKUNGAN

DISUSUN OLEH :

AGNES LAURENCIA 140710150003

JODY APRILIAWARDHANI 140710150010

ILHAM AJI GUSTORO 140710150000

RIZKY M. FAUZI 140710150000

PROGRAM STUDI GEOFISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR

2018

1
ABSTRAK

Limbah pabrik yang mengandung sulfida dari pabrik bijh Komsomolsk yang terletak di wilayah
Kemerovo (Rusia) dengan survey pada tahun 2013 – 2015. Studi multiguns tambang menentukan
komposisi limbah, air pori, dranase tambang dan air tanah yang terken dampak. Tomografi tahanan
listrik digunakan untuk melacak zona listrik geolistrik dari sampel limbah. Lapisan dengan resistivitas
rendah menunjukkan area dengan ruang pori penuh dengan solusi mineralisasi yang sangat tinggi
dengan Fe, Cu, Zn, Cd, As, dan Sb pada konsentrasi total hingga 50 g / L. zona anomaly dapat
dispesifikan sebagai ‘lapisan geokimia’, lapisan tertentu dimana mobilitas elemen berkurang karena
kondisi pH, potensi redoks, dan presipitasi hidroksida Fe (III). Zona peningkatan konduktivitas dalam
tambang teroksidasi menunjukkan area lokal dengan potensi produksi asam tinggi dan solusi pori
asam yang hidup Bersama. Dalam tambang non-oksidasi konduktivitas tinggi dari kerangka mineral
diamati. Ada migrasi drainase di luar tambang, arahnya dimonitor oleh data geofisika. Analisis kimia
menegaskan bahwa konsentrasi As dalam sampel air tanah lebih tinggi daripada konsentrasi
maksimum yang diizinkan.

Kata Kunci : tambang, arsenik, drainase, air tanah, investigasi geofisika

i
DAFTAR ISI

ABSTRAK………………………………………………………………………………………………………………………………………..i

DFATAR ISI…………………………………………………………………………………………………………………………………….ii

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………………………………………………………………………iii

DAFTAR TABEL………………………………………………………………………………………………………………………………iv

BAB 1 : PENDAHULUAN………………………………………………………………………………………………………………….1

LATAR BELAKANG………………………………………………………………………………………………………………………………1

RUMUSAN MASALAH…………………………………………………………………………………………………………………………2

TUJUAN……………………………………………………………………………………………………………………………………………..2

MANFAAT………………………………………………………………………………………………………………………………………….2

BAB 2 : TEORI DASAR……………………………………………………………………………………………………………………..3

SIFAT KEMAGNETAN DALAM BAHAN………………………………………………………………………………………………….3

SUSEPTIBILITAS MAGNETIK………………………………………………………………………………………………………………..6

SUSEPTIBILITAS MAGNETIK METER…………………………………………………………………………………………………….7

BAB 3 : METODOLOGI PENELITIAN………………………………………………………………………………………………….9

PEMETAAN NILAI SUSEPTIBILITAS MAGNETIK…………………………………………………………………………………….9

PENGUJIAN CUPLIKAN TANAH DI LABORATORIUM…………………………………………………………………………….9

BAB 4 : HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………………………………………………………………………11

BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………………………………………………………………………18

KESIMPULAN……………………………………………………………………………………………………………………………………18

SARAN……………………………………………………………………………………………………………………………………………..18

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………………………………………………..19

ii
DAFTAR PUSTAKA

Gambar 1. Bentuk magnetisasi bahan diamagnetik…………………………………………………………………………..3

Gambar 2. Kurva histeresis untuk bahan diamagnetik……………………………………………………………………….4

Gambar 3. Bentk magnetisasi pada bahan paramagnetik………………………………………………………………….4

Gambar 4. Kurva histeresis untuk bahan paramagnetik…………………………………………………………………….4

Gambar 5. Bentuk magnetisasi pada bahan ferromagnetik……………………………………………………………….5

Gambar 6. Kurva histeresis untuk bahan ferromagnetik..………………………………………………………………….5

Gambar 7. Bartington Suscepbility Temperature System…………………………………………………………………..9

Gambar 8. Prosedur Penelitian………………………………………………………………………………………………………..10

Gambar 9. Peta kontur nilai suseptibilitas magnetik dari area survei di Kodya Surakarta…………………12

Gambar 10. Grafik χ vs T untuk sampel kategori Jalan Utama………………………………………………………….14

Gambar 11. Grafik χ vs T untuk sampel kategori Jalan Raya…………………………………………………………….15

Gambar 12. Grafik χ vs T untuk sampel kategori Pemukiman………………………………………………………….15

Gambar 13. Grafik χ vs T untuk sampel nikel……………………………………………………………………………………16

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Suseptibilitas Magnetik dari berbagai mineral……………………………………………………………………..6

Tabel 2. Nilai Suseptibilitas Magnetik Mineral Ferromagnetik………………………………………………………….11

Tabel 3. Pemetaan Nilai Suseptibilitas Magnetik di Jalan Slamet Riyadi…………………………………………..12

Tabel 4. Suhu Curie Bahan Ferromagnetik……………………………………………………………………………………….16

Tabel 5. Suhu Curie Sampel Tanah Hasil Penelitian………………………………………………………………………….16

iv
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Aktivitas tambang logam dapat menghasilkan akumulasi dari limbah pabrik sulfida-bearing dengan
konsentrasi tinggi dari elemen bijih dan konstituen minor. Ratusa ton limbah dan biji yang ditambang
mengandung Fe, Cu, Zn, Cd dan kotoran seperti As danSb pada tingkat yang lebih rendah dari yang
dieksploitasi secara menguntungkan telah dibuang ke tailing dan dibuang ke dasar sungai selama
beberapa decade. Oksidasi mineral sulinga dapat menghasilkan pembentukan larutan asam dengan
konsentrasi SO2 tinggi, Cu, Zn, Fe, As, Sb dan spesies larut lainnya. Senyawa dan elemen ini dapat
mengalir ke aliran drainase, dibuang ke sungai merembes ke air tanah, atau berakhir di atmosfer
dimana penyebarannya dapat sejauh beberapa kilometre (Gaskova et al. 2000; Bortnikova, Gaskova,
and Ajrijants 2003; Bortnikova et al. 2011; Nordstrom 2015; Abrosimova, Gaskova et al. 2015;
Yurkevich, Saeva and Pal’chik 2012; Yurkevich, Saeva and Karin 2015). Kemudian zona dari anomaly
geokimia terbentuk disekitar dari pembuangan tambang (Wei et al 2016). Area terkarakterisasi Fe,
Cu, Zn, Cd, Pb, As dan sb pada permukaan dan air tanah, tanah, salju dan udara dengan konsentrasi
tinggi dan melebihi tingkat maksimum yang diijinkan (Lottermoster 2007).

Metode tradisional untuk monitoring perilaku dari pembuangan tambang dan pencemaran air tanah
dengan analisis geokimia, dimana yang membutuhkan investasi yang signifikan dalam bentuk waktu
dan uang, dan konsekuensinya terkadang terbatas pemilihan dari situs pengambilan sampel
(Bortnikova et al 2013). Vertical electrical sounding, memungkinkan untuk meguraika perluasan
pembuangan tambang terakhir, untuk mendeteksi ketebalan dari deposit pembuangan dan dari area
penetrasi fluida mineralisasi tinggi ke dalam air tanah, untuk menghitung sumber daya komponen
berharga dalam eposit teknologi, dan jika menggunakan teknologi sesuai, untuk menilai kelayakan
ekstraksi ulang (Bortnikova et al 2013; Burton and Ball 2011; Nearing et al 2013; Olenchenko et al
2016).

Kemudian, pada pembelajaran ini, kombinasi dari teknik geokimia dan geofisika biasa digunakan
untuk melengkapi pengukuran kimia langsung (Yurkevich et al 2017). Fitur spesifik dari limbah
tambang yang diteliti adalah beberapa komposisi dan heterogenitas terakhir. Property geolistrik dari
pembuangan ditentukan oleh komposisi mineral, kelembaban konten, porositas, ukuran partikel dan
mineralisasi air pori (Manstein 2002), kegunaan dari metode geofisika dalam investigasi pembuangan
tambang terakhir sangat kompleks.

Usaha dari pekerjaan ini adalah untuk menentukan komposisi dari pembuangan terakhir tambang dari
pabrik pengolahan biji (Kmsomolsk (Kemerovo, Rusia) dan untuk menilai derajat dari polusi air tanah
yang disebabkan oleh aktivitas pertambangan zona konduktif pada rentang kedalaman 0 – 3 m
disampling untuk menentukan komposisi air pori dan buangan. Air tanah disekitar pertambangan juga
dikumpulkan. Volume dari endapan pemuangan, struktur dari pertambangan, arah dari drainase
tambang dan derajat penetrasi dari senyawa mineralisasi tinggi ke dalam air tanah ditentukan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka poko permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :

1
1. Bagaimana nilai suseptibiltas magnetik pada daerah yang dilakukan penelitian dilihat dari peta
persebaran nilai suseptibilitasnya.
2. Bagaimana temperatur pada daerah penelitian yang di deteksi mengalami pencemaran.

C. Tujuan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Dapat menentukan nilai suseptibilitas magnetik pada daerah penelitian yang mengalami
pencemaran dari logam berta hasil pemuangan gas kendraan bermotor.
2. Dapat menentukan temperatur pada daerah penelitian yang mengalami pencemaran dari
logam berta hasil pemuangan gas kendraan bermotor.

D. Manfaat

Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitin ini yaitu sebagai berikut :

1. Dapat memberikan pengetahuan tambahan dan ilmu pengetahuan yang berkatan dengan
nilai atau harga suseptiblitas suatu lapisan tanah yang mengalami pencemaran.
2. Dapat memberikan ilmu pengetahuan mengenai besaran suhu pada lapisan tanah yang
mengalami pencemaran akibat gas buangan kendaraan bermotor.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Area

Pertambangan terakhir berlokasi di kota Komsomolsk di wilayah Kmerovo dari barat – tenggara Siberia
pada 55.635 402° N, 88.190 577° E (Gambar 1). Pabrik ekstraksi emas Komsomolsk (KGEF) beroperasi
dari 1937 – 1999. Bijih kuarsa – pirit – arsen – emas diproses menggunaka Teknik sianidasi.

Imposisi tailing adalah jurang alami yang diisi dengan limpasan lumpur yang dilepaskan oleh KGEF
sejak 1964. Area tailing sebesar 146.000 m2, dan volumenya mendekati 810.000 m3. Jumlah dari
material akumulasi mencapai 1.1 juta m3. Itu tertutup oleh sebuah bendungan. Komposisi dari tailing
mencerminkan mineralogi bijh Komsomolsk. Mineral utama sulfida adalah pirit dan arsenpirit, dan
sphalerite, galena dan pirotit adalah ineral minor. Kuarsa, feldspar, dan mika adalah mineral gangue

2
yang melimpah dan butri karbonat (kalsit dan dolomit) hadir dalam jumlah yang seidkit. Perbandingan
berat padatan/senyawa dari kotoran cair tailing mempuyai rentang dari 1 : 3 sampai 1 : 5.

Kolam tailing dibangun pada permukaan dari wilayah padata (jumlahnya mendekati 3.5 juta tn) pada
bagian utara dari tailing sebagai hasil dari akumulasi dan konsolidasi partikel tanah. Tailing ini basah,
tidak teroksidasi dan secara umum abu - abu. Area akolam sebesar 60.000 m2 dan rata – rata
kedalamannya mencapai 2 m. saat ini, kolam utama diisi oleh curah hujan musimn. Drainase dari air
kolam terkadang muncul di bawah bendungan dan masuk ke sungai Voskresenk. Harus ditekankan
bahwa kekangan tailing terletak disekitar area yang dihuni di dalam permukiman Komsomolsk.
Sekarang, poluasi mengganggapnya sebagai kolam alami, dan airnya digunakan untuk tujuan rumah
tangga (Bortnikova, Gaskova, dan Ajrijants 2003).

Bagian selatan dari tailing berlokasi diatas permukaan air dan meneriman aliran musiman dan
pengendapan. Rata – rata grafimetrik nilai kelembaban tanah mendekati 20%. Hasilnya, bgian atas
atiling mempengaruhi oksidasi atmosfer dan berada dalam warna merah (Kirillov, Bortnikova, dan
Gaskova 2016) (Gambar 2).

Gambar 1. Peta yang menunjukkan lokasi sampel air (a) dan pit (b), ERT dan survei sounding
elektromagnetik (a,b) dari tailing Komsomolsk, wilayah Kemerovo, Rusia.

B. Suseptibilitas Magnetik

Suseptibiltas magnetik adalah salah satu parameter magnetik yang merupakan ukuran mudah
tidaknya suatu bahan untuk termagnetisasi jika bahan tersebut dikenakan medan magnetik luar. Jika
magnetisasi (𝑀⃗⃗ ) yang diperoleh suatu bahan sejajar dan sebanding dengan medan magnet luar (𝐻
⃗),
konstanta kesebandingannya merupakan suseptibilitas magnetik pesatuan massa (χ) dan
dihubungkan melalui persamaan berikut :

⃗⃗ = χ 𝐻
𝑀 ⃗

⃗⃗ dan 𝐻
Dalam satuan internasional (SI), 𝑀 ⃗ mempunyai satuan A/m sehingga χ merupakan besaran yang
tidak berdimensi. Persamaan diatas menunjukkan bahwa untuk 𝑀 ⃗⃗ dan 𝐻
⃗ yang sejajar dan sebanding,
suseptibilitas magnetik merupakan suatu besaran skalar.

Pengukuran suseptibilitas magnetik dapat dilakukan hampir pada semua bahan. Suseptibilitas
magnetik yang diukur pada suatu rentang medan magnetik tertentu akan memberikan hubungan
magnetisasi dengan medan tersebut. Hubungan ini dapat memberikan hubungan yang linear atau

3
tidak linear bergantung pada besar medan magnetik yang digunakan. Suseptibilitas magnetik yang
diukur menggunakan susceptibility meter merupakan suseptibilitas magnetik ekstrinsik atau
suseptibilitas magnetik semu (apparent magnetic susceptibility) dan bukan suseptibilitas intrinsic.
Perbedaan antara suseptibilitas magnetik ekstrinsik dan intrinsic disebabkan oleh adanya pengaruh
self-demanegtization pada bahan.

Tabel 1. Suseptibilitas Magnetik dari berbagai mineral (Bijaksana, 2002)

Suseptibilitas Magnetik
Tipe Mineral Sifat Kemagnetan
Volume (x 10-6 SI) Massa (x 10-8 m3/kg)
Mineral Magnetik
Ferrimagnetik 1.000.000 – 5.700.000 20.000 – 110.000
Magnetite (Fe2O4)
Hematite (Fe2O3) Antiferromagnetik 500 – 40.000 10 – 760
Magheemite (Fe2O3) Ferrimagnetik 2.000.000 – 2.500.000 40.000 – 50.000
Ilemenite (𝛼FeTiO3) Antiferromagnetik 2.200.000 – 3.800.000 46 – 80.000
Pyrite (FeS2) Ferrimagnetik 35 – 5.000 1 – 100
Pyrhotite (Fe7S8) Ferrimagnetik 3.200.000 69.000
Goethite (𝛼FeOOh) Antiferromagnetik 1.100 – 12.000 26 – 280
Kuarsa (SiO2) Mineral Non Magnetik -(13 – 17) -(0.5 – 0.6)
Kalsit (CaCO3) Mineral Non Magnetik -(7.5 – 39) -(0.3 – 1.4)
Halite (NaCl) Mineral Non Magnetik -(10 – 16) -(0.48 – 0.75)
Galena (PbS) Mineral Non Magnetik -33 -0.44

Suseptibilitas magnetik secara umum mencerminkan karakteristik dan intensitas dari respon bahan
saat dikenakan medan magnetik dari luar. Ditinjau dari medan magnetik luar yang dikenakan pada
bahan, suseptibilitas magnetik dapat diukur dengan menggunakan medan searah ataupun medan
bolak – balik. Pada pengukuran dengan medan searah, magnetisasi yang dihasilkan konstan selama
pengukuran waktu. Sementara itu, medan bolak – balik yang lemah, magnetisasi yang ditimbulkan
bergantung pada waktu. Suseptibilitas magnetik pada dasarnya bergantung dari konsentrasi mineral
magnetik, komposisi mineral magnetik, ukuran dan bentuk bulir (grain), serta domain (Dearing, 1999).

Berdasarkan ukuran bulirnya, sifat magnetik suatu bahan dibagi dalam empat kategori, yaitu domain
jamak atau multidomain (MD), single domain (SD), pseudo single domain (PSD) dan
superparamagnetic (SP). Bulir MD cenderung mudah untuk termagnetisasi dibandingkan dengan bulir
SD, hal ini disebbkan karena adanya pergeseran posisi dinding domain dalam bulir MD. Oleh karena
itu, bulir MD merupakan pembawa remanen magnetisasi yang kurang stabil dibandingkan dengan
bulir SD. Bulir SD memerlukan medan magnetik yang cukup tinggi untuk mengubah arah momen
magnetiknya. PSD merupakan bulir berdomain jarak namun memiliki sifat seperti bulir SD. Bulir SP
mempunyai ukuran sangat halus yaitu kurang dari 0.03 𝜇m (Dearign, 1999) serta tidak dapat merekam
magnetisasi remanen jika medan magnetik dikenakan sebelum magannya kemudian dihilangkan,
seperti halnya bahan paramagnetik. Namun demikian, jiak dikenakan pada medan magnetik luar, bulir
SP menunjukkan magnetisasi yang sangat tinggi, yang terkait dengan suseptibilitas magnetik yang
tinggi pula.

Perubahan perbandingan bulir SP diantara bulir yang lain pada batuan, tanah ataupun sedimen di
duga merupakan gambaran dari perubahan yang terjadi pada lingkungan. Informasi mengenai
keberadaan bulir SP ini dapat diperoleh melalui pengukuran suseptibilitas magnetik pada dua
frekuensi yang berbeda, hal ini disebabkan sifat bulir SP yang peka terhadap perubahan frekuensi.
Perbedaan suseptibilitas magnetik dalam satu decade perbedaaan frekuensi dikenal dengan
parameter frequency-dependent susceptibility (FDS). FDS dapat dipresentasikan suseptibilitas

4
magnetik per satuan massa (χFD), dimana χFD = χLF – χHF atau dalam bentuk χFD(%) = (χLF – χHF) / χLF x
100% dengan χLF dan χHF merupakan suseptibilitas per satuan massa masing – masing pada frekuensi
rendah dan frekuensi tinggi (Dearing, 1996).

C. Suseptibilitas Magnetik Meter


1. Sistem Bartington MS2 Suseptibilitas Magnetik

Alat yang digunakan untuk mengukur suseptibilitas magnetik adalah Bartington MS2 suseptibilitas
meter. Prisip kerja Bartington MS2 adalah pemanfaat sirkuit elektromagnetik yang mendeteksi
perubahan induktansi ketika sampel ditempatkan dalam kumparan.

 Bratington MS2D

Medan magnet dihasilkan di sekitar ujung probe atau disekitar bagian melinkgar dari loop pencarian
yang mendeteksi magnetisabilitasi material di dalam lapangan. Namun, kekuatan medan magnet dan
sensitivitas sensor berkurang secara eksponensial dengan jarak jauh dari sensor. Sensor sangat
dipengaruhi oleh sifta magnetik material dalam jarak 5 mm dari permukannya. Loop pencarian sensor
D akan dipengaruhi oleh material hingga sekitar 140 mm dari sensor.

 Bartington MS2W

Suatu temperatur tinggi yang khas yang dilakukan pada tingkat pemanasan 20 ° C per menit hingga
maksimum 700 ° C diikuti dengan pendinginan kembali ke suhu kamar membutuhkan waktu sekitar
45 menit. Perangkat lunak Geolabsoft yang mengendalikan memungkinkan pengukuran udara awal
dan udara akhir yang akan dibuat dan memungkinkan koreksi terhadap nilai yang terukur dengan
asumsi penyimpangan linear. Nilai disimpan pada interval suhu yang dipilih. Pengukuran biasanya
dilakukan menggunakan skala 0,1 x. Lampiran tungku digunakan untuk pengukuran termal di atas
suhu kamar. Diameter dalam adalah 17 mm dan ukuran sampel maksimum 15 x 15 mm
direkomendasikan. Penyisipan dan penghilangan serbuk yang tidak terkonsolidasi dan material yang
dihancurkan membutuhkan penggunaan diameter lebih kecil (13 mm) pemegang sampel tahan panas.
Ini mengurangi ukuran sampel dan sensitivitas pengukuran yang disarankan. Sampel yang
mengandung bahan organik akan menyala dalam suhu di atas ~ 350 ° C dan perawatan harus diambil
untuk membatasi pemegang sampel untuk membatasi kerugian sampel dan untuk ventilasi daerah.

5
BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian mengenai nilai suseptibilitas magnetik untuk analisis sebaran logam di Kodya Surakarta ini
meliputi beberapa tahapan dan metode penelitian, yaitu :

A. Pemetaan Nilai Suseptibilitas Magnetik

Pengambilan data adalah pengukuran nilai suseptibilitas magnetik tanah lapisan ata secara in-situ
(pengukuran langsung di lapangan) dengan menggunakan Bartington MS2 sensor D. pada setiap titik
dilakukan pengukuran tiga kali dan hasil yang digunakna adalah nilai rata – rata dari ketiga nilai
tersebut. Data – data hasil pengukuran kemudian diolah dengan menggunakna program Surfer untuk
mengetahui gambaran peta kontur nilai suseptibilitas magnetik di Kodya Surakarta.

B. Pengujian Cuplikan Tanah di Laboratorium

6
Pengujian di laboratorium untuk mengetahui nilai temperature Curie dapat digunakan sebagai
pembanding dengan hasil pengukuran secara in – situ dilakukan dengan menggunakan seperangkat
Bartington MS2 meter dengan sensor W yang diolah dengan software Geolabsgoft v2.2.

Gambar 7. Bartington Suscepbility Temperature System

Prosedur penelitiannya secara sistematis terlihat pada diagram alir dibawah ini :

Mulai

Pengukuran

Permukaan Tanah Sampel tanah pada


kedalaman 0.1 m

Nilai Suseptibilitas
Magnetik

Peta Kontur Suseptibilitas


Nilai Suseptibilitas
Magnetik
Magnetik

Analisis

Kesimpulan

Selesai

Gambar 8. Prosedur Penelitian

7
BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Survei Geofisika

Zona sounding elektromagnetik dengan resistivitas rendah (dari 10 sampai 20 𝛺m) pada kedalaman 1
m. Pada Gambar 2, area ini terlihat menunjukkan tailing petambangan (Gambar 2). Zona dengan
resistivitas tinggi (dari 30 sampai 50 𝛺m pada Gambar 2), dimana berkorespodensi dengan material

Gambar 3. Penzonasian vertikal dari tailing Komsomolsk pada bagian utara berdasarkan data ERT,
profil nomor 1 dan 2.

8
Gambar 4. Pezonasian vertika dari tailing Komsomolsk pada bagian selatan berdasarkan data ERT,
profil nomor 3 smapai 6. Tanda panah tebal adalah arah dari jalur drainase.

9
Tabel 1. Nilai Resistvitas, EC, pH, Eh dan komposisi dari pastes pada bagian utara gray tailing dan
bagian selatan red tailing

10
BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan data hasil penelitian dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Pengukuran suseptibiitas magnetik dapat digunakan sebagai metode dalam mendeteksi


sebaran logam.
2. Pengukuran di dekat jalan utama mempunyai nilai suseptibilitas magnetik lebih tinggi
daripada yang jauh dari jalan utama (pemukiman) menunjukkan kandungan logam yang tinggi
sebagai indikasi bahwa sumber utama polusi tanah adalah efek gas buangan kendaraan
bermotor.
3. Temperature Curie logam yang diperoleh dalam penelitian antara 200° C sampai 300° C.

B. Saran

Saran yang dapat diberikan adalah memperbanyak pengambilan sampel tanah dari beberapa area
yang berbeda dalam satu titik sampel untuk memperoleh data yang lebih mewakili karakteristik titik
yang diteliti tersebut. Hal ini disebabkan adanya kemungkinan intensitas logam berat yang berbeda –
beda dalam satu titik yang mencakup satu luasan daerah tertentu.

11
DAFTAR PUSTAKA

Alonso, M., Finn, E. J., 1992 : Physics, Addison – Wesley.

Anonim, 2006 : Proposal Peningkatan Pelayan Angkutan Umum di Kodya Suarakarta, Pemkot
Surakarta.

Endang Purwanti, 2002 : Analisis Suseptibilitas Magnetik pada Tanah Menggunakan Bartington MS2
Meter di Ngoresan Jebres Surakarta, Skripsi, Fisika, FMIPA UNS, Surakarta.

Hoffman, V., Knab, M., Appel, E., 1999 : Magnetic Susceptibility Mapping of Roadside Pollution,
Hournal of Geochemical Exploration, Vol. 66, Hal. 313 – 326.

Jiles, 1996, Introduction to Magnetism and Magnetite Material, New York, USA : Chapman and Hall.

Satria Bijaksana, 2002 : Analisa Mineral Magnetik dalam Masalah Lingkungan, Jurnal Geofisika, Edisi
2002, No. 1, Hal 19 – 27.

12
13

Anda mungkin juga menyukai